Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISA

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI

SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh :

ASHA FLORIDA

047017023 / AKT

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2 0 0 6

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(2)

ANALISA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI

SUMATERA UTARA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh : ASHA FLORIDA

047017023 / AKT

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2 0 0 6

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(3)

Judul Tesis : ANALISA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Asha Florida Nomor Pokok : 047017023 Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak) Ketua

(Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)

Tanggal Lulus : 30 Agustus 2007

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(4)

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008

Telah diuji pada

Tanggal 30 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak Anggota : 1. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si


(5)

ABSTRAKSI

ANALISA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI

PROPINSI SUMATERA UTARA

Pembimbing : - Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak - Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh penjelasan mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pembagian laba BUMD dan penerimaan lain - lain yang sah bukan pajak, sangat mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah Daerah. Bila PAD suatu daerah itu rendah maka persentase PAD untuk membiayai pelayanan pembangunan rendah, sehingga persentase kemandirian daerah tersebut rendah dan sebaliknya jika PAD suatu daerah itu tinggi maka persentase PAD untuk membiayai pelayanan pembangunan itu tinggi sehingga persentase kemandirian daerah tersebut tinggi.

Kinerja keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan Pemerintah dalam kemandirian daerah otonomi.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh PAD (Pendapatan Asli Daerah) terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial.

Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi sederhana diketahui bahwa terdapat pengaruh PAD secara simultan terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara. Dan dengan pengujian menggunakan regresi berganda bahwa secara parsial hanya pajak daerah dan retribusi daerah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara sedangkan pembagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah bukan pajak tidak mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pembagian laba BUMD dan penerimaan lain - lain yang sah bukan pajak.

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(6)

ABSTRACT

ANALISYS THE EFFECT OF NET DISTRICT INCOME (NDI) TOWARDS THE MONETARY OF DISTRICT AND CITY GOVERNMENT OF NORTH

SUMATERA PROVINCE

Pembimbing : - Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

This research was intended to obtain explanation Of Net District Income (NDI), which includes of district tax, retribution, devident of State Coorporation and other legal non-tax income, can affect the performance of District Goverment monetary. If the NDI of a district is low, the percentage of NDI alocation to support the developing is low, then the percentage of the firm of the district will be low in the vice versa if the percentage of the NDI is high, the percentage of alocation to support the developing is high, then the percentage of the firm of the district will be high.

Monetary performance can be an instrument in evaluating the autonomy firm of a government

This research aimed to analyze the effect of Net District Income (NDI) towards the monetary of district and city government of North Sumatera Province simultanly and partially.

Based on the test using simple regression, it was obtained simultantly, Genuine Local Income had effect towards the monetary of local and district government of North Sumatera Province and by the test using multiple regression, they are only district taxt and retribution, which dominantly affect the performance of district and city government monetary of North Sumatera while the devident of State Coorporation and other legal non-tax income had no effect towards the performance of district and city government monetary.

Key Words : Net District Income (NDI), which includes of district tax, retribution, devident of State Coorporation and other legal non-tax income.

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul ”Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara”.

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, selaku Eks Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang saat ini menjabat sebagai Pembantu Rektor I Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. DR. Ir. T. Chairun Nisa, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. DR. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan hingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Tati Indah Sari Lubis, SE, MM, Ak selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak, selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

8. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si. Selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(8)

9. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku dosen pembanding, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini. 10.Gubernur Sumatera Utara, juga Wali kota dan Bupati, Se - Propinsi

Sumatera Utara, Kepala BPS Sumatera Utara beserta staff yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian.

11.Suami dan anakku tersayang, Almiko Barent Tarigan yang banyak memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Study ini. 12.Teman-temanku seperjuangan Angkatan VIII Program Magister

Akuntansi–USU yang telah banyak membantu pada masa perkuliahan. 13.Bapak dan Ibu tata usaha Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi

USU-MEDAN.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin ...

Medan, Juli 2007 Penulis

(Asha Florida)

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asha Florida

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Kabanjahe, 13 Juli 1955

Agama : Kristen

Anak ke : 5 (lima) dari 6 (enam) bersaudara

Suku : Batak - Karo

Nama Ayah : Rusia Karo Sekali

Nama Ibu : Malem Sembiring Depari

Alamat : Jl. Kopi Raya II No.33 Perumnas Simalingkar – Medan

Telepom : (061) – 8361605

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. 2007 Lulus Sekolah Pasca Sarjana (S2) Program Megister Akuntansi USU Medan.

2. 1987 Lulus S1 Jurusan Akuntansi dari Universitas HKBP Nomensen Medan. 3. 1985 Lulus S1 Jurusan Management dari Universitas HKBP Nomensen Medan. 4. 1980 Lulus Sarjana Muda Jurusan Akuntansi Universitas HKBP Nomensen Medan 5. 1975 Lulus SMA Josua Medan

6. 1972 Lulus SMP Negeri 10 Medan 7. 1966 Lulus SD Negeri No. 4 Kabanjahe

LATAR BELAKANG PEKERJAAN

Pada saat ini penulis bekerja di Dinas Pemerintah Kota Medan, sebagai Kepala Bidang Ekonomi, Pembangunan, Keuangan Daerah, Balitbang kota Medan.

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI --- i

ABSTRACT --- ii

KATA PENGANTAR --- iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS --- v

DAFTAR ISI --- vi

DAFTAR GAMBAR--- ix

DAFTAR TABEL --- x

DAFTAR LAMPIRAN--- v

BAB I PENDAHULUAN--- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Perumusan Masalah --- 7

C. Tujuan Penelitian --- 7

D. Manfaat Penelitian--- 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA --- 9

A. Teori Otonomi Daerah --- 9

B. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah --- 15

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD) --- 17

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum Otonomi Daerah--- 19

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Setelah Otonomi Daerah--- 21

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(11)

D. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu --- 24

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian--- 28

BAB III METODE PENELITIAN --- 30

A. Populasi, Sample danLokasi Penelitian --- 30

B. Jenis Dan Sumber Data --- 31

C. Defenisi Operasional Dan Pengukuran --- 32

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) --- 32

a. Pajak Daerah --- 32

b. Retribusi Daerah--- 33

c. Pembagian Laba BUMD --- 33

d. Penerimaan Lain-Lain yang Sah --- 33

2. Kinerja Keuangan --- 34

D. Pengujian Data dan Hipotesis --- 36

1. Uji Data --- 36

2. Uji Hipotesis --- 37

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI --- 40

A. Keadaan Propinsi Sumatera Utara --- 40

1. Profil Propinsi Sumatera Utara --- 40

2. Visi dan Misi Propinsi Sumatera Utara --- 41

B. Statistik Deskriptif--- 43

C. Uji Asumsi Klasik --- 45

D. Pengujian Hipotesis --- 48

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(12)

Hipotesis 1 --- 48

Uji Hipotesa untuk regressi berganda --- 51

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN--- 55

A. Kesimpulan --- 55

B. Keterbatasan Penelitian --- 56

C. Saran--- 56

DAFTAR PUSTAKA --- 57

LAMPIRAN- LAMPIRAN--- 61

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Konseptual ... 28 2 Normal P - Plot Of Regression Standardized

Residual ... 45 3 Uji Autokorelasi ... ... 47

4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... ... 48

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Daftar Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu --- 27

2. Deskriptif Statistik Variabel --- 43

3. Hasil Uji Multikolinieritas --- 46

4. Hasil Uji Autokorelasi --- 46

5. Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji R2--- 49

6. Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji T --- 49

7. Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji F--- 50

8. Hasil Pengujian Hipotesa 2--- 51

9. Hasil Pengujian SPSS model Summaryb--- 52

10. Hasil Pengujian SPSS model Anovab--- 52

11. Uji T Coefficients --- 53

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008


(15)

Asha Florida : Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah…, 2006 USU e-Repository © 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Sektor Penerimaan pajak daerah --- 61 Lampiran 2 Regression Antara PAD dengan Kinerja --- 66 Lampiran 3 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten / Kota

Sumatera Utara Data Induk Tahun 2001 s/d 2005--- 73 Lampiran 4 Penerimaan Daerah Propinsi Sumatera Utara --- 78


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diberlakukannya Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara pemerintah Pusat dan pemerintah daerah tersebut menyebabkan masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintah daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.

Dalam rangka mengimbangi kemajuan sektor swasta dan masyarakat dalam konsep good governance (kepemerintahan yang baik) serta meningkatkan daya saing Pemda dan Pemko, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang profesional (memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi) terutama bagi yang duduk dalam jabatan, sebagaimana ditekankan dalam pasal 17 ayat (2) UU No. 43/1999, yaitu pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan tersebut.


(17)

Demikian juga halnya dalam keuangan daerah yang dikelola melalui manajemen keuangan daerah. Manajemen keuangan daerah adalah peng-organisasian dan pengelolaan sumber-sumber daya atau kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki daerah tersebut. Kemampuan daerah untuk mencapai tujuan tersebut disebut sebagai kinerja pemerintah daerah. Sehubungan dengan efektifnya otonomi daerah maka kinerja pemerintah daerah dalam keuangan daerah sangat dituntut untuk membiayai aktivitas daerah melalui penggalian kekayaan asli daerah.

Seluruh daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara memiliki beberapa sumber keuangan daerah yang dipergunakan untuk menjalankan aktivitas daerah yaitu yang terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

Penelitian ini akan difokuskan kepada pendapatan asli daerah.

Pendapatan asli daerah terdiri dari : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (BUMD) yang diperoleh dan lain-lain, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah yaitu hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan / atau pengadan barang dan / atau jasa oleh daerah (Bab V pasal 6 ayat 2, UU No. 33 Tahun 2004).


(18)

3

Sejak tahun 1997 telah terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dampak dari krisis tersebut terlihat pada sektor swasta seperti pasar modal dan pada sektor publik (pemerintah). Berbagai dampak negatif seperti bertambahnya pengangguran dan peningkatan kemiskinan bermunculan. Pengaruh negatif krisis moneter juga terjadi pada APBN yang pada gilirannya berdampak pula pada APBD. Sektor pendapatan sangat labil atau faktor ketidakpastian akan penerimaan dari Pemerintah pusat menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut lebih memperhatikan pada daerah yang Pendapatan Asal Daerah (PAD) rendah. Dengan PAD yang rendah berarti ketergantungan kepada pemerintah pusat lebih tinggi.

Pajak dan retribusi daerah yang menjadi komponen utama dari PAD juga terpengaruh akibat terjadinya krisis ekonomi. Menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat akibat adanya krisis ekonomi menyebabkan terganggunya penerimaan masyarakat yang kemudian mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah yang mengakibatkan pendapatan daerah menjadi lebih rendah dan tidak menentu. Dengan keadaan pemerintah yang mengalami tekanan keuangan mengakibatkan penyusunan APBD menjadi tidak pasti sehingga menyebabkan kemungkinan adanya pergeseran pada komponen-komponen pendapatan dan belanja daerah. Tekanan keuangan (Fiskal Stress) berakibat pada tidak stabilnya kesiapan Pemerintah Kabupaten dan Kota terutama pada segi keuangannya, kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur dari kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah.

Sehubungan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menuntun kemandirian daerah maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan


(19)

pendapatan asli daerah (PAD) sebagai sumber pendanaan bagi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah dengan meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk melakukan kerja keras guna mengembangkan kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya dalam bidang kesehatan pendidikan, dan perumahan. Kerja keras tersebut salah satunya di wujudkan dalam pengembangan model keuangan daerah baik itu intensifikasi maupun ekstenfikasi pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sumatera Utara dalam mewujudkan visi.

Kebutuhan masyarakat yang meningkat mendorong pemerintah daerah untuk mengupayakan peningkatan penerimaan daerah dengan memberi perhatian kepada perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber-sumber PAD adalah hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil laba usaha daerah, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Komponen PAD tersebut secara penuh dapat digunakan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, disamping itu memperlihatkan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini semakin leluasa dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota setelah diberlakukan otonomi daerah. Sumber penerimaan lainnya yang dapat digunakan untuk membiayai belanja daerah adalah penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU). Dana alokasi khusus (DAK), serta penerimaan lainnya, dan penerimaan pinjaman daerah.


(20)

5

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur rumah tangganya adalah kemampuan dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah untuk melaksanakan otonominya. Ini berarti dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya daerah membutuhkan dana yang berasal dari pendapatan asli daerah. Tanpa sumber-sumber keuangan yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas, kewajiban dan kewenangannya yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tapi juga ciri pokok dan mendasar dari suatu daerah otonomi menjadi hilang.

Untuk dapat memiliki sumber keuangan yang memadai daerah membutuhkan sumber pendapatan yang cukup pula. Lawis dalam Kaho (1995, hal 125) menegaskaZn bahwa sumber pendapatan daerah dapat diperoleh melalui beberapa cara yakni :

Pertama, ia dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang dapat direstui oleh pemerintah pusat; Kedua, pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang, atau bank atau melalui pemerintahan pusat; Ketiga, ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan sentral tersebut ; Keempat, Pemerintah daerah dapat menambah tarif pajak sentral tertentu, misalnya pajak bumi dan bangunan atau pajak penghasilan : Dan kelima, Pemerintah daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintahan pusat.

Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Dalam hubungannya dengan pendapatan daerah ini, maka Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam


(21)

menentukan pendapatan asli daerah setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota bersumber dari :

- Pajak Daerah

Yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ditetapkan melalui peraturan daerah. Pungutan ini dikenakan kepada semua objek seperti orang / badan dan benda bergerak / tidak bergerak.

- Retribusi Daerah

Yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran / pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah atau dengan kata lain retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata.

- Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Yaitupenerimaan dari laba atas Usaha Milik Daerah.

- Lain-lain PAD yang bukan pajak dan retribusi yang sah

Yaitu penerimaan daerah yang berasal dari penerimaan dinas-dinas yang tidak merupakan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah, misalnya dari Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas LLAJ dan penerimaan lain-lain yaitu hasil penjualan milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah daerah, penerimaan jasa dan giro-giro lain.


(22)

7

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dalam uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara?

2. Apakah terdapat pengaruh masing-masing komponen PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan antara lain :

1. Untuk menganalisa pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisa pengaruh komponen PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

1 Sebagai informasi kepada publik dan manajemen Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara mengenai kinerja keuangan.

2. Sebagai informasi kepada publik dan manajemen Pemerintah mengenai pengaruh PAD dan komponennya terhadap kinerja keuangan.

3. Sebagai pedoman bagi peneliti lain untuk penelitian selanjutnya tentang kinerja manajemen.


(23)

4. Sebagai pedoman bagi penulis dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Otonomi Daerah

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah Pasal 1 ayat (5) dan (6) bahwa otonomi daerah adalah hak dan wewenang dan kewajiban daerah untuk membantu dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan mengenai hak dan kewajiban daerah ditegas dalam pasal 7 yang menyatakan daerah berwewenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berarti otonomi daerah adalah perwujudan dari pelaksanaan urusan pemerintah berdasarkan asas desentralisasi yakni penyerahan urusan pemerintah kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya. Salah satu urusan yang diserahkan kepada daerah mengenai urusan yang memberikan penghasilan kepada Pemerintah Daerah dan potensial untuk dikembangkan dalam penggalian sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah bersangkutan karena PAD ini sangat diharapkan dapat membiayai pengeluaran rutin daerah.

Sejalan dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah di tanah air, setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara melakukan berbagai pembenahan menuju ke arah terselenggaranya otonomi di masing-masing daerah Kabupaten dan Kota. Hal yang sangat penting dalam menjawab


(25)

berbagai isu dalam implementasi otonomi daerah tersebut adalah tersedianya sistem dan mekanisme kerja organisasi perangkat daerah.

Berbagai cara dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota untuk meningkatkan pendapatan daerahnya dalam upaya memenuhi kebutuhan belanja pemerintah daerah bagi pelaksanaan kegiatannya. Pertama, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota dapat memperoleh dana dari sumber-sumber yang dikategorikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua, memperoleh transfer dana dari APBN yang dialokasikan dalam bentuk dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU dan DAK. Pengalokasian dana perimbangan ini selain ditujukan untuk memberikan kepastian sumber pendanaan bagi APBD, juga bertujuan untuk mengurangi / memperkecil perbedaan kapasitas fiskal antar daerah. Ketiga, daerah memperoleh penerimaan dari sumber lainnya seperti bantuan dana kontijensi dan bantuan dana darurat. Keempat, menerima pinjaman dari dalam dan luar negeri.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah pada tanggal 1 Januari 2001, maka Pemerintah Kabupaten dan Kota segera melakukan berbagai kegiatan guna menyongsong diberlakukannya otonomi daerah sebagai salah satu buah reformasi itu. Hal yang dapat dipandang penting adalah dilakukannya perubahan dan penyesuaian organisasi berbagai perangkat di setiap daerah. Perubahan ini tentunya sangat terkait erat dengan berbagai isu dalam pelaksanaan otonomi daerah terutama sekali yang menyangkut dengan pelimpahan berbagai kewenangan baik dari Pemerintahan Pusat maupun dari Pemerintahan Propinsi.


(26)

11

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, menekankan bahwa simpul penyelenggaraan otonomi daerah berada di tingkatan Kabupaten dan Kota. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten dan Kota menghadapi pelaksanaan otonomi daerah ini haruslah dengan suatu persiapan yang matang. Dengan tidak adanya lagi hubungan pertanggung jawaban vertikal dari Kabupaten dan Kota kepada Pemerintahan Pusat dan Propinsi, maka pemerintah Kabupaten dan Kota merupakan daerah otonom yang berhak meneyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan karakteristik, potensi dan sumber daya yang ada di daerahnya masing-masing.

Kondisi ini jelas sangat berlawanan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, yang menempatkan pemerintah Kabupaten dan Kota (baca Kotamadya) sebagai daerah tingkat kedua (Tingkat II) setelah Propinsi yang berkedudukan sebagai daerah tingkat pertama (Tingkat I), sehingga menciptakan adanya pemerintahan atasan dan bawahan dalam satu sistem pemerintahan, yang meliputi : Pemerintahan tingkat Pusat, Pemerintahan Tingkat I, dan Pemerintahan Tingkat II. Perubahan yang menuju terlepasnya Pemerintah Kabupaten dan Kota sebagai bawahan Pemerintahan Propinsi dapat kita lihat ketentuannya dalam Pasal 4 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yang menyebutkan :

(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Undang-Undang.

(2) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas kota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukkan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah.


(27)

(3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.

(4) Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber dana terbesar Penerimaan Daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 dan 2005. PAD merupakan salah satu sumber penerimaan yang harus dipacu pertumbuhannya secara berkesinambungan. Agar hal ini dapat dicapai, tentunya komponen-komponen yang berkaitan dengan itu harus ditindak lanjuti. Misalnya dengan memberikan pelayanan yang baik dan perbaikan-perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat turut merasakan manfaat pajak yang dibayarkan.

Selanjutnya Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan :

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintahan Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.


(28)

13

Besarnya tekanan agar instansi Pemerintah meningkatkan kinerja dan akuntabilitas mempengaruhi praktek-praktek penyelenggaraan operasi entitas sektor publik untuk memberi tanggapan akan perubahan yang diinginkan oleh masyarakat, sebagai salah satu stakeholder. Lembaga-lembaga publik diharapkan memiliki kinerja yang baik. Kinerja yang baik akan menunjukkan stewardship

dan akuntabilitas lembaga akan sumberdaya-sumberdaya publik yang dikelolanya, agar lembaga-lembaga negara menjalankan aktivitasnya dengan baik dan mampu memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka dirancang sistem pengukuran kinerja agar peningkatan dan perbaikan kinerja instansi pemerintah dapat dilakukan secara berkesinambungan.

Pengapdopsian suatu sistem pengukuran kinerja di Instansi Pemerintah biasanya dimandatkan oleh Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah. Sangat jarang organisasi Pemerintah mengukur kinerja organisasi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja instansinya dengan kesadaran sendiri pimpinan instansi itu. Sistem pengukuran kinerja biasanya dilakukan karena masalah keagenan, yaitu pengelola program cenderung akan melakukan kehendaknya sendiri yang menguntungkan dirinya tanpa menghiraukan pihak prinsipal. Fenomena ini mendorong pihak pimpinan atau alasan untuk menerapkan sistem pengukuran kinerja agar pihak atasan (prinsipal) dapat mengawasi manajemen menjalankan program serta memiliki skema dalam penetapan insentif atau disinsentif. Pengukuran kinerja juga berfungsi sebagai alat untuk menjamin kepentingan publik tetap terjaga.


(29)

Dalam negara demokrasi, masyarakat merupakan pemegang tertinggi kedaulatan. Penciptaan lembaga-lembaga negara dan pemberian mandat kepada pemimpin merupakan representasi harapan masyarakat terhadap perbaikan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Pemerintah diposisikan sebagai pelayanan masyarakat dan instansi pemerintah diharapkan menghantarkan layanan

(delivery service) terbaik kepada masyarakat. Peran yang diharapkan masyarakat ini dapat diwujudkan apabila sistem pengukuran kinerja dirancang dengan baik dan diorientasikan untuk warga negara. Konsep mendahulukan kepentingan warga negara dicontohkan dengan baik oleh sektor swasta dengan slogan customer satisfaction. Dengan demikian, segala upaya diarahkan agar masyarakat merasakan manfaat atas perbaikan kinerja, bukan terutama untuk memenuhi pelaporan akuntabilitas ke jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu hal penting dalam sistem pengukuran kinerja yang dapat mengindikasikan orientasi pada pemenuhan kepuasan dan kebutuhan masyarakat adalah penetapan indikator dan target kinerja. Penetapan indikator dan target kinerja dalam suatu sistem pengukuran kinerja merupakan tahap penting yang harus dilakukan secara hati-hati. Penetapan indikator dan target kinerja penting untuk melihat apa ukuran yang dipakai untuk menilai kesuksesan suatu program atau organisasi dalam mencapai tujuan dan misinya. Indikator kinerja juga menunjukkan keseriusan pengelola program untuk mencapai tujuan organisasi. Penetapan indikator sektor publik bukanlah hal yang mudah, karena organisasi sektor publik menghasilkan output dan outcome yang tidak bisa dinilai dengan satuan moneter dan terkadang memiliki dampak yang tidak nyata.


(30)

15

B. Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah

Kinerja (Performance) diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. (Manajemen Kontemporer, yang diterbitkan PT. Rineka Cipta 1994). Selanjutnya performance measurement atau pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu indikator keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Pengukuran kinerja merupakan wujud akuntabilitas, di mana penilaian yang lebih tinggi menjadi tuntutan yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan program selanjutnya.

Dalam penelitian ini, yang di maksudkan sebagai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa rasio keuangan yaitu perbandingan antara realisasi Pendapatan Asli Daerah dengan jumlah belanja rutin (non pegawai).

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah


(31)

ditetapkan dan dilaksanakannya (Halim, 2004,). Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam :

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi keuangan daerah

2. Mengukur efektifitas dan efesiensi dalam meralisasikan pendapatan daerah.

3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintahan daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah

5. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Sejalan dengan otonomi daerah yang mulai efektif diberlakukan sejak Januari 2001 (Perda No. 11 Tahun 2003 tentang pokok-pokok pengelolaan Keuangan daerah) maka perlu diketahui bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Kinerja tersebut dapat diketahui dari tolak ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang di capai pada setiap unit organisasi perangkat daerah.

Sehubungan dengan penelitian ini penulis membahas mengenai pendapatan asli daerah dan komponennya yang mempengaruhi kinerja keuangan, ada beberapa rasio yang dikemukakan disini yang dikutip dari yaitu (Arifin Johan, 2005) :

1. Tingkat Kemandirian Pembiayaan

Diukur dengan dua buah kriteria yaitu kemampuan daerah dalam pembiayaan dan kemampuan mobilisasi daerah.

= Pembiayaan Kemampuan pegawai Non Rutin Belanja Jumlah Daerah Asli Pendapatan = Daerah Mobilisasi Kemampuan Daerah Asli Pendapatan Daerah Pajak


(32)

17

2. Tingkat Ketergantugan

Diukur dengan menggunakan derajat otonomi fiskal yang menunjukkan kemampuan daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya. Derajat otonomi fiskal diukur dengan mengukur rasio antara PAD terhadap penerimaan APBD tanpa subsidi.

ngan Ketergantu

Tingkat =

Subsidi Tanpa

APBD Pendapatan

Daerah Asli

Pendapatan

3. Desentralisasi Fiskal

Diukur dengan menggunakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan daerah.

Fiskal sasi Desentrali

Tingkat =

Daerah Penerimaan

Total

Daerah Asli

Pendapatan

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan sejumlah dana yang diperoleh atau berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh daerah. Dalam otonomi daerah pembangunan ekonomi suatu daerah dilakukan berdasarkan kemampuan pendapatan daerah, karena hak atas pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah, telah diserahkan secara otonom kepada Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kabupaten dan Kota.

Pendapatan asli daerah dapat diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau


(33)

badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta, karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah daerah tersebut maka daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang.

Pajak adalah bentuk pendapatan daerah yang ditentukan oleh undang-undang, sebagai kewajiban masyarakat yang dibayarkan kepada pemerintah secara periodik, yaitu setiap tahun. Berbagai sumber pajak bumi dan bangunan, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian C.

Retribusi merupakan pungutan resmi yang diatur dengan undang-undang terhadap sejumlah kegiatan atau obyek yang terdapat disuatu daerah. Sumber-sumber retribusi daerah diantaranya retribusi pelayanan kesehatan, retribusi sampah, retribusi catatan sipil, retribusi parkir, retribusi pasar, retribusi terminal, retribusi obyek-obyek wisata, retribusi rumah potong hewan, retribusi hasil hutan, retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi pemanfaatan jalan kabupaten, dan lain-lain.

Berdasarkan ketentuan UU di atas, bahwa sumber pendapatan asli daerah yang paling utama di Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara adalah pajak daerah dan hasil retribusi daerah. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik, Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara dituntut untuk dapat mengoptimalkan dan meningkatkan pendapatan asli daerah dari hasil pajak dan retribusi daerah.


(34)

19

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum Otonomi Daerah

Sebelumnya telah dikemukakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan pemerintah atas pajak daerah, retribusi daerah, pembagian laba BUMD, dan lain-lain pendapatan, dimana keempat komponen diatas (PAD) harus menjadi andalan utama bagi pembiayaan APBD sehingga mengharuskan penerimaan PAD harus dioptimalkan penggaliannya. Hal ini yang dikatakan meningkatnya kinerja keuangan daerah.

UU RI Nomor 32 Tahun 2004, sumber pembiayaan daerah sangat didominasi oleh bantuan keuangan pemerintah pusat yang dikategorikan menjadi pendapatan yang diserahkan kepada pemerintahan daerah dan subsidi kepada pemerintahan daerah. Dalam Pasal 55 UU tersebut dikatakan bahwa sumber pendapatan daerah otonom yaitu :

1. Pendapatan asli daerah sendiri (PADS) yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah pusat yang terdiri dari sumbangan pemerintahan pusat serta subsidi rutin dan pembangunan. Subsidi daerah otonom sebagai bagian dari bantuan pemerintah pusat terus mengalami perubahan dan disesuaikan dengan sasaran pemberian bantuan yang disebut dengan atau juga dengan istilah Dana Rutin Daerah dan Dana Pembangunan Daerah.


(35)

4. Penerimaan pembangunan sebagai komponen penerimaan yang bersumber dari pinjaman yang dilakukan pemerintahan daerah.

5. Dana sektoral, jenis dana ini tidak termuat dalam APBD, namun masih merupakan jenis penerimaan daerah dalam bentuk bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu pembanguanan, sarana dan prasarana.

Dari keterangan di atas diketahui bahwa sebelum adanya UU otonomi daerah Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 1999 sistem pembiayaan daerah adalah perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pengeluaran daerah dan pengaturan belanja diatur melalui peraturan pemerintah No 5 Tahun 1975, No. 6 Tahun 1975 dan Peraturan Mendagri No 2 Tahun 1994 Jo. Tahun 1996 yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan dan pertanggung jawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah, akan dikemukakan PAD sebelum otonomi daerah oleh :

a. Pengeluaran rutin terdiri dari : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja angsuran, sumbangan dan bantuan, pengeluaran tidak termasuk bagian lain, serta pengeluaran tidak tersangka.

b. Belanja pembangunan merupakan belanja yang dialokasikan untuk membiayai pekerjaan baik fisik maupun non fisik.

c. Dalam jenis belanja rutin berupa belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan perjalanan dinas terdiri dari sub jenis pengeluaran yang tertera dalam sistem digit.


(36)

21

d. Belanja rutin, terdapat belanja dengan sebutan pengeluaran tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak tersangka yang tidak jelas tujuan penggunaan dan pertanggung jawabannya. Prosedur pencairan pengeluaran ini ditentukan oleh kebijakan kepala daerah masing-masing. e. Pembiayaan belanja rutin didanai dari kemampuan PAD dan belanja

pembangunan didanai dari subsidi pemerintahan pusat.

f. Belanja pembangunan terdiri dari pekerjaan fisik dan non fisik. Dan terhadap pekerjaan non fisik hanya dapat dipertanggung jawabkan oleh bukti yang memadai.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Setelah Otonomi Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan yang harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan juga pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu pertumbuhan investasi di Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara perlu diprioritaskan karena nantinya diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian regional.

Pada otonomi daerah sumber pembiayaan daerah diharapkan didominasi oleh pendapatan asli daerah, sementara sebelum otonomi daerah pembiayaan daerah didominasi oleh bantuan keuangan pemerintah pusat yang di di kategorikan sebagai pendapatan daerah (UU No. 5/74, pasal 55). Dalam penjelasan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 dikemukakan bahwa agar daerah


(37)

dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya maka kepadanya perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Tetapi dikarenakan tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun yang termasuk sumber-sumber pendapatan daerah menurut UU No.5 Tahun 1974 pasal 55 yaitu Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu : pajak daerah, retribusi daerah bagian laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sehubungan dengan objek penelitian di lingkungan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara, maka komponen Pendapatan Asli Daerah akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Bagian BUMD 4. Penerimaan dinas 5. Penerimaan lain-lain 6. Bagi hasil pajak 7. Bagi hasil bukan pajak

Sehubungan dengan hal diatas, untuk kemandirian suatu daerah otonomi, maka kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara sangat dituntut melalui peningkatan pendapatan asli daerah. Jika pendapatan asli daerah naik maka dapat dikatakan kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota tersebut naik (meningkat).


(38)

23

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah tersebut terhadap total penerimaam daerah.

1. Adanya sumber pendapatan potensial yang digali dari suatu daerah propinsi, tetapi masih berada di wewenang Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum beroperasi secara efisien yang tercermin pada laba bersih yang dihasilkan.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya.

4. Masalah peraturan-peraturan pendapatan asli daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan lagi.

5. Rendahnya tingkat dan ekonomi masyarakat yang biasanya hal ini tercermin dalam pendapatan masyarakat.

Kemandirian pemerintah dalam membiayai daerahnya dapat diukur dari besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pembelanjaan daerah kenyataannya semua daerah otonom masih menerima dana dari pusat baik itu Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus yang diperuntukkan untuk membiayai pembangunan daerah. Dengan melihat kenyataan ini perlu upaya maksimal atau kinerja pemerintah ditingkatkan untuk peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten dan Kota.


(39)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2002, hal 64) merupakan

“Semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, penerimaan lain-lain yang sah dan bukan dari pajak, lebih besar kontribusi pendapatan asli daerah untuk membiayai pembangunan dan pelayanan masyarakat maka dapat dikatakan ada peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah.

D. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu :

1. Saggaf (1999) telah meneliti tentang “Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Pekan Baru”, dengan menggunakan analisis kuantitatip berupa analisa regresi, penelitian ini menyimpulkan bahwa :

- Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD dan komponen PAD terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB).

- Secara partial pengaruh PAD dan komponen PAD yatu pajak daerah, retribusi daerah dan laba BUMD yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) sedangkan komponen PAD lainnya (Pendapatan Dinas) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.


(40)

25

2. Eriadi (2004) juga telah meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan pemerintah daerah sebelum dan setelah otonomi daerah ini menyimpulkan : - Analisa Data yang dilakukan menunjukkan bahwa regulasi keuangan tidak secara keseluruhan memperbaiki rata-rata kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil penelitian bahwa dari empat rasio kinerja mengalami perbedaan antara sebelum dan setelah otonomi daerah yaitu rasio desentralisasi fiskal, rasio upaya fiskal, rasio kemampuan pembiayaan dan rasio efesiensi, diantaranya dua rasio berkembang positif berupaya kenaikan rata-rata kinerja yaitu rasio upaya fiskal dan rasio efesiensi, sisanya dua rasio berkembang negative berupa penurunan kinerja yang signifikan setelah otonomi yaitu rasio desentralisasi fiskal dan rasio kemampuan pembiayaan.

- Sebanyak tiga rasio kinerja keuangan yaitu rasio desentralisasi fiskal, rasio kemampuan pembiayaan dan rasio efesiensi anggaran tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam periode sebelum dan sesudah otonomi.

3. Halim (2005) telah pula melakukan kajian tentang keuangan daerah pemerintah Kota Malang dengan menggunakan metode deskriptif dan memperoleh kesimpulan bahwa :

- Realisasi APBD Kota Malang selama tahun 2000 – 2004 melebihi dari yang ditargetkan, yakni rata-rata sebesar 101,88 %.


(41)

Pertumbuhan realisasi APBD Kota Malang selama tahun 2000 – 2004 namun demikian dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang menurun, bahkan mengalami pertumbuhan minus dari tahun 2003 ke tahun 2004.

4. Kustiawan (2003) telah meneliti peran dan orientasi pemerintah daerah dalam rangka optimalisasi pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang proporsional kasus pada Dinas Pendapatan daerah Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif dan hasilnya menunjukkan bahwa :

- Pada dasarnya upaya Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam mengoptimalkan PAD-nya adalah dilakukan dengan 2 cara yaitu : a). Intensifikasi, yaitu suatu upaya mengoptimalkan PAD dengan cara

meningkatkan dari yang sudah ada.

b) Ektensifikasi, yaitu mengoptimalkan PAD dengan cara mengembangkan subyek dan obyek pajak. Tetapi kendalanya terhadap upaya untuk mengembangkan subyek dan obyek pajak adalah pemerintah propinsi hanya diberi kewenangan untuk memungut empat jenis pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 34 Tahun 2000.

- Pemerintah Daerah Jawa Barat setuju dengan formula yang telah ditetapkan dalam PP No. 104 Tahun 2000, karena Jawa Barat termasuk satu dan empat propinsi yang mendapatkan pembobotan Dana Alokasi Umum terbesar (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta).


(42)

27

Keseluruhan penelitian di atas dapat disajikan secara ringkas sebagai berikut :

TABEL 1

Daftar Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu N o Nama Penelit i Judul Penelitian

Tahun Variabel Kesimpulan

1. Said Saggaf

Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi di Kotamadya DATI II Pekan Baru

1999

- Anggaran dan reaslisai PAD

- PDRB

- APBD

Adanya pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi DATI II Pekanbaru .

2. Eriadi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebelum dan setelah Otonomi daerah (Suatu tinjauan terhadap perubahan Regulasi Keuangan Daerah

2004

- Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sedudah otonomi daerah

- Belanja daerah

- Belanja Pembangunan

Adanya pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah (Ratio Keuangan) Setelah Otonomi Daerah. 3. Abdul Halim

Kajian tentang Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang

2006

- Anggaran dan realisasi PAD

- Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Persentase realisasi PAD dan komponennya tahun 2000-2004 : Pajak daerah 47,96%, retribusi daerah 33,76%, BUMD 10,34%, dan pendapatan lainnya 7,9%. Realisasi PAD 103,97%, berarti realisasi lebih besar dari anggaran

4. Memen Kustia wan

Peran dan Orientasi Pemerintah daerah dalam rangka optimalisasi

Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan dan proposional (studi kasus pada Dinas Pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat)

2006

- Anggaran dan realisasi PAD

- Penerimaan dari pemerintah pusat dan instansi yang lebih tinggi (DAU), DAK

Untuk meningkatkan PAD dengan dua cara yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.


(43)

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian Kerangka Konseptual

Kinerja keuangan daerah adalah sebagaimana kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keuangan daerah melalui penggalian kekayaan asli daerah yang dikatakan sebagai pendapatan asli daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya oleh pemerintah daerah. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD akan sangat berperan dalam kemandirian pemerintah daerah yang dapat dikatakan sebagai kinerja pemerintah daerah. Kinerja ini dapat dilihat melalui sasaran yang telah tercapai dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat melalui pemanfaatan PAD (Pendapatan Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD, dan Lain-lain pendapatan yang sah). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat digambar dalam kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

GAMBAR 1

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

LABA BUMD

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

KINERJA KEUANGAN


(44)

29

Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan diatas maka jawaban sementara dari masalah penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh PAD secara simultan terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Terdapat pengaruh secara parsial dari masing-masing komponen PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi, Sample dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan di seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang dibangun berdasarkan teori-teori yang melandasinya. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian deduktif atau deductive research, (Jogi Yanto, 2005).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bentuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara yang termasuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Jadi seluruh populasi dijadikan sampel.

Sampel yang dipakai di penelitian ini ada 20 daerah yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 7 Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini peneliti menganalisa pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan dengan sistem kinerja keuangan adalah pajak daerah, pajak retribusi, penerimaan laba BUMD, dan penerimaan lain-lain yang sah bukan pajak sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan daerah sebagai variabel tidak bebas.

Penelitian ini difokuskan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan sebagai berikut :


(46)

31

1. Sejak tahun 2001 otonomi daerah telah defenitif berlaku, dimana pembiayaan daerah lebih ditekan pada sumber-sumber PAD, namun secara efektif hal ini belum terlaksana.

2. Kemampuan daerah untuk menghasilkan PAD adalah kinerja keuangan pemerintah daerah yang sangat dituntut di dalam otonomi daerah.

3. Data yang dibutuhkan untuk analisa penelitian dapat diperoleh dari data sekunder, yaitu realisasi Pendapatan Asli Daerah dan realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pembangunan Daerah non pegawai sejak tahun 2001-2005.

4. Lokasi penelitian di lingkungan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara dan kantor BPS Propinsi Sumatera Utara.

B. Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan keuangan seperti realisasi PAD, realisasi pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD serta pendapatan lain yang sah dan bukan pajak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, dan belanja pembangunan non pegawai.


(47)

C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Defenisi Operasional

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan daerah yang berasal dari berbagai sumber dan kekayaan asli daerah. Oleh karena yang menjadi sumber dari PAD tersebut terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas-dinas, dan penerimaan lainnya, maka dalam penelitian ini yang diartikan sebagai PAD adalah jumlah keseluruhan penerimaan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara yang dijadikan sampel yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 7 pemerintah kota di mana penerimaan PAD berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD serta penerimaan-penerimaan lainnya. PAD ini diukur berdasarkan angka yang sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara 2001 – 2005. (Terlihat pada lampiran 3).

a. Pajak Daerah

Pajak Daerah yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang ditetapkan melalui peraturan daerahnya masing-masing dan berpedoman kepada Peraturan daerah Propinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, pajak daerah didefenisikan sebagai penerimaan Pemerintah Kabupaten dan Kota yang hanya berasal dari : Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Parkir dan dana bagi hasil dari Pajak ABT (Air Bawah


(48)

33

Tanah). Variabel ini diukur menurut angka yang sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi dan angggaran PAD, khusus untuk pajak daerah untuk tahun 2001 sampai tahun 2005.

b. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah yaitu : pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan kota berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang ditetapkan melalui peraturan Pemerintah Daerah. Dalam penelitian ini retribusi daerah didefenisikan sebagai penerimaan yang berasal dari masyarakat karena telah diberikannya fasilitas jasa. Variabel ini diukur menurut angka yang sebenarnya yang tercantum dalam dokumen realisasi dan Penerimaan PAD tahun 2001 sampai tahun 2005.

c. Pembagian Laba BUMD

Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu penerimaan dari laba badan usaha milik Pemerintah daerah di mana pemerintah tersebut bertindak sebagai salah satu pemiliknya.

Variabel ini diukur menurut angka yang sebenarnya yang tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan PAD tahun 2001 sampai tahun 2005.

d. Penerimaan Lain-lain yang Sah

Penerimaan lain-lain yang sah yaitu penerimaan bukan pajak dan retribusi yang berasal dari hasil penjualan milik daerah, Jasa giro, Sumbangan


(49)

pihak ketiga, Penerimaan ganti rugi atas pembayaran daerah, Setoran kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga, Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan daerah, Angsuran cicilan rumah dinas.

Variabel ini diukur menurut angka yang sebenarnya yang tercantum dalam dokumen realisasi PAD tahun 2001 sampai tahun 2005.

Keempat Variabel di atas di perlakukan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi kinerja keuangan sebagai variabel tidak bebas.

2. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur dari kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah. Bila PAD suatu daerah itu rendah berarti persentase PAD untuk membiayai pelayanan pembangunan kecil, sehingga Kemandirian daerah tersebut juga rendah dan sebaliknya jika PAD tersebut lebih tinggi maka kemandirian daerah tersebut menaik / lebih tinggi. Kinerja keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah dalam kemandirian keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini didefenisikan sebagai kemampuan Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk merealisasikan PAD.

Untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota secara umum dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu (Arifin Johan, 2005) :

1. Tingkat Kemandirian Pembiayaan dapat diukur dengan dua kriteria : =

Pembiayaan Kemampuan

Pegawai Non

Rutin Belanja Jumlah

Daerah Asli

Pendapatan

= Daerah Mobilisasi

Kemampuan

Daerah Asli

Pendapatan

Daerah Pajak


(50)

35

2. Tingkat Ketergantungan Dapat diukur dengan :

= ngan Ketergantu Tingkat Subsidi Tanpa APBD Pendapatan Daerah Asli Pendapatan

3. Desentralisasi Fiskal Dapat diukur dengan :

= Fiskal sasi Desentrali Tingkat Daerah Penerimaan Total Daerah Asli Pendapatan

Dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan di pergunakan Tingkat Kemandirian Pembiayaan dapat diukur dengan dua kriteria.

- Kemampuan = Pembiayaan

Pegawai Non Rutin Belanja Jumlah Daerah Asli Pendapatan

- Komponen Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan : a Rasio pajak daerah terhadap realisasi PAD, yaitu :

Daerah Asli Pendapatan Realisasi Total Daerah Pajak Realisasi Total

b Rasio retribusi daerah terhadap PAD, yaitu :

Daerah Asli Pendapatan Retribusi Total Daerah Retribusi Total

c. Rasio laba BUMD terhadap PAD, yaitu :

Daerah Asli Pendapatan Realisasi Total D BUM Realisasi Total

d. Rasio Penerimaan lain – lain bukan pajak terhadap PAD, yaitu

Daerah Asli Pendapatan Realisasi Total Pajak Bukan lain -lain Penerimaan Total


(51)

D. Metode Pengujian Data dan Hipotesis 1. Uji Data

Selanjutnya data yang di peroleh di uji dengan pengujian asumsi klasik a. Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah variabel bebas dan

variabel tidak bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati data normal. Pengujian tentang normal atau tidaknya data dilakukan dengan normal P – Plot. Jika titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

b. Uji multikolinearitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Pengujian tentang bebas atau tidaknya data dengan out put SPSS nilai collinearity statistic (Nilai tolerance dan VIF). Jika variabel indepeden memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka tidak terjadi kolerasi.

c. Uji Autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.


(52)

37

Cara yang dipakai untuk mendeteksi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak didaerah no autokorelasi. Penentuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). d. Uji heterokedastisitas yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan (varience) dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas. Asumsi klasik statistik heterokedastisitas dapat dideteksi dari output SPSS gambar scatter-plot.

2. Uji Hipotesis

Dalam menguji hipotesis dikembangkan suatu persamaan untuk menyatakan hubungan antara variabel tak bebas yaitu Y (dalam hal ini kinerja keuangan) dengan variabel bebas X (Pendapatan asli daerah).

Alat analisa yang dipakai dalam penelitian ini ialah :

a. Untuk hipotesa 1 akan dipakai regresi sederhana yaitu regresi yang memiliki satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan model persamaannya sebagai berikut :

Y = + X + l

Dimana = Y = Kinerja = Konstanta = Koefisien

X = Independen Variabel


(53)

b. Untuk hipotesa 2 akan dipakai regresi berganda yaitu regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen dimana model persamaannya sebagai berikut :

Y = α + b1x1 + b2x2+b3x3 + b4x4 + ϕ Dimana :

Y = Kinerja

α = Nilai perkiraan bagi y (konstanta) b = Koefisien

x1 = Pajak daerah

x2 = Retribusi daerah

x3 = Pembagian laba BUMD

x4 = Penerimaan lain-lain yang sah dan bukan pajak

ϕ = Galat

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 12. Untuk pengujian signifikanansi dari variabel-variabel tersebut akan dilakukan :

a. Pengujian pertama dengan : - R2 (R Square)

- Uji F - Uji t

b. Pengujian kedua dengan : - Multi Kolinieritas - Heteroskedastisitas - Autokorelasi


(54)

39

Hal ini untuk mengetahui seberapa besar PAD mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kota Medan. Juga untuk mengetahui besarnya kontribusi komponen PAD mempengaruhi keuangan daerah. tersebut (pajak daerah untuk x1,

retribusi daerah untuk x2, penerimaan lain-lain yang sah dan bukan pajak untuk x3,


(55)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Keadaan Propinsi Sumatera Utara 1. Profil Propinsi Sumatera Utara

Lokasi dan Keadaan Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan disebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 140C.

Sebagaimana Propinsi lainnya di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

Administrasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara terus berkembang sejak tahun 2000 sampai sekarang, dimana tahun 2000 hanya terdiri dari 13 Kabupaten dan 6 Kota sampai pada tahun 2005 terdiri dari 17 Kabupaten dan 8 Kota.


(56)

41

2. Visi dan Misi Propinsi Sumatera Utara a. Visi Propinsi Sumatera Utara

”Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan yang didukung oleh tata pemerintahan yang baik”.

b. Misi Propinsi Sumatera Utara

Untuk mencapai visi disusun misi Propinsi Sumatera Utara sebagai berikut :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber moral dan akhlak yang baik untuk menunjang kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Meningkatkan kualitas dan sistem pembinaan aparatur pemerintahan, mengurangi KKN, dalam rangka menghilangkannya sama sekali untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik sebagai landasan pembangunan / masyarakat madani.

3. Mendorong penegakan hukum yang konsisten dan meningkatkan rasa aman masyarakat.

4. Membangun prasarana dan sarana daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan kesenjangan wilayah melalui kerjasama antar daerah dan kerjasama pemda dengan swasta dan kerjasama regional dan internasional.


(57)

5. Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah termasuk mendorong ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada pertanian, agroindustri, parawisata dan sektor unggulan lainnya dengan cara investasi dalam dan luar negeri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

6. Mendorong pengembangan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi serta memiliki semangat berpartisipasi untuk pembangunan lingkungannya maupun daerah secara keseluruhan.

7. Meningkatkan rasa keadilan, kesetaraan, kebersamaan dan rasa persatuan dalam masyarakat yang perwujudannya dapat terlihat dari antara lain : komposisi pejabat di Pemda yang menggambarkan konfigurasi kemajemukan masyarakat Sumatera Utara yang serasi.


(58)

43

B. STATISTIK DESKRIPTIF

Tabel 2 berikut ini menyajikan deskriptif statistik atas variabel – variabel yang terlihat dalam penelitian ini.

TABEL 2

Deskriptif Statistik Variabel

Descriptive Statistics

98 1943576 2,8E+08 2,1E+07 46348675

99 533966,00 1,7E+08 1,1E+07 27418372

99 665155,00 1,1E+08 7165479 18152080

99 ,00 2750620 121061,4 373050,2

99 6858,00 1,2E+07 2737863 2599369

99 567469,00 4,4E+08 8,9E+07 67699863

98 PAD

PAJAK RETRIBUS LABA_UD LAIN KINERJA Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

- PAD

Rata-rata PAD sebesar 21.000.000 dan standard deviasinya sebesar 46.348.675, ada Pemerintah Kabupaten dan Kota yang memiliki PAD diatas rata – rata dengan PAD tertinggi berada di Kabupaten dan Kota : Labuhan Batu, Asahan, Deli serdang, Medan serta Kabupaten dan Kota lainnya Mean PADnya di bawah rata-rata, sehingga Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara sebagian besar memiliki Mean PAD di bawah rata-rata. - Pajak Daerah

Rata-rata pajak daerah sebesar 11.000.000 dan standard deviasinya 27.418.372, sebagian besar Kabupaten dan Kota pajak daerahnya dibawah rata-rata, kecuali Labuhan Batu, Asahan, Deli serdang dan Medan yang pajak daerahnya diatas rata-rata.


(59)

- Retribusi Daerah

Mean retribusi daerah sebesar 7.165.479 dan standard deviasinya sebesar 18.152.080 hanya kota Medan mempunyai mean retribusi diatas rata-rata. - Laba BUMD

Mean Laba BUMD sebesar 121.061,4 dan standard deviasinya sebesar 373.050,2 ada beberapa Kabupaten dan Kota yang Mean Laba BUMD nol, hal ini disebabkan karena sebagian daerah tidak mempunyai Badan Usaha Milik Daerah yang bersangkutan, hal ini mengakibatkan mean rata-rata secara keseluruhan sangat rendah. Tapi bagi Kabupaten dan Kota yang memiliki BUMD terlihat bahwa Laba BUMD diatas rata-rata misalnya kota Medan. - Penerimaan Lain – Lain

Mean Penerimaan Lain-Lain sebesar 2.737.863 dan standard deviasinya sebesar 2.599.369 sebagian Kabupaten dan Kota memiliki penerimaan lain – lain diatas rata-rata antara lain Medan, Deli Serdang, Tanjung Balai, Asahan, Tapteng dan Taput.

- Kinerja

Mean kinerja sebesar 89.000.000 dan standard deviasinya sebesar 67.699.863 dengan perbandingan PAD per jumlah belanja rutin non pegawai dapat diketahui bahwa Kabupaten dan Kota yang kinerjanya diatas rata-rata antara lain :

Tapanuli Selatan, Tapanuli Tenggara, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Medan. Untuk rincian lebih lanjut dapat dilihat dilampiran 3.


(60)

45

C. UJI ASUMSI KLASIK

Oleh karena hipotesa akan diuji dengan memakai alat Uji Reggresi, maka harus dilakukan terlebih dahulu Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari : Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi dan Uji Heterokedastisitas.

̶

Uji Normalitas

HASIL UJI NORMALITAS

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA

Observed Cum Prob

1,00 ,75

,50 ,25

0,00

E

x

pec

ted Cum P

rob

1,00

,75

,50

,25

0,00

GAMBAR 2

Uji Normalitas dilakukan dengan melihat Normal Probability Plot. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data Residual terdistribusi secara normal dimana titik-titik disekitar garis diagonal dan penyebarannya masih mengikuti garis diagonal. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2 ditas sedang rinciannya terlihat di lampiran 2.

̶

Uji Multikolinieritas

Hasil pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen ( kinerja ) disajikan pada tabel 3 dibawah ini yang diambil dari output coefficients regressi.


(61)

TABEL 3

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS Coefficientsa

6,3E+07 4304938 14,678 ,000

1,211 ,085 ,825 14,295 ,000 1,000 1,000 (Constant)

PAD Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardi

zed Coefficien

ts

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA a.

Mempunyai nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) 1 (satu) dan mempunyai angka tolerance 1 (satu). Maka model ini tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

̶

Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan sebelumnya.

TABEL 4

HASIL UJI AUTOKORELASI

Durbin–W atson

1,875

Kriteria : Jika nilai Durbin Watson di antara (-2) sampai 2 maka terdapat No Autokorelasi. Dari output SPSS nilai Durbin Watson 1,875,

maka model ini terbebas dari asumsi klasik autokorelasi.

Dari model diatas dengan variabel bebas (k) = 1, N = 98, DW = 1,875 maka diperoleh dl 1,58 dan du 1,75 atau dengan kata lain, cara mendeteksi


(62)

47

autokorelasi dapat di lakukan dengan uji Durbin Watson. model regressi linear berganda terbebas dari autokorelasi. Jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autokorelasi, yang dibantu dengan tabel dl dan du dan dengan nilai k (jumlah variabel independen).

No Auto Core lation

DW 1,875

5,25 2,42

0 1 dl du 2 3

Negatif

Autocorelation

Positif

Autocorelation

1,58 1,75 4-du 4-dl

Gambar 3

UJI AUTOKORELASI

k ( Variabel independen ) = 4 N = 98, DW = 1,875 dl = 1,58

du = 1,75

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa DW di daerah No Autocorelation. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regressi linear terbebas dari Asumsi Klasik Statistik Autokorelasi.

̶

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak


(63)

terdapat Heteroskedastisitas, yaitu model regressi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain.

Uji Heteroskedastisitas ini dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

Hasil Uji Heterokedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: KINERJA

Regression Standardized Predicted Value

6 5 4 3 2 1 0 -1

Regression Studentized Residual

5

4

3

2

1

0

-1

-2

Gambar 4

Dari gambar Output SPSS (Scatterplott) diatas bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka model regresi berganda tidak terdapat Heteroskedastisitas.

D. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis 1

Untuk hipotesis 1 yaitu pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara dapat dilakukan sebagai berikut :


(64)

49

- R Square (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat kemampuan model dalam menjelaskan variabel independen terhadap variabel dependen dari model yang dibangun.

Tabel 5

Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji R2

Dari hasil output SPSS diperoleh R Square (R2) = 0,680. Ini berarti keragaman variabel dependen (Kinerja Keuangan) 68% dijelaskan oleh keragaman variabel independen (PAD) dan 32% dipengaruhi faktor lain diluar model atau 68 % secara simultan PAD mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah.

Model Summaryb

,825a ,680 ,677 38667019 1,875

Model 1

R R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-W atson

Predictors: (Constant), PAD a.

Dependent Variable: KINERJA b.

- Uji T

Uji T ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel independen.

Tabel 6

Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji T

Coefficientsa

6,3E+07 4304938 14,678 ,000

1,211 ,085 ,825 14,295 ,000 1,000 1,000 (Constant)

PAD Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardi zed Coefficien ts

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA a.


(65)

Dari tabel 6 diatas dapat dibuat persamaan regresi sederhana sebagai berikut :

Y = 6,3 x 107 + 1.211 X1

Selanjutnya dari tabel 6 diatas dapat dilihat hasil analisis regresi sederhana menunjukkan signifikansi angka 0,000.-, dimana nilai signifikan lebih kecil dari = 0,05. dengan demikian PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan (hipotesa diterima) dan PAD bertanda positif berarti PAD positif mempengaruhi kinerja keuangan.

Uji t ini dimaksudkan untuk menguji signifikasi parameter atau koefisien regresi parsial. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai thit =

14,678 menunjukkan bahwa seluruh komponen regresi signifikan dalam memprediksi kinerja keuangan pemerintah.

- Uji F

Uji F ini bertujuan mengetahui pengaruh secara serentak variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil output SPSS untuk Uji – F ini dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7

Hasil Pengujian Hipotesa 1 Uji F

ANOVAb

3,1E+17 1 3,1E+17 204,343 ,000a

1,4E+17 96 1,5E+15

4,5E+17 97

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Predictors: (Constant), PAD a.

Dependent Variable: KINERJA b.


(66)

51

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung menunjukkan nilai 204.345

karena tingkat signifikan 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa persamaan regresi yang digunakan signifikan untuk menjelaskan kinerja keuangan pemerintah sehingga dapat digunakan untuk memprediksi variabel kinerja keuangan. Dari pengujian ini hipotesa 1 diterima.

Maka model ini terbebas dari heteroskedastisitas.

Uji Hipotesa untuk Regresi Berganda

Pengujian ini untuk membuktikan pengaruh komponen PAD terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Tabel 8

Hasil Pengujian Hipotesa 2 Coefficientsa

5,5E+07 5716196 9,705 ,000

1,682 ,650 ,681 2,590 ,011 ,046 21,564 ,478 1,015 ,128 ,471 ,639 ,043 23,064 -7,129 13,181 -,039 -,541 ,590 ,608 1,644 4,454 1,522 ,171 2,926 ,004 ,939 1,065 (Constant)

PAJAK RETRIBUS LABA_UD LAIN Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardi

zed Coefficien

ts

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA a.

Sebagaimana yang disajikan dalam tabel 8 dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut :

- Uji R2 (R Square)


(1)

2004 6817910 1812856 991089 264835 3749130 47510285 156766380

2005 5697235 1760278 1294164 0 2642793 66252929 149710975

5. Taput 2001 4342558 885327 2112897 12000 1332334 135016071 97329881 ( Kabupaten) 2002 8881839 1037077 4217461 11325 3615976 161047155 82020958 2003 11177704 1644917 1715031 14808 7802948 194653255 100819329

2004 5981192 1159381 1408279 0 3413532 62700995 147411600

2005 6954793 1573488 1344983 25000 4011322 88855965 139623540 6. Tobasa 2001 10661957 810785 665155 0 9186017 95602074 62066602

( Kabupaten) 2002 13755147 1303043 946689 0 11505415 107122455 76120036 2003 12573470 1394134 1299789 0 9879547 131584403 93097942 2004 12006305 1730658 1191457 0 9084190 58382442 148553190 2005 8617024 1328850 918174 120000 6250000 54305005 114933802 7. Lab Batu 2001 8383322 3086323 3119625 1500 2175874 170136869 49341560

( Kabupaten) 2002 13356657 5089143 4226670 25000 4015844 205608463 67134275 2003 25630556 6672872 7544073 72000 11341611 258894999 86096456 2004 46032065 27500447 9141720 36000 9353898 258104587 147127586 2005 25454818 9513116 9949854 76000 5915848 277128801 150433483 8. Asahan 2001 15569195 12475626 2328118 0 765451 204610845 62482434

( Kabupaten) 2002 19015242 14300061 3097291 0 1617890 224887195 90440568 2003 22626588 14285738 3842245 0 4498605 264398330 111016134 2004 22876082 13514985 4594656 0 4766441 285566323 101098081 2005 23100001 13965406 5770773 0 3363822 278864439 132090081


(2)

9. Simalungun 2001 11796209 7990456 2574445 0 1231308 238660.89 95096892 ( Kabupaten) 2002 14359269 9180311 3299646 0 1879312 251423182 114064493 2003 17493101 10193000 5132659 0 2167442 294967882 168120702 2004 14577545 7969883 3254407 0 3353255 327257110 65662257 2005 18822379 10086744 5146166 0 3589469 338641301 75707572 10. Dairi 2001 9630233 861844 2498721 0 6269668 102531444 30327217

( Kabupaten) 2002 4995022 1168871 2751421 0 1074730 112608140 42459354

2003 4742515 1568645 1856002 0 1317868 142108806 61558106

2004 4723233 1631486 1873954 0 1217793 154619492 21976817

2005 5243095 1693500 2131095 0 1418500 137471443 61579937

11. Karo 2001 4688606 2374391 1924963 0 389252 114268749 21597252 ( Kabupaten) 2002 7498708 3213251 3750616 0 534841 139460701 34151252

2003 9310352 3819493 4042659 0 1448200 166514281 66460179

2004 9151941 4388348 4317850 18000 427743 177732421 59274477 2005 12750000 5326000 5757000 107000 1560000 185247973 63125670 12. Deli Serdang 2001 26996853 16655423 7221675 0 3119755 347584505 82262306

( Kabupaten) 2002 32315515 21837557 8710025 0 1767933 392091597 113898448 2003 51910663 36853534 10771535 0 4285594 496993989 184952205 2004 46169042 37024814 7485692 0 1658536 503735991 78675892 2005 59145801 46000700 12290101 0 855000 387082835 135262181 13. Langkat 2001 9361131 5533048 2809568 0 1018515 205203567 58646791


(3)

2003 16470285 9154799 3456113 54739 3804634 272537893 135363369

2004 9669768 5070221 3902452 0 697095 295344877 128707237

2005 16834743 10180800 4493468 0 2160475 300018100 112955447 14. Sibolga 2001 2463313 594564 1636826 80000 151923 45121873 567469

(Kota) 2002 4257492 973501 2086976 100000 1097015 62069421 26914519 2003 7135535 1348706 2636163 132000 3018666 74841423 48593328 2004 5194049 1433295 2951021 132000 677733 58664837 62813293 2005 6057446 1596565 3597381 300000 563500 70425429 86059539 15. Tanjung Balai 2001 4140494 1532494 2093021 15000 499979 40248200 17382217

(Kota) 2002 8305288 2684906 2489473 60000 3070909 59503740 70855540 2003 9933585 3122662 2005751 30000 4775172 72846211 63768301 2004 8840190 3389705 2421430 60000 2969055 76588146 63186172 2005 9574573 4220611 3323962 80000 1950000 93978886 82622804 16. Pematang Siantar 2001 9468203 5205934 3986052 0 276217 94315819 12227881

(Kota) 2002 10086969 4250930 4226598 0 1609441 112505447 44365075 2003 11563236 4619156 4434324 185279 2324477 132626056 46646388 2004 13483466 5477158 4465844 187137 3353327 155800460 46727188 2005 14923315 6198892 6249771 530000 1944652 157707574 61580327 17. T. Tinggi 2001 4118449 1867617 1884451 0 366381 53506599 21080476

(Kota) 2002 5715580 1984960 1731768 0 1998852 76071815 39669724

2003 6263263 2513034 2256831 0 1493398 106422280 55280088


(4)

2005 6851238 2842966 2473272 0 1535000 99606069 60936092 18. Medan 2001 88262844 58157716 28488821 613497 1002810 414268914 99236166

(Kota) 2002 146930659 80418342 60854031 1477572 4180714 542695599 182753012 2003 234786688 132234572 93067053 1063103 8421960 793083234 332239155 2004 257989893 145585452 103285285 1000000 8119156 628679209 376075792 2005 282228792 170180000 109533792 1450000 1065000 691392251 444544410 19. Binjai 2001 3909632 1213882 2508145 0 187605 77566580 40376423

(Kota) 2002 5705555 2366455 3176100 0 163000 108806135 71608343

2003 8312932 3230311 3230899 0 1851722 126761201 58533294

2004 11506394 5350647 3398269 2750620 6858 134403709 54899642 2005 13002786 5818600 4106586 160000 2917600 144600156 52345506 20. P Sidempuan 2002 2177434 1080834 935312 0 161288 67806264 13626339

(Kota) 2003 3483637 1737801 1210652 30000 505184 101044045 27083343 2004 5236215 2254184 2243189 42000 696842 110368206 45953069 2005 4682000 2102800 2339200 60000 180000 119221324 56036811


(5)

PENERIMAAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA

Dibawah ini akan dikemukakan data penerimaan pemerintah daerah Kabupaten / Kota Sepropinsi Sumatera Utara tahun 2001 – 2005.

Persentase Kontribusi dan Realisasi Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara menurut Jenis Penerimaan

Tahun 2001 s/d Tahun 2005

2001 2002 2003 2004 2005

J e n i s P e n e r i m a a n Penerimaan (Rp.000) Kontribusi (%) Penerimaan (Rp.000) Kontribusi (%) Penerimaan (Rp.000) Kontribusi (%) Penerimaan (Rp.000) Kontribusi (%) Penerimaan (Rp.000) Kontribusi (%) 1. Sisa Lebih Perhitungan

Angg Tahun Lalu 183.506.979 17,20 150.588.314 12,76 158.629.190 10,09 198.204.707 3,01 270.567.883 3,80 2. Pendapatan Asli Daerah 423.075.216 39,66 614.459.381 52,08 908.262.191 57,78 517.668.513 7,86 564.351.647 7,92

̶ Pajak Daerah 388.017.707 91,71 584.089.881 95,06 861.970.794 54,83 277.447.570 4,21 315.147.842 4,42

̶ Retribusi Daerah 15.448.298 3,65 7.127.396 1,16 16.928.483 1,08 169.610.687 2,57 194.419.475 2,73

̶ Bagian Laba Usaha

Daerah 4.627.814 1,09 5.055.190 0,82 5.880.750 0,37 4.625.592 0,07 3.028.000 0,04

̶ Pendapatan Asli Daerah

Yang Sah Lainnya 14.981.397 3,54 18.186.914 2,96 23.482.164 1,49 65.984.665 1,00 51.756.330 0,73 3. Bagian Dana

Perimbangan 392.994.085 36,84 385.684.965 32,69 484.991.624 30,85 5.443.226.871 82,61 5.924.552.594 8,16

̶ Bagi Hasil Pajak 87.143.046 22,17 104.455.990 27,08 160.560.864 10,21 659.322.465 10,01 655.645.384 9,20

̶ Bagi Hasil Bukan Pajak 27.480.307 6,99 20.533.208 5,32 17.863.893 1,14 37.772.419 0,57 67.011.568 0,94

̶ Dana Alokasi Umum 278.370.732 70,83 260.610.000 67,57 30.175.000 1,92 4.194.737.048 63,66 4.515.220.000 63,38

̶ Dana Alokasi Khusus 0 0,00 85.767 0,01 4.816.867 0,31 188.356.481 2,86 229.592.207 3,22

̶ Bantuan Keuangan dari

Pemerintah Propinsi - - - - 363.038.458 5,51 457.083.435 6,42

4. Penerimaan yang Sah

lainnya 67.227.563 6,30 29.180.041 2,47 20.089.612 1,28 360.948.972 5,48 362.392.716 5,02 5. Pinjaman Pemerintah

Daerah/Obligasi Daerah 0 0,00 0 0,00 0 0,00 69.194.775 1,05 2.500.000 0,04

Jumlah 1.066.803.843 100,00 1.179.912.701 100,00 1.571.972.617 100,00 6.589.243.838 100,00 7.124.364.840 100,00


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

3 74 100

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara

1 36 123

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara

4 79 97

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Fiscall Stress Terhadap Kinerja Keuangan Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara

6 85 122

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 46 84

Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

8 58 83

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Di Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 40 98

Pengaru Pendapatan Hasil Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

10 74 127

Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

3 30 131

Analisis Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 33 98