KINERJA PURNA PRAJA SEKOLAH TINGGI PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (STPDN) : Studi Pengkajian Pengaruh Hubungan Proses Pendidikan STPDN Terhadap Kinerja Purna Praja Di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.

I .

/

\

KINERJA PURNA PRAJA

SEKOLAH TINGGI PEWIERINTAHAN DALAM NEGERI
(STPDN)
Studi Pengkajian Pengaruh Hubungan Proses Pendidikan
STPDN Terhadap Kinerja Puma Praja Di Kabupaten Gowa
Propinsi Sulawesi Selatan

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

UDAYA MADJID
NIM.999503

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2002

LEMBAR PENGESAHAN
U3IAN TAHAP II

Disetujui dan disahkan

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Tb. ABIN SYAMSUDPTN MAKMUN. M.A

Pembimbing II,


Prof. Dr. H. SUPANDI KARTAMIHARDJA

Diketahui:

DMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM Pi SCASARJANA
UNIVERSITAS PENJ IDIKAN INDONESIA

KETUA PROGRAM STUI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejaumana pengaruh
hubungan variabel proses pendidikan STPDN yang mencakup dimensi
materi, metode, evaluasi, dan laporan tahunan pengajaran, pelatihan dan
pengasuhan terhadap variabel kinerja Puma Praja yang meliputi dimensi
pemahaman tugas pokok dan fungsi, kualitas dan kuantitas pekerjaan,
dan kedisiplinan di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah verifikafif. Unit

analisis penelitian adalah seluruh Purna Praja/alumni STPDN tahun 1992
sampai dengan tahun 2000 yang bertugas di wilayah pemerintahan
Kabupaten Gowa yang jumlahnya 35 orang. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan sampling jenuh. Selain Purna Praja, responden juga
berasal dari atasan langsung dan mitra kerja di unit kerja Purna Praja.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen

utama,

wawancara,

observasi,

dan

dokumentasi

juga


digunakan untuk memperoleh data pendukung. Teknik analisa data
dilakukan dengan teknik analisa jalur dengan menggunakan skala interval
dan uji hipotesisnya (hipotesa 1,2, dan 3) memakai analisis korelasi
Pearson Product Moment untuk menghitung koefisien korelasi, regresi,
dan determinasi. Sedangkan untuk hipotesa 4 menggunakan analisa
regresi tiga prediktor.
Hasil

analisis

secara

kuantitatif memberikan

indikasi

bahwa

pertama, terdapat pengaruh yang signifikan antara sub sistem pengajaran
terhadap kinerja. Kedua, ada pengaruh yang signifikan antara sub sistem

pelatihan temadap kinerja. Ketiga, tei dapat pengaruh yang signifikan
antara sub sistem pengasuhan terhadap kinerja. Keempat pengaruh
proses pendidikan STPDN terhadap kinerja Puma Praja sebesar
38,316%.

Hasil analisis memberikan suatu kesimpulan bahwa hipotesa yang
diajukan dalam penelitian ini, teruji dan dapat diterima walaupun tingkat
hubungannya bervariasi. Oleh karena itu perubahan kurikulum STPDN
mutlak harus dilakukan guna mengantisipasi dinamika perkembangan
masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTARISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR


j
ii
jjj
v
vjjj
x
xii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Pikir Penelitian
F. Hipotesis

1

1
10
n
12
12
15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Pendidikan STPDN
1. Sub Sistem Pengajaran
2. Sub Sistem Pelatihan
3. Sub Sistem Pengasuhan
B. Kinerja

16
16
19
24

27
35

C. Kajian Studi Terdahulu Yang Relevan

46

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

48
48

BAB III

BAB IV

B. Unit Analisis, Populasi, Sampel, dan Responden ...

48


1. Unit Analisis
2. Populasi
3. Sampel
4. Responden
C. Operasional Variabel

48
49
49
50
51

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

54

1. Teknik Pengumpulan Data
2. Alat Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data


54
55
57

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Keadaan Geografis Kabupaten Gowa
2. Kependudukan
3. Pemerintahan
4. Karakteristik Responden Penelitian

60
61
61
62
65
74

Vlll


B. Pembahasan Hasil Penelitian

77

1. Analisa Variabel Sub Sistem JARLATSUH
a. Struktur Kurikulum

b.

77
77

Keterkaitan Materi JARLATSUH dengan
Satuan Acara Pendidikan dan Pelaksanaan

d.

Tugas
Metode
Pengajaran,
Pengasuhan
Jadual Kegiatan

e.
f.

Evaluasi
Prasarana dan saraana

c.

dan

86
91
96
100

g. Laporan Tahunan
2. Analisa Variabel Kinerja Purna Praja
a. Tugas dan Fungsi
b. Kualitas dan Kuantitas Pekerjaan
c. Kedisiplinan

106
113
113
116
118

3. Analisa Data Statistik

122

a.

b.
c.
d.
e.
f.

g.

BAB V

83
Pelatihan,

Pengaruh
Sub
Sistem
Pengajaran
Terhadap Kinerja Purna Praja STPDN
Pengaruh Sub Sistem Pelatihan Terhadap
Kinerja Puma Praja STPDN
Pengaruh
Sub
Sistem
Pengasuhan
Terhadap Kinerja Puma Praja STPDN
Pengaruh
Sub
Sistem
Pengajaran
Terhadap Sub Sistem Pelatihan STPDN
Pengaruh Sub Sistem Pelatihan Terhadap
Sub Sistem Pengasuhan STPDN
Pengaruh
Sub
Sistem
Pengajaran
Terhadap Sub Sistem Pengasuhan STPDN
Pengaruh Proses Pendidikan STPDN
Terhadap Kinerja Purna Praja STPDN

122
124
126
128
130

132
134

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi

140
140
143

C. Saran

144

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

146
151

IX

DAFTAR TABEL

Tabel

1.
2.

3.
4.

Halaman

Beberapa Faktor Untuk Mempengaruhi Tingkat Kinerja
(Pegawai Yang Tidak Efektif)
Sumber Utama Kinerja Yang Tidak Efektif
Populasi Obeyek Penelitian Yang Dijadikan Responden
Operasionalisasi Variabel Pengajaran

50
52

39
40

5.

Operasionalisasi Variabel Pelatihan

53

6.
7.

Operasionalisasi Variabel Pengasuhan
Operasionalisasi Variabel Kinerja

53
54

8.
9.

Interval, Kategori, Dan SkorJawaban
Luas Wilayah, Rumah Tangga, Penduduk,
Kepadatan
Penduduk
Kabupaten Gowa

10.

Menurut

Kecamatan

56

Dan
Di
63

Daftar Purna Praja STPDN Yang Bertugas Di Lingkup
Sekretariat Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2001

11.

70

Daftar Purna Praja STPDN Yang Bertugas Di Luar
Lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten Gowa Tahun
2001

71

12.

Daftar Purna Praja Yang Sedang Tugas Belajar

13.

Program Pascasarjana sampai Tahun 2001
Keadaan Responden Atasan Langsung

74

Menurut

Jabatan

75

14.
15.

Keadaan Responden Mitra Kerja Menurut Jabatan
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kurikulum

76

Pengajaran

80

16.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kurikulum
Pelatihan

17.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kurikulum
Pengasuhan

18.
19.
20.

81

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Materi
Pengajaran Berdasarkan SAP Dan Pelaksanaan Tugas
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Materi
Pelatihan Berdasarkan SAP Dan Pelaksanaan Tugas...

82

84
85

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Materi
Pengasuhan Berdasarkan 16 Aspek Dan Pelaksanaan
Tugas

86

21.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan
Metode Pembelajaran

87

22.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan

23.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan

Metode Pelatihan

Metode Pengasuhan

89

90

24.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan

92

Jadual Perkuliahan

25.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan

93

Jadual Pelatihan

26.
27.

28.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan
Jadual Pengasuhan
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan
Evaluasi Pengajaran
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan

95
97

98

Evaluasi Pelatihan

29.
30.

31.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan
Evaluasi Pengasuhan
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Prasarana
Dan Sarana Pengajaran
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Prasarana

99
103

104

Dan Sarana Pelatihan

32.
33.
34.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Prasarana
Dan Sarana Pengasuhan
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Laporan
Tahunan Pengajaran
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Laporan

106
108
110

Tahunan Pelatihan

35.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Laporan
Tahunan Pengasuhan

112

36.

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Dimensi
Tugas Dan Fungsi Purna Praja STPDN
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Dimensi
Kualitas Dan Kuantitas Pekerjaan Purna Praja STPDN..
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Dimensi
Kedisiplinan Puma Praja STPDN
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien

114

37.
38.
39.

Korelasi

XI

116
119
123

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Kerangka Pikir Penelitian

2.
3.
4.
5.

Sistem Pendidikan STPDN
Variabel Penelitian
Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
Hasil Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

Xll

14
34
52
59
139

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Balakang Masalah

Pembangunan aparatur pemerintahan sebagai abdi negara dan

abdi masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan
manusia, perlu ditingkatkan kualitasnya sejalan dengan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan yang semakin kompleks dalam abad ke 21

ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintahan

sudah barang tentu diarahkan untuk peningkatan kinerja dalam rangka
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekuensi dari pengaruh dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

maupun

perubahan

masyarakat

serta

tuntutan

pembangunan yang senantiasa mengharapkan adanya perbaikan di
berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh dan
terpadu.

Kenyataan selama ini, pelayanan publik yang diberikan oleh
aparatur pemerintah pada semua unit kerja belum dapat memenuhi

harapan masyarakat.

Keluhan-keluhan dalam berbagai bidang

pelayanan umum, seperti meningkatnya kriminilitas, pengurusan
perizinan dan sertifikat tanah yang berbelit-belit dan memakan waktu

yang lama, merupakan bukti atas rendahnya kualitas pelayanan yang
«

diterima oleh masyarakat. Di samping itu masih ada oknum aparatur

yang bersikap diskriminatif. Mereka cenderung memberi pelayanan
yang lebih cepat kepada warga masyarakat yang mereka kenal.

Sedangkan kepada masyarakat yang kurang dikenal pelayanannya
lambat. Oleh karena itu kesan pertama dari hampir setiap warga
masyarakat yang datang berurusan ke kantor-kantor pemerintahan

adalah bertemunya mereka dengan pegawai berseragam yang kurang
ramah, kurang informatif, mata duitan dan kurang profesional (Rasyid,
1997; 142)

Selanjutnya Mustapadidjaja (1998;2) mengatakan, bahwa :
Tuntutan masyarakat terhadap aparatur saat ini adalah
berfungsinya
sistem
administrasi
negara
secara
bertanggungjawab (acountable) dengan efesiensi sektor publik
yang

menjadi

tonggak

pengembangan

organisasi

dan

profesionalisasi aparatur, ini jelas didasari oleh pemikiran

bahwa pada masa sekarang dan akan datang, aparatur negara
akan dihadapkan pada suatu kondisi obyektif yang menuntut
daya saing (competitiveness) serta kecepatan, ketepatan dan
keakuratan {effectiveness) penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan, dengan keterbatasan sumber
daya yang dimiliki oleh birokrasi, sementara tuntutan

masyarakat terhadap jasa pelayanan umum {public service)
semakin meningkat.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, dan untuk mewujudkan
secara konsepsional dan aktual diperiukan kesiapan dan dukungan

berbagai peran dan fungsi pendidikan yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan keluarga. Sebab pendidikan merupakan salah satu

bentuk investasi modal manusia (human investment), yang akan
menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa.

Menurut Ace Suryadi (1999 ; 188), terdapat tiga cara memandang

sistem pendidikan jika lihat dari orientasinya dalam pengembangan

SDM,

yaitu

pendidikan

berorientasi

terhadap

(1).

upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, (2). upaya mempersiapkan tenaga
kerja terampil dan ahli yang diperiukan dalam proses memasuki era

industrialisasi, serta (3). upaya membina dan mengembangkan
penguasaan berbagai cabang

keahlian

ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) sebagai

salah satu institusi pendidikan kedinasan Departemen Dalam Negeri
dan sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, khusus

mengemban tugas menyiapkan dan membentuk awal kader pimpinan
pemerintahan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri di daerah,

dengan sasaran karir awal sebagai pimpinan kewilayahan pada
jajaran pemerintahan tingkat terendah yang dapat dikembangkan
pada tingkat yang lebih tinggi secara berlanjut.

Secara historis STPDN merupakan pengembangan dari
pengintegrasian 20 APDN Daerah yang sekarang berpusat di
Jatinangor Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat berdasarkan

Keputusan Presiden R.I Nomor 42 Tahun 1992 tentang Pendirian
STPDN, yang mempunyai sasaran pendidikan yang meliputi Mental,
Intelektual dan Keterampilan. Ketiga hasil dasar didik itu dibentuk,

ditingkatkan, dikembangkan dan diarahkan secara seimbang, terpadu

dan simultan, sehingga dicapai suatu kebulatan kepribadian yang

menampilkan

keutamaan

dalam

penguasaan

pada

bidang

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan sebagai
profesionalisme Ahli Pemerintahan (Diploma IV) melalui tiga bentuk
upaya pendidikan yang satu dengan yang lainnya saling bergantung
dan saling mempengaruhi, terpadu secara harmonis, dan terintegrasi.
Bentuk upaya pendidikan tersebut ialah :

1. Pengajaran, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk kuliah di kelas
dengan sasaran untuk memberikan pemahaman pengetahuan
teoritik

dan

profesional,
umumnya

praktik

yaitu

bidang

dan

pengembangan

yang

memberikan

dasar

pemerintahan

pemerintahan

dalam

daerah

kecerdasan/penalaran

bagi

keahlian

negeri

pada

khususnya.

Jalur

pengisian

serta

dan

pemantapan ilmu pengetahuan dan teknologi, disajikan lewat
pengajaran melalui Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar
Keahlian (MKDK), dan Mata Kuliah Keahlian (MKK). Jadi proses

pendidikan

pada

hakekatnya

merupakan

suatu

proses

pemberdayaan, yaitu proses untuk mengungkapkan potensi yang
ada

pada manusia sebagai

individu,

yang selanjutnya dapat.

memberikan sumbangan kepada pemberdayaan masyarakat lokal,
kepada

masyarakat

bangsanya

dan

pada

akhirnya

kepada

masyarakat global (Tilaar, 1997 ; 132). Oleh karena itu pendidikan

didesain sedemikian rupa guna mempersiapkan individu pada
«

pekerjaan yang berbeda pada suatu organisasi, sebab pendidikan

tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan manusia, tetapi yang
utama adalah memasok tenaga yang diperiukan dalam proses
pembangunan, baik dalam arti jumlah maupun mutu.

2. Pelatihan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk aplikasi yang
dilakukan baik dalam kelas maupun di lapangan, dengan sasaran

untuk membentuk kemampuan penguasaan praktek dalam aspek
keterampilan profesi dan sekaligus dalam rangka pembentukan

kepribadian kader.

Mengingat Kelurahan

merupakan sasaran

penempatan awal para lulusan (Purna Praja) STPDN, maka jenis

pelatihan yang diberikan mencakup aspek keterampilan teknis
administrasi dan keterampilan pendukung profesi. Khusus untuk
keterampilan pendukung profesi ini, antara lain diberikan dalam

bentuk latihan di bidang pertanian dan peternakan.
Penggolongan Jenis pelatihan di STPDN terdiri dari:
a.

Jenis pelatihan digolongkan :
1) Latihan Dasar Kemasyarakatan
2) Gladi Manajemen Pemerintahan
3) Laboratorium Pemerintahan

4) Latihan Dasar Mental keprajuritan (LATSARMENRIT)
5) Latihan Lapangan, berupa :

-

Pengenalan Praktek lapangan (PPL)

-

Praktek Kerja Lapangan (PKL)

-

Bhakti Karya Praja (BKP)

-

Latihan Integrasi Taruna Dewasa (LATSITARDA)

-

Desa Laboratorium Unit Kerja (DLUK)

b. Golongan pelatihan profesi, baik penguasaan pengetahuan
maupun problem Solving.

Jadi

pelatihan

{training)

merupakan

upaya

pembinaan

keterampilan dasar yang diperiukan pegawai baru atau lama untuk

melaksanakan pekerjaan dalam suatu organisasi (Gary Dessler,
1993; 248)

3. Pengasuhan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk bimbingan
dan penyuluhan di lingkungan pendidikan dengan sasaran untuk
menanamkan

nilai-nilai budaya dan

pembulatan penguasaan

akademis dalam rangka pembentukan kepribadian kader pimpinan
pemerintahan dalam negeri dengan titik berat pada aspek mental

kejuangan
pengayoman

dan

wawasan
masyarakat.

nusantara

serta

Selanjutnya

pelayanan dan
Mintorogo

dan

Sedarmayanti (1992 ; 69) mengatakan bahwa di samping
keterampilan, keahlian/kecakapan dan teknologi, produktivitas
tenaga kerja dipengaruhi juga oleh sikap dan etika kerja, yaitu

norma-norma kerja yang disadari oleh pandangan seseorang
terhadap sistem nilai atau value system.

Untuk mencapai tujuan pengasuhan tersebut, maka kegiatan dalam

kurikulum pengasuhan dibagi dalam 6 golongan, yatiu :
a. Pembinaan kehidupan mental spiritual dan ideologi

b. Pembinaan kehidupan kepemimpinan
c. Pembinaan watak

d. Pembinaan ketrampilan olah pelayanan masyarakat.

e. Pembinaan keterampilan olah raga dan kesemaptaan jasmani.
f. Pembinaan motivasi belajar dan kreativitas ilmu.

Sub sistem pendidikan pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan

(JARLATSUH) tersebut sebagai jelmaan peranan dan tanggung jawab
pemerintah dalam pendidikan guna mempersiapkan pimpinan bangsa
yang memiliki kesiapan jiwa raga, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang beraspek keterampilan sesuai kebutuhan dan tuntutan

secara

seimbang,

selaras

dan

serasi

bagi

kemajuan

dan

kesejahteraan bangsa.

Sistem pendidikan Jarlatsuh di atas dalam pelaksanaannya
diintegrasikan

melalui

kegiatan

akademik

STPDN

dan

dioperasionalisasikan secara bertahap dalam proses pendidikan yang
meliputi:

1. Tahap penanaman

(Tingkat

l/Muda

Praja),

adalah tahap

menanamkan nilai-nilai dasar kepemimpinan pemerintahan dalam

negeri dan nilai-nilai dasar profesi serta penguasaan olah pikir dan
dasar-dasar

keterampilan

sebagai

persiapan

menerima

pengetahuan yang bersifat teknis dan latihan lanjutan.

2. Tahap Penumbuhan (Tingkat ll/Madya Praja), adalah tahap
penumbuhan kesadaran terhadap nilai-nilai dasar kepemimpinan

s/^**1"0'0'**^

/1&&VZ&A
A
Qfir'

pemerintahan dalam negeri, dengan menumbuhkan nilai-ViiU

di atas dan memantapkan olah pikir serta keterampilan^efe^^^
persiapan menerima pengetahuan yang bersifat teknis dan latihan
lanjutan.

3. Tahap pengembangan (Tingkat lll/Nindya Praja), adalah tahap
pengembangan penghayatan nilai kepemimpinan pemerintahan

dalam negeri, dengan memantapkan penguasaan pengetahuan
teknis serta keterampilan yang berhubungan dengan profesinya.

4. Tahap pemantapan (Tingkat IV/Wasana Praja), adalah tahap
pemantapan nilai-nilai kepemimpinan pemerintahan dalam negeri

melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan profesi agar
mampu menerapkan secara langsung dalam penugasan.

Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92
Tahun 1996 tentang Statuta STPDN, pasal 11 disebutkan bahwa

maksud tujuan pendirian dan penyelenggaraan Sekolah Tinggi
Pemerintahan Dalam Negeri adalah :

1. Membentuk manusia susila yang cakap, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mempunyai keinsyafan untuk

bertanggung jawab terhadap kelangsungan penyelenggaraan
pemerintahan

dan

keserjahteraan

masyarakat

Indonesia

khususnya dan dunia pada umumnya, untuk berdiri pribadi dalam
memangku jabatan pimpinan pemerintahan dalam negeri;

2. Mengembangkan,

memadukan

dan

mengabadikan

ilmu

memelihara,

dan

pengetahuan dan teknologi;

3. Menyelenggarakan

pembangunan,

mengembangkan hidup kemasyarakatan dan kebudayaan, serta
hidup kenegaraan.

Sedangkan ciri-ciri seorang hasil didik STPDN yang diharapkan
adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kualifikasi kepemimpinan yang dilandasi nilai budaya
bangsa. Pancasila dan UUD 1945, bersemangat juang sebagai
abdi masyarakat, berwawasan nusantara, berkode etik, berwatak

dan berdedikasi sebagai pimpinan yang berdasarkan asas Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani.

2. Memiliki

kualifikasi

kepelayanan dengan tingkat

kepekaan

terhadap kebutuhan masyarakat, pengetahuan akademis, dan

keterampilan operasional, sehingga dapat mengembangkan diri
dalam pelaksanaan tugas pada jajaran Pemerintahan Dalam

Negeri

pada

umumnya dan

Pemerintahan

Daerah

pada

khususnya.

3. Memiliki kualifikasi kenegarawanan dalam menghadapi tantangan
pelaksanaan

tugas

pemerintahan,

profesionalisme dan dimensi keilmuan.

dengan

berbasis

z

Tuntutan reformasi terhadap aktivitas pemerintahanwatu

V

dan berwibawa yang semakin keras, menuntut pemerint^bL^^tuk:
cepat

menyiapkan

aparatur

yang

berkualitas.

Pengembangan

pendidikan kader pemerintahan di lingkungan Departemen Dalam

Negeri,

khususnya

melalui

STPDN

dengan

sistem

pendidikan

pengajaran, pelatihan dan pengasuhan (JARLATSUH) merupakan
salah satu aplikasi tekad untuk memperbaiki kinerja penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang selama ini
dirasakan belum maksimal dan perlu dilakukan penyempumaan.

B.

Perumusan Masalah

Oleh karena pentingnya peranan kualitas hasil peserta didik
yang dinilai berdasarkan kinerja di lapangan, dan keinginan untuk

menelaah sumber daya manusia yang ada dan sangat kompleks dari
hasil peserta didik yang berasal dari perguruan tinggi kedinasan, maka
bertolak dari uraian tersebut, diajukan permasalahan sebagai berikut:

"Sejauhmana proses pendidikan STPDN berpengaruh terhadap
kinerja Purna Praja di Kabupaten Gowa" ?.

Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya akan
dirinci agar penelitian ini lebih terarah, sehingga pokok masalah
penelitian diidentifikasi sebagai berikut:

1. Berapa besar pengaruh pengajaran terhadap kinerja Purna Praja ?
2. Berapa besar pengaruh pelatihan terhadap kinerja Purna Praja ?

3. Berapa besar pengaruh pengasuhan terhadap kinerja

Purna

Praja ?

4. Berapa besar pengaruh pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan
terhadap kinerja Purna Praja ?
C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah serta

dengan asumsi bahwa peserta didik (Praja) sebagai bahan baku yang
potensial dilihat dari proses rekrutmennya, maka dalam proses
pendidikan di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN)
dengan sistem pengembangan pendidikan JARLATSUH diharapkan
memiliki kuaitas kinerja yang baik dil lapangan sesuai dengan visi dan
misi yang diharapkan sebagai Pamong Praja Muda yang merupakan
unsur utama aparatur pemerintah, abdi negara, dan abdi masyarakat,

maka penelitian ini berupaya menelaah pengembangan hasil peserta
didik setelah mengikuti pendidikan dan berada di lapangan.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengajaran terhadap
kinerja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan terhadap
kineja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengasuhan terhadap
kinerja Purna Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa ?

12

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengajaran, pelatihan,
dan pengasuhan terhadap kinerja Purna Praja di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Gowa ?.

D. Manfaat Penelitian

Dengan menjawab seluruh permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini diharapkan :
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada Sekolah

Tinggi

Pemerintahan

Dalam

Negeri

dan

pihak-pihak

yang

berkompoten, khususnya di lingkungan Departemen Dalam Negeri
tentang pengaruh proses pendidikan STPDN (JARLATSUH) bagi
peningkatan kinerja Purna Praja.

2. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran secara empirik
bagi

pengembangan

pengembangan

kurikulum

ilmu

dan

pengetahuan

metoda

di

pendidikan

bidang

serta

pemerintahan,

khususnya berkaitan dengan sumber daya manusia dengan melihat
kinerja Purna Praja yang merupakan unsur aparatur pemerintah,
abdi negara dan abdi masyarakat, sejalan dengan tuntutan dan

perkembangan kualifikasi Pamong Praja Muda.

E.

Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka

berpikir

penelitian

ini

dilandasi

bahwa

pada

hakekatnya sistem pengembangan pendidikan pengajaran, pelatihan

13

dan pengasuhan (JARLATSUH) di Sekolah Tinggi Pemerintahan

Dalam Negeri (STPDN) akan berpengaruh pada peningkatan kinerja
peserta

didik,

yang

ditandai

dengan

pemahaman

terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsinya, peningkatan kualitas dan kuantitas

pekerjaan dan kedisiplinan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
yang dipercayakan atasan dalam suatu unit kerja apabila nantinya
bertugas di lingkungan kerjanya.

Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur
negara dengan tuntutan untuk merealisasikan administrasi negara
yang mampu mendukung kelancaran dan keterpadanan pelaksanaan

tugas dan fungsi

pembangunan,

penyelenggaraan pemerintahan negara dan

dengan

mempraktekan

prinsip-prinsip

good

governance.

Dalam rangka good governance tersebut, maka Purna Praja
sebagai kader pimpinan pemerintahan di lingkungan Departemen

Dalam Negeri harus diarahkan kepada fungsinya yang paling utama
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang selalu memberikan
pelayanan yang sesuai atau melebihi persepsi, tuntutan, keinginan,

kebutuhan, harapan, situasi, dan kondisi masyarakat yang nantinya
menciptakan kepuasan masyarakat, bukan merupakan instrumen

politik bagi kekuatan politik tertentu. Oleh karena itu pengembangan
sumber daya manusia (peserta didik) STPDN berorientasi pada

profesionalisme, demokratis dan berwawasan kenegarawan.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

SYARAT

TUJUAN

AMBANG

(Objectives)

PEMDA
(Stakeholders)

OUTPUT

OUTCOMES

PROSES PENDIDIKAN STPDN

Pengajaran (X/>;
• Materi Kuliah

• Metode Pengajaran
• Evaluasi
INPUT

Pelaporan

h
11

KINERJA
PURNA
Pelatihan (X,) ;

CALON

PRAJA

• Materi latihan

• Metode Pelatihan
• Evaluasi

• Pelaporan

Pengasuhan (Xa) :

•Materi Pengasuhan
•Metode Pengasuhan
• Evaluasi

• Pelaporan

PRAJA (Y)
- Tupoksi
- Kualitas
- Kuantitas

- Disiplin

15

F. Hipotesis

Bertolak dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan

tujuan penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan
hipotesis penelitian sebagai berikut :

1.

Terdapat Pengaruh yang signifikan antara pengajaran terhadap
kinerja Purna Praja.

2.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan terhadap
kinerja Purna Praja.

3.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengasuhan terhadap
kinerja Purna Praja.

4.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengajaran, pelatihan,
dan pengasuhan secara bersama-sama terhadap kinerja Purna
Praja.

Dalam penelitian ini juga memperhatikan, bahwa apabila ada

faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja Purna Praja tidak akan
diteliti dalam penelitian ini, tetapi akan menjadi rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian.

Penelitian

ini

termasuk dalam

kategori

penelitian verifikatif

(penelitian untuk melakukan pengujian), yaitu penelitian yang berusaha
menjelaskan hubungan kausal dan menguji keterkaitan yang terjadi antara
fakta-fakta pengembangan proses pendidikan STPDN (JARLATSUH)
dengan kinerja Purna Praja.

Metoda dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif analisis, yang
bertujuan menjelaskan atau menguraikan gejala dan masalah dari objek
yang diteliti, berdasarkan hubungan variabel-variabel.

B. Unit Analisis, Populasi, Sampel dan Responden.
1. Unit Analisis.

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subyek penelitian (Arikunto, 1993 : 116). Berdasarkan pengertian tersebut
sesuai dengan variabel yang diteliti, maka yang menjadi unit analisis

dalam penelitian ini adalah keseluruhan Purna Praja STPDN angkatan I
(lulusan tahun 1992) sampai angkatan VIII (lulusan tahun 2000) yang
bertugas berbagai unit kerja di wilayah pemerintahan Kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi Selatan.

49

2. Populasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek /

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 1998 : 57). Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Puma Praja STPDN
yang berada di Kabupaten Gowa yang berjumlah 35 orang, pimpinan

(atasan langsung) dan mitra kerja di unit kerja Purna Praja tersebut.
3. Sampel.

Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir 1988 : 62). Selanjutnya
Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.
Namun Sampel diambil apabila karakteristik populasi terwakili secara

representatif, dengan ketentuan : (a) Bila karakteristik populasi sangat
homogen dalam jumlah yang banyak, diambil sampel random, dan bila

sedikit kemungkinan penelitian populasi (sampel populasi); (b) Bila
karakteristik populasi sangat heterogen, maka diambil sampel stratum
atau purposif (kriteria).

Mengingat jumlah Purna Praja STPDN dari angkatan I (lulusan
tahun 1992) sampai dengan angkatan VIII (lulusan tahun 2000) yang
bertugas di Kabupaten Gowa hanya 35 orang yang tersebar di Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Gowa dan 9 kecamatan defenitif serta 3

kecamatan perwakilan, maka penelitian ini menggunakan sampling jenuh.

50

Sedangkan pimpinan (atasan langsung) dan mitra kerja digunakan
sebagai nara sumber pendukung kuesioner. Mengingat keterbatasan
(tenaga.waktu dan biaya) yang penulis hadapi, maka teknik penentuan

nara sumber pendukung (mitra kerja), menggunakan sampling aksidental,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai nara sumber, bila dipandang orang tersebut cocok
sebagai sumber data, dengan ketentuan setiap unit kerja ditetapkan
sekurang-kurangnya 1 orang responden.
4. Responden.

Responden terdiri dari 65 Orang yang terdiri dari Purna Praja,

pimpinan dan mitra kerja di unit kerja Purna Praja. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.

Populasi Obyek Penelitian Yang Dijadikan Responden

Unit Kerja

Responden

No.

1.
2.

3.

Purna Praja STPDN

Sekretariat
Daerah

Kecamatan
Defenitif

Kecamatan

20

12

3

5

2

5

2

Perwakilan

Pimpinan :
-

Sekretaris Daerah

1

-

Ka. Dinas

1

-

Ka. Bagian

5

-

Sekretaris BKD

1

-

Camat

Mitra kerja

8

i

Jumlah

36

22

"7

C. Opersionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah slifct^^^^^
pengajaran (Xi), pelatihan (X2), dan pengasuhan (X3), sedangkan variabel
terikat adalah kinerja (Y).

Defenisi operasional dari pengajaran adalah upaya pendidikan

yang berbentuk kuliah di kelas dengan sasaran untuk memberikan
pemahaman pengetahuan teoritik dan praktek yang memberikan dasar
bagi keahlian profesional, yaitu bidang pemerintahan dalam negeri pada
umumnya dan pemerintahan daerah khususnya.

Defenisi

operasional

pelatihan

yaitu

upaya

pendidikan

yang

berbentuk aplikasi yang dilakukan baik dalam kelas maupun di lapangan,
dengan sasaran untuk membentuk kemanpuan penguasaan praktek

dalam

aspek

keterampilan

profesi

dan

sekaligus

dalam

rangka

pembentukan kepribadian kader.

Defenisi operasional pengasuhan adalah upaya pendidikan yang
berbentuk bimbingan dan penyuluhan di lingkungan pendidikan dengan
sasaran

untuk

menanamkan

nilai-nilai

budaya

dan

pembulatan

penguasaan akademis dalam rangka pembentukan kepribadian kader

pimpinan pemerintahan dalam negeri dengan titik berat pada aspek
mental

kejuangan

dan

pengayoman masyarakat.

wawasan

nusantara

serta

pelayanan

dan

52

Sedangkan defenisi operasional kinerja adalah tingkat pemahaman
terhadap tugas pokok dan fungsi, kualitas dan kuantitas pekerjaan dan
kedisiplinan kerja.

Hubungan kedua variabel tersebut dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:

Kinerja Purna Praja
(Y)

Proses Pendidikan STPDN

(X)

Gambar 3. Variabel Penelitian

Opersionalisasi dari

kedua variabel tersebut, diuraikan dalam

dimensi dan indikator, sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel. 4

Operasionalisasi Variabel Pengajaran
Variabel

Pengajaran
(X,)

Dimensi
1. Materi Perkuliahan

Indikator

Keterkaitan materi kuliah dengan
kurikulum dan SAP.

Hubungan materi kuliah
pelaksanaan tugas.
Pelaksanaan perkuliahan.

2. Metode Belajar

dengan

Pelaksanaan metode belajar.
Keterkaitan metode belajar dengan
karakteristik yang dibutuhkan di
lapangan.
Prasarana dan sarana.

3. Evaluasi

Pelaksanaan UTS/UAS.

Penyampaian hasil evaluasi.

4. Laporan Kegiatan

Proses belajar mengajar selama
tahun ajaran berlangsung.
Kendala-kendala.

Kebijakan operasional pengajaran.

53

Tabel. 5

Operasionalisasi Variabel Pelatihan
Variabel
Pelatihan

Dimensi

Indikator

Keterkaitan materi pelatihan dengan

1. Materi Pelatihan

kurikulum dan SAP.

(X2)

Hubungan materi kuliah
pelaksanaan tugas.
Pelaksanaan perkuliahan.

dengan

Pelaksanaan metode pelatihan.
Keterkaitan
metode
pelatihan
dengan dibutuhkan di lapangan.
Prasarana dan sarana pelatihan.

2. Metode Pelatihan

3. Evaluasi

Pelaksanaan UTS/UAS.

Penyampaian hasil evaluasi.

4. Laporan Kegiatan

Proses belajar mengajar selama
tahun ajaran beriangsung.
Kendala-kendala.

Kebijakan operasional pelatihan.

Tabel. 6

Operasionalisasi Variabel Pengasuhan
Variabel

Pengasuhan
(X3)

Dimensi

Indikator

Pelaksanaan materi pengasuhan.

1. Materi Pengasuhan

Keterkaitan
materi
pengasuhan
dengan Pola Pengasuhan Kepribadi
an Praja.
Hubungan
materi
pengasuhan
dengan pelaksanaan tugas.
Pelaksanaan metode pengasuhan.
Keterkaitan
metode
pengasuhan
dengan karakteristik yang dibutuhkan

2. Metode Pengasuhan

di lapangan.

Prasarana dan sarana pengasuhan.
3. Evaluasi

Pelaksanaan 16 aspek pengasuhan.
Penyampaian hasil evaluasi.

4. Laporan Kegiatan

Proses pengasuhan selama tahun
ajaran beriangsung.
Kendala-kendala yang dihadapi.
Kebijakan operasional pengasuhan.
>

54

Tabel. 7

Operasionalisasi Variabel Kinerja
Variabel

Kinerja
(Y)

Dimensi

1. Tugas &Fungsi

Indikator

I

Pemahaman pada tugas pokok dan j

j

fungsj

j •:• Kemanpuan melaksanakan tugas dan
fungsi.

I

2 Kualitas & Kuantitas

j

*

|

Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
pekerjaan

Adaptasi dan kemanpuan bekerjasama.

j •:• Kreativitas dalam melaksanakan tugas.

j 0,334), sehingga Ho ditolak

dan Ha diterima dengan interprestasi hubungan sedang, karena
berada pada interval koefisien 0,40 - 0,599. Kemudian berdasarkan

hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh kesimpulan
kinerja purna praja 26,01% dipengaruhi sub sistem pengajaran.

2. Hasil penelitian pengaruh sub sistem pelatihan STPDN (X2)
terhadap kinerja purna praja (Y), menunjukkan nilai koefisien

korelasi (r) 0,691 dan setelah dibandingkankan dengan r tabel
product moment pada taraf kesalahan ditetapkan 5%, ternyata

harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,691 > 0,334), sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima dengan interprestasi koefisien korelasi kuat,
karena berada pada interval koefisien 0,60-0,799. Kemudian

141

berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh

kesimpulan kinerja purna praja 47,75% dipengaruhi sub sistem
pelatihan.

3. Dari hasil penelitian pengaruh sub sistem pengasuhan STPDN (XO
terhadap kinerja purna praja (Y), menunjukkan nilai koefisien

korelasi (r) 0,386 dan setelah dikonfirmasikan dengan r tabel
product moment taraf kesalahan ditetapkan 5%, ternyata harga r
hitung lebih besar dari r tabel (0,386 > 0,334), sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima dengan interprestasi hubungan rendah, karena
berada pada interval koefisien 0,20 - 0,399. Berdasarkan hasil

perhitungan koefisien determinasi diperoleh kesimpulan kinerja
purna praja 14,90% dipengaruhi sub sistem pengasuhan.

4. Dari hasil penelitian pengaruh sub sistem pengajaran STPDN (Xi)
terhadap sub sistem pelatihan (X2), menunjukkan nilai koefisien

korelasi (r) 0,236 dan setelah dikonfirmasikan dengan r tabel

product moment taraf kesalahan ditetapkan 5%, ternyata harga r
hitung lebih kecil dari r tabel (0,236 < 0,334), sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima dengan interprestasi hubungan rendah, karena
berada pada interval koefisien 0,20 - 0,399. Kemudian berdasarkan

hasil perhitungan

koefisien determinasi diperoleh kesimpulan

bahwa antara sub sistem pelatihan dan sub sistem pengajaran
saling mempengaruhi sebesar 5,570%.

142

5. Hasil

penelitian pengaruh sub sistem pelatihan STPDN (X2)

terhadap sub sistem pengasuhan (X3), menunjukkan nilai koefisien

korelasi (r) 0,014 dan setelah dikonfirmasikan dengan r tabel

product moment taraf kesalahan ditetapkan 5%, ternyata harga r
hitung lebih kecil dari r tabel (0,014 < 0,334), sehingga Ha ditolak

dan Ho diterima dengan interprestasii hubungan sangat rendah,
karena berada pada interval koefisien 0,00 - 0,199. Kemudian

berdasarkan hasil perhitungan koefisien

determinasi diperoleh

kesimpulan bahwa antara sub sistem pelatihan dan sub sistem
pengasuhan saling mempengaruhi sebesar 0,019%.

6. Dari hasil penelitian pengaruh sub sistem pengajaran STPDN (Xi)
terhadap sub sistem pengasuhan (X3), menunjukkan nilai koefisien
korelasi (r) 0,640 dan setelah dikonfirmasikan dengan r tabel

product moment taraf kesalahan ditetapkan 5%, ternyata harga r

hitung lebih besar dari r tabel (0,640 > 0,334), sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima dengan interprestasii kuat, karena berada pada
interval koefisien 0,60 - 0,799. Berdasarkan hasil perhitungan
koefisisen determinasi diperoleh kesimpulan bahwa antara sub

sistem pengajaran dan pengasuhan saling mempengaruhi sebesar
40,96%.

7.

Hasil penelitian pengaruh proses pendidikan STPDN (Xi, X2, dan

X3) terhadap kinerja purna praja (Y), menunjukkan analisa regrasi
(R) 0,619 dan setelah dikonsultasikan dengan F tabel, dengan

143

didasarkan pada dk pembilang = 3 dan penyebut = 31 untuk taraf

kesalahan 5% Ft = 2,91; dan 1% Ft = 4,49, ternyata F hitung lebih
besar dari F tabel, maka koefisien korelasi yang diuji signifikan.

Kemudian berdasarkan hasil perhitungan koefisisen determinasi
diperoleh kesimpulan kinerja purna praja 38,316% dipengaruhi oleh

sub sistem pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan yang mereka
peroleh selama mengikuti pendidikan di STPDN.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:

1. STPDN harus melakukan perubahan kurikulum pengajaran baik
mengenai materi kuliah maupun bobot satuan kredit semesternya
guna mengantisipasi dinamika perkembangan masyarakat dan

kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

dengan

mempertimbangkan dimasukkannya materi yang berkaitan dengan

kewirausahaan dan manajemen pelayanan publik. Selain itu perlu
adanya

perbaikan

metode

pendidikan,

sarana

prasarana,

peningkatan kualitas tenaga pendidik dan studi lapangan untuk tiap
mata kuliah.

2. Untuk sub sistem pelatihan, diperiukan tenaga pelatih yang memiliki

spesialisasi keahlian dibidangnya dan pengadaan sarana prasarana

144

yang

dapat

mendukung

keberhasilan

penyampaian

materi

pelatihan.

3. Melakukan pembenahan terhadap kinerja pengasuh, dengan cara

memperhatikan minat dan bakat dalam rekrutmen pengasuh,
meningkatkan kualitas pengasuh melalui kursus atau pelatihan
bimbingan konseling, agar dapat membantu praja penyelesaian
masalahnya dengan efektif dan sesuai sasaran dengan metode
pengasuhan yang lebih humanistik.

4. Sistem penilaian prestasi pendidikan praja STPDN masih perlu
dikaji ulang berdasarkan tujuan pendidikan dengan standar-standar
yang mudah ditetapkan demi obyektifitas penilaiannya, utamanya

untuk sub sistem pengasuhan. Saat ini evaluasi Kepribadian praja
ditentukan berdasarkan 16 aspek kepribadian dirasakan oleh

pengasuh terlalu rumit sehingga perlu dibuat pedoman baru yang
lebih tepat dan benar-benar berorientasi pada pengembangan
kepribadian pamong praja.

C. Saran

1. Selama ini nilai prestasi pendidikan praja, hanya nilai prestasi
pengajaran saja yang tercantum pada ijazah, padahal sub sistem
pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan merupakan satu sistem
yang utuh dalam sistem pendidikan STPDN sesuai Kepmendagri

No. 96 tahun 1996 tentang rencana Induk Pendidikan STPDN. Oleh

karena itu dipandang perlu supaya nilai sub sistem!

pengasuhan tercantum juga dalam ijazah praja untui
akan datang. Di samping itu prestasi pendidikan yang
pada ijazah tersebut sebaiknya dapat dijadikan salah satu indikator

dalam penempatan dan pemberian jabatan setelah bertugas di
daerah.

2. Antara waktu wisuda yang biasanya dilaksanakan pada bulan

Agustus dengan awal pelaksanaan tugas di daerah pada bulan

Nopember, sebaiknya ditinjau kembali karena akan berdampak
negatif terhadap kinerja purna praja STPDN. Interval waktu sekitar

kurang lebih 3 bulan tersebut bisa merubah pembentukan karakter

kepamongan di lapangan sehingga mereka justru tidak mampu

memberikan warna bagi kinerja pegawai pemerintah daerah yang
sering mendapat sorotan masyarakat tetapi malahan terpengaruh
dengan lingkungan kerja barunya. Akibatnya

mulai muncul sifat

kurang terpuji, seperti terlambat bahkan tidak masuk kantor.

S&Si&fr

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Saleh. Abdullah (1990), "Teori Pendidikan Berdasarkan
Al-Qur'an", Rineka Cipta, Jakarta.

Amstrong Michael, (1991), "A Hand Book Of Personal Management
Practice", Kopan Page.

Arikunto, Suharsimi (1993), "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan",
Rineka Cipta, Jakarta.

Atmodiwirio Soebagio (2000), "Manajemen Pendidikan Indonesia",
Ardadizya Jaya, Jakarta.

Bisri llhami (2000)," Upaya Peningkatan Efektifitas Kerja Pengasuh
Dalam Tugas Pengembangan Kepribadian Praja STPDN
Jatinangor", Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Brannen Julia (1999), "Memadu metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif', Penerjemah H. Nuktah Arfawie kurde, dkk, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Berdardin & Russel (1993),"Human Resourse Management : An
Experimental Approach", McGraw-Hill, Inc.
Castetter, W.BL (1981), "The Personal Function in Educational
Administration", Mac Millan Publishing co. Inc, New York.

Dharma Agus (1989), "Manajemen Prestasi Kerja", Rajawali, Jakarta.

Dwiyanto, Agus (1995), "Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan
Publik", Makalah FISIP Universitas gajah Mada, Yogyakarta.
Gomes, F.Cardoso (1995), "Manajemen Sumber Daya Manusia",
Andi Offset, Yogyakarta.

Gravetter, Frederick J. &Walnau, Larry. B (1985), "Statistic for The,
Behavioral Sciences", St. Paul: West Publishing Company.

Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar (1996), "Metodologi
Penelitian Sosiar, Bumi Aksara, Jakarta.

James A. Black, Dean J. Champion (1992), "Metode Dan Masalah
Penelitian Sosial", Penerjemah E. Koeswara, dkk, Eresco,
Bandung.

147

John. W. Best (1982), "Metodologi Penelitian Pendidikan", Penerjemah
Sanapiah Faisal & Mulyadi Guntur Waseso, Usaha Nasional,
Surabaya.

John Adair (1993), "Membina Calon Pemimpin", Bumi Aksara, Jakarta.
Keban, Yeremias, T (1995),'Indikator Kinerja Pemerintahan Daerah
Dalam Kebijakan", Makalah FISIP Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Keputusan Presiden Rl Nomor 42 tahun 1992 tentang Pendirian
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 1993 tentang
Organisasi dan Tatakerja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 89 tahun 1996 tentang
Kurikulum STPDN.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 91 tahiun 1996 tentang
Pedoman Pengajaran Pelatihan dan Pengasuhan.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1996 tentang
Statuta STPDN.

Kerlinger. Fred. N (1993), "Asas-Asas Penelitian Behavioral", Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.

Nasution, S (1987)," Teknologi Pendidikan", Jemmars, Bandung.
Nawawi, Hadari (1998), "Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Bisnis Yang Kompetetif, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

Nazir, Moh. (1988), "Metode Penelitian", Ghalia Indones