KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVEPROBLEM SOLVING (CPS)PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII.

(1)

SISWA SMP KELASVII

TESIS

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari

Syaratuntuk MemperolehGelar Magister PendidikanBiologi

Oleh

IinInasih

1101156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)

PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII

SebuahTesis yang DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat untuk MemperolehGelar Magister PendidikanPada Program

StudiPendidikanBiologi

Oleh : IinInasih

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

HakciptadilindungiUndang-Undang


(3)

PERNYATAAN

Denganinisayamenyatakanbahwatesis yang berjudul“KELAYAKAN SUNGAI

CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR

SISWA SMP KELAS VII” inidanseluruhisinyaadalahbenar-benarkaryasayasendiri,

dansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan.

Ataspernyataanini, sayasiapmenanggungresiko/sanksi yang

dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetika keilmuandalamkaryasaya ini, atau adaklaimdaripihak lain terhadapkaryasaya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuatpernyataan

IinInasih


(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Konsep ... 12

B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 13


(6)

D. Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) ... 16

E. Pembelajaran Konvensional ... 21

F. Media Sungai Cigasong ... 24

G. Pencemaran Air ... 25

H. Asumsi ... 28

I. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi ... 30

B. Metode dan desain Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Analisis Data ... 38

G. Analisis Uji Coba Instrumen ... 38

H. Alur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

1. Kelayakan Hasil Sungai Cigasong Hasil Observasi ... 45

2. Hasil Observasi Ke Pabrik Tahu ... 50

B. Uji Statsitik Data Hasil Penelitian ... 55

1. Kemampuan Penguasaan Konsep ... 55

2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 58


(7)

1. Studi Kelayakan Sungai Cigasong, Majalengka ... 62

2. Penguasaan Konsep ... 65

3. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 68

4. Angket Tanggapan Siswa ... 70

5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran CPS ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks model pengajaran langsung... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas... 38

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40

Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain ... 41

Tabel 4.1. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan penguasaan konsep. ... 57

Tabel 4.2. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan penguasaan konsep ... 57

Tabel 4.3. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan penguasaan konsep ... 58

Tabel 4.4. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan pemecahan masalah... 60

Tabel 4.5. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan pemecahan masalah ... 60

Tabel 4.6. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan pemecahan masalah ... 61

Tabel 4.7. Hasil Observasi ke Sungai Cigasong ... 62


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 44

Gambar 4.1. Foto Udara Lokasi Pengamatan Sungai Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka... 45

Gambar 4.2. Lokasi sungai Cigasong setelah pabrik tahu ... 46

Gambar 4.3. Lokasi sungai Cigasong sebelum pabrik tahu ... 46

Gambar 4.4. Tanaman yang tumbuh di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu) ... 47

Gambar 4.5. Tanaman yang tumbuh di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 47

Gambar 4.6. Hewan yang terdapat di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 48

Gambar 4.7. Hewan yang terdapat di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu)... 48

Gambar 4.8. Kondisi air sungai Cigasong yang jernih sebelum pabrik tahu (hulu sungai) ... 49

Gambar 4.9. Kondisi air sungai Cigasong yang keruh dan berbau setelah pabrik tahu (hilir sungai) ... 49

Gambar 4.10. Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kemampuan penguasaan konsep pada tes awal dan tes akhir ... 56

Gambar 4.11. Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada tes awal dan tes akhir ... 59


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 78

Lampiran A.2 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Eksperimen ... 80

Lampiran A.3 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Eksperimen ... 88

Lampiran A.4 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Kontrol ... 93

Lampiran A.5 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Kontrol ... 100

Lampiran A.6 LKS Penjernihan Air ... 106

Lampiran A.7 LKS Observasi ke pabrik tahu / sungai Cigasong ... 107

Lampiran A.8 Kunci jawaban LKS penjernihan air ... 112

Lampiran A.9 Kunci jawaban LKS observasi ... 113

B. Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 117

Lampiran B.2 Soal Uji Instrumen Penguasaan Konsep ... 121

Lampiran B.3 Kategori Soal Berdasarkan Ranah Kognitif ... 130

Lampiran B.4 Soal Pretest dan Postest Pengusaan Konsep ... 146

Lampiran B.5 Soal Pemecahan Masalah Pencemaran Air ... 156

Lampiran B.6 Lembar Jawaban Soal Pemecahan Masalah... 159

Lampiran B.7 Kunci Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 161

Lampiran B.8 Lembar Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 164

Lampiran B.9 Kunci Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 165

Lampiran B.10 Angket Tanggapan Siswa ... 166

Lampiran B.11 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan (GuruSiswa) ... 168

Lampiran B.12 Lembar Penilaian Perilaku Diri ... 172

Lampiran B.13 Istrumen Diskusi Kelas ... 173

Lampiran B.14 Lembar Penilaian (Judgement)... 178

Lampiran B.15 Daftar Kelompok Siswa ... 182

Lampiran B.16 Angket Siswa... 184

C. Hasil Uji Coba Tes Lampiran C.1 Hasil uji coba Pretest soal penguasaan konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 185

Lampiran C.3 Hasil uji coba Postest soal Penguasaan Konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 186

Lampiran C.5 Hasil uji coba Pretest soal pemecahan masalah kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 187

Lampiran C.6 Hasil uji coba Postest soal pemecahan masalah kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 189


(11)

D. Data Tes Awal dan Tes Akhir

Lampiran D.1 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal penguasaan

konsep kelas eksperimen ... 191

Lampiran D.2 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal penguasaan konsep kelas kontrol ... 192

Lampiran D.3 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal pemecahan masalah kelas eksperimen ... 193

Lampiran D.4 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal pemecahan masalah kelas kontrol ... 194

E. Pengolahan Data Lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Penguasaan konsep ... 195

Lampiran E.2 Tabel Tingkat Kesukaran ... 196

Lampiran E.3 Daya pembeda ... 197

Lampiran E.4 N-gain... 198

Lampiran E.5 Uji Normalitas Pretest Penguasaan Konsep ... 199

Lampiran E.6 Uji Normalitas Postest Penguasaan Konsep ... 200

Lampiran E.7 Uji Normalitas Pretest Pemecahan Masalah ... 201

Lampiran E.8 Uji Normalitas Postest Pemecahan Masalah ... 203

Lampiran E.9 Tabel Hasil Analisis Angket Siswa ... 204

F. Dokumen Pendukung Lampiran F.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 205

Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 210

Lampiran F.3 Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis ... 211

Lampiran F.4 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 213

Lampiran F.5 Foto Flora dan Fauna di Sungai Cigasong ... 214


(12)

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sungai Cigasong, Majalengka sebagai media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas VII pada konsep pencemaran air. Studi Kelayakan sungai Cigasong dilakukan dengan observasi langsung ke sungai Cigasong. Hasil observasi menunjukan Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu serta karakteristik sungai Cigasong dan pabrik tahu. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment

dengan desain Nonequivalent control group design yang dilaksanakan di kelas VII pada salah satu SMP di Majalengka tahun pelajaran 2012 / 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas VII untuk penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi untuk keterlaksanaan model pembelajaran

Creative Problem Solving dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Creative Problem Solving. Pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar terlihat dari adanya peningkatan penguasaan konsep dengan nilai rerata N-gain 0,31 kategori sedang dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan nilai rerata N-Gain 0,68 kategori sedang.

Kata kunci : Kelayakan Sungai Cigasong, Model Pembelajaran Creative Problem Solving, penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, pencemaran air.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikullum 2013).

Bidang ilmu Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan bidang ilmu yang lain. Makhluk hidup digunakan sebagai obyek untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan interaksinya, energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui pembahasan menggunakan bermacam bidang ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang dihuninya beserta benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh peserta didik SMP/MTs. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikullum 2013).

Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa dalam mempelajari biologi pada


(14)

jenjang yang lebih tinggi. Pemahaman konsep merupakan hal yang penting karena merupakan landasan bagi siswa untuk berfikir. Di samping itu, pemahaman konsep merupakan dasar bagi proses yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996). Menurut Rustaman dkk. (2005) selain itu untuk menguasai konsep, siswa dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari, mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dengan konsep-konsep yang dimilikinya. Setiap siswa memiliki berbagai tingkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai konsep dalam biologi. Tingkat pemahaman ini sangat penting bagi siswa, agar dapat mencapai tujuan belajar bermakna dan nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam menerima suatu konsep tergantung pada kompleksitas konsep dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Level kemampuan siswa dalam penguasaan konsep ditentukan oleh cara setiap orang dalam menerima dan memproses konsep tersebut.

Penguasaan konsep yang dimaksudkan yaitu tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan Taksonomi Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001), penguasaan konsep dalam pembelajaran meliputi ranah kognitif C1, C2, C3, dan C4. Penguasaan konsep dengan observasi langsung akan lebih mempermudah siswa dalam memahami materi ajar sehingga siswa dapat memecahkan masalah secara kreatif.

Media dalam model Creative Problem Solving mempermudah siswa dalam mecari solusi permasalahan, karena media yang ada tidak hanya dalam bentuk gambar tetapi siswa dapat melihat langsung, meraba dan mencium media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami, mengingat tentang media yang ada di area penelitian.


(15)

Dengan konsep Creative Problem Solving media yang dipelajari siswa menghasilkan produk, produk yang dihasilkan berbeda setiap kelompoknya, dilihat dari cara menyusun produk pada eksperimen penjernihan air, dalam hal ini disimpulkan bahwa model Cretive Problem Solving mampu mengembangkan dan memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mencari solusi permasalahan.

Jadi kreatif dalam Cretive Problem Solving menghasilkan produk dari siswa sebagai media pemecahan masalah, selain itu siswa memiliki jawaban yang lebih bervariatif dalam menjawab soal-soal penjernihan air.

Kesulitan siswa dalam menguasai konsep biologi dapat dilatarbelakangi oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa selama pembelajaran, kegiatan siswa cenderung pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan, mencatat informasi, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa adanya proses pembentukan konsep sendiri. Akibatnya siswa hanya menghapal konsep saja, meskipun ada siswa yang mampu memiliki tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun mereka sering tidak memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan tersebut (Depdiknas dalam Trianto, 2007).

Kenyataan tersebut merupakan akibat dari kekurangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kekurangan pembelajaran berhubungan dengan pembelajaran yang sebagian besar berpusat pada guru (teacher centered). Pada pendekatan ini guru hanya menyampaikan pengetahuan pada siswa. Guru hanya memastikan materi ajar sudah disampaikan dan siswa harus memahami materi tersebut. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep tersebut lebih lama. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan menerapkannya dalam kehidupan nyata yang autentik sehingga tercipta


(16)

suasana kelas yang hidup, aktif, antusias dan penuh semangat dan mempunyai nilai kehidupan yang baik.

Selain penguasaan konsep yang harus dikuasai, ada satu aspek penting lainnya yaitu kemampuan memecahkan masalah. Sehingga diperlukan pengembangan kemampuan memecahkan masalah siswa secara tepat dan kreatif. Dalam hal ini tepat sasaran dan solusi yang dikombinasikan dengan pemikiran kreatif. Salah satu aspek kreativitas adalah kepribadian (personality) orang-orang kreatif. Aspek ini penting dipahami sebagai dasar dalam memberikan perlakuan yang sesuai kepada seseorang untuk mengembangkan kreativitasnya. Ada ungkapan bahwa “the creative person must have a creative personality”. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin apabila dipahami lebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya (Murniati, 2012). Dalam hal ini kreatif sangat menunjang dalam kemampuan memecahkan masalah.

Kreatif dari segi ontologi pada hakikatnya adalah siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam menjawab pertanyaan dan solusi masalah pencemaran air di sungai Cigasong.

Kreatif dilihat dari aspek epistomologi adalah kemampuan siswa dalam mendapatkan pengetahuan yang benar, di penelitian ini digunakan metode observasi langsung, sehingga siswa dapat secara langsung mengamati semua objek penelitian yang ada di area penelitian.

Kreatif ditinjau dari aspek aksiologi kebermanfaatan penelitian ini baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis untuk melihat kelayakan dan interaksi antara variable dalam penelitian. Sedangkan secara praktis untuk memberi sumbangan pemikiran pada praktisi pendidik, para peneliti pendidikan, dan para pengambil kebijakan pendididkan.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan penilaian kemampuan memecahkan suatu permasalahan secara lebih kompleks dalam berbagai aspek yang dimiliki oleh siswa. Peserta didik diperkenalkan pada


(17)

permasalahan dunia nyata dan didorong untuk mendalaminya, mengetahui tentang permasalahan tersebut, sehingga peserta didik dapat mengambil kesimpulan sendiri atas situasi yang terjadi, dan akhirnya peserta didik dapat menemukan pemecahan untuk masalah tersebut (Grabowski, Koszalka, & Mccarth, 1998 dalam Yamin).

Siswa berbeda-beda dalam kemampuan proses intelektual yaitu beberapa siswa lebih kuat dalam kognisi, beberapa siswa lebih kuat dalam berpikir divergen dan beberapa siswa lainnya lagi lebih kuat dalam kedua-duanya. Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah melalui pengamatan ciri-ciri berikut ini : (1) Hasrat ingin mengetahui, (2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, (3) Keinginan untuk menemukan dan meneliti, (4) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif, (5) Bergairah, aktif dan berdedikasi dalam melakukan tugasnya, (6) Kemampuan membuat analisis dan sintesis, (7)Memiliki semangat penyelidikan dan penemuan (discovery and inquiry).

Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan monoton. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikullum 2013).

Untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah secara kreatif dapat ditunjang dengan model pembelajaran CPS. Dimana model pembelajaran CPS merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran maupun menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Hal ini berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tidak hanya terbatas pada berhasil atau tidak, akan tetapi lebih pada proses menemukan solusi terbaik dan termudah yang dapat dilakukan oleh siswa. Menurut Davis (2012) melalui sintaks pembelajaran yang terdiri dari


(18)

penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan ide, penemuan solusi, penemuan penerimaan. Di sisi lain, model pembelajaran Creative Problem Solving juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan terhadap konsep biologi.

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang menjadikan kegiatan dalam pembelajaran berbasis pada pencarian solusi suatu permasalahan. Pembelajaran yang melibatkan suatu permasalahan memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam belajar. Pengalaman nyata tersebut menjadikan konsep-konsep yang dipelajari akan tersimpan lebih lama (long term memory). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sthepanie (2005:2) bahwa “pembelajaran yang melibatkan suatu permasalahan, menyajikan daya tarik tersendiri bagi siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran”. Selain itu pencarian solusi atas permasalahan juga menuntut siswa untuk menguasai dan memahami konsep khususnya konsep Biologi. Oleh karena itu tahapan model pembelajaran CPS khususnya pada tahap objective-finding didesain agar siswa aktif dalam memahami dan mencari konsep-konsep baru yang mendukung untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Salah satu materi ajar biologi SMP adalah pencemaran lingkungan yang terdiri dari pencemaran air, udara, tanah, dan suara. Dimana pencemaran air merupakan pencemaran yang berdampak langsung yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemaran, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri serta strategi untuk mengendalikannya.

Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan


(19)

definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran.

Kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran sangat layak, sesuai dengan materi pencemaran air kelas VII semester II (kurikulum 2013), dan dapat digunakan menjadi tempat penelitian, aliran sungai Cigasong yang melintasi daerah pemukiman warga dan pabrik tahu menyebabkan kondisi air sungai Cigasong tercemar limbah domestik rumah tangga dan limbah dari pabrik tahu.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk mengkaji kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran di lokasi Sungai Cigasong yang letaknya tidak jauh dari sekolah tempat mengajar, yaitu tepatnya di Jalan Raya Timur Cigasong Desa Simpeureum Kecamatan Cigasong kabupaten Majalengka. Sebelum penelitian dilakukan, diadakan observasi awal sebagai studi kelayakan mengenai kondisi lingkungan yang ada di lokasi penelitian tersebut. Studi kelayakan itu bertujuan untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di kelas dan diharapkan siswa dapat menerapkan teori yang didapat berdasarkan fakta yang didapat di lapangan. Studi kelayakan mengetahui kondisi sungai di kota Majalengka khususnya Cigasong beserta cara mengolah air yang tercemar sehingga tertarik untuk meneliti mengenai studi kelayakan pencemaran di Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran CPS pada siswa SMP kelas VII terhadap penguasaan konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini merupakan pengkajian tentang proses penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah terhadap pencemaran sungai Cigasong melalui metode observasi. Observasi yang dilakukan oleh siswa SMP di Sungai Cigasong mengenai tingkat pencemaran yang diakibatkan limbah dari pabrik tahu yang berada di kawasan Cigasong, Majalengka. Hal ini penting mengingat penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran Biologi yang dicanangkan dalam KTSP. Selain itu pelatihan daya nalar melalui model pembelajaran Creative Problem Solving


(20)

sangat bermanfaat bagi siswa untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Kelayakan Sungai Cigasong sebagai Media Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Materi Pencemaran Air Siswa SMP Kelas VII.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong dijadikan sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) materi pencemaran air pada siswa SMP kelas VII?”

Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP Kelas VII dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu, serta karakteristik Sungai Cigasong.

2. Bagaimanakah implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS terhadap materi pencemaran air.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Creative Problem Solving

melalui metode observasi langsung.

2. Parameter Implementasi media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS untuk meningkatkan penguasaan konsep, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar siswa.


(21)

3. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yaitu faktual dan konseptual. Penguasaan konsep yang meliputi proses kognitif C1 sampai dengan C4 dan dibatasi pada materi pencemaran air melalui kegiatan observasi langsung dengan soal pilihan ganda sebanyak 40 soal.

4. Kemampuan memecahkan masalah yang dilakukan secara tepat sesuai dengan kemampuan menemukan solusi. Kemampuan menyelesaikan masalah ini berupa pertanyaan dalam bentuk tes esai yang terdiri dari 10 soal berdasarkan kajian permasalahan yang ditemukan melalui metode observasi langsung ke Sungai Cigasong yang mengalami pencemaran limbah pabrik tahu yang berada di sekitar sungai.

5. Hasil belajar siswa meningkat dari berkualifikasi cukup pada pre test menjadi baik pada post test. Hasil belajar siswa pada post test mengalami peningkatan dibandingkan pre test. Interaksi belajar siswa sangat dinamis dan kerjasama antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok berlangsung dengan baik.

6. Pembelajaran yang efektif dan efisien, pembelajaran yang mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara maksimal dengan penggunaan komponen pembelajaran yang minimal. Komponen dalam hal ini adalah waktu, tenaga, dan biaya.

7. Penerapan media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS mendapat respon yang postif dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa, dan hasil angket tanggapan siswa yang 89% merespon positif terhadap pembelajaran CPS.

8. Materi yang dikaji dalam penelitian adalah pencemaran air.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji Sungai Cigasong, Majalengka sebagai


(22)

media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas VII pada konsep pencemaran air.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan : 1. Bagi guru :

a. Sungai Cigasong mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan aplikasi model pembelajaran Creative Problem Solving dalam pembelajaran biologi pada materi pencemaran air.

b. Memberikan pengalaman mengenai penggunaan model pembelajaran

Creative Problem Solving terhadap penguasaan konsep dan memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.

c. Dapat menjadi umpan balik bagi pendidik untuk menyusun rancangan pembelajaran yang lebih bervariatif dan menarik sehingga mampu melatihkan berbagai keterampilan dan kemampuan dalam bidang sains.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman langsung mengenai kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving pada materi pencemaran air.

b. Melatih siswa dalam meningkatkan penguasaan konsep dalam materi ajar pencemaran air.


(23)

c. Memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.

3. Bagi Peneliti lainnya

a. Sungai Cigasong sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

b. Sungai Cigasong sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien. c. Memberikan informasi kepada guru sains pada umumnya dan guru

biologi khususnya, mengenai model pembelajaran CPS , sehingga dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolahnya. d. Memberikan sumbangan pemikiran tinggi implementasi model

pembelajaran CPS, sehingga dapat diimplementasikan atau dikembangkan dalam KBM dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

e. Memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kreativitas pembelajaran biologi dan dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan penelitian yang relevan.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel

1. Lokasi

Lokasi penelitian studi kelayakan adalah Sungai Cigasong di Jalan Raya Timur Cigasong Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Sesuai dengan kurikulum 2013 mata pelajaran IPA materi pencemaran air ada di kelas VII semester genap (II), maka subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 Cigasong Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah empat kelas yang pada setiap kelas berjumlah 30 siswa.

3. Waktu

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua kali pertemuan :

1). Pertemuan pertama selama 2 jam pelajaran di kelas. Dengan kegiatan belajar mengajar menggunakan infokus yang didukung audio visual menjelaskan konsep pencemaran air dan penjelasan pelaksanaan observasi langsung ke lokasi pabrik tahu dan Sungai Cigasong.

2). Pertemuan kedua selama 2 jam pelajaran. Diawali dengan mekanisme kegiatan yang akan dilakukan, penjelasan lembar kerja siswa, pelaksanaan observasi langsung di pabrik tahu dan Sungai Cigasong. Setelah itu dilakukan diskusi kelompok mengenai hasil pengamatan dalam LKS yang kemudian didapatkan kesimpulan akhir dari pengamatan mengenai hasil penelitian limbah pabrik tahu di Sungai Cigasong.


(25)

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain “nonequivalent control group pretest-posttest design” untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah antar kelompok yang menggunakan model pembelajaran CPS dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (Sugiyono, 2006: 11). Dalam desain “nonequivalent control group pretest-posttest design” kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. Kelas yang dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas VII B dan kelas yang dijadikan kelas kontrol yaitu kelas VII C.

2. Desain Penelitian

Desain ini menggunakan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran langsung seperti ceramah, persentasi dan diskusi. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran Creative Problem Solving. Selain itu sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan tes. Tes sebelum perlakuan dikenal sebagai pretest. Sedangkan tes setelah perlakuan disebut posttest. Berikut adalah tabel yang menunjukkan

nonequivalent control group pretest-posttest design” (Sugiyono, 2010). Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2


(26)

(Sugiyono, 2010) Keterangan :

X1 = Model pembelajaran Creative Problem Solving

X2 = Model pembelajaran Konvensional O1 = Pretest kelas eksperimen

O2 = Posttest kelas eksperimen O3 = Pretest kelas kontrol O4 = Posttest kelas kontrol

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP kelas VII.

Studi kelayakan meliputi kriteria dari segi kemudahan akses, tingkat keamanan, efisien waktu, biaya murah, dan ekologi Sungai Cigasong (Surtikanti, 2011).

Area penelitian di Sungai Cigasong : panjang kurang lebih 15 m, lebarnya: 9 m, dengan kedalaman air : antara 30 cm - 1 m.

Kondisi Fisik : banyak batu-batu besar, aliran sungai dikelilingi kebun bambu, pohon mangga, pohon nangka, pohon kelapa, pohon melinjo, pohon belimbing, pohon petai cina, pohon jeruk sehingga keadaannya sangat rindang, ada pabrik tahu serta di atasnya ada pemukiman penduduk.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ke sungai Cigasong adalah air sungai Cigasong, flora dan fauna, pabrik tahu yang berada di lokasi penelitian sungai Cigasong. Untuk mengukur PH air sungai digunakan indikator kertas Lakmus biru dan merah. Data penelitian dikumpulkan dalam bentuk lembar kerja siswa.


(27)

3. Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang mampu melatihkan kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Penyelesaian masalah harus terdiri dari berbagai macam solusi yang pada akhirnya akan dipilih solusi terbaik melalui tahapan Objective-Finding, Fact-Finding, Problem-Finding, Idea-Finding, Solution Finding, dan Acceptance-Finding. Model ini dapat diukur melalui lembar observasi keterlaksanaan model (Osborne dalam Harris, 2002).

Model pembelajaran Creative Problem Solving terdiri dari lima tahapan. Tahapan pertama dinamakan penemuan fakta. Tahap kedua merupakan tahap penemuan masalah. Tahap ketiga adalah penemuan ide. Tahap keempat dari model pembelajaran ini adalah penemuan solusi. Tahap kelima adalah penemuan penerimaan (Davis, 2012).

Model pembelajaran ini sangat menarik untuk diimplementasikan karena pada dasarnya model ini sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan-kemampuan dalam bidang sains. Untuk meningkatkan kreativitas dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah melalui pelatihan memecahkan masalah. Cara kedua adalah mengajarkan

divergent thinking. Divergent thinking dapat berupa pencarian berbagai macam ide, pencarian ide dengan kategori yang berbeda, dan mengemukakan ide secara detail. Kedua cara tersebut dapat difasilitasi oleh model pembelajaran Creative Problem Solving (Osborne dalam Harris, 2002).


(28)

Salah satu model belajar yang sering digunakan dalam pendidikan adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang telah dipakai lama oleh para pendidik. Metode pembelajaran konvensional merupakan metode yang terdiri dari tahapan kegiatan awal, inti, dan akhir yang berpusat pada guru (Yamin, 2011:202). Ciri utama pembelajaran konvensional yaitu : (1) mengutamakan daya ingat dan hafalan, (2) peserta didik belajar secara individual, (3) pembelajaran dikembangkan oleh guru, (4) peserta didik penerima informasi secara pasif, (5) penyajian disajikan berdasarkan teoritis, abstrak, kaku dan berpegang pada buku teks.

5. Penguasaan Konsep Materi Pencemaran Air

Penguasaan konsep pada materi ajar pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi yang menggambarkan karakteristik konsep pencemaran lingkungan secara ilmiah, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari tes awal dan tes akhir. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom (Anderson, 2010:99) dibatasi pada aspek ingatan (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda 40 soal yang diberikan ketika pretest dan posttest.

6. Kemampuan Memecahkan Masalah Pencemaran Air

Kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep pencemaran lingkungan yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada berbagai peralatan atau karya teknologi (Wena, 2011: 52). Kriteria penilaian kemampuan


(29)

memecahkan masalah berdasarkan pada memahami masalah, ketepatan solusi, ketepatan perhitungan, dan ketepatan hasil yang dituangkan dalam suatu rubrik penilaian. Kemampuan memecahkan masalah diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk essay. Soal-soal tes pemecahan masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memecahkan masalah diukur dengan menggunakan tes memecahkan masalah meliputi 10 soal essay yang diberikan ketika pretest dan posttest.

Dalam penelitian ini, kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep pencemaran lingkungan yang dipahaminya untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian kemampuan memecahkan masalah tidak hanya terbatas pada kemampuan untuk menemukan solusi atas suatu masalah akan tetapi lebih kepada proses menemukan solusi terbaik atas permasalahan yang dihadapi (Wena, 2011: 53).

D. Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, tes, angket, dokumentasi, dan wawancara. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan, cara dan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Teknik tes digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran CPS. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah serta foto proses tindakan penelitian. Wawancara digunakan untuk memperoleh data lokasi penelitian.


(30)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan empat instrumen pengumpulan data, yaitu; lembar observasi, test, angket dan dokumentasi. Lembar observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS). Untuk lebih rinci, kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada lampiran A. Soal tes dilakukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Kisi-kisi soal pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran B.1 dan soalnya dapat dilihat pada lampiran B.4, lembaran angket dapat dilihat pada lampiran B.11 dan B.12, Dokumentasi dilakukan untuk menambah data yang dilakukan dalam penelitian untuk lebih jelas, foto-foto kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran (F1-F2).

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi studi kelayakan Sungai Cigasong, menyusun instrumen, dan implementasi pelaksanaan. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut.

1. Studi Kelayakan

- Melakukan survei ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu (Observasi Sungai Cigasong dan pabrik tahu dilihat secara fisik, biologi dan kimia).

- Wawancara kepada pihak terkait yaitu masyarakat sekitar dan pemilik serta pegawai pabrik tahu.

Dari hasil wawancara terhadap masyarakat di lokasi pabrik tahu, bahwa hasil buangan pabrik tahu belum berdampak negatif bagi kesehatan mereka. Air minum yang diperoleh berasal dari tanah yang


(31)

digali cukup dalam, sehingga cukup jauh dari limbah yang dibuang di permukaan.

2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP Pencemaran air, menyusun instrumen yang terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS) Pencemaran Air, Lembar Jawaban LKS, Lembar Soal Pencemaran Air, Lembar Jawaban Siswa, Lembar Angket Siswa, dan Guru.

3. Implementasi pelaksanaan a. Pertemuan Pertama

Hari/Tanggal : Senin, 20 Mei 2013

Waktu : 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran ) Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen) Tempat : Laboratorium IPA

Kegiatan : - Melakukan pretest soal penguasaan konsep dan pemecahan masalah pencemaran air

- Melakukan pembelajaran materi pencemaran air dengan alat peraga gambar-gambar pencemaran air menggunakan infocus.

- Melakukan eksperimen penjernihan air sederhana.

b. Pertemuan Kedua

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Mei 2013

Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen)

Tempat : Pabrik tahu dan Sungai Cigasong di Jalan Raya Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.


(32)

Kegiatan : - Pembagian kelompok (dikelompokkan menjadi 6 Kelompok, tiap kelompok terdiri 5 orang).

- Observasi ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu - Siswa melakukan pengamatan berdasarkan

petunjuk LKS ke Lokasi 2 (lokasi Sungai Cigasong setelah pembuangan tahu) dan dilanjutkan ke lokasi 1 (lokasi Sungai Cigasong sebelum pembuangan limbah pabrik tahu).

- Mengadakan diskusi lapangan perkelompok. - Melakukan postest soal penguasaan konsep dan

pemecahan masalah pencemaran air.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa sejumlah data yang dikumpulkan dalam penelitian sehingga memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu subyek yang diteliti. Dalam analisis deskriptif ini digunakan ukuran rata-rata hitung (mean), standar deviasi, maksimum, minimum dan ukuran rata-rata kenormalan data untuk masing-masing variabel penelitian. Dalam rangka mengetahui penyebaran data masing-masing variabel, data yang telah terkumpul diklasifikasikan dan diberi skor.

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan mengunakan uji Ttest dengan bantuan program SPSS 20 for windows.

G. Analisis Uji Coba Instrumen

1. Analisis Tes Penguasaan Konsep

Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa : a. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar yaitu :


(33)

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy           

Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas

Koefisien Korelasi Keterangan

0,8 – 1 Sangat Tinggi

0,6 – 0,8 Tinggi

0,4 – 0,6 Cukup

0,2 – 0,4 Rendah

0,0 – 0,2 Sangat Rendah

Arikunto (2008)

Angka hasil perhitungan Rxy kemudian dibandingkan denga tabel korelasi Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid apabila Rhitung > Rtabel.

Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan program Anates V4 dari 40 soal yang diuji terdapat 32 soal yang valid dengan Rhitung > 0,2 dan ada 8 soal yang tidak valid dengan Rhitung < 0,2. Soal yang digunakan untuk penelitian ini adalah soal yang valid sehingga dalam penelitian ini dari 40 soal ada 28 soal yang digunakan untuk penelitian, hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Validitas Butir Soal.

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil pengukuran. Menurut Arikunto (2008), reliabilitas soal dihitung untuk seluruh soal, dengan rumus korelasi :

             

 2 2

11 1 S pq S n n r Keterangan :


(34)

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

= jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Hasil uji realibilitas didapat skor realibilitas tes sebesar 0,79. Dapat dilihat pada lampiran E.1 Uji Realibilitas.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah :

JS B P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Keterangan

0,0 – 0,3 Sukar

0,3 – 0,7 Sedang

0,7 – 1,0 Mudah

Arikunto (2008)

Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa terdapat 6 soal kategori sukar, 26 soal kategori sedang, 8 soal kategori mudah, dapat dilihat pada lampiran E.1.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto: 2007).


(35)

B A B B A A P P J B J B

D    

Keterangan :

JA = banyaknya peserta kelompok atas. JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,0 – 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,0 Baik sekali

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang) Arikunto (2008)

Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa terdapat 3 soal kategori baik sekali, 14 soal kategori baik, 14 soal kategori cukup, 9 soal kategori jelek. Dapat dilihat pada lampiran E.1.

2. Analisis tes kemampuan memecahkan masalah a. Penyekoran hasil pretest dan posttest.

b. Penghitungan N-gain.

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui pemecahan masalah setelah dilakukan treatment. Gain ternormalisasi (N-gain) yang


(36)

dipakai merupakan rumus gain skor yang dikemukakan Hake (1999:1) sebagai berikut.

�= � − �

� � − �

Spost = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Kriteria efektifitas peningkatan dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Hake (1999)

Dari 30 orang siswa kelas eksperimen (Kelas VII B) didapat 17 orang dengan nilai batasan N-Gain kategori sedang, dan 13 orang dengan nilai batasan N-Gain kategori rendah. Hasil dapat dilihat pada lampiran E.4 Tabel N-Gain.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Uji hipotesis ini terdiri dari beberapa tahap yang harus dilalui untuk mencapai hasil yang tepat. Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan uji hipotesis.

a. Uji Nomalitas

Uji normalitas merupakan uji normalitas distribusi. Uji normalitas distribusi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Uji


(37)

maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa data tersebut

berdistribusi normal, dengan α = 0,05.

b. Uji Homogenitas Varians

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. nilai dari sig > α maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

c. Uji Hipotesis Parametrik

Data yang bersifat homogen dan normal maka dapat dilakukan uji hipotesis parametrik. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah :

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( N N N N S N S N M M t

Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel

d. Uji Hipotesis Non parametrik

Uji non-parametrik yang akan digunakan adalah uji Mann-Whitney U. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < ½ α, dengan α = 0,05, maka Hi diterima (Walpole, 1995).

4. Menghitung Persentase Angket Siswa.

Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa dan guru menggunakan rumus :

% � = �ℎ � � ℎ � � �

�ℎ � ℎ 100%

5. Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran.

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran


(38)

yang disusun. Perhitungan tersebut menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

� � � �� = �ℎ � � ℎ � � �


(39)

H. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam melakukan penelitian.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Wawancara / Tanggapan masyarakat dan pihak pabrik tahu

Observasi Keterlaksanaan Model Survey langsung ke lokasi penelitian Sungai Cigasong

Uji Coba, Validasi, , Revisi Pretest

Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran CPS) Kelas Kontrol

(Model Pembelajaran Konvensional)

Diskusi lapangan

Pengolahan dan Analisis Data

1. Pedoman Observasi 4 Wawancara

2. LKS 5. Diskusi Lapangan

3. Angket Siswa 6. Tes

Studi Literatur : Model Creative Problem Solving (CPS), penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model CPS materi pencemaran air

Tesis Posttest


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang studi kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada materi pencemaran air, siswa SMP Kelas VII di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari kemudahan akses, tingkat keamanan, efisien waktu, biaya, media, materi, serta karakteristik Sungai Cigasong. Hal ini didasarkan pada hasil observasi ke Sungai Cigasong.

Implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS terhadap materi pencemaran air secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan media Sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS pada materi ajar pencemaran air.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) pada materi pencemaran air siswa SMP Kelas VII pada materi ajar pencemaran air, maka terdapat beberapa hal yang harus dijadikan perhatian dan sebagai saran bagi penelitian–penelitian selanjutnya. Berikut adalah saran-saran tersebut:

1. Guru lebih mempertimbangkan lagi untuk mencoba model pembelajaran yang bervariatif dan inovatif agar siswa tidak bosan. Contohnya dengan


(41)

menggunakan media sungai, hutan, lahan pertanian dan lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan observasi materi ajar.

2. Lingkungan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan teori yang didapat siswa SMP di kelas dan dapat diterapkan pada materi-materi mata pelajaran yang lainnya.

3. Dalam penelitian ini Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran CPS tidak mengalami pencemaran air yang tinggi, maka perlu dipertimbangkan untuk memilih media penelitian dengan pencemaran tingkat tinggi, agar siswa lebih tertantang untuk meneliti, memahami dan mencari solusi terhadap masalah pencemaran yang terjadi, serta siswa dapat lebih peduli terhadap lingkungan.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Andreson, O. W., Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives. New York: Longman.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi kedua). Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Asmani. J.M (2011).Tujuh tips aplikasi pakem. Cetakan ke dua. Jogjakarta: Diva Press.

BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchel, L. G. (2004). Biologi (edisi ke-delapan). Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Cheolil Lim, Kyungsun Park and Miyoung Hong. (2010). An Instructional Model with an Online Support System for Creative Problem Solving.Seoul National University, Korea. International Journal for Educational Media and Technology.Vol.4, No.1, pp.4-12

Cox, Carole. (1999). Teaching Languange Art: A Student-and Response-Centered Classroom. California State University, Long Beach.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Bandung:Erlangga. Davis,A .G. (2012).Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan.Jakarta:Indeks. Departemen Pendidikan Nasional.(2008). Strategi Pembelajaran MIPA.

DiktiDitjen PMPTK Jakarta.

Dewi, E.P 2008 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

FTK, 2011. Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Tidak Diterbitkan. Fraenkel, J.R. (2006). How To Design And Evaluate (edisi


(43)

Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th Edition). New York: CBS College Publishing.

Gok, T and Silay, I. (2010).The Effects of Problem Solving Strategies on Students’

Achievement, Attitude and Motivation. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4, No. 1, Jan. 2010.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [On Line]. Tersedia: http:lists.asu.edu. [5 Oktober 2011]

Harris, A. R. (2002). Creative Problem Solving: A Step-by-Step Approach. Pyrrczak Publishing. 2002.

Issaken.(2008). A Compendium of Evidence for Creative Problem Solving.The Creative Problem Solving Group, Inc. 2008.

Latuheru, JD. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Masa Kini. Jakarta: DepdikbudMason R (1994).

Murniati.E (2012).Pendidikan & Bimbingan anak kreatif. Yogyakarta: Pustaka Insan Imani.

Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sain dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA

Purwanto, M. Ngalim. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rasyid. H, Masyur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima. Reiser, Robert A. & Dempsey, John V. (2002). Trends and issues in instructional

design and technology. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Rustaman. N, Dirdjosoemarto, S. Yudianto, S. A. Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin. N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA-UPI.

Sadiman, Arief. (1984). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Selçuk, GS. (2007). The Effects of Gender and Grade Levels on Turkish Physics Teacher Candidates’ Problem Solving Strategies.Journal of Turkish Science EducationVolume 4, Issue 1, May 2007.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sthepanie, Z (2005). The Creative Thinking and Ego Functioning of Children. Creativity Research Journal Volume 2 Issue4, Nov 2009.


(44)

Sudjana. 1996. MetodeStatistika. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supriadie. D, Darmawan. D. (2012).Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Rosda. Surtikanti.H.K. (2011).Biologi Lingkungan. Badung: Prisma Press.

Talajan. Guntur. (2012).Menumbuhkan kreativitas dan prestasi guru. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Trianto.(2007).Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto.(2007).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan keempat. Jakarta: Kencana Prenada.

Wahono. (2013). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Wena, M (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiersma, W. (1995). Research Methods in Education: an Instruction.

Massachussetts. A Simon and Schuster Company.

Yamin, M.(2011).Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.

Yaumi, Muhammad.(2012).Pembelajaran multiple intellegences. Jakarta: Dian Rakyat.


(45)

KELAS EKSPERIMEN ( Pertemuan ke-1)

Satuan Sekolah : SMP Negeri 1 Cigasong Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengolahan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

Indikator Pencapaian Kompetensi :

1. Menjelaskan jenis dan sumber pencemaran air.

2. Mengamati penyebab terjadinya pencemaran dan dampak terjadinya pencemaran air terhadap lingkungan.

3. Mengetahui cara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan lingkungan

A. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah guru menayangkan video pencemaran air, siswa dapat mengetahui proses terjadinya pencemaran air.

2. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan jenis-jenis pencemaran.

3. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan sumber-sumber terjadinya pencemaran.

4. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan penyebab dan dampak terjadinya pencemaran.

5. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukancara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan lingkungan.


(46)

B. Materi Pembelajaran

Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan pencemar ke dalam lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik.Istilah untuk bahan yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.Syarat suatu lingkungan disebut tercemar apabila polutan yang masuk kedalam lingkungan melebihi batas ambang. Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Penyebab terjadinya pencemaran air :

 Limbah industri yang langsung dialirkan ke sungai

 Limbah rumah tangga yang langsung dialirkan ke sungai Ciri-ciri air yang tercemar :

 Berbau

 Berubah warna

 Berubah rasa

Dampak dari pencemaran air terhadap makhluk hidup :

 Hilangnya ekosistem air

 Gangguan pernapasan, misalnya pada insang ikan berdarah Upaya untuk menanggulangi pencemaran air :

 Membuat unit pengolahan limbah

 Menggunakan sabun, detergen, shampo secukupnya.

C. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Konsep

Metode : Tanya jawab, demonstrasi Model : Creative Problem Solving(CPS)


(47)

D. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Prasyarat :

Siswa dalam kelompok membawa bahan-bahan kimia rumah tangga yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pewangi pakaian, pembersih lantai, sabun detergen, dll. (minimal 3 buah)

1. Kegiatan Awal

 Salam

 Mengecek absen dan mengisi agenda kelas

 Menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan produk yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari (detergen, botol shampoo).

 Guru memotivasi siswa dengan mengajukan

pertanyaan:”Apakah kalian sering menggunakan produk

-produk ini? Apakah kalian merasa nyaman menggunakan produk-produk ini? Diantara kalian ada yang suka mencuci pakaiannya sendiri? Kira-kira berapa takaran detergen untuk 1 kali cuci dengan satu baju? Sama tidak dengan jika kalian mencuci baju 1 ember? Sama tidak dengan jika kalian mencuci celana jeans setelah celana tersebut kalian gunakan di tempat yang kotor atau telah digunakan selama 1 bulan? Jika kalian selesai mencuci, apakah kalian pernah menelusuri pembuangan sisa detergen bekas saat mencuci? Kira-kira kemana ya sisa


(48)

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

 Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: kira-kira apa yang akan terjadi jika sisa detergen bekas mencuci kita buang ke sungai?. Mengaitkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai pengaruh penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan dengan materi yang akan dipelajari yaitu pencemaran lingkungan.Menuliskan SK, KD dan menyebutkan tujuan pembelajaran.

 Guru memberikan permasalahan untuk menggali konsepsi awal sebagai berikut:

Pencemaran lingkungan hidup di Indonesia meningkat tajam sepanjang tahun ini.Dalam catatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), dibanding tahun 2010, jumlah kasuspencemaran lingkungan meningkat hampir dua kali lipat di 2011."Ada 141 kasus pencemaran lingkungan sepanjang 2011. Meningkatnya hampir dua kali lipatdibanding tahun lalu, sekitar 75 kasus," kata Barry Fahdian Furqon, Direktur Eksekutif Nasional

 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab permasalahan tersebut.


(49)

 Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima orang.

 Siswa disajikan suatu permasalahan.

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

 Guru memperlihatkan keadaan lingkungan yang bersih dan yang sudah tercemari, kemudian mengajukan

pertanyaan: “Apakah terdapat perbedaan antara gambar A

dan gambar B? apa yang membedakannya? Gambar mana yang sudah tercemari? Apakah zat yang mencemari lingkungan menguntungkan atau merugikan bagi kita? (Video mengenai pencemaran air di lautan). Coba jelaskan

Apakah yang dimaksud dengan pencemaran

lingkungan?”.

Tahap : Mess-finding (penemuan ide)

 Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan pendapat mengenai masalah yang dikemukakan melalui gambar dan video.

 Guru memperlihatkan gambar pencemaran dan video (tanah, air, suara, dan udara) dan memberikan

pertanyaan:” Berdasarkan gambar-gambar ini apa yang

dapat kalian simpulkan?”.

 Guru menginformasikan bahwa istilah untuk zat yang mencemari lingkungan disebut polutan dan memberi penegasan bahwa polutan dapat mencemari lingkungan jika jumlahnya sudah melebihi batas ambang.

 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat


(50)

bawa.

Tahap : Fact-finding (Penemuan fakta)

 Siswa menganalisis bahan-bahan kimia rumah tangga yang biasa di gunakan berdasarkan komposisi bahan yang terkandung didalamnya.


(51)

Tahap : Problem-finding (Penemuan masalah)

 Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor bahan-bahan yang telah dibawa untuk menemukan permasalahan terhadap bahan yang dibawa jika di buang secara sembarangan ke lingkungan sekitar (Eksplor terhadap permasalahan yang dilakukan).

Tahap : Solution finding (penemuan solusi)

 Siswa mendiskusikan hasil analisisnya dengan sebelumnya menuliskan hasil penemuannya (pengaruh limbah industri atau limbah rumah tangga terhadap lingkungan baik pencemaran air, tanah, udara) di papan tulis.

 Siswa mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah dianalisis sebelumnya.

 Siswa dibimbing untuk menyebutkan ciri-ciri lingkungan yang tercemar.

Tahap :Acceptance-finding(penemuan penerimaan)

 Dalam kegiatanyang dilakukan, guru melakukan tanya jawab dan diskusi tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan Akhir :

 Siswa melaksanakan posttest.

 Guru menugaskan siswa pada pertemuan selanjutnya untuk membawa alat-alat yang akan digunakan dalam penjernihan air.


(52)

E. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu untuk SMP / MTs, Wasis BSE. Depdiknas 2. LKS

F. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik penilaian : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Esai dan PG

G. Contoh Instrumen

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan?

H. Penilaian

No. TP Butir Soal Ranah Kunci Skor

1 1 Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan

Kognitif C1

Masuknya bahan pencemar ke dalam

lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi makhluk hidup

(komponen biotik dan komponen abiotik)

15

2 2 Istilah bahan yang menyebabkan

pencemaran disebut…

a. Polusi b. Polutan

c. Bahan beracun d. Bahan berbahaya

Kognitif C1

b 10

3 3 Apa syarat suatu lingkungan dikatakan tercemar?

Kognitif C2

Apabila polutan yang masuk ke dalam

lingkungan melebihi batas ambang

10

4 4 Sebutkan 3 jenis pencemaran berdasarkan tempat terjadinya! Kognitif C1 Pencemaran air, pencamaran tanah, pencemaran udara dan pencemaran suara.

15

5 5 Sebutkan minimal 2 penyebab terjadinya pencemaran air!

Kognitif C3

1. Limbah pabrik yang langsung dialirkan ke sungai.

2. Limbah rumah tangga


(53)

No. TP Butir Soal Ranah Kunci Skor

6 6 Sebutkan minimal 2 ciri-ciri air yang tercemar! Kognitif C3 1. Berbau 2. Berubah warna /Keruh 3. Berubah rasa

15

7 7 Pernyataan di bawah ini merupakan dampak dari suatu pencemaran air. 1) Ekosistem air mengalami

kerusakan.

2) Menimbulkan gangguan pernafasan pada ikan. 3) Mengganggu pemandangan. 4) Pertumbuhan tanaman darat

terganggu.

5) Terjadinya hujan asam 6) Polutan pada aliran sungai

menyebabkan kematian ikan. Pernyataan nomor berapakah yang merupakan dampak dari

pencemaran air?

a. 1),2),6) c. 1),3),6) b. 3),4),5) d. 2),3),4)

Kognitif C3

a. 10

8 8 Berikut ini kegiatan manusia yang dapat mengatasi terjadinya

pencemaran air adalah…

a. Membuat unit pengolahan limbah rumah tangga.

b. Membuat sisa deterjen langsung ke aliran sungai

c. Memperbanyak penanaman tumbuhan pelindung.

d. Mendirikan industri di daerah yang banyak penduduknya.

Kognitif C3

a. 10

J u m l a h 100

Pedoman Penilaian

Nilai Total = Jumlah skor yang benar

Mengetahui Cigasong, Mei 2013


(54)

Mokhamad Janglar Sunaryo, M.Pd. Iin Inasih, S.Pd.


(55)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

( Pertemuan ke-2)

Satuan Sekolah : SMP Negeri 1 Cigasong Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengolahan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

Indikator Pencapaian Kompetensi :

1. Menjelaskan jenis-jenis dan sumber pencemaran air.

2. Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran dan dampak pencemaran air terhadap lingkungan.

3. Mengetahui cara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan lingkungan

A. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah guru melakukan demonstrasi penjernihan air, siswa dapat mengetahui proses terjadinya pencemaran air.

2. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan jenis-jenis pencemaran.

3. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan sumber-sumber terjadinya pencemaran

4. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan penyebab dan dampak terjadinya pencemaran.

5. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukancara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan lingkungan.


(56)

B. Materi Pembelajaran:

Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan pencemar ke dalam lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik. Istilah untuk bahan yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.Syarat suatu lingkungan disebut tercemar apabila polutan yang masuk kedalam lingkungan melebihi batas ambang.Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Penyebab terjadinya pencemaran air :

 Limbah industri yang langsung dialirkan ke sungai

 Limbah rumah tangga yang langsung dialirkan ke sungai Ciri-ciri air yang tercemar :

 Berbau

 Berubah warna

 Berubah rasa

Dampak dari pencemaran air terhadap makhluk hidup :

 Hilangnya ekosistem air

 Gangguan pernapasan, misalnya pada insang ikan berdarah Upaya untuk menanggulangi pencemaran air :

 Membuat unit pengolahan limbah

 Menggunakan sabun, detergen, shampo secukupnya.

C. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Konsep, Lingkungan Metode : Tanya jawab, Praktikum Model : Creative Problem Solving(CPS)


(57)

D. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Prasyarat :

Siswa dalam kelompok membawa air limbah dan bahan penjernihan air yang telah ditentukan.

1. Kegiatan Awal:

 Salam

 Mengecek absen dan mengisi agenda kelas

 Menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan demonstrasi penjernihan air.

 Guru memotivasi siswa dengan mengajukan

pertanyaan:”Apakah kalian pernah melakukan penjernihan air? Apakah kalian pernah meminum air penjernihan? Bagaimanakah rasanya, jika pernah?”.

 Guru memberikan permasalahan untuk menggali konsepsi awal sebagai berikut:

Bagaimanakah proses penjernihan air dengan menggunakan air tercemar dan bagaimanakah prinsip kerja dari water filter (penjernihan air)?

 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab permasalahan tersebut.

10 menit

2. Kegiatan Inti:

 Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima orang.

 Siswa disajikan suatu permasalahan.

 Guru memperlihatkan kegiatan demonstrasi, kemudian

mengajukan pertanyaan: “Bagaimanakah prinsip kerja dari penjernihan air?, Indikator apakah yang dapat digunakan untuk melihat hasil dari penjernihan air?, Apakah air hasil

penjernihan tersebut dapat dikonsumsi secara langsung?”

50 menit

Tahap : Mess-finding (Penemuan Ide)

 Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan pendapat mengenai masalah.

 Guru memperlihatkan gambar penjernihan air:

”Berdasarkan gambar-gambar ini apa yang dapat kalian

simpulkan?”.

 Guru menginformasikan bahwa istilah untuk zat yang mencemari lingkungan disebut polutan dan memberi penegasan bahwa polutan dapat mencemari lingkungan jika


(58)

jumlahnya sudah melebihi batas ambang.

 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mengenai bahan penjernihan air yang telah dibawa.

Tahap : Fact-finding (Penemuan fakta)

 Siswa menganalisis bahan-bahan penjernihan air yang biasa digunakan berdasarkan komposisi bahan yang terkandung di dalamnya.

Tahap : Problem-finding (Penemuan masalah)

 Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor bahan-bahan (limbah air) yang telah dibawa untuk menemukan permasalahan terhadap bahan yang dibawa untuk penjernihan air (Eksplor terhadap permasalahan yang dilakukan).

Tahap : Solution finding (penemuan solusi)

 Siswa mendiskusikan hasil praktikum dengan sebelumnya menuliskan hasil penemuannya pada lembar LKS.

 Siswa mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah dianalisis sebelumnya.

 Siswa dibimbing untuk menyebutkan hasil dari kegiatan penjernihan air.

Tahap :Acceptance-finding (penemuan penerimaan)

 Dalam kegiatan yang dilakukan, guru melakukan tanya jawab dan diskusi tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir :

 Siswa melaksanakan posttest.

 Guru menugaskan siswa untuk membuat produk hasil penjernihan air secara sederhana selain kegiatan yang telah dipraktikumkan.

 Guru memberikan penjelasan mengenai observasi langsung untuk melakukan studi kelayakan keadaan ekologis ke Sungai Cigasong.

 Guru beserta siswa melakukan observasi ke Sungai Cigasong

20menit

E. Sumber belajar:

1. Buku IPA Terpadu untuk SMP / MTs, Wasis BSE. Depdiknas 2. LKS


(59)

F. Penilaian hasil belajar :

1. Teknik penilaian : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Esai dan PG

G. Contoh Instrumen :

1. Apa yang dimaksud dengan penjernihan air? 2. Bagaimanakah prinsip kerja dari penjernihan air?

Pedoman Penilaian

Nilai Total = Jumlah skor yang benar

Mengetahui Cigasong, Mei 2013

Kepala SMP Negeri 1 Cigasong Guru Mata Pelajaran

Mokhamad Janglar Sunaryo, M.Pd. Iin Inasih, S.Pd.


(1)

Mokhamad Janglar Sunaryo, M.Pd. Iin Inasih, S.Pd.


(2)

Lampiran A.3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

( Pertemuan ke-2)

Satuan Sekolah : SMP Negeri 1 Cigasong

Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengolahan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan

Indikator Pencapaian Kompetensi :

1. Menjelaskan jenis-jenis dan sumber pencemaran air.

2. Menjelaskan penyebab terjadinya pencemaran dan dampak pencemaran air terhadap lingkungan.

3. Mengetahui cara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan

lingkungan

A. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah guru melakukan demonstrasi penjernihan air, siswa dapat mengetahui proses terjadinya pencemaran air.

2. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan jenis-jenis pencemaran.

3. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan

sumber-sumber terjadinya pencemaran

4. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukan

penyebab dan dampak terjadinya pencemaran.

5. Siswa melakukan praktikum penjernihan air, siswa dapat menentukancara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan lingkungan.


(3)

B. Materi Pembelajaran:

Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan pencemar ke dalam lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik. Istilah untuk bahan yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.Syarat suatu lingkungan disebut tercemar apabila polutan yang masuk kedalam lingkungan melebihi batas ambang.Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Penyebab terjadinya pencemaran air :

 Limbah industri yang langsung dialirkan ke sungai

 Limbah rumah tangga yang langsung dialirkan ke sungai

Ciri-ciri air yang tercemar :

 Berbau

 Berubah warna

 Berubah rasa

Dampak dari pencemaran air terhadap makhluk hidup :

 Hilangnya ekosistem air

 Gangguan pernapasan, misalnya pada insang ikan berdarah

Upaya untuk menanggulangi pencemaran air :

 Membuat unit pengolahan limbah

 Menggunakan sabun, detergen, shampo secukupnya.

C. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Konsep, Lingkungan

Metode : Tanya jawab, Praktikum

Model : Creative Problem Solving(CPS)


(4)

D. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Prasyarat :

Siswa dalam kelompok membawa air limbah dan bahan penjernihan air yang telah ditentukan.

1. Kegiatan Awal:

 Salam

 Mengecek absen dan mengisi agenda kelas

 Menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan

demonstrasi penjernihan air.

 Guru memotivasi siswa dengan mengajukan

pertanyaan:”Apakah kalian pernah melakukan penjernihan air? Apakah kalian pernah meminum air penjernihan? Bagaimanakah rasanya, jika pernah?”.

 Guru memberikan permasalahan untuk menggali konsepsi

awal sebagai berikut:

Bagaimanakah proses penjernihan air dengan

menggunakan air tercemar dan bagaimanakah prinsip kerja dari water filter (penjernihan air)?

 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab

permasalahan tersebut.

10 menit

2. Kegiatan Inti:

 Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari lima orang.

 Siswa disajikan suatu permasalahan.

 Guru memperlihatkan kegiatan demonstrasi, kemudian

mengajukan pertanyaan: “Bagaimanakah prinsip kerja dari penjernihan air?, Indikator apakah yang dapat digunakan untuk melihat hasil dari penjernihan air?, Apakah air hasil penjernihan tersebut dapat dikonsumsi secara langsung?”

50 menit

Tahap : Mess-finding (Penemuan Ide)

 Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan

pendapat mengenai masalah.

 Guru memperlihatkan gambar penjernihan air:

”Berdasarkan gambar-gambar ini apa yang dapat kalian simpulkan?”.

 Guru menginformasikan bahwa istilah untuk zat yang

mencemari lingkungan disebut polutan dan memberi penegasan bahwa polutan dapat mencemari lingkungan jika


(5)

jumlahnya sudah melebihi batas ambang.

 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat

mengenai bahan penjernihan air yang telah dibawa. Tahap : Fact-finding (Penemuan fakta)

 Siswa menganalisis bahan-bahan penjernihan air yang

biasa digunakan berdasarkan komposisi bahan yang terkandung di dalamnya.

Tahap : Problem-finding (Penemuan masalah)

 Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor

bahan-bahan (limbah air) yang telah dibawa untuk menemukan

permasalahan terhadap bahan yang dibawa untuk

penjernihan air (Eksplor terhadap permasalahan yang dilakukan).

Tahap : Solution finding (penemuan solusi)

 Siswa mendiskusikan hasil praktikum dengan sebelumnya menuliskan hasil penemuannya pada lembar LKS.

 Siswa mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah dianalisis sebelumnya.

 Siswa dibimbing untuk menyebutkan hasil dari kegiatan penjernihan air.

Tahap :Acceptance-finding (penemuan penerimaan)

 Dalam kegiatan yang dilakukan, guru melakukan tanya jawab dan diskusi tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir :

 Siswa melaksanakan posttest.

 Guru menugaskan siswa untuk membuat produk hasil

penjernihan air secara sederhana selain kegiatan yang telah dipraktikumkan.

 Guru memberikan penjelasan mengenai observasi langsung

untuk melakukan studi kelayakan keadaan ekologis ke Sungai Cigasong.

 Guru beserta siswa melakukan observasi ke Sungai

Cigasong

20menit

E. Sumber belajar:

1. Buku IPA Terpadu untuk SMP / MTs, Wasis BSE. Depdiknas


(6)

F. Penilaian hasil belajar :

1. Teknik penilaian : Tes tertulis

2. Bentuk instrumen : Esai dan PG

G. Contoh Instrumen :

1. Apa yang dimaksud dengan penjernihan air?

2. Bagaimanakah prinsip kerja dari penjernihan air?

Pedoman Penilaian

Nilai Total = Jumlah skor yang benar

Mengetahui Cigasong, Mei 2013

Kepala SMP Negeri 1 Cigasong Guru Mata Pelajaran

Mokhamad Janglar Sunaryo, M.Pd. Iin Inasih, S.Pd.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN BIOLOGY SMART COMICS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BATANGAN PATI

0 6 91

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (Cps) Dengan Media Visual Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Konsep Belajar Matematika (Ptk Pada Siswa Kelas Vii G Smp Negeri 2 Adimu

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (Cps) Dengan Media Visual Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Konsep Belajar Matematika (Ptk Pada Siswa Kelas Vii G Smp Negeri 2 Adimul

0 0 11

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1

0 1 16

(ABSTRAK) PENERAPAN BIOLOGY SMART COMICS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BATANGAN PATI.

0 0 2

(ABSTRAK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 SEMARANG PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 SEMARANG PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT.

0 1 164

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVEPROBLEM SOLVING (CPS)PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII - repository UPI S BIO 1101156 Title

0 0 4

PEMBUATAN FILM KUALITAS PERAIRAN SUNGAI LANDAK PADA SUB MATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII SMP

0 0 10