AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS GUMMY CANDY EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG ( Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Gummy Candy Ekstrak Akar Alang-Alang (Imperatacylindrica) Dengan Variasi Penambahan Gelatin Dan Agar-Agar Serta Pewarna Alami.

(1)

NASKAH PUBLIKASI

UntukMemenuhiSebagianPersyaratan GunaMencapaiDerajat

SarjanaS-1

Program Studi PendidikanBiologi

Disusun Oleh:

EMA WULANDARI A420 100 010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

lr.bsit.: lttp:/rrNrv rnx rc id niil: rnrsarnrni !. i(t

Sru

rt

Per sctn.iuin

,\rtiliel

l'!rbliktsi Ilnli:tl1

Yeng bedrnda langan di barvah

iri

penbimbing skr'lpslitugas althir:

\ama

: Dr'a. ,\nlinah AsDgxd.ll. Si

NIK

,227

Telah membaca dut rncnccrmati nrskrh rrljkel publikasi ihrriah, yalg rrerrrprkan

''t.. .,

1,

;.

,,

j, ii

r

l

ri

.,

i

.: ^_ erte

NIM

: Erxi

\lhlend:rri

: A ,120 100 010 Progranl StLrdi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : AKTI\TITAS .{NTIOKSIDAN D.{N KUALIT;\S

GUllNlY

CANDY EKSTIi-A.K

AI{-LR

ALANG-r\L,\NG

(I

ryerut.t

q,litlricu)

DENG'\N

VARI-{SI PENANIBAIIAN

GELr{I'IN

DAN ACAR-AGAR SERTA PE\YARNA T\LI\NII,,'

Naskah afiikel tersebut, layak dan dapat diselujui untuk dipublikasikan. Demikian pclsctujuan dibuat, scrnoga dapat cligunakan seperlunya.

Sumkartr. 1.1 juli 2r:)15 Pcmbirnbing.


(3)

i

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS GUMMY CANDY EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG (Imperatacylindrica) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN

GELATIN DAN AGAR-AGAR SERTA PEWARNA ALAMI

Ema Wulandari, A 420 100 010, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015, 55

halaman

ABSTRAK

Gummy candy merupakan permen kunyah semi basah yang terbuat dari gelatin dan karegenan. Pada penelitian ini, gummy candy menggunakan bahan dasar dari ekstrak akar alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah sebagai pewarna alami. Alang-alang mengandung air (81,00714% ), karbohidrat (6,3072%), serat (5,8580%), abu (1,1301%), senyawaflavon (flavonoid, isoflavon, dan flavonol) yang tergolong dalam antioksidan. Untuk menambah minat masyarakat perlu adanya pewarna alami berupa daun katuk dan daun bayam merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas antioksidan dan kualitas organoleptik pada gummy candy dari ekstrak akar alang- alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah sebagai pewarna alami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, yaitu faktor I (perbandingan penambahan gelatin dengan agar-agar) meliputi: G0 (19 g : 7 g), G1 (21 g : 5 g), dan G2 (23 g : 3 g). Faktor II (penambahan pewarna alami)meliputi P1 (aquades 5 ml.), P2 (daun katuk 5 ml), dan P3 (daun bayam merah 5 ml). Hasil penelitian kapasitas antioksidan tertinggi pada (gelatin 19 g agar – agar 7 g, daun bayam merah 5 ml) senilai 37,77% dan terendah pada G0P0 (gelatin 23 g, agar-agar 3 g aquades 5 ml) senilai 13,88%. Hasil organoleptik terbaik pada perlakuan G1P2 dengan karakteristik warna merah keunguan sangat muda, rasa enak, aroma khas gummy candy, tekstur kenyal, dan daya terima masyarakat sediki suka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin dan agar-agar berpengaruh terhadap penambahan pewarna alami daun katuk, daun bayam merah serta aquades terhadap kandungan antioksidan.


(4)

1

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah yang kaya akan tanaman, dengan keaneragaman tanaman tersebut banyak obat-obatan yang dapat dihasilkan. Penggunaan tanaman hasil kekayaan alam Indonesia sebagai obat sudah dikenal sejak lama, terutama penggunaannya sebagai obat herbal atau tradisional. Kegunaan tanaman tersebut sebagian besar merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu, sehingga berbekal pengalaman empiris generasi-generasi berikutnya masih menggunakannya.

Bagian alang-alang yang sering digunakan sebagai obat adalah akar. Alang-alang mengandung air (81,00714% ), karbohidrat (6,3072%), serat (5,8580%), abu (1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic acid, citric acid, arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol, anemonin yang berguna untuk memperlancar pengeluaran air seni (diuretik), menurunkan panas (antipiretik) dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Ariani dalam Mursito, 2000). Selain itu terdapat aktivitas antioksidan yang terdapat pada

akar alang-alang karena adanya senyawa flavonoid (Arianti dalam

Khaerunnisa, 2009)

Selama ini pemanfaatan akar alang-alang sebatas pada pengolahan yang hanya sebagai jamu ataupun sirup saja. Melihat banyaknya kandungan dan manfaat yang didapat dari akar alang-alang, maka perlu diolah menjadi penganan yang lebih praktis untuk dikonsumsi seperti suplemen berupa permen kunyah yang dapat berupa jellys candy atau gummy candy. Pemilihan permen kunyah dikarenakan permen merupakan panganan yang sering dikonsumsi oleh berbagai usia terutama anak-anak disaat perjalanan dan saat kapanpun. Dengan adanya gummy candy diharapkan manfaat akar alang-alang lebih mudah dirasakan oleh semua kalang-alangan.

Gelatin merupakan salah satu jenis protein konversi yang diperoleh melalui proses hidrolisis kolagen dari kulit, tulang dan jaringan serat putih (white fibrous) hewan yang berfungsi sebagai penstabil, pengental, pengemulsi, pembentuk jeli, pengikat air, pengendap dan pembungkus


(5)

2

makanan (Damanik, 2005). Selain gelatin agar-agar merupakan bahan yang sering dijadikan sebagai hidrokoloid karena ketersediaan bahan baku pembuatannya berupa rumput laut, agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada suhu 32-39 berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair pada suhu di bawah 85 , (Aslam, 1991).

Pada penelitian (Indahyani, 2006) dalam pembuatan permen jelly dari rumput laut, kosentrasi gelatin yang paling baik adalah 9,5% baik dari segi penampaan maupun ekstur. Namun pada pra-penelitian yang dilakukan agar-agar yang paling baik digunakan adalah 5% sedangkan gelatin 10% sehingga pada pembuatan gummy candy menggunakan pra-penelitian sebagai acuan pembuatannya.

Penggunaan pewarna pada makanan dapat memberikan daya tarik yang kuat pada pembeli. Diantara beberapa jenis tanaman yang dapat dijadikan pewarna alami makanan adalah katuk dan bayam merah. Daun katuk memiliki kandungan klorofil yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pewarna alami yang memberi warna hijau, sertra senyawa kimia saponin, flavonid, dan tanin (Rukmana, 2003). Menurut Hardjanti (2008), bubuk daun katuk tidak menimbulkan bau harum sehingga tidak menimbulkan perubahan sifat inderawi pada produk. Daun bayam merah memiliki pigmen antosianin yang tidak dimiliki oleh bayam hijau. Antosianin adalah pigmen merah

keunguan yang membuat bayam menjadi berwarna merah. Antosianin

berperan sebagai antioksidan yang diperlukan tubuh untuk mencegah oksidasi radikal bebas yang disebabkan berbagai penyakit (Handayani dalam Lingga, 2010).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui uji antioksidan dan uji organoleptik ekstrak akar alang-alang (Imperata cylindrica) dengan variasi penambahan gelatin dan penambahan daun katuk serta daun bayam merah sebagai pewarna alami.


(6)

3

B. METODE PENELITIAN

Penelitian pembuatan gummy candy ekstrak alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah sebagai pewarna alami. Dilaksanakan pada bulan september 2013 - juli 2015 di rumah peneliti (pembuatan gummy candy), Labolatorium Farmasi USB (Uji aktivitas antioksidan) dan di kampus 1 UMS (Uji Organoleptik).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Eksperimen. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan. F1 variasi penambahan gelatin dan agar - agar dan F2 penambahan pewarna alami dari daun katuk dan daun bayam merah. Perlakuan yang diuji pada sampel uji dapat ditulis sebagai berikut: faktor I (perbandingan penambahan gelatin dengan agar - agar) meliputi: G0 (19 g : 7 g), G1 (21 g : 5 g), dan G2 (23 g : 3 g). Faktor II (penambahan pewarna alami) meliputi P1 (aquades 5 ml.), P2 (daun katuk 5 ml), dan P3 (daun bayam merah 5 ml). Masing – masing perlakuan dilakukan2 kali ulangan

Tabel 3. 1: Rancangan Percobaan Pembuatan Gummy Candy.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menguji kapasitas antioksidan gummy candy ekstrak alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah sebagai pewarna alami dengan menggunakan soektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang λ 515nm. Pengujian kwalitas gummy candy menggunakan uji organoleptik dengan 20 panelis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data hasil uji aktivitas antioksidan dan uji organoleptik gummy candy ekstrak akar alang-alang.

Faktor 1 Faktor 2


(7)

4

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji aktivitas antioksidan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap gummy candy ekstrak akar alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta pewarna alam, diperoleh hasil uji aktivitas antioksidan yang hasilnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Gummy Candy Ekstrak Akar Alang-Alang dengan Variasi Penambahan Gelatin dan Agar-Agar serta Pewarna Alam Per Gram

Perlakuan

Rata-Rata Jumlah Aktivitas

Antioksidan (%)

Keterangan

15,63 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g, agar-agar

7 g, aquades 5 ml.

15,11 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 21 g, agar-agar

5 g aquades 5 ml.

13,88(**) 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 23 g, agar-agar

3 g aquades 5 ml.

23,64 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g, agar-agar

7 g, daun katuk 5 ml

22,44 100 ml ekstrak akar alang- alang, gelatin 21 g, agar-agar

5 g, daun katuk 5 ml

22,07 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 23 g, agar-agar

3 g, daun katuk 5 ml

37,77(*) 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g agar-agar

7 g, daun bayam merah 5 ml

37,32 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 21 g, agar-agar

5 g, daun bayam merah 5 ml

36,77 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 23 g, agar-agar

3 g, daun bayam merah 5 ml.

Keterangan: (*) Jumlah antioksidan tertinggi (**) Jumlah antioksidan terendah

Tabel 4.1 menunjukkan kandungan aktivitas antioksidan gummy candy ekstrak akar alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta pewarna alami hasilnya berbeda dalam setiap perlakuan. Kandungan antioksidan tertinggi terdapat pada perlakuan G0P2 yaitu 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g, daun bayam merah 5 ml dengan kapasitas antioksidan 37,8%. Sedangkan kandungan kapasitas antioksidan


(8)

alang-5

alang, gelatin 23 g, agar-agar 3 g aquades 5 ml dengan kapasitas antioksidan 13,8%.

2. Uji organleptik

Hasil penelitian uji organoleptik pada gummy candy ekstrak akar alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta pewarna alami, dilakukan oleh 20 panelis yang terdiri dari mahasiswa UMS. Hasilnya dapat disajikan pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik pada Gummy Candy Ekstrak Akar Alang- Alang.

Perlakuan

Organoleptik

Warna Rasa Aroma Tekstur Daya Terima Coklat sangat muda Kurang enak khas gummy

candy Kenyal

Sedikit suka Coklat muda Kurang

enak

Agak khas

gummy candy Kenyal

Sedikit suka Coklat muda Kurang

enak Kurang khas gummy candy Sangat kenyal Tidak suka Hijau sangat muda Kurang enak Kurang khas

gummy candy Kenyal

Tidak suka Hijau muda Tidak

enak

Kurang khas

gummy candy kenyal

Tidak suka Hijau Tidak

enak kurang khas gummy candy Sangat kenyal Tidak suka Merah keunguan

sangat muda Enak

khas gummy

candy kenyal suka Merah

keunguan sngaat muda

Enak Khas gummy

candy kenyal suka Merah keunguan Agak enak Agak gummy candy Sangat kenyal Sedikit suka Keterangan:

G( : Variasi penambahan gelatin: agar-agar (19:7, 21: 5, 23: 3) : Tanpa pewarna alami

: Pewarna alami dan katuk 5 ml.

: Pewarna alami daun bayam merah 5 ml .

Hasil uji organoleptik untuk warna pada perlakuan G0P0, GIP0 menunjukkan warna coklat muda dan perlakuan, G2P0 coklat sangat muda, pada perlakuan G0P1, G1P1 menujukan hasil warna hijau muda dan hijau sangat muda pada perlakuan G2P1. Untuk perlakuan G0P2, G1P2


(9)

6

menunjukkan warna merah keunguan dan merah muda pada perlakuan G2P2. Hasil uji organoleptik untuk rasa pada perlakuan G0P2, GIP2 menunjukkan rasa enak, G2P2 agak enak, G0P0, G1P0, G2P0, G0P1 kurang enak dan tidak enak pada perlakuan G1P1, G2P1. Aroma khas gummy candy ditunjukkan pada perlakuan G0P0, G0P2, G1P2 sedangkan pada

perlakuan G1P0, G2P2 menunjukkan hasil agak khas gummy candy, dan

kurang khas ditunjukkan pada perlakuan G2P0, G0P1, G1P1, G2P1. Tekstur sangat kenyal ditunjukkan pada perlakuan G2P0, G2P1, G2P2 sedangkan pada perlakuan lainya menunjukkan tekstur yang kenyal. Dan daya terima pada masyarakat pada perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan hasil

suka, G0P0, G1P0, G2P2 sedikit suka dan menunjukkan hasil tidak suka

pada perlakuan G0P1, G1P1, G2P1, G2P0. B. PEMBAHASAN

1. Kapasitas Antioksidan

Gambar 4.1 Histogram Kapasitas Antioksidan Gummy Candy.

Berdasarkan Histogram 4.1 di atas, menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan tertinggi pada perlakuan G0P2yaitu 100 ml ekstrak akar

alang-alang, gelatin 7 g, agar-agar 19 g, dan daun bayam merah 5 ml yaitu sebesar 37,8%. Pada perlakuan G0P2 dapat diketahui bahwa perbandingan bahan berpengaruh terhadap kapasitas antioksidan yang berasal dari tingginya konsentrasi ekstrak akar alang-alang dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar. Semakin tinggi kapasitas antioksidanya, maka semakin baik gummy candy yang dihasilkan. Selain itu adanya penambahan pewarna alami juga berpengaruh terhadap peningkatan

0 10 20 30 40

G0P0 G1P0 G2P0 G0P1 G1P1 G2P1 G0P2 G1P2 G2P2

JUM

LA

H

A

N

TIO

K

S

ID

A

N

(%


(10)

7

jumlah kapasitas antioksidan gummy candy yang ditunjukkan pada histogram 4.1.

Komponen kimia dan gizi pada 100 g akar alang-alang salah satunya berupa kandungan senyawa flavon (flavonoid, iso flavon, din flavonol) yang tergolong dalam antioksidan. Klorofil merupakan pignen dari tanaman yang berwarna hijau, dan dapat berfungsi sebagai antioksidan (Putra, 2007), kandungan klorofil tertinggi terdapat pada tanaman katuk, disamping kaya protein, lemak, vitamin A, vitamin , vitamin C,mineral, tanin, saponin, flavonoid, alkaloid papaverin yang berfungsi sebagai antioksidan (Welzen, 2003) sedangkan bayam memiliki pigmen antosianin yang tidak dimiliki oleh bayam hijau (Rukmana, 2008).

Dilihat dari rata-rata hasil aktitas antioksidan menunjukkan bahwa perlakua tanpa pewarna alami jumlah antioksidanya sedikit hal ini dikarenakan proses penjemuran yang terjadi pada akar alang-alang. Menurut Pristiadi dalam Rokyani (2015), perlakuan pemanasan dapat mempercepat oksidasi terhadap antioksidan yang terkandung dalam sistem bahan alami dan menyebabkan penurunan yang terkandung dalam sistem bahan alam tersebut.

Pada uji DPPH, kemampuan antioksidan untuk menangkap DPPH dilakukan dengan mengamati penurunan absorbansi pada λ 515nm Serta spectrofotometer, DPPH digunakan dikarenakan sederhana, mudah, cepat peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani, 2005) dan merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu ruang (Bintang, 2010). Prinsi analisis ini adalah antioksidan dalam sempel bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya perubahan warna DPPH dari ungu ke kuning, yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang λ 515nm. Menurut Isnaini (2010), semakin kuat aktivitas antioksidan sempel maka semakin besar penurunan intensitas warna ungunya.


(11)

8

2. Uji Organoleptik

Berdasarkan hasil uji organoleptik dari 20 panelis dari mahasiswa UMS terhadap gummy candy ekstrak akar alang-alang variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta pewarna alami menghasilkan uji organoleptik yang beragam.

a. Rasa

Dari hasil uji organoleptik pada gummy candy ekstrak akar alang- alang dengan perbandingan bahan dan pewarna yang berbeda yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2 menunjukkan rasa gummy candy pada perlakuan G0P0, G1P0, G2P0, G0P1 adalah kurang

enak sedangkan perlakuan G1P1, G2P1 menunjukkan rasa tidak enak

dan perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan rasa enak dan agak enak

untuk perlakuan G2P2. Rasa kurang enak pada perlakuan G0P0, G1P0,

G2P0 ini merupakan perlakuan tanpa pewarna jadi rasa yang didapat

adalah rasa dari berpaduan bahan dan ekstrak akar alang-alang yang memiliki rasa sepat sehingga rasa kurang disukai oleh panelis. Rasa kurang enak pada perlakuan G1P0 dan tidak enak pada perlakuan G1P1 G2P1. dikarenakan pada perlakuan ini adalah perlakuan dengan penambahan pewarna alami berupa daun katuk yang memiliki rasa agak pahit dan langu sehingga daun katuk yang dicampurkan kedalam akar alang-alang menghasilkan rasa yang kurang disukai oleh panelis. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hardjanti, 2008) yang menyatakan bahwa daun katuk dapat digunakan sebagai pewarna alami karena daun katuk tidak menimbulkan sifat inderawi yang dapat mempengaruhi nilai produk. Tetapi sesuai dengan penelitian (Ide, 2010) yang menyatakan bahwa saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Pada perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan rasa enak dan G2P2 agak enak ketiga perlakuan ini

adalah perlakuan dengan penambahan pewarna alami berupa daun bayam merah yang memiliki rasa yang agak disukai oleh panelis.


(12)

9

b. Aroma

Hasil uji organoleptik pada gummy candy ekstrak akar alang- alang dengan perbandingan bahan dan pewarna yang berbeda yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hasil uji organoleptik aroma gummy candy pada perlakuan G0P0, G0P2, G1P2 menunjukkan

aroma khas gummy candy. Sedangkan perlakuan G1P0, G2P2,

menunjukkan aroma agak khas gummy candy dan untuk perlakuan G2P0, G0P1, G1P1, G2P1 menunjukkan aroma kurang khas gummy

candy.

Untuk perlakuan G0P0, G0P2, G1P2, menunjukkan khas gummy candy, dan aroma agak khas gummy candy untuk perlakuan G1P0, G2P2 pada perlakuan G0P2, G1P0, G2P2 menggunakan pewarna daun bayam merah yang aromanya tidak langu serta segar, sedangkan perlakuan G0P0, G1P0 tanpa menggunakan pewarna sehingga aroma yang ada didapat dari bahan baku dan juga variasi penambahan agar-agar yang lebih banyak dari pada gelatin sehingga menimbulkan aroma yang agak khas gummy candy selain itu kedua perlakuan tersebut merupakan bahan baku pembuatan permen. Aroma kurang khas ditunjukkan oleh perlakuan G2P0, G0P1, G1P1, G1P2. hal ini dikarenakan pada perlakuan G0P0penggunaan jumlah gelatin lebih banyak. Dan untuk

perlakuan G0P1, G1P1, G1P2 menggunakan pewarna daun katuk yang

memiliki aroma langu hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hardjanti, 2008) yang menyatakan bahwa daun katuk dapat digunakan sebagai bubuk pewarna alami karena daun katuk tidak menimbulkan sifat inderawi yang dapat mempengaruhi nilai poduk.

Bubuk daun katuk tidak menimbulkan bau harum sehingga tidak menimbulkan perubahan sifat inderawi pada produk.

Rendahnya tingkat kesukaan panelis terhadap parameter aroma dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu gelatin yang ditambahkan memiliki aroma yang kurang sedap, ekstraksi dari akar alang-alang yang memiliki aroma langu.


(13)

10

c. Tekstur

Hasil uji organoleptik tekstur gummy candy untuk perlakuan, G2P1, G2P2 menunjukkan hasil sangat kenyal yang didapat dari bahan baku dan juga variasi penambahan gelatin lebih banyak dari pada agar-agar dimana gelatin memiliki efek lebih keras, sedangkan pada perlakuana G0P0, GIP0, G2P0 G0P1, G1P1, G0P2, G1P2 menunjukkan hasil kenyal, pada perlakuan G2P0 meskipun menggunakan gelatin lebih banyak tetap menunjukkan hasil kenyal hal ini dikarenakan pada perlakuan ini menggunakan aquades agar jumlah bahan menjadi sama dengan perlakuan yang menggunakan pewarna alami selain itu aquades bersifat lebih cair dari pada pewarna alami. Hal ini sesuai dengan pendapat Damanik (2005), yang mengatakan gelatin berfungsi sebagai penstabil, pengental, pengemulsi, pembentuk jeli, pengikat air, pengendap dan pembungkus makanan (edible coating),sedangkan agar-agar hanya merupakan bahan hidrokoloid tidak mencair pada suhu 85 .

Dilihat dari skala yang didapat pada histogram diatas, pada perlakuan G0P0, GIP0, G2P0 menunjukkan tingkat kekenyalan lebih rendah dari pada perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut tidak menggunakan pewarna alami dan diganti dengan aquades 5 ml, aquades yang ditambahkan tidak memiliki tekstur kental sehingga tidak mempengaruhi kekentalan produk, berbeda dengan perlakuan lainya yang menggunakan pewarna alami berupa daun katuk dan daun bayam merah yang bertekstur kental sehingga mempengaruhi kekentalan produk yang ditunjukkan dengan angka kekenyalan yang lebih tinggi.

d. Daya terima

Untuh daya terima Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji


(14)

11

G2P2. menunjukkan hasil sedikit suka hal ini dikarenakan pada

perlakuan G0P0, GIP0 tanpa menggunakan pewarna alami dan

menggunakan konsentrasi agar-agar yang lebih banyak dari pada gelatin, agar-agar memberikan warna segar pada produk sehingga lebih disukai oleh panelis. Sedangkan pada perlakuan G2P2 meskipun kandungan gelatin lebih banyak dari pada agar-agar, hasil uji organoleptik menunjukkan sedikit suka, hal ini dikarenakan daun bayam merah memiliki aroma yang segar dan tidak langu.

Pada perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan hasil suka, ini dikarenakan jumlah agar-agar lebih banyak dan menggunakan pewarna alami daun bayam merah, agar-agar beraroma harum dari pada gelatin yang beraroma kurang sedap selain itu pewarna alami daun bayam merah memiliki aroma yang segar dan tidak langu sehingga disukai oleh para panelis. Sedangkan pada perlakuan G0P1, G1P1 G2P1. G0P2 menunjukkan hasil tidak suka oleh panelis hal ini

dikarenakan pada perlakuan G2P0 tanpa menggunakan pewarna dan

jumlah gelatin yang lebih banyak dari pada perlakuan lainya, hal ini tidak disukai panelis karena menimbulkan aroma yang kurang sedap dan tekstur kenyal yang kurang lembut. Sedangkan pada perlakuan

G0P1, G1P1 G2P1 menggunakan pewarna alami daun katuk yang tidak

disukai oleh paneli.

e. Warna

Pada parameter warna histogram bagi menjadi tiga sesuai dengan penggunaan jenis pewarna, hal ini dilakukan agar dapat membandingkan hasil organoleptik parameter rasa sesuai dengan jenis pewarnanya dengan lebih mudah.


(15)

12

Gambar 4.2.1 Histogram Gummy Candy Tanpa Pewarna.

Pada Gambar 4.2 yang menunjukkan hasil uji organoleptik parameter warna gummy candy untuk perlakuan G0P0 menunjukkan warna coklat sangat muda dan GIP0, G2P0 menunjukkan warna coklat muda hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut tidak menggunakan pewarna alami sehingga warna yang didapat berasal dari warna coklat dari alang-alang serta warna kekuningan dari gelatin. Untuk pengganti pewarna alami agar konsentrasi bahan menjai sama maka, pada perlakuan G0P0, GIP0, G2P0 digunakan aquades 5 ml yang digunakan sebagai pengganti pewarna agar komposisi dari gummy candy sama dengan yang diberi pewarna alami selain itu aquades tidak berwarna jadi tidak mempengaruhi warna gummy candy.

Gambar 4.2.2 Histogram Gummy Candy Pewarna Alami Daun Katuk.

Pada Gambar 4.2.2 hasil uji organoleptik warna gummy candy

pada perlakuan G0P1, menunjukkan warna hijau sangat muda, hal ini dikarenakan adanya penambahan pewarna alami berupa daun katuk sebanyak 5 ml. Warna hijau dari daun katuk berasal dari kandungan klorofil yang terdapat didalamnya. Daun katuk yang digunakan adalah daun katuk yang sudah tua hal ini dikarenakan jumlah klorofil pada


(16)

13

daun katuk tua lebih banyak dari pada daun katuk muda sehingga warna yang dihasilkan lebih hijau. Pada gambar histogram menunjukkan pada perlaku G1P1 G2P1 warna yang didapatkan adalah hijau muda.

Gambar 4.2.3 Histogram Gummy Candy Pewarna Alami Daun

Bayam Merah

Pada Gambar 4..2.3 hasil uji organoleptik warna gummy candy

untuk perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan warna merah muda hal ini

dikarenakan adanya penambahan pewarna alami berupa daun bayam merah sebanyak 5 ml. warna merah keunguan berasal dari kandungan

antosianin pada bayam merah yang tidak dimiliki oleh bayam hijau. Sedangkan untuk perlakuan G2P2 menunjukkan warna merah keunguan. Warna yang didapat secara keseluruhan sesuai dengan warna dari pewarna yang digunakan. Selain itu pada perlakuan pewarna yang sama tidak terjadi perbedaan pada penilaian organoleptik, hal ini dikarenakan jumlah pewarna yang digunakan sama, cetakan dalam membuat permen dibuat seragam dan dengan ketebalan yang seragam. Selain itu pada pemasakan gummy candy

waktu pemasakan pada semua perlakuan sama, karena waktu yang berbeda dapat menyebabkan pemasakan yang semakin lama sehingga dapat menyebabkan warna menjadi gelap.

Dari analisa data dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah gelatin yang ditambahkan maka akan menggelapkan gummy candy. Hal ini disebabkan karena gelatin yang digunakan berwarna agak kekuningan sehingga semakin banyak gelatin yang digunakan


(17)

14

menyebabkan warna gummy candy semakin gelap. Menurut Imeson dalam Herutami (2002), gelatin yang baik menurut standar adalah tidak berwarna, transparan, rapuh, tidak berbau dan tidak berasa. Penggunaan gelatin dalam produk pangan diharapkan tidak memberikan perubahan warna, akan tetapi jumlah gelatin dan jumlah air yang digunakan untuk hidrasi semakin banyak dapat menyebabkan melemahnya warna produk. Selain itu hasil eksraksi dari akar alang-alang juga berwarna gelap dan membuat warna gummy candy semakin gelap. Sedangkan utuk pemberian varasi agar-agar tidak berpengaruh pada warna gummy candy yang dihasilkan, karena agar-agar yang digunakan memiliki warna bening

Secara garis besar setelah dilakukan uji organoleptik terhadap 20 panelis, dapat disimpulkan bahwa perlakuan G1P2 merupakan perlakuan yang mendekati kriteria gummy candy yang berkualitas sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat dan perlakuan G1P1 merupakan perlakuan yang jauh dari kriteria gummy candy yang berkualitas.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Ada perbedaan antioksidan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang (Imperata cylindrica) dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah terhadap kandungan antioksidan. Kandungan antioksidan tertinggi terdapat pada perlakuan yaitu 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g dan agar-agar 7 g, daun bayam merah 5 ml dengan kapasitas antuoksidan 37,8%. Dan ada pengaruh antara perbandingan penambahan gelatin dan agar-agar terhadap kualitas organoleptik merupakan perlakuan yang mendekati kriteria gummy candy yang berkwalitas sehingga dapat diterima dikalangan masyarakat dan perlakuan merupakan perlakuan yang jauh dari kriteria gummy candy yang berkualitas.


(18)

15

2. Saran

Melakukan penelitian kembali dalam pembuatan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang dengan penambahan bahan lain yang mengandung antioksidan dari jenis yang berbeda. Bagi peneliti selanjuatnya disarankan untuk melakukan pengujian daya simpan gummy candy dari ekstrakakar alang-alang dengan perbandingan penambahan gelatin dan agar-agar serta penambahan pewarna alami. Melakukan penelitian kembali dalam pembuatan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang dengan penambahan perasa untuk meningkatkan mutu organoleptik. Menciptakan inovasi baru dengan melakukan penelitian yang menggunakan bahan dasar dari ekstrak akar alang-alang. Pada tahap ekstraksi akar alang-alang lebih baik dilakukan dua kali ekstraksi agar hasil antioksidannya lebih maksimal.


(19)

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengapa Memilih Makanan Organik. Majalah Kesehatan.Com./Mengapa-Memilih-Makanan-Organik/. Diakses Pada Tanggal 9 April 2013.

Ariani, Nana.2005. Pemanfaatan Akar Alang- Alang Menjadi Produk Olahan Sirup Dan Bahan Campuran Pembuatan Kertas Daur Ulang Di Desa Bandar Khalifah. Medan: Universitas Negri Medan.

Aslam,LM 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlanggamedical Series

Damanik,A. 2005. Gelatin Halal Gelatin Haram. Jurnal. LP. POM. MUI. No.36.MARET 2011:Jakarta.

Depkes RI. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direkorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta. 4-3.

Farouq. 2003. Ekstrak Sebagai Salah Satu Pengembangan Bentuk Obat Tradisional. Seminar POKJANAS TOI XXIII. Jakarta: Unversitas Pancasila

Gamse, T. 2002. Liquid-Liquid Ekstraction And Solid-Liquid Ekstraction. Institut Of Thermal Process And Environmental Engineering: Graz University Of Technology

Hardjanti, sri. 2008. Potensi daun katuk sebagai sumber zat pewarna alami dan stabilitasnya selama pengeringan bubuk dengan menggunakan binder maltodekstrin. Jurnal penelitian sintetik, Vol.13, No. 1, April 2008: 1-18.

Ide, Pangkalan. 2010. Health Secret Of Pepin. Jakarta: PT. Elix Media Komputindo

Imeson, A. 1999. Thickening And Gelling Agent For Food. Aspen Publisher Inc, New York Stephen, A. M. And S. C. Churms. 1995. Food Polysaccarides And Their Applications Marcell Dekker, Inc, New York.

Indrayana, R. 2008. “Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Salam (Syzygium Polyanthum)Pada Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4)”. SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(20)

17

Kinko, julianus. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid2. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Kusuma, R. Widya. 2013. Pemanfaatan Biji Kluwih (arthocarpus altilis) Dalam Pembuatan Susu Organik Dengan Penmbahan Pewarna Alami. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ma’mun, Suhirman, S.2006. Teknik Pembuatan Simplisan Dan Ekstrak Purwoceng. Laporan Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik.

Mursito, B. 2000. Studi Pembuatan Sirup Alang- Alang (Imperata Cylindrica). Skripsi Yang Tidak Dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatra Utara

Purwatresta, Eka. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Dan Etanol Daun Sirsak Secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim Α-Glukosidase. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Santoso, U. 2000. Mengenal daun katuk sebagai feed additive pada broiler. Poultry indonesi, juni/ nomer 242: 59-60.

Suhartatik, Nanik, Muhammad Nur Cahyanto, Sri Raharjo dan Endang S. Rahayu. 2013. “aktivitas antioksidan antosianin beras ketan hitam selama fermentasi”. Jurnal. Vol XXIV No.1.ISSN.

Wiradimadja, Rachmad. Tanpa tahun. Potensi Tanaman Katuk (Sauropus androgynus)Untuk Meningkatkan Kwalitas Intensitas Warna Kuning Telur. Lokakarta Nasional Pengembangan Jejaring Sistem Integrasi

Tanah- Ternak. Sumedang: Fakultas Peternakan Universitas


(1)

12

Gambar 4.2.1 Histogram Gummy Candy Tanpa Pewarna.

Pada Gambar 4.2 yang menunjukkan hasil uji organoleptik parameter warna gummy candy untuk perlakuan G0P0 menunjukkan warna coklat sangat muda dan GIP0, G2P0 menunjukkan warna coklat muda hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut tidak menggunakan pewarna alami sehingga warna yang didapat berasal dari warna coklat dari alang-alang serta warna kekuningan dari gelatin. Untuk pengganti pewarna alami agar konsentrasi bahan menjai sama maka, pada perlakuan G0P0, GIP0, G2P0 digunakan aquades 5 ml yang digunakan sebagai pengganti pewarna agar komposisi dari gummy candy sama dengan yang diberi pewarna alami selain itu aquades tidak berwarna jadi tidak mempengaruhi warna gummy candy.

Gambar 4.2.2 Histogram Gummy Candy Pewarna Alami Daun Katuk. Pada Gambar 4.2.2 hasil uji organoleptik warna gummy candy pada perlakuan G0P1, menunjukkan warna hijau sangat muda, hal ini dikarenakan adanya penambahan pewarna alami berupa daun katuk sebanyak 5 ml. Warna hijau dari daun katuk berasal dari kandungan klorofil yang terdapat didalamnya. Daun katuk yang digunakan adalah daun katuk yang sudah tua hal ini dikarenakan jumlah klorofil pada


(2)

13

daun katuk tua lebih banyak dari pada daun katuk muda sehingga warna yang dihasilkan lebih hijau. Pada gambar histogram menunjukkan pada perlaku G1P1 G2P1 warna yang didapatkan adalah hijau muda.

Gambar 4.2.3 Histogram Gummy Candy Pewarna Alami Daun Bayam Merah

Pada Gambar 4..2.3 hasil uji organoleptik warna gummy candy untuk perlakuan G0P2, G1P2 menunjukkan warna merah muda hal ini dikarenakan adanya penambahan pewarna alami berupa daun bayam merah sebanyak 5 ml. warna merah keunguan berasal dari kandungan antosianin pada bayam merah yang tidak dimiliki oleh bayam hijau. Sedangkan untuk perlakuan G2P2 menunjukkan warna merah keunguan. Warna yang didapat secara keseluruhan sesuai dengan warna dari pewarna yang digunakan. Selain itu pada perlakuan pewarna yang sama tidak terjadi perbedaan pada penilaian organoleptik, hal ini dikarenakan jumlah pewarna yang digunakan sama, cetakan dalam membuat permen dibuat seragam dan dengan ketebalan yang seragam. Selain itu pada pemasakan gummy candy waktu pemasakan pada semua perlakuan sama, karena waktu yang berbeda dapat menyebabkan pemasakan yang semakin lama sehingga dapat menyebabkan warna menjadi gelap.

Dari analisa data dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah gelatin yang ditambahkan maka akan menggelapkan gummy candy. Hal ini disebabkan karena gelatin yang digunakan berwarna agak kekuningan sehingga semakin banyak gelatin yang digunakan


(3)

14

menyebabkan warna gummy candy semakin gelap. Menurut Imeson dalam Herutami (2002), gelatin yang baik menurut standar adalah tidak berwarna, transparan, rapuh, tidak berbau dan tidak berasa. Penggunaan gelatin dalam produk pangan diharapkan tidak memberikan perubahan warna, akan tetapi jumlah gelatin dan jumlah air yang digunakan untuk hidrasi semakin banyak dapat menyebabkan melemahnya warna produk. Selain itu hasil eksraksi dari akar alang-alang juga berwarna gelap dan membuat warna gummy candy semakin gelap. Sedangkan utuk pemberian varasi agar-agar tidak berpengaruh pada warna gummy candy yang dihasilkan, karena agar-agar yang digunakan memiliki warna bening

Secara garis besar setelah dilakukan uji organoleptik terhadap 20 panelis, dapat disimpulkan bahwa perlakuan G1P2 merupakan perlakuan yang mendekati kriteria gummy candy yang berkualitas sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat dan perlakuan G1P1 merupakan perlakuan yang jauh dari kriteria gummy candy yang berkualitas.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Ada perbedaan antioksidan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang (Imperata cylindrica) dengan variasi penambahan gelatin dan agar-agar serta daun katuk dan daun bayam merah terhadap kandungan antioksidan. Kandungan antioksidan tertinggi terdapat pada perlakuan yaitu 100 ml ekstrak akar alang-alang, gelatin 19 g dan agar-agar 7 g, daun bayam merah 5 ml dengan kapasitas antuoksidan 37,8%. Dan ada pengaruh antara perbandingan penambahan gelatin dan agar-agar terhadap kualitas organoleptik merupakan perlakuan yang mendekati kriteria gummy candy yang berkwalitas sehingga dapat diterima dikalangan masyarakat dan perlakuan merupakan perlakuan yang jauh dari kriteria gummy candy yang berkualitas.


(4)

15

2. Saran

Melakukan penelitian kembali dalam pembuatan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang dengan penambahan bahan lain yang mengandung antioksidan dari jenis yang berbeda. Bagi peneliti selanjuatnya disarankan untuk melakukan pengujian daya simpan gummy candy dari ekstrakakar alang-alang dengan perbandingan penambahan gelatin dan agar-agar serta penambahan pewarna alami. Melakukan penelitian kembali dalam pembuatan gummy candy dari ekstrak akar alang-alang dengan penambahan perasa untuk meningkatkan mutu organoleptik. Menciptakan inovasi baru dengan melakukan penelitian yang menggunakan bahan dasar dari ekstrak akar alang-alang. Pada tahap ekstraksi akar alang-alang lebih baik dilakukan dua kali ekstraksi agar hasil antioksidannya lebih maksimal.


(5)

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengapa Memilih Makanan Organik. Majalah Kesehatan.Com./Mengapa-Memilih-Makanan-Organik/. Diakses Pada Tanggal 9 April 2013.

Ariani, Nana.2005. Pemanfaatan Akar Alang- Alang Menjadi Produk Olahan Sirup Dan Bahan Campuran Pembuatan Kertas Daur Ulang Di Desa Bandar Khalifah. Medan: Universitas Negri Medan.

Aslam,LM 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlanggamedical Series

Damanik,A. 2005. Gelatin Halal Gelatin Haram. Jurnal. LP. POM. MUI. No.36.MARET 2011:Jakarta.

Depkes RI. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direkorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta. 4-3.

Farouq. 2003. Ekstrak Sebagai Salah Satu Pengembangan Bentuk Obat Tradisional. Seminar POKJANAS TOI XXIII. Jakarta: Unversitas Pancasila

Gamse, T. 2002. Liquid-Liquid Ekstraction And Solid-Liquid Ekstraction. Institut Of Thermal Process And Environmental Engineering: Graz University Of Technology

Hardjanti, sri. 2008. Potensi daun katuk sebagai sumber zat pewarna alami dan stabilitasnya selama pengeringan bubuk dengan menggunakan binder maltodekstrin. Jurnal penelitian sintetik, Vol.13, No. 1, April 2008: 1-18. Ide, Pangkalan. 2010. Health Secret Of Pepin. Jakarta: PT. Elix Media

Komputindo

Imeson, A. 1999. Thickening And Gelling Agent For Food. Aspen Publisher Inc, New York Stephen, A. M. And S. C. Churms. 1995. Food Polysaccarides And Their Applications Marcell Dekker, Inc, New York.

Indrayana, R. 2008. “Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Salam (Syzygium Polyanthum)Pada Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4)”. SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(6)

17

Kinko, julianus. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid2. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Kusuma, R. Widya. 2013. Pemanfaatan Biji Kluwih (arthocarpus altilis) Dalam Pembuatan Susu Organik Dengan Penmbahan Pewarna Alami. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ma’mun, Suhirman, S.2006. Teknik Pembuatan Simplisan Dan Ekstrak Purwoceng. Laporan Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik.

Mursito, B. 2000. Studi Pembuatan Sirup Alang- Alang (Imperata Cylindrica). Skripsi Yang Tidak Dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatra Utara

Purwatresta, Eka. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Dan Etanol Daun

Sirsak Secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim Α-Glukosidase.

Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Santoso, U. 2000. Mengenal daun katuk sebagai feed additive pada broiler. Poultry indonesi, juni/ nomer 242: 59-60.

Suhartatik, Nanik, Muhammad Nur Cahyanto, Sri Raharjo dan Endang S. Rahayu. 2013. “aktivitas antioksidan antosianin beras ketan hitam selama fermentasi”. Jurnal. Vol XXIV No.1.ISSN.

Wiradimadja, Rachmad. Tanpa tahun. Potensi Tanaman Katuk (Sauropus androgynus)Untuk Meningkatkan Kwalitas Intensitas Warna Kuning Telur. Lokakarta Nasional Pengembangan Jejaring Sistem Integrasi Tanah- Ternak. Sumedang: Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.


Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Sarang Semut (Myrmecodia Tuberosa Jack. Var Versteegii.)

3 49 77

Analisis Senyawa Kimia Minyak Atsiri Akar Sembung (Blumea Balsamifera DC) Dengan GC-MS Serta Uji Aktivitas Antimikroba Dan Antioksidan

11 111 118

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

14 112 116

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Buah Kecombrang (Etlingera Elatior) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Serta Ekstrak Air Dan Ekstrak Etanol Dengan Metode DPPH

1 28 71

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Jus Buah Sirsak Dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

5 68 100

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-Heksan Etilasetat Dan Etanol Rumput Laut Sargassum polycystum C. Agardh

1 61 83

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL AKAR Jatropha gossypifoliaDARIBERBAGAI METODE REMASERASI

1 14 21

Analisis Senyawa Kimia Minyak Atsiri Akar Sembung (Blumea Balsamifera DC) Dengan GC-MS Serta Uji Aktivitas Antimikroba Dan Antioksidan

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Senyawa Kimia Minyak Atsiri Akar Sembung (Blumea Balsamifera DC) Dengan GC-MS Serta Uji Aktivitas Antimikroba Dan Antioksidan

0 1 27

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

3 3 15