BAB 1 PENDAHULUAN Kebijakan Pelayanan Kesehatan, Studi Pelayanan Pasien Pada Puskesmas Rawat Jalan Di Kabupaten Sukoharjo.

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang M asalah

Dalam Pem bukaan UUD 1945, disebut kan bahw a t ujuan nasional bangsa Indonesia adalah m em ajukan kesejaht er aan um um , m encer daskan kehidupan bangsa, dan ikut m elaksanakan ket ert iban dunia yang berdasarkan kem erdekaan, perdamaian abad i, sert a keadilan sosial. Unt uk mencapai t ujuan nasional t ersebut , m aka dilakukan upaya pem bangunan yang berkesinam bungan yang m erupakan r angkaian pem bangunan yang m enyelur uh, t er ar ah, dan t er padu, t er m asuk di dalam nya adalah pem bangunan kesehat an.

Pem bangunan bidang kesehat an merupakan w ujud t anggungjaw ab n egara sebagaimana t ermakt ub dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan pasal 34. Kem u d i an d isusunlah Undang-UndangRepublik IndonesiaNo mor 23/ 1992t ent ang Kesehat an. Kar ena sudah t idak sesuai dengan perkembangan, t unt ut an dan kebut u han hukum masyarakat , digant i dengan Undang-Undang Republik Indo nesiaNomor 36/ 2009 t ent ang Kesehat an.1 Yang didalamnya dit egaskan bahw a set iap or ang m em punyai hak yang sam a dalam m em per oleh akses atas sumberdaya di bidang kesehat an dan m em per oleh pelayanan

1

Tim Penerbit Buku Biru, 2012, Kitab Undang -Undang Tentang Kesehatan & Kedokt eran, Diva press, Jogyakart a, Cet akan Pert am a, hlm .7-8.


(2)

kesehat an yang am an, ber m ut u, dan t er jangkau. Sebaliknya set iap orang juga mempunyai kew ajiban t urut sert a dalam program jaminan kesehat an sosial.

Bagi masyarakat m iskin dan t idak m am pu pem erint ah m em berikan jam inan m elalui skem a Jam inan Kesehat an M asyarakat (Jamkesmas)dan Jaminan Kesehat an Daer ah (Jam kesda). Nam un dem ikian skem a-skem a t er sebut m asih t erfragm ent asi, t erbagi-bagi. Biaya kesehat an dan m ut u pelayanan m asih sulit t erkendali.

Guna m engat asi hal it u, pada 2004 dikeluarkan Undang-Undang Rep u blik Indonesia Nomor 40 t ent ang Sist em Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang m engam anat kanbahw a jam inan sosial w ajib bagi selur uh penduduk t er m asuk Jam inan Kesehat an Nasional (JKN) m elalui suat u Badan Penyelenggara Jam inan Sosial (BPJS). BPJS m eliput i BPJS Kesehat an dan BPJS Ket enaga-kerjaan.Kem udian d ikeluarkan Undang-Undang Republik Indo nesiaNo mor 24/2011 t ent ang BPJS.2

Pelaksanaan program BPJS Kesehat an yang t erkesan lamban, diundangkan 25 Novem ber 2011 seharusnya perat uran pelaksanaan Undang-Undang i n i dit et apkan jangka sat u t ahun sejak diundangkan.3 Tet api bar u 1 Januari 2014 dilaksanakan. Disam ping lam ban, kesan polit isasi m enjelang pelaksanaan Pem ilu 2014 tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan BPJS Kesehat an. Kekurangsiapan pelaksana di lapangan,banyak menuai prot es di beberapa daerah, karena berbagai

2

Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi JKN, Buku Pegangan Sosialisasi Jam inan Kesehat an Nasional (JKN) dalam Sist em Jam inan Sosial, Nasional hlm 8 -10.

3

Anonim , Undang-Undang Republik Indonesia Nom or 24/ 2011 Tent ang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Pust aka M ahardika, Yogyakart a, 2012, hlm .52.


(3)

h al . Mulai dar i pelayanan yang kur ang m em uaskan (t idak sepert i iklannya di t elevisi ), klaim biaya operasional inst ansi pem beri layanan kesehat an yang lam a ‘cair’, juga kendala t ent ang kisaran h o n o r j asa d o kt er um um (sebagai ujung t ombak fasilit as layanan prim er) yang kurang m em adai. Dit ambah adanya pernyat aaan salah sat u pim pinan Kom it e Pem ber ant asan Kor upsi bahw a BPJS sangat raw an adanya t indak pidana korupsi.

Kaitannya dengan pelaksanaan pr ogr am BPJS Kesehat an , peran dokt er um um sebagai ujung t om bak layanan kesehat an di m asyar akat sangat pent ing dalam m enent ukan keberhasilan p rogram BPJS Kesehat an. Dengan ber bekal kom pet ensi yang dim iliki seor ang dokt er um um , kiranya berbagai penyakit yang seharusnya t idak perlu dirujuk ke Dokt er Spesialis dan/ at au Rum ah Sakit , dapat diselesaikan di fasilit as layanan prim er. Hal ini akan menghemat biaya yang harus dikeluarkan BPJS sehingga t idak perlu berhut ang kepada Rumah Saki t (sepert i yang t erjadi pada pelaksanaan Jamkesmas dan Jamkesda sebelum nya), karena banyaknya pasien yang dirujuk oleh dokt er um um di fasilit as layanan primer.

Sebagai objek hukum kedokt eran, dokt er, dalam hal ini adalah at uran apa saja yang m engikat per ilaku dokt er yait u dar i aspek nor m at if at aupun selur uh perat uran t ert ulis yang m engikat perilaku dokt er dalam m enjalankan profesinya. Art inya dalam menjalankan aktivitas pr of esinya m ulai dar i aw al sam pai akhir m elakukan kegiat an profesi, aspek hukum t idak lepas mengont rol perilaku dokt er aturan hukum t erus-m enerus m elekat dan m enat a per ilaku dokt er .4 Seorang

4


(4)

dokt er juga mendapat jam inan per lindungan hukum dalam m elakukan upaya kesehat an kepada pasien.Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No mor 29/ 2004 disamping m enjadi dasar perlindungan hukum bagi dokt er juga bagi pasien.Apalagi ilm u seorang dokt er punya karakteristik yang khas yang m em bedakan dengan profesi lainnya, kekhasan t ersebut m em punyai resiko yang besar, sedang pasien m em punyai kepercayaan yang t inggi pada profesi dokt er, m aka per lu diadakan per lindungan hukum unt uk m enjaga agar m asing-masing pihak t idak t erlibat konflik sosial.5

Sebagaimana terdapat dalam pasal 3 Undang-UndangRepublik IndonesiaNo mor 29/ 2004 t ent ang Prakt ik Kedokt eran, bahw a t ujuan diadakan pengat uran prakt ik kedokt eran adalah m em berikan perlindungan kepada pasien, mempert ahankan , dan m eningkat kan m ut u pelayanan m edis yang diberikan oleh dokt er dan dokt er gigi dan m em ber ikan kepast ian hukum kepada m asyar akat (pasien), dokt er, dan dokt er gigi.6

Pelaksanaan pelayanan kesehat an d i lapangan, peraw at , b i d an at au param edis lain nya sering m endap at pelim pahan t ugas dar i dokt er yang berupa m andat (karena t anggung jaw abnya t et ap pada dokt er).7 Diantaranya m em berikan pelayanan pengobat an (kurat if) dan t indakan khusus (yang m enjadi w ew enang dokt er dan sehar usnya dilakukan oleh dokt er) sepert i pem asangan

5

Alexandra Indriyant i Dew i, 2008, Et ika dan Hukum Kesehatan, Pust aka Book Publisher, Yogyakart a , hlm 179.

6

Tim Penerbit Buku Biru, Op.Cit . hlm .141. 7

Anggraini Jum, 2012, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilm u, Yogyakart a, Cet akan Pert am a, hlm.91 -92.


(5)

infus, m elakukan sunt ikan. Dalam hal it u set iap kegagalan dalam t indakan m edis menjadi t anggung jaw ab dokt er.

Pasal 1367 Kit ab Undang-Undang Hukum Perdat a bahw a seseorang harus memberikan pert anggungjaw aban t idak hanya at as kerugian yang dit imbulkan dari t indakannya sendiri, t et api juga at as kerugian yang dit imbulkan dari t indakan orang lain yang berada di baw ah p e ngaw asannya.8Pasal ini sekilas dapat m enjadi “ perisai” hukum dan r asa am an bagi param edis padam o d el prakt ikdokt er yang m elim pahkan w ew enangt indakan pengobat an kepada par am edis di beber apa pusat pelayanan kesehat an,selama pelaksanaannya sesuai SOP (St andart Operat ional Pr ocedur e ) yang ada di inst ansi t er sebut dan selam a t idak t erjadi ‘hum an error’.

Tet api perlu diperhat ikan Undang-Undang Republik IndonesiaNo mor 29/ 2004 t ent ang Prakt ik Kedokteran, pasal 51 bahw a dokt er at au dokt er gigi dalam melaksanakan prakt ik kedokt eran m em punyai kew ajiban , diant aranya mem berikan pelayanan m edis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional sert a kebut uhan m edis pasi en . Kem udian pada Pasal 42 Undang-Undang Republik Indo nesia Nom or 29/ 2004 juga dijelaskan b ahwa pim pinan sarana pelayanan kesehat an dilarang m engizinkan d o kt er at aupun dokt er gigi yang t idak m em iliki surat izin praktik unt uk m elakukan prakt ik kedokt eran di sarana pelayanan kesehat an t ersebut . Sedangkan d i Pasal 40

8

Syahrul M achmud, 2012, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Dokt er yang Diduga M elakukan M edikal M alprakt ik,Karya Put ra Darw at i, Bandung, hlm . 149 &155.


(6)

Undang-Undang yang sam a dinyat akan dokt er at au dokt er gigi yang berhalangan m enyelenggarakan praktik kedokt eran harus m em buat pem berit ahuan at au m enunjuk dokt er at au dokt er gigi penggant i. Dokt er at au dokt er gigi sebagaimana dimaksud harus yang mempunyai surat izi n prakt ik.9

Kalau unt uk prakt ik -prakt ik layanan kesehat an sw ast a dokt er/ dokt er gigi perat urannya begit u ket at , t et api unt uk layanan dari inst ansi pem erint ah (Puskesm as, Pu st u , Po lin d es) aturan it u seolah t idak ber laku dengan adanya Kepm enkes Republik Indonesia N om o r 279/ M ENKES/ SK/ IV/ 2006 Tentang Pedom an Penyelenggaraan Upaya Keperaw at an Kesehat an M asyarakat Di Puskesmas, yang digunakan d o k t e r u m u m unt uk m em berikan tugas lim pah kepada per aw at dalam layanan pengobat an pasien di poliklinik/ BP Puskesm as Raw at Jalan. Dasar h u k u m y an g lainnya yang sering disalahgunakan adalah Per m en kes Republik Indonesia Nom or 1464/ M ENKES/ PER/ X/2010 tent ang Izin d an Penyelenggaraan Praktik Bidan, Pasal 14 dan 16, padahal jelas-jelas dinyat akan di pasal -pasal t ersebut ,” d i daer ah yang t idak m em iliki dokt er , bidan dapat m elakukan pelayanan kesehat an diluar kew enangannya.” Tet api p ada pelayanan kesehat an di puskesm as raw at jalan, at uran t ersebut t et ap dilakukan m eskipun sudah ada dokt er, bahkan lebih dari sat u orang dokt er.

Di sini t erdapat t am pak benar kebijakan pelayanan kesehat an raw at jalan di lapangan (puskesm as) yang t idak konsist en dengan aturan hukum yang

9

Darda Syahrizal & Nila Senjasari, Undang-Undang Praktik Kedokteran dan Aplikasinya, Dunia Cerdas, Jakart a, hlm. 134 -140.


(7)

diat asnya. Dan apabila dikait kan dengan pelaksanaan BPJS Kesehat an yang bert ujuan m eningkat kan m ut u pelayanan kesehat an (sebagaimana diprom osikan di t elevisi sejak akhir 2013 lalu), sangat t idak sesuai dengan fenom ena ini.Kem udian berimbas pada besarnya anggaran yang harus dikeluarkan oleh BPJS Kesehat an , karena banyaknya pasien m endapat pelayanan yang kurang opt im al dan lebihm em ilih m em int a surat rujukan saja ke rum ah sakit karena t idak t er t angani dengan baik di puskesm as. Begit u m enar iknya f enom ena ini, m aka p en u lis m en gam b il j u d u l p en elit ian “Kebijakan Pelayanan Kesehat an : St udi KasusPada Puskesmas Raw at Jalan Di Kabupat en Sukoharjo.”

1.2Rumusan M asalah

Sesuai dengan fenom ena di at as, m aka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakebijakan p elayanan p asien pada puskesmas rawat jalan di Kabupat en Sukoharjo?

2. M engapa t erjadi kebijakan pelayanan pasien pada puskesmas raw at jalan di Kabupat en Sukoharjoyang dilakukan o l eh param edis sebagai tugas lim pah dalam bent ukm andat dari dokt er?

3. Bagaimana m o d elkebijakan pelayananpasienpada puskesm as raw at jalan yang diharapkan?


(8)

Penelit ian sebelum nya yang m em bahaspelim pahan w ew enang yang berupa m andat dalam pelayanan kesehat an t et api dalam sit uasi pelayanan kesehat an yang berbeda dan membaw a dampak yang berbeda p u la, yait u :

1. Pelimpahan Wew enang Dokt er Kepada Peraw at Dalam Upaya Pencegahan M alprakt ik, penelit ian oleh W aw an Rism aw an, 2008, m engam bil lokasi di RSUD Tasikmalaya. Sam pel penelit iannya adalah d okt er dan perawat dengan variabe l penelit ian penget ahuan, sikap, t indakan dan psikom ot or dalam pelim pahan w ew enang dokt er kepada per aw at . Dan kesim pulan penelit ian t ersebut adalah pelim pahan w ew enang dokt er kepada peraw at berhubungan dengan upaya pencegahan malprakt ik, belum ada dasar hukum eksplisit yang mengat urnya, perlu ada regulasi dan formula pelim pahan w ew enang yang benar.10

2. Evaluasi Pelim pahan W ew enang Dokt er Kepada Peraw at : Tinjauan Aspek Hukum , t esis olehHandayaningsih Isti, Universit as Gajah M ada, 2012. Penelit ian t esis in i d ikh ususkan unt uk m enelit i pengar uh pelim pahan w ew enang dokt er pada peraw at dari aspek hukum nya, penelit i an t ersebut m ur ni penelit ian hukum nor m at if yang m em ang dalam hal ini t erdapat ket idak sesuaian at ur an hukum yang di lapangan/ pelaksanaan dengan at uran hukum diat asnya. Dan karena penelit ian t ersebut dibuat lah at uran

10

Rism aw an, W aw an, Pelimpahan Wew enang Dokt er Kepada Peraw at Dalam Upaya Pencegah an M alpraktik, 2008.


(9)

t ert ulis unt uk pem ber ian tugas lim pah yang berlaku di puskesmas-puskesmas daerah Sleman.11

3. Pelimpahan Wew enang Dokt er Kepada Peraw at Dalam Tindakan M edis Di Ruang Raw at Inap RSUD Kabupat en Bandung Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kelalaian, t esis oleh Reny Sur yant i, Univer sit as Gajah M ada, 2011. Pe n elit ian m em bahas t ent ang pelim pahan w ew en an g d o kt er kepada peraw at t et api dikhususkan pada layanan raw at inap rum ah sakit , sangat jelas fokus penelit iannya. Dalam penelit ian t er sebut yang dit elit i just ru dampak posit if dari pelim pahan w ew enang unt uk m encegah kelalaian dalam layanan m edis di r uang r aw at inap. Hal ini just r u am at sesuai dengan tugas-tugas keperaw at an dalam beberapa t indakan kep eraw at an.12

Dibanding ket iga penelit ian yang per nah dilakukan, penelit ian yang akan dilakukan ini sangat berbeda, t erut ama fokus penelit iannya, yait u unt uk m enget ahui penyebab kebijakan p elayan an kesehat an berupa tugas lim pah m andat pengobat an pasien raw at j alan o leh dokt er kepada param edis pada p uskesmas raw at jalan, padahal jum lah t enaga dokt er um um relat if cukup (lebih dari 2 dokt er um um pada t iap p uskesmas).Disam ping it u juga unt uk m enget ahui ada t idaknya p en gar u h kebijakan t ersebu t pada t inggi rendahnya kunjungan

11

Ist i, Handayaningsih, Evaluasi Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat: Tinjauan Aspek Hukum, Univer sit as Gajah M ada, Yogyakarta, 2012.

12

Suryant i, Reny, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Peraw at Dalam Tindakan M edis Di Ruang Raw at Inap Rumah Sakit Um um Daerah Kabupaten Bandung Sebagai Upaya Pencegahan


(10)

pasien. M aka penulis yakin b ahw a p en el i t i an i n i belum per nah dilakukan sebelum nya.

1.4Tujuan dan M anfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelit ian ini m em punyai t ujuan :

1. Un t u k m en d eskripsikan p e layanan pasien padapuskesm as raw at jalan di Kabupat en Sukoharjo.

2. Unt uk me ngident ifikasi hal -halyang m enyebabkant erjadinya kebijakan pelim pahan t ugas yang berupa m andat dari dokt er kepada param edispada puskesm asraw at jalan di Kabupat en Sukoharjo.

3. Mencipt akan gambaran/ m o d e l puskesmasraw at jalan yang diharapkan (ideal).

1.4.2M anfaat Penelitian

Sesuai dengan perum usan m asalah dan t ujuan penelit ian t ersebut di at as maka m anfaat penelit ian ini :

1. M anfaat t eorit is

Dapat m em berikan sumbangan pem ikiran bagi kem ajuan hukum kesehatan, khususnya t ent ang pelimpahan t ugas dokt er kepada peraw at ,


(11)

bidan at au param edis yang lain pada pelayanan kesehat an di Puskesm as raw at jalan.

2. M anfaat prakt is

a.Ter w ujudnya jam inan kepast ian hukum dalam pelayanan kesehat an karena pelayanan dilakukan o l eh t enaga yang ber kom pet en sebagaimana seharusnya.

b. Pe nghemat an anggaran yang harus dikeluarkan oleh BPJS Kesehat an karena sem akin ber kur angnya angka r uj ukan pasien ke r um ah sakit dengan dapat dit anganinya pasien cukup d i Puskesmas yang pelayanannya semakin baik o leh t enaga yang ber kom pet en.Yait u pengobat an oleh dokt er, peraw at an oleh peraw at , sedang unt uk hal -hal t ent ang kebidanan o leh bidan, dan yang berhubungan dengan fisiot erapi dapat juga d ilayani oleh fisiot erapis.

c. M engurangi prakt ik-praktik “ illegal” peraw at , bidan atau tenaga param edis lainnya, karena di puskesm as m ereka m em beri pengobat an dan t indakan-t indakan m edis lainnya (sebagai m andatdari d o kt er ) t ernyat a aman saja,disalah-gunakan unt uk praktik swasta d i r u m ah dengan d alih” menolong” (t anpa ada m andat dari dokt er). Padahal dit injau dari hukum kesehat an praktik-praktik pengobat an o leh paramedis (bidan , peraw at dan fisiot erapis) yang bukan kom pet ensinya, t ermasuk kat egori malprakt ikyait u out of competence. Diharapkan prakt ik-praktik t ersebut t idak ada lagi , sehingga masyarakat akan


(12)

m endapat pelayanan kesehat an lebih baik; dengan begit u akan mengurangi Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).

1.5 M etode Penelitian 1.5.1 Jenis Peneliti an

Penelit ian ini m enggunakan m et ode pendekat an yuridis sosiologis yang bert it ik t olak pada nor m a-norma hukum dalam per undang-undangan, yait uUndang-Undang Republik Indonesia Nom or 29 Tahun 2004 t ent ang Pr akt ik Kedokt er an besert a Penjelasannya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat an besert a Penjelasannya, Perat uran Pem erint ah Republik Indonesia Nom or 32 Tahun 1996 t ent ang Tenaga Kesehatan beserta Penjelasannya; dengan kebijakan aturan hukum pelaksanannya (at uran d ibaw ahnya) yait u Perm enkes RI t ent ang keperaw at an m aupun Kepm enkes RI t ent ang prakt ik kebidanan.

Dilakukan pengam at an pelaksanaan at uran-at uran hukum kesehat an yang berkait an dengan prakt ik pelayanan kesehat an raw at jalan di puskesmas t erut ama t ent ang t ugas lim pah berupa m andat dari dokt er kepada param edis.

Ad ap u n bent uk penelit ian adalah penelit ian lapangan, dim ana penelit i berusaha m elihat kenyat aan pe laksanaan pelayanan kesehat an raw at jalan pada p uskesmas-p uskesmas di Kabupat en Sukoharjo. Penelit i berusaha mengamat i dan m erinci f akt or-f akt or penyebab t imbulnya pelayanan pengobat an rawat jalan di Puskesmas oleh par am edis, yang hal it u jelas sebuah t ugas di luar kom pet ensi


(13)

mereka. Sement ara jum lah dokt er u m u m p ad a b e b e r ap a puskesmas relat if m encukupi. Kem udian dit elit i juga t ingkat kunjungan pasie n di t iap puskesm as t ersebu t , agar bisa diket ahui ada t idaknya hubungan dengan pem ber i layanan pengobat an yang dilakukan oleh dokt er dengan oleh param edis, dengan t ingkat kunjungan p asien.

1.5.2 Pendekatan Penelitian

Kajian pada penelit ian ini ber sif at deskr ipt if kualit at if (descriptive research) yait u menggambarkan dengan jelas hal -hal yang berkait an dengan obyek penelit ian, yang dimaksudkan unt uk m em berikan data yang sejelas m ungkin t ent ang keadaan pelayanan di Puskesm as raw at jalan yang dit elit i. Disampaikan juga berbagai hal yang m enyeb abkan t ugas lim pah berupa mandat dari dokt er pada param edis p uskesmas yang dit elit i .

1.5.3 Sumber Data

Dat a penelit ian inin t erdiri dari dua sum ber, yait u : 1. Dat a Prim er

Dat a yang didapat kan langsung dari ob yek penelit ian, yait u dat a-data dari sum ber ut am a ber upa t indakan-t indakan sosial dan per nyat aan dar i beber apa pihak yang t erlibat dengan o bjek yang dit elit i. Sum ber data p rimer dalam


(14)

penelit ian kualit at if adalah manusia dalam posisi sebagai narasumber at au inf orm an.13

2. Dat a sekunder

Berupa bahan -bahan kepust akaan t ent ang hukum dan hukum kesehat an yang berkait an dengan prakt ik kedokt eran, prakt ik kebidanan, regist rasi peraw at dan pelayanan kesehat an prim er di Puskesmas sert a t ent ang BPJS Kesehat an. Juga beberapa data admin ist rasi kepegaw aian dan r ekam m edis yang ber hubungan dengan permasalahan yang dit elit i .

1.5.4 M etode Pengumpulan Data

Adapun m et ode pengum pulan dat a dalam penelit ian ini m eliput i : 1. St udi kepust akaan

Yait u t eknik pengum pulan data dengan menghim pun d an m en ganalisis d o ku m en-dokum en kepust akaan sehingga m enghasilkan kajian yang sist em at i s unt uk m enunjang penelit ian ini.Dat a dan dokum en t erut am a yang berhubungan dengan t eori -t eor i hukum , per at ur an per undangan hukum kesehat an t ent ang praktik do kt er/ dokt er gigi, praktik per aw at , dan pr akt ik bidan, ser t a t ent ang p uskesmas. Disamping it u dipelajar i juga data statistik rasio ideal kebut uhan dokt er um um per jum lah penduduk dan dat a t ent ang rasio dokt er dengan jum lah penduduk d ar i t ah u n ke t ah u n, sebagai pem banding. Juga dat a kepust akaan

13

. M o leong, 2006. M et ode Penelit ian KualitatiF, edisi Revisi. Bandung: PT. Rem aja Rosda Karya. hlm 8-9.


(15)

penelit ian -penelit ian sebelum nya yang ber hubungan dengan f enom ena yang dit elit i.

2. Wawancara

Kegiat an ini dilakukan secara langsung dengan subyek hukum yang berkait an dengan m asalah yang akan dit elit i, yait u dokt er Kep al a puskesmas, dokt er penanggungjaw ab pelayanan rawat jalan p uskesmas, peraw at , bidan m aupun pet ugas-pet ugas lain yang bekerja di puskesm as yang dikunjungi/ dit elit i. Sebelum datang ke puskesmas, t elah t erlebih dahulu dilakukan wawancara dengan Kepala Dinas Kesehat an Kabupat en Sukoharjo selaku penanggungjaw ab secara keseluruhan pelayanan kesehat an, unt uk m endapat kan gam baran um um pelay an an p ad a puskesm as raw at jalan di Kabupat en Sukoharjo . Disam ping it u sebagai dat a penunjang waw ancara juga dilakukan kepada para pasien pengguna jasa pelayanan puskesmas raw at jalan.

3. Pengamat an

Pengamat an langsung m elihat sit uasi sarana pelayanan kesehat an/ puskesm as yang dit elit i, unt uk m endapat kan dat a yang lebih ot ent ik. Kegiat an ini disert ai dengan pencat at an segala sesuat u yang dapat memperjelas masalah yang dit elit i

1.5.5 Lokasi Penelitian

Penelit ian ini akan dilaksanakan d i dua puskesmas rawat jalan di Kabupat en Sukoharjo.


(16)

Dipilihnya Kabupat en Sukoharjo karena karakt erist ik penduduknya yang gambaran ekonom inya m ayor it as m asih m enengah ke baw ah, dihar apkan dapat m ew akili gambaran mayorit as masyarakat di Indonesia. Alasan kedua, lokasi t ersebut lebih t erjangkau, lebih efisien dari segi t enaga, w akt u dan biaya.

Adapun dipilihnya dua puskesmas, yait u Puskesmas I Bak i d an Puskesmas Kart asuro I, karena kedua p uskesmas t ersebut mempunyai karakt erist ik yang khas sesuai dengan m asalah yang akan dit elit i dalam hal inkonsist ensi ant ara hukum kesehat an yang diat asnya dengan kebijakan pelayanan kesehat an di puskesm as, padahal jum lah dokt er um um yang relat if cukup. Disam ping it u jum lah kunjungan pasien yang perbedaannya sangat menyolok di ant ara kedua p uskesmas.

1.5.6 Instrumen Penelitian

Inst r um en penelit ian ini m eliput i inst r um en ut am a dan inst r um en penunjang. Inst rum en ut am a adalah penelit i sendiri, sedangkan inst rum en penunjang adalah rekam an dan/ at au cat at an hari an penelit ian, dan dat a r ekam m edis ser t a dat a kepegaw aian yang ada di p uskesm as yang dit elit i.

1.5.7 M etode Analisis Data

M et ode analisis dat a yang digunakan dalam penelit ian ini adalah m et ode analisis descriptif kualit at if . Dim ana dat a-data kualit at if berupa kat a-kat a lisan m aupun t ulisan t ent ang t ingkah laku m anusia yang diam at i, dicat at , direkam , kem udian disusun sebagai dat a penelit ian.


(17)

Dat a penelit ian yang sudah dikum pulkan, disusun, kem udian dilakukan analisis data (reduksi dat a). Dari dat a yang sudah diolah, kem udian diambil kesim pulannya.14

14


(1)

m endapat pelayanan kesehat an lebih baik; dengan begit u akan mengurangi Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).

1.5 M etode Penelitian 1.5.1 Jenis Peneliti an

Penelit ian ini m enggunakan m et ode pendekat an yuridis sosiologis yang bert it ik t olak pada nor m a-norma hukum dalam per undang-undangan, yait uUndang-Undang Republik Indonesia Nom or 29 Tahun 2004 t ent ang Pr akt ik Kedokt er an besert a Penjelasannya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat an besert a Penjelasannya, Perat uran Pem erint ah Republik Indonesia Nom or 32 Tahun 1996 t ent ang Tenaga Kesehatan beserta Penjelasannya; dengan kebijakan aturan hukum pelaksanannya (at uran d ibaw ahnya) yait u Perm enkes RI t ent ang keperaw at an m aupun Kepm enkes RI t ent ang prakt ik kebidanan.

Dilakukan pengam at an pelaksanaan at uran-at uran hukum kesehat an yang berkait an dengan prakt ik pelayanan kesehat an raw at jalan di puskesmas t erut ama t ent ang t ugas lim pah berupa m andat dari dokt er kepada param edis.

Ad ap u n bent uk penelit ian adalah penelit ian lapangan, dim ana penelit i berusaha m elihat kenyat aan pe laksanaan pelayanan kesehat an raw at jalan pada p uskesmas-p uskesmas di Kabupat en Sukoharjo. Penelit i berusaha mengamat i dan m erinci f akt or-f akt or penyebab t imbulnya pelayanan pengobat an rawat jalan di Puskesmas oleh par am edis, yang hal it u jelas sebuah t ugas di luar kom pet ensi


(2)

mereka. Sement ara jum lah dokt er u m u m p ad a b e b e r ap a puskesmas relat if m encukupi. Kem udian dit elit i juga t ingkat kunjungan pasie n di t iap puskesm as t ersebu t , agar bisa diket ahui ada t idaknya hubungan dengan pem ber i layanan pengobat an yang dilakukan oleh dokt er dengan oleh param edis, dengan t ingkat kunjungan p asien.

1.5.2 Pendekatan Penelitian

Kajian pada penelit ian ini ber sif at deskr ipt if kualit at if (descriptive research) yait u menggambarkan dengan jelas hal -hal yang berkait an dengan obyek penelit ian, yang dimaksudkan unt uk m em berikan data yang sejelas m ungkin t ent ang keadaan pelayanan di Puskesm as raw at jalan yang dit elit i. Disampaikan juga berbagai hal yang m enyeb abkan t ugas lim pah berupa mandat dari dokt er pada param edis p uskesmas yang dit elit i .

1.5.3 Sumber Data

Dat a penelit ian inin t erdiri dari dua sum ber, yait u : 1. Dat a Prim er

Dat a yang didapat kan langsung dari ob yek penelit ian, yait u dat a-data dari sum ber ut am a ber upa t indakan-t indakan sosial dan per nyat aan dar i beber apa pihak yang t erlibat dengan o bjek yang dit elit i. Sum ber data p rimer dalam


(3)

penelit ian kualit at if adalah manusia dalam posisi sebagai narasumber at au inf orm an.13

2. Dat a sekunder

Berupa bahan -bahan kepust akaan t ent ang hukum dan hukum kesehat an yang berkait an dengan prakt ik kedokt eran, prakt ik kebidanan, regist rasi peraw at dan pelayanan kesehat an prim er di Puskesmas sert a t ent ang BPJS Kesehat an. Juga beberapa data admin ist rasi kepegaw aian dan r ekam m edis yang ber hubungan dengan permasalahan yang dit elit i .

1.5.4 M etode Pengumpulan Data

Adapun m et ode pengum pulan dat a dalam penelit ian ini m eliput i : 1. St udi kepust akaan

Yait u t eknik pengum pulan data dengan menghim pun d an m en ganalisis d o ku m en-dokum en kepust akaan sehingga m enghasilkan kajian yang sist em at i s unt uk m enunjang penelit ian ini.Dat a dan dokum en t erut am a yang berhubungan dengan t eori -t eor i hukum , per at ur an per undangan hukum kesehat an t ent ang praktik do kt er/ dokt er gigi, praktik per aw at , dan pr akt ik bidan, ser t a t ent ang p uskesmas. Disamping it u dipelajar i juga data statistik rasio ideal kebut uhan dokt er um um per jum lah penduduk dan dat a t ent ang rasio dokt er dengan jum lah penduduk d ar i t ah u n ke t ah u n, sebagai pem banding. Juga dat a kepust akaan

13

. M o leong, 2006. M et ode Penelit ian KualitatiF, edisi Revisi. Bandung: PT. Rem aja Rosda Karya. hlm 8-9.


(4)

penelit ian -penelit ian sebelum nya yang ber hubungan dengan f enom ena yang dit elit i.

2. Wawancara

Kegiat an ini dilakukan secara langsung dengan subyek hukum yang berkait an dengan m asalah yang akan dit elit i, yait u dokt er Kep al a puskesmas, dokt er penanggungjaw ab pelayanan rawat jalan p uskesmas, peraw at , bidan m aupun pet ugas-pet ugas lain yang bekerja di puskesm as yang dikunjungi/ dit elit i. Sebelum datang ke puskesmas, t elah t erlebih dahulu dilakukan wawancara dengan Kepala Dinas Kesehat an Kabupat en Sukoharjo selaku penanggungjaw ab secara keseluruhan pelayanan kesehat an, unt uk m endapat kan gam baran um um pelay an an p ad a puskesm as raw at jalan di Kabupat en Sukoharjo . Disam ping it u sebagai dat a penunjang waw ancara juga dilakukan kepada para pasien pengguna jasa pelayanan puskesmas raw at jalan.

3. Pengamat an

Pengamat an langsung m elihat sit uasi sarana pelayanan kesehat an/ puskesm as yang dit elit i, unt uk m endapat kan dat a yang lebih ot ent ik. Kegiat an ini disert ai dengan pencat at an segala sesuat u yang dapat memperjelas masalah yang dit elit i

1.5.5 Lokasi Penelitian

Penelit ian ini akan dilaksanakan d i dua puskesmas rawat jalan di Kabupat en Sukoharjo.


(5)

Dipilihnya Kabupat en Sukoharjo karena karakt erist ik penduduknya yang gambaran ekonom inya m ayor it as m asih m enengah ke baw ah, dihar apkan dapat m ew akili gambaran mayorit as masyarakat di Indonesia. Alasan kedua, lokasi t ersebut lebih t erjangkau, lebih efisien dari segi t enaga, w akt u dan biaya.

Adapun dipilihnya dua puskesmas, yait u Puskesmas I Bak i d an Puskesmas Kart asuro I, karena kedua p uskesmas t ersebut mempunyai karakt erist ik yang khas sesuai dengan m asalah yang akan dit elit i dalam hal inkonsist ensi ant ara hukum kesehat an yang diat asnya dengan kebijakan pelayanan kesehat an di puskesm as, padahal jum lah dokt er um um yang relat if cukup. Disam ping it u jum lah kunjungan pasien yang perbedaannya sangat menyolok di ant ara kedua p uskesmas.

1.5.6 Instrumen Penelitian

Inst r um en penelit ian ini m eliput i inst r um en ut am a dan inst r um en penunjang. Inst rum en ut am a adalah penelit i sendiri, sedangkan inst rum en penunjang adalah rekam an dan/ at au cat at an hari an penelit ian, dan dat a r ekam m edis ser t a dat a kepegaw aian yang ada di p uskesm as yang dit elit i.

1.5.7 M etode Analisis Data

M et ode analisis dat a yang digunakan dalam penelit ian ini adalah m et ode analisis descriptif kualit at if . Dim ana dat a-data kualit at if berupa kat a-kat a lisan m aupun t ulisan t ent ang t ingkah laku m anusia yang diam at i, dicat at , direkam , kem udian disusun sebagai dat a penelit ian.


(6)

Dat a penelit ian yang sudah dikum pulkan, disusun, kem udian dilakukan analisis data (reduksi dat a). Dari dat a yang sudah diolah, kem udian diambil kesim pulannya.14

14