PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS.

(1)

PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Ratna Muliasari Dinangrit 060400

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PEREMPUAN BERKEBAYA

SEBAGAI IDE BERKARYA SENI

LUKIS DI ATAS KAYU PETI

KEMAS

Oleh

Ratna Muliasari Dinangrit

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Ratna Muliasari Dinangrit 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS

Oleh

Ratna Muliasari Dinangrit 060400

Mengetahui dan Menyetujui :

Pebimbing I

Drs. Hery Santosa, M.Sn. NIP. 196506181992031003

Pebimbing II

Drs. Agus Nursalim, M.T. NIP. 196108181993011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia

Bandi Sobandi, M. Pd. NIP. 197206131999031001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Ratna Muliasari Dinangrit

060400

PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS

Disetujui dan Disahkan oleh:

Penguji I

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn

NIP. 196605251992021001

Penguji II

Drs. Yaya Sukaya, M.Pd

NIP. 195403031991031001

Penguji III

Drs. Farid Abdullah, M.Sn.


(5)

ABSTRAK

Ratna Muliasari Dinangrit. 2014 :

PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS

Skripsi : Jurusan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Unversitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Karya seni menjadi suatu media bagi penulis untuk menyampaikan pesan serta menawarkan alternatif baru dalam mendayagunakan suatu benda. Kayu peti kemas memiliki nilai keindahan yang khas, dan memberikan stimulasi baru pada penulis dalam proses berkarya seni lukis. Hal tersebut mendorong penulis untuk menggunakan media kayu peti kemas berdasar pada konsep-konsep yang penulis miliki.

Penghayatan penulis terhadap figur perempuan berkebaya melatar belakangi proses penciptaan karya seni lukis ini. Kebaya mencirikan nilai nilai estetika dan eksitensi perempuan Indonesia, kebaya juga mencerminkan jati diri perempuan yang memegang teguh norma-norma budaya yang luhur. Perempuan yang memiliki refleksivitas untuk mengontrol emosinya untuk dapat menjadi penyemimbang dalam kehidupan menjadi sumber gagasan yang dapat dikembangkan dan di representasikan melalui kekaryaan seni lukis.

Penggalian ide dilakukan dengan pendekatan pendekatan terhadap

literasi-literasi yang terkait “perempuan berkebaya sebagai ide bekarya seni lukis di atas kayu

peti kemas”. Kontemplasi menjadi suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam proses ini. Kontemplasi merupakan penentu awal dan akhir dalam perjalanan proses berkarya.

Perwujudan gagasan diatas kayu peti kemas s merupakan suatu penuangan rasa estetis penulis yang dipadukan dengan penghayatan terhadap perempuan berkebaya. Proses berkarya merupakan kreativitas penulis dalam mengolah unsur-unsur rupa . Kata Kunci : Perempuan, Kayu Peti Kemas, Lukis dan Kebaya


(6)

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Abstract

WOMAN IN TRADITIONAL DRESS (KEBAYA) AS AN IDEA OF PAINTING ON WOODEN CONTAINER.

An artwork is a media for the author to convey a message and to offer a new alternative in utilizing an object. Wooden container has special aesthetic values and has given a new stimulation for the author in a process of painting, which encourages the author to use wooden container as a media based on the author’s concepts. The author's appreciation of the female figure in traditional dress (kebaya) has underlined a creation process of this artwork. Traditional dress (kebaya) characterizes the aesthetic and existence of woman in Indonesia. The traditional dress (kebaya) also reflects the identity of the woman who holds strong and sublime cultural norms. The woman who has a reflexivity to control her emotion in order to be the balancer in life, to be the source of ideas which can be developed and to be represented through painting. Excavations of ideas could be examined by approaches of related literacies of "woman in traditional dress (kebaya) as an idea in painting on wooden container”. Contemplation is an activity described as inseparable in this process. Contemplation determines the beginning and the end of the process in making the artwork. Manifestation of the idea on wooden container is a realization of the author’s esthetic feeling which combined with the appreciation of the female figure in traditional dress. Making the artwork is a creativity of the author in processing elements of form.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN………..i

ABSTRAK…….………..………..………….……….ii

KATA PENGANTAR………..………..………...…….……… iii

DAFTAR ISI….………..………..…….………...iv-v UCAPAN TERIMAKASIH………..………vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………1

B. Rumusan Masalah………...3

C. Tujuan Penciptaan………...3

D. Manfaat Penciptaan………...3

E. Metode Penciptaan………...4

F. Sistematika Penulisan………...6

BAB II LANDASAN PENCIPTAAN A. LANDASAN TEORI 1. Seni Lukis……….………7

a. Pengertian ……….……….………..7

b. Aliran Seni Lukis………...……….………..8

c. Unsur Rupa………..……….……..17

d. Komposisi……….……..……21

e. Teknik……….…………..…..23


(8)

v Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

B. LANDASAN EMPIRIK ………....………..36

C. GAGASAN AWAL……….……….44

D. KAJIAN EMPIRIK………..45

BAB III. PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. PROSES PENCIPTAAN……….…53

1. Ekplorasi Eksternal……….…..…..…….…..53

2. Eksplruatanasi Internal………..………….…….…………..54

B. VISUALISASI GAGASAN……….……55

1. Persiapan Media Alat dan Bahan………..……….55

2. Pembutan Sketsa………..……….……….63

3. Memindahkan Sketsa pda Kayu Peti Kemas……….….66

4. Implementasi Konsep pada Karya……….67

5. Finishing Karya………..……….………...68

BAB IV. VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA A. Ekplorasi Gagasan Penciptaan………..………69

B. Visualisasi Penciptaan………..…….……….…………71

a. Teknik Berkarya………..…..…….……….……….86

b. Penciptaan Karya dan Analisis Karya………….………..……….…93

BAB V A. KESIMPULAN……….……..110

B. SARAN………111

DAFTAR PUSTAKA ………..114

DAFTAR ISTILAH………..116 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(9)

(10)

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Perempuan sebagai objek karya

Karakter perempuan, dengan fisik dan lekuk tubuh yang indah, paras yang cantik, lembut, menawan dapat digambarkan menjadi sebuah keindahan artistik. Tetapi, dalam karakter yang akan penulis visualisasikan dalam karya ini adalah karakteristik wanita yang difokuskan terhadap ekspresi atau luapan perasaan seperti mimik dan gesture secara emosional (kesedihan, kegalauan, kekecewaan, kemarahan, dan pengharapan). Selain itu sosok perempuan yang akan divisualisasikan, akan terlihat seperti perempuan dewasa yang mengenakan pakaian adat jawa sebagai identitas perempuan Indonesia (kebaya) dan juga beberapa benda pelengkap lainnya.

Perempuan bukanlah sosok gender yang hanya mampu mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Perempuan di balik kelemahannya memiliki kekuatan.

Menurut Pembayun Lestari Elly sebagai penulis dari buku (Pembebasan Tubuh Perempuan 2005;2 ),berpendapat : “ Slepping with Your Enemies” (Tidur Bersama dengan Musuhmu) adalah judul film yang kemudian dianalogikan dengan kehidupan rumah tangga perkawinan dalam budaya patriarkat. Perilaku kekerasan, seperti pemukulan dan perkosaan justru paling banyak diterima perempuan dari keluarga terdekatnya. ( Shirley lie,2005:2 )

Berbagai aspek dalam tubuh perempuan menjadi inspirasi dan referensi untuk membuat lukisan di atas media kayu peti kemas. Memberikan persepsi dan pandangan bahkan nilai lain terhadap perempuan. Dengan menghadirkan dan persepsi simbol tertentu. Mengaggumi sosok perempuan dari sudut pandang lain, bahwa perempuan itu bukan hanya simbol keindahan, keseimbangan, tapi juga simbol kekuatan yang sempurna tanpa mengurangi nilai dan syarat spritual dari kodrat seorang perempuan.


(11)

2

Selain itu, saya juga ingin mengadirkan „Dunia Lain‟ atau alam lain dari alam bawah sadar (Transcendent) perempuan mengenai harapan, kegelisahan dan kekuatan. Secara visual akan dilukiskan penggambaran karakter perempuan berambut hitam panjang, tergerai dengan tatanan rambut sehari – hari, aksen bunga mawar merah sebagai symbol keagungan, anggun, dan romantis.

Pemilihan media kayu (limbah kayu peti kemas) dengan memanfaatkan karakter serat kayu yang akan menjadi pelengkap dari karya lukisan ini dengan memadukan objek perempuan. Beberapa visual bentuk atau benda untuk pelengkap akan diartikan sebagai simbol tertentu.

2. Kebaya

Kebaya merupakan bentukan busana atasan yang pertama kali dikenakan wanita Indonesia, terutama perempuan Jawa, yang digunakan bersama kain. Kebaya mengalir mengikuti waktu, beradaptasi dengan zaman yang semakin maju dan memiliki cerita panjang yang bias ditelusuri hingga abad ke-15 Masehi. Namun pada akhir abad ke-19, Desain Kebaya juga populer sebagai busana para perempuan Belanda yang membutuhkan pakaian cocok dengan iklim tropis Indonesia. Selain itu, model Kebaya juga pernah populer di kalangan perempuan peranakan China sehingga muncul sebutan kebaya encim. Seiring berjalannya waktu, kebaya pun menjadi sebuah simbol feminisme, busana khas perempuan yang kini menjadi busana nasional dan model kebaya modern. Kaum keturunan Eropa biasanya mengenakan model Kebaya berbahan katun halus dengan aksen lace di pinggirnya. Kaum Tionghoa menggunakan Desain Kebaya dengan potongan yang lebih pendek dan sederhana, dengan hiasan yang berwarna, lazim disebut kebaya encim.

Seiring waktu, desain kebaya berubah dan sempat tergerus di masa pendudukan Jepang dan memutus jalur perdagangan tekstil dan perlengkapan penunjangnya di Indonesia akhirnya banyak rumah produksi kebaya tutup, sedikit perusahaan batik yang bisa bertahan.

Sejak masa itu, para wanita pejuang kemerdekaan yang masih menggunakan kebaya kebanyakan jenis kebaya kartini dan kebaya encim, kembali dipopulerkan


(12)

3

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

walaupun harus bersaing dengan busana Barat, yang dianggap lebih "memerdekakan" perempuan dari simbolisasi kebaya masa lalu, yang mengungkung perempuan dalam lilitan korset dan kain panjang (Model Kebaya Modern).

B. RumusanMasalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses dan pengembangan ide perempuan dan bahan kayu peti kemas sebagai media alternatif selain kanvas.

2. Bagaimana memvisualisasikan perempuan berbaju kebaya sebagai tema karya pada media kayu peti kemas.

C. Tujuan Penciptaan

Tujuan dibuatnya karya lukis di atas limbah kayu peti emas ini adalah : 1. Memanfaatkan kayu peti kemas agar memilki nilai artistik dan memiliki

fungsi lain yang dapat dikembangkan untuk media karya seni lukis

2. Memvisualisasikan seni lukis dengan media kayu dan perempuan berkebaya.

D. Manfaat Penciptaan

Diharapkan karya lukis di atas kayu petik emas ini menjadi sebuah inovasi atau alternatif yang baik terhadap media berkarya seni lukis.

1. Mengenali budaya lokal, dengan memadukan seni kontemporer, dengan visualisasi yang sarat akan Budaya, pesan moral, dan Seni Murni.

a. Budaya lokal yang divisualisaikan dengan pemakaian kebaya yang di kenakan oleh perempuan dalam lukisan

b. Mengkolaborasikan kayu peti kemas dan pop surealism yang dapat menjadi alternatif dalam melukis.


(13)

4

2. Mengingatkan bahwa banyak sekali media alternatif lainnya yang dapat digunakan dari memanfaatkan barang bekas untuk dieksplor atau diolah secara baik.

a. Memperkenalkan media kayu peti kemas (limbah/bekas) yang dapat diolah kembali menjadi hasil karya dekoratif (recycle art).

b. Karakter serat dari kayu peti kemas yang menjadi daya tarik tersendiri dari media seni lukis lainya.

E. MetodePenciptaan

Secara garis besar tahapan-tahapannya adalah:

1. Proses PraProduksi

Langkah-langkah yang ditempuh dalam berkarya secara akademik ini adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan empiris dalam mengapresiasi karya lukis tersebut secara filosofis, memahami dan mengusai media yang akan digunakan.

b. Melakukan kontemplasi dan mengimajinasikan pengalaman yang didapat ketika mengapresiasi dan juga dalam penggarapan, pendalaman karakter perempuan dan kebaya yang akan dilukiskan.

c. Membuat sketsa – sketsa gambar yang akan dilukiskan di atas kayu.

d. Mencari referensi mengenai bentuk dan makna simbol – simbol yang akan digunakan.

e. Memilih warna, garis, bentuk, dan komposisi sebagai unsur rupa dalam proses berkarya lukis.

1) Menyiapkan media rupa untuk mewujudkan ide dan gagasan tersebut. Alat dan bahan yang dipergunakan antara lain adalah :

Bahan :

a) Kayu peti kemas b) Cat akrilik


(14)

5

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

c) Glitter gel tekstile

d) Cat semprot bening ( untuk tahap akhir )

Alat :

a) Pensil untuk membuat sketsa awal b) Kuas berbagai ukuran

c) Amplas kasar sampai halus d) Gergaji

1) Mencari karakter serat kayu yang baik

2) Berkarya dengan baik dan benar terhadap ide yang telah didapat melalui pengalaman estetik dalam memahami karakter perempuan yang akan dilukiskan.

3) Proses ini meliputi persiapan sesi photo model, pembuatan sketsa, studi karakter mimik dan gesture, sketsa dan pemiliha nalat ( kayu yang akan di gunakan ), studi kepustakaan tentang seni menggunakan limbah atau mengolah barang bekas, observasi dengan melakukan pengamatan kesitus-situs intenet, dan lain-lain.

2. Proses Uji Coba atau Eksperimen.

Proses ini meliputi uji coba bahan dan alat yang cocok untuk digunakan dalam berkarya, walaupun memang sebelumnya pernah membuat karya yang serupa.

3. Proses Produksi.

a) Memilih sketsa gambar dari beberapa sketsa yang telah dibuat b) Memindahkan sketsa kasar yang fix ke media peti kemas c) Pemilihan warna untuk kebaya

d) Pewarnaan dengan teknik tipis dan blok

e) Tahap akhir (finishing) gambar dan outline, membuat motif border dengan glitter tekstile berwarna emas


(15)

6

F. SistematikaPenulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang penciptaan, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, proses penciptaan dan sistematika penulisan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, metode penciptaan

2. BAB II LANDASAN PENCIPTAAN

Bab ini menjelaskan landasan yang mendasari proses penciptaan atau rancangan dengan mengkaji berbagai sumber pustaka dan meninjau data informasi lapangan.

3. BAB III IMPLEMENTASI METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

Bab ini meliputi uraian proses perancangan dimulai dari kelengkapan alat dan bahan, pembuatan sketsa, pembuatan model, pengerjaan karya dan pengemasan karya.

4. BAB IV PEMBAHASAN KARYA

Bab ini menguraikan tentang alat, bahan, persiapan, tahapan proses berkarya dan hasil akhir karya yang telah jadi.

5. BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat setelah melalui proses berkarya juga rekomendasi dari penulis berdasarkan data dan proses berkarya juga saran.


(16)

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

BAB III

PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

A. PROSES PENCIPTAAN

Pengolahan ide berkarya merupakan proses pengolahan konsep yang kemudian diwujudkan kedalam bentuk karya lukis dimulai dengan mengolah rasa, kepekaan, memperhatikan faktor internal dan eksternal, sampai penuangan ide dalam bentuk sketsa.

Penciptaan karya seni dengan tujuan ekspresi (seni murni) bagaimanapun juga memiliki metode dengan alur penciptaan yang tersusun tahap demi tahap. Pada bagian ini akan dipaparkan tahapan penciptaan yang terdiri dari tahap persiapan (kajian sumber gagasan) hingga proses visualisasi gagasan pada medium berkarya (kayu peti kemas).

Prose penciptaan dimana penulis melakukan eksplorasi terhadap gagasan yang muncul (gagasan awal) yaitu “perempuan berkebaya”. Gagasan awal ini kemudian di eksplorasi kembali untuk memperkuat perwujudan konsep berkarya. Eksplorasi gagasan awal pada dasarnya menggunakan dua cara yaitu eksplorasi eksternal dan internal.

1. Eksplorasi Ekternal

Pada tahap ini penulis melakukan kajian literatur dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet dan sebagainya. Kajian literatur ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman penulis tentang sumber gagasan yang akan dijadikan konsep penciptaan dan memperkuat motivasi intrinsik dalam menciptakan karya seni lukis dengan subject matter tulang rusuk manusia. Eksplorasi terhadap bentuk objek tulang rusuk juga dilakukan dalam tahap ini

Tahapan mencari gesture dan simbol sebagai gagasan berkarya lukis PEREMPUAN BERKEBAYA SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DI ATAS KAYU PETI KEMAS. Pendalaman karkter perempuan dengan kebaya


(17)

54

sebagai identitas perempuan Indonesia. Mencari sendiri bahan utama media lukis yaitu limbah peti kemas.

2. Eksplorasi Internal

Pada tahap eksplorasi internal, penulis melakukan perenungan dan kontemplasi terhadap bentuk dan makna dari perempuan dan kebaya. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat motivasi dalam mengembangkan objek dan gagasan berkarya. Secara umum alur pengkajian sumber gagasan dan eksplorasi gagasan dapat ditunjukkan dalam bagan sebagai berikut.

Bagan 3.1.

Pengkajian Sumber Gagasan

GAGASAN AWAL

PEREMPUAN

EKSPLORASI TEKNIK

KONSEP

EKSPLORASI EKSTERNAL

EKPLORASI INTERNAL


(18)

55

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014 A. Visualisasi Gagasan

Tahapan selanjutnya adalah memvisualisasikan gagasan (konsep berkarya) dalam bentuk karya seni lukis. Tahap ini adalah tahapan dimana penulis sebagai perupa melakukan kegiatan produksi karya yang dimulai dengan persiapan media, alat dan bahan, pembuatan skestsa, hingga finishing karya.

1. Persiapan Media alat dan bahan

Tahap mempersiapkan media alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam berkarya. Antara lain kayu peti kemas sebagai media, cat akrilik, glitter gel textile sebagai bahan dan kuas sebagai alat. Penulis hendak menggunakan kuas sebagai alat untuk menuangkan bahan cat jenis cat akrilik pada permukaan kayu peti kemas (media).

a. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan lukis ini menggunakan alat-alat yang mudah kita temui sehari-hari.

a. Pensil b. Penghapus c. Photo model

d. Kuas berbagai ukuran e. Palet

f. Cetakan kertas

g. Amplas kasar sampai halus h. Gergaji

i. Bor listrik j. Router


(19)

56

Bagan 3.2

Bagan Proses Perwujudan Karya

GAGASAN AWAL

IMPLEMENTASI KONSEP

FINISING (TAHAP AKHIR)

MEMBUAT KARYA PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

PEMBUATAN SKETSA


(20)

57

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Gambar 3.1

Pensil, amplas, penghapus, dan palet (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.2 Koas berbagai ukuran Sumber : Dokumentasi pribadi


(21)

58

Gambar 3.3 Gergaji mesin (Jigsaw) (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.4

Amplas mesin dan amplas ukuran 1000 (Sumber: Dokumentasi pribadi)


(22)

59

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Gambar 3.5 Router

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.6 Mata router ukuran 1/2 (Sumber: Dokumentasi pribadi)


(23)

60

Gambar 3.7 Palu

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.8

Cetakan untuk kayu dari kertas ukuran 38cm x 46cm (Oval) (Sumber: Dokumentasi pribadi)


(24)

61

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Bahan

Gambar 3.9

Lembaran kayu peti kemas berbagai ukuran (kondisional) (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.10

Kayu peti kemas yang sudah di potong (Sumber: Dokumentasi pribadi)


(25)

62

Gambar 3.11

Cat akrilik dan glitter gel textile

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.12 Paku triplek


(26)

63

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Gambar 3.13 Lem Kayu

(Sumber: dokumentasi pribadi)

2. Pembuatan Sketsa

Tahap pembuatan sketsa merupakan pencarian pijakan estetis dan titik berangkat berkarya. Hasil visual dari sketsa akan dieksplorasi dalam tahap perwujudan karya diatas kayu peti kemas. (foto)

a. Sesi Pemotretan

Proses pembuatan sketsa diawali dengan proses sesi pemotretan sebagai tahap awal. Sesi pemotretan model digunakan sebagai acuan untuk mengambil angle yang diinginkan.


(27)

64

Dibawah ini hasil dari sesi pemotretan dengan bantuan model sebagai acuan untuk mangambil angle dalam proses berkarya :

Gambar 3.14 Photo model 1 (Tutup telinga) (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.15

Photo model 2 (Tutup mata) (Sumber: Dokumentasi pribadi)


(28)

65

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Gambar 3.16

Photo model 3 (Tutup mulut) (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3.17 Photo model 4 (Berharap) ( Sumber: Dokumentasi pribadi)


(29)

66

3. Memindahkan Sketsa pada Kayu Peti Kemas

Tahap memindahkan sketsa yang telah di buat pada bidang kayu peti kemas dengan menggunakan pensil 2B, dengan tahapan sebelumnya membuat sketsa dahulu di atas kertas.

Kayu yang sudah melalui tahap penghamplasan akan lebih mudah untuk di sketsa, karena permukaannya yang lebih halus dapat memudahkan proses sketsa di atas kayu peti kemas.

Gambar 3.18

Proses sketsa pada kayu peti kemas Sumber gambar: dokumentasi pribadi


(30)

67

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

4. Implementasi Konsep Estetis

Tahap implementasi konsep estetis menggunakan teknik yang dipilih terkait dengan media, alat dan bahan yang digunakan.

Gambar 3.19 Proses Pemulasan

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Gambar 3.20 Proses pemulasan outline Sumber gambar: dokumentasi pribadi


(31)

68

Gambar 3.21

Teknik pelototan untuk membuat aksen Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

5. Finishing Karya

Tahap penyelesaian akhir dan pengemasan untuk penyajian pada apresian, antara lain melapisi ,karya dengan pernis dan framing.

Sejak pembuatan sketsa hingga implementasi konsep estetis di atas kayu peti kemas penulis melakukan kontemplasi, simulasi dan eksplorasi bentuk sebagai kegiatan kreatif mengembangkan gagasan bentuk dan objek di atas kayu peti kemas.

Gambar 3.22

Cetakan kertas dan kayu peti kemas untuk kemasan Sumber gambar: Dokumentasi pribadi


(32)

69


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karya budaya adalah sesuatu yang muncul akibat beberapa faktor, dari letak geografis, kebutuhan, hingga kepercayaan. Masyarakat dengan segala keterbatasan dan niat yang tinggi untuk dapat meluapkan hasrat manusiawinya berpikir serta berusaha untuk dapat merealisasikan hasrtanya kedalam media yang sat ini disebut karya budaya.

Ada nilai tersendiri bukan dari sebuah benda atau bentuk dari karya tersebut namun pemikiran dan tekad yang menjadikannya dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat sampai saat ini. Proses estetik tersebut yang harus menjadi acuan dalam mengapresiasi karya budaya dengan tidak meleburkan nilai-nilai selain fungsi dan bentuknya saja atau bahkan bukan hanya melihat seberapa lamakah karya budaya tersebut hadir sampai saat ini.

Ada tekad dan harapan untuk berpetualang mengarungi samudera yang luas dari para nenek moyang kita, hingga mereka menciptakan teknologi seperti perahu pinisi. Ada harapan yang tersirat dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang seharusnya kita jaga dan lestarikan.

Bukan hanya melihat manfaat dari segi ekonomi dan fungsinya saja kita sebagai ahli waris karya budaya ini berkewajiban untuk dapat memecahkan harapan para nenek moyang ke tingkat yang paling atas.

Penulis sadar dalam karya penciptaan ini tidak sepenuhnya dapat merepresentasikan harapan dari terciptanya perahu pinisi namun menjadi langkah awal pembelajaran dalam mengapresiasi karya budaya khususnya perahu pinisi sebagai symbol kejayaan maritime Indonesia. Sebagai Negara kelautan yang ditaburi ribuan pulau.

Dalam pengembangan gagasan perahu pinisi sebagai inspirasi dalam membuat karya seni instalasi, mengeksplorasi bahan dan teknik sangat menjadikan proses berkarya semakin menarik karena sifat material yang berbeda membuat penulis dipaksa untuk memutar otak dalam melakukan proses kontemplasi. Berbagai macam ekperimen dilakukan penulis baik secara terencana maupun tidak terencana. Pengembangan ide atau gagasan bermunculan saat penulis sudah mulai memahami material yang akan digunakan.


(34)

80

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014

Dengan mengcampurkan imajinasi dan pemahaman gagasan awal penulis mencoba mengekplorasi segala teknik dalam meramu bahan kayu peti kemas, bahan kayu peti kemas yang merupakan termasuk kayu golongan kedua menjadikan penulis dalam membuat visual karya ini banyak mengalami kesulitan seperti sifat kayu peti kemas ini yang sangat sulit untuk dipahat karena mempunyai serat yang banyak, juga karena material kayu peti kemas ini adalah bahan yang sudah dipotong dan diolah penulis harus ektra dalam membuat rancangan awal karena harus mengikuti ukuran kayu tersebut.

B. Saran

.Walaupun penulis menyadari masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi penulis, yang dapat dijadikan pegangan dalam penciptaan karya instalasi yang akan dilakukan selanjutnya.

Untuk itu, bagi yang ingin menciptakan suatu karya seni instalasi, merupakan suatu tantangan yang menarik karena dalam berkarya seni instalasi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Terutama dalam hal mengkombinasikan material. Karya seni instalasi dapat dikatakan mudah jika melihat dari bentuk namun kesulitan muncul saat harus mencoba merespon ruang dan membawa jauh sifat bentuk ke dalam sesuatu yang lebih berbeda dan menimbulkan sarana komunikasi estetik bagi apresiator dan karya.

Maka dari itu, penulis berharap semoga karya instalasi ini dapat memberikan pemahaman dan pencerahan (inspirasi) dan juga motivasi bagi rekan-rekan mahasiswa Seni Rupa lainnya.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Kelir. Bandung.

Lie, Shirley. 2005. Pembebasan Tubuh Perempuan (Gugatan Etis Simone de Beauvior terhadap Budaya Patriarkat). Jakarta: Grasindo.

Damajanti, Irma. 2006. PSIKOLOGI SENI. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Pembayun, Lestari Elly. 2009. Perempuan VS Perempuan (Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya). Bandung: NUANSA.

Hude,M.Darwis.2006.EMOSI (Penjelajah Religio Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an). Ciputat, Jakarta: Erlangga.

Prayitno, TibertiusAgus. 2012. Kayu Lapis (Teknologi dan Sertifikasi Sebagai Produk Hijau). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Mieke. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Buku Baik Jendela. Sahmam, Humar. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Susanto, Mieke. 2002. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanius.

Subah, Syamhurus. 2012. Skripsi KARAKTER IKON TOKOH MUSIK INDIE SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS. Tidakditerbitkan.

Suryani, AG Linus. 2002. Pengakuan Pariyem (Dunia Batin Seorang Wanita Jawa). Jakarta: KPG ( KepustakaanPopulerGramedia)

Sanyoto, SadjimanEbdi. 2009. Nirmana Elemen-elemen Seni dan Desain.

Yogyakarta: JALASUTRA

Gamble, Sarah. 2004. Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta: JALASUTRA Prawira, DarmaSulasmi. 1989. Warna Sebagai Salah Satu Uunsur Seni & Desain.


(36)

120

Ratna Muliasari Dinangrit, 2014 Sumber Internet :

http://salvadordalipaintings.blogspot.com . Diunduh15 Januari2014, 15:25.

http://www.artyfactory.com. Diunduh 15 Januari2014, 15:35

http://www.artyfactory.com , Diunduh 15 Januari 2014, 15:38

http://uk.phaidon.comFaufisme, Diunduh 15 Januari 2014, 15;42

http://www.keithgarrow.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:00

http://www.everypainterpaintshimself.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:05

http://guity-novin.blogspot.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:13

http://www.hma.org.il/Museum/Templates/showpage,Diunduh 15 Januari2014 ,16: 18

http://ardimalaysia.tripod.com/Warna.htm , Diunduh 15Januari 2014, 18: 20

http://riskawikant.wordpress.com, Diunduh 16 Januari 2014,14: 59

http://id.shvoong.com/law-and-politics/contemporary-theory/2234355-arti-dari-sebuah-lambang-keadilan/, Diunduh 17 Januari 2014, 10: 45

http://indahpangestu.wordpress.com/2010/05/08/dunia-peradilan-yang-semakin-tidak%C2%A0adil/, Diunduh 17 Januari 2014, 10: 57

http://www.jawapalace.org/index.html. TriyantodanWidyabaktiSabatari, v


(37)

(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karya budaya adalah sesuatu yang muncul akibat beberapa faktor, dari letak geografis, kebutuhan, hingga kepercayaan. Masyarakat dengan segala keterbatasan dan niat yang tinggi untuk dapat meluapkan hasrat manusiawinya berpikir serta berusaha untuk dapat merealisasikan hasrtanya kedalam media yang sat ini disebut karya budaya.

Ada nilai tersendiri bukan dari sebuah benda atau bentuk dari karya tersebut namun pemikiran dan tekad yang menjadikannya dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat sampai saat ini. Proses estetik tersebut yang harus menjadi acuan dalam mengapresiasi karya budaya dengan tidak meleburkan nilai-nilai selain fungsi dan bentuknya saja atau bahkan bukan hanya melihat seberapa lamakah karya budaya tersebut hadir sampai saat ini.

Ada tekad dan harapan untuk berpetualang mengarungi samudera yang luas dari para nenek moyang kita, hingga mereka menciptakan teknologi seperti perahu pinisi. Ada harapan yang tersirat dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang seharusnya kita jaga dan lestarikan.

Bukan hanya melihat manfaat dari segi ekonomi dan fungsinya saja kita sebagai ahli waris karya budaya ini berkewajiban untuk dapat memecahkan harapan para nenek moyang ke tingkat yang paling atas.

Penulis sadar dalam karya penciptaan ini tidak sepenuhnya dapat merepresentasikan harapan dari terciptanya perahu pinisi namun menjadi langkah awal pembelajaran dalam mengapresiasi karya budaya khususnya perahu pinisi sebagai symbol kejayaan maritime Indonesia. Sebagai Negara kelautan yang ditaburi ribuan pulau.

Dalam pengembangan gagasan perahu pinisi sebagai inspirasi dalam membuat karya seni instalasi, mengeksplorasi bahan dan teknik sangat menjadikan proses berkarya semakin menarik karena sifat material yang berbeda membuat penulis dipaksa untuk memutar otak dalam melakukan proses kontemplasi. Berbagai macam ekperimen dilakukan penulis baik secara terencana maupun tidak terencana. Pengembangan ide atau gagasan bermunculan saat penulis sudah mulai memahami material yang akan digunakan.


(3)

80

Dengan mengcampurkan imajinasi dan pemahaman gagasan awal penulis mencoba mengekplorasi segala teknik dalam meramu bahan kayu peti kemas, bahan kayu peti kemas yang merupakan termasuk kayu golongan kedua menjadikan penulis dalam membuat visual karya ini banyak mengalami kesulitan seperti sifat kayu peti kemas ini yang sangat sulit untuk dipahat karena mempunyai serat yang banyak, juga karena material kayu peti kemas ini adalah bahan yang sudah dipotong dan diolah penulis harus ektra dalam membuat rancangan awal karena harus mengikuti ukuran kayu tersebut.

B. Saran

.Walaupun penulis menyadari masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi penulis, yang dapat dijadikan pegangan dalam penciptaan karya instalasi yang akan dilakukan selanjutnya.

Untuk itu, bagi yang ingin menciptakan suatu karya seni instalasi, merupakan suatu tantangan yang menarik karena dalam berkarya seni instalasi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Terutama dalam hal mengkombinasikan material. Karya seni instalasi dapat dikatakan mudah jika melihat dari bentuk namun kesulitan muncul saat harus mencoba merespon ruang dan membawa jauh sifat bentuk ke dalam sesuatu yang lebih berbeda dan menimbulkan sarana komunikasi estetik bagi apresiator dan karya.

Maka dari itu, penulis berharap semoga karya instalasi ini dapat memberikan pemahaman dan pencerahan (inspirasi) dan juga motivasi bagi rekan-rekan mahasiswa Seni Rupa lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Kelir. Bandung.

Lie, Shirley. 2005. Pembebasan Tubuh Perempuan (Gugatan Etis Simone de Beauvior terhadap Budaya Patriarkat). Jakarta: Grasindo.

Damajanti, Irma. 2006. PSIKOLOGI SENI. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Pembayun, Lestari Elly. 2009. Perempuan VS Perempuan (Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya). Bandung: NUANSA.

Hude,M.Darwis.2006.EMOSI (Penjelajah Religio Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an). Ciputat, Jakarta: Erlangga.

Prayitno, TibertiusAgus. 2012. Kayu Lapis (Teknologi dan Sertifikasi Sebagai Produk Hijau). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Mieke. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Buku Baik Jendela. Sahmam, Humar. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Susanto, Mieke. 2002. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanius.

Subah, Syamhurus. 2012. Skripsi KARAKTER IKON TOKOH MUSIK INDIE SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS. Tidakditerbitkan.

Suryani, AG Linus. 2002. Pengakuan Pariyem (Dunia Batin Seorang Wanita Jawa). Jakarta: KPG ( KepustakaanPopulerGramedia)

Sanyoto, SadjimanEbdi. 2009. Nirmana Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: JALASUTRA

Gamble, Sarah. 2004. Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta: JALASUTRA Prawira, DarmaSulasmi. 1989. Warna Sebagai Salah Satu Uunsur Seni & Desain.


(5)

120

Sumber Internet :

http://salvadordalipaintings.blogspot.com . Diunduh15 Januari2014, 15:25. http://www.artyfactory.com. Diunduh 15 Januari2014, 15:35

http://www.artyfactory.com , Diunduh 15 Januari 2014, 15:38 http://uk.phaidon.comFaufisme, Diunduh 15 Januari 2014, 15;42 http://www.keithgarrow.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:00

http://www.everypainterpaintshimself.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:05 http://guity-novin.blogspot.com , Diunduh 15 Januari 2014, 16:13

http://www.hma.org.il/Museum/Templates/showpage,Diunduh 15 Januari2014 ,16: 18

http://ardimalaysia.tripod.com/Warna.htm , Diunduh 15Januari 2014, 18: 20 http://riskawikant.wordpress.com, Diunduh 16 Januari 2014,14: 59

http://id.shvoong.com/law-and-politics/contemporary-theory/2234355-arti-dari-sebuah-lambang-keadilan/, Diunduh 17 Januari 2014, 10: 45

http://indahpangestu.wordpress.com/2010/05/08/dunia-peradilan-yang-semakin-tidak%C2%A0adil/, Diunduh 17 Januari 2014, 10: 57

http://www.jawapalace.org/index.html. TriyantodanWidyabaktiSabatari, v Diunduh 17 Januari 2014, 10:58


(6)