PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PECAHAN DI KELAS V SD NEGERI TANJAKAN KECAMATAN MANDALAJATI KOTA BANDUNG.

(1)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PECAHAN

DI KELAS V SD NEGERI TANJAKAN

KECAMATAN MANDALAJATI

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Nurasiah

0904113

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PECAHAN

DI KELAS V SD NEGERI TANJAKAN

KECAMATAN MANDALAJATI

KOTA BANDUNG

Oleh Nurasiah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nurasiah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Nurasiah

0904113

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PECAHAN

DI KELAS V SD NEGERI TANJAKAN

KECAMATAN MANDALAJATI

KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. NIP 19610814 198603 1 001

Pembimbing II

Dr. H. Karso, M.Pd. NIP 19550909 198002 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. NIP 19610814 198603 1 001


(4)

(5)

ABSTRAK

NURASIAH, 2013. Penetian ini berjudul “Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Pecahan di Kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung“ yang dilatarbelakangi oleh temuan-temuan dalam proses pembelajaran di lapangan sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik, terutama dalam mata pelajaran matematika di Kelas V, yang ternyata masih rendahnya pencapaian hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah; pertama bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik, kedua bagaimana proses pelaksanaan pembelajarannya, serta ketiga bagaimana hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik tentang pecahan. Tujuan dari penelitian ini intinya adalah untuk mendeskripsikan perencanaan pendekatan pembelajaran matematika realistik, memperoleh data tentang proses pelaksanaan dan ingin mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Dengan penelitian inipun diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tanjakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaanya merujuk pada model Kemmis dan Taggart. Instrumen dan teknik pengumpulan data yang dikembangkan berupa; daftar pertanyaan, lembar tes, lembar observasi, dan lembar angket. Setelah dilaksanakan penelitian dari siklus pertama dan siklus kedua, diperoleh hasil bahwa pembelajaran matematika tentang pecahan di kelas V SD Negeri Tanjakan dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar yang cukup memuaskan karena 93,75% siswa telah mencapai KKM. Proses pembelajaran siswa menjadi lebih aktif, dan daya minat belajar siswapun tumbuh lebih pesat. Adapun untuk selanjutnya, peneliti merekomendasikan agar pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat diterapkan oleh guru, karena pendekatan tersebut ternyata lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan perencanaan, proses, dan hasil belajar siswa. Selain dari itu model tersebut mudah dalam pelaksanaanya.


(6)

ABSTRACT

Nurasiah, 2013. This research is titled "Realistic Mathematics Learning

Approach To Improving Student Results on Fraction in Class V Rise Elementary School District Mandalajati Bandung" is motivated by the findings in the learning process at the field before applying realistic approach to mathematics learning, especially in Class V, which was still low student achievement on math. The problems of this research are: the first how to lesson plan with a realistic mathematics learning approach, the second how to implementation process in learning, and how the three learning outcomes of students with a realistic mathematics learning approach about fractions. The purpose of this study was to describe the essence of realistic mathematics learning approach to planning, to obtaining data about the process and want to know the learning outcomes of students after using learning approach to realistic mathematics. With even this study would be useful to students, teachers, schools, and the development of science. The research was carried out in elementary school Tanjakan using action research methods in class. Implementation procedures refer to the model of Kemmis and Taggart. Instruments and techniques developed in the form of data collection; questionnaire, test sheet, observation sheets, and a questionnaire sheet. Having carried out the research of the first cycle and second cycle, the result that learning about fractions in math class V Rise Elementary School by using a realistic mathematics learning approach model to improve learning outcomes are quite satisfactory because 93.75% of students have achieved KKM. Student learning becomes more active, and the growing interest in learning more rapidly. As for the next, the researchers recommended that the study of mathematics by using realistic mathematics learning approach can be applied by the teacher, because the approach is more effective and efficient to improve the planning, process, and student learning outcomes. Apart from that the model is simple in its implementation.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Hipotesis Tindakan ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Pembelajaran Matematika ... 13

B. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ... 13

C. Pendidikan Matematika Realistik ... 15

D. Hasil belajar ... 22

E. Konsep Pecahan ... 23

BAB III: METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode dan Pendekatan ... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 32


(8)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

1. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 37

a. Perencanaan ... 37

b. Pelaksanaan ... 37

c. Observasi ... 39

d. Refleksi ... 40

2. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 40

a. Perencanaan ... 41

b. Pelaksanaan ... 41

c. Observasi ... 43

d. Refleksi ... 43

B. Pembahasan …... 43

BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Rekomendasi ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Kemajuan suatu bangsa, hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaftif terhadap perubahan jaman.

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi.

Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia.

Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Pertanyaannya, bagaimana Hasil Belajar anak terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Hal itu disadari benar oleh pemerintah.

“Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan


(10)

2

dipergunakan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka, akan hidup bekerja” (Depdiknas, 2002:1)

Persoalan sekarang adalah: (1) bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut; (2) bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu Hasil Belajar yang utuh; (3) bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari; dan (4) bagaiman guru dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Persoalan-persoalan itu merupakan tantangan yang dihadapi oleh guru setiap hari dan tantangan bagi pengembang kurikulum. Persoalan-persoalan tersebut dicoba diatasi dengan pendekatan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pendekatan pembelajaran matematika realistik.

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interaksinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik.

Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Menurut Russeffendi (Erna Suwangsih dan Tiurlina 2006: 3). Disiplin utama dalam matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum


(11)

berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Pelajaran tentang struktur yang sangat umum dimulai dalam bilangan natural dan bilangan bulat, serta operasi aritmatikanya, yang semuanya dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawal dari geometri. Dan pengertian dari perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu hal yang biasa dalam ilmu alam dan kalkulus.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Dalam pembelajaran matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.

Objek matematika bersifat abstrak, yaitu berupa ide, gagasan, konsep, simbol-simbol, dan sistem keterkaitan antara unsur-unsur dalam suatu komunitas (himpunan). Oleh karena itu, pengajarannya perlu disampaikan dengan pendekatan yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terlebih lagi untuk pembelajaran di tingkat SD. Hal ini karena secara psikologis tingkat perkembangan mental siswa pada jenjang SD pada umumnya masih tahap pemahaman konkret, belum mampu berpikir abstrak. Untuk itu, perlu dilakukan upaya menemukan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan perkembangan mental siswa. Berdasarkan paparan di atas, perlu dilakukan penelitian terkait dengan upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada jenjang SD.

Biasanya ada sebagian siswa yang menganggap belajar matematika harus dengan berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras. Hal ini menjadikan matematika seperti “monster” yang mesti ditakuti dan malas untuk mempelajari ilmu matematika. Apalagi dengan dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SD, SMP, maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Akibat dari pemikiran negatif terhadap matematika, perlu kiranya seorang guru yang mengajar matematika melakukan


(12)

4

upaya yang dapat membuat proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Ada beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan siswa terhadap matematika.

Salah satunya dengan cara pembelajaran matematika realistik dimana pembelajaran ini mengkaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik tersebut, siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana menyelesaikan soal cerita yang mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya.

Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan di dalam kelas, dimana siswa kurang bebas bergerak, cobalah untuk memvariasikan strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak hal yang bisa kita jadikan sumber belajar matematika, yang penting pilihlah topik yang sesuai misalnya mengukur tinggi pohon, mengukur diameter batang pohon dan lain sebagainya.

Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami, mengerti materi tersebut dari pada banyak materi tetapi siswa tidak mengerti. Meski banyak tuntutan pencapaian terhadap kurikulum sampai daya serap namun dengan alokasi yang terbatas. Jadi guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam belajar matematika.

Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas dengan melakukan inovasi pembelajaran.

Matematika di Sekolah Dasar bukan hanya pelajaran berhitung, melainkan juga pelajaran memahami bentuk-bentuk soal cerita yang erat kaitannya dengan kehidupan nyata sebagai salah satu bentuk pembelajaran kontruktivisme dari


(13)

matematika itu sendiri. Maka dari itu diduga terdapat pengaruh yang positif dari minat membaca siswa terhadap Hasil Belajar soal bentuk cerita mata pelajaran matematika.

Di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti dan menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain menetapkan target pencapaian pembelajaran yang berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, pemerintah juga menetapkan standar untuk pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Berdasarkan Permendiknas RI No. 41 tahun 2007, pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan , menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,


(14)

6

elaborasi, dan konfirmasi. [Lampiran Permendiknas RI Nomor 41 Tahun (Depdiknas, 2007)]

Jika kita menerapkan standar proses tersebut dengan benar, maka pengembangan kemampuan berfikir matematis bisa tercapai tanpa mengesampingkan ketercapaian target kompetensi. Pembelajaran yang menekankan pada proses eksplorasi akan bisa mengembangkan kemampuan generalisasi.

Di dalam diri anak ada suatu daya yang dapat tumbuh dan berkembang di sepanjang usianya. Potensi anak didik sebagai daya yang tersedia, sedangkan guru dan pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu. Disinilah letak persoalannya, guru sebagai pelaku pendidikan harus mampu menjalankan tugas, peranan, dan kewajibannya dengan baik. Peranan guru sebagai pendidik antara lain adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, fasilitator, mediator, pengelola kelas, supervisor, dan evaluator.

Banyak faktor penyebab sulitnya siswa dalam memahami konsep soal cerita antara lain:

1. Materi soal cerita memerlukan Hasil Belajar bahasa yang terkandung dalam soal, sehingga memerlukan penganalogian dari guru.

2. Materi soal cerita masih disajikan dalam cerita-cerita yang jarang didengar oleh siswa, misalnya tentang nama benda yang asing bagi siswa.

3. Penyampaian guru pada materi soal cerita masih menggunakan cara praktis yaitu dengan memberikan algoritma yang diperlukan bukan memberi stimulus pada siswa untuk mencarinya sendiri.

4. Siswa kurang termotivasi untuk bertanya pada guru tetapi lebih memilih menyatakan hasil pada temannya daripada menanyakan cara mendapatkannya.

Menurut Zulkardi (Supardi 2012: 244) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang rendah disebabkan oleh banyak hal, seperti: kurikulum yang padat, media belajar yang kurang efektif, strategi dan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru kurang tepat, sistem evaluasi yang buruk, kemampuan guru yang kurang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, atau juga karena


(15)

pendekatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional sehingga siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan berbagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika tersebut, dapat diasumsikan bahwa faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu pembelajaran matematika karena kekurangtepatan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran dan kekurangmampuan guru dalam memotivasi belajar siswa. Faktor pendekatan belajar dan motivasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, terlebih lagi untuk pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak, sementara daya pikir siswa SD pada umumnya masih bersifat konkret. Pada usia siswa sekolah dasar belum berkembang secara optimal kemampuan abstraksinya.

Guru harus mampu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa. Untuk pembelajaran di tingkat sekolah Dasar, tepat apabila diterapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik (Realistic Mathematics Education atau RME). Menurut Zulkardi (Supardi 2012:245) mengatakan bahwa RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan proces of doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun kelompok.

Suharta (Supardi 2012: 245) mengatakan bahwa RME merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang harus dikaitkan dengan realita karena matematika merupakan aktivitas manusia. Hal ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Senada dengan ini, Zulkardi (Supardi 2012:245) mengemukakan dua pandangan penting tentang Freudenthal dalam pembelajaran matematika, yaitu, mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity.”

Menurut Suharta (Supardi 2012: 245), terdapat lima karakteristik pembelajaran matematika realistik (PMR), yaitu: konteks „dunia nyata‟; model


(16)

-8

model; produksi dan konstruksi siswa; interaktif; dan keterkaitan (interwining). Konsep pembelajaran matematika realistik menekankan dunia nyata sebagai titik tolak pembelajaran dan sekaligus sebagai tempat mengaplikasikan matematika. Dalam PMR sekaligus terkandung proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Dengan karakteristik tersebut, maka metode mengajar yang tepat dan banyak digunakan dalam pendekatan PMR antara lain metode belajar kelompok, diskusi, demonstrasi dan inkuiri.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran PMR adalah suatu pendekatan yang ditempuh dalam mengajarkan matematika dengan memadukan proses matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran pendekatan ini memiliki karakteristik: memakai konteks dunia riil, menggunakan model, mengoptimalkan kontribusi siswa, interaktif, dan keterkaitan dengan materi atau bidang lain.

Pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung masih bersifat verbalistis, belum memanfaatkan sumber daya anak secara optimal untuk mampu berpikir secara induktif. Berdasarkan hasil ulangan harian pembelajaran matematika tentang pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung hanya mencapai ketuntasan sebesar 50 % dengan nilai rata-rata 64,53 yang masih berada di bawah KKM 70,00. Untuk itu, proses pembelajaran harus dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu mengembangkan potensinya secara optimal.

Bertolak dari data-data di atas, upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran tentang pecahan guna meningkatkan hasil pembelajaran siswa, adalah dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri, merancang model, menerapkan konsep, mengembangkan keterampilan bertanya, belajar dalam kelompok dan bisa menilai kesalahan-kesalahan sendiri dengan memahami soal cerita sehingga tercipta situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mengarah pada keberhasilan pembelajaran secara maksimal.


(17)

Berdasarkan latar belakang pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam pembelajaran matematika dengan judul “Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pecahan di Kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik tentang pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Tanjakan?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik tentang pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Tanjakan?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika realistik tentang pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Tanjakan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang pendekatan pembelajaran matematika realistik tentang pecahan dari mulai perencanaan, pelaksanaan yang timbul dari Hasil Belajar tentang pecahan di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Ingin mendeskripsikan perencanaan pendekatan pembelajaran matematika realistik.


(18)

10

2. Ingin memperoleh data tentang proses pelaksanaan pendekatan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan Hasil Belajar tentang pecahan di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.

3. Ingin mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika tentang pecahan dengan pendekatan model pembelajaran matematika relistik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti sebagai berikut:

1. Bagi siswa:

hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan minat, motivasi, dan kemampuannya dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

2. Bagi guru:

(1) dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendekatan pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep matematika yang diajarkan guru dapat dikuasai siswa,

(2) akan terbiasa untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang baru guna meningkatkan prestasi belajar siswanya, dan

(3) dapat meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya ilmiah yang baku, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu, yang lebih kuat dan mendorong terciptanya disposisi matematika (mathematical disposition).

3. Bagi sekolah:

hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

E. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik tentang Materi Pecahan maka hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Tanjakan


(19)

Kecamatan Mandalajati Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang signifikan.

F. Definisi Operasional

Pembelajaran matematika realistik adalah atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) dimana menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

Karakteristik RME menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan. Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-masalah yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Dengan pembelajaran matematika realistik siswa dapat mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.

Menurut Soedjadi (2001: 3) pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik dan komponen sebagai berikut. 1. The use of context (menggunakan konteks), artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.

2. Use models, bridging by vertical instrument (menggunakan model), artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.


(20)

12

3. Students constribution (menggunakan kontribusi siswa), artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa. 4. Interactivity (interaktif), artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh

interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.

5. Intertwining (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya), artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.

Untuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya pembagian kue, supaya siswa memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika realistik dimana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan.

Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan

Skripsi ini membahas tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik yang berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.

Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan dan (4) refleksi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1982) meliputi empat tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang terus menerus. Penelitian akan berakhir apabila indikator yang telah ditentukan dapat tercapai atau sudah mencapai tingkat kejenuhan dimana hasil hanya bergeser sedikit atau tidak berubah sama sekali. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif dengan dua orang mitra guru SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.

Menurut Kemmis (Rochiati Wiriaatmaja 2009:12) bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Menurut Ebbutt (1985), dalam Hopkins (1993) dikutip oleh Rochiati Wiriaatmaja mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dan upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok


(22)

guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (2009: 12).

Secara ringkas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Rochiati Wiriaatmaja 2009: 13).

Secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK dapat disebutkan:

1. Situasional, artinya berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa.

2. Kontekstual, artinya upaya pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan tidak lepas dari konteksnya, mungkin konteks budaya, social, politik, dan ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung.

3. Kolaboratif, partisipasi antara guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai.

4. Self recletive dan self evaluative, pelaksana, pelaku tindakan, serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. Modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang mereka lakukan.

5. Fleksibel, dalam arti pemberian sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah. Misalnya, tidak perlu adanya prosedur sampling, alat pengumpul data yang lebih bersifat informal, sekalipun dimungkinkan dipakainya instrumen formal sebagaimana dalam penelitian eksperimental (Soedarsono FX, 2001: 5).

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. Kegiatan


(23)

pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono FX, 2001: 5).

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK, desain dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Kerja PTK (Soedarsono FX, 2001: 18).

Pada gambar di atas, pada tahap awal, peneliti melakukan penjajagan (assesement) untuk menentukan masalah hakiki yang dirasakan terhadap apa yang telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi masalah-masalah dalam praktek pembelajaran (memfokuskan masalah), kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk penelitian tindakan. Pada tahap kedua, berdasarkan masalah yang dipilih, disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik dari praktek pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Pada tahap ketiga, dilakukan implementasi rencana atau skenario tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan (misalnya guru pamong, peneliti yang lain, serta siswa) melaksanakan kegiatan sebagaimana yang ditulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera setelah kegiatan dimulai (on going procces monitoring). Rekaman semua kejadian dan perubahan yang terjadi perlu

Awal Akhir Perenc

Observasi Observasi

Upaya perubahan dengan dilaksanakan tindakan Observasi Keadaan sesudah dilakukan tindakan Jika belum Memuaskan hasilnya Perbaikan Keadaan sebelum dilakukan tindakan Perubahan Perbaikan peningkatan lebih baik Penjajagan/asesi sesudah aksi Rencana Desain/ Implementasi Penjajagan/asesi sebelum aksi

Refleksi Ke siklus selanjutnya

Pelaksanaan PTK RD


(24)

dilakukan dengan berbagai alat dan cara, sesuai dengan kondisi dan situasi kelas. Pada tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan analisis data yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan evaluasi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan maka dilakukan revisi atau modifikasi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya. Proses daur ulang akan selesai jika peneliti merasa puas terhadap hasil dari tindakan yang dilakukan sesuai rencananya (Soedarsono FX, 2001: 19).

Secara sederhana, penelitian tindakan kelas dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat (4) tahap seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.2 Model Kemmis dan Taggart (Rochiati Wiriaatmaja, 2005: 66).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tanjakan Jalan Jatihandap No. 64 Kelurahan Jatihandap Kecamatan Mandalajati Kota Bandung Kode Pos 40193. Adapun jadwal penelitian direncanakan pada bulan Mei minggu ke-tiga hari Rabu tanggal 15 Mei dan hari Jumat tanggal 17 Mei dan minggu ke-empat hari Senin tanggal 20 Mei dan hari Rabu tanggal 22

R

E

F

L

E

CT

OBSERVE

A

C

T

R

E

F

L

E

C

OBSERVE

A

C

T

REVISIED PLAN


(25)

Mei semester genap tahun pelajaran 2012-2013. Waktu yang tersedia untuk mata pelajaran matematika materi pecahan adalah 12 jam pelajaran dengan jumlah tatap muka sebanyak 4 (empat) kali, dan tiap jam pelajarannya selama 35 menit.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung. Kelas tersebut berjumlah 32 orang yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pada tahap perencanaan (plan) peneliti menyusun pedoman observasi, menyusun rencana dan strategi pembelajaran serta panduan observasi. Pada kotak tindakan (act) peneliti melaksanakan penelitian dalam kegiatan mengajar yang sesuai dengan RPP yang sudah dirancang, Pada kotak pengamatan (observe), Guru meminta teman sejawat untuk mengamati kegiatan guru kelas saat melaksanakan kegiatannya pada saat meneliti untuk mengetahui apa yang harus ditingkatkan dan harus dipertahankan agar tujuan penelitian tercapai. Pada saat meneliti peneliti juga harus mengamati siswa aktif tidaknya pada saat proses pembelajaran berlangsung agar terwujud pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kotak refleksi (reflect), peneliti melakukan refleksi apa yang ditemukan pada saat melakukan kegiatan meneliti yaitu pada waktu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, apa yang menjadi hambatan dan motivasi agar lebih baik lagi pada siklus II.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan tersebut terkait dengan alur kerja PTK di atas dan dapat digambarkan sebagai berikut:


(26)

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.

Siklus I

Perencanaan

 Pedoman observasi.

 Menyusun rencana dan strategi pembelajaran.

 Panduan evaluasi.

Jika belum memuaskan hasilnya

Revisi Perencanaan

 Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh maka, peneliti harus merevisi atau memodifikasi perencanaan atas kekurangan yang dijumpai pada tahap implementasi siklus I.

Penjajagan

 Observasi pembelajaran di kelas yang menjadi obyek penelitian. (dalam hal ini adalah siswa kelas 5 di SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung. Analisis dan identifikasi

 Metode ceramah.

 Pemahaman dan kreativitas siswa terhadap materi matematika masih rendah.  Menggunakan strategi pembelajaran tradisional.

 Tidak melakukan refleksi. -

Implementasi

 Kegiatan pembelajaran mengaplikasikan pendekatan model pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pecahan.

 Mengevaluasi proses dan hasil. Observasi

 Mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan check list observasi.

 Observasi dilakukan pada perilaku dan aktivitas siswa.

Refleksi

 Peneliti melakukan refleksi terhadap pengaplikasian pendekatan model pembelajaran matematika realistik.

Dilanjutkan ke siklus II, dan jika hasilnya juga masih belum memuaskan,

maka dilanjutkan ke siklus III.

Selesai.


(27)

E.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes Uji Kompetensi

Tes uji kompetensi digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa yang dilaksanakan setiap setelah pembelajaran berakhir, yaitu dengan menggunakan metode tanya jawab dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan penugasan, dengan menggunakan instrumen lembar soal yang dilaksanakan setiap akhir proses pembelajaran sebagai evaluasi untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan materi yang disajikan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas siswa dalam pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok dalam mengambil keputusan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pelaksana observasi adalah guru yang dijadikan mitra dalam penelitian sebagai observer dan peneliti sebagai pelaksana dalam tindakan. Lembar observasi disusun untuk mengamati aktivitas siswa, motivasi siswa dan aktivitas guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Selain untuk mengetahui aktivitas siswa, motivasi siswa, dan aktivitas guru, lembar observasi dilaksanakan sebagai bahan acuan bagi peneliti dalam tindakan selanjutnya.


(28)

3. Lembaran Angket

Lembaran angket hanya dilaksanakan pada akhir tindakan penelitian dalam hal ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran siklus II, yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses belajar dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik.

F. Analisis dan Interpretasi Data

. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis terhadap proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Analisis kualitatif memberikan interpretasi secara nyata terhadap aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Lembar observasi yang diisi kolaborator dan hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif persentase ini dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung nilai responden dari masing-masing aspek. b. Merekap nilai siswa.

c. Menghitung nilai rata-rata siswa d. Menghitung persentase nilai

Persentase ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Keterangan:

SP : Skor Persentase SK : Skor Kumulatif R : Jumlah Responden


(29)

Hasil penghitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan antara hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan prestasi siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik.


(30)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan pada data-data yang dapat dikumpulkan selama proses tindakan penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung, yang dilakukan pada bulan Mei 2013 selama dua siklus, ternyata bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, telah menunjukkan peningkatan yang sangat memuaskan sesuai harapkan peneliti, dibandingkan dengan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya.

Atas dasar data yang terkumpul itulah, menurut peneliti bahwa penelitian cukup dilaksanakan hanya sampai siklus II, karena 93,7 % dari jumlah siswa yang diteliti telah mencapai dan melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD Negeri Tanjakan.

Dari uraian selama pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pada siklus I di dahului dengan mengidentifikasi masalah, merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh, menentukan pokok bahasan, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, menyusun LKS, mengembangkan format evaluasi. Setelah melakukan perbaikan kelemahan-kelemahan yang diperoleh dari siklus I, maka peneliti kembali merancang pelaksanaan pembelajaran dengan topik yang sama seperti pada siklus I dan II yaitu tentang pecahan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

2. Dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, pelaksanaan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Tanjakan tentang pecahan lebih kreatif, dalam hal ini dapat dilihat dari bersemangatnya diskusi kelompok dalam menentukan jawaban dari soal yang ditanyakan oleh guru, dan siswa


(31)

yang kemampuannya rendahpun pada pembelajaran ini bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

3. Dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tanjakan tentang pecahan meningkat secara signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai yang diperoleh siswa seperti di bawah ini;

 Nilai rata-rata kelas: pra siklus (64,53), siklus I (75,88), siklus II (80,47).

 Nilai tertinggi : pra siklus (85), siklus I (100), siklus II (100).

 Nilai terendah : pra siklus (40), siklus I (52), siklus II (60)

 Ketuntasan : pra siklus (50%), siklus I (62,5%), dan siklus II ( 93,75%)

B. Rekomendasi

1. Setelah melaksanakan tindakan, penulis merekomendasikan para tenaga pendidik agar mau menerapkan model Pendekatan pembelajaran Matematika Realistik, karena berdasarkan pengalaman penulis, ternyata pendekatan pembelajaran tersebut sangat efektif dan efesien dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta pendekatan pembelajaran tersebut bisa diterapkan pada semua tingkatan usia anak didik.

2. Adapun untuk selanjutnya, peneliti menyarankan agar pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat diterapkan oleh guru, karena model pembelajaran tersebut mudah dalam pelaksanaanya.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie N. dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS

Arikunto S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi

Asrori M., (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wahana Prima Dewirawati. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan

Menerapkan Pendekatkan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga Kecamatan Sidomukti Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Salatiga: tidak diterbitkan.

Hanafiah N. dan Suhana C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Hatimah I. et al. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press

Hermawan R. et al. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press

Hernawan A.H. et al. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press

Karso, dkk. (1998). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka

Mulyasa E., (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyati Y.S., et al. (2005). Intisari Matematika Untuk SD kelas 4, 5, dan 6. Bandung: Pustaka Setia

Purwanto, (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rasyid H. Dan Mansur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wahana PrimaRusyan A. T. (1966). Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : CV Argita

Suharta I G. P., Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana?. http://www.depdiknas.go.id/jurnal/38Matematika%20Realistik.htm.[4 Mei 2013]


(33)

Sukidin et al. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.Surabaya: Penerbit Insan Cendekia

Sukiyadi D. et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press

Sukmadinata N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Supardi U.S., (2012). Pengaruh Belajar Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar [online]. Cakrawala Pendidikan, (Juni 2012, Th. XXX1, No.2). Tersedia:

http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/file/5Supardi%20PGRI [4

Mei 2013]

Suryani,(2009). Meningkatkan Kemampuan memahami Perkalian Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya II dengan Metode Demonstrasi. UT UPBJJ Bandung: tidak diterbitkan

Suwangsih E. Dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press

Tajudin, et al. (2002). Kumpulan Rumus Matematika SD. Depok: Kawan Pustaka Taniredja T., et al. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan

Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi KonstruktiVstik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: CV IPA Abong

Wijaya A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wiriaatmadja R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


(1)

3. Lembaran Angket

Lembaran angket hanya dilaksanakan pada akhir tindakan penelitian dalam hal ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran siklus II, yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses belajar dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik.

F. Analisis dan Interpretasi Data

. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis terhadap proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Analisis kualitatif memberikan interpretasi secara nyata terhadap aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Lembar observasi yang diisi kolaborator dan hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif persentase ini dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung nilai responden dari masing-masing aspek. b. Merekap nilai siswa.

c. Menghitung nilai rata-rata siswa d. Menghitung persentase nilai

Persentase ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Keterangan:

SP : Skor Persentase SK : Skor Kumulatif


(2)

Hasil penghitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan antara hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan prestasi siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik.


(3)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan pada data-data yang dapat dikumpulkan selama proses tindakan penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung, yang dilakukan pada bulan Mei 2013 selama dua siklus, ternyata bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, telah menunjukkan peningkatan yang sangat memuaskan sesuai harapkan peneliti, dibandingkan dengan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya.

Atas dasar data yang terkumpul itulah, menurut peneliti bahwa penelitian cukup dilaksanakan hanya sampai siklus II, karena 93,7 % dari jumlah siswa yang diteliti telah mencapai dan melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD Negeri Tanjakan.

Dari uraian selama pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di kelas V SD Negeri Tanjakan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pada siklus I di dahului dengan mengidentifikasi masalah, merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh, menentukan pokok bahasan, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, menyusun LKS, mengembangkan format evaluasi. Setelah melakukan perbaikan kelemahan-kelemahan yang diperoleh dari siklus I, maka peneliti kembali merancang pelaksanaan pembelajaran dengan topik yang sama seperti pada siklus I dan II yaitu tentang pecahan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

2. Dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, pelaksanaan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Tanjakan tentang pecahan lebih kreatif, dalam hal ini dapat dilihat dari bersemangatnya diskusi kelompok


(4)

53

yang kemampuannya rendahpun pada pembelajaran ini bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

3. Dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tanjakan tentang pecahan meningkat secara signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai yang diperoleh siswa seperti di bawah ini;

 Nilai rata-rata kelas: pra siklus (64,53), siklus I (75,88), siklus II (80,47).  Nilai tertinggi : pra siklus (85), siklus I (100), siklus II (100).

 Nilai terendah : pra siklus (40), siklus I (52), siklus II (60)

 Ketuntasan : pra siklus (50%), siklus I (62,5%), dan siklus II ( 93,75%) B. Rekomendasi

1. Setelah melaksanakan tindakan, penulis merekomendasikan para tenaga pendidik agar mau menerapkan model Pendekatan pembelajaran Matematika Realistik, karena berdasarkan pengalaman penulis, ternyata pendekatan pembelajaran tersebut sangat efektif dan efesien dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta pendekatan pembelajaran tersebut bisa diterapkan pada semua tingkatan usia anak didik.

2. Adapun untuk selanjutnya, peneliti menyarankan agar pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat diterapkan oleh guru, karena model pembelajaran tersebut mudah dalam pelaksanaanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie N. dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS

Arikunto S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi

Asrori M., (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wahana Prima Dewirawati. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan

Menerapkan Pendekatkan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga Kecamatan Sidomukti Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Salatiga: tidak diterbitkan.

Hanafiah N. dan Suhana C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Hatimah I. et al. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press

Hermawan R. et al. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press

Hernawan A.H. et al. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press

Karso, dkk. (1998). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka

Mulyasa E., (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyati Y.S., et al. (2005). Intisari Matematika Untuk SD kelas 4, 5, dan 6. Bandung: Pustaka Setia

Purwanto, (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rasyid H. Dan Mansur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wahana PrimaRusyan A. T. (1966). Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : CV Argita


(6)

Sukidin et al. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.Surabaya: Penerbit Insan Cendekia

Sukiyadi D. et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press

Sukmadinata N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Supardi U.S., (2012). Pengaruh Belajar Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar [online]. Cakrawala Pendidikan, (Juni 2012, Th. XXX1, No.2). Tersedia:

http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/file/5Supardi%20PGRI [4

Mei 2013]

Suryani,(2009). Meningkatkan Kemampuan memahami Perkalian Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya II dengan Metode Demonstrasi. UT UPBJJ Bandung: tidak diterbitkan

Suwangsih E. Dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press

Tajudin, et al. (2002). Kumpulan Rumus Matematika SD. Depok: Kawan Pustaka Taniredja T., et al. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan

Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi KonstruktiVstik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: CV IPA Abong

Wijaya A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wiriaatmadja R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG.

0 1 32

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V SDLB.

0 3 41

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SOAL CERITA PENJUMLAHAn PECAHAN BIASA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IVC MI Miftahul Huda Kecamatan Mandalajati Kota Ba

0 2 29

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 20

0 0 41

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN.

0 1 21

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi Pokok Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan melalui Pembelajaran Matematika Realistik di SD Negeri Dumeling 02 Brebes.

0 1 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 GRENGGENG.

0 3 179

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

0 0 7

PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN BERBANTUAN BLOK PECAHAN SISWA KELAS IV SD 2 PIJI

0 0 24

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BOJONGSARI

0 0 12