“LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI” SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER PADA MEDIUM AKRILIK.

(1)

“LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI” SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER

PADA MEDIUM AKRILIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

oleh

Endang Adi Sutomo NIM 1001665

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PADA MEDIUM AKRILIK

oleh

Endang Adi Sutomo

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

di Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Endang Adi Sutomo 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Endang Adi Sutomo

“LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI”

SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER

PADA MEDIUM AKRILIK

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Tri Karyono, M. Sn. NIP. 196611071994021001

Pembimbing II

Suryadi, S. Pd, M. Sn. NIP. 197307142003121001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa

Bandi Sobandi, M. Pd. NIP. 197206131999031001


(4)

“LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI”

SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER PADA MEDIUM AKRILIK

Disetujui dan disahkan oleh:

Penguji I,

Drs. Nanang Ganda Prawira, M. Sn. NIP. 196202071987031002

Penguji II,

Dr. Zakarias S. Soeteja, M. Sn. NIP. 196707241997021001

Penguji III,


(5)

(6)

ABSTRAK

Endang Adi Sutomo, 2015: “LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA

PATI CITRARESMI” SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER PADA MEDIUM AKRILIK. Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia.

Karya ini dibuat berdasarkan kenangan masa kecil penulis tentang kisah Citraresmi yang pernah diceritakan ibu. Kisah bela pati yang dilakukan Citraresmi membuat penulis terharu, oleh karena itu sangat menarik untuk diangkat pada konsep penciptaan karya

lukis dengan teknik layer menggunakan medium akrilik, dan penggunaan dua jenis

pewarna yang karakternya berbeda. Rumusan masalah menjelaskan tema karya, menjelaskan proses pembuatan karya, menjelaskan analisis visual karya. Metode penciptaan dimulai dari ide berkarya, kontemplasi, stimulasi, dan proses berkarya. Proses pembuatan karya dilakukan dengan membuat sketsa awal di kertas, pemindahan sketsa ke medium akrilik, pewarnaan gradasi dengan cat kayu (karakter warna opak), pewarnaan transparan dengan cat vitrail (karakter warna transparan), pemberian hiasan outline dari

pasta cat vitrail, pewarnaan background dengan cat semprot, pemasangan karya teknik

layer ke pigura, dan pembuatan base untuk display karya. Analisis visual karya ini

memvisualisasikan kisah Citraresmi dari kerajaan Sunda Galuh hingga pada peristiwa bela pati di Palagan Bubat Majapahit, pada karya lukis medium akrilik dengan teknik layer. Keindahan lukisan teknik layer menghasilkan efek bayangan pada bagian belakang visualnya. Hasil pewarnaan gradasi menampilkan kombinasi warna yang indah dari tingkatan warna yang gelap ke warna yang terang. Hasil pewarnaan transparan dan hiasan outline dari pasta cat vitrail terlihat indah warnanya jika terkena cahaya.


(7)

(8)

ABSTRACT

Endang Adi Sutomo, 2015: “TWILIGHT SKY THEATER BUBAT DEFENSE

WITNESSES DIE CITRARESMI” AS A WORK OF ART PAINTING WITH THE IDEA LAYER TECHNIQUE IN ACRYLIC MEDIUM. Education Department of Fine Arts, Faculty of Art and Design Education, University of Indonesia.

This work is based on the author's childhood memories Citraresmi story ever told mother. The story of the death defense do Citraresmi make the author moved, therefore it is very interesting to be on the concept of creating paintings with a layer technique using acrylic medium, and the use of two different types of dyes that character. Formulation of the problem explains the theme of the work, explaining the process of making the work, describes a visual analysis of the work. The method starts from the idea of the creation of work, contemplation, stimulation, and work processes. The process of making the work is done by making a preliminary sketch on paper, acrylic medium to sketch removal, staining gradation with paint timber (opaque color character), staining with paint vitrail transparent (transparent color character), giving an outline of pasta paint decoration vitrail, background staining with spray paint, installation work to frame layer techniques, and manufacturing base to display the work. Visual analysis of this work to visualize the story of the kingdom of Sunda Galuh Citraresmi up on arts events in Theater Bubat Majapahit death, the painting with acrylic medium layer technique. The beauty of the painting layer techniques produce a shadow effect on the visual back. Gradation staining results show a beautiful color combination of dark color levels to a brighter color. Results transparent coloring and decoration outline of pasta vitrail paint looks beautiful color when exposed to light.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penciptaan karya ini akan membuat karya lukis dengan tema kisah seorang Puteri dari kerajaan Sunda Galuh yang bernama Ratna Ayu Citraresmi Dyah Pitaloka. Latar belakang munculnya ide berkarya dengan tema kisah Puteri Citraresmi yaitu teringat pada masa lalu, ketika penulis masih kecil pernah diceritakan oleh ibu tentang sejarah terjadinya perang bubat sebagai dongeng pengantar tidur. Dari kisah itu penulis teringat kepada sosok Puteri Sunda yang ceritanya mau menikah dengan Raja Majapahit, namun terjadi peperangan ketika rombongan Sang Puteri dan Maharajanya telah sampai di daerah Bubat Majapahit, dan semua rombongan Sang Puteri gugur akibat peperangan tersebut.

Kisah Puteri Citraresmi bagi penulis mempunyai arti dan membawa pesan tentang lambang kesetiaan, lambang keperwiraan seorang Puteri Sunda yang berani mati (bela pati) demi menjaga kehormatan, membela harga diri, dan keteguhan menjaga martabat tumpah darahnya. Dari pada hidup menjadi isteri Raja yang tidak menepati janjinya, lebih baik gugur sebagai sosok seorang Puteri yang mempertahankan harga diri dan kehormatannya. Pernikahan seharusnya membawa kebahagiaan dan kisah yang indah, tetapi justru terjadi lautan darah yang sangat menyakitkan dalam kenangan pahit di Palagan Bubat, Majapahit.

Kepedihan yang dirasakan Puteri Citraresmi sungguh sangat terharu bagi penulis, yang seharusnya menjadi kembang keraton Surawisesa yang akan mekar di taman kaputren kedaton Majapahit, tetapi berakhir kisah di negeri Wilwatikta. Oleh karena itu, kisah Puteri Citraresmi sangat menarik untuk diangkat pada sebuah tema penciptaan karya ini, dengan menampilkan sosok Puteri Citraresmi sebagai objek utamanya yang diterapkan pada bentuk karya seni lukis.

Penciptaan karya ini yaitu membuat karya lukis dengan teknik layer menggunakan medium akrilik. Pembuatan karya lukis pada medium akrilik hampir sama dengan medium kaca, karena menggunakan teknik melukis di balik kaca. Adapun jenis cat yang akan digunakan penulis dalam proses pewarnaan yaitu: cat kayu dengan karakter warna opak (opaque coates), dan cat vitrail


(10)

dengan karakter warna transparan (transparent vetro). Penggunaan ke dua jenis cat ini akan menghasilkan perpaduan warna yang indah, apalagi ada pemberian outline timbul dari pasta cat vitrail yang akan diterapkan pada bagian objek utama dan bagian ornamen hias lukisan. Secara visual, hasil akhir karya akan terlihat seperti ada kesan efek bayangan pada bagian belakang visual objek gambarnya, karena pengaruh dari teknik layer yang menampilkan kesan seperti ada jarak dari tiap layer/lukisannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan memfokuskan masalah penciptaan dengan merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana tema karya “langit senja Palagan Bubat saksi bela pati Citraresmi” sebagai ide berkarya seni lukis dengan teknik layer pada medium akrilik? 2. Bagaimana proses pembuatan karya lukis yang bertema “langit senja Palagan

Bubat saksi bela pati Citraresmi” dengan teknik layer pada medium akrilik? 3. Bagaimana analisis visual karya lukis yang bertema “langit senja Palagan

Bubat saksi bela pati Citraresmi” dengan teknik layer pada medium akrilik ?

C. Tujuan Penciptaan

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis sesuai dengan perumusan masalah penciptaan di atas yaitu:

1. Menjelaskan tema karya “langit senja Palagan Bubat saksi bela pati Citraresmi” sebagai ide berkarya seni lukis dengan teknik layer pada medium akrilik.

2. Menjelaskan proses pembuatan karya lukis yang bertema “langit senja Palagan Bubat saksi bela pati Citraresmi” dengan teknik layer pada medium akrilik.

3. Menjelaskan analisis visual karya lukis yang bertema “langit senja Palagan Bubat saksi bela pati Citraresmi” dengan teknik layer medium akrilik.


(11)

3

D. Manfaat Penciptaan

Memvisualisasikan sosok Puteri Citraresmi dalam kisah bela pati di Palagan Bubat sebagai ide berkarya seni lukis dengan teknik layer pada medium akrilik, tentu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi penulis sebagai hasil karya tugas akhir di Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI. Selain itu, manfaat lain yang bisa didapatkan dari hasil penciptaan karya ini di antaranya:

1. Bagi Penulis

a. Bisa mengetahui bahwa penggunaan medium akrilik tentu berbeda dengan medium kaca, melihat dari segi kelebihan dan kelemahan karakter medium. b. Teknik pewarnaan menggunakan cat yang karakternya opak akan berbeda

dengan teknik pewarnaan yang karakternya transparan.

c. Bisa belajar mengenai daya imajinatif yang sangat diperlukan dalam menghasilkan karya melalui teknik layer.

d. Bisa belajar mengenai kisah Puteri Citraresmi yang menjadi tema penciptaan karya ini, karena merupakan bagian dari kisah sejarah di Jawa Barat.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

a. Melalui hasil penciptaan karya ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan, bahwa seni lukis dengan medium akrilik mempunyai keindahan yang khas, dengan menggunakan dua jenis pewarna yang berbeda, serta teknik pemasangan lukisan dengan cara sistem layer/berlapis.

b. Melalui karya lukis ini bisa menjadi pembelajaran di kalangan pendidikan khususnya seni rupa, karena keberadaan seni lukis kaca atau akrilik masih jarang terlihat, baik di Sekolah maupun di Perguruan Tinggi, sehingga dalam pembelajaran seni rupa, peserta didik bisa diajarkan untuk praktik melukis pada medium kaca atau akrilik.

c. Kisah Puteri Citraresmi yang divisualisasikan melalui tujuh karya lukis merupakan sebuah pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran sejarah, seni budaya, kewarganegaraan, agama, bahasa Indonesia, sosiologi, geografi, yang bisa dimasukkan dalam penyampaian materi di sekolah.


(12)

3. Bagi Masyarakat Umum

a. Hasil penciptaan karya ini dapat dijadikan sebagai karya seni yang mengangkat kisah asli dari Indonesia yang perlu kita pertahankan dan kita pelajari dari segi sejarah, sosial, seni, dan budayanya.

b. Melalui tema dan hasil karya yang divisualisasikan pada penciptaan karya ini, dapat menjadikan nilai tuntunan serta pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat.

c. Visual karya lukis dengan medium akrilik, penulis memperkenalkan kepada masyarakat umum, bahwa kita tidak pernah berhenti mencoba bereksplorasi dengan medium baru dalam menghasilkan karya seni.

d. Karya yang mengangkat kisah sejarah dari kerajaan di Jawa Barat ini merupakan bentuk kesadaran penulis, karena sebagian masyarakat mungkin ada yang tidak mengetahui, bahkan ada yang mengetahui dan tidak menjadikan memulainya peperangan baru antara suku Sunda di Jawa Barat dengan suku Jawa di Jawa Timur.

e. Peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau merupakan bagian dari kisah sejarah di Indonesia, dari situ kita bisa belajar akan pentingnya rasa persaudaraan antara tiap daerah, bukan untuk menjadikan sebuah permusuhan.

E. Definisi Operasional

1. Langit Senja

Langit senja yaitu waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam, hari mulai malam. Saat mau terbenamnya matahari untuk berganti malam hari, menandakan waktu sore hari, antara pukul 17.00-18.30 WIB.

2. Palagan Bubat

Palagan adalah tempat seperti lapangan yang sangat luas, seperti tempat untuk berperang atau medan laga. Bubat adalah nama daerah yang berada di sekitar wilayah Majapahit, di sekitar daratan dekat sungai Brantas, yang sekarang menjadi wilayah Mojokerto, Jawa Timur.

3. Bela Pati

Bela pati adalah upaya untuk membela atau memperjuangkan sesuatu yang di belanya sampai titik darah penghabisan (sampai mati).


(13)

5

4. Citraresmi

Citraresmi dikenal juga sebagai Dyah Pitaloka, ia seorang Puteri Raja Sunda Galuh yang gugur di Palagan Bubat. Sejak terlahir ke dunia, sudah tampak tanda-tanda kecantikan pada diri Puteri Citraresmi. Bahkan sejak usia remaja kecantikannya sudah menjadi perbincangan para raja se-Nusantara. Sebagaimana dikemukakan oleh Ekadjati (2014, hlm. 32) bahwa

Dari Pentas Sejarah Sunda, Citraresmi dilahirkan di lingkungan keraton Surawisesa di Kawali (Galuh) tahun 1261 Saka (1339 Masehi), meninggal di Bubat (Majapahit) Selasa tanggal 13 paro-gelap bulan Bhadrawada 1278 Saka (4 September 1357 Masehi). Ia adalah anak Maharaja Prabu Linggabuana dari prameswari bernama Dewi Lara Linsing. Dilihat dari asal muasalnya, darah yang mengalir pada diri Dewi Citraresmi berasal dari dua sumber: Galuh dari ayahandanya dan Sunda dari ibundanya. Betul-betul Puteri Sunda.

5. Layer

Layer adalah teknik penerapan dengan sistem berlapis, yang terdiri dari lapisan ke satu, lapisan ke dua, lapisan ke tiga dan seterusnya. Teknik layer digunakan untuk memberi kesan ruang tampak seperti ada dimensi.

6. Medium

“Medium adalah media, perantara atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut berbagai hal yang berhubungan dengan bahan, termasuk alat dan teknik yang dipakai dalam karya seni” (Susanto, M. 2001, hlm. 73).

7. Akrilik

Istilah akrilik dipergunakan untuk produk-produk yang mengandung bahan yang berasal dari asam akrilik atau senyawa sejenis. Istilah ini paling sering dipergunakan untuk menggambarkan plastik jernih seperti kaca.

F. Metode Penciptaan

Metode yang digunakan pada penciptaan karya lukis ini melalui proses sebagai berikut:

a. Ide berkarya/muncul dari perasaan dan pikiran b. Kontemplasi/perenungan

c. Stimulasi/rangsangan d. Proses berkarya


(14)

G. Proses penciptaan

Proses penciptaan karya lukis ini yaitu membuat lukisan dengan medium akrilik, yang menggunakan teknik layer. Sebelumnya penulis pernah mencoba menggunakan medium kaca, karena dalam penciptaan tugas akhir ini mencoba dengan teknik layer, tentu harus memikirkan keamanan juga. Kaca terlalu berat dan beresiko pecah, sehingga penulis mencoba dengan menggunakan medium lain sebagai pengganti kaca yaitu akrilik. Tema karya yang diangkat penulis yaitu tentang perjalanan sosok Puteri Citraresmi dari kerajaan Sunda Galuh hingga berakhir pada peristiwa bela pati di Palagan Bubat, Majapahit. Adapun rancangan penciptaan karya lukis yang akan dibuat penulis berdasarkan judul, ukuran, teknik, medium, tahun pembuatan, dan konsep karya di antaranya:

1. Karya ke satu

a. Judul : Ratna Ayu Sunda Galuh b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas tiga akrilik d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan empat layer dengan background, menceritakan tentang kecantikan Puteri Citraresmi di suasana taman kaputren keraton Surawisesa, kerajaan Sunda Galuh.

2. Karya ke dua

a. Judul : Bunga Keraton Surawisesa b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas tiga akrilik d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan empat layer dengan background, menceritakan ketika Puteri Citraresmi sedang merenung, memikirkan tentang mimpinya, yang kelak nanti berkaitan dengan tragedi di Palagan Bubat, Majapahit.

3. Karya ke tiga

a. Judul : Menggambar Sang Prameswari b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas dua akrilik d. Tahun : 2014


(15)

7

Konsep karya ini menggunakan dua layer dengan background, menceritakan ketika Puteri Citraresmi sedang digambar oleh Sungging Prabangkara yaitu ahli gambar yang dikirim dari Majapahit.

4. Karya ke empat

a. Judul : Sunda Galuh Di Negeri Wilwatikta b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas dua akrilik d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan tiga layer dengan background, menceritakan ketika Puteri Citraresmi dibawa di atas tandu, oleh prajurit dan rombongan Maharaja Prabu Linggabuana ketika sampai di wilayah kerajaan Majapahit (Wilwatikta).

5. Karya ke lima

a. Judul : Lautan Darah Palagan Bubat b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas empat akrilik d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan empat layer dengan background, menceritakan ketika terjadi penyerangan Mahapatih Gajah Mada kepada Maharaja Prabu Linggabuana di Palagan Bubat, Majapahit.

6. Karya ke enam

a. Judul : Bela Pati Puteri Mahkota b. Ukuran : 110 cm x 80 cm

c. Teknik : cat minyak di atas empat akrilik d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan empat layer dengan background, menceritakan ketika Puteri Citraresmi melakukan bela pati, bersiap untuk mengarahkan kujangnya tepat ke bagian jantung Sang Puteri.

7. Karya ke tujuh

a. Judul : Di Pelaminan Impian b. Ukuran : 115 cm x 84 cm


(16)

d. Tahun : 2014

Konsep karya ini menggunakan tiga layer dengan background, menceritakan tentang penyesalan dan kesedihan Prabu Hayam Wuruk atas kematian Puteri Citraresmi, calon prameswarinya.

Penciptaan karya lukis sebagai bentuk penyampaian isi gagasan dan konsep berkarya tentu memerlukan persiapan terlebih dulu. Adapun beberapa persiapan yang berkaitan dalam proses penciptaan karya ini di antaranya:

1. Memahami kisah Puteri Citraresmi sebagai tema karya.

2. Pengumpulan alat dan bahan untuk persiapan proses berkarya sebagai berikut. a. Alat yang digunakan yaitu: pensil, penghapus, drawing pen, spidol permanen

ukuran F, kuas runcing no. 0-5, kuas datar no. 12, palet, cutter, pemotong akrilik, cotton bud, sekrup, obeng, bor listrik, dan sebagainya.

b. Bahan yang digunakan: kertas ukuran A3 dan A0, kaca bening tebal 5 mili ukuran 110 cm x 80 cm enam lembar, kaca bening tebal 6 mili ukuran 115 cm x 84 cm satu lembar, akrilik bening tebal 3 mili ukuran 110 cm x 80 cm 12 lembar, dan ukuran 115 cm x 84 cm satu lembar, akrilik bening tebal 4 mili ukuran 110 cm x 80 cm sembilan lembar, dan ukuran 115 cm x 84 cm satu lembar, multiplek tebal 6 mili ukuran 110 cm x 80 cm enam lembar, dan ukuran 115 cm x 84 cm satu lembar, cat kayu dengan berbagai warna, cat vitrail dengan berbagai warna, tiner, lakban kertas, tisu, pigura untuk kemasan karya, dan base buat tempat display karya.

3. Membuat sketsa gambar pada kertas A3

4. Hasil sketsa gambar kertas A3 discan lalu diprint pada kertas ukuran A0 5. Memindahkan sketsa gambar dari kertas A0 ke medium akrilik

6. Mewarnai bagian objek utama lukisan pada medium akrilik 7. Mewarnai bagian ornamen hias lukisan pada medium akrilik

8. Pemberian outline cat vitrail pada bagian objek utama dan ornamen 9. Mewarnai background lukisan pada medium multipleks

10.Pemasangan karya dari setiap layer/lukisan pada pigura 11.Pemasangan karya ke base untuk display karya


(17)

9

H. Sistematika Penulisan 1. Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, definisi operasional, metode penciptaan, proses penciptaan, sistematika penulisan.

2. Bab II Landasan Penciptaan

a. Kajian Pustaka (Teoritik), menjelaskan pengertian seni lukis kaca, sejarah seni lukis kaca, jenis dan teknik seni lukis kaca, tokoh dan karya seniman lukis kaca, unsur dasar seni rupa.

b. Citraresmi Dalam Penciptaan Karya Lukis, menjelaskan tentang pencarian informasi mengenai kisah Puteri Citraresmi yang penulis dapatkan dari sumber sejarah Jawa Barat, Kidung Sunda, dan observasi di Astana Gede Kawali, Ciamis. Juga berkaitan dengan pengalaman kekaryaan penulis, yang sangat menunjang dalam menentukan konsep, teknik, medium, alat, dan bahan yang digunakan pada penciptaan visual karya lukis.

3. Bab III Metode Penciptaan

Menjelaskan tentang metode dan langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penciptaan karya lukis yaitu.

a. Metode dalam berkarya: ide berkarya, kontemplasi, stimulus, proses berkarya, dan bagan proses berkarya.

b. Langkah-langkah dalam membuat karya: persiapan alat dan bahan, proses pembuatan sketsa gambar di kertas A3 kemudian discan dan diprint pada kertas A0, pemindahan sketsa gambar dari kertas A0 ke medium akrilik, proses pewarnaan gradasi dengan cat kayu teknik sapuan kuas pada medium akrilik, proses pewarnaan transparan dengan cat vitrail teknik tetes menggunakan cotton bud pada medium akrilik, pemberian hiasan outline timbul dari pasta cat vitrail pada medium akrilik, proses pewarnaan cat semprot pada multipleks/background lukisan, pemasangan karya teknik layer ke pigura, dan persiapan base untuk tempat display karya.

4. Bab IV Konsep dan Analisis Karya

Menjelaskan konsep berkarya, yang berkaitan dengan tema kisah perjalanan Puteri Citraresmi dari Sunda Galuh hingga pada peristiwa bela pati di Palagan


(18)

Bubat Majapahit, yang dibuat pada karya ke satu sampai karya ke tujuh. Menjelaskan analisis visual karya, dari karya ke satu sampai karya ke tujuh, pada bagian teknik layer, teknik pewarnaan, bagian bentuk posisi, bentuk stilasi, warna, tekstur, dan estetis.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Merupakan bagian akhir yang berisi simpulan hasil penciptaan karya, saran serta rekomendasi yang berkenaan dengan karya seni lukis yang diciptakan.


(19)

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Ide Berkarya

Penemuan ide berkarya diawali ketika penulis teringat sewaktu masih kecil yang pernah diceritakan oleh ibu, tentang kisah sosok Puteri yang cantik dari negeri Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Dikisahkan Puteri Citraresmi berangkat bersama rombongan Maharaja Sunda untuk menepati janji acara pernikahannya di Majapahit. Kemudian semua rombongan Sang Puteri gugur diserang pasukan Mahapatih Majapahit, karena tidak menginginkan pernikahan resmi antara Puteri Sunda dengan Rajanya, atas dasar politik dan sumpahnya. Kisah ini membawa dimensi yang berbeda bagi penulis, apalagi sosok Puteri Sunda yang berparas cantik dan berbudi luhur harus berakhir dengan kepedihan. Oleh karena itu, kisah tersebut sangat menarik untuk diangkat sebagai ide berkarya dalam penciptaan karya seni lukis dengan teknik layer pada medium akrilik.

B. Kontemplasi

Kontemplasi merupakan tahap perenungan, dimana penulis memusatkan pikiran dan hatinya untuk mengembangkan gagasannya, tentang tema sosok Puteri Citraresmi yang akan dibuat pada penciptaan karya seni lukis, berdasarkan teknik, medium, serta alat dan bahan yang digunakan. Tahap kontemplasi ini dilakukan secara terus menerus, hingga mencapai hasil karya yang diinginkan, baik dalam menentukan proporsi bentuk visual objek utama, ornamen hias lukisan, komposisi warna, juga dalam menentukan jarak tiap layernya, yang berkaitan dengan konsep penciptaan karya ini.

C. Stimulus

Stimulus merupakan dorongan atau rangsangan penulis yang timbul lewat perasaan dan kegemaran dalam melukis, baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang bisa membantu terwujudnya gagasan menjadi sebuah karya seni. Kemudian akan timbul rasa keingintahuan yang begitu besar terhadap inovasi


(20)

gagasan penulis dalam menciptakan suatu karya lewat pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga dapat terciptanya suatu karya yang ekspresif, imajinatif, dan kreatif. Di samping itu, sosok Puteri Citraresmi ini divisualisasikan seorang wanita yang sangat cantik, berbudi pekerti yang baik, sehingga menjadi daya tarik penulis untuk menjadikan motivasi dalam merancang suatu karya seni, dengan menciptakan unsur visual yang estetis, berdasarkan konsep, dan tema karya.

D. Proses Berkarya

Berkarya merupakan bentuk ekspresi diri melalui ide dengan cara mengolah serta menuangkan konsepnya ke dalam medium, alat, bahan, dan teknik yang sudah ditentukan. Juga berkaitan dengan kajian pustaka dan pengalaman penulis di dalam kekaryaan, yang menjadi bagian terpenting di dalam proses berkarya, terutama pada bagian penempatan unsur-unsur seni rupanya. Adapun persiapan sebelum memulai proses berkarya, seperti mengumpulkan alat dan bahan, membuat jadwal untuk target dalam penyelesaian karya, dan baru memulai proses berkarya.

Proses berkarya dilakukan dengan cara bertahap, seperti dalam persiapan sketsa pada medium akrilik untuk layer ke satu hingga pada proses pewarnaan. Penulis tidak bisa sekaligus membuat sketsa untuk layer ke dua, karena layer ke satu merupakan bagian visual yang paling depan, sehingga harus bisa mengatur bentuk proporsi objek gambarnya, juga dalam menentukan komposisi warnanya, supaya bisa mengimbangi pada visual layer berikutnya. Semua bentuk visual karya yang akan dibuat tidak terlepas dari unsur dasar seni rupa, seperti unsur garis, bidang, ruang, tekstur, warna, estetis, dan unsur lainnya yang mendukung dalam proses penciptaan karya lukis ini.


(21)

39

E. Bagan Proses Berkarya

Bagan 3.1 Proses Berkarya

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2014)

Pada penciptaan karya seni tentunya hal yang pertama kali dilakukan adalah memikirkan bagaimana karya tersebut bisa direalisasikan dengan kemampuan untuk menciptakan karya yang baru, dan berbeda dengan karya yang

Pra Ide

Ide (gagasan): Sosok Citraresmi sebagai tema penciptaan karya, karena mempunyai

pesan tentang menjaga kehormatan, membela harga diri, dan keteguhan menjaga martabat tumpah darahnya.

Internal: Memori, kenangan,

pengalaman, dan wawasan sejarah kisah

Citraresmi sebagai tema penciptaan kaya. Eksternal:

Melihat dan mengamati pendidikan, sosial,

seni, budaya, dan sejarah.

Kontemplasi (Perenungan)

Observasi: Penggagasan tema, judul

karya, teknik, medium, alat, dan bahan. Kajian Pustaka:

Buku Sejarah Jawa Barat, Kidung Sunda I dan II,

Novel Citraresmi, dan Media Internet.

Stimulasi

(Perangsang) Melihat ke

lingkungan sekitar. Studi awal:

Sketsa karya tentang kisah Citraresmi yang

dibuat tujuh karya.

Berkarya seni lukis menggunakan medium

akrilik dengan teknik layer.

Pemahaman teori seni lukis kaca, jenis dan teknik seni lukis kaca, sejarah seni

lukis kaca, dan seniman lukis kaca. Penelitian:

Teknik, medium, alat, bahan,

eksplorasi.

Hasil karya seni lukis medium akrilik.

Penyajian tujuh karya yang didisplay untuk ujian sidang.


(22)

sudah ada sebelumnya. Kemudian terciptalah suatu ide atau gagasan yang berasal dari dalam diri pencipta atau bisa dipengaruhi oleh lingkungan alam sekitarnya. Gagasan yang diaplikasikan melalui karya seni yang dibuatnya, merupakan suatu tujuan demi kepentingan atau kesenangan bagi diri pencipta, maupun sebagai pesan untuk disampaikan kepada orang lain.

Melalui bagan di atas, merupakan bentuk penggambaran proses dalam pembuatan karya seni, dari mulai sebelum menemukan gagasan, kemudian berkembang melalui proses eksternal dan proses internal sehingga memunculkan bentuk ide atau gagasan. Proses eksternal muncul ketika penulis menemukan hal-hal yang baru, atau bentuk penemuan suatu ide yang berasal dari melihat, mengamati, proses pendidikan, hubungan sosial, seni, budaya, sejarah, dan suatu hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Proses internal muncul dari dalam diri, yang merupakan sebuah bentuk perasaan, memori, kenangan, dan potensi diri yang dikembangkan ke dalam bentuk ekspresi, sehingga mampu untuk menemukan gagasan dalam menciptakan karya seni.

Gagasan tersebut kemudian diarahkan pada bentuk perenungan atau kontemplasi, untuk memikirkan langkah berikutnya dalam memasuki tahap stimulasi atau rangsangan. Tahap kontemplasi dipengaruhi oleh faktor kajian pustaka atau landasan berdasarkan teori, pengetahuan, sumber-sumber tertulis, dan juga faktor yang berkaitan dengan hasil observasi dan dari pengalaman penulis. Seperti ketika penulis mencari informasi mengenai kisah sosok Puteri Citraresmi di sebuah situs sejarah di Astana Gede Kawali, Ciamis, dan beberapa sumber lainnya dari media cetak, media internet, juga dari beberapa pendapat ahli sejarah (sejarahwan) dan pengalaman kekaryaan penulis yang pernah mengikuti pameran di beberapa Galeri dan Perguruan Tinggi Jurusan Pendidikan Seni Rupa. Setelah memikirkan dan merenungkan bagaimana mencapai sebuah gagasan dengan menentukan teknik, serta alat dan bahan, tahap berikutnya yaitu stimulasi atau rangsangan. Tahap stimulasi akan menguatkan ide serta konsep yang akan mempengaruhi dalam proses penciptaan karya nanti. Ada beberapa proses dalam stimulasi di antaranya:

1. Mempelajari teknik layer yang akan diaplikasikan pada karya lukis yang menggunakan medium akrilik.


(23)

41

2. Memahami sifat dan karakter cat yang digunakan dalam pewarnaan, baik cat yang karakternya opak (cat kayu) maupun cat yang karakternya transparan (cat vitrail), juga dari segi kelebihan dan kekurangannya.

3. Mengetahui karakter medium akrilik baik dari kelebihan dan kekurangannya. 4. Mengumpulkan alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan berkarya. Setelah pemahaman dalam stimulasi, kemudian langsung pada proses berkarya, dengan mempersiapkan alat dan bahan, sketsa dan proses pembuatan karya sesuai dengan teknik dan cara pembuatan, hingga pada hasil akhir karya dan persiapan display untuk ujian sidang.

F. Persiapan Alat dan Bahan

Untuk tahap proses pembuatan karya, kita siapkan terlebih dulu mengenai alat dan bahan yang akan digunakan di antaranya:

1. Alat

a. Pensil, penghapus, drawing pen, untuk tahap pembuatan sketsa awal di kertas ukuran A3.

Foto 3.1

Pensil, penghapus, drawing pen

(Dokumentasi Penulis, 2014)

b. Spidol permanen ukuran F, cotton bud, tisu, untuk tahap pembuatan sketsa dari kertas A0 ke medium akrilik.


(24)

Foto 3.2

Spidol permanen ukuran F, cotton bud, tisu (Dokumentasi Penulis, 2014)

c. Kuas halus runcing ukuran no. 1-3 untuk proses pewarnaan pada medium akrilik dengan cat kayu, kuas kasar datar untuk pewarnaan dasar pada multipleks/background lukisan, dan cotton bud untuk pewarnaan cat vitrail.

Foto 3.3

Kuas kasar datar, kuas halus runcing, cotton bud

(Dokumentasi Penulis, 2014)

d. Palet sebagai tempat untuk mencampur cat kayu (karakter warna opak).

Foto 3.4 Palet


(25)

43

e. Alat pemotong akrilik, cutter, tang, untuk mengantisipasi ketika ukuran akrilik tidak pas dengan pigura.

Foto 3.5

Pemotong akrilik, cutter, tang (Dokumentasi Penulis, 2014)

f. Obeng untuk mengunci sekrup ketika pemasangan layer/lukisan pada pigura.

Foto 3.6 Obeng

(Dokumentasi Penulis, 2014)

g. Meja untuk tempat berkarya.

Foto 3.7 Meja berkarya


(26)

(Dokumentasi Penulis, 2014) 2. Bahan

a. Kertas ukuran A3, dan A0, untuk tahap pembuatan sketsa awal.

Foto 3.8

Kertas ukuran A3, dan A0 (Dokumentasi Penulis, 2014)

b. Kaca bening tebal 5 mili, ukuran 110 cm x 80 cm, untuk melapisi bagian depan akrilik atau layer pertama supaya tidak mudah terkena gores dan lecet.

Foto 3.9 Kaca bening (Dokumentasi Penulis, 2014)


(27)

45

c. Akrilik bening tebal 3 mili dan 4 mili, ukuran 110 cm x 80 cm, merupakan medium utama yang akan dibuat karya lukis. Akrilik tebal 3 mili untuk bagian layer ke satu atau paling depan, dan akrilik tebal 4 mili untuk bagian layer ke dua dan layer ke tiga.

Foto 3.10 Akrilik bening (Dokumentasi Penulis, 2014)

d. Multipleks tebal 6 mili, ukuran 110 cm x 80 cm, untuk bagian background lukisan.

Foto 3.11 Multipleks


(28)

(Dokumentasi Penulis, 2014)

e. Pigura dengan ukuran lebar ke belakang 17 cm, tebal kayu pigura 4 cm, ukuran 110 cm x 80 cm. Pigura merupakan tempat untuk kemasan hasil akhir karya, juga untuk pemasangan karya lukisan dengan teknik layer.

Foto 3.12 Pigura

(Dokumentasi Penulis, 2014)

f. Cat kayu (karakter warna opak), warna merah, biru, biru muda, hijau, kuning, hitam, putih, cokelat, yang digunakan untuk proses pewarnaan, dari mulai objek utama hingga pada ornamen hias lukisan.


(29)

47

Cat kayu

(Dokumentasi Penulis, 2014)

g. Cat vitrail (karakter warna transparan) dengan pastanya untuk membuat sketsa/outline gambar, sebelum diwarna dengan cat vitrail. Warna cat vitrail yang digunakan adalah warna merah, oranye, kuning, hijau tua, hijau muda, biru tua, biru muda, dan warna bening.

Foto 3.14 Cat vitrail

(Dokumentasi Penulis, 2014)

h. Serbuk mas untuk pewarnaan pada bagian properti hias seperti mahkota, sumpingan, anting, kalung, gelang, senjata, perisai Raja atau Patih, dan juga pada bagian penghias lainnya. Serbuk mas akan dicampur dengan warna kuning dari cat kayu, supaya menyatu warnanya.


(30)

Serbuk mas

(Dokumentasi Penulis, 2014)

i. Cat semprot warna merah, oranye, kuning, biru, hijau, emas, hitam, putih, untuk proses pewarnaan pada background lukisan.

Foto 3.16 Cat semprot

(Dokumentasi Penulis, 2014)

j. Tiner atau pengencer buat cat kayu (karakter warna opak).

Foto 3.17 Tiner


(31)

49

G. Proses Pembuatan Karya

1. Membuat sketsa awal pada kertas ukuran A3 dengan pensil, kemudian sketsa didrawing pen supaya outline kelihatan jelas ketika discan.

Gambar 3.1 Sketsa awal di kertas A3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

2. Sketsa kertas ukuran A3 discan, kemudian diprint pada kertas ukuran A0 atau sesuai ukuran karya yaitu 110 cm x 80 cm, kemudian dirapihkan lagi pada bagian outline atau proporsinya.


(32)

Gambar 3.2 Sketsa kertas ukuran A0 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Memindahkan sketsa dari kertas A0 ke medium akrilik. Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan di antaranya:

a. Membuka akrilik,

b. Menyiapkan meja berkarya,

c. Sketsa A0 diletakkan di atas meja berkarya, d. Akrilik ditaruh di atas sketsa A0 tersebut,

e. Lalu sketsa yang di kertas A0 ditiru dengan cara dijiplak, untuk digambar ulang pada medium akrilik. Pertama kali yang harus dibuat adalah untuk bagian lukisan layer ke satu. Pada layer ke satu yang dilukis adalah bagian ornamennya saja, sebagai penghias lukisan bagian layer depan. Adapun prosesnya sebagai berikut.

Foto 3.18

Membuat sketsa lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

Proses pengerjaan sketsa pada medium akrilik yaitu menggunakan spidol permanen ukuran F warna hitam. Pengerjaanpun secara pelan-pelan, supaya


(33)

51

garis tidak terputus-putus, dan hasilnya bisa rapih, sesuai dengan sketsa di kertas. Apabila ada kesalahan dalam membuat outlinenya, bisa dihapus dengan menggunakan tisu yang diberi sedikit tiner, karena spidol permanen bisa hilang kalau dihapus dengan tiner.

f. Hasil sketsa lukisan layer ke satu.

Gambar 3.3 Hasil sketsa lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

4. Selanjutnya proses pemberian warna pada sketsa lukisan layer ke satu, adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Pewarnaan pertama yaitu menggunakan cat kayu (karakter warna opak) dengan kuas runcing no. 1-3.

b. Proses pewarnaan menggunakan teknik sapuan kuas, dengan pewarnaan gradasi dari gelap ke terang ataupun sebaliknya dari terang ke gelap.

c. Tekniknya dengan satu kali sapuan kuas, misalnya dimulai dari warna yang terang dulu, kemudian ditambahkan dengan warna yang gelap, lalu dikuaskan lagi hingga beberapa tingkatan warna dari terang menuju gelap.

d. Setiap tingkatan warna dalam teknik gradasi, penulis menggunakan lima sampai sembilan tingkatan, tergantung objek gambarnya. Setiap satu kali sapuan warna, tunggu beberapa menit supaya agak kering, agar tidak tercampur dengan warna berikutnya.


(34)

e. Usahakan dalam pewarnaan teknik gradasi harus hati-hati, dan butuh ketelitian, karena kita melukis dari arah belakangnya, dan hasil akhir akan dilihat pada bagian depan, sehingga tampak kelihatan jika warna tidak pas dan tidak rapih. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.

Foto 3.19

Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

5. Pewarnaan ke dua menggunakan cat vitrail pada lukisan layer ke satu, yaitu hanya pada bagian ornamen tertentu saja yang perlu diwarna dengan cat vitrail ini. Adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Membuat outlinenya terlebih dulu, dengan menggunakan pasta dari cat vitrailnya, tunggu beberapa menit sampai outlinenya kering.

b. Selanjutnya proses pewarnaan cat vitrail, dengan cara ditetes pada bagian gambar yang sudah diberi outline, menggunakan cotton bud sampai rata warnanya, dan tunggu sampai kering.

c. Pada bagian depan akrilik akan ada pemberian outline timbul dengan pasta cat vitrail, yang dilakukan pada bagian ornamen tertentu saja, sebagai penghias. d. Proses pewarnaan cat vitrail ini sama dengan pewarnaan cat kayu, yaitu pada

bagian belakang akrilik, hasilnya akan dilihat pada bagian depannya. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.


(35)

53

Foto 3.20

Pewarnaan cat vitrail pada lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

e. Hasil akhir lukisan layer ke satu, tampak dari bagian belakang.

Gambar 3.4 Hasil akhir lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014) a. Membuat outline

dengan pasta cat vitrail.

b. Proses pemberian warna cat vitrail.

c. Pemberian outline dengan pasta cat

vitrail pada bagian depan akrilik.


(36)

6. Pemasangan lukisan layer ke satu pada kaca bening, untuk melapisi bagian depan akrilik agar tidak mudah tergores, dan ini hanya dilakukan pada setiap layer ke satu saja. Pemasangan dilakukan dengan cara di antaranya:

a. Menyiapkan kaca bening dengan posisi ditidurkan pada meja karya.

b. Kaca kemudian dibersihkan terlebih dulu untuk menghilangkan debu, supaya kelihatan bening.

c. Lukisan layer ke satu juga sama harus dibersihkan terlebih dulu, secara hati-hati agar akrilik tidak lecet, dan harus menggunakan kain katun.

d. Selanjutnya tahap pemasangan, yaitu lukisan layer ke satu ditempel pada kaca bening dengan posisi ditidurkan di meja berkarya, untuk penguncinya cukup menggunakan lakban kertas pada bagian sisi-sisinya saja. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.

Foto 3.21

Pemasangan lukisan layer 1 pada kaca bening (Dokumentasi Penulis, 2014)

7. Membuat lukisan layer ke dua, yaitu memvisualisasikan sosok Puteri Citraresmi. Adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:


(37)

55

a. Menyiapkan sketsa gambar yang di kertas A0.

b. Menyiapkan akrilik ukuran 110 cm x 80 cm, tebal 4 mili, akrilik dibuka penutupnya, kemudian diletakkan di atas meja berkarya, dengan posisi akrilik di atas sketsa gambarnya.

c. Tahap pemindahan sketsa gambar dari kertas A0 ke medium akrilik, dengan cara dijiplak, seperti proses pengerjaan pada layer ke satu. Adapun langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut.

Foto 3.22

Membuat sketsa lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)


(38)

d. Hasil sketsa lukisan layer ke dua.

Gambar 3.5 Hasil sketsa lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

8. Selanjutnya proses pemberian warna pada sketsa lukisan layer ke dua, adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Pewarnaan pertama menggunakan cat kayu (karakter warna opak) dengan kuas runcing no. 1-3.

b. Proses pewarnaan menggunakan teknik sapuan kuas dengan warna gradasi, baik dari gelap ke terang, ataupun sebaliknya dari terang ke gelap, pada bagian ornamen hias ataupun objek utama sosok Citraresmi.

c. Tekniknya dengan satu kali sapuan kuas, misalnya dimulai dari warna yang terang dulu, kemudian ditambahkan dengan warna yang gelap, lalu dikuaskan lagi hingga beberapa tingkatan warna dari terang menuju gelap.

d. Untuk tingkatan warna gradasi, penulis menggunakan lima sampai sembilan tingkatan, tergantung objek gambarnya. Setiap satu kali sapuan warna tunggu beberapa menit supaya agak kering, agar tidak tercampur dengan warna berikutnya. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.


(39)

57

Foto 3.23

Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

9. Pewarnaan cat vitrail pada lukisan layer ke dua, yaitu hanya pada bagian ornamen tertentu saja yang perlu diwarna dengan cat vitrail. Adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Membuat outlinenya terlebih dulu menggunakan pasta cat vitrail. Tunggu beberapa menit sampai outlinenya terasa kering.

b. Selanjutnya proses pewarnaan cat vitrail menggunakan cotton bud dengan cara diteteskan pada bagian gambar yang sudah diberi outline, kemudian diratakan sampai rata warnanya, dan tunggu sampai kering catnya.


(40)

c. Pada bagian depan akrilik akan ada pemberian outline dengan pasta cat vitrail, yang dilakukan pada bagian gambar Puteri Citraresmi dan bagian ornamen, untuk dihias. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.

Foto 3.24

Pewarnaan cat vitrail pada lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

d. Hasil akhir lukisan layer ke dua, dilihat dari bagian belakang dan bagian depan medium akrilik.


(41)

59

Gambar 3.6 Hasil akhir lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

10.Membuat lukisan layer ke tiga, yaitu memvisualisasikan bentuk ornamen untuk penghias bagian belakang lukisan layer ke dua. Adapun beberapa tahapan dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Menyiapkan sketsa gambar yang di kertas A0.

b. Menyiapkan akrilik ukuran 110 cm x 80 cm, tebal 4 mili, akrilik dibuka penutupnya, kemudian diletakkan di atas meja berkarya, dengan posisi akrilik di atas sketsa gambarnya.

c. Tahap pemindahan sketsa gambar dari kertas A0 ke medium akrilik, dengan cara dijiplak, seperti proses pengerjaan layer ke satu dan layer ke dua. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.


(42)

Foto 3.25

Membuat sketsa lukisan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)


(43)

61

d. Hasil sketsa lukisan layer ke tiga.

Gambar 3.7 Hasil sketsa lukisan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

11.Selanjutnya proses pemberian warna pada sketsa lukisan layer ke tiga, adapun beberapa langkah dalam pengerjaannya di antaranya:

a. Pewarnaan cat kayu (karakter warna opak) menggunakan kuas runcing no. 3. b. Proses pewarnaan menggunakan teknik sapuan kuas, dengan warna gradasi,

baik dari gelap ke terang, ataupun sebaliknya dari terang ke gelap, pada bagian ornamennya.

c. Tekniknya dengan satu kali sapuan kuas, misalnya dimulai dari warna yang terang dulu, kemudian ditambahkan dengan warna yang gelap, lalu dikuaskan lagi hingga beberapa tingkatan warna dari terang menuju gelap.

d. Setiap tingkatan warna dalam gradasi, penulis menggunakan lima sampai sembilan tingkatan, tergantung objek gambarnya. Setiap satu kali sapuan warna, tunggu beberapa menit supaya agak kering, agar tidak tercampur dengan warna berikutnya.

e. Usahakan dalam pewarnaan gradasi harus hati-hati, dan butuh ketelitian, karena kita melukis dari arah belakangnya, dan hasil akhir akan dilihat pada bagian depan akrilik, sehingga tampak kelihatan jika dalam campuran warna tidak pas dan tidak rapih. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.


(44)

Foto 3.26

Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

Untuk lukisan layer ke tiga lebih banyak menggunakan pewarnaan cat kayu, karena lukisan layer ke tiga hanya sebagai penghias bagian depan lukisan layer ke empat atau background yang menggunakan multipleks, jadi tidak memakai pewarna cat vitrail, dan tidak perlu ada outline cat vitrail dari sisi bagian depannya.


(45)

63

12.Hasil akhir lukisan layer ke tiga, tampak dari bagian belakang.

Gambar 3.8 Hasil akhir lukisan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

13.Membuat lukisan layer ke empat atau background lukisan. Pada lukisan layer ke empat, penulis menggunakan bahan multipleks tebal 6 mili ukuran 110 cm x 80 cm atau sama seperti ukuran akrilik. Lukisan layer ke empat merupakan bagian terakhir di dalam teknik layer, dan sekaligus sebagai penutup bagian belakang karya, yang nanti dimasukkan pada pigura. Adapun beberapa persiapan dalam membuat background lukisan di antaranya:

a. Multipleks diberi cat dasar dulu menggunakan cat tembok warna putih, untuk melapisi dan menutup bagian serat dan pori-pori kayunya.

b. Selanjutnya proses pewarnaan menggunakan cat semprot. Adapun warna yang digunakan adalah warna biru, hijau, kuning, putih, dan emas. Proses pewarnaannya secara bertahap, dari warna yang cerah dulu, kemudian pada pilihan kombinasi warna berikutnya.

c. Selama proses pewarnaan, penulis harus menggunakan masker, untuk melindungi saluran pernapasan, karena cat semprot mengandung bahan kimia, yang tidak aman jika terhirup. Adapun proses pengerjaannya sebagai berikut.


(46)

Foto 3.27

Pewarnaan cat semprot pada lukisan layer 4 (Dokumentasi Penulis, 2014) a. Memberi cat dasar pada multipleks

b. Multipleks setelah diberi cat dasar


(47)

65

14.Hasil akhir lukisan layer ke empat atau background lukisan.

Gambar 3.9 Hasil akhir lukisan layer 4 (Dokumentasi Penulis, 2014)

15.Pemasangan lukisan layer ke satu, layer ke dua, layer ke tiga, dan layer ke empat pada pigura. Adapun beberapa persiapan dan proses pemasangannya di antaranya:

a. Mempersiapkan pigura, dan ram atau bagian pembatas sekaligus pengunci tiap layer. Pigura dan ram pembatas merupakan satu paket untuk pengemasan lukisan dengan teknik layer, yang dibuat dari bahan kayu dengan pewarna plistur jati.

b. Menyiapkan obeng, untuk mengunci bagian ram pembatas tiap layer, dan penutup bagian belakang karya atau background, yang semuanya menggunakan sistem pengunci dengan sekrup.

c. Setiap bagian ram pengunci layer dibor dulu, untuk memudahkan dalam memasukkan sekrupnya. Jumlah ram pembatas layer ada empat, yaitu buat pengunci layer ke satu, layer ke dua, layer ke tiga, dan layer ke empat.

d. Langkah awal adalah memasukkan layer ke satu pada pigura, kemudian dikunci dengan ram ke satu, lalu disekrup supaya paten. Setiap lukisan layer ke satu sampai layer ke empat dibersihkan dulu dengan kain katun, untuk


(48)

menghindari adanya debu atau kotoran yang menempel, walaupun sedikit bisa mengganggu kualitas kebeningan medium akrilik.

e. Langkah ke dua adalah memasukkan layer ke dua pada pigura, kemudian dikunci dengan ram ke dua, lalu disekrup supaya paten.

f. Langkah ke tiga adalah memasukkan layer ke tiga pada pigura, kemudian dikunci dengan ram ke tiga, lalu disekrup supaya paten.

g. Langkah ke empat adalah memasukkan layer ke empat pada pigura, kemudian dikunci dengan ram ke empat sekaligus penutup bagian belakang pigura, lalu disekrup supaya paten. Adapun langkah-langkah persiapan dan proses pengerjaannya sebagai berikut.

Foto 3.28

Pigura dan ram pengunci tiap layer


(49)

67

Foto 3.29

Ram pengunci tiap layer dibor (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 3.10

Pemasangan lukisan layer 1 pada pigura (Dokumentasi Penulis, 2014)


(50)

Gambar 3.11

Pemasangan lukisan layer 2 pada pigura (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 3.12

Pemasangan lukisan layer 3 pada pigura (Dokumentasi Penulis, 2014)


(51)

69

Gambar 3.13

Pemasangan lukisan layer 4 pada pigura (Dokumentasi Penulis, 2014

Hasil akhir lukisan ini merupakan urutan karya ke dua, berdasarkan konsep ceritanya dari tujuh lukisan yang dibuat. Hasil karya lukis ini juga dijadikan sebagai bentuk sampel cara pembuatan karya seni lukis dengan teknik layer pada medium akrilik, yang mewaliki dari karya ke satu sampai karya ke tujuh. Adapun hasil akhir karya lukis ke dua pada gambar berikut.

Gambar 3.14

Hasil akhir karya lukis ke dua (Dokumentasi Penulis, 2014)


(52)

16.Proses pembuatan karya ke satu. a. Membuat lukisan layer ke satu.


(53)

71

Gambar 3.15 Karya ke satu lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014) b. Membuat lukisan layer ke dua.

Gambar 3.16


(54)

Karya ke satu lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014) c. Membuat lukisan layer ke tiga.

Gambar 3.17 Karya ke satu lukisan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

1. Membuat sketsa layer 3 pada akrilik

2. Pewarnaan cat kayu tahap 1

3. Pewarnaan cat kayu tahap 2

Keterangan:

Lukisan layer ke tiga hanya


(55)

73

d. Pemasangan lukisan ke pigura dan hasil akhir karya ke satu.

Gambar 3.18 Hasil akhir karya ke satu (Dokumentasi Penulis, 2014)

4. Pemasangan layer 4 atau background lukisan ke pigura


(56)

17.Proses pembuatan karya ke tiga.

a. Membuat lukisan layer ke satu, layer ke dua, dan hasil akhir karya ke tiga.

Gambar 3.19

Karya ke tiga lukisan layer 1 dan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu layer 1


(57)

75

18.Proses pembuatan karya ke empat. a. Membuat lukisan layer ke satu.

Gambar 3.20

Karya ke empat lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu layer 1

4. Pewarnaan cat kayu layer 1 6. Hasil akhir lukisan layer 1


(58)

b. Membuat lukisan layer ke dua dan hasil akhir karya ke empat.

Gambar 3.21

Karya ke empat lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

2. Pewarnaan cat kayu dan dilanjutkan pewarnaan cat vitrail pada layer 2

3. Hasil pewarnaan cat kayu dan cat vitrail layer 2


(59)

77

19.Proses pembuatan karya ke lima. a. Membuat lukisan layer ke satu.

Gambar 3.22

Karya ke lima lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 1


(60)

b. Membuat lukisan layer ke dua.

Gambar 3.23

Karya ke lima lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 2


(61)

79

c. Membuat lukisan layer ke tiga dan layer ke empat.

Gambar 3.24

Karya ke lima lukisan layer 3 dan layer 4 (Dokumentasi Penulis, 2014)

2. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 3


(62)

d. Pemasangan lukisan ke pigura dan hasil akhir karya ke lima.

Gambar 3.25 Hasil akhir karya ke lima (Dokumentasi Penulis, 2014)

4. Pemasangan layer 4 atau background lukisan ke pigura


(63)

81

20.Proses pembuatan karya ke enam. a. Membuat lukisan layer ke satu.

Gambar 3.26

Karya ke enam lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)

2. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 1


(64)

b. Membuat lukisan layer ke dua.

Gambar 3.27

Karya ke enam lukisan layer 2 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 2


(65)

83

c. Membuat lukisan layer ke tiga dan layer ke empat.

Gambar 3.28

Karya ke enam lukisan layer 3 dan layer 4 (Dokumentasi Penulis, 2014)

2. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 3

2. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 4


(66)

d. Pemasangan lukisan ke pigura dan hasil akhir karya ke enam.

Gambar 3.29 Hasil akhir karya ke enam (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pemasangan layer 4 atau background lukisan ke pigura

4. Layer 4 atau background lukisan sekaligus sebagai penutup belakang pigura 4. Pemasangan layer 1, layer 2, layer 3


(67)

85

21.Proses pembuatan karya ke tujuh. a. Membuat lukisan layer ke satu.

Gambar 3.30

Karya ke tujuh lukisan layer 1 (Dokumentasi Penulis, 2014)


(68)

b. Membuat lukisan layer ke dua, layer ke tiga dan hasil akhir karya ke tujuh.

Gambar 3.31

Karya ke tujuh lukisan layer 2 dan layer 3 (Dokumentasi Penulis, 2014)

3. Pewarnaan cat kayu pada lukisan layer 2

6. Pemasangan layer 3 atau background lukisan ke pigura


(69)

87

22.Proses pembuatan base untuk display karya.

Gambar 3.32 Proses pembuatan base


(70)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tema penciptaan karya ini merupakan hasil dari perenungan penulis yang mengangkat kisah sosok Puteri Citraresmi. Kisah Puteri Citraresmi adalah bentuk gambaran tentang mempertahankan sebuah kehormatan, membela harga diri, kesetiaan, kepahlawanan, dan merupakan bagian dari sebuah kisah yang mempunyai hubungan sebab akibat dan hikmah yang dapat dipetik. Meskinya di dalam perluasan sebuah negara, Sang pemimpin tidak harus menaklukkan dan menguasai negeri lain, justru seharusnya bisa saling membantu dan bekerja sama, bukan untuk mendatangkan pertikaian, karena nantinya bisa membawa nama buruk sebuah negeri itu sendiri, bahkan akan hilangnya rasa persaudaraan.

Penciptaan karya ini merupakan hasil pengembangan eksplorasi penulis untuk mencoba menghasilkan karya yang baru, berdasarkan rumusan masalah yang menjelaskan bagaimana tema karya, menjelaskan bagaimana proses pembuatan karya, dan menjelaskan bagaimana analisis visual karya. Metode penciptaan ini dimulai dari ide berkarya, kemudian tahap kontemplasi yang berkaitan dengan kajian pustaka dan hasil observasi serta pengalaman yang berkaitan dengan tema dan teknik penciptaan karya ini, lalu tahap stimulasi dengan pemahaman konsep, teknik, medium, alat, dan bahan untuk persiapan proses berkarya.

Konsep berkarya yaitu memvisualisasikan sosok Puteri Citraresmi pada karya lukis medium akrilik, menggunakan teknik layer atau sistem lapis yang terdiri dari beberapa layer atau lukisan yang dikemas pada pigura, dan penggunaan dua jenis pewarna yang karakternya berbeda. Proses pembuatan karya ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: membuat sketsa awal di kertas, pemindahan sketsa ke medium akrilik, proses pewarnaan gradasi menggunakan cat kayu yang karakternya opak dengan teknik sapuan kuas pada medium akrilik, proses pewarnaan transparan menggunakan cat vitrail yang karakternya transparan dengan teknik ditetes menggunakan cotton bud pada medium akrilik, pemberian hiasan outline timbul dari pasta cat vitrail pada


(71)

151

medium akrilik, proses pembuatan background lukisan dengan pewarna cat semprot pada multipleks, proses pemasangan karya teknik layer pada pigura, dan pembuatan base untuk tempat display karya. Proses pengerjaan karya ini sangat membutuhkan keterampilan khusus, dalam melatih kesabaran, ketelitian, yang semuanya tidak bisa dikerjakan secara cepat.

Analisis visual karya ini yaitu memvisualisasikan perjalanan kisah Citraresmi dari kerajaan Sunda Galuh hingga pada peristiwa bela pati di Palagan Bubat Majapahit, pada karya lukis medium akrilik dengan teknik layer. Keindahan lukisan dengan teknik layer menghasilkan bentuk visual terlihat seperti ada jarak dari tiap layernya, sehingga ada kesan efek bayangan pada bagian belakang objek visual karyanya. Visual estetis hasil pewarnaan cat kayu (karakter warna opak) terlihat seperti kesan volume, yang menampilkan kombinasi tingkatan warna dari gelap ke terang atau dari terang ke gelap, yang menggabungkan antara warna hangat dengan warna dingin dengan teknik pewarnaan gradasi. Hasil pewarnaan cat vitrail (karakter warna transparan) ketika ada cahaya dari depan akan terlihat menyala warnanya. Hasil hiasan outline timbul dari pasta cat vitrail yang diterapkan pada bagian properti hias objek utama, seperti pada bagian mahkota, sumpingan, anting, kalung, gelang, kujang, keris, motif hias pada kemben, motif hias pada ikat pinggang, motif hias pada perisai, dan pada bagian ornamen hias lukisan, seperti motif wadasan, motif mega mendung, dan motif-motif pendukung lainnya dengan penggayaan bentuk stilasi yang dapat menambah nilai estetis juga ada kesan tekstur pada visual karya.

Karya yang baik bukan sekedar dilihat dari bentuk visualnya saja, namun karya yang baik adalah karya yang telah dikerjakan, dari mulai proses awal hingga pada hasil akhir karya. Penciptaan karya merupakan bentuk penyampaian isi mengenai gagasannya yang divisualisasikan pada bentuk karya seni. Lukisan kaca atau akrilik mempunyai filosofis seperti lakon tentang kehidupan yang diceritakan di balik layar kaca atau akrilik, dan kisah perjalanan sosok Puteri Citraresmi bukan hanya dilihat dari hasil visual karyanya saja, namun adanya bayangan dari pengaruh kebeningan akrilik merupakan bagian dari refleksi kehidupan manusia itu sendiri, dan ini merupakan salah satu keunikan medium akrilik yang digunakan pada penciptaan tugas akhir ini.


(72)

B. Saran

Berdasarkan pengalaman serta pengetahuan penulis dalam menciptakan karya ini, tentunya ada saran yang bisa penulis berikan kepada pihak terkait yaitu. 1. Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI

Bentuk kreatifitas untuk bisa menghasilkan karya seni yang baik khususnya dalam bidang seni lukis, tentunya tidak terikat pada akademik di mata kuliah saja, karena mahasiswapun bisa memperoleh dari pengalaman di luar, untuk dieksplorasi kembali, sehingga bisa menciptakan karya yang kreatif dari hasil pengalaman, serta segi inovatif yang didapat dari pembelajaran di akademik.

Pada umumnya bentuk karya-karya seni yang dihasilkan dari beberapa mahasiswa cenderung lebih mengarah ke aliran seni rupa modern, dengan hasil karya yang beraneka ragam, namun hanya menampilkan atas dasar idelismenya saja. Padahal mahasiswa bisa mengangkat budaya dan tema-tema yang ada di Indonesia, di samping bisa mengetahui akan sejarah serta antropologi seninya, juga bisa melestarikan keberadaannya.

Ketika penulis melihat karya mahasiswa yang begitu banyak, yang tentunya atas dasar konsep yang matang, dan ditunjang dari segi materil sehingga bisa menghasilkan karyanya. Seharusnya dari pihak pendidik bisa bekerja sama, yaitu adanya kemauan di dalam proses keberlanjutan mengenai hasil karya mahasiswanya, untuk bisa dipamerkan atau adanya penghargaan lain, sehingga bisa menambah kualitas kekaryaan, khususnya di Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI, agar memikirkan juga untuk tempat koleksi kekaryaan mahasiswanya, bukan hanya dikoleksi saja, melainkan dipamerkan pada Galeri miliknya.

2. Pendidikan di Sekolah

Di dalam mata pelajaran seni budaya khususnya dalam bidang seni rupa, diharapkan tenaga pendidik dapat memberikan inspirasi kepada peserta didiknya, mengenai eksplorasi media, alat, dan teknik yang digunakan dalam praktik membuat karya seni. Sebenarnya tenaga pendidikpun bisa belajar dari hasil kreatif karya seni peserta didiknya, untuk itu perlu penyesuaian kepersiapan di dalam proses mengajar, sehingga adanya keseimbangan antara peserta didik dengan tenaga pendidik untuk menghasilkan bentuk karya seni yang kreatif, inovatif, dan estetis.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adji, K.B. dan Achmad, S.W. (2014). Senjakala Majapahit Menguak Sejarah dan Kebusukan Politik Majapahit. Yogyakarta: Araska.

Ekadjati, E.S. (2014). Dari Pentas Sejarah Sunda Sangkuriang Hingga Juanda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Iskandar, E.D. (2009). Citraresmi Riwayat Menyayat Perang Bubat. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Iskandar, Y. (2001). Sejarah Jawa Barat. Bandung: CV Geger Sunten. Kartika, D.S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Rahmani, G.A. (2014). Lukisan Kaca Cermin Drupadi Dalam Pewayangan Epos Mahabharata. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Santo, T.N., Agung, R.M.P., dan Liestyati, D.C. (2012). Menjadi Seniman Rupa. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Setiawan, A. dan Syahbudin, U. (2009). Perang Bubat Sumpah Palapa Patih Gajah Mada. Bandung: CV Pustaka Setia.

Siswandi, dan Yoyok. (2006). Pendidikan Seni Budaya Kelas VII SMP. Jakarta: Yudistira.

Suryahadi, A.A. (2008). Seni Rupa untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, M. (2001). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Toekio, S. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Wahyuni, T. (2013). Eksplorasi Bentuk Kupu-kupu Sebagai Gagasan Berkarya Seni Lukis Abstrak Melalui Teknik Flicked Painting (Cipratan). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wirasutisna, H. (1980). Kidung Sunda I. Jakarta: Balai Pustaka. Wirasutisna, H. (1980). Kidung Sunda II. Jakarta: Balai Pustaka.


(74)

Yudoseputro, W. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sumber Katalog:

Moetidjo, U.T. dan Hafiz. (2007). Seni Lukis Indonesia Tidak Ada. Jakarta: Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta.

Sumber Internet:

Habibi, M. (2014). Toto Sunu Tekuni Lukisan Kaca Sejak Lama. [Online]. Tersedia di: http://www.indosiar.com/ragam/toto-sunu-tekuni-lukisan-kaca-sejak-lama_117380.html. Diakses 17 Desember 2014.

Liputan 6. (2006, 14 Agustus). Melukis Wayang di Cermin. [Forum online] Tersedia di: http://news.liputan6.com/read/127435/melukis-wayang-di-cermin. Diakses 22 Februari 2015.

Masandhy, F. (2014). Makna dan Filosofi Motif Batik Mega Mendung. [Online]. Tersedia di: http://ma3dhy.blogspot.com/2014/06/makna-dan-filosofi-motif-batik-mega.html. Diakses 22 Februari 2015.

Prasetyo, H. (2008). Membuat Kaca Patri. [Online]. Tersedia di: http://kabarinews.com/membuat-kaca-patri/32052. Diakses 22 Februari 2015.

Septi. (2014). Makna di Balik Mega Mendung. [Online]. Tersedia di: http://sanggarbatikkatura.com/makna-di-balik-mega-mendung. Diakses 22 Februari 2015.

Yulia, A. (2013). Eddy Noor Sang Pelukis Kaca. [Online]. Tersedia di: http://ajikotapurwokerto.or.id/2013/04/25/eddy-noor-sang-pelukis-kaca/. Diakses 8 Januari 2015.

Zakihasbi2 (2013). Seni Melukis di Atas Kaca. [Online]. Tersedia di:


(1)

87

22.Proses pembuatan base untuk display karya.

Gambar 3.32 Proses pembuatan base


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tema penciptaan karya ini merupakan hasil dari perenungan penulis yang mengangkat kisah sosok Puteri Citraresmi. Kisah Puteri Citraresmi adalah bentuk gambaran tentang mempertahankan sebuah kehormatan, membela harga diri, kesetiaan, kepahlawanan, dan merupakan bagian dari sebuah kisah yang mempunyai hubungan sebab akibat dan hikmah yang dapat dipetik. Meskinya di dalam perluasan sebuah negara, Sang pemimpin tidak harus menaklukkan dan menguasai negeri lain, justru seharusnya bisa saling membantu dan bekerja sama, bukan untuk mendatangkan pertikaian, karena nantinya bisa membawa nama buruk sebuah negeri itu sendiri, bahkan akan hilangnya rasa persaudaraan.

Penciptaan karya ini merupakan hasil pengembangan eksplorasi penulis untuk mencoba menghasilkan karya yang baru, berdasarkan rumusan masalah yang menjelaskan bagaimana tema karya, menjelaskan bagaimana proses pembuatan karya, dan menjelaskan bagaimana analisis visual karya. Metode penciptaan ini dimulai dari ide berkarya, kemudian tahap kontemplasi yang berkaitan dengan kajian pustaka dan hasil observasi serta pengalaman yang berkaitan dengan tema dan teknik penciptaan karya ini, lalu tahap stimulasi dengan pemahaman konsep, teknik, medium, alat, dan bahan untuk persiapan proses berkarya.

Konsep berkarya yaitu memvisualisasikan sosok Puteri Citraresmi pada karya lukis medium akrilik, menggunakan teknik layer atau sistem lapis yang terdiri dari beberapa layer atau lukisan yang dikemas pada pigura, dan penggunaan dua jenis pewarna yang karakternya berbeda. Proses pembuatan karya ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: membuat sketsa awal di kertas, pemindahan sketsa ke medium akrilik, proses pewarnaan gradasi menggunakan cat kayu yang karakternya opak dengan teknik sapuan kuas pada medium akrilik, proses pewarnaan transparan menggunakan cat vitrail yang karakternya transparan dengan teknik ditetes menggunakan cotton bud pada medium akrilik, pemberian hiasan outline timbul dari pasta cat vitrail pada


(3)

151

medium akrilik, proses pembuatan background lukisan dengan pewarna cat semprot pada multipleks, proses pemasangan karya teknik layer padapigura, dan pembuatan base untuk tempat display karya. Proses pengerjaan karya ini sangat membutuhkan keterampilan khusus, dalam melatih kesabaran, ketelitian, yang semuanya tidak bisa dikerjakan secara cepat.

Analisis visual karya ini yaitu memvisualisasikan perjalanan kisah Citraresmi dari kerajaan Sunda Galuh hingga pada peristiwa bela pati di Palagan Bubat Majapahit, pada karya lukis medium akrilik dengan teknik layer.

Keindahan lukisan dengan teknik layer menghasilkan bentuk visual terlihat seperti ada jarak dari tiap layernya, sehingga ada kesan efek bayangan pada bagian belakang objek visual karyanya. Visual estetis hasil pewarnaan cat kayu (karakter warna opak) terlihat seperti kesan volume, yang menampilkan kombinasi tingkatan warna dari gelap ke terang atau dari terang ke gelap, yang menggabungkan antara warna hangat dengan warna dingin dengan teknik pewarnaan gradasi. Hasil pewarnaan cat vitrail (karakter warna transparan) ketika ada cahaya dari depan akan terlihat menyala warnanya. Hasil hiasan outline

timbul dari pasta cat vitrail yang diterapkan pada bagian properti hias objek utama, seperti pada bagian mahkota, sumpingan, anting, kalung, gelang, kujang, keris, motif hias pada kemben, motif hias pada ikat pinggang, motif hias pada perisai, dan pada bagian ornamen hias lukisan, seperti motif wadasan, motif mega mendung, dan motif-motif pendukung lainnya dengan penggayaan bentuk stilasi

yang dapat menambah nilai estetis juga ada kesan tekstur pada visual karya. Karya yang baik bukan sekedar dilihat dari bentuk visualnya saja, namun karya yang baik adalah karya yang telah dikerjakan, dari mulai proses awal hingga pada hasil akhir karya. Penciptaan karya merupakan bentuk penyampaian isi mengenai gagasannya yang divisualisasikan pada bentuk karya seni. Lukisan kaca atau akrilik mempunyai filosofis seperti lakon tentang kehidupan yang diceritakan di balik layar kaca atau akrilik, dan kisah perjalanan sosok Puteri Citraresmi bukan hanya dilihat dari hasil visual karyanya saja, namun adanya bayangan dari pengaruh kebeningan akrilik merupakan bagian dari refleksi kehidupan manusia itu sendiri, dan ini merupakan salah satu keunikan medium akrilik yang digunakan pada penciptaan tugas akhir ini.


(4)

152

B. Saran

Berdasarkan pengalaman serta pengetahuan penulis dalam menciptakan karya ini, tentunya ada saran yang bisa penulis berikan kepada pihak terkait yaitu. 1. Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI

Bentuk kreatifitas untuk bisa menghasilkan karya seni yang baik khususnya dalam bidang seni lukis, tentunya tidak terikat pada akademik di mata kuliah saja, karena mahasiswapun bisa memperoleh dari pengalaman di luar, untuk dieksplorasi kembali, sehingga bisa menciptakan karya yang kreatif dari hasil pengalaman, serta segi inovatif yang didapat dari pembelajaran di akademik.

Pada umumnya bentuk karya-karya seni yang dihasilkan dari beberapa mahasiswa cenderung lebih mengarah ke aliran seni rupa modern, dengan hasil karya yang beraneka ragam, namun hanya menampilkan atas dasar idelismenya saja. Padahal mahasiswa bisa mengangkat budaya dan tema-tema yang ada di Indonesia, di samping bisa mengetahui akan sejarah serta antropologi seninya, juga bisa melestarikan keberadaannya.

Ketika penulis melihat karya mahasiswa yang begitu banyak, yang tentunya atas dasar konsep yang matang, dan ditunjang dari segi materil sehingga bisa menghasilkan karyanya. Seharusnya dari pihak pendidik bisa bekerja sama, yaitu adanya kemauan di dalam proses keberlanjutan mengenai hasil karya mahasiswanya, untuk bisa dipamerkan atau adanya penghargaan lain, sehingga bisa menambah kualitas kekaryaan, khususnya di Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI, agar memikirkan juga untuk tempat koleksi kekaryaan mahasiswanya, bukan hanya dikoleksi saja, melainkan dipamerkan pada Galeri miliknya.

2. Pendidikan di Sekolah

Di dalam mata pelajaran seni budaya khususnya dalam bidang seni rupa, diharapkan tenaga pendidik dapat memberikan inspirasi kepada peserta didiknya, mengenai eksplorasi media, alat, dan teknik yang digunakan dalam praktik membuat karya seni. Sebenarnya tenaga pendidikpun bisa belajar dari hasil kreatif karya seni peserta didiknya, untuk itu perlu penyesuaian kepersiapan di dalam proses mengajar, sehingga adanya keseimbangan antara peserta didik dengan tenaga pendidik untuk menghasilkan bentuk karya seni yang kreatif, inovatif, dan estetis.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adji, K.B. dan Achmad, S.W. (2014). Senjakala Majapahit Menguak Sejarah dan Kebusukan Politik Majapahit. Yogyakarta: Araska.

Ekadjati, E.S. (2014). Dari Pentas Sejarah Sunda Sangkuriang Hingga Juanda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Iskandar, E.D. (2009). Citraresmi Riwayat Menyayat Perang Bubat. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Iskandar, Y. (2001). Sejarah Jawa Barat. Bandung: CV Geger Sunten.

Kartika, D.S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Rahmani, G.A. (2014). Lukisan Kaca Cermin Drupadi Dalam Pewayangan Epos Mahabharata. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Santo, T.N., Agung, R.M.P., dan Liestyati, D.C. (2012). Menjadi Seniman Rupa. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Setiawan, A. dan Syahbudin, U. (2009). Perang Bubat Sumpah Palapa Patih Gajah Mada. Bandung: CV Pustaka Setia.

Siswandi, dan Yoyok. (2006). Pendidikan Seni Budaya Kelas VII SMP. Jakarta: Yudistira.

Suryahadi, A.A. (2008). Seni Rupa untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, M. (2001). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Toekio, S. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Wahyuni, T. (2013). Eksplorasi Bentuk Kupu-kupu Sebagai Gagasan Berkarya Seni Lukis Abstrak Melalui Teknik Flicked Painting (Cipratan). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wirasutisna, H. (1980). Kidung Sunda I. Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

154

Yudoseputro, W. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sumber Katalog:

Moetidjo, U.T. dan Hafiz. (2007). Seni Lukis Indonesia Tidak Ada. Jakarta: Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta.

Sumber Internet:

Habibi, M. (2014). Toto Sunu Tekuni Lukisan Kaca Sejak Lama. [Online]. Tersedia di: http://www.indosiar.com/ragam/toto-sunu-tekuni-lukisan-kaca-sejak-lama_117380.html. Diakses 17 Desember 2014.

Liputan 6. (2006, 14 Agustus). Melukis Wayang di Cermin. [Forum online] Tersedia di: http://news.liputan6.com/read/127435/melukis-wayang-di-cermin. Diakses 22 Februari 2015.

Masandhy, F. (2014). Makna dan Filosofi Motif Batik Mega Mendung. [Online]. Tersedia di: http://ma3dhy.blogspot.com/2014/06/makna-dan-filosofi-motif-batik-mega.html. Diakses 22 Februari 2015.

Prasetyo, H. (2008). Membuat Kaca Patri. [Online]. Tersedia di: http://kabarinews.com/membuat-kaca-patri/32052. Diakses 22 Februari 2015.

Septi. (2014). Makna di Balik Mega Mendung. [Online]. Tersedia di: http://sanggarbatikkatura.com/makna-di-balik-mega-mendung. Diakses 22 Februari 2015.

Yulia, A. (2013). Eddy Noor Sang Pelukis Kaca. [Online]. Tersedia di: http://ajikotapurwokerto.or.id/2013/04/25/eddy-noor-sang-pelukis-kaca/. Diakses 8 Januari 2015.

Zakihasbi2 (2013). Seni Melukis di Atas Kaca. [Online]. Tersedia di: