PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII PADA MATERI ENERGI.

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA KELAS VIII PADA MATERI ENERGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh: GRESI GARDINI

1004647

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Enjang A. Juanda, M.Pd.,M.T NIP 195508261981011001

Pembimbing II

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP 196707251992032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI,

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. NIP 195807121983032002


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII Pada Materi Energi” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, April 2013 Yang membuat pernyataan,


(4)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII PADA MATERI ENERGI

(Gresi Gardini, 1004647)

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran fisika kurang memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif membangun konsepnya melalui aktivitas ilmiah dan proses berpikir. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa kelas VIII pada materi energi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dipadukan dengan metode demonstrasi interaktif. Model ini dapat memfasilitasi siswa berinteraksi dalam kelas serta melakukan aktivitas ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “nonequivalent control group design” yang dilaksanakan di salah satu SMP di kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Pembelajaran diawali dengan pretest, kemudian pemberian perlakuan dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan demonstrasi interaktif. Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata N-gain kemampuan kognitif sebesar 0,48 untuk kelas eksperimen dan 0,32 untuk kelas kontrol. Sedangkan untuk keterampilan proses sains diperoleh rata-rata N-gain sebesar 0,43 untuk kelas eksperimen dan 0,27 untuk kelas kontrol. Disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan demonstrasi interaktif dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa.

Kata Kunci: pembelajaran kooperatif tipe NHT, demonstrasi interaktif, kemampuan kognitif,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ……….

B.Rumusan Masalah ………

C.Tujuan Penelitian ……….

D.Pembatasan Masalah………...

E. Manfaat Penelitian ..………

F. Definisi Operasional ………

1 3 4 4 4 5 BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN

METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF, KEMAMPUAN KOGNITIF, DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

A.Belajar ………..

B.Pembelajaran Sains ………..

C.Pembelajaran Kooperatif ... D.Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT... E. Pembelajaran Inkuiri ... F. Demonstrasi interaktif ………... G.Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode Demonstrasi

Interaktif………...

H.Kemampuan Kognitif ……….

I. Keterampilan Proses Sains………..

6 7 8 11 12 13 15 17 19 BAB III METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian ……….

B.Populasi dan Sampel Penelitan ..………..

C.Prosedur Penelitian ………..

D.Alur Penelitian ……….

E. Instrumen Penelitian ………

F. Teknik Analisis Tes………..

G.Hasil Analisis Uji Coba Instrumen…...………

H.Teknik Pengolahan Data ………..

21 21 22 24 25 26 28 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode Demonstrasi Interaktif...………. 2. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... a. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Kognitif Keseluruhan

………. b. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Kognitif untuk Setiap

Aspek ………..………...

3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains ..………... 35 37 37 39 40


(6)

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Keseluruhan ………

b. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains untuk Setiap Aspek ………... 4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT dengan Metode Demonstrasi Interaktif ….………. B.Pembahasan

1. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan

Metode Demonstrasi Interaktif...……….

2. Peningkatan Kemampuan Kognitif ……….

3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains ………. 4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT dengan Metode Demonstrasi Interaktif ………. 40 41 43

45 47 49 51 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ………..

B.Saran ………

53 53

DAFTAR PUSTAKA ……… 55


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Hirarki Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri ………... 13 Tabel 2.2

Tabel 2.3 Tabel 3.1

Perpaduan Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan metode Demonstrasi Interaktif ………. Jenis-jenis Keterampilan Proses dan Karakteristiknya …………

Desain Penelitian ………..

13 16 20 21 Tabel 3.2 Kriteria Validitas Butir Soal .……….... 27 Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Butir soal ... 27 Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda ... 28 Tabel 3.5

Tabel 3.6

Kategori Tingkat Kesukaran Soal ……….... Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Kemampuan Kognitif pada Materi Energi …..………...

28 29 Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Keterampilan Proses Sains pada Materi Energi .……….. 30 Tabel 3.8

Tabel 3.9 Tabel 3.10

Kategori Rata-rata Nilai Gain yang Dinormalisasi .……….

Kategori Nilai d-value ………..

Interpretasi Tanggapan Siswa ………...

33 34 Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa pada

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif ... 36 Tabel 4.2 Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol pada Materi Energi ……….. 38

Tabel 4.3 Tabel 4.4

Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol pada Materi Energi ………


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur Penelitian ………. 24

Gambar 4.1 Perbandingan Persentase Skor Rata-rata N-gain untuk Tiap Jenis Aspek Kemampuan Kognitif Siswa pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 39

Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Skor Rata-rata N-gain untuk Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………... 42


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 59

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 98

Lampiran C : Hasil Uji Coba Soal Tes ... 151

Lampiran D : Pengolahan Data ... 158


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP, 2007).

Namun pada kenyataannya di lapangan, pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di salah satu SMP di kabupaten Bandung Barat, pembelajaran fisika yang dilaksanakan belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang biasa terjadi kurang memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam membangun, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Diungkapkan bahwa dalam satu semester kurang lebih hanya tiga kali siswa dilibatkan dalam kegiatan percobaan. Hasil pengamatan di kelas juga menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran memang masih rendah. Ketika siswa dilibatkan dalam kegiatan percobaan dan diskusi dengan tujuan untuk mengaktifkan siswa, hanya beberapa orang siswa saja yang ikut berpartisipasi menyalurkan idenya, interaksi dalam kelompok juga tidak berjalan dengan baik karena terlihat hampir setiap kelompok didominasi oleh siswa tertentu saja, sisanya hanya menjadi penonton. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal termasuk hasil belajar ranah kognitif. Analisis terhadap instrumen evaluasi menunjukkan bahwa soal disusun untuk mengukur kemampuan kognitif pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). Analisis lebih lanjut terhadap butir soal ditemukan bahwa dari 12 soal tes kemampuan C1, C2, dan C3, siswa yang bisa menjawab soal C1 sebanyak 78,8%, yang bisa menjawab soal C2 sebanyak 54,2%, dan yang bisa


(11)

menjawab soal C3 sebanyak 44,5%. Dari hasil analisis ini terlihat bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal aspek C2 dan C3 masih rendah. Selain itu, pembelajaran yang kurang memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan ilmiah mengakibatkan keterampilan proses sains siswa pun tidak terlatihkan dengan baik, sedangkan keterampilan proses sains merupakan salah satu kompetensi yang harus tercapai seperti yang diamanatkan dalam KTSP.

Dari permasalahan tersebut, diperlukan upaya untuk menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membangun konsepnya sendiri melalui aktivitas ilmiah dan proses berpikir. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa serta dapat melatih keterampilan proses sainsnya.

Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat membantu dan memfasilitasi untuk memudahkan siswa berinteraksi dalam kelas dan mengembangkan kemampuan kognitif serta keterampilan proses sainsnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif. Model pembelajaran NHT ini adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa mampu berdiskusi dan berinteraksi dalam kelompoknya sehingga semua siswa diharapkan akan terlibat secara aktif dalam diskusi. NHT merupakan cara yang baik untuk menambah tanggung jawab individual terhadap diskusi kelompok (Trianto, 2007, 62). Ketika siswa bekerja sama dalam kelompok, setiap anggota dalam kelompok harus siap mewakili kelompoknya karena tidak ada yang tahu nomor yang mana yang akan dipanggil. Dengan demikian, model NHT menuntut siswa untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh dan saling membantu memecahkan berbagai permasalahan antara satu dengan yang lainnya, tidak hanya mengandalkan pada siswa yang pandai saja.

Metode demonstrasi interaktif digunakan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga mereka bisa membangun konsepnya sendiri berdasarkan bukti. Demonstrasi pada demonstrasi interaktif bukan hanya sebuah peragaan, tetapi guru berperan untuk menanyakan prediksi siswa mengenai suatu permasalahan, menghadirkan respon-respon mereka, dan membantu siswa untuk mencari kesimpulan berdasarkan fakta-fakta. Artinya siswa diajak untuk


(12)

melakukan proses inkuiri melalui sebuah demonstrasi. Melalui demonstrasi interaktif siswa dilatihkan kemampuan seperti mengenal fenomena, mengenal variabel, serta merancang percobaan untuk memecahkan suatu permasalahan. Demonstrasi interaktif (interactive demonstration) dapat diterapkan pada siswa dengan karakteristik yang belum terbiasa dilibatkan dalam kegiatan ilmiah.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan hasil yang baik terhadap kualitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa, diantaranya Musfirotun (2010) mendapatkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif NHT serta rata-rata dan ketuntasan belajar IPA mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan melebihi kriteria yang diinginkan. Sementara itu Maheady et al. (2006, dalam Bawn, 2007: 44) menemukan bahwa NHT dengan insentif lebih efektif dalam meningkatkan pencapaian akademik dibandingkan dengan NHT tanpa insentif dan kedua metode lebih bermanfaat untuk pembelajaran daripada metode tradisional.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII pada Materi Energi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah umum dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif dan

keterampilan proses sains siswa kelas VIII pada materi energi setelah diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif?”

Secara lebih operasional, rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?


(13)

2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa kelas VIII pada materi energi setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif.

D. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa diukur dari rata-rata skor gain yang dinormalisasi (<g>).

2. Kemampuan kognitif siswa yang diukur pada penelitian ini dibatasi pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) berdasarkan kompetensi dasar yang akan diajarkan untuk materi energi yang mencakup konsep-konsep: bentuk-bentuk energi, perubahan bentuk energi, kekekalan energi mekanik, serta usaha dan daya.

3. Keterampilan proses sains yang diukur pada penelitian ini dibatasi pada aspek keterampilan proses sains mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi data.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti tentang potensi pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains


(14)

siswa, yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan demonstrasi interaktif merupakan pembelajaran yang dilaksanakan dengan langkah-langkah fase penomoran, memunculkan prediksi siswa, pelaksanaan demonstrasi, memunculkan tanggapan siswa dan meminta penjelasan lebih lanjut, dan membantu siswa memperoleh kesimpulan berdasarkan bukti-bukti. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dalam penelitian ini digunakan lembar observasi yang dibuat berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan.

2. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir/bernalar yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan dan penalaran. Kemampuan kognitif yang diteliti meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). Kemampuan kognitif siswa diukur dengan menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda, adanya peningkatan kemampuan kognitif dilihat berdasarkan peningkatan rata-rata gain yang dinormalisasi <g>.

3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan metode ilmiah. Keterampilan proses sains yang diteliti meliputi empat keterampilan proses sains, yaitu mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi data. Keterampilan proses sains siswa diukur dengan menggunakan tes tertulis dalam bentuk uraian, adanya peningkatan keterampilan proses sains dilihat berdasarkan peningkatan rata-rata gain yang dinormalisasi <g>.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fisika di sekolah setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif. Untuk pelaksanaan penelitian tersebut maka metode yang digunakan adalah metode eksperimen (experimental Research). Jenis metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy experimental) karena menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami telah terbentuk dalam kelas.

Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dan kelas pembanding sebagai kelas kontrol dan keduanya diberikan tes awal dan tes akhir maka desain pada penelitian yang digunakan adalah “Nonequivalen Control Group Design”

(Sugiyono, 2007).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 O2

Keterangan:

X : perlakuan pembelajaran tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif O1 : tes awal

O2 : tes akhir

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII pada salah satu SMP di kabupaten Bandung Barat semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah siswa 306 orang. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang akan diperlakukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan


(16)

jumlah siswa masing-masing kelas 34 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster-random sampling.

Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing hanya 29 orang siswa yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal (pretest), perlakuan (treatment) dan tes akhir (posttest). Dengan demikian yang menjadi sampel penelitian adalah 58 orang.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan persiapan meliputi:

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang kemampuan kognitif, keterampilan proses sains, pembelajaran kooperatif NHT dan demonstrasi interaktif dalam pembelajaran fisika, serta materi energi.

b. Menelaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

d. Memvalidasi instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains kepada dua orang ahli.

e. Melakukan uji coba tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains.

f. Menganalisis data hasil uji coba tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains untuk melihat kualitas soal yang disusun. Kualitas soal dinilai berdasarkan aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi: a. Menentukan sampel penelitian.


(17)

b. Memberikan tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains awal siswa tentang materi energi sebelum diberi perlakuan.

c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dan pembelajaran konvensional kepada kelas kontrol.

d. Melakukan observasi keterlaksanaan model selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Memberikan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa setelah mendapat perlakuan.

f. Menyebarkan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif pada kelas eksperimen . 3. Tahap akhir

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Melakukan penskoran terhadap hasil tes awal dan tes akhir serta

menganalisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan.

b. Menghitung gain yang dinormalisasi kemampuan kognitif dan

keterampilan proses sains untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c. Melakukan analisis data angket. d. Mengambil kesimpulan penelitian.


(18)

D. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif NHT, Demonstrasi interaktif, Kemampuan Kognitif,

Keterampilan Proses Sains

Pembelajaran Konvensional Penyusunan instrumen 1. Tes Kemampuan Kognitif 2. Tes Keterampilan Proses Sains 3. Angket Siswa

4. Lembar Observasi

Validasi, Uji coba, Revisi

Tes Awal

Tes Akhir

Pembelajaran Kooperatif NHTmelalui demonstrasi

interaktif

Angket

Pembahasan

Kesimpulan Pengolahan dan

Analisis Data

Penyusunan Rencana Pembelajaran Kooperatif NHT melalui

Demonstrasi Interaktif

Observasi

Kelas Kontrol Kelas


(19)

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen, yaitu tes kemampuan kognitif, tes keterampilan proses sains, lembar observasi, serta angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan.

1. Tes Kemampuan Kognitif

Tes kemampuan kognitif digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan kognitif sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Bentuk soal tes kemampuan kognitif adalah pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban sebanyak 20 butir soal. Penyusunan soal didasarkan pada indikator-indikator kemampuan kognitif konsep energi yang harus dicapai pada KTSP. Indikator kemampuan kognitif pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Anderson yang dibatasi pada tingkatan domain mengingat (C1), memahami (C2) dan menerapkan (C3). Rumusan soal-soal tes kemudian divalidasi (validasi konten) oleh dua orang ahli dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes kemampuan kognitif secara keseluruhan tertera pada lampiran B.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Soal tes keterampilan proses sains dibuat dalam bentuk soal uraian sebanyak 6 butir soal. Indikator tes untuk melihat keterampilan proses sains siswa dibatasi pada aspek mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi data. Rumusan soal tes ini kemudian divalidasi oleh dua orang ahli dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes keterampilan proses sains secara keseluruhan tertera pada lampiran B. 3. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif yang telah direncanakan terlaksana dalam


(20)

proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek.

4. Angket Tanggapan Siswa

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif pada materi energi. Angket tanggapan siswa terdiri dari 13 pernyataan, masing-masing menggunakan dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Tes

Analisis instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains meliputi perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir Soal. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.

1. Validitas Instrumen

Uji validitas tes bertujuan untuk mengukur sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity). Untuk mengetahui validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli terhadap tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains. Ada dua orang ahli yang diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan konsep yang diukur dan indikator. Hasil pertimbangannya, butir soal yang dibuat dinyatakan sesuai antara konsep yang diukur dengan indikator tetapi isinya masih ada yang memerlukan revisi. Setelah diperbaiki oleh peneliti, maka instrumen sudah bisa dan layak untuk digunakan.

Setelah tes dijudgement oleh para ahli dan direvisi, maka dilakukan ujicoba instrumen, kemudian skor yang diperoleh dianalisis dan diperoleh validitas butir soal. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut


(21)

memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi. Perhitungan koefisien korelasi soal uji coba dilakukan dengan menggunakan program Anates V4. Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria validitas butir soal dengan kategori yang dinyatakan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2.

Kriteria Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80< r ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60< r ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r ≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< r ≤ 0,40 rendah (kurang)

r≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang) 2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat ukur tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Sudjana, 2010: 120). Pengujian realibilitas dilakukan dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan program Anates V4.

Kriteria untuk reliabilitas instrumen dinyatakan pada tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3.

Kriteria Reliabilitas Butir soal

Nilai Kriteria

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r 11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang) 3. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks


(22)

diskriminasi (D). Untuk menentukan daya pembeda dianalisis dengan program

Anates V4.

Kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut : Tabel 3.4

Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Kriteria Daya Pembeda ≤ 0,00 Tidak baik (sebaiknya dibuang)

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali (Arikunto,2011 : 218)

4. Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik juga ditentukan oleh tingkat kesukarannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index), indeks kesukaran ini diberi simbol P. Untuk menentukan indeks kesukaran soal ini digunakan software Anates V4.

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai sebagai berikut : Tabel 3.5

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Indeks kesukaran (P) Kriteria kesukaran 0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

G. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses yang telah disusun peneliti dilakukan pada siswa kelas VIII di salah satu sekolah di kabupaten Bandung Barat. Soal tes kemampuan kognitif yang diujicobakan sebanyak 20 butir soal pilihan ganda, dan soal keterampilan proses sains sebanyak 6 butir soal uraian. Analisis instrumen dilakukan untuk menentukan validitas, realibilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal dengan menggunakan

software Anates V4.

Data hasil analisis uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:


(23)

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif pada Materi Energi

No. Soal

Validitas

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket.

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,68 Tinggi 0,78 Baik Sekali 0,59 Sedang Digunakan

2 0,44 Cukup 0,44 Baik 0,68 Sedang Digunakan

3 0,68 Tinggi 0,78 Baik 0,59 Sedang Digunakan

4 0,58 Cukup 0,67 Baik 0,68 Sedang Digunakan

5 0,59 Cukup 0,78 Baik Sekali 0,59 Sedang Digunakan

6 0,64 Tinggi 0,78 Baik Sekali 0,74 Mudah Digunakan

7 0,49 Cukup 0,67 Baik 0,65 Sedang Digunakan

8 0,55 Cukup 0,78 Baik Sekali 0,65 Sedang Digunakan

9 0,19 Sangat rendah

0,22 Cukup 0,85 Mudah Tidak

Digunakan

10 0,39 Rendah 0,56 Baik 0,53 Sedang Tidak

Digunakan

11 0,59 Cukup 0,67 Baik 0,62 Sedang Digunakan

12 0,51 Cukup 0,67 Baik 0,50 Sedang Digunakan

13 0,48 Cukup 0,56 Baik 0,56 Sedang Digunakan

14 0,54 Cukup 0,67 Baik 0,56 Sedang Digunakan

15 0,45 Cukup 0,56 Baik 0,62 Sedang Digunakan

16 0,44 Cukup 0,56 Baik 0,71 Mudah Digunakan

17 0,48 Cukup 0,56 Baik 0,59 Sedang Digunakan

18 0,54 Cukup 0,56 Baik 0,65 Sedang Digunakan

19 0,55 Cukup 0,67 Baik 0,65 Sedang Digunakan

20 0,47 Cukup 0,44 Baik 0,32 Sedang Digunakan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan validitasnya, 1 soal memiliki validitas sangat rendah, 1 soal memiliki validitas rendah, 15 soal memiliki validitas cukup, dan 3 soal memiliki validitas tinggi. Berdasarkan daya pembedanya, 1 soal kategori cukup, 15 soal kategori baik, dan 4 soal kategori baik sekali. Berdasarkan tingkat kesukarannya, 3 soal kategori mudah, 17 soal kategori sedang. Sedangkan indeks reliabilitas tes kemampuan kognitif diperoleh 0,83 termasuk kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka 18 soal tes kemampuan kognitif digunakan dalam penelitian dan 2 soal di buang karena memiliki validitas yang rendah dan sangat rendah yaitu nomor 9 dan 10. Perhitungan reliabilitas, daya


(24)

pembeda, dan tingkat kesukaran tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada lampiran C.

Data hasil analisis uji coba instrumen tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains pada Materi Energi

No. Soal

Validitas

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket.

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1a 0,46 Cukup 0,67 Baik 0,56 Sedang Digunakan

1b 0,62 Tinggi 0,78 Baik Sekali 0,61 Sedang Digunakan

1c 0,51 Cukup 0,56 Baik 0,28 Sukar Digunakan

2a 0,54 Cukup 0,44 Baik 0,78 Mudah Digunakan

2b 0,56 Cukup 0,56 Baik 0,39 Sedang Digunakan

3a 0,40 Rendah 0,67 Baik 0,56 Sedang Tidak

Digunakan

3b 0,53 Cukup 0,56 Baik 0,28 Sukar Digunakan

3c 0,27 Rendah 0,44 Baik 0,67 Sedang Tidak

Digunakan 3d 0,71 Tinggi 0,89 Baik Sekali 0,44 Sedang Digunakan

4a 0,59 Cukup 0,67 Baik 0,67 Sedang Digunakan

4b 0,46 Cukup 0,56 Baik 0,39 Sedang Digunakan

5a 0,42 Cukup 0,33 Cukup 0,72 Mudah Digunakan

5b 0,44 Cukup 0,44 Baik 0,67 Sedang Digunakan

6a 0,65 Tinggi 0,78 Baik Sekali 0,44 Sedang Digunakan

6b 0,30 Rendah 0,33 Cukup 0,17 Sukar Tidak

Digunakan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan validitasnya, 3 soal memiliki validitas rendah, 9 soal memiliki validitas cukup, dan 3 soal memiliki validitas tinggi. Berdasarkan daya pembedanya, 2 soal kategori cukup, 10 soal kategori baik, dan 3 soal kategori baik sekali. Berdasarkan tingkat kesukarannya, 2 soal kategori mudah, 10 soal kategori sedang, dan 3 soal kategori sukar. Sedangkan indeks reliabilitas tes kemampuan kognitif diperoleh 0,80 termasuk kategori tinggi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka 12 soal tes keterampilan proses sains digunakan dalam penelitian dan 3 soal di buang karena memiliki validitas


(25)

yang rendah yaitu soal nomor 3a, 3c, dan 6b. Perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada lampiran C.

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk membuat penafsiran data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu mengetahui peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan keterampilan proses sains, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran NHT dengan metode demonstrasi interaktif. Data yang diperoleh dari tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains dianalisis dengan mencari rata-rata skor N-gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif, dan peningkatan keterampilan proses sains. Data dari angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dan melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.

1. Pengolahan Data Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains

a. Pemberian Skor

Pemberian skor dilakukan untuk data hasil tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains. Penskoran hasil tes kemampuan kognitif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 dan 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan yaitu 18. Sedangkan untuk tes keterampilan proses sains, skor yang diberikan maksimum 2 dan minimum 0 dengan skor maksimum ideal adalah 15.

b. Menghitung rata-rata (mean) skor pretest dan posttest

Nilai rata-rata (mean) dari skor tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi energi baik pretest maupun posttest dihitung dengan menggunakan rumus berikut :


(26)

: nilai rata-rata skor pretest maupun posttest

X : skor tes yang diperoleh setiap siswa N : banyaknya data

c. Menghitung Gain yang Dinormalisasi

Perhitungan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi dilakukan untuk menentukan peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains. Perhitungan gain yang dinormalisasi dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hake, 1998: 1):

pre maks

pre post

S S

S S g

  

Keterangan:

Spost : Skor posttest

Spre : Skor pretest

Smaks : Skor maksimum ideal

Tabel 3.8

Kategori Rata-rata Nilai Gain yang Dinormalisasi

Gain yang Dinormalisasi Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998) d. Menghitung Effect Size (d-value)

Penghitungan d-value dilakukan jika nilai N-gain pada kedua kelas berada pada kriteria yang sama. Effect Size (d-value) merupakan nilai yang menyatakan seberapa besar pengaruh suatu perlakuan terhadap hasil. Perhitungan d-value dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hake, 1998: 2):

d = (geksperimen– gkontrol)/SD

Keterangan:

d = d-value

geksperimen = rata-rata skor gain yang dinormalisasi kelas eksperimen


(27)

SD = rata-rata standar deviasi kelas eksperimen dan kelas kontrol Nilai d-value kemudian diinterpretasi dalam tiga kategori yang dibuat oleh Cohen seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.9 berikut ini (Becker 2000: 3):

Tabel 3.9 Kategori nilai d-value

d-value Kategori Keterangan

d ≥ 0,8 Besar Perbedaan pengaruh sangat signifikan 0,2 < d < 0,8 Sedang Perbedaan pengaruh cukup signifikan

d ≤ 0,2 Kecil Perbedaan pengaruh tidak signifikan 2. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa

Pengolahan data tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut: a. Menentukan Frekuensi Tanggapan Siswa

Hasil jawaban angket tanggapan siswa ada dua alternatif jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Hasil jawaban siswa kemudian dihitung frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban.

b. Menentukan Persentase Tanggapan Siswa

Setelah frekuensi jawaban siswa pada setiap alternatif jawaban diperoleh, kemudian dicari prosentase dari setiap alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:

Dengan: P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyak responden


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif

dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen sebesar 0,48 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,32.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen sebesar 0,43 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,27.

3. Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi energi, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada saat awal pembelajaran diperlukan banyak waktu untuk mengkondisikan siswa dalam kelompoknya sehingga waktu untuk berdiskusi menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu, dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan demonstrasi interaktif guru harus pandai mengatur waktu agar waktu untuk diskusi kelas menjadi lebih panjang.

2. Pada fase mengajukan pertanyaan sebaiknya permasalahan yang disajikan merupakan permasalahan yang kontekstual sehingga akan lebih memudahkan siswa untuk memahaminya.


(29)

54

3. Pada saat siswa dilibatkan dalam merancang kegiatan demonstrasi yang akan dilaksanakan masih ada siswa yang nampak kebingungan. Oleh karena itu siswa harus dipersiapkan agar terbiasa ikut merencanakan kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan sehingga penggunaan waktu akan lebih efektif. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru untuk mengarahkan siswa sebaiknya runtut untuk mendukung demonstrasi yang akan dilakukan.

4. Pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang tidak ikut terlibat dalam diskusi. Oleh karena itu, sebaiknya siswa harus terbiasa mengemukakan pendapat dan bekerja sama dalam kelompok agar siswa dapat lebih mengeksplor pengetahuannya dengan mengutarakan ide-ide dalam kelompoknya.

5. Pada kegiatan penutup sebaiknya siswa dilibatkan dengan aplikasi konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., and Krathwohl,, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning

and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Longman: New York.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bawn, Susan. (2007). The Effect of Cooperative Learning on Learning and

Engangement. Tersedia:

http://archives.evergreen.edu/masterstheses/Accession89-10MIT/Bawn_S%20MITthesis%202007.pdf [27 Desember 2011] Becker, Lee A. (2000). Effect Size (ES). Tersedia:

www.bwgriffin.com/gsu/curses/EffectSizeBecker.pdf. [20 Desember 2012]

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Fatirul, Ahmad Noor. Cooperative Learning. Tersedia:

http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf. [17 Desember 2011]

Fraenkel, J.C., and Wallen N.E. (2007). How to Design and Evaluate

Research in Education. New York: McGraw-Hill, inc

Gross, Jerod L. (2002). “Seeing is believing: Classrooms Demonstrations as

a Scientific Inquiry”. I(3), 3-6.

Hake, R.R. (1997). Interactive-engangement versus Traditional Methods: A

Six-thousand-student Survey of Mechanics Test Data for

IntroductoryPhysics Courses. Tersedia:

http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf. [5 Desember 2011]

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [12 Desember 2011]

Herdian. (2009). Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Tersedia: http://id.wordpress.com/ [5 Desember 2011]


(31)

Jalaludin, Dudung. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan Kecakapan Ilmiah Siswa SMA. Tesis. Bandung: UPI

Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik

sampai Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Joyce, et al. (2009). Models of Teaching, Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kagan. (2000). Cooperative Learning Structure. Numbered Heads Together. Tersedia: http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm. [5 Desember 2011). Kagan. (2007). Numbered Heads Together (NHT). Tersedia: http://www.eazhull.org.uk/nlc/numbered_heads.htm. [5 Desember 2011].

Karim, Saeful dkk. (2008). Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar

untuk Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional

Lee, Miha. (2008). The Effect of Guided Inquiry Laboratory on Conceptual

Understanding. Tersedia:

http://www.csun.edu/~ml727939/coursework/

697/Miha%27s%20revised%20action%20research%20project%20pape r.pdf. pdf [3 Januari 2012]

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Megadomani, Aritta (2011). Model Pembelajaran Inkuiri laboratorium

Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan keterampilan Generik siswa SMA pada Materi Kelarutan dan hasil kali Kelarutan.

Tesis. Bandung: UPI

Merritts, Dorothy., Walter, Robert., & MacKay, Bob. (2012). How to Use

Interactive Lecture Demonstrations in Class. Tersedia:

http://serc.carleton.edu/introgeo/demonstrations/how.html [21 Februari 2012]

Musfirotun (2010). Peningkatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Ipa

Melalui Pendekatan Cooperative Tipe Numbered Head Together Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Buwaran Mayong Jepara. Jurnal


(32)

Mutakinati, Leli. (2010). Pembelajaran kooperatif Think pair Square untuk

Meningkatkan Kemampuan memecahkan Masalah Siswa pada materi larutan Penyangga. .Tesis. Bandung: UPI

Panggabean, Luhut. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut. 2001. Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Rahayu, Sri. Number Head Together. Tersedia:

http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-together-html. [17 Desember 2011]

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta:

RajaGrafindo Perkasa

Slavin, R.E.( 2010). Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sopamena, Octavina. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan aktivitas Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis. Bandung: UPI

Sudjana, Nana & Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Temiz, Tasar & Tan. (2006). “Development and validation of a multiple format test of science process skills”. International Educational Journals, 7(7), 1007 – 1027.

Thurston, Allen., et al. (2010). “Cooperative Learning in Science:Follow-up

from primary to high School”. International Journal of Science Education. 32, ( 4), 501–522.


(33)

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wenning, J. Carl. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical

practices and inquiry processes. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/levels_of_inquiry.pdf [21 Februari 2012)

Wenning, J. Carl. (2011). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf [21 Februari 2012]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif

dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen sebesar 0,48 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,32.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen sebesar 0,43 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,27.

3. Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode demonstrasi interaktif untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi energi, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada saat awal pembelajaran diperlukan banyak waktu untuk mengkondisikan siswa dalam kelompoknya sehingga waktu untuk berdiskusi menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu, dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan demonstrasi interaktif guru harus pandai mengatur waktu agar waktu untuk diskusi kelas menjadi lebih panjang.

2. Pada fase mengajukan pertanyaan sebaiknya permasalahan yang disajikan merupakan permasalahan yang kontekstual sehingga akan lebih memudahkan siswa untuk memahaminya.


(2)

3. Pada saat siswa dilibatkan dalam merancang kegiatan demonstrasi yang akan dilaksanakan masih ada siswa yang nampak kebingungan. Oleh karena itu siswa harus dipersiapkan agar terbiasa ikut merencanakan kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan sehingga penggunaan waktu akan lebih efektif. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru untuk mengarahkan siswa sebaiknya runtut untuk mendukung demonstrasi yang akan dilakukan.

4. Pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang tidak ikut terlibat dalam diskusi. Oleh karena itu, sebaiknya siswa harus terbiasa mengemukakan pendapat dan bekerja sama dalam kelompok agar siswa dapat lebih mengeksplor pengetahuannya dengan mengutarakan ide-ide dalam kelompoknya.

5. Pada kegiatan penutup sebaiknya siswa dilibatkan dengan aplikasi konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., and Krathwohl,, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Longman: New York.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bawn, Susan. (2007). The Effect of Cooperative Learning on Learning and

Engangement. Tersedia:

http://archives.evergreen.edu/masterstheses/Accession89-10MIT/Bawn_S%20MITthesis%202007.pdf [27 Desember 2011] Becker, Lee A. (2000). Effect Size (ES). Tersedia:

www.bwgriffin.com/gsu/curses/EffectSizeBecker.pdf. [20 Desember 2012]

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Fatirul, Ahmad Noor. Cooperative Learning. Tersedia:

http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf. [17 Desember 2011]

Fraenkel, J.C., and Wallen N.E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill, inc

Gross, Jerod L. (2002). “Seeing is believing: Classrooms Demonstrations as a Scientific Inquiry”. I(3), 3-6.

Hake, R.R. (1997). Interactive-engangement versus Traditional Methods: A

Six-thousand-student Survey of Mechanics Test Data for

IntroductoryPhysics Courses. Tersedia:

http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf. [5 Desember 2011]

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [12 Desember 2011]

Herdian. (2009). Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Tersedia: http://id.wordpress.com/ [5 Desember 2011]


(4)

Jalaludin, Dudung. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan Kecakapan Ilmiah Siswa SMA. Tesis. Bandung: UPI

Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Joyce, et al. (2009). Models of Teaching, Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kagan. (2000). Cooperative Learning Structure. Numbered Heads Together. Tersedia: http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm. [5 Desember 2011). Kagan. (2007). Numbered Heads Together (NHT). Tersedia: http://www.eazhull.org.uk/nlc/numbered_heads.htm. [5 Desember 2011].

Karim, Saeful dkk. (2008). Belajar IPA, Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Lee, Miha. (2008). The Effect of Guided Inquiry Laboratory on Conceptual

Understanding. Tersedia:

http://www.csun.edu/~ml727939/coursework/

697/Miha%27s%20revised%20action%20research%20project%20pape r.pdf. pdf [3 Januari 2012]

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Megadomani, Aritta (2011). Model Pembelajaran Inkuiri laboratorium Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan keterampilan Generik siswa SMA pada Materi Kelarutan dan hasil kali Kelarutan. Tesis. Bandung: UPI

Merritts, Dorothy., Walter, Robert., & MacKay, Bob. (2012). How to Use

Interactive Lecture Demonstrations in Class. Tersedia:

http://serc.carleton.edu/introgeo/demonstrations/how.html [21 Februari 2012]

Musfirotun (2010). Peningkatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Melalui Pendekatan Cooperative Tipe Numbered Head Together Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Buwaran Mayong Jepara. Jurnal Kependidikan Dasar Vol.1 No.1.


(5)

Mutakinati, Leli. (2010). Pembelajaran kooperatif Think pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan memecahkan Masalah Siswa pada materi larutan Penyangga. .Tesis. Bandung: UPI

Panggabean, Luhut. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut. 2001. Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Rahayu, Sri. Number Head Together. Tersedia:

http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-together-html. [17 Desember 2011]

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta:

RajaGrafindo Perkasa

Slavin, R.E.( 2010). Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sopamena, Octavina. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan aktivitas Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis. Bandung: UPI

Sudjana, Nana & Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Temiz, Tasar & Tan. (2006). “Development and validation of a multiple format test of science process skills”. International Educational Journals, 7(7), 1007 – 1027.

Thurston, Allen., et al. (2010). “Cooperative Learning in Science:Follow-up from primary to high School”. International Journal of Science Education. 32, ( 4), 501–522.


(6)

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wenning, J. Carl. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical

practices and inquiry processes. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/levels_of_inquiry.pdf [21 Februari 2012)

Wenning, J. Carl. (2011). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf [21 Februari 2012]


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

7 32 47

INTEGRASI TAHAPAN LEARNING CYCLE DENGAN METODE INQUIRY LABS PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK.

0 4 47

PENERAPAN MEDIA VISUALISASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP.

1 2 54

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 2 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 0 45

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 0 56

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.

0 1 38

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF KETERAMPILAN PROSES...

0 0 121

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERHIPOTESIS SISWA SMP - repository UPI S FIS 1205091 Title

0 2 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

0 0 7