Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

(1)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA

SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL

BUAH PAPRIKA (Capsicum annum L. cv.group grossum)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

umatera Uta

OLEH:

HELEN SALVIANI

NIM 091501019

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA

SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL

BUAH PAPRIKA (Capsicum annum L. cv.group grossum)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

jukan untuk mUniversitas Sumatera Uta

OLEH:

HELEN SALVIANI

NIM 091501019

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA

SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL

BUAH PAPRIKA (Capsicum annum L. cv.group grossum)

OLEH:

HELEN SALVIANI NIM 091501019

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 21 Desember 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195103261978022001 NIP 195301011983031004

Pembimbing II, Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 195107231982032001 NIP 194909101980031002

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. NIP 195008221974121002

Medan, Januari 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum). Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku ketua penguji, Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., dan Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Janimar, serta abangku


(5)

Taufik Hidayat, kakakku Indah Mayang Sari, adikku Yohana Permata Sari, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/i Farmasi Klinis dan Komunitas 2009 yang selalu mendoakan, memberi dukungan, dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Helen Salviani NIM 091501019


(6)

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika

(Capsicum annum L. cv.group grossum)

Abstrak

Buah paprika (Capcisum annum L. cv.group grossum) merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini. Selain digunakan sebagai keperluan bahan pangan karena mengandung zat gizi yang cukup lengkap, seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin, paprika juga mengandung senyawa-senyawa yang berkhasiat obat diantaranya untuk meredakan nyeri dan memperlancar aliran darah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, skrining fitokimia dan ekstraksi secara perkolasi serta aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2 -picrylhydrazil (DPPH) dan metode β-karoten-asam linoleat.

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika (EEBP) dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2 -picrylhydrazil (DPPH). EEBP didiamkan selama 60 menit pada suhu kamar lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm dan pembanding yang digunakan adalah vitamin C. Pengujian juga dilakukan dengan menggunakan

metode β-karoten-asam linoleat yaitu diukur pada waktu 0-120 menit dengan

interval waktu 15 menit pada panjang gelombang 470 nm. Sebagai pembanding digunakan butil hidroksitoluena (BHT) dan kuersetin.

Hasil karakterisasi simplisia buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh kadar air 7,98%; 7,98%; 5,98%, kadar sari yang larut dalam air 37,39%; 43,98%; 39,42%, kadar sari yang larut dalam etanol 25,85%; 24,53%; 28,55%, kadar abu total 6,82%; 6,20%; 6,86% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,60%; 0,97%; 0,87%. Hasil karakterisasi ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh kadar air 21,29%; 20,52%; 19,24%, kadar abu total 5,44%; 4,72%; 5,04% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,54%; 0,45%; 1,60%. Skrining fitokimia diperoleh bahwa buah paprika mengandung senyawa flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid.

Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa EEBP memiliki nilai IC50 sebesar 260,42 ppm (EEBPH), 209,76 ppm (EEBPM) dan 218,77 ppm

(EEBPK) serta vitamin C sebesar 4,73 ppm. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode β-karoten-asam linoleat diperoleh aktivitas antioksidan hidroksitoluena (BHT) 100 ppm > kuersetin 100 ppm > EEBPM 3000 ppm > EEBPK 3000 ppm > EEBPH 3000 ppm.


(7)

Simplex Characterization and Phytochemicals Screening and Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Bell peppers

(Capsicum annum L. cv.group grossum)

Abstract

Bell peppers (Capcisum annuum L. cv.group grossum) are one of the essential developing commodities today. Besides being used as a food purposes because it contains a fairly complete nutrients, such as proteins, fats, carbohydrates, minerals and vitamins, bell peppers also contain medicinal compounds to relieve pain and improving blood flow. The objective of the research was to determine the characteristics, phytochemical screening, percolation extraction and antioxidant activity of ethanol extract of red, yellow and green bell peppers using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavengingmethod and β-carotene-linoleic acid method.

The antioxidant activity tests of the ethanol extract of bell peppers (EEBP) using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavenging method. EEBP was incubated for 60 minutes at room temperature and its absorbance was measured at a wavelength of 516 nm and the results were compared to vitamin C.

Tests were also performed using β-carotene-linoleic acid method which was

measured at 0-120 minutes with 15-minute intervals at a wavelength of 470 nm. The results were compared to butyl hydroxytoluena (BHT) and quercetin.

The results of the characterization of simplex red, yellow and green bell peppers water content was 7.98%, 7.98%, 5.98%, water-soluble extract content was 37.39%, 43.98%, 39.42%, ethanol-soluble extract content was 25.85%, 24.53%, 28.55%, total ash content was 6.82%, 6.20%, 6.86% and acid-insoluble ash content was 1.60%, 0.97%, 0.87%. The results of the characterization of ethanol extract red, yellow and green bell peppers water content was 21.29%; 20.52%; 19.24%, total ash content was 5.44%; 4.72%; 5.04% and acid-insoluble ash content was 0.54%; 0.45%; 1.60%. The result of phytochemical screening showed that simplex contained flavonoids, glycosides, and steroids/triterpenoids.

The results of antioxidant activity tests using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavenging method showed that EEBP has IC50 value

260.42 ppm (EEBPH), 209.76 ppm (EEBPM) and 218.77 ppm (EEBPK) and vitamin C 4.73 ppm. The test results of antioxidant activity by the β -carotene-linoleic acid method antioxidant activity obtained butyl hydroxytoluene (BHT) 100 ppm > quercetin 100 ppm > EEBPM 3000 ppm > EEBPK 3000 ppm > EEBPH 3000 ppm.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Uraian Tumbuhan ... 8

2.1.1 Morfologi Tumbuhan ... 8

2.1.2 Habitat ... 9

2.1.3 Sistematika Tumbuhan ... 9


(9)

2.1.5 Kandungan Kimia ... 9

2.1.6 Kegunaan ... 10

2.2 Ekstraksi ... 11

2.3 Radikal Bebas ... 13

2.4 Antioksidan ... 15

2.4.1 Antioksidan Alami ... 16

2.4.1.1 Flavonoid ... 16

2.4.1.2 Vitamin C ... 18

2.4.1.3 Betakaroten ... 19

2.4.1.4 Kuersetin ... 19

2.4.2 Antioksidan Sintetik ... 20

2.5 Spektrofotometri UV-Visible ... 21

2.6 Metode Pengukuran Antioksidan ... 21

2.6.1 Metode BCB (β-Carotene Bleaching Method) ... 22

2.6.2 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhydrazyl) ... 23

2.6.2.1 Pengukuran absorbansi-panjang gelombang ... 25

2.6.2.2 Waktu Pengukuran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Alat dan Bahan ... 26

3.1.1 Alat-alat ………... 26

3.1.2 Bahan-bahan ……… 26

3.2 Penyiapan Bahan Tumbuhan ... 27

3.2.1 Pengumpulan Bahan ………. 27


(10)

3.2.3 Pembuatan Simplisia ………. . 27

3.3 Pembuatan Pereaksi ... 28

3.3.1 Pereaksi Asam Klorida 2 N ... 28

3.3.2 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ... 28

3.3.3 Pereaksi Bouchardat ... 28

3.3.4 Pereaksi Mayer ... 28

3.3.5 Pereaksi Dragendorff ... 28

3.3.6 Pereaksi Besi (III) Klorida 1% ... 29

3.3.7 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 29

3.3.8 Pereaksi Molish ... 29

3.3.9 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M ... 29

3.3.10 Pereaksi Asam Sulfat 2 N ... 29

3.3.11 Pereaksi Kloralhidrat ... 29

3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 29

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 30

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 30

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 30

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air ... 31

3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ... 31

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 31

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 32

3.5 Skrining Fitokimia ... 32

3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid ... 32

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoid ... 33


(11)

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida Antrakinon ... 33

3.5.5 Pemeriksaan Saponin ... 34

3.5.6 Pemeriksaan Tanin ... 34

3.5.7 Pemeriksaan Steroid / Triterpenoid ... 34

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Paprika ... 34

3.7 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer Visibel ... ... 35

3.7.1 Penentuan Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Penangkapan Radikal Bebas DPPH ... 35

3.7.1.1 Prinsip Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH ... 35

3.7.1.2 Pembuatan Larutan Blanko ……… .. 36

3.7.1.3 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Etanol Buah Paprika (EEBP) ... 36

3.7.1.4 Pembuatan Larutan Induk Vitamin C ... 36

3.7.1.5 Larutan Uji Ekstrak Etanol Buah Paprika (EEBP) ... 36

3.7.1.6 Larutan Uji Vitamin C ... 36

3.7.1.7 Analisis Persen Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH ... 37

3.7.1.8 Analisis Nilai IC50 ... 37

3.7.2 Penentuan Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode β-karoten-asam linoleat ... 37

3.7.2.1 Pembuatan Larutan Blanko ... 37

3.7.2.2 Pembuatan Larutan Stok β-karoten ... 38

3.7.2.3 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Etanol Buah Paprika (EEBP) ... 38

3.7.2.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Buah Paprika (EEBP) ... 38 3.7.2.5 Pembuatan Larutan Pembanding Butil Hidroksi-


(12)

toluen (BHT), Kuersetin dan Vitamin C ... 38

3.7.2.6 Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. var. grossum) menggunakan metode β-karoten- asam linoleat ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 40

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 40

4.2.1 Pemeriksaan Makroskopik Buah Paprika ... 40

4.2.2 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia Buah Paprika ... 40

4.2.3 Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Buah Paprika ... 41

4.2.4 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia ... 41

4.3 Hasil Skrining Fitokimia ... 43

4.4 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan EEBP Metode DPPH ... 44

4.4.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 44

4.4.2 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan ... 45

4.4.3 Hasil Analisis Nilai IC50 ... 48

4.5 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan EEBP Metode β-karoten- asam linoleat ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kandungan gizi buah paprika segar dalam setiap 100 g bahan

yang dapat dimakan ... 10 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia buah paprika ... 41 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol buah paprika .. 42 Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia simplisia dan estrak etanol buah

paprika merah, kuning dan hijau ... 43 Tabel 4.4 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak

etanol buah Paprika Merah (EEBPM) menggunakan metode DPPH ... 45 Tabel 4.5 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak

etanol buah Paprika Kuning (EEBPK) menggunakan metode DPPH ... 45 Tabel 4.6 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak

etanol buah Paprika Hijau (EEBPH) menggunakan metode DPPH ... 46 Tabel 4.7 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C

menggunakan metode DPPH ... 46 Tabel 4.8 Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC50 yang

diperoleh dari ekstrak etanol buah paprika hijau, paprika merah, paprika kuning dan vitamin C ... 49 Tabel 4.9 Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan ... 50

Tabel 4.10 Persentase aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika merah (EEBPM) dari berbagai konsentrasi dengan metode β

-karoten-asam linoleat ... 51 Tabel 4.11 Persentase aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika

kuning (EEBPK) dari berbagai konsentrasi dengan metode β

-karoten-asam linoleat ... 51 Tabel 4.12 Persentase aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika

hijau (EEBPH) dari berbagai konsentrasi dengan metode β

-karoten-asam linoleat ... 52 Tabel 4.13 Hasil analisis statistik EEBPM, EEBPK, EEBPH, BHT dan

kuersetin ... 55 Tabel 4.14 Hasil analisis statistik secara Tukey HSD ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka flavonoid ... 17

Gambar 2.2 Struktur dasar flavonoid ... 17

Gambar 2.3 Rumus bangun vitamin C ... 18

Gambar 2.4 Rumus bangun betakaroten ... 19

Gambar 2.5 Struktur kimia kuersetin ... 20

Gambar 2.6 Rumus bangun BHT ... 20

Gambar 2.7 Struktur kimia DPPH ... 23

Gambar 2.8 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan ... 24

Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol secara spektrofotometri visibel ... 44

Gambar 4.2 Grafik persentase pemerangkapan DPPH versus konsentrasi EEBPM, EEBPK dan EEBPH ... 47

Gambar 4.3 Grafik persentase pemerangkapan DPPH versus konsentrasi vitamin C ... 48

Gambar 4.4 Grafik persentase aktivitas antioksidan versus waktu EEBPM, BHT dan kuersetin ... 53

Gambar 4.5 Grafik persentase aktivitas antioksidan versus waktu EEBPK, BHT dan kuersetin ... 53

Gambar 4.6 Grafik persentase aktivitas antioksidan versus waktu EEBPH, BHT dan kuersetin ... 54


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 63

Lampiran 2 Gambar Buah Paprika Segar ... 64

Lampiran 3 Gambar Makroskopik Buah Paprika ... 65

Lampiran 4 Gambar Makroskopik Simplisia Buah Paprika ... 66

Lampiran 5 Gambar Serbuk Simplisia Buah Paprika . ... 67

Lampiran 6 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Buah Paprika ….. ... 68

Lampiran 7 Bagan Penelitian ... 69

Lampiran 8 Gambar Alat Spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu 1800) ... 70

Lampiran 9 Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Buah Paprika Merah, Buah Paprika Kuning dan Buah Paprika Hijau ... 71

Lampiran 10 Perhitungan Pemeriksaan Ekstrak Etanol Buah Paprika Merah, Buah Paprika Kuning dan Buah Paprika Hijau ... 79

Lampiran 11 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ... 84

Lampiran 12 Data Absorbansi dan Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (EEBP), Butil Hidroksitoluena (BHT) dan Kuersetin Metode β-karoten Asam Linoleat ... 86

Lampiran 13 Contoh Perhitungan Nilai Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dan β-karoten Asam Linoleat ... 97


(16)

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika

(Capsicum annum L. cv.group grossum)

Abstrak

Buah paprika (Capcisum annum L. cv.group grossum) merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini. Selain digunakan sebagai keperluan bahan pangan karena mengandung zat gizi yang cukup lengkap, seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin, paprika juga mengandung senyawa-senyawa yang berkhasiat obat diantaranya untuk meredakan nyeri dan memperlancar aliran darah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, skrining fitokimia dan ekstraksi secara perkolasi serta aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2 -picrylhydrazil (DPPH) dan metode β-karoten-asam linoleat.

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika (EEBP) dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2 -picrylhydrazil (DPPH). EEBP didiamkan selama 60 menit pada suhu kamar lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm dan pembanding yang digunakan adalah vitamin C. Pengujian juga dilakukan dengan menggunakan

metode β-karoten-asam linoleat yaitu diukur pada waktu 0-120 menit dengan

interval waktu 15 menit pada panjang gelombang 470 nm. Sebagai pembanding digunakan butil hidroksitoluena (BHT) dan kuersetin.

Hasil karakterisasi simplisia buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh kadar air 7,98%; 7,98%; 5,98%, kadar sari yang larut dalam air 37,39%; 43,98%; 39,42%, kadar sari yang larut dalam etanol 25,85%; 24,53%; 28,55%, kadar abu total 6,82%; 6,20%; 6,86% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,60%; 0,97%; 0,87%. Hasil karakterisasi ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh kadar air 21,29%; 20,52%; 19,24%, kadar abu total 5,44%; 4,72%; 5,04% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,54%; 0,45%; 1,60%. Skrining fitokimia diperoleh bahwa buah paprika mengandung senyawa flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid.

Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa EEBP memiliki nilai IC50 sebesar 260,42 ppm (EEBPH), 209,76 ppm (EEBPM) dan 218,77 ppm

(EEBPK) serta vitamin C sebesar 4,73 ppm. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode β-karoten-asam linoleat diperoleh aktivitas antioksidan hidroksitoluena (BHT) 100 ppm > kuersetin 100 ppm > EEBPM 3000 ppm > EEBPK 3000 ppm > EEBPH 3000 ppm.


(17)

Simplex Characterization and Phytochemicals Screening and Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Bell peppers

(Capsicum annum L. cv.group grossum)

Abstract

Bell peppers (Capcisum annuum L. cv.group grossum) are one of the essential developing commodities today. Besides being used as a food purposes because it contains a fairly complete nutrients, such as proteins, fats, carbohydrates, minerals and vitamins, bell peppers also contain medicinal compounds to relieve pain and improving blood flow. The objective of the research was to determine the characteristics, phytochemical screening, percolation extraction and antioxidant activity of ethanol extract of red, yellow and green bell peppers using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavengingmethod and β-carotene-linoleic acid method.

The antioxidant activity tests of the ethanol extract of bell peppers (EEBP) using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavenging method. EEBP was incubated for 60 minutes at room temperature and its absorbance was measured at a wavelength of 516 nm and the results were compared to vitamin C.

Tests were also performed using β-carotene-linoleic acid method which was

measured at 0-120 minutes with 15-minute intervals at a wavelength of 470 nm. The results were compared to butyl hydroxytoluena (BHT) and quercetin.

The results of the characterization of simplex red, yellow and green bell peppers water content was 7.98%, 7.98%, 5.98%, water-soluble extract content was 37.39%, 43.98%, 39.42%, ethanol-soluble extract content was 25.85%, 24.53%, 28.55%, total ash content was 6.82%, 6.20%, 6.86% and acid-insoluble ash content was 1.60%, 0.97%, 0.87%. The results of the characterization of ethanol extract red, yellow and green bell peppers water content was 21.29%; 20.52%; 19.24%, total ash content was 5.44%; 4.72%; 5.04% and acid-insoluble ash content was 0.54%; 0.45%; 1.60%. The result of phytochemical screening showed that simplex contained flavonoids, glycosides, and steroids/triterpenoids.

The results of antioxidant activity tests using DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil) radical scavenging method showed that EEBP has IC50 value

260.42 ppm (EEBPH), 209.76 ppm (EEBPM) and 218.77 ppm (EEBPK) and vitamin C 4.73 ppm. The test results of antioxidant activity by the β -carotene-linoleic acid method antioxidant activity obtained butyl hydroxytoluene (BHT) 100 ppm > quercetin 100 ppm > EEBPM 3000 ppm > EEBPK 3000 ppm > EEBPH 3000 ppm.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan Ilmu Pengetahuan menemukan banyak faktor penyebab terjadinya proses penuaan dini antara lain karena faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas. Faktor-faktor penyebab tersebut menjadikan radikal bebas merupakan yang paling sering diungkapkan. Sumber radikal bebas dapat berasal dari polusi, debu maupun diproduksi secara terus-menerus sebagai konsekuensi dari metabolisme normal (Zuhra, dkk., 2008).

Selain terjadinya penuaan dini, banyak ditemukan penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung koroner (PJK), artritis, diabetes, kanker hati, dan sebagainya. Salah satu dari penyakit degeneratif yang paling ditakuti adalah kanker, yang biaya pengobatannya mahal dan tidak ada jaminan bagi penderita untuk dapat sembuh secara total, atau sewaktu-waktu dapat kambuh kembali. Sampai saat ini teknik pengobatan kanker yang dilakukan adalah dengan cara pembedahan, radioterapi dan kemoterapi yang memerlukan waktu sangat panjang. Penyakit-penyakit degeneratif ini disebabkan karena antioksidan yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas (Soekmanto, 2007).

Radikal bebas adalah molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada komponen sel seperti DNA, lipid, protein dan karbohidrat. Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan


(19)

menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif (Soekmanto, 2007). Untuk menghindari hal tersebut, maka tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan tambahan dari luar seperti vitamin E, vitamin C maupun berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.

Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran sel, pembuluh darah, DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit. Suatu tanaman dapat memiliki aktivitas antioksidan apabila mengandung senyawa yang mampu menangkal radikal bebas seperti fenol dan flavonoid (Widyastuti, 2010).

Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut proses penuaan dihambat dan dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif. Pemilihan antioksidan alami kini mulai menjadi perhatian masyarakat karena telah ditemukannya efek samping dari penggunaan antioksidan sintetik berupa keracunan dan bersifat karsinogenik jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah yang berlebihan (Zuhra, dkk., 2008).

Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan alami maupun antioksidan sintetik. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT (butyl hydroxytoluena) ternyata dapat meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan obat-obatan mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan alami baru (Takashi, 1997).


(20)

Secara alami beberapa jenis tumbuhan merupakan sumber antioksidan, hal ini dapat ditemukan pada beberapa jenis sayuran, buah-buahan segar, beberapa jenis tumbuhan dan rempah (Kuncahyo, 2007). Salah satu rempah-rempah yang banyak digunakan adalah buah paprika. Paprika (Capcisum annum

L. cv.group grossum) merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini, baru dikenal di Indonesia sejak tahun 1990-an yaitu di daerah Dieng (Jawa Tengah), Puncak dan Lembang (Jawa Barat), serta Brastagi (Sumatera Utara) dan ditanam dengan sistem hidroponik. Tanaman paprika memiliki ciri-ciri spesifik yaitu memiliki buah yang besar, berdaging tebal, mempunyai biji dan rasa buah tidak pedas (Waruwu, 2011).

Buah paprika mengandung zat gizi yang cukup lengkap, antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin B, vitamin C, dan serat. Kandungan kimia tanaman paprika adalah oleoresin (capsaicin),

flavonoid, minyak atsiri, karotenoid (capsantin, capsorubin, carotene, dan lutein) (Cahyono, 2012).

Paprika sering digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan, serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman. Selain itu, paprika juga bermanfaat sebagai obat untuk diare, sakit perut, sakit gigi, polio, pegal-pegal, influensa, masuk angin, dan mencegah penggumpalan darah (Cahyono, 2012), sebagai stimulan dan sebagai bumbu masak (Tyler, 1976).

Metode untuk menentukan aktivitas antioksidan ada beberapa cara, yaitu BCB Method (β-Carotene Bleaching Method) atau Metode Pemutihan β-karoten,

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) Radical Scavenging Method (Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH), Thiobarbituric Acid-Reactive Substance


(21)

(TBARS) Assay, CUPRAC Assay (Cupric Reducing Antioxidant Capacity), ORAC Assay (Oxygen-Radical Absorbance Capacity), dan FRAP Assay (Ferric Reducing Antioxidant Power) (Rafi, 2013;Rosidah, et al., 2008).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dari simplisia, golongan senyawa kimia dan kekuatan aktivitas antioksidan dari buah paprika merah, kuning dan hijau (Capsicum annum

L.cv.group grossum) dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) dan metode β-karoten-asam linoleat. Meskipun suatu senyawa uji menunjukkan daya antioksidan yang tinggi dengan salah satu metode, tidak selalu akan memberikan hasil yang sama baiknya dengan menggunakan metode lainnya sehingga diperlukan pengukuran daya antioksidan dengan berbagai macam metode (Rohman, 2005).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian adalah:

a. apakah karakteristik simplisia buah paprika merah, kuning dan hijau dapat dijadikan pada penelitian selanjutnya?

b. apakah golongan senyawa kimia yang terkandung didalam ketiga macam simplisia buah paprika?

c. apakah ekstrak etanol ketiga macam buah paprika memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan metode β-karoten-asam linoleat?

d. apakah ekstrak etanol ketiga macam buah paprika memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl


(22)

e. berapakah nilai IC50 ekstrak etanol buah paprika menggunakan metode DPPH

sebagai antioksidan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. simplisia buah paprika mempunyai karakteristik yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya

b. golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ketiga macam simplisia buah paprika adalah golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, glikosida dan glikosida antrakinon

c. ekstrak etanol ketiga macam buah paprika memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan metode β-karoten-asam linoleat

d. ekstrak etanol ketiga macam buah paprika memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl

-2-picrylhydrazil (DPPH)

e. nilai IC50 ekstrak etanol ketiga jenis buah paprika menggunakan metode

DPPH sebagai antioksidan adalah > 50 ppm

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk mengetahui karakteristik simplisia ketiga macam buah paprika

b. untuk mengetahui golongan senyawa kimia dari ketiga macam buah paprika c. untuk mengetahui kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode β


(23)

d. untuk mengetahui kekuatan aktivitas anktioksidan dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH)

e. untuk mengetahui nilai IC50 dari ekstrak etanol ketiga macam buah paprika

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dan golongan senyawa kimia ketiga macam buah paprika, serta dapat menambah data penelitian dalam usaha pemanfaatan tumbuhan buah paprika sebagai antioksidan.


(24)

1.6Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian Buah Paprika:

1. Paprika Merah 2. Paprika Kuning 3. Paprika Hijau

Karakteristik

1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Pk air

4. Pk sari larut air 5. Pk sari larut etanol 6. Pk abu total

7. Pk abu tidak larut asam Simplisia Buah

Paprika:

1. Paprika Merah 2. Paprika Kuning 3. Paprika Hijau

Golongan senyawa kimia

1. Alkaloid 2. Saponin 3. Tanin

4. Steroid/ Triterpenoid 5. Flavonoid

6. Glikosida

7. Glikosida Antrakinon Ekstrak Etanol

Buah Paprika

% Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika

Nilai IC50 ekstrak

etanol buah Paprika

Karakteristik Makroskopik

EEBP konsentrasi: - 50 ppm - 100 ppm - 200 ppm - 400 ppm EEBP konsentrasi: - 1000 ppm - 2000 ppm - 3000 ppm

Pemucatan warna jingga

dari β-karoten

Pemerangkapan radikal bebas


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi morfologi tumbuhan, habitat, sistematika tumbuhan, nama asing, kandungan kimia dan kegunaan dari tumbuhan.

2.1.1Morfologi tumbuhan

Morfologi tumbuhan paprika meliputi bagian-bagian yaitu memiliki batang yang keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap, dan memiliki percabangan dalam jumlah banyak. Cabang tanaman beruas-ruas dan setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas. Daun tersebar atau 2-3 daun yang tak sama besar bergerombol, berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun tidak bergerigi.

Bunga tanaman paprika merupakan bunga tunggal (soliter) dan berbentuk bintang, dengan mahkota bunga berwarna putih. Benang sari dengan kepala sari yang berwarna ungu tetapi kemudian menjadi kehijau-hijauan. Buah paprika memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan rasa. Pada umumnya, buah paprika berbentuk seperti tomat, tetapi lebih bulat dan pendek, dengan permukaan bergelombang besar atau bersegi-segi sangat jelas. Buah paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada yang berukuran besar, panjang, atau pendek dengan ketebalan buah sekitar 0,5 cm.

Biji paprika terdapat dalam jumlah sedikit, berbentuk bulat pipih, dan berwarna putih kekuning-kuningan. Biji tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Tanaman paprika memiliki akar tunggang yang


(26)

tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar yang tumbuh menyebar ke samping (horizontal) (Cahyono, 2012; Tjitrosoepomo, 1994).

2.1.2Habitat

Tanaman paprika banyak tumbuh di negara-negara yang memiliki temperatur rendah seperti Eropa, Mexico, United States (Tyler, 1976). Di Indonesia, paprika dapat dibudidaya di lahan-lahan kering yaitu Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur), Sumatera (Riau, Aceh, dan Sumatera Utara) (Cahyono, 2012).

2.1.3Sistematika tumbuhan

Menurut Cahyono (2012), sistematika tumbuhan buah paprika adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Solanales Suku : Solanaceae Marga : Capsicum

Jenis : Capsicum annum

Varietas : Capsicum annum L. cv.group grossum

2.1.4Nama asing

Garden Pepper, Paprika, Pimiento, Mexican Chillies, Tabasco Pepper, Bell Pepper (Tyler, 1976).

2.1.5Kandungan Kimia

Buah paprika mengandung zat gizi yang cukup lengkap, antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, dan besi), vitamin dan serat.


(27)

Selain itu terdapat juga zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin (capsaicin), minyak atsiri, flavonoid, karotenoid (capsantin, capsorubin, carotene, dan lutein). Kandungan gizi (komposisi kimia) buah paprika secara lengkap ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah paprika segar dalam setiap 100 g

No Jenis Zat Gizi Kadar

1 Kalori (kkal) -

2 Protein (g) 0,90

3 Lemak (g) 0,30

4 Karbohidrat (g) 4,40

5 Kalsium (mg) 7,00

6 Fosfor (mg) 22,00

7 Zat Besi (mg) 0,40

8 Vitamin A (IU) 22,00

9 Vitamin B1 (mg) 540,00

10 Vitamin B2 (mg) 0,02

11 Vitamin C (mg) 160,00

12 Niasin (mg) 0,40

Sumber: Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries (1982) dalam Harjono, 1994.

Selain itu, paprika menyediakan nutrisi lain seperti B6, tiamin dan asam

folat (Dalimartha, 2002). Cabe yang berdaging buah tebal ini memiliki kandungan vitamin C yang tinggi (Cahyono, 2012).

2.1.6 Kegunaan

Paprika mempunyai efek melindungi mata dari timbulnya katarak, dapat meningkatkan aliran darah, mencegah pembentukan trombus, mengurangi resiko serangan jantung dan stroke. Paprika juga bermanfaat mengatasi kadar kolesterol yang tinggi, membantu memetabolisir alkohol, peluruh dahak (ekspektoran) untuk meringankan bronchitis dan emphysema, meredakan nyeri, mencegah Penyakit


(28)

Jantung Koroner (PJK), nyeri iskemik (ischemic rest pain), nyeri otot dan rematik (Dalimartha, 2002).

Paprika merupakan tanaman hortikultura (sayuran) yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Selain itu paprika juga digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan, serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman. Selain itu, paprika juga bermanfaat sebagai obat untuk diare, sakit perut, sakit gigi, pegal-pegal, influensa, masuk angin, mencegah penggumpalan darah (Cahyono, 2012), sebagai stimulan dan sebagai bumbu masak (Tyler, 1976).

2.2Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan - bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1984).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Ditjen POM, 2000).

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:


(29)

a. Cara dingin i. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

ii. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus - menerus sampai diperoleh perkolat. b. Cara panas

i. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperature titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

ii. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.


(30)

iii. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.

iv. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.

v. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.2Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan (unpaired electron). Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron disebut oksidan (electron acceptor) yaitu suatu senyawa yang dapat menerima elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Maulida, 2010; Sudiana, 2008).

Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan silang (cross-link) pada DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak, dan penyakit degenerasi saraf seperti Parkinson (Silalahi, 2006).


(31)

Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi pada biomolekul akan berlangsung sepanjang hidup. Radikal bebas yang sangat berbahaya antara lain golongan hidroksil (OH-), superoksida (O-2), nitrogen monooksida (NO), nitrogen

dioksida (NO2), peroksidal (RO-2), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorit

(HOCl), hydrogen peroksida (H2O2), ozon (O3), dinitrogen trioksida (N2O3), lipid

peroksida (LOOH) (Silalahi, 2006; Pham-Huy, et al., 2008).

Secara umum tahapan reaksi pembentukan radikal bebas adalah sebagai berikut:

a. Inisiasi

RH + initiator → R●

b. Propagasi

R● + O2 → ROO●

ROO● + RH → ROOH + R● c. Terminasi

R● + R●→ RR

ROO● + R●→ ROOR

Tahap inisiasi adalah tahap awal terbentuknya radikal bebas. Tahap propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru. Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Ketika proses tersebut terjadi maka siklus reaksi radikal telah berakhir (Kumalaningsih, 2006).

Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya, mengurangi peradangan dan membunuh bakteri. Sementara dalam jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan bagian utama mengakibatkan kerusakan kronis, penyakit degeneratif seperti kanker, arthritis, penyakit autoimun, kardiovaskular, katarak, dan penuaan dini. Oleh karena itu,


(32)

antioksidan dibutuhkan untuk dapat menunda atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Widyastuti, 2010; Pham-Huy, et al., 2008).

2.3Antioksidan

Menurut Kosasih (2004), definisi antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron sehingga tidak reaktif lagi.

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam lima tipe antioksidan, yaitu:

a. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol.

b. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan bereaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit. c. Secondary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya: asam tiodipropionat dan dilauriltiopropionat.

d. Antioxidative Enzime, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase.


(33)

e. Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid (Maulida, 2010).

2.4.1 Antioksidan Alami

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidase lipid pada makanan. Meningkatnya minat untuk mendapatkan antioksidan alami terjadi beberapa tahun terakhir ini. Antioksidan alami umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Kuncahyo, 2007).

Bahan pangan banyak dijadikan sebagai sumber antioksidan alami, misalnya rempah rempah, teh, coklat, daun-daunan, biji-bijian dan sayur-sayuran. Kebanyakan sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari (Zuhra, 2008).

2.4.1.1 Flavonoid

Salah satu antioksidan alami yang berperan sebagai antioksidan adalah flavonoid. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Karena bersifat sebagai reduktor, flavonoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas (Silalahi, 2006). Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap (Kuncahyo, 2007).

Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam


(34)

konfigurasi C6 – C3 – C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988). Kerangka flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka flavonoid (Markham, 1988)

Flavonoid pada tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Untuk menganalisis flavonoid lebih baik memeriksa aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam bentuk glikosida dengan strukturnya yang rumit dan kompleks. Flavonoid dapat berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Harborne, 1984).

Struktur dasar dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur dasar flavonoid (Widyastuti, 2010)

2.4.1.2 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%

C6H8O6. Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk putih atau agak kuning.

Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190ºC. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,


(35)

praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen (Ditjen POM, 1995).

Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rumus Bangun Vitamin C (Ditjen POM, 1995)

Vitamin C merupakan antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Vitamin C juga dapat mencegah kerusakan biomolekul seperti DNA, lipid, dan protein, akibat oksidasi radikal bebas anion superoksida, hidrogen peroksida, dan radikal hidroksil. Vitamin C sangat dibutuhkan untuk memproduksi kolagen yang pada gilirannya dapat menghalangi pertumbuhan dan perkembangan sel kanker (Silalahi, 2006). Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004). Vitamin C antara lain terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, apel, sirsak, lemon, stroberi, melon serta sayuran seperti tomat, sayuran berdaun hijau, brokoli, kembang kol (Kosasih, 2004).

2.4.1.3 Betakaroten

Betakaroten merupakan salah satu provitamin A yang berperan sebagai antioksidan dan dipercaya dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan kanker. Betakaroten terdapat pada aprikot, wortel dan mangga dan dengan mengkonsumsi


(36)

50 mg betakaroten tiap hari dalam menu makanan dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung (Kosasih, 2004).

Senyawa ini bekerja sebagai antioksidan dengan cara memperlambat fase inisiasi. Pemberian vitamin A dalam dosis tinggi dapat bersifat toksis. Akan tetapi, betakaroten dalam jumlah banyak mampu memenuhi kebutuhan vitamin A dan selebihnya tetap sebagai betakaroten yang berfungsi sebagai antioksidan (Silalahi, 2006). Rumus bangun betakaroten dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rumus bangun betakaroten (Almatsier, 2001).

2.4.1.4 Kuersetin

Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol dan terdapat terutama pada tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur dan bawang yang memiliki sifat antioksidan yang sangat potensial. Dengan mengkonsumsi kuersetin dalam jumlah yang cukup (50-200 mg per hari) maka dapat bermanfaat memberi perlindungan karena berperan sebagai senjata pemusnah radikal bebas sehingga dapat mencegah penuaan dini. Kuersetin menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat reaksi oksidasi low-density lipoprotein (LDL) secara in vitro (Kosasih, 2004), mencegah kerusakan oksidatif dan kematian sel dengan mekanisme menangkap radikal oksigen, memberi efek farmakologi sebagai antiinflamasi (Herowati, 2008). Struktur kimia kuersetin dapat dilihat pada Gambar 2.5.


(37)

Gambar 2.5 Struktur Kimia Kuersetin (Herowati, 2008)

2.4.2 Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik seperti BHA (butil hidroksianisol), BHT (butil hidroksitoluena), PG (propil galat), dan TBHQ (tert-butil hidrokuinon) dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan (Rohman, 2005). Antioksidan sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia yang biasanya ditambahkan ke dalam bahan-bahan pangan untuk mencegah terjadinya reaksi autooksidasi (Kumalaningsih, 2006).

Rumus bangun dari BHT dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rumus bangun BHT

2.4Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometri merupakan suatu metode pengukuran energi radiasi atau intensitas sinar yang terserap oleh larutan. Spektrofotometri UV-Visibel adalah salah satu bentuk spektrofotometri absorbsi. Pada cara ini, cahaya atau gelombang cahaya elektromagnetik (sinar UV-Vis) berinteraksi dengan zat dan dilakukan


(38)

pengukuran besarnya cahaya (gelombang elektromagnetik) yang diabsorbsi (Benson, 1987).

Spektrofotometri pada dasarnya terdiri dari sumber sinar, monokromator, sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Spektrofotometri serapan merupakan metode pengukuran serapan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu, yang diserap zat (Ditjen POM, 1979).

Spektrofotometri UV-Visibel terdiri dari sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Spektrofotometri yang sering digunakan untuk mengukur serapan larutan atau zat yang diperiksa adalah spektrofotometri ultraviolet dengan panjang gelombang antara 200-400 nm dan visibel (cahaya tampak) dengan panjang gelombang antara 400-750 nm (Rohman, 2007).

2.5Metode Pengukuran Antioksidan

Metode untuk menentukan aktivitas antioksidan ada beberapa cara, yaitu: a. BCB Method (β-Carotene Bleaching Method) atau Metode Pemutihan β

-karoten,

b. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) Radical Scavenging Method (Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH),

c. TBARS Assay (Thiobarbituric Acid-Reactive Substance),

d. CUPRAC Assay (Cupric Reducing Antioxidant Capacity), e. ORAC Assay (Oxygen-Radical Absorbance Capacity), dan

f. FRAP Assay (Ferric Reducing Antioxidant Power) (Rafi, 2013; Rosidah, et al., 2008).


(39)

Perkiraan aktifitas antioksidan bergantung kepada sistem pengujiannya. Spesifitas dan sensitifitas satu metode saja tidak dapat menguji seluruh senyawa fenol yang terdapat pada ekstrak. Oleh karena itu dibutuhkan kombinasi pengujian aktivitas antioksidan lebih dari satu (Sun dan Ho, 2005).

2.6.1 Metode BCB (β-Carotene Bleaching Method)

Metode carotene bleaching atau sering dikenal metode β-karoten-asam linoleatmerupakan metode untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan berdasarkan pada kemampuan antioksidan untuk mencegah peluruhan warna jingga karoten akibat oksidasi dalam sistem emulsi minyak dan karoten. Dalam pengujian aktivitas antioksidan dengan metode carotene bleaching digunakan bahan-bahan utama, seperti beta karoten sebagai indikator aktivitas antioksidan, minyak sebagai sumber radikal bebas, dan senyawa antioksidan sampel sebagai penghambat reaksi oksidasi (Utami, 2009).

Pada uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode β -karoten-asam linoleat, radikal bebas terbentuk dari hidroperoksid yang dihasilkan oleh asam linoleat. Radikal bebas asam linoleat terbentuk karena pengurangan atom hidrogen dari satu gugus metilen dialil yang menyerang ikatan rangkap pada beta karoten sehingga terjadi oksidasi beta karoten yang menyebabkan hilangnya gugus kromofor yang memberi warna orange (Rosidah, et al., 2008). Perubahan warna ini dapat diukur secara spektrofotometri.

Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran

metode β-karoten-asam linoleat menurut literatur adalah 470 nm (Rosidah, et al.,

2008; Sugiastuti, 2002). Lama pengukuran metode β-karoten-asam linoleat menurut literatur yang direkomendasikan adalah 0 menit sampai 120 menit dengan interval waktu 15 menit (Rosidah, et al., 2008).


(40)

2.6.2 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil)

DPPH pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan Renn. DPPH berwarna ungu pekat seperti KMnO4, bersifat tidak larut dalam air (Ionita, 2005). DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH (Molyneux, 2004). Struktur kimia DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Struktur Kimia DPPH (Molyneux, 2004)

Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) merupakan salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan. Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Pemerangkapan radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Kuncahyo, 2007).


(41)

Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan dengan reaksi sebagai berikut:

1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazine

Gambar 2.8 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan (Widyastuti, 2010)

Ketika larutan DPPH dicampurkan dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, akan dihasilkan bentuk tereduksi dari DPPH dan berkurangnya warna ungu (Molyneux, 2004).

Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibitory Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen penghambatan sebesar 50%. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50

yang rendah. Metode ini akan memberikan hasil yang baik dengan menggunakan pelarut metanol atau etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

2.6.2.1Pengukuran absorbansi – panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran


(42)

maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm dan 520 nm. Apabila pengukuran menghasilkan tinggi puncak maksimum, maka itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan di atas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai dengan alat yang digunakan (Molyneux, 2004).

2.6.2.2 Waktu Pengukuran

Lama pengukuran metode DPPH menurut beberapa literatur yang direkomendasikan adalah selama 60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 60 menit. Waktu reaksi yang tepat adalah ketika reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam sampel (Molyneux, 2004; Rosidah, et al., 2008).


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental dengan tahap penelitian meliputi penyiapan bahan tumbuhan yaitu buah paprika merah, kuning dan hijau, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia dan ekstrak, skrining fitokimia, serta pembuatan ekstrak. Selanjutnya pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika merah (EEBPM), ekstrak etanol buah paprika kuning (EEBPK) dan ekstrak buah paprika hijau (EEBPH) dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) dan metode

β-karoten-asam linoleat dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, lemari pengering, blender (National), neraca analitik (Vibra), neraca kasar (Ohaus), seperangkat alat penetapan kadar air, cawan porselen, tanur, desikator, mikroskop, object glass dan gelas penutup, penangas air (Yenaco), oven listrik (Strok), rotary evaporator (Heidolph VV 2000), freeze dryer

(Modulyo/Edwards), spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu 1800).

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah paprika merah, kuning dan hijau yang masih segar. Bahan-bahan kimia yang berkualitas pro analisis adalah β-karoten, Tween 40, asam linoleat, DPPH (Sigma), butil


(44)

hidroksitoluena (BHT), kuersetin, vitamin C, produksi E-Merck: etanol, metanol, toluena, kloroform, isopropanol, benzen, n-heksana, asam nitrat pekat, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, raksa (II) klorida, bismut (III) nitrat, besi (III) klorida, timbal (II) asetat, kalium iodida, kloralhidrat, asam asetat anhidrida, natrium hidroksida, amil alkohol, natrium sulfat anhidrat, serbuk magnesium, etanol 96% (teknis) dan air suling.

3.2Penyiapan Bahan Tumbuhan 3.2.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah paprika merah, kuning dan hijau yang masih segar diperoleh dari Pasar Tradisional Jalan Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, Medan.

3.2.2Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 63 dan Gambar tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 64.

3.2.3Pembuatan simplisia

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah paprika merah, kuning dan hijau yang masih segar. Buah dibersihkan dari kotoran yang melekat dan dicuci dengan air hingga bersih, lalu ditiriskan, dipotong menjadi beberapa bagian kecil dengan ukuran 2,0-2,5 cm dan dipisahkan bagian bijinya, ditimbang berat basah buah paprika merah, kuning dan hijau secara berturut-turut 4,0 kg, 3,3 kg dan 3,2 kg. Selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ± 40°C sampai kering (ditandai bila diremas rapuh), kemudian ditimbang sebagai berat kering yaitu simplisia paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh


(45)

285 g, 248 g dan 223 g. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu disimpan dalam wadah plastik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain. Bagan kerja penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 69.

3.3Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Pereaksi asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat ditambahkan dengan air suling hingga diperoleh 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.2Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8 g natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.3 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.4Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.5Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan air suling hingga volume larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).


(46)

3.3.6Pereaksi besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.7Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrida dicampur dengan 1 bagian asam sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru (Harborne, 1984).

3.3.8 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.9 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.10Larutan pereaksi asam sulfat 2 N

Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.3.11Larutan Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling (Depkes RI, 1995).

3.4Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam (WHO, 1992; Depkes RI, 1995).


(47)

3.4.1Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada buah segar dan simplisia yang meliputi pemeriksaan bentuk, ukuran, warna, bau, dan rasa buah paprika.

3.4.2Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia buah paprika merah, kuning, dan hijau. Masing-masing serbuk simplisia diletakkan pada kaca objek yang berbeda yang telah ditetesi larutan kloralhidrat kemudian ditutup dengan kaca penutup, lalu diamati dibawah mikroskop.

3.4.3Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, dan pendingin, tabung penyambung dan penerima 10 ml.

Cara kerja:

a. Penjenuhan toluena

Sebanyak 200 ml toluena dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

b. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu yang berisi toluena jenuh tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian


(48)

tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (v/b) (WHO, 1992).

3.4.4Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, dan sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.4.5Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.4.6Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C


(49)

selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung (Depkes RI, 1995).

3.4.7Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung (Depkes RI, 1995).

3.5Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan alkaloida, flavonoida, glikosida, antrakinon, saponin, tanin dan steroid / triterpenoid.

3.5.1Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloid. Ke dalam 3 tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.

Pada masing-masing tabung reaksi :

a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning.

b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.

c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari empat pereaksi di atas (Depkes RI, 1995).


(50)

3.5.2Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 10 g serbuk ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.5.3Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50°C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan metanol digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukan dalam tabung reaksi dan diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish, kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula (Depkes RI, 1995).

3.5.4Pemeriksaan glikosida antrakinon

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,2 g, ditambahkan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzen, dikocok dan didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan disaring. Di kocok lapisan benzen dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzen tidak berwarna menunjukkan adanya antrakinon (Depkes RI, 1995).


(51)

3.5.5Pemeriksaan saponin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1995).

3.5.6Pemeriksaan tanin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%, jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.5.7Pemeriksaan steroid / triterpenoid

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan beberapa tetes asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1984).

3.6Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Paprika

Pembuatan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau dilakukan dengan cara perkolasi. Prosedur pembuatan ekstrak: serbuk simplisia buah paprika merah, kuning dan hijau masing-masing sebanyak 200 g, 150 g, dan 150 g dibasahi dengan etanol 96% dan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam alat perkolator, lalu dituang cairan penyari etanol sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung


(52)

perkolator ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan perkolat diatur 1 ml /menit, perkolat ditampung. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Kemudian dipekatkan dengan alat penguap vakum putar setelah itu di freeze dryer hingga diperoleh ekstrak kental buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut 98 g, 70 g, dan 73 g (Ditjen POM, 1979; Depkes RI, 1995).

3.7Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer Visibel Metode untuk menentukan aktivitas antioksidan secara umum berdasarkan pada penghambatan reaksi tertentu oleh adanya antioksidan dan radikal bebas atau peroksida (Sun, 2005) dan pemerangkapan radikal bebas (Yilidirim, et al., 2001). Aktivitas antioksidan yang diuji yaitu penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode β-karoten-asam linoleat dan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH).

3.7.1 Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

3.7.1.1Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

Berdasarkan kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi warna kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji

yang memerangkap radikal bebas sebesar 50%) sebagai parameter penentuan aktivitas antioksidan dari sampel.


(53)

3.7.1.2Pembuatan larutan blanko

Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).

3.7.1.3Pembuatan larutan induk ekstrak etanol buah Paprika (EEBP)

Sebanyak 50 mg ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

3.7.1.4Pembuatan larutan induk vitamin C

Sebanyak 25 mg serbuk vitamin C ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 500 ppm).

3.7.1.5Pembuatan larutan uji ekstrak etanol buah Paprika (EEBP)

Konsentrasi ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 10 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40 ppm) lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-visible pada panjang gelombang 516 nm.

3.7.1.6Pembuatan larutan uji vitamin C

Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5


(54)

mM (konsentrasi 40 ppm) lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-visible pada panjang gelombang 516 nm.

3.7.1.7Analisis persen pemerangkapan radikal bebas DPPH

Menurut Rosidah, et al. (2008), penentuan persen pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji, ekstrak etanol buah Paprika (EEBP) dengan vitamin C sebagai kontrol positif, menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas

1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH), yaitu dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Aktivitas pemerangkapan radikal bebas (%) = x 100% kontrol

A

sampel A -kontrol A

Keterangan : Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel 3.7.1.8Analisis nilai IC50

Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas pemerangkapan radikal bebas adalah nilai IC50 (Inhibitory Concentration), nilai tersebut

menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat memerangkap radikal bebas sebesar 50%. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi sampel (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai % inhibisi sebagai ordinatnya (sumbu y) (Mardawati, 2008).

3.7.2 Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode β-karoten-asam linoleat

3.7.2.1 Pembuatan larutan blanko

Asam linoleat 20 mg dan Tween-40 200 mg dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 50 ml, kemudian ditambahkan 10 ml air suling dan 40 ml air beroksigen (Rosidah, et al., 2008).


(55)

3.7.2.2 Pembuatan larutan stok β-karoten

Serbuk β-karoten 1 mg dalam 1 ml kloroform dan ditambah dengan 20 mg

asam linoleat dan 200 mg Tween-40. Kloroform kemudian diuapkan dari campuran dengan rotavapor. Residu yang tertinggal dilarutkan dengan 10 ml air suling, dicampur sehingga homogen lalu ditambahkan 40 ml air beroksigen, dicampur homogen (Rosidah, et al., 2008).

3.7.2.3 Pembuatan larutan induk ekstrak etanol buah Paprika (EEBP)

Sebanyak 125 mg ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau ditimbang, kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan etanol lalu volumenya dicukupkan dengan etanol sampai garis tanda (konsentrasi 5000 ppm).

3.7.2.4 Pembuatan larutan uji ekstrak etanol buah Paprika (EEBP)

Larutan induk EEBP dipipet sebanyak 2 ml; 4 ml; 6 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan volumenya dicukupkan dengan etanol sampai garis tanda (untuk mendapatkan konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm).

3.7.2.5 Pembuatan larutan pembanding butil hidroksitoluena (BHT) dan kuersetin

Sebanyak 5 mg masing-masing butil hidroksitoluena (BHT) dan kuersetin ditimbang, kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 50 ml dengan etanol, lalu volumenya dicukupkan dengan etanol sampai garis tanda (konsentrasi 100 ppm).

3.7.2.6 Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah Paprika

(Capcisum annum L.var. grossum) menggunakan metode β

-karoten-asam linoleat

Larutan stok β-karoten sebanyak 4 ml dipipet ke dalam tabung-tabung uji

yang masing-masing berisi 0,2 ml larutan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau (konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm), butil hidroksitoluena (konsentrasi 100 ppm), dan kuersetin (konsentrasi 100 ppm).


(56)

Penyerapan UV setiap sampel dan blanko (tanpa β-karoten) diukur langsung (0 menit) sampai 120 menit pada panjang gelombang 470 nm dengan spektrofotometer. Pengukuran diulang sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

Aktivitas Antioksidan (AA) ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

A0 dan A00 ialah serapan sampel dan blanko pada waktu 0 menit. At dan

At0 ialah serapan sampel dan blanko pada waktu t menit (Sugiastuti, 2002; Rosidah, et al., 2008).


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor adalah sampel buah paprika merah, kuning, dan hijau termasuk suku Solanaceae, jenis Capsicum annum L. cv.group grossum.

4.2Hasil Karakteristik Simplisia

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik buah paprika

Hasil pemeriksaan makroskopik buah paprika adalah memiliki bentuk seperti tomat, dengan permukaan mengkilat, bergelombang besar atau bersegi-segi sangat jelas. Buah paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada yang berukuran besar, panjang atau pendek. Warna paprika yaitu merah, kuning dan hijau dengan rasa agak manis, dan tidak terlalu pedas. Ketiganya memiliki bau yang khas seperti cabe.

4.2.2 Pemeriksaan makroskopik simplisia buah paprika

Hasil pemeriksaan simplisia buah paprika merah adalah simplisia berwarna merah kecoklatan, simplisia buah paprika kuning diperoleh simplisia berwarna kuning kehitaman dan simplisia buah paprika hijau adalah simplisia berwarna hijau kecoklatan. Ketiga simplisia memiliki bau yang khas yaitu seperti cabe dan memiliki permukaan yang kasar.

4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia buah paprika

Pemeriksaan dilakukan terhadap serbuk simplisia buah paprika hijau, paprika merah dan paprika kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopik ketiga


(1)

Lampiran 12. (lanjutan)

Tabel data absorbansi dan hasil uji aktivitas antioksidan Butil Hidroksitoluena (BHT) 100 ppm Waktu

Pengukuran (menit)

Butil Hidroksitoluena (BHT)

Absorbansi Blanko Absorbansi BHT 100 ppm % Aktivitas Antioksidan BHT 100 ppm

Percobaan Percobaan Percobaan

I II III I II III I II III Rata-rata

0 0,0361 0,0359 0,0363 0,4516 0,4514 0,4520 0,00 0,00 0,00 0,00

15 0,0342 0,0338 0,0331 0,4505 0,4502 0,4504 42,11 42,86 50,00 44,99 30 0,0311 0,0315 0,0326 0,4496 0,4496 0,4506 60,00 59,09 62,16 60,42 45 0,0313 0,0297 0,0320 0,4501 0,4495 0,4506 68,75 69,35 67,44 68,51 60 0,0290 0,0295 0,0297 0,4491 0,4491 0,4498 64,79 64,06 66,67 65,17 75 0,0290 0,0289 0,0287 0,4490 0,4485 0,4493 63,38 58,57 64,47 62,14 90 0,0287 0,0285 0,0285 0,4483 0,4484 0,4489 55,41 59,46 60,26 58,38 105 0,0280 0,0279 0,0281 0,4479 0,4474 0,4483 54,32 50,00 54,88 53,07 120 0,0276 0,0275 0,0276 0,4472 0,4469 0,4468 48,24 46,43 40,23 44,97


(2)

Lampiran 12. (lanjutan)

Tabel data absorbansi dan hasil uji aktivitas antioksidan Kuersetin Waktu

Pengukuran (menit)

Kuersetin

Absorbansi Blanko Absorbansi Kuersetin 100 ppm % Aktivitas Antioksidan Kuersetin 100 ppm

Percobaan Percobaan Percobaan

I II III I II III I II III Rata-rata

0 0,0361 0,0359 0,0363 0,4217 0,4208 0,4220 0,00 0,00 0,00 0,00

15 0,0342 0,0338 0,0331 0,4206 0,4196 0,4201 42,11 42,86 40,63 41,87 30 0,0311 0,0315 0,0326 0,4194 0,4195 0,4203 54,00 70,45 54,05 59,50 45 0,0313 0,0297 0,0320 0,4193 0,4187 0,4199 50,00 66,13 51,16 55,76 60 0,0290 0,0295 0,0297 0,4178 0,4187 0,4183 45,07 67,19 43,94 52,07 75 0,0290 0,0289 0,0287 0,4178 0,4176 0,4176 45,07 54,29 42,11 47,16 90 0,0287 0,0285 0,0285 0,4166 0,4170 0,4168 31,08 48,65 33,33 37,69 105 0,0280 0,0279 0,0281 0,4161 0,4160 0,4163 30,86 40,00 30,49 33,78 120 0,0276 0,0275 0,0276 0,4158 0,4156 0,4160 30,59 38,09 31,03 33,24


(3)

Lampiran 13. Contoh perhitungan nilai aktivitas antioksidan metode DPPH dan β-karoten-asam linoleat

a. Metode DPPH

Ekstrak etanol buah Paprika Merah (EEBPM) % Peredaman DPPH Pengukuran I

Tabel data absorbansi DPPH pengukuran I

No Konsentrasi Larutan Uji (ppm) Absorbansi

1. 0 1,134

2. 50 0,855

3. 100 0,691

4. 200 0,432

5. 400 0,303

% Peredaman = x 100%

kontrol A sampel A -kontrol A

Keterangan : Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel Asampel = Absorbansi sampel

Perhitungan % peredaman ekstrak etanol buah Paprika Merah - Konsentrasi 50 ppm

% Peredaman = x 100%

kontrol A sampel A -kontrol A

% Peredaman = x 100% 134 , 1 855 , 0 134 , 1 − = 24,60% - Konsentrasi 100 ppm

% Peredaman = x 100%

kontrol A sampel A -kontrol A

% Peredaman = x 100% 134 , 1 691 , 0 134 , 1 − = 39,07%


(4)

- Konsentrasi 200 ppm

% Peredaman = x 100%

kontrol A

sampel A -kontrol A

% Peredaman = x 100% 134

, 1

432 , 0 134 ,

1 −

= 61,90% - Konsentrasi 400 ppm

% Peredaman = x 100%

kontrol A

sampel A -kontrol A

% Peredaman = x 100% 134

, 1

303 , 0 134 ,

1 −


(5)

Lampiran 13. (lanjutan)

b. Metode β-Karoten-Asam Linoleat

Perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah Paprika (EEBP) Konsentrasi 1000 ppm ekstrak etanol buah Paprika Merah

Rumus : AA

Pengukuran menit ke-15

Pengukuran pertama 26,67%

Pengukuran kedua 32,50%

Pengukuran ketiga 31,58%

Pengukuran menit ke-120

Pengukuran pertama 23,46%

Pengukuran kedua 25,27%

Pengukuran ketiga = 28,17%


(6)

Lampiran 14. Contoh perhitungan nilai IC50 metode DPPH Ekstrak etanol buah Paprika Merah (EEBPM)

Tabel IC50 ekstrak etanol buah Paprika Merah

X Y XY X2

0 0 0 0

50 24,68 1234 2500

100 39,14 3914 10000

200 62,18 12436 40000

400 73,23 29292 160000

ΣX= 750 x = 150

ΣY= 199,23

y = 39,846 ΣXY=46876 ΣX

2

= 212500

X = Konsentrasi (ppm) Y = % Peredaman a =

n / X) ( ) X ( n / Y) X)( ( -XY) ( 2

2 − ∑

∑ ∑ ∑

= 0,1699

100000 16991,5 5 / ) 750 ( ) 212500 ( 5 / ) 199,23 )( 750 ( ) 46876 (

2 = =

− −

b = y-a x = 39,846 – (0,1699)(150) = 14,361

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,1699X + 14,361 Nilai IC50 = Y = 0,1699X+ 14,361

50 = 0,1699X+ 14,361 X = 209,76 IC50 = 209,76 ppm


Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Jus Buah Sirsak Dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

5 68 100

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)

14 120 84

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Goji Berry (Lycium barbarum L.)

15 84 92

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

17 74 78

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

8 35 78

Cover Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 15

Abstract Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 2

Reference Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

0 0 18

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

3 3 15