PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS : Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi.
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED
NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
PADA PEMBELAJARAN IPS
( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh: HARTATI
1204764
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED
NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
PADA PEMBELAJARAN IPS
( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)
Oleh Hartati
S.Pd. IKIP Padang, 1998
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Hartati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
Hartati, Nim: 1204764. Judul tesis “PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS”(Studi Kuasi
Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi). Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, sebagai pembimbing I dan Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd, sebagai pembimbing II
Penelitian ini dilakukan dilatarbelakangi oleh permasalahan kebiasaan guru dalam proses pembelajaran IPS yang hanya menggunakan metode ceramah tanpa memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh sendiri pengetahuanya, peserta didik dijadikan sebagai pendengar dan pencatat yang baik tanpa memahami makna yang terkandung dalam materi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran IPS antara model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dengan Structured Numbered Head (SNH). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen dan menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Sukatani, kabupaten Bekasi tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan adalah peserta didik pada kelas VII-B, VII-C, dan VII-D. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji non parametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa: terdapat perbedaan antara hasil pre test dengan post test peserta didik pada kelas eksperimen satu, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test pada kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test kelas kontrol, tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kkelas eksperimen satu dengan kelas kontrol, terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen dua dengan kelas kontrol. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH sebaiknya mempertimbangkan: dilaksanakan pada ruang kelas khusus dan dengan jumlah peserta didik yang tidak terlalu banyak, adanya pembatasan materi pembelajaran, jumlah anggota kelompok kooperatif NHT maksimal empat orang dan SNH maksimal tiga orang, guru memiliki informasi cukup banyak tentang kemampuan akdemik dan interaksi sosial peserta didiknya.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT), pembelajaran kooperatif Structured Numbered Head (SNH), pemahaman konsep.
(5)
ABSTRACT
Hartati (1204764). Title: The Effect of Implementation Cooperative Learning Model with Numbered Head Together (NHT) Type and Structured Numbered Head (SNH) Towards The Conceptual Understanding of Social Studies. (Quasi experiment Study in SMPN 2 Sukatani, Bekasi). Supervisors: 1. Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, and 2. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.
This reasearch is based on the problems of teacher’s habit in teaching learning process of social studies that only use conventional method without giving opportunities for the students to gain knowledge by their own, the students were only the listener and the writer without understanding the meaning in learning
materials. This research aims to explore the difference of students’ conceptual
understanding in learning social studies between the students who got cooperative learning model with NHT type compare with SNH type. This research belongs to quasi experiment with non equivalent control group design by using purposive sampling technique. The population of this research were the students in grade VII SMPN 2 Sukatani, Kabupaten Bekasi in academic year 2013/2014. The samples were the students in VII B, VII C, and VII D. The data analysis used were non parametric testing Mann Whitney and Wilcoxon. The result of the
researh indicated that : there is a difference of the result of students’ pre test and
post test in the first experiment class, there is a difference of the result of students’ pre test and post test in the second experiment class, there is a difference of the
result of students’ pre test and post test in the control class, there is no difference of students’ understanding between the first and second experiment class, there is
a difference of students’ understanding between the first experiment class and control class, there is a difference of students’ understanding between the second
experiment class and control class. In the Implementation of cooperative learning model with Numbered Head Together (NHT) type and Structured Numbered Head (SNH), it is recommended to consider about: it is better to be conducted in special classroom with the limited number of students, there is limitation of learning materials, the maximum number of NHT cooperative group will be four and for SNH will be three students maximally, the teacher has enough information
about students’ ability in academic and their social interaction.
Keywords: Cooperative Learning Model with Numbered Head Together (NHT) type, Cooperative Learning Model with Structured Numbered Head (SNH), Conceptual Understanding
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GRAFIK xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORETIK 16
A. Model Pembelajaran Kooperatif 9
B. Metode Pembelajaran 29
C. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) 30 D. Pembelajaran Kooperatif Structured Numbered Head (SNH) 33
E. Pendekatan Pembelajaran Konvensional 35
F. Media Pembelajaran 36
G. Pemahaman Konsep 42
H. Paradigma Penelitian 47
I. Hipotesis Penelitian 48
J. Penelitian Terdahulu 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian 51
(7)
ix
C. Metode dan Desain Penelitian 54
D. Defenisi Operasional Variabel 56
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 62
F. Uji Alat Tes Penelitian 62
G. Teknik Analisa Data 68
H. Prosedur Penelitian 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 74
B. Analisis Data 94
C. Pembahasan 119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 126
B. Saran 127
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN 134
(8)
DAFTAR TABEL
2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan koKonvensional 16 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional 34
2.3 Kerangka Konsep Atmosfer 45
3.1 Nilai Ulangan Harian Konsep Pemahaman IPS 51
3.2 Hasil Uji Normalitas Ulangan Harian 53
3.3 Uji Mann-Whitney Ulangan Harian 53
3.4 Desain Penelitian 54
3.5 Operasional Pemahaman Konsep 56
3.6 Operasional Variabel Penelitian 58
3.7 Data Hasil Uji Coba Validitas Soal 62
3.8 Klasifikasi Koefisien Daya Beda 64
3.9 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal 64
3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 66
3.11 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal 66
4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75
4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 76
4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78
4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 79
4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81
4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 82
4.7 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 84 4.8 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 85 4.9 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 86 4.10 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 87 4.11 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 88 4.12 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 2 89
(9)
xi
4.13 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 2 90 4.14 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 91
4.15 Rekap Data Pemahaman Kelas Kontrol 92
4.16 Data Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen 1,2, dan Kontrol 94 4.17 Data Hasil Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen 1, 2, dan Kontrol 95 4.18 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test dan Post Test 96
4.19 Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep 98
4.20 Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep 99
4.21 Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 100 4.22 Ringkasan Uji Wilcoxon Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 101 4.23 Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 101 4.24 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas
Eksperimen 1 dan 2 102
4.25 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 103 4.26 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
(10)
DAFTAR GRAFIK
4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75
4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 77
4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78
4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 80
4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81
4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 83
4.7 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 1 88
4.8 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 2 90
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu disiplin ilmu pendidikan memiliki tujuan-tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan, yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara baik, dapat mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam pengambilan keputusan setiap persoalan yang dihadapi, dan memberikan bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dan membekali wawasan sosial budaya untuk mempertajam pemikiran dan apresiasi nilai dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Kenyataanya implementasi pembelajaran IPS di sekolah masih banyak mengalami kendala. Hal ini sesuai dengan pendapat Al Muchtar (2004:99) implementasi materi IPS di sekolah saat ini masih menghadapi berbagai kendala, diantaranya: 1) lebih menekankan aspek pengetahuan; 2) berpusat pada guru; 3) mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai; serta 4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis. Sedangkan menurut Maryani (2009 : 30), kondisi pembelajaran Geografi/IPS tidak menarik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : “(1) pembelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah (2) pembelajaran geografi cendrung bersifat verbal ; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir (3) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.”
Kebanyakan sekolah melaksanakan proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dalam arti peserta didik lebih banyak menyimak informasi yang diterima dari guru yaitu melalui penggunan pendekatan pembelajaran ekspositori metode ceramah akibatnya peserta didik lebih bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan mengutamakan kemampuan berpikir (student center), kemampuan berpikir peserta didik yang diasah hanya pada
(12)
tingkat hapalan saja. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan oleh guru. Kenyataan ini juga ditemui dalam proses pembelajaran IPS di SMP negeri 2 Sukatani, kabupaten Bekasi, dimana guru merupakan satu-satunya sumber informasi pembelajaran, kebanyakan guru lebih memilih menggunakan metode ceramah dari pada metode pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif, walaupun ada sebagian kecil dari guru yang menyatakan telah menggunakan metode pembelajaran berkelompok namun itu hanya sebatas diskusi kelompok pembelajaran biasa saja bukan pembelajaran kooperatif, aktivitas diskusi kelompok hanya diakuasai oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi saja sedangkan peserta didik berkemampuan rendah hanya jadi penonton saja. Pembelajaran lebih banyak dilakukan secara klasikal tanpa memperhatikan perbedaan individu. Peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi pembelajaran sesuai dengan kemampuannya, walaupun sesungguhnya di lingkungan SMP negeri 2 Sukatani cukup banyak kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS. Hal ini terjadi bukan karena ketidak mampuan guru, namun disebabkan adanya anggapan guru bahwa dengan metode pembelajaran ekspositori seperti kebiasaan ceramah dan mencatat lebih menghemat waktu sehingga walaupun materi pembelajaran IPS cukup padat namun target pencapaian kurikulum tetap dapat tercapai. Karena itu, jika implementasi materi IPS tersebut di atas dipertahankan, maka pemahaman dan keterampilan peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan akan sulit untuk diwujudkan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil ulangan harian mata pelajaran IPS siswa kelas VII pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang masih dibawah KKM yaitu nilai rata-ratanya baru sampai 60,05 sedangkan nilai batas ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPS kelas VII sebesar 7,1. Hasil rata-rata ulangan harian tersebut menunjukan bahwa hanya sebesar 38,46 % siswa saja yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas batas KKM. Dengan demikian lebih dari separoh siswa, yaitu 61,54% harus
(13)
mengikuti remedial. Hal ini sangat merepotkan guru karena selain jumlahnya yang besar juga terkendala waktu yang sangat terbatas.
Seiring dengan perkembangan waktu, metode pembelajaran juga mengalami banyak perkembangan dan kemajuan-kemajuan. Metode pembelajaran adalah salah satu bagian dari komponen utama pembelajaran. Sanjaya (2012) menyatakan bahwa komponen utama dalam pembelajaran diantaranya adalah adanya tujuan, isi/materi, metode, alat atau media, dan penilaian atau evaluasi. Masing-masing dari komponen ini saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas dari suatu proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau langkah-langkah yang telah dipikirkan dan direncanakan secara matang oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan itu dapat lebih menarik, lebih hidup, terarah, dan dapat mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahaman peserta didik adalah dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan media pembelajaran audio-visual. Johnson (1994:89) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Selanjutnya Hamalik (2011:34) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Media pembelajaran adalah alat untuk menyampaikan atau menghantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Daryanto (2012:4) dalam proses belajar mengajar media pembelajaran memiliki kegunaan sebagai berikut:
(1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif
(14)
anak didik,(4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, (5) memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Sejalan dengan itu Gerald & Ely (Arsyad, 2011:12), menyatakan tiga kemampuan media yang mungkin guru tidak dapat melakukannya, yaitu:
(1) Kemampuan fiksatif, artinya media dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) kemampuan manipulatif, media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan atau manipulasi sesuai dengan keperluan, (3) kemampuan distributif, media mampu menjangkau audiens yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.
Melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan media pembelajaran audio-visual diharapkan proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi, ransangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran audio-visual pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan media audio-visual selain dapat membangkitkan motivasi dan minat peserta didik juga dapat membantu memudahkan peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran termasuk konsep pembelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik.
Menurut Mulyono dan Zainal (1980:3), alat bantu mengajar atau media pengajaran yang merupakan bagian dari teknologi pengajaran pada umumnya merupakan alat-alat atau sarana yang dapat digunakan melalui indera mata dan telinga. Wujudnya dari yang sederhana seperti papan tulis, sampai kepada lat-alat elektronik yang mahal seperti komputer. Fungsi alat bantu mengajar sama pentingnya dengan kegiatan mengajar, yang membantu efisiensi pencapaian tujuan yang diharapkan.
Atmosfer merupakan salah satu materi pembelajaran IPS yang dalam menyampaikannya akan lebih efektif jika disertai dengan model pembelajaran
(15)
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan tipe Structured Numbered Heads (SNH) melalui media pembelajaran audio visual, karena kegiatan pembelajaran dengan melibatkan kerjasama antar siswa dalam kelompoknya yang disertai dengan merangsang pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan pembelajaran diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam memahami konsep terhadap materi tersebut.
Sebagaimana yang dikemukakan Briggs (Asyhar, 2012:4), menyampaikan pokok bahasan atmosfer pada peserta didik diperlukan pemilihan model dan media pembelajaran yang tepat, media pembelajaran adalah sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar. Salah satu media pembelajaran yang tepat pada materi atmosfer adalah media audio-visual. Media audio-visual adalah jenis media yang dugunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Melalui media audio diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPS pada materi atmosfer. Kemampuan daya serap manusia dari penggunaan alat inderanya yang terbesar adalah dari penglihatan 82% dan dari pendengaran 11%.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented) yaitu peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kecil dengan jumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat menarik minat siswa serta dapat mempermudah peserta didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran IPS, karena akan lebih mudah dan lebih cepat belajar jika mereka saling berdiskusi dengan temannya serta akan makin maksimal hasilnya bila peserta didik melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (1988:17), bahwa dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih
(16)
cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan.
Dipilihnya materi atmosfer pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan tipe Structured Numbered Heads (SNH) menggunakan media audio-visual dalam penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa cuaca dan iklim adalah fenomena alam yang proses kejadianya sulit untuk di diprediksi secara keilmuan dan merupakan hal yang sulit untuk dipelajari secara langsung.
Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran IPS yang optimal untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang dianggap sukar dalam pembelajaran IPS termasuk dalam penyampaian materi atmosfer. Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memudahkan pemahaman tersebut adalah dengan menerapkan model NHT dan SNH melalui penggunaan media audio-visual. Karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian seberapa efektif “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan SNH Terhadap Pemahaman Konsep pada Pembelajaran IPS”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan Structured Numbered Heads (SNH) terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani? Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen pertama?
2. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan pos test kelas eksperimen kedua?
(17)
3. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas kontrol?
4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua?
5. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu dan kelas kontrol?
6. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua dan kelas kontrol?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas , maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Seberapa jauh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media audio-visual dapat mempengaruhi pemahaman konsep atmosfer pada siswa kelas VII SMPN 2 Sukatani?” Dari tujuan umum di atas, dapat dirumuskan tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
eksperimen pertama.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen dua.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas kontrol.
4. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua.
5. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu dengan kelas kontrol.
6. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua dengan kelas kontrol.
(18)
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran IPS. Selain itu diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama bagi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual dalam pembelajaran IPS yang selama ini hanya menggunakan pendekatan dan media yang sifatnya konvensional.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :
a. Bermanfaat bagi pihak sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dengan berpegang pada kurikulum dalam memberikan kesempatan dan fasilitas kepada guru dan peserta didik untuk menciptakan media pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa. b. Menjadi masukan bagi guru bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual merupakan salah satu cara mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep cuaca dan iklim yang tidak dapat dipelajari secara langsung.
(19)
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa alasan di antaranya: 1. Terbatasnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang
berbasis teknologi.
2. Dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian tersedia secara memadai.
3. Kebanyakan guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
4. Studi pendahuluan yang menunjukan masih terdapatnya sejumlah permasalahan dalam kegiatan pembelajaran IPS.
5. Belum pernah digunakannya media pembelajaran audio-visual, sementara fasilitas untuk menggunakan media tersebut tersedia dan dapat digunakan untuk kegiatan penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Sugiyono (2012;117)Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diatarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMPN 2 Sukatani pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 322 orang peserta didik. Peneliti memilih populasi peserta didik kelas VII SMPN 2 Sukatani tahun pelajaran 2013/2014, karena mereka merupakan kelompok peserta didik yang siap menerima perlakuan penelitian ini baik secara waktu maupun materi yang tersedia.
(20)
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak tiga kelas dengan rincian dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel didasarkan atas hasil uji normalitas dan homogenitas nilai ulangan harian mata pelajaran IPS dalam materi Interaksi Sosial dan Proses Sosialisasi khusus pada soal-soal pemahaman konsep dari seluruh siswa kelas VII yang dijadikan populasi.
Tabel 3.1
Nilai Ulangan Harian Pemahaman Konsep IPS ( materi interaksi dan proses sosialisasi) kelas VII
SMPN 2 Sukatani T.P 2013-2014
SISWA KELAS VII
A B C D E F G
1 40 70 65 42 56 70 46
2 71 69 30 40 58 35 56
3 69 35 65 60 38 73 40
4 81 72 20 25 63 60 46
5 88 30 72 35 70 76 73
6 61 78 25 82 33 53 46
7 78 76 58 42 20 60 70
8 42 72 78 68 98 40 43
9 72 50 50 52 66 60 50
10 78 70 65 32 45 56 56
11 98 78 65 42 66 50 46
12 68 55 20 80 96 63 73
13 35 60 52 52 76 71 73
14 20 25 44 70 53 53 3
15 78 45 55 52 92 68 53
16 36 75 52 42 68 83 53
17 26 60 42 60 63 73 80
18 78 78 35 70 63 50 56
19 68 44 80 25 60 73 83
20 40 70 50 72 38 80 76
21 83 65 60 50 86 86 63
22 78 75 45 25 56 85 66
(21)
24 60 20 58 40 74 60 60
25 68 50 60 62 86 63 20
Tabel lanjutan 3.1
26 78 62 30 72 56 53 50
27 90 68 52 70 78 60 80
28 60 73 20 52 74 73 53
29 75 52 45 52 56 63 60
30 65 30 62 60 56 85 56
31 56 35 50 42 78 60 56
32 22 30 30 62 36 65 60
33 65 69 30 40 76 53 73
34 85 42 60 80 26 63 70
35 35 30 65 42 41 70 80
36 70 72 70 52 53 53 73
37 80 62 70 70 78 70 56
38 38 50 42 52 78 54 50
39 73 60 69 72 66 70 86
40 35 20 50 70 56 40 73
41 82 30 68 35 80 70 63
42 65 70 73 50 73 68 60
JUMLAH 2658 2357 2182 2273 2618 2651 2503
RATA-RATA 63,286 56,119 51,952 54,119 62,333 63,12 59,595 Sumber : Data SMPN 2 Sukatani, T.P 2013-2014
Berdasarkan data hasil uji normalitas diperoleh sebanyak empat kelas yang memiliki nilai berdistribusi normal yaitu kelas C, D, E, dan F seperti yang tertera pada tabel 3.2. Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan awal siswa dilakukan uji homogenitas dan uji non parametrik Mann-Withney. Dari hasil uji homogenitas dan Mann Withney maka diperoleh tiga kelas yang tidak memiliki perbedaan yaitu kelas B, C dan D seperti tertera pada tabel 3.2 dan 3.3
(22)
Tabel 3.2
Data Hasil Uji Normalitas
KELAS Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A .177 42 .002 .919 42 .005
B .168 42 .004 .900 42 .001
C .119 42 .142 .952 42 .075
D .130 42 .071 .953 42 .081
E .106 42 .200* .977 42 .539
F .093 42 .200* .971 42 .349
G .108 42 .200* .919 42 .005
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Tabel 3.3 Uji Mann-Whitney
Ulangan Harian
Kelas Mann-Whitney Z Asymp.Sig.(2-tailed) Keputusan
B-C 724.000 -1,416 0,157 Homogen
C-D 827.000 -0,493 0,622 Homogen
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Berdasarkan data hasil uji homogenitas dan normalitas nilai ulangan harian pada materi interaksi sosial dan proses sosialisasi pada tabel di atas, maka diambil tiga kelas yang mempunyai nilai homogen, yaitu kelas VII B, VII C, dan VII D. Kelas VII B dan VII C dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 , sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain yang digunakan adalah Quasi Exsperimental Design Long Maching
(23)
Methods. Salah satu ciri penelitian dengan menggunakan design eksperimen kuasi ini adalah adanya kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Hal ini berarti untuk mengukur pengaruh penerapan model pembelajaran dan media yang dieksperimenkan terhadap pemahaman konsep siswa perlu diadakan kelas kontrol yang diberikan perlakuan tidak sama.
Penelitian ini menggunakan tiga kelompok peserta didik, yaitu dua kelompok siswa di kelas eksperimen 1 dan 2, serta satu kelompok peserta didik di kelas kontrol. Peserta didik di kelas eksperimen 1 dan 2 diberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH serta menggunakan media pembelajaran audio-visual, sedangkan peserta didik di kelas kontrol tidak diberikan perlakuan tetapi dibiarkan belajar seperti biasanya yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan memanfaatkan media grafis.
2. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Nonequivalent Control Group Design dengan pola sebagai berikut:
Tabel 3.4
Desain Kuasi Eksperimen
Nonequivalent Group Desain
Kelas Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen 1 O1 X1 O2
Eksperimen 2 O1 X2 O2
Kontrol O1 O2
Sumber: Sugiono, 2012 Keterangan:
E1 O1 = pre-test (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen 1
E1 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 1
(24)
E2 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 2
K O1 = pre-test pada kelas kontrol
K O2 = post-test pada kelas kontrol
X1 = perlakuan pada kelas eksperimen 1
X2 = perlakuan pada kelas eksperimen 2
D. Defenisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan defenisi operasionalnya, yaitu:
1. Model pembelajaran kooperatif
Merupakan suatu model pemebelajaran di dalam kelas yang sengaja dirancang dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-7 orang dimana masing-masing anggota kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan akademik bervariasi. Mereka dituntut untuk dapat melakukan kerjasama dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran. Aktivitas diskusi mereka dalam kelompok belum boleh diakhiri sebelum semua anggotanya memahami seluruh materi yang dipelajari. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa macam diantaranya adalah tipe Numbered Head Together (NHT) dan tipe Structured Numbered Head (SNH).
a. Model pembelajaran NHT
Model pembelajaran NHT adalah suatu teknik pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok kecil, dimana masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor yang berbeda.
Teknik pembelajaran NHT dilakasanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-7 orang, masing-masing siswa diberi nomor sebagai identitas diri, selanjutnya guru memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Setiap kelompok harus dapat menyepakati jawaban yang benar dan memastikan setiap anggotanya memahami jawaban yang benar. Kemudian guru memanggil satu nomor peserta
(25)
didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan berdiri dan membacakan hasil kerjasama kelompoknya untuk seluruh kelas.
b. Model pembelajaran SNH
Model ini hampir sama dengan NHT, bedanya sangat kecil sekali yaitu pada pembagian tugas dan masuk keluarnya peserta didik dalam kelompok. Berikut ini adalah langkah-langkah dari tipe SNH : siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor, penugasan pada peserta didik diberikan berdasarkan nomornya, peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal, siswa nomor dua mengumpulkan data yang berhubungan penyelesaian soal, siswa nomor tiga membacakan jawaban, dan peserta didik nomor empat mencatat dan membacakan hasil kerja kelompoknya. Untuk peserta didik yang mendapat tugas yang sulit diperbolehkan keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk mencocokkan jawaban mereka, selanjutnya mereka melaporkan hasil kerjasama kelompoknya sementara kelompok lain menanggapinya.
2. Pemahaman konsep
Pemhaman merupakan kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk mudah dimengerti serta siswa mampu menginterpretasi dan mengklasifikasikannya. Pemahaman adalah kemampuan siswa memahami materi pelajaran. Kemampuan pemahaman siswa dapat dilihat dari kemampuannya memperkirakan kecendrungan serta meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.
Tipe-tipe pemahaman yang telah diuraikan di atas dapat diukur dengan alat test (item soal) yang dapat menunjukkan tipe hasil belajar pemahaman yaitu dengan mengajukan permasalahan operasional sebagai berikut:
(26)
Variabel Dimensi Operasional/Indikator Objek operasional Pemahaman
Konsep Cuaca dan iklim Translasi (Terjemahan) Menterjemahkan, merubah, menguraikan, menjelaskan, menyiapkan, membaca, menggambarkan, mengubah, mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. Arti, contoh, defenisi,intisari, gambaran, kata fase. Interpretasi (Penafsiran) Menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. Sangkut paut, hubungan dasar, aspek gembaran baru, kesimpulan, metode, teori, intisari. Ekstrapolasi (Perluasan) Menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan, membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan, mengisi, menggambarkan. Akibat, pengertian, kesimpulan, arti, akibat, pengaruh, kemungkinan. Sudjana, 2005.
Menurut Sudjana (1989:24) pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Pemahaman translasi (terjemahan)
Merupakan pemahaman terhadap sesuatu yang dikomunikasikan dengan bahasa sendiri atau diungkapkan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Pemahaman translasi meliputi kemampuan: (a) menterjemahkan sesuatu dari suatu bentuk abstrak kebentuk lain yang lebih konkrit, (b) menterterjemahkan suatu bentuk simbol ke dalam bentuk lain seperti menterjemahkan tabel, grafik, simbol dan yang lainnya.
2. Pemahaman interpretasi (penafsiran)
Merupakan kemampuan menjelaskan atau menyimpulkan suatu komunikasi, menghubungan bagian-bagian terdahulu dengan bagian berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. Pemhaman ini terdiri atas tiga kemampuan ,yaitu: (a) kemampuan membedakan kesimpulan yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan,
(27)
(b) memahami kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan, (c) memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan.
3. Pemahaman ekstrapolasi (perluasan)
Adalah pemahaman terhadap kecendrungan dari data atau menentukan implikasi, konsekuensi-konsekuensi hasil atau aturan-aturan yang wajar, efek-efek dan sebagainya sesuai dengan kondisi asli. Pemahaman ekstrpolasi terbagi menjadi: (a) menyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit, (b) memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari suatu tinadakan yang digambarkan dari suatu pbentuk komunikasi.
Melalui kemampuan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat sesuatu dibalik yang tertulis, mampu memprediksi tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.
Defenisi opersional variabel-variabel penelitian ini dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5 Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Konsep Indikator Instrumen
1. Model pembelajara n kooperatif NHT Pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok kecil, dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran (Johnson & Johnson) Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. . 2. Pembagian kelompok. 3. Kerja kelompok.
Dokumenta si observasi
2. Model pembelajara n SNH Model pembelajaran kooperatif SNH merupakan Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. 2. Pembagian kelompok. 3. Penugasan diberikan
Dokumenta si observasi
(28)
modifikasi dari model NHT, pada model ini setiap siswa
mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda. Pada saat tertentu, siswa dapat keluar dari kelompoknya kemudian bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk mencocokan tugas mereka sehingga mengurangi kejenuhan siswa. Menurut Lie(2008), dengan perbedaan tugas yang diberikan pada masing-masing siswa, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dirinya sendiri dan rekan-rekan dalam kelompoknya
pada setiap siswa. 4. Siswa penjawab soal bergabung dengan siswa lain yang bernomor sama untuk mencocokan jawaban.
3. Pemahaman konsep 1. Translasi (translasi) Kemampuan: menterjemahkan, merubah, menguraikan, menjelaskan, menyiapkan, membaca, menggambarkan, mengubah, Mengemukakan pengertian atmosfer Mengemukakan pengertian cuaca. 1 12
(29)
mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. 2.Interpretasi (penafsiran) Kemampuan: menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. 3.Ekstrapolasi (perluasan) Kemampuan: menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan, Menterjemahkan konsep kelembaban udara. Menjelaskan konsep angin Menjelaskan konsep hujan Mengidentifikasi
jenis gas penyusun atmosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan ionosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan mesosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan stratosfer. Memperkirakan penyebab
kerusakan lapisan atmosfer
Menafsirkan usaha untuk menekan perluasan pemanasan global. Mengidentifikasi jenis awan Memperkirakan penyebab rusaknya lapisan ozon. Memperkirakan 13 14 15 2 3 4 5 6 10 16 7 9, 11
(30)
membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan
, mengisi,
menggambarkan dampak dari kerusakan lapisan atmosfer Memperkirakan akibat dari fenomena cuaca elnino Memperkirakan akibat dari pemanasan global bagi kehidupan di muka bumi. Menentukan
ukuran tekanan udara.
Menentukan jenis kelembaban udara Memperkirakan
penyebab munculnya
fenomena cuaca la nina 19 8 17 18 20
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, , dan
observasi.
1. Tes Tertulis
Tes tertulis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap konsep cuaca dan iklim, sesudah perlakuan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Tes tertulis diberikan dalam bentuk pilihan ganda (tes objektif).
2. Observasi
Sutrisno (Sugiono, 2012:203) menyatakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk
(31)
mengamati penampilan guru dan melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam melakukan diskusi, menyusun laporan serta mempresentasikan hasil diskusi.
F.Uji Alat Tes Penelitian 1. Uji Validitas
Soal tes yang ditujukan untuk mengukur pemahaman peserta didik terhadap konsep atmosfer, baik yang akan diujikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum digunakan dilakukan dulu uji validasi dan uji realibilitas butir-butir soal. Soal ini diuji cobakan pada peserta didik kelas VIII-F yaitu peserta didik yang sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran atmosfer pada SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi. Uji alat tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas soal tes, dan ketepatan alat tes dalam melaksanakan fungsinya. Dalam penelitian ini alat evaluasi yang digunakan berupa test pilihan ganda. Uji validasi butir soal dilakukan dengan bantuan program Ana Test.
Jika dihitung secara manual, maka digunakan rumus product momen angka kasar, seperti tyang dikemukakan Arikunto (2008:72).
гxy = nΣxy ̶ (Σx) (Σy)
√{n(Σx2) - (Σx)2}{n(Σy2) - ( Σy)2} Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
n = banyaknya sampel
Σx = jumlah nilai tiap butir soal
Σy = jumlah nilai total
Pengujian validitas test dilakukan dengan menggunakan bantuan Software Anatest V.A for Windows (data lebih lengkap lihat lampiran B.4, hal.162). Hasil perhitungan validitas dari soal yang telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.6
(32)
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Butir Soal Korelasi Interprestasi Keputusan
1 0,535 Sangat valid
2 0,610 Sangat valid
3 0,488 Sangat valid dibuang
4 0,602 Sangat valid
5 0,615 Sangat valid dibuang
6 0,642 Sangat valid
7 0,511 Sangat valid
8 0,481 Sangat valid dibuang
9 0,542 Sangat valid
10 0,435 Valid dibuang
11 0.311 Tidak valid dibuang
12 0,351 Valid
13 0,355 Valid dibuang
14 0,642 Sangat valid
15 0,615 Sangat valid
16 0,331 Tidak valid dibuang
17 0,242 Tidak valid diperbaiki
18 0,285 Tidak valid dibuang
19 0,419 Valid
20 0,316 Tidak valid dibuang
21 0,571 Sangat valid
22 0,198 Tidak valid dibuang
23 0,458 Sangat valid dibuang
24 0,757 Sangat valid
25 0,075 Tidak valid dibuang
26 0,516 Sangat valid dibuang
27 0,685 Sangat valid
28 -0,096 Tidak valid dibuang
29 0,149 Tidak valid dibuang
30 0,585 Sangat valid
2. Uji Reliabilitas
Sugiyono (2008:173) berpendapat instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan demikian setelah dilakukan uji coba instrumen pada peserta didik kelas VIII- F SMPN 2 Sukatani, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas data dari hasil uji coba untuk menunjukan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Software Anatest V.A for Window.
(33)
Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen soal yang telah diujikan adalah 0,08 dengan simpangan baku 5,85, korelasi 0,78 dan rata-rata sebesar 17,55.
3. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda butir instrumen soal test dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir instrumen soal test. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda menurut Suherman (2003) adalah:
DP = JBA−JBB
JSA atau DP =
JBA−JBB JSB Keterangan:
DP = Daya pembeda
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
� = Jumlah siswa kelompok atas.
� = Jumlah siswa kelompok rendah.
Menurut Suherman (2003) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Sumber : Suherman (2003)
Perhitungan daya pembeda instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan menggunakan bantuan sofware Anates V.4 for Windows (data lebih
(34)
lengkap lihat lampiran B.2, hal.160). Pada tabel berikut ini dapat dilihat rangkuman daya pembeda tes.
Tabel 3.8
Data Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Test
Nomor
Butir Soal DP Interpretasi Keputusan
1 45.45 Sangat baik
2 90.91 Sangat baik
3 54.55 Sangat baik dibuang
4 81.82 Sangat baik
5 54.55 Sangat baik dibuang
6 72.73 Sangat baik
7 63.64 Sangat baik
8 45.45 Sangat baik dibuang
9 63.64 Sangat baik
10 45.45 Sangat baik dibuang
11 36.36 Sangat baik dibuang
12 27.27 Sangat baik
13 36.36 Sangat baik dibuang
14 27.27 Sangat baik
15 36.36 Sangat baik
16 81.82 Sangat baik dibuang
17 54.55 Sangat baik
18 27.27 Sangat baik dibuang
19 45.45 Sangat baik
20 36.36 Sangat baik dibuang
21 63.64 Sangat baik
22 18.18 Sangat baik dibuang
23 54.55 Sangat baik dibuang
24 81.82 Sangat baik
25 0.00 Jelek dibuang
26 54.55 Sangat baik dibuang
27 72.73 Sangat baik
28 -9.09 Jelek dibuang
29 18.18 Sangat baik dibuang
30 63.64 Sangat baik
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
(35)
Menurut Suherman (2003), tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= +
� + �
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
=Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.
=Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
� = Jumlah siswa kelompok atas.
� = Jumlah siswa kelompok rendah.
Menurut Suherman (2003) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut: Tabel 3.9
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal Kriteria Indeks Kesukaran Klasifikasi
IK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 IK 0,3 Soal Sukar
0,3 IK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 IK ≤ 1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Hasil uji coba tingkat kesukaran soal pada materi atmosfer pada peserta didik kelas VIII-F SMPN 2 Sukatani dapat dilihat pada lampiaran B.3, hal.161). Pada tabel 3.12 dapat dilihat rangkuman tingkat kesukaran alat test
Tabel 3.10
Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal
Nomor
Butir Soal TK Klasifikasi Keputusan
1 77.27 Mudah
2 54.55 Sedang
(36)
4 50.00 Sedang
5 27.27 Sukar dibuang
6 54.55 Sedang
7 59.09 Sedang
8 77.27 Mudah dibuang
9 68.18 Sedang
10 22.73 Sukar dibuang
11 72.73 Mudah dibuang
12 68.18 Sedang
13 72.73 Mudah dibuang
14 59.09 Sedang
15 27.27 Sukar
16 77.27 Mudah dibuang
17 72.73 Mudah
18 86.36 Sangat Mudah dibuang
19 50.00 Sedang
20 45.45 Sedang dibuang
21 31.82 Sedang
22 81.82 Mudah dibuang
23 63.64 Sedang dibuang
24 40.91 Sedang
25 90.91 Sangat Mudah dibuang
26 63.64 Sedang dibuang
27 36.36 Sedang
28 95.45 Sangat Mudah dibuang
29 81.82 Mudah dibuang
30 31.82 Sedang
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
G. Teknik Analisa Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari skor post test terdistribusi secara normal atau tidak. Data gain dari sampel baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik. Untuk mengetahuinya maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan sofware SPSS versi 17 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis normal atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :
a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikasi yang diperoleh. c. Jika signifikasi (Sig) yang diperoleh α, maka sampel berasal dari
(37)
d. Jika signifikan (Sig) yang diperoleh α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel yang digunakan homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 20 for windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh.
Uji homogenitas menghasilkan banyak keluaran, kita hanya perlu fokus pada tabel Test Homogenitas of Variance. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (based on mean). Untuk menetapkan data yang telah dianalisis homogen atau heterogen, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:
a. Tentukan taraf signifikan uji (α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh. c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel
sama (homogen).
d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel tidak sama (tidak homogen).
3. Uji Hipotesis
Jika data yang diuji ternyata homogen dan normal, maka untuk uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak, maka sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data, berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Jika data tidak homogen dan tidak normal, maka pada penelitian ini akan dilakukan dengan uji non parametrik, yaitu uji statistik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dalam rangka memudahkan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
(38)
program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini dari hasil uji statistik akan ditentukan dengan melihat tingkat signifikansinya. Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik. Untuk mengetahuinya, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan sofware SPSS versi 20 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dinalisis normal atau tidak, maka ditetapkanlah kriteria sebagai berikut :
a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh. c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
d. Jika signifikansi (Sig) yang dipeeroleh α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap studi pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum 2012 pada mata pelajaran IPS kelas VII semester 1, pada kompetensi dasar : mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan. Tahap ini juga memperhatikan dan mencermati perkembangan pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sukatani terutama yang berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru IPS dalam proses pembelajaran. Hasilnya masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPS, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa memperoleh nilai ulangan harian di bawah batas ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah serta kurangnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS. Selain itu penggunaan pendekatan pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru masih terbatas pada pendekatan dan media pembelajaran yang masih bersifat konvensional seperti metode ceramah, penggunaan peta, globe. Hasil studi pendahuluan ini dijadikan peneliti sebagai dasar untuk
(39)
pengembangan pembelajaran IPS khususnya pada materi cuaca dan iklim menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual.
2. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya: a. Menetapkan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran
b. Menetapkan jumlah pertemuan proses pembelajaran yaitu dua kali pertemuan
c. Perancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH pembelajaran melalui media audio-visual
d. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol e. Menetapkan waktu penelitian
f. Menyusun skenario pembelajaran g. Menyiapkan alat tes :
1) Menyusun instrumen penelitian yaitu berupa tes 2) Analisis instrumen
3) Menetapkan jumlah instrumen h.Menetapkan cara observasi
i. Menetapkan jenis data dan teknik pengumpulan data j. Uji coba instrumen
Untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen pada rencana penelitian ini, dilakukan uji coba instrumen pada siswa kelas VIII SMPN 2 Sukatani.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini merupakan pengimplementasian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual yang telah dirancang sebelumnya, dalam pembelajaran IPS pada materi atmosfer di SMPN 2 Sukatani.
(40)
a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT dalam pembelajaran IPS:
1) Langkah satu : presentasi kelas yang dialkukan oleh guru yang dengan cara pengajaran langsung dengan menggunakan bantuan media audio-visual dalam waktu 10 menit, serta penjelasan tentang teknik-teknik pembelajaran NHT pada peserta didik.
2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Masing-masing kelompok mewakili strata yang ada dan tiap anggota dalam kelompok diberi nomor yang berbeda.
3) Langkah tiga : tahap kerja dan belajar kelompok, peserta didik mempelajari materi yang sedang dipelajari yaitu pokok bahasan atmosfer dan mengerjakan tugas yang diberikan secara berkelompok serta berdiskusi untuk menyepakati jawaban yang benar ( tugas kelompok lihat lampiran A... hal ..)
4) Langkah empat : presentasi hasil kerja kelompok, guru memanggil satu persatu nomor peserta didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan harus siap untuk memwakili kelompoknya untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya sementara kelompok lain menangapinya.
5) Langkah lima : guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif SNH dalam pembelajaran IPS:
1) Langkah satu : presentasi kelas tentang materi atmosfer dengan menggunakan media audio-visual selama 10 menit oleh guru dan penjelasan teknik pembelajaran SNH pada peserta didik.
2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, tiap kelompok terdiri dari jenis kelamin laki-laki dengan perempuan berimbang dan dengan kemampuan akademik rendah, sedang dan tinggi.
3) Langkah tiga : kerja kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor dan pemberian tugas berdasarkan nomornya (tugas kelompok lihat lampiran A.5 hal 155).
(41)
4) Langkah empat : untuk tugas yang agak sulit, guru menyuruh peserta didik untuk keluar dari kelompoknya untuk bergabung dengan peserta didik dari kelompok lain yang bernomor sama guna mencocokan hasil kerja mereka kemudian peserta didik diminta lagi untuk kembali ke kelompoknya semula. 5) Langkah lima : pesentasi hasil kerja masing-masing kelompok sementara
kelompok lain menanggapinya.
6) Langkah enam : penyimpulan hasil pembelajaran oleh guru dan peserta didik.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu :
1) Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen pertama dan kedua dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan serta dampaknya terhadap kehidupan” dengan pokok bahasan Atmosfer.
2) Pemberian pre-test
Pre-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep awal peserta didik tentang materi pokok Atmosfer.
3) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan Gejala-Gejala yang Terjadi Atmosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan” dengan materi Atmosfer.
4) Pemberian post-test
Post-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada pokok bahasan atmosfer.
5) Membandingkan skor pre tes dan post-test antara kelas eksperimen pertama, kedua, dan kelas kontrol.
6) Mengolah dan menganalisa data 5) Membuat kesimpulan hasil penelitian
(42)
(43)
126
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis data, serta uji hipotesis terhadap hasil penelitian dari penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dan SNH pada kompetensi dasar : mendeskripsikan gejala-gejala di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan dengan materi atmosfer pada peserta didik kelas VII-B, VII-C, VII-C di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen satu (sebelum dan sesudah perlakuan), perbedaan ini terjadi karena di kelas eksperimen pertama menggunakan metode pembelajaran yang tidak biasa didapatkan oleh peserta didik yaitu pembelajaran kooperatif NHT pada kompetensi dasar: mendskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan pada materi atmosfer, dengan metode ini peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara kelompok. 2. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen
dua (sebelum dan sesudah perlakuan) pada kompetensi dasar: mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan, pada materi atmosfer, adanya perbedaan ini karena pada kelas eksperimen kedua guru menggunakan pembelajaran SNH yang belum pernah didapatkan oleh peserta didik. Peserta didik disuruh untuk mempelajari dan memahami materi pembelajaran melalui kerjasama dengan peserta didik dalam kelompoknya maupun dengan peserta didik pada kelompok lain yang memiliki nomor dan tugas yang sama terutama untuk tugas yang sulit.
3. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan) pada kompetensi dasar mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap
(44)
kehidupan, dalam materi atmosfer, perbedaan ini terjadi karena peserta didik mendapatkan pembelajaran konvensional.
4. Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua, hal ini disebabkan metode pembelajaran kooperatif NHT yang digunakan dalam kelas eksperimen satu dengan pembelajaran kooperatif SNH dan pada kelas eksperimen kedua sama-sama menjadi sesuatu yang baru bagi peserta didik sehingga dengan penuh semangat mereka mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru.
5. Terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen satu dengan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena pada kelas eksperimen pertama peserta didik mendapatkan pembelajaran kooperatif NHT yang tidak biasanya sedangkan pada kelas kontrol peserta didik mendapatkan metode pembelajaran yang telah terbiasa mereka dapatkan. 6. Terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu dengan
kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena pada kelas eksperimen kedua peserta didik memperoleh pembelajaran SNH yang merupakan metode pembelajaran tidak biasa diterima oleh peserta didik sedangkan pada kelas kontrol peserta didik mendapatkan pembelajaran yang telah biasa mereka dapatkan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian di atas, penulis menggunakan rekomendasi sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dan SNH memberikan pengaruh pada kemampuan pemahaman siswa pada konsep pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar: mendeskripsikan gejala-gejala di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan dengan materi atmosfer . Meskipun demikian dalam pelaksanaannya harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan kesulitan dalam hal ketersediaan waktu yang amat terbatas, terutama untuk kerja kelompok dan
(45)
presentasi hasil kerja kelompok. Untuk itu disarankan bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran NHT dan SNH perlu memperhitungkan jumlah peserta didik dalam kelas, jumlah peserta didik yang terlalu besar akan membutuhkan banyak waktu untuk presentasi.
b. Materi pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran kooperatif NHT dan SNH hendaknya dibatasi sehingga peserta didik benar-benar dapat menguasai konsep pembelajaran secara optimal.
c. Setelah dilakukan penelitian ternyata pembelajaran kooperatif dengan jumlah anggota masing-masing kelompok yang terlalu banyak menyebabkan peserta didik kurang bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompoknya, mereka lebih banyak bergurau. Untuk itu disarankan bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran kooperatif terutama tipe NHT dan SNH jumlah peserta didik dalam setiap kelompok pembelajaran hendaknya tidak lebih dari empat orang sehingga kerjasama yang terjadi antara peserta didik dalam kelompok kooperatifnya lebih maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta didik.
d. Dari pengalaman penelitian yang telah dilaksanakan ternyata pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media audio-visual kurang efektif dilakukan pada ruang kelas biasa. Pembelajaran kooperatif NHT dan SNH yang memanfaatkan media pembelajaran audio-visual hendaknya dilakukan di kelas khusus untuk multi media, sehingga pembelajaran yang diharapkan sampai pada peserta didik secara optimal.
e. Berdasarkan pengalaman penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH pada sekolah yang telah dipilih oleh peneliti terutama dalam kriteria penentuan anggota kelompok kooperatif yang oleh peneliti hanya dilakukan berdasarkan potensi akademik peserta didik saja ternyata tidak dapat sepenuhnya menghasilkan kerjasama pembelajaran seperti yang diharapkan oleh guru. Untuk itu disarankan bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif terutama tipe NHT dan SNH mempunyai pemahaman dan
(46)
pengetahuan yang banyak tentang peserta didiknya terutama kemampuan akademik dan interaksi sosialnya.
(47)
129
DAFTAR PUSTAKA
1.Buku
Al Muchtar, Suwarma. (2004). Strategi Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
Amin, Muhammad. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I, Jakarta: Depdikbud.
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kearangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard. (2005). Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Arifin, Zainal. (1991). Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: Referensi Jakarta.
Bloom, BS. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Gools. Hand Book 1 Cognitive Domain: USA: Longman Inc.
BSNP. (2006).Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Depdiknas. (2003:10). Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Depdiknas. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.
Djamarah & Zein, Aswan. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
(48)
Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir, Jakarta: P.T Indeks Permata Puri Media.
Hamalik, Oemar.(2011). Media Pendidikan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Hamalik, Oemar.(1994). Media Pendidikan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Hamid, Hasan. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik. Dirjen Dikti. Depdikbud
Hamzah, Amir.S. (1988). Media Audio-visual, Jakarta: PT.Gramedia
Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Strutur, dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ibrahim, H. (2003). Media Pembelajaran: Arti, fungsi, landasan penggunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik Oht, opaque, film strip, slide film, film, video, TV, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-VI, FIP-IKIP Malang
Ibrahim, H, dkk. (2007). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa University Press.
Isjoni. (2013). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta.
Johnson & Johnson. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning. Boston Allyn & Bacon
Killen, Roy. (1996). Effective Teaching Strategi, Lesson From Reseacrh and Practice. Second Edition. Australia : Social Science Press.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikan Kooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: P.T Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk meningkatkan strategi Kognitif Mhasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2011-2012, Bandung: FPMIPA, UPI.
Maryani, Enok. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung: UPI SPs IPS (1), 21-25.
(49)
Miarso,Yusufhadi. (1994). Media Instruksional, Pusat TKPK: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Mulyono, Arifin Gafi dan Zainal A. (1980).Media dan Lab. IPS, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.Depdikbud.
Nur, Muhammad. (2000). Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, A. G. S.(2006). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Sabri, Ahmad.(2005). Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching
Sadiman , A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. Dan Rahardjito. (2012). Media pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud. PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin, R.E. (1993). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2011). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Sanjaya, Wina. (2012). Media Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(50)
Setiawan, Iwan. (2006).”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geografi melalui pengembangan media pendididkan” Jurnal Geografi Gea.6,
Solihatin, Etin. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: P.T Bumi Angkasa.
Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies: Hand Book for Teacher. United States of America: Addison Wesley Publishing Company, Inc.
Sudjana. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana & Ahmad Rivai. (2011). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: Jica FPMIPA. Sunal & Has. (1993). Social Studisand The Elemtary/Midlle School Student,
Toronto: Harccout Brce Javanovich College Publishers
Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Guru Dan Dosen, Bandung: Citra Umbara.
2.Jurnal
Maheady, Lary. at. al (2006). “The Effects of Numbered Heads Together With and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverese Group of Six Graders” journal of Behavioral Education 15 (1),1053-0819.
Waluya, Bagja.(2009). Penggunaan Model Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Geografi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 17, (33), 14.
(51)
3.Tesis
Haulussy, ST. Aisya (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Langsung Dengan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Hartono. (2011). Multimedia Interaktif dan Pemahaman Konsep Kegunungapian (Vulkanisme). Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Heryana, Karyat. (2011). Penerapan Model Kooperatif Jigsaw dan Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Getaran Gelombang, Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan
Ichtiara, Ira. (2012). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah-Masalah Sosial Siswa, Bandung: SPs UPI Tesis: tidak diterbitkan.
Martiani, Kikin. (2012). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Terhadap Self Efficasy Peserta Didik, Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Rahmatullah, Muhammad.(2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Film Animasi Terhadap Hasil Belajar. Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Sumartini. (2006). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS, Bandung: UPI Skripsi: Tidak diterbitkan.
Tryana. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT untuk Menigkatkan Motivasi dan Hasil Prestasi Belajar Biologi Siswa, Unesa Tesis: Tidak Diterbitkan.
Zubriadi, Odi. (2011). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Kenekaragaman Makluk Hidup, Bandung: Tesis: Tidak diterbitkan.
(52)
(1)
129 1.Buku
Al Muchtar, Suwarma. (2004). Strategi Pembelajaran Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
Amin, Muhammad. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inquiry Bagian I, Jakarta: Depdikbud.
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kearangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard. (2005). Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Arifin, Zainal. (1991). Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: Referensi Jakarta.
Bloom, BS. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of
Educational Gools. Hand Book 1 Cognitive Domain: USA: Longman Inc.
BSNP. (2006).Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Depdiknas. (2003:10). Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Depdiknas. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.
Djamarah & Zein, Aswan. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
(2)
Eggen, Paul & Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir, Jakarta: P.T Indeks
Permata Puri Media.
Hamalik, Oemar.(2011). Media Pendidikan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Hamalik, Oemar.(1994). Media Pendidikan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Hamid, Hasan. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik. Dirjen Dikti. Depdikbud
Hamzah, Amir.S. (1988). Media Audio-visual, Jakarta: PT.Gramedia
Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Strutur, dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ibrahim, H. (2003). Media Pembelajaran: Arti, fungsi, landasan penggunaan,
klasifikasi, pemilihan, karakteristik Oht, opaque, film strip, slide film, film, video, TV, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-VI, FIP-IKIP Malang
Ibrahim, H, dkk. (2007). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa University Press.
Isjoni. (2013). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta.
Johnson & Johnson. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning. Boston Allyn & Bacon
Killen, Roy. (1996). Effective Teaching Strategi, Lesson From Reseacrh and
Practice. Second Edition. Australia : Social Science Press.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikan Kooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: P.T Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk meningkatkan
strategi Kognitif Mhasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2011-2012, Bandung: FPMIPA, UPI.
Maryani, Enok. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung: UPI SPs IPS (1), 21-25.
(3)
Pendidikan dan Kebudayaan.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Mulyono, Arifin Gafi dan Zainal A. (1980).Media dan Lab. IPS, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.Depdikbud.
Nur, Muhammad. (2000). Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, A. G. S.(2006). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Sabri, Ahmad.(2005). Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching
Sadiman , A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. Dan Rahardjito. (2012). Media
pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:
Pustekkom Dikbud. PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin, R.E. (1993). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Slavin, R.E. (2011). Cooperative Learning; Teori riset dan praktik. Bandung Nusa Media.
Sanjaya, Wina. (2012). Media Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(4)
Setiawan, Iwan. (2006).”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geografi melalui pengembangan media pendididkan” Jurnal Geografi Gea.6,
Solihatin, Etin. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: P.T Bumi Angkasa.
Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies: Hand Book for
Teacher. United States of America: Addison Wesley Publishing Company,
Inc.
Sudjana. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana & Ahmad Rivai. (2011). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: Jica FPMIPA. Sunal & Has. (1993). Social Studisand The Elemtary/Midlle School Student,
Toronto: Harccout Brce Javanovich College Publishers
Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Guru Dan Dosen, Bandung:
Citra Umbara. 2.Jurnal
Maheady, Lary. at. al (2006). “The Effects of Numbered Heads Together With and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverese Group of Six Graders” journal of Behavioral Education 15
(1),1053-0819.
Waluya, Bagja.(2009). Penggunaan Model Pembelajaran Generatif Untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Geografi. Jurnal
(5)
3.Tesis
Haulussy, ST. Aisya (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Langsung Dengan
Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Sejarah.
Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Hartono. (2011). Multimedia Interaktif dan Pemahaman Konsep Kegunungapian
(Vulkanisme). Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan.
Heryana, Karyat. (2011). Penerapan Model Kooperatif Jigsaw dan Numbered
Head Together Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Getaran Gelombang, Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak diterbitkan
Ichtiara, Ira. (2012). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah-Masalah Sosial Siswa, Bandung: SPs UPI Tesis: tidak diterbitkan.
Martiani, Kikin. (2012). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share Terhadap Self Efficasy Peserta Didik, Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak
diterbitkan.
Rahmatullah, Muhammad.(2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran
Film Animasi Terhadap Hasil Belajar. Bandung: SPs UPI Tesis: Tidak
diterbitkan.
Sumartini. (2006). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS, Bandung: UPI Skripsi: Tidak diterbitkan.
Tryana. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT untuk
Menigkatkan Motivasi dan Hasil Prestasi Belajar Biologi Siswa, Unesa
Tesis: Tidak Diterbitkan.
Zubriadi, Odi. (2011). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Berfikir Kreatif Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Kenekaragaman Makluk Hidup, Bandung: Tesis: Tidak
(6)