Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran Ipa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus JURNAL

(1)

PENERAPAN MODEL

DISCOVERY

PADA PEMBELAJARAN IPA

KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER

KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS

JURNAL PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

NURWATI

S811402041

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015


(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER

KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS Nurwati , Samsi Haryanto1, Leo Agung S2

Magister Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstak

Penelitian ini bertujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Evaluasi terhadap (1) Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (2) Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (3) Hasil penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (4) kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan mengirim guru dalam penataran/workshop yang menunjang guru dalam pembelajaran, Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. (2) Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus kegiatan awal dimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. (3) Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif. Kelas menjadi produktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. (4) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.

.


(3)

PENDAHULUAN

Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas. (dokumen nilai SD 2 Karangbener tahun 2013). Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di lapangan. Berdasarkan realita di

atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dengan

judul penelitian, “Evaluasi

Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.” Evaluasi merupakan deskripsi yang jelas atau menunjukkan hubungan sebab-sebab dan akibat tetapi tidak memberikan penilaian. Untuk memperkara deskripsi, evaluator dapat mengajukan asumsi-asumsi yang didukung data (Arikunto, 2006: 13).

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan


(4)

pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pembelajaran IPA menjadi hal yang perlu diperhatikan karena konsep pembelajaran IPA yang perlu sebuah perbaikan supaya siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah discovery .Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Dengan mengaplikasikan model Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Pada pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa aspek yang dievaluasi yaitu perencanaan, pelaksanaan, hasil dan kendala . Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum, sedangkan aplikasi dari

perencanaan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran sebagai pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai alat control dan evaluasi. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (Rusman, 2010: 581). Dari rangkaian tersebut maka Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penelitian ini mengungkapkan sebuah evaluasi terhadap pengelolaan pembelajaran IPA yang amenerapkan model discovery . Hal senada juga diungakapkan oleh peneliti terdahulu yaitu Rahmin T. Husain (2000),

yang berjudul “Penerapan Model discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat.” Bahwa


(5)

dalam pembelajaran menggunakan discovery dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alquran. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah Bagaimana evaluasi perencanaan, hasil dan kendala yang dihadapi dalam penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? METODE PENELITIAN

Menurut jenisnya, model penelitian ini termasuk penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi.

Studi etnografi (ethnographic

studies) mendeskripsikan dan

menginterpretasikan budaya,

kelompok sosial atau sistem.

Penelitian ini mengambil lokasi di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah melaksanakan berbagai model pembelajaran kecuali model discovery khususnya pada mata pelajaran IPA. Su,mber data dalam penelitian ini yaitu dengan : (1) Nara Sumber: Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang

mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. (2) Tempat dan aktitivitas: Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA menggunakan model discovery. (3) Dokumentasi:

teknik dokumentasi yaitu “mencari

data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda

dan sebagainya”. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan 4 cara yaitu dengan cara wawancara, observasi, Content analisys, dan Dokumentasi.Teknik analisis data ialah cara untuk


(6)

menganalisis data yang diperoleh selama penelitian sehingga akan diketahui kebenarannya atas suatu permasalahan. Analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji analisis dilakukan uji persyaratan dahulu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan cukup matang.Kepala sekolah menyiapkan guru dengan pemberian motivasi serta peninjauan langsung dalam rapat sebelum memulai ajaran baru. Selain itu guru dikirim dalam penataran/workshop yang menunjang mereka dalam pembelajaran. Adapun persiapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. Hal tersebut menguatkan teori George R. Terry dan Leslie W. Rue (2009) bahwa perencanaan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.

Dengan kata lain dalam perencanaan penerapan model discovery pada pelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Guru dituntut menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana skenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Menurut Rusman, (2010) Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) juga sangat diperlukan karena penyusunan ini menentukan keberhasilan pada tahap pelaksanaan.

Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada siswa sehingga perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam


(7)

pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudusdimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan model discovery. Dalam model discovery guru diharapkan dapat menghidupkan suasana kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Diperkuat juga dalam teori

Bruner (2002) bahwa

didalam kelas siswa harus berperan

aktif.

Hal ini diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja, namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kemampuannya kurang. Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar LCD. Kegiatan akhir atau penutup

guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,


(8)

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, hal senada disampaikan Hamalik (2006: 159), hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Peserta didik terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif.Kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.Suasana kelas selalu ramai dan gembira dalam belajar. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. Pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V pada mata pelajaran IPA

sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara holistik yang tidak hanya menekankan pada hasil saja, namun juga proses pembelajaran. Guru melakukan kegiatan penilaian selama proses pembelajaran terutama untuk aktivitas belajar siswa dengan menggunakan teknik penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau product), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio, Checklist, dan penilaian sikap. Soal-soal evaluasi yang diberikan berkaitan dengan dunia nyata siswa dan hasil evaluasi dibuat laporan setiap tengah dan akhir semester.Tindak lanjut dari hasil evaluasi adalah penyelenggaraan kegiatan remedial dan juga


(9)

pengayaan. Kemudian dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Rismayani (2013), bahwa dalam penelitiannya dulu menghadapi kendala dalam pelaksanaan model discovery salah satunya nya bahwa siswa masih asing dengan konsep discovery ini.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery

nantinya pada siswa sehingga evaluasi perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

2. Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


(10)

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

3. Hasil penerapan model discoverydi kelas V pada mata pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom-petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

4. Dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian

sebab fokus pada penyampaian materi

B. Implikasi

1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini.

2. Jika Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai. Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam rangkain RPP

3. Jika Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus mengacu pada standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa


(11)

dijadikan sebuah evaluasi pada pembelajaran berikutnya 4. Jika Kendala Yang dihadapi

dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera, maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. C. Saran-Saran

Saran-saran penulis untuk SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah :

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah

dasar dalam proses pembelajaran

2. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model discovery.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto

S.

2006.

Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik

,

Ed

Revisi

VI.

Jakarta: Penerbit PT Rineka

Cipta.

Budimansyah, Dasim. 2005.

Model

Pembelajaran

Portofolio

Sosiologi

.

Bandung

:

PT. Genesindo.

Rusman. 2010.

Model

Model

Pembelajaran

Mengembangkan

ProfesionalismeGuru

.

Jakarta:

Raja

Grafindo

Persada.

Hamalik, Oemar. 2006. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara

Hamalik, Oemar. 2008.

Kurikulum

Dan Pembelajaran.

Jakarta :

Bumi aksara

Khalimah. 2010. Ilmu Pengetahuan Alamhttp://wartawarga.gun adarma.ac.id/2011/08/Ilmu -Pengetahuan-Alam


(12)

Usman Samatowa. 2003. Bagaimana Membelajarkan

IPA di SD. Jakarta : Depdiknas.


(1)

pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudusdimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan model discovery. Dalam model discovery guru diharapkan dapat menghidupkan suasana kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Diperkuat juga dalam teori

Bruner (2002) bahwa

didalam kelas siswa harus berperan

aktif.

Hal ini diyakini tidak hanya

mampu meningkatkan

kemampuan kognitif peserta didik saja, namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kemampuannya kurang. Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar LCD. Kegiatan akhir atau penutup

guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

Pelaksanaan penerapan

model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti

yang merupakan proses

pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,


(2)

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Hasil penerapan

pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, hal senada disampaikan Hamalik (2006: 159), hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Peserta didik terbiasa

memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif.Kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.Suasana kelas selalu ramai dan gembira dalam belajar. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. Pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V pada mata pelajaran IPA

sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara holistik yang tidak hanya menekankan pada hasil saja, namun juga proses pembelajaran. Guru melakukan kegiatan penilaian selama proses pembelajaran terutama untuk aktivitas belajar siswa dengan menggunakan teknik penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau

product), penilaian tertulis (paper

dan pen), penilaian portopolio,

Checklist, dan penilaian sikap.

Soal-soal evaluasi yang diberikan berkaitan dengan dunia nyata siswa dan hasil evaluasi dibuat laporan setiap tengah dan akhir semester.Tindak lanjut dari hasil evaluasi adalah penyelenggaraan kegiatan remedial dan juga


(3)

pengayaan. Kemudian dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Rismayani (2013), bahwa dalam penelitiannya dulu menghadapi kendala dalam pelaksanaan model discovery salah satunya nya bahwa siswa masih asing dengan konsep discovery ini.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perencanaan penerapan model

discovery pada pembelajaran

IPA kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu

dalam perencanaan

pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery

nantinya pada siswa sehingga evaluasi perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

2. Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat

hasil bahwa dalam

pelaksanaan penerapan model

discovery ini telah sesuai

dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan

untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


(4)

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

3. Hasil penerapan model

discoverydi kelas V pada mata

pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom-petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

4. Dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model

discovery di kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian

sebab fokus pada

penyampaian materi

B. Implikasi

1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini.

2. Jika Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai. Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam rangkain RPP

3. Jika Hasil Penerapan Model

Discovery pada Pembelajaran

IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus mengacu pada standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa


(5)

dijadikan sebuah evaluasi pada pembelajaran berikutnya 4. Jika Kendala Yang dihadapi

dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera, maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

C. Saran-Saran

Saran-saran penulis untuk

SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah :

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah

dasar dalam proses

pembelajaran

2. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model discovery

sehingga siswa dapat menyesuaikan pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model

discovery.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto

S.

2006.

Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik,

Ed

Revisi

VI.

Jakarta: Penerbit PT Rineka

Cipta.

Budimansyah, Dasim. 2005.

Model

Pembelajaran

Portofolio

Sosiologi.

Bandung

:

PT. Genesindo.

Rusman. 2010.

Model

Model

Pembelajaran

Mengembangkan

ProfesionalismeGuru.

Jakarta:

Raja

Grafindo

Persada.

Hamalik, Oemar. 2006. Kurikulum

Dan Pembelajaran. Jakarta :

Bumi aksara

Hamalik, Oemar. 2008.

Kurikulum

Dan Pembelajaran.

Jakarta :

Bumi aksara

Khalimah. 2010. Ilmu Pengetahuan Alamhttp://wartawarga.gun adarma.ac.id/2011/08/Ilmu -Pengetahuan-Alam


(6)

Usman Samatowa. 2003.

Bagaimana Membelajarkan

IPA di SD. Jakarta : Depdiknas.


Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUKPEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 MERAK BELANTUNG

0 11 105

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY INQUIRI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 4 16

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kab

0 0 40

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR KELAS V POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Cikancung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

0 5 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 2 Cibogo Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lem

0 2 43

PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

0 0 41

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS.

0 0 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM KELAS V DI SEKOLAH DASAR 1 BAE KECAMATAN BAE KUDUS.

0 0 14

Penerapan model pembelajaran paikem kelas v di sekolah dasar 1 Bae Kecamatan Bae Kudus AWAL

0 0 15

JURNAL SUPRAPTI S811402049

0 0 9