KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Titik Yuniarti
0902927
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH
Oleh Titik Yuniarti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Titik Yuniarti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
TITIK YUNIARTI 0902927
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dra. Effy Mulyasari, M.Pd. NIP. 1968 0118 2008 012003
Pembimbing II
Dr. Mimin Nurjhani K., M.Pd. NIP. 1965 0929 1991 012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. NIP. 1961 0814 1986 031001
(4)
ABSTRAK
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH Oleh
Titik Yuniarti 0902927
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran IPA materi konsep energi. Dari penelitian sebelumnya, peneliti lebih banyak menitik beratkan pada pengukuran hasil belajar siswa bukan pada kemampuan kognitif walaupun pada pelaksanaannya guru hanya mengukur kemampuan kognitif tanpa pengukuran terhadap kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Selain itu guru di sekolah dasar hanya mengukur kemampuan kognitif pada jenjang mengingat, memahami dan mengaplikasikan saja bukan diukur hingga enam jenjang kemampuan kognitif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran profil kemampuan kognitif siswa sekolah dasar dari jenjang terendah,yaitu mengingat hingga jenjang tertinggi yaitu membuat, 2) mengukur kemampuan penguasaan konsep siswa terhadap materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dan 3) mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match. Penelitian ini berupa dekriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Buahbatu, Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2012/ 2013. Sampel pada penelitian ini adalah 27 siswa kelas III A SDN Buahbatu. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan kognitif siswa pada jenjang mengingat sebesar 55,7%, pada jenjang memahami sebesar 84%, pada jenjang mengaplikasikan atau menerapkan sebesar 71%, pada jenjang menganalisis sebesar 84,5%, pada jenjang mengevaluasi sebesar 53,28% dan pada jenjang membuat sebesar 88,8%. Sedangkan penguasaan siswa pada konsep energi dibagi kedalam empat sub-konsep, sebagai berikut: pada sub-konsep gerak, energi dan sumber energi penguasaan konsep siswa sebesar 46%, pada sub-konsep contoh gerak benda, energi dan sumber energi sebesar 85%, pada sub-konsep hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak benda sebesar 98% dan pada sub-konsep penggunaan energi sebesar 70%. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukan respon yang positif, jadi model pembelajaran ini dapat diterima oleh siswa sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa.
Kata kunci: Kemampuan Kognitif, Pembelajaran Kooperatif, Tipe Make a Match, Konsep Energi
(5)
ABSTRACT
COGNITIVE ABILITIES OF STUDENTS IN THE MATERIAL CONCEPT OF ENERGY THROUGH COOPERATIVE LEARNING
MODEL MAKE A MATCH By
Titik Yuniarti 0902927
This research aims at determining the level of cognitive development of students in the material science energy concept. From the previous research, researcher more focus on the measurement of student learning outcomes rather than on the cognitive abilities although in practice the teacher only measure cognitive abilities without measurement of affective and psychomotor skills of students. Beside that the fact that reseacher found that teacher in elementary school only measure cognitive abilities at the level of remembering, understanding, and applying not measured up to six levels of cognitive abilities. Therefore the aim of this research, 1) was obtain a profile of the elementary school students ability to step up from the lower level, remembering up to the highest level,creating, 2) to measure students ability to master the concept of the material energy concept through cooperative learning model make a match and 3) determine students response to cooperative learning type make a match. This research is a descriptive. The population of the research was all third grade students of SDN Buahbatu, Kabupaten Bandung Barat in academic year 2012/ 2013. The sample of the research was 27 students III A grade SDN Buahbatu. The results of the research at level remember got 55,7%, at level understanding got 84%, at level applying got 71%, at level analysing got 84,5%, at level evaluating got 53,28%, and at level create got 88,8%. While the concept of student mastery of the energy is devided into four concepts, as follows: on the concept of motion, energy, and energy resources got 46%, on the concept of example motion of objects, energy and resources got 85%, on the concept of the relationship of energy sources, the energy in the motion of objects got 98% and the concept of using energy got 70%. Students response to cooperative learning type make a match showed a positive response, it proved that this learning model can be accepted by the students as an alternative learning natural science to enchance the students cognitive developments.
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pertanyaan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BABIIIIKEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH A. Kemampuan Kognitif ... 7
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 14
C. Materi Konsep Energi ... 16
D. Tinjauan Pembelajaran Konsep Energi ... 22
E. Penelitian yang Relevan ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 25
B. Metode Penelitian ... 25
(7)
D. Instrumen Penelitian ... 26
E. Uji Coba Instrumen ... 29
F. Langkah Pengumpulan Data Penelitian ... 37
G. Alur Penelitian ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... .. 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 SK dan Kd Materi Konsep Energi ... 22
2.2 Penelitian yang Relevan ... 23
3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa Pada Konsep Energi .... 27
3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 28
3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 30
3.4 Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen ... 30
3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 32
3.6 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen ... 32
3.7 Makna Koefisien Korelasi Product Moment ... 34
3.8 Rekapitulasi Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 34
3.9 Interpretasi Reliabilitas ... 35
3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... 36
4.1 Data Kemampuan Kognitif Siswa ... 43
4.2 Kemampuan Kognitif Siswa dalam Membuat Kincir Angin ... 45
4.3 Kemampuan Mengingat Siswa ... 46
4.4 Kemampuan Memahami Siswa ... 47
4.5 Kemampuan Mengaplikasikan Siswa ... 47
4.6 Kemampuan Menganalisis Siswa ... 48
4.7 Kemampuan Mengevaluasi Siswa ... 49
4.8 Kemampuan Membuat Siswa ... 49
4.9 Data Hasil Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Konsep Energi Soal Pilihan Ganda ... 50
4.10 Data Hasil Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Konsep Energi Soal Essai ... 51
4.11 Rata-rata Penguasaan Konsep Siswa ... 52
4.12 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 54
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Taksonomi Kognitif Bloom ... 7
2.2 Jenjang Kognitif Pada Taksonomi Baru ... 8
4.1 Gambaran Umum Profil Kemampuan Kognitif Siswa ... 56
4.2 Revisi Taksonomi Bloom ... 57
4.3 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengingat ... 58
4.4 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Memahami ... 61
4.5 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengaplikasikan atau Menerapkan ... 63
4.6 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Menganalisis ... 65
4.7 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengevaluasi ... 66
4.8 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Membuat ... 68
4.9 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pelajaran IPA ... 72
4.10 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 73
4.11 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pembelajaran Berkelompok .... 73
4.12 Hasil Angket Siswa yang Belum Pernah Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 74
4.13 Hasil Angket Siswa yang Mengalami Kesulitan Dalam Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 75
4.14 Hasil Angket Siswa yang Merasa Mudah Memahami Materi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 75
4.15 Hasil Angket Siswa yang Merasa Mudah dalam Mengingat ... 76
4.16 Hasil Angket Siswa yang Merasa Lebih Mudah Memahami Materi Konsep Energi ... 77
4.17 Hasil Angket Siswa yang Merasa Hasil Belajarnya Meningkat ... 77
4.18 Hasil Angket Siswa yang Merasa Lebih Pintas Setelah Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 78
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83
A2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa ... 123
A3. Soal Kemampuan Kognitif Siswa ... 129
A4. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Kognitif ... 133
A5. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa ... 134
A6. Angket Siswa ... 135
A7. Analisis Angket Siswa ... 136
A8. Lembar Observasi Terhadap Guru ... 137
A9. Lembar Observasi Terhadap Siswa ... 140
LAMPIRAN B B1. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 143
B2. Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 145
B3. Data Hasil Uji Daya Pembeda ... 145
B4. Data Hasiol Uji Daya Pengecoh ... 146
LAMPIRAN C C1. Hasil Tes Kemampuan Kognitif ... 147
C2. Hasil Perolehan Nilai pada Soal Pilihan Ganda ... 148
C3. Hasil Perolehan Nilai pada Soal Essai ... 149
C4. Analisis Data Kemampuan Kognitif ... 150
C5. Analisis Data Perhitungan Persentase Kemampuan Kognitif ... 151
C6. Analisis Data Pemahaman Konsep Energi ... 152
LAMPIRAN D D1. Foto Penelitian ... 153
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa depan. Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses bukan pada pencapaian materi semata. Menurut PERMENDIKNAS 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam SK dan KD pada Konsep Energi dan Perubahannya diharapkan siswa tidak hanya mengetahui lalu memahami saja, melainkan siswa harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana siswa berupaya menghemat energy dan menggunakan energy dengan bijaksana.
(12)
2
Tetapi, sangat disayangkan SK dan KD tersebut tidak sejalan dengan penyelenggaraannya di sekolah. Hasil survei peneliti selama melakukan praktek mengajar di salah satu SD Negeri di Kabupaten Bandung Barat menunjukan bahwa: 1) guru kelas masih menggunakan metode konvensional dalam setiap pembelajaran IPA, berdasarkan penelitian yang dilakukan Institute of Computer Technology (Mashudi,2012: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan;
2. sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari;
3. pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran kritis; 4. pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama
dan tidak bersifat pribadi;
5. kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses;
6. daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. 2) siswa hanya diminta membaca buku ajar yang disediakan sekolah dan mengisi latihan soal yang terdapat dalam buku tersebut, pembelajaran seperti ini jelas tidak sejalan dengan keterampilan proses dan pengalaman belajar yang seharusnya didapat siswa, 3) siswa tidak paham konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, 4) pengalaman belajar yang minim dan siswa yang pasif dalam pembelajaran.
Survey ini dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa dalam tugas individu dan rata-rata ulangan harian yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yakni 62. Dari 27 siswa, yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa (44,45%), dan 15 siswa (55,55%) sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Lebih lanjut, sekolah seharusnya tidak mengukur pencapaian prestasi siswa berdasarkan nilai akhir hasil belajar siswa, namun pada proses pembelajaran siswa. Hasil belajar yang dimaksudkan pula seharusnya benar-benar dapat
(13)
3
mencakup kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor siswa. Tetapi pada praktik pelaksanaannya, guru kebanyakan tidak melibatkan ketiga aspek kemampuan tersebut. Dalam kemampuan kognitif saja seharusnya ada enam jenjang penilaian kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa, dan itu dapat terukur bukan hanya dari pencapaian kompetensi dasar dan nilai semata tetapi melalui pengamatan atau observasi juga analisis yang dilakukan oleh guru.
Kenyataan yang terjadi saat ini pembelajaran IPA di banyak daerah di Indonesia masih didominasi oleh latihan-latihan untuk pencapaian kompetensi dasar dan hasil belajar yang baik. Padahal Pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya dapat melibatkan aktivitas siswa atau peserta didik, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/2005/pasal 19, Bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu dalam pembelajaran di sekolah, hendaknya guru menggunakan pendekatan yang mengarah pada aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan memacu motivasi siswa.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match ini adalah suatu alternative agar pembelajaran IPA dapat bermakna bagi siswa. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), (Anata Lie, 2004:16). Pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah (Djahiri, 2004:19). Lingkungan belajar siswa juga membina dan mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan kehidupan nyata. Salah satu tipe pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran kooperatif adalah Make a Match. Tipe Make
(14)
4
a Match ialah teknik pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan (Anata Lie, 2004:55). Dalam pembelajarannya tipe Make a Match menggunakan media kartu yang tertera suatu konsep atau topik pembelajaran. Siswa dalam pembelajarannya akan dituntut untuk berpartisipasi aktif dan mendapati pengalaman belajar yang lebih menyenangkan sehingga siswa dapat mengingat materi dengan baik.
Sudah banyak penelitian mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran menggunakan tipe Make a Match, namun kebanyakan tidak diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas rendah. Maka penulis pun tertarik untuk melakukan penelitian terkait permasalahan itu agar diketahui gambaran atau profil dan selanjutnya dapat dilakukan formulasi serta inovasi dalam mengatasi permasalahan dalam pendidikan IPA, juga untuk selanjutnya dapat merancang pengembangan pada kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif dengan judul “Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Konsep Energi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Konsep Energi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match?”
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil kemampuan kognitif siswa pada materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match?
(15)
5
2. Bagaimanakah penguasaan materi siswa pada materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi konsep energi?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. memperoleh gambaran profil kemampuan kognitif siswa sekolah dasar berupa proses berpikir, mulai dari jenjang yang terendah yaitu pengetahuan (knowledge) sampai jenjang yang paling tinggi yaitu membuat (create);
2. mengetahui pula penguasaan siswa terhadap materi konsep energi;
3. mengetahui respon siswa setalah melakukan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi konsep energi.
E. MANFAAT PENELITIAN
Suatu penelitian dapat dikatakan mempunyai bobot yang tinggi apabila hasilnya mempunya manfaat dan kegunaan yang besar bagi kehidupan masyarakat maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk kajian lebih lanjut mengenai kemampuan kognitif siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran.
b. Dapat dijadikan referensi dan informasi guru dalam penggunaan alternatif model pembelajaran yang lebih objektif, otentik dan akurat sehingga senantiasa memperbaiki proses belajar mengajar. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. c. Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar.
(16)
6
2. Bagi siswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa khususnya menumbuhkan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa dalam mengingat materi.
b. Mendapatkan pengalaman belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif.
b. Memberikan informasi kepada sekolah tentang profil kemampuan kognitif siswa sekolah dasar dalam mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Sehingga pihak sekolah dapat terus meingkatkan dan menerapkan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran koopertaif dengan tipe yang lainnya. 4. Bagi peneliti lain
a. Dapat memberikan informasi tentang kemampuan kognitif siswa sekolah dasar SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat dalam mata pelajaran IPA materi sumber energi melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match.
b. Sebagai bahan rujukan untuk dapat mengembangkan penilitian dengan ranah yang berbeda.
c. Sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan penelitian ini.
(17)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional 1. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa dalam ranah kognitif yang diukur berdasarkan indikator kemunculannya. Kemampuan yang diukur meliputi: kemampuan mengingat macam-macam sumber energi, memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi, menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis kegunaan energi dan contoh penggunaan energi dalam kehidupan sehari-hari , serta mengevaluasi perilaku manusia dalam menggunakan energi, kemampuan tersebut diukur dengan tes berupa soal tes kemampuan yang diberikan pada akhir pembelajaran yaitu pertemuan ketiga sedangkan untuk mengukur kemampuan membuat kincir angin digunakan lembar kerja siswa yang diberikan pada pertemuan kedua pembelajaran.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe make a match, yaitu pembelajaran mencari pasangan kartu dengan topik energi. Model pembelajaran dimulai dengan guru membagi siswa menjadi tiga kelompok besar, setelah itu guru menyiapkan kartu- kartu mengenai konsep energi. Pada kelompok satu diberikan kartu berisi soal mengenai konsep energi selanjutnya pada kelompok dua pun diberikan kartu berisi jawaban dari soal tersebut, dan kelompok tiga sebagai juri. Siswa diminta untuk mencari pasangan kartu antara soal dengan jawaban yang tepat, dengan batas waktu yang ditentukan oleh guru.
(18)
28
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa SDN Buahbatu Tahun Ajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa kelas III. Sampel yang diambil adalah satu kelas, yaitu kelas III A sebanyak 27 siswa. Penentuan sampel tersebut berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat PLP. Secara kemampuan siswa antara kelas III A dan III B mempunyai kemampuan yang sama. Namun peneliti sudah mengenal dengan akrab siswa-siswa kelas III A karena peneliti sudah lama mengajar di kelas tersebut. Selain itu kelas III A memiliki ruang kelas yang lebih luas, sehingga dapat mempermudah pada saat mengkondisikannya untuk membuat kelompok.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu :
1. Soal Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Konsep Energi Instrumen tes tertulis pada penelitian ini berupa soal pilihan ganda dan essai. Instrumen ini digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dari mulai kemampuan mengingat macam-macam sumber energi, memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi, menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis kegunaan energi dan contoh penggunaan energi dalam kehidupan sehari-hari , dan mengevaluasi perilaku manusia dalam menggunakan energi. Menurut Bloom (Sudjana: 2011) segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Soal-soal pilihan ganda yang diberikan sebanyak sepuluh soal dengan butir pilihan sebanyak tiga opsi dan soal essai sebanyak lima soal. Tes ini diberikan di akhir kegiatan
(19)
29
belajar mengajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Kisi-kisi soal kemampuan kognitif siswa dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa pada Konsep Energi
Indikator Kemampuan Kognitif
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Menjelaskan pengertian gerak, energi dan sumber energi Soal no.1 dan 11 Soal no.9 Menyebutkan contoh gerak benda, energi dan sumber energi
Soal no. 2, 3, dan 4
Soal no. 13 Soal no5
Menjelaskan hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak benda
Soal no.7 dan 12 Soal no.6 Membuat karya sederhana menggunakan konsep energi
Soal no.8 dan 10
Mengetahui cara penghematan
energi
14 dan 15
2. Angket
Angket ini berfungsi untuk menggali informasi mengenai respon siswa terhadap pembelajaran IPA materi konsep energi melalui model pembelajaran koopratif tipe Make a Match. Angket ini diberikan pada siswa di akhir pembelajaran. Bentuk angket yang digunakan adalah
(20)
30
angket tertutup yang terdiri dari beberapa pernyataan dengan pilihan
jawaban “ya” atau “tidak”. Kisi-kisi pertanyaan yang diajukan dalam angket dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
No. Aspek yang
diamati
Tujuan Pertanyaan
1. Ketertarikan siswa dengan penerapan model
kooperatif tipe make a match dalam
pembelajaran
Mengetahui
ketertarikan siswa
dengan penerapan
model kooperative tipe make a match dalam pembelajaran
Apakah kamu menyukai pelajaran IPA?
Apakah pembelajaran
seperti ini menyenangkan? Apakah kamu menyukai
pembelajaran secara
berkelompok?
Apakah kamu merasa cara belajar ini merupakan hal yang baru?
Apakah kamu mengalami
kesulitan dengan
pembelajaran seperti ini? 2. Kaitan
pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan
pembelajaran
IPA materi
sumber energi
Mengetahui kaitan pembelajaran
kooperatif tipe make a
match dengan
pembelajaran IPA
materi sumber energi
Apakah kamu dapat lebih mudah memahami materi dengan pembelajaran seperti ini?
Apakah kamu mudah dalam mengingat macam-macam sumber energi dengan pembelajaran seperti ini? 3. Kaitan
pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan
peningkatan kemampuan kognitif siswa
Mengetahui kaitan pembelajaran
kooperatif tipe make a
match dengan
peningkatan
kemampuan kognitif siswa
Apakah dengan
pembelajaran seperti ini kamu lebih memahami materi sumber energi?
Apakah pembelajaran
seperti ini dapat
meningkatkan hasil belajar kamu?
Apa kamu merasa lebih pintar setelah belajar?
(21)
31
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati guru dan siswa. Lembar observasi guru bertujuan untuk mengamati kesesuaian tahapan pembelajaran yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, sedangkan lembar observasi siswa bertujuan untuk mengamati siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada lembar
observasi ditulis “sesuai” jika guru melakukan tahapan sesuai RPP dan “tidak sesuai” untuk tahapan yang terlewat atau tidak dilakukan oleh guru pada proses belajar mengajar dilakukan.
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan sebagai soal pada kelas yang dijadikan sampel penelitian, terlebih dahulu soal ini diujicobakan di kelas yang telah mengalami pembelajaran mengenai konsep energi, selanjutnya data hasil uji coba dianilisis. Uji coba soal sebelum dipakai sebagai instrument penelitian bertujuan agar soal yang dipakai memiliki validitas dan reliabilitas yang baik sehingga dapat benar-benar mengukur kemampuan kognitiy yang telah dimiliki siswa. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda. Adapun perhitungan hasil ujicoba soal tes kemampuan kognitif siswa dibantu dengan menggunakan Microsoft excel 2007.
(22)
32
1. Analisis Daya Pembeda Tes
“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah” (Arikunto, 2007). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Evaluation and Examination Service dalam, Yusinta 2012):
D = ~ fX – nXmin N (Xmax – Xmin)
Keterangan: D = Indeks daya pembeda
fX = Hasil kali jumlah siswa yang mengisi dengan skor tertentu dari satu soal
Xmin = Skor minimal soal Xmax = Skor maksimal soal n = Jumlah siswa
Nilai indeks diskriminasi data pembeda butir soal berkisar antara 0.00 - 1.00. itu menunjukan semakin tinggi indeks diskriminasinya, semakin baik instrumen tersebut dapat membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Tabel. 3.3.
Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria
Negatif Tidak Baik
0,00-0,20 Jelek
0,20-0,40 Cukup
0,40-0,70 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
(23)
33
Data rekapitulasi daya pembeda hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 3.4.
Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen No. soal Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
1 0,2573 Cukup
2 0,1764 Jelek
3 0,1764 Jelek
4 0,5845 Baik
5 0,1176 Jelek
6 0,0588 Jelek
7 0,5238 Baik
8 0,5772 Baik
9 0,4044 Baik
10 -0,0036 Tidak Baik
11 0,3333 Cukup
12 0,2381 Cukup
13 0,3333 Cukup
14 0,4157 Baik
15 0,5867 Baik
Dari tabel 3.4 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat enam soal memiliki daya pembeda baik, empat soal memiliki daya pembeda cukup, dan ada juga soal yang memiliki daya pembeda jelek sebanyak empat soal dan soal dengan daya pembeda tidak baik sebanyak satu soal yang berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang memiliki kemampuan tingggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.
(24)
34
2. Analisis Tingkat Kesukaran Tes
Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah soal tersebut termasuk kriteria sukar ataupun mudah. „Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal‟ (Arikunto, 2000 dalam Yusinta, 2012). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan berikut:
p =
∑(Surapranata, 2006: 17) Keterangan:
p = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑ = Jumlah skor x
Sm = Skor maksimum tiap soal
N = Jumlah peserta tes
Adapun kategori tingkat kesukaran dibedakan menjadi tiga kategori seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.5
Kategori Tingkat Kesukaran
Nilai p Kategori
p < 0,3 0,3 p 0,7
p > 0,7
Sukar Sedang Mudah
(Surapranata, 2006: 21) Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasl uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.6.
(25)
35
Tabel 3.6.
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen No. soal Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
1
0.2 Sukar
2
0.9 Mudah
3
0.9 Mudah
4
0.6 Sedang
5
0.3 Sedang
6
1 Mudah
7
1 Mudah
8
0.5 Sedang
9
0.7 Sedang
10
0.5 Sedang
11
0.2 Sukar
12
0.6 Sedang
13
0.2 Sukar
14
0.6 Sedang
15
0.9 Mudah
Dari tabel 3.6 diketahui bahwa dari 15 soal yang diujkan, tiga soal memiliki tingkat kesukaran soal sukar, delapan soal memiliki tingkat kesukaran soal sedang, dan ada emapat soal memiliki tingkat
kesukaran mudah.
3. Analisis Validitas Tes
Sebuah tes dinyatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, seingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Rumus yang
(26)
36
digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah rumus Product Moment menurut Pearson (Arikunto, 20007).
r
xy=
∑ ∑ ∑√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
(Surapranata, 2006: 58)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah responden
x = Jumlah skor total (seluruh item) y = Jumlah skor item
∑ = Jumlah perkalian antara x dengan y
Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengn menggunakan kriteria pada tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Makna Koefisien Korelasi Product Moment
Angka Korelasi Makna
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 Sangat rendah (Surapranata, 2006: 59)
Data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.8.
(27)
37
Tabel 3.8.
Rekapitulasi Validitas Hasil Uji Coba Instrumen No. soal Nilai Validitas Soal Kriteria Validitas Soal
1
0,4208 Cukup
2
0,4906 Cukup
3
0.5590 Cukup
4
0.5196 Cukup
5
0.6136 Tinggi
6
0.6136 Tinggi
7
0.5416 Cukup
8
0.5752 Cukup
9
0.5833 Cukup
10
0.7491 Tinggi
11
0.5287 Cukup
12
0.6136 Tinggi
13
0.2656 Rendah
14
0.3555 Rendah
15
0.6678 Tinggi
Dari tabel 3.8 diketahui bahwa terdapat lima soal yang memiliki validitas tinggi, delapan soal memiliki validitas cukup, dan dua soal memiliki validitas rendah yang berarti soal tersebut belum dapat mengukur kemampuan kognitif siswa.
4. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabillitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Uji reliabilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2007)
(28)
38
r11 = ∑
Keterangan:
r11 = Nilai reliabilitas yang dicari
S = Standar deviasi tes
n = Banyaknya item
∑ = Jumlah varians tiap item yang dicari = Varians total
Hasil dari perhitungan rumus tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Interpretasi Reliabilitas
Rentang Nilai Reliabilitas Kriteria
0,00-0,200 Sangat Rendah
0,200-0,400 Rendah
0,400-0,600 Cukup
0,600-0,800 Tinggi
0,800-1,00 Sangat Tinggi
(Arikunto, 2007) Dari perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan, diperoleh nilai reliabilitas tes Kemampuan Kognitif Siswa sebesar 0,481. Hal ini menunjukan bahwa instrumen tersebut termasuk ke
dalam kategori “Cukup”.
Secara keseluruhan, hasil analisis uji coba instrumen Kemampuan Kognitif Siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(29)
39
Tabel 3.10
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Intrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa
No. Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 1 0,2573 Cukup
0.2 Sukar 0,4208 Cukup Dipakai
2 0,1764 Jelek
0.4 Sedang 0,4906 Cukup Dipakai
3 0,1764 Jelek
0.9 Mudah 0.5590 Cukup Dipakai
4 0,5845 Baik
0.6 Sedang 0.5196 Cukup Dipakai
5 0,1176 Jelek
0.3 Sedang 0.6136 Tinggi Dipakai
6 0,0588 Jelek
1 Mudah 0.6136 Tinggi Dipakai
7 0,5238 Baik
1 Mudah 0.5416 Cukup Dipakai
8 0,5772 Baik
0.5 Sedang 0.5752 Cukup Dipakai
9 0,4044 Baik
0.7 Sedang 0.5833 Cukup Dipakai
10
-0,0036
Tidak Baik
0.5
Sedang
0.7491 Tinggi
Dipakai
11 0,3333 Cukup
0.2 Sukar 0.5287 Cukup Dipakai
12 0,2381 Cukup
0.6 Sedang 0.6136 Tinggi Dipakai
13 0,3333 Cukup
0.2 Sukar 0.2656 Rendah Direvisi
14 0,4157 Baik
0.6 Sedang 0.3555 Rendah Direvisi
15 0,5867 Baik
0.9 Mudah 0.6678 Tinggi Dipakai
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji coba yang dapat dilihat pada Tabel 3.10 didapat 13 soal yang dapat langsung dipakai sedangkan dua soal harus dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum akhirnya dipakai dalam soal instrumen kemampuan kognitif siswa. Revisi pada soal dilakukan dengan cara merubah bentuk kalimat pertanyaan sehingga soal tersebut menjadi lebih jelas dan terarah sehingga siswa dapat lebih memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Perhitungan hasil uji coba instrumen secara rinci dapat dilihat pada Lampiran B.
(30)
40
F. Langkah Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal (persiapan), tahap inti (pelaksanaan) dan tahap akhir (penarikan kesimpulan). Ketiga tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap awal (persiapan)
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan telaah kompetensi mata pelajaran IPA SD b. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat
penelitian, yaitu sekolah tempat PLP peneliti.
c. Peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui mengenai kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut dimulai dari jadwal pelajaran IPA, jumlah siswa, kondisi kelas, kondisi siswa, dan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru kelas. d. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti membuat tiga buah RPP yang akan digunakan selama tiga kali pertemuan. RPP yang dibuat adalah RPP tematik karena peneliti memakai kelas rendah yaitu kelas tiga sebagai subjek penelitiannya. Pada RPP pertama siswa belajar untuk memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi dengan mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannya, pada pertemuan kedua siswa diharapkan mampu menerapkan konsep energi gerak dengan membuat kincir angin menggunakan kertas lipat, dan pada pertemuan ketiga siswa diharapkan mampu menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari.
(31)
41
2) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam setiap pembelajaran peneliti memberikan LKS kepada siswa. LKS tersebut dirancang agar peneliti dapat mengukur kemampuan kognitif siswa. Terutama pada LKS pertemuan kedua berisi cara kerja siswa dalam merencanakan, menentukan dan membuat kincir angin. 3) Soal Tes Kemampuan Kognitif
Soal tes kemampuan kognitif ini diberikan pada akhir pembelajaran. Soal tes kemampuan ini untuk menjaring kemampuan kognitif siswa dari jenjang mengingat hingga mengevaluasi.
4) Angket
Angket diberikan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa mengenai pembelajaran kooperatif tipe make a match pada konsep energi. Angket diberikan pada akhir pembelajaran selesai di pertemuan ketiga.
e. Peneliti meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen kemampuan kognitif yang telah dibuat
f. Peneliti melakukan uji coba instrumen berupa soal tes untuk menghasilkan soal yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik sehingga dapat mengukur kemampuan kognitif siswa dengan tepat. Kemudian peneliti melakukan analisis kualitas instrumen dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
2. Tahap inti (pelaksanaan)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe make a match serta pengumpulan data. Tahap pelaksanaan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2013 dan Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2013. Tahap pelaksanaan sesuai
(32)
42
dengan RPP yang telah dibuat, dapat dilihat lebih jelas dan lengkap pada Lampiran A.
3. Tahap akhir (pengolahan data)
Pada tahap ini dilakukan analisis pada data yang telah terkumpul dan mengacu pada pertanyaan penelitian. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif sedangkan pengolahan data statistik dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran C. Analisis data dengan uji statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebgai berikut:
a. Pemberian Skor Tiap Butir Soal
Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor terlebih dahulu ditentukan standar penilaian untuk tiap butir soal sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektivitas dapat dihindari atau diminimalisir, walaupun soal berupa pilihan ganda dan essai. Skor minimal siswa untuk soal pilihan ganda adalah 0 ini diberikan jika siswa menjawab dengan salah atau siswa tidak menjawab. Sedangkan untuk siswa yang menjawab dengan benar mendapat skor 10. Pada soal essai, untuk siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat dengan penjelasan yang jelas mendapat skor 20, tetapi jika jawaban kurang tepat mendapat skor 15, berbeda lagi jika siswa menjawab mendekati benar hanya saja kurang lengkap, siswa hanya mendapat skor 10, berbeda dengan soal pilihan ganda untuk soal essai jika siswa menjawab walaupun salah tetap mendapatkan skor sesuai dengan tingkat jawaban yang diisikan siswa, skor 5 untuk contoh yang benar dan skor 1 untuk jawaban yang benar-benar tidak sesuai. Berbeda dengan pemberian skor pada lembar kerja siswa dalam membuat kincir angin, untuk siswa yang mampu membuat kincir angin dengan langkah kerja yang
(33)
43
tepat dan dapat berfungsi saat diuji coba akan mendapat skor 100, sedangkan untuk siswa yang mampu membuat kincir angin tetapi kincir angin tidak berfungsi pada saat diuji akan mendapat skor 80 karena dimungkinkan siswa tersebut membuat kincir angin dengan langkah kerja yang kurang tepat, begitu juga sebaliknya jika siswa mampu menguji kincir angin dengan benar tetapi tampilan dari kincir angin kurang baik akan mendapat skor 80.
b. Pengolahan Data Angket
Selain uji statistik, dilakukan juga penghitungan terhadap respon siswa dari angket yang diberikan pada siswa mengenai pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Untuk pengolahan data melalui angket, digunakan rumus (Sudjana,2008) :
Keterangan :
P = Persentase setiap jawaban
n = Frekuensi atau jumlah siswa pada item tersebut N = Jumlah seluruh siswa
(34)
44
G. Alur Penelitian
Pengajuan masalah penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Penyusunan intrumen penelitian
Judgement, revisi,uji coba instrumen
Pengkajian serta revisi instrumen penelitian
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
pengumpulan data
Angket Observasi
Pengolahan data
Analisis data
Pembahasan dan penarikan kesimpulan
tes kemampuan kognitif siswa
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil kemampuan kognitif siswa pada materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match secara khusus rumusan kesimpulan dalam penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian diuraikan sebagai berikut.
1) Profil kemampuan kognitif secara lebih rinci berdasarkan jenjang kemampuan kognitif didapatkan kesimpulan, yaitu: pada kemampuan kognitif siswa jenjang mengingat siswa sebesar 55,7%, jenjang memahami sebesar 84%, jenjang mengaplikasikan atau menerapkan sebesar 71%, jenjang menganalisis sebesar 84,5%, jenjang mengevaluasi sebesar 53,28%, dan pada jenjang membuat sebesar 88,8%.
2) Penguasaan siswa terhadap materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match terbagi ke dalam empat konsep, penguasaan konsep ini berdasarkan hasil tes kemampuan siswa dan lembar kerja yang telah dikerjakan oleh siswa, berikut rincian penguasaan konsep siswa dalam tiap konsep yang dipelajari. Penguasaan siswa pada sub-konsep gerak, energi dan sumber energi sebesar 46%, pada sub-konsep contoh gerak benda, energi dan sumber energi sebesar 85%, pada sub-konsep hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak benda sebesar 98% dan pada sub-konsep penggunaan energi didapatkan penguasaan konsep siswa sebesar 70%.
3) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match menyatakan pada umumnya merasa terbantu untuk lebih mudah memahami materi pelajaran dan dalam mengingat materi tesebut, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini jika diterapkan
(36)
87
dengan baik oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang telah peneliti lakukan, maka peneliti menyarankan:
1) Sebelum mengadakan penelitian kelengkapan instrumen yang digunakan harus di cek kelengkapannya. Sebaiknya, peneliti menambahkan lembar observasi dan ditambahkan dengan wawancara dengan siswa yang akan menjaring kemunculan aspek kognitif siswa lebih baik. Jadi, peneliti bukan hanya menggunakan hasil tes kemampuan dan lembar kerja siswa saja untuk mengukur kemampuan kognitif, semakin banyak instrumen yang digunakan untuk menjaring kemampuan kognitif siswa akan semakin menguatkan data yang diperoleh dari berbagai aspek.
2) Perbanyak jumlah observer untuk mengamati proses pembelajaran, dan observer yang bertugas mengamati siswa dengan seksama ketika proses belajar mengajar berlangsung baik secara klasikal ataupun berkelompok. Selain itu bekali observer dengan pemahaman mengenani penelitian yang sedang dilakukan sehingga bisa bekerjasama dalam menjaring informasi sebanyak mungkin selama penelitian berlangsung.
3) Berikan pemahaman pada siswa terlebih dahulu tentang model pembelajaran yang akan digunakan agar pada saat proses pembelajaran berlangsung berjalan dengan efektif dan efisien, apalagi jika penelitian diadakan di kelas rendah pada sekolah dasar.
4) Perbanyak referensi dan teori yang mendukung terhadap penelitian yang sedang dilakukan agar tidak mengalami kesulitan dalam mendeskripsikan segala informasi yang diperoleh ke dalam pembahasan hasil penelitian.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Fatimah, T. (2012). Perbandingan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa yang Melakukan Praktikum Virtual dan Siswa Yang Melakukan Praktikum Konvensional. FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Armstrong, T. Kajian Teori Taksonomi Bloom. [Online] Tersedia: http;\\Benjamin S. Bloom « abc.htm [12 Mei 2013].
Armstrong, T. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kognitif Anak. [Online]. Tersedia dalam:
http://abc.kuliahgratis.net/benjamin-s-bloom/. [12 Juni 2013] Depdiknas. (2002). Evaluasi pendidikan. Depdiknas: Bandung.
Faiq, M. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kognititf
Siswa. [Online]. Tersedia dalam:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. [12 Juni 2013]
Hartoto. (2009). Penelitian Deskriptif. [Online] Tersedia: http;//Penelitian Deskriptif.html. [5 April2013].
Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jeanne, E. (2008). Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta : Erlangga.
Kesuma, D., Triana, C., dan Pramana, J. (2011). Pendidikan Karakter. Kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lie, A. (2004). Cooperatife Learning. Jakarta: Grasindo.
Muzakki, M. (2011). Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik . [Online] Tersedia: http;\RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK zaky play.htm. [12 Mei 2013].
(38)
Nurhamzah, N. (2012). Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Sistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil belajar. Pustaka Belajar: Yogyakarta. Ramadan, S. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Cara Mudah Menghitung
Validitas Item. [Online] Tersedia: http;//Evaluasi Pembelajaran Cara Mudah Menghitung Validitas Item Item Restoe Ibu.html. [28 Mei 2013].
Robert, E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan. Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UPI. Bandung. Wahyudi, U. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. UPI Press: Bandung. Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2), 61-69) Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”.
Buletin Puspendik. 3(2), 18-29.
Windi, S. (2011). Kemampuan Berpikir Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Konsep Ekosistem. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
(1)
Titik Yuniarti, 2013
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Konsep Energi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tepat dan dapat berfungsi saat diuji coba akan mendapat skor 100, sedangkan untuk siswa yang mampu membuat kincir angin tetapi kincir angin tidak berfungsi pada saat diuji akan mendapat skor 80 karena dimungkinkan siswa tersebut membuat kincir angin dengan langkah kerja yang kurang tepat, begitu juga sebaliknya jika siswa mampu menguji kincir angin dengan benar tetapi tampilan dari kincir angin kurang baik akan mendapat skor 80.
b. Pengolahan Data Angket
Selain uji statistik, dilakukan juga penghitungan terhadap respon siswa dari angket yang diberikan pada siswa mengenai pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Untuk pengolahan data melalui angket, digunakan rumus (Sudjana,2008) :
Keterangan :
P = Persentase setiap jawaban
n = Frekuensi atau jumlah siswa pada item tersebut N = Jumlah seluruh siswa
(2)
44
G. Alur Penelitian
Pengajuan masalah penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Penyusunan intrumen penelitian
Judgement, revisi,uji coba instrumen
Pengkajian serta revisi instrumen penelitian
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
pengumpulan data
Angket Observasi
Pengolahan data
Analisis data
Pembahasan dan penarikan kesimpulan
tes kemampuan kognitif siswa
(3)
Titik Yuniarti, 2013
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Konsep Energi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil kemampuan kognitif siswa pada materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match secara khusus rumusan kesimpulan dalam penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian diuraikan sebagai berikut.
1) Profil kemampuan kognitif secara lebih rinci berdasarkan jenjang kemampuan kognitif didapatkan kesimpulan, yaitu: pada kemampuan kognitif siswa jenjang mengingat siswa sebesar 55,7%, jenjang memahami sebesar 84%, jenjang mengaplikasikan atau menerapkan sebesar 71%, jenjang menganalisis sebesar 84,5%, jenjang mengevaluasi sebesar 53,28%, dan pada jenjang membuat sebesar 88,8%.
2) Penguasaan siswa terhadap materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match terbagi ke dalam empat konsep, penguasaan konsep ini berdasarkan hasil tes kemampuan siswa dan lembar kerja yang telah dikerjakan oleh siswa, berikut rincian penguasaan konsep siswa dalam tiap konsep yang dipelajari. Penguasaan siswa pada sub-konsep gerak, energi dan sumber energi sebesar 46%, pada sub-konsep contoh gerak benda, energi dan sumber energi sebesar 85%, pada sub-konsep hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak benda sebesar 98% dan pada sub-konsep penggunaan energi didapatkan penguasaan konsep siswa sebesar 70%.
3) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match menyatakan pada umumnya merasa terbantu untuk lebih mudah memahami materi pelajaran dan dalam mengingat materi tesebut, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini jika diterapkan
(4)
87
dengan baik oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang telah peneliti lakukan, maka peneliti menyarankan:
1) Sebelum mengadakan penelitian kelengkapan instrumen yang digunakan harus di cek kelengkapannya. Sebaiknya, peneliti menambahkan lembar observasi dan ditambahkan dengan wawancara dengan siswa yang akan menjaring kemunculan aspek kognitif siswa lebih baik. Jadi, peneliti bukan hanya menggunakan hasil tes kemampuan dan lembar kerja siswa saja untuk mengukur kemampuan kognitif, semakin banyak instrumen yang digunakan untuk menjaring kemampuan kognitif siswa akan semakin menguatkan data yang diperoleh dari berbagai aspek.
2) Perbanyak jumlah observer untuk mengamati proses pembelajaran, dan observer yang bertugas mengamati siswa dengan seksama ketika proses belajar mengajar berlangsung baik secara klasikal ataupun berkelompok. Selain itu bekali observer dengan pemahaman mengenani penelitian yang sedang dilakukan sehingga bisa bekerjasama dalam menjaring informasi sebanyak mungkin selama penelitian berlangsung.
3) Berikan pemahaman pada siswa terlebih dahulu tentang model pembelajaran yang akan digunakan agar pada saat proses pembelajaran berlangsung berjalan dengan efektif dan efisien, apalagi jika penelitian diadakan di kelas rendah pada sekolah dasar.
4) Perbanyak referensi dan teori yang mendukung terhadap penelitian yang sedang dilakukan agar tidak mengalami kesulitan dalam mendeskripsikan segala informasi yang diperoleh ke dalam pembahasan hasil penelitian.
(5)
Titik Yuniarti, 2013
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Konsep Energi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Fatimah, T. (2012). Perbandingan Keterampilan Proses Sains Antara
Siswa yang Melakukan Praktikum Virtual dan Siswa Yang Melakukan Praktikum Konvensional. FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Armstrong, T. Kajian Teori Taksonomi Bloom. [Online] Tersedia: http;\\Benjamin S. Bloom « abc.htm [12 Mei 2013].
Armstrong, T. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kognitif Anak. [Online]. Tersedia dalam: http://abc.kuliahgratis.net/benjamin-s-bloom/. [12 Juni 2013]
Depdiknas. (2002). Evaluasi pendidikan. Depdiknas: Bandung.
Faiq, M. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kognititf
Siswa. [Online]. Tersedia dalam:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. [12 Juni 2013]
Hartoto. (2009). Penelitian Deskriptif. [Online] Tersedia: http;//Penelitian Deskriptif.html. [5 April2013].
Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jeanne, E. (2008). Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta : Erlangga.
Kesuma, D., Triana, C., dan Pramana, J. (2011). Pendidikan Karakter. Kajian
teori dan praktik di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lie, A. (2004). Cooperatife Learning. Jakarta: Grasindo.
Muzakki, M. (2011). Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik . [Online] Tersedia: http;\RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK zaky play.htm. [12 Mei 2013].
(6)
Nurhamzah, N. (2012). Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan
Konsep Siswa Pada Sistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil belajar. Pustaka Belajar: Yogyakarta. Ramadan, S. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Cara Mudah Menghitung
Validitas Item. [Online] Tersedia: http;//Evaluasi Pembelajaran Cara
Mudah Menghitung Validitas Item Item Restoe Ibu.html. [28 Mei 2013].
Robert, E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan. Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UPI. Bandung. Wahyudi, U. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. UPI Press: Bandung. Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2), 61-69) Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”.
Buletin Puspendik. 3(2), 18-29.
Windi, S. (2011). Kemampuan Berpikir Siswa SMA Melalui Model
Pembelajaran Learning Cycle Pada Konsep Ekosistem. FPMIPA UPI: