MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK X
Oleh :
Rosima Mustika Wardani
Abstract
Counseling is a program of guidance services in education to students
with the aim for optimal student development. Counseling should be well planned
and structured and for all students. Not only for students with problems.
Researchers make observations about the management counseling in
SMK X by doing observation and interview with related parties, namely principals,
teachers homeroom, counselor and students. There are several obstacles in the
implementation of guidance and counseling services on the application of K13
(curicullum 13).
From the observation, SMK X has been managing counseling program
well but not yet maximal. This can be seen through the existence of a structured
and planned program, conducting guidance and counseling with preventive and
crisis approaches, serving all students not only problem students, emphasizing
development programs, counselors not only conducted by counseling teachers,
but in collaboration with the principal , vice principal of the curriculum, vice
principal of student affairs, classroom teachers, subject teachers, and parents.
Keyword : management, counceling, student


1

Abstrak
Bimbingan dan konseling merupakan suatu program layanan bimbingan
dalam pendidikan kepada peserta didik dengan tujuan demi perkembangan
optimal peserta didik. Bimbingan dan konseling sebaiknya dimanajemen dengan
terencana dan terstruktur dan diperuntukkan bagi semua peserta didik. Bukan
hanya peserta didik yang bermasalah.
Peneliti melakukan pengamatan tentang manajemen bimbingan dan
konseling di SMK X dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pihak
terkait, yaitu kepala sekolah, guru wali kelas, guru BK dan peserta didik. Ada
beberapa kendala dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada
penerapan K13.
Dari hasil pengamatan, SMK X sudah memanajemen program bimbingan
dan konseling dengan baik tetapi belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat
melalui adanya program yang terstruktur dan terencana, melaksanakan
bimbingan dan konseling dengan pendekatan preventif dan krisis, melayani
semua siswa tidak hanya siswa yang bermasalah, menekankan pada program
pengembangan, konselor tidak hanya dilakukan oleh guru BK akan tetapi
bekerjasama dengan kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru

wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang tua.

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam
kegiatan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan Konseling sebagai bentuk
layanan muncul dalam proses pendidikan sebagai usaha intervensi dengan
tujuan membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan, mampu
menentukan pilihan, dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat, serta dalam hubungannya secara vertikal dengan Tuhan. Sesuai
dengan Permendikbud No 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dinyatakan bahwa tujuan
umum Bimbingan dan Konseling adalah membantu peserta didik agar dapat
mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan
tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar,
karir secara utuh dan optimal.
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 di tahun 2017 terdapat sejumlah isu

aktual yang perlu mendapatkan perhatian Bimbingan dan Konseling sehingga
layanan yang diberikan akan tepat sasaran, efektif dan efisien, meliputi :
pengembangan karakter, literasi dan peminatan. Program layanan Bimbingan
dan Konseling akan terlaksana secara maksimal jika dimanajemen dalam suatu
sistem yang baik dan bermutu. Dalam hal ini, SMK X sudah melaksanakan
manajemen Bimbingan dan Konseling tetapi belum maksimal. Oleh karena itu,
peneliti melakukan observasi untuk mengetahui manajemen Bimbingan dan
Konseling yang ada di SMK tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen bimbingan dan konseling?
2. Hasil observasi manajemen bimbingan dan konseling di SMK X.

3

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami arti manajemen bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui fakta di lapangan tentang manajemen bimbingan dan konseling
di SMK X.

4


BAB II
METODE
A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling
Menurut Amin Widjaya Tunggal (1993: 5), pengertian manajemen adalah
proses perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(leading), pengendalian (controlling) kepada anggota. Dalam pengamatan ini,
manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian dalam program bimbingan dan konseling.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada
seseorang atau kelompok serta terus menerus dan sistematis oleh pembimbing
agar mencapai pribadi yang mandiri. (Dewa Ketut Sukardi, 1995:2)
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk
membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya. (Syamsu Yusuf, LN dan
Ahmad Juntika Nurihsan, 2005: 8)
Berdasarkan penjabaran di atas, maka yang dimaksud dengan
manajemen bimbingan dan konseling yaitu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dalam hal bimbingan dan

konseling untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.
B. Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Wilayah layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia
sebagai bagian dari upaya pendidikan yang dilaksananakan oleh guru BK
berkolaborasi dengan kepala sekolah, guru wali kelas dan guru mata pelajaran ,
orang tua bersama murid. Tujuan dari layanan ini yaitu untuk perkembangan
optimal tiap peserta didik.
Bimbingan dan konseling menggunakan paradigma perkembangan
individu, yang menekankan pada upaya mengembangkan potensi-potensi positif
individu. Semua peserta didik baik yang beresiko ataupun tidak, berhak
5

mendapatkan layanan bimbingan dan konseling agar potensinya berkembang
dan teraktualisasi secara optimal dan positif. Meskipun demikian, paradigma
perkembangan tidak mengabaikan layanan-layanan yang berorientasi pada
pencegahan timbulnya masalah (preventif) dan pengentasan masalah (kuratif).
Adapun wilayah pelayanan BK dalam jalur pendidikan formal seperti dalam
gambar berikut ini.

Ada perubahan paradigma dari manajemen bimbingan konseling dari

model lama ke model yang baru. Paradigma model lama antara lain
menitikberatkan siswa beresiko, dilaksanakan karena adanya krisis, pendekatan
panggilan, disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh konselor, dimiliki hanya
oleh staf konseling (konselor), mengukur jumlah usaha yang dilakukan,
berurusan dengan proses melaksanakan pekerjaan, memfokuskan pada tujuan
dan yang dianggap baik, bekerja untuk memelihara sistem yang ada,
membicarakan tentang bagaimana bekerja keras. Sedangkan paradigma
manajemen bimbingan dan konseling model yang baru yaitu melayani seluruh
6

siswa, dilaksanakan berdasarkan kurikulum, terjadwal dan sistematis, usaha
kolaboratif antara konselor, guru, orang tua dan masyarakat, didukung dan
dimiliki oleh seluruh komunitas, mengukur dampak yang dikaitkan dengan tujuan,
berurusan dengan pencapain tujuan, sasaran dan hasil, memfokuskan pada
pencapaian (accomplisment), responsif dan beradaptasi dengan perubahan,
membicarakan tentang efektivitas kerja. Dalam hal ini, masih banyak sekolah
yang masih menggunakan manajemen model lama. Dengan manajemen yang
baik dan semakin diperbarui diharapkan layanan BK di sekolah dapat berjalan
dengan baik sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
Kegiatan manajemen layanan BK salah satunya yaitu menentukan tugas

pokok dan fungsi guru BK, yaitu melakukan assesmen kebutuhan peserta didik,
menyusun perencanaan kegiatan layanan antara lain program tahunan dan
program semester, melaksanakan dan mengevaluasi layanan BK, melakukan
pelaporan dan tindak lanjut kegiatan BK, serta penyelenggaraan layanan BK
dengan pihak terkait.
Selain itu, manajemen BK menentukan kualifikasi konselor untuk
penyelenggaraan layanan BK di sekolah tersebut. Menurut Permendikbud nomor
111 tahun 2014 menyatakan bahwa Konselor adalah pendidik profesional yang
berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan
dan Konseling/ Konselor; sedangkan Guru Bimbingan dan Konseling adalah
pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan
dan Konseling. Di samping harus memiliki kualifikasi tersebut, guru Bimbingan
dan Koseling atau Konselor juga dituntut memiliki kompetensi sebagaimana telah
dirumuskan dalam Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.
Pada kurikulum KTSP 2006 mengalokasikan 1 jam pelajaran untuk
layanan BK. Sedangkan untuk kurikulum tiga belas (K13) tidak ada jam khusus
bagi layanan BK, sehingga guru BK tidak ada waktu khusus untuk melayani

peserta didik.
7

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SMK X
SMK X merupakan salah satu SMK di Indonesia. SMK X bekerjasama
sebuah production house yang sudah mumpuni di bidangnya bertaraf
internasional. Dengan visi besar yaitu “Educate, inspire, transform students to
impact media world”, harapannya peserta didik lulusan SMK ini akan berdampak
positif dan dapat bersaing di bidang media tingkat dunia.
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan manajemen BK di SMK X
dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pihak terkait, yaitu kepala
sekolah, guru wali kelas, guru BK dan peserta didik.
B. Hasil Pengamatan
Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan manajemen layanan BK telah
dilaksanakan dengan baik, akan tetapi belum maksimal. Beberapa kegiatan
manajemen BK yang telah dilakukan di SMK X antara lain :
1. Melakukan perencanaan program BK yaitu :
a. Tahap persiapan (preparing) perencanan program

Yang telah dilakukan pada tahap ini yaitu :




Melakukan assesmen kebutuhan peserta didik dengan sistem
DCM (Daftar Cek Masalah)
Guru BK melakukan kerjasama dan mendapatkan dukungan dari
kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru wali kelas,



guru mata pelajaran, orang tua dan peserta didik.
Menetapkan dasar perencanaan program untuk melayani seluruh
pesrta didik.

b. Tahap perancangan (designing) dalam perencanaan program
Yang telah dilakukan pada tahap ini yaitu :




Merancang dan menyusun program tahunan
Merancang dan menyusun program semester
8



Sudah membuat laporan individu, laporan bulanan, dan
laporan tahunan akan tetapi belum maksimal

2. Melaksanakan program BK
Saat ini, ada 2 kurikulum yang sedang berjalan di SMK X, yaitu:
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan untuk
kelas XI dan XII. Pada kurikulum ini, kegiatan layanan BK
dialokasikan 1 jam pelajaran per minggu setiap hari Kamis.
b. Kurikulum Tiga Belas (K13) dilaksanakan untuk kelas X. Pada
kurikulum ini, tidak ada jam khusus untuk layanan BK.
Adapun jenis layanan yang diberikan kepada peserta didik antara
lain konseling individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok,
bimbingan klasikal, bimbingan kelas besar/lintas kelas, konsultasi,

kolaborasi, serta kunjungan rumah. SMK X melayani seluruh peserta didik
baik yang sedang berkasus maupun tidak.
3. Evaluasi program BK
Guru BK mengadakan evaluasi program BK dan pelaporan
kegiatan pada pihak-pihak terkait dengan periode tertentu.
C. Pembahasan
Manajemen BK yang telah dilaksanakan di SMK X sudah mengalami
perkembangan paradigma. Guru BK selaku koordinator wilayah bimbingan dan
konseling mandiri memegang peranan penting dalam memanajemen bimbingan
dan konseling di SMK ini. Program BK di tempat ini sudah terstruktur dan
terencana sesuai dengan tahun ajaran yang sedang berjalan. Hal tersebut dapat
dilihat dari tahap persiapan dan tahap perancangan yang sudah dilakukan
dengan baik. Adanya program tahunan dan program semester membuat
pelayanan BK menjadi lebih terstruktur dan terencana. Tujuan program yaitu
dengan mengotimalkan perkembangan peserta didik.
Dalam melaksanakan pelayanan BK, guru BK selaku konselor tidak
bekerja sendirian. Akan tetapi konselor bekerjasama dengan kepala sekolah,
waka kurikulum, waka kesiswaan, guru wali kelas, guru mata pelajaran, serta
9

orang tua. Dalam pelaksanaannya, konselor menggunakan pendekatan preventif
dan krisis yaitu dengan memberikan layanan orientasi dan informasi mengenai
berbagai aspek kehidupan yg patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah
dari masalah. Setelah melakukan pelayanan, konselor akan membuat laporan
secara berkala untuk mengetahui perkembangan peserta didik.
Ruang BK tidak hanya menjadi satu-satunya ruang yang dipakai dalam
melaksanakan layanan BK. Pelaksanaannya bisa di ruang kelas, lobby, atau di
tempat-tempat lain yang sekiranya membuat peserta didik merasa nyaman dan
tidak terganggu saat proses konseling berlangsung.
Adapun kendala yang sering terjadi dalam melaksanakan layanan BK
antara lain : keengganan peserta didik secara terbuka untuk melakukan layanan
BK terutama peserta didik laki-laki. Hal tersebut dikarenakan masih mempunyai
paradigma yang salah tentang BK. Peserta didik menganggap bahwa ruang BK
adalah ruang pengadilan. Selain itu, pada pelaksanaan K13 tidak ada jam
khusus untuk layanan BK. Hal tersebut membuat konselor kesulitan
melaksanakan programnya.
Walaupun demikian, secara keseluruhan SMK X sudah memanajemen
bimbingan dan konseling dengan baik.

10

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pengamatan tentang manajemen bimbingan dan konseling di
SMK X didapatkan kesimpulan bahwa SMK ini sudah melaksanakan manajemen
bimbingan dan konseling dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui adanya
program yang terstruktur dan terencana, melaksanakan bimbingan dan konseling
dengan pendekatan preventif dan krisis, melayani semua siswa tidak hanya
siswa yang bermasalah, menekankan pada program pengembangan, konselor
tidak hanya dilakukan oleh guru BK akan tetapi bekerjasama dengan kepala
sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru wali kelas, guru mata pelajaran,
dan orang tua.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan demi kemajuan manajemen bimibingan
dan konseling di SMK ini yaitu berkaitan dengan penerapan K13 dimana tidak
adanya jam khusus BK, maka sebaiknya konselor menyiapkan waktu khusus
bagi peserta didik kelas X supaya mereka pun mendapatkan pelayanan yang
maksimal. Selain itu, konselor harus kreatif dalam melakukan pendekatan
dengan peserta didik terutama peserta didik laki-laki supaya mereka juga terbuka
dan merasa nyaman ketika proses konseling.

11

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.2016.Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).Jakarta.
LN, Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan.2005.Landasan Bimbingan Dan
Konseling.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Bandung: Alfabeta.
Tunggal, Amin Widjaya.1995.Manajemen Suatu Pengantar.Jakarta:Rineka Cipta.

12