Pertanian Karet Rakyat Di Desa Rumah Sumbul Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli Serdang 1953-1995
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Desa Rumah Sumbul1 adalah salah satu dari 20 desa yang ada di Kecamatan STM (Senembah Tanjung Muda) Hulu Kabupaten Deli Serdang2
1
Rumah Sumbul berasal dari bahasa Karo, yang terdiri dari dua kata, yaitu Rumah yang berarti tempat tinggal sebuah keluarga, dan Sumbul yang berarti mata air. Desa Rumah Sumbul merupakan gabungan dari delapan kuta. Kuta tersebut adalah Kuta Langguren, Kuta Lau Perira, Kuta Rumah Perira, Kuta Tanjung Jahe, Kuta Sigempual, Kuta Surbakti, Kuta Sulo dan Kuta Bintang Asi. Delapan kuta ini menggabungkan diri pada tahun 1953. Terciptanya penggabungan kutatersebut diakibatkan oleh sekelompok manusia yang berlaku anarkis dan kerap dipanggil dengan gerombolan.
. Secara administratif batas batas wilayah Desa Rumah Sumbul adalah: sebelah Utara denganDesa Gunung Manupak A dan Desa Durian IV Belang, sebelah Timur dengan Kecamatan Bangun Purba, sebelah Selatan dengan Desa Tanah Gara Hulu, dan di sebelah Barat dengan ibu kota kecamatan yakni Desa Tiga Juhar. Desa ini memiliki tiga dusun.Konsentrasi pertanian berada di Dusun II dan Dusun III,sedangkan Dusun I sebagian besar adalah tempat pemukiman penduduk.Jarak antara Desa Rumah Sumbul dengan ibukota kecamatanDesa Tiga Juhar yakni 1 km, dengan Ibukota Kabupaten Lubuk Pakam yakni 50 km, dan dengan ibukota propinsi Medan yakni 40 km. Untuk mencapai desa ini dapat dilalui dengan dua jalur lintasan, jalur pertama yakni Medan - Deli Tua - Patumbak - Talun Kenas – STM (Senembah Tanjung Muda)
2
Desa Tiga Juhar, Desa Tanah Gara Hulu, Desa Rumah Sumbul, Desa Ranggit git, Desa Kuta Belin, Desa Durin Empat Belang, Desa Tanjung Bampu, Desa Liang Muda, Desa Gunung Manupak A, Desa Sibunga Bunga, Desa Rumah Rih, Desa Durin Tinggung, Desa Tanjung Timur, Desa Bahbah Buntu, Desa Tanjung Raja, Desa Tanjung Muda, Desa Liang Pematang, Desa Gunung Manumpak B, Desa Sipinggan.
(2)
Hilir - Tiga Juhar - Rumah Sumbul. Jalur kedua yakni Lubuk Pakam- Jalan Raya Galang - Bangun Purba – Gunung Meriah - Rumah Sumbul.
Luas wilayah Desa Rumah Sumbul adalah 2.100 ha.Kriteria keadaan tanah yakni berbukit bukit 450 ha. dataran tinggi 350 ha, dan dataran rendah 1300 ha. Jenis tanah di Desa Rumah Sumbul yakni pasir, tanah liat dan berkapur, beriklim tropis dengan curah hujan 2.00-2.500 mm/tahun. Luas wilayah berdasarkan pemanfaatannya seperti perumahan 10 ha, Sawah 60 ha, Perkuburan 2 ha, dan Pertanian 1.028 ha3
Masyarakat Desa Rumah Sumbul pada tahun 1953 berjumlah 174 jiwa. Etnik mayoritas yang mendiami desa ini adalah Suku Karo dan Suku Simalungun. Selain itu terdapat juga beberapa suku seperti: Suku Jawa dan Suku Batak Toba. Pada tahun 1995masyarakat desa memiliki pekerjaan seperti, PNS 3 orang, wiraswasta 15 orang, pedagang 12 orang dan petani 523 orang.Berdasarkan pendidikan, masyarakat desa yang tamat SD159 orang, SLTP 60, SMA 25 orang dan Perguruan Tinggi 7 orang
.
4
Masyarakat Desa Rumah Sumbul pada umumnya bertani. Adapun jenis tanaman seperti padi, cabe, pisang, karet, cokelat, sawit, dan salak pondok, namun peranan karet meningkat pesat pada tahun 1975. Hal ini menunjukkan masyarakat desa telah lama menjadi petani karet pada awal abad ke 20. Selain merupakan usaha karet bagi petani, pertanian karet juga sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan suatu cara hidup( way of life).
.
3
Wawancara,dengan Sadam Ginting, Desa Rumah Sumbul,20 Oktober 2014.
4
(3)
Pertanian karet tidak diketahui pasti awal keberadaanya di Desa Rumah Sumbul, kemungkinan besar sudah dilakukan sejak masa kolonialisme Belanda5
Masa 1970-1980-an dapat dianggap sebagai puncak kejayaan karet di Desa Rumah Sumbul.Saat itu mayoritas masyarakat bertani karet karena harganya melonjak naik dan bersamaan dengankebutuhan budidaya tanaman karet sudah dipenuhi seperti, pupuk, obat tanaman dan teknologi pertanian.Jalan raya yang diperbaharui dan diprakarsai oleh Saleh Perangin Nangin sebagai pensiunan pegawai penerangan Sumatera Utara turut berpartisipasi dalam kemajuan pertanian masyarakat
.Sebelumnya karet hanya sebagai tanaman tua untuk kepemilikan tanah yang sah pada suatu masyarakat sebagai pembatas lahan pertanian yang satu dengan yang lainya, tetapi lambat laun karet berubah dan dijadikan masyarakat sebagai tanaman komersial yang menopang kehidupan mereka.
6
5
Edi Sumarno, “ Karet Rakyat di Sumatera Timur 1863-1942”,dalam Tesis S2 belum diterbitkan,Yogyakarta : Pasca Sarjana UGM, 1990, hlm. 25.
. Pada masa ini aktivitas masyarakat terkonsentrasi pada pertanian karet rakyat, hasil produksi yang menjanjikan dari segi ekonomi pertanian, berhasil mendongkrak ekonomi masyarakat dan tingkat harga yang diterima petani untuk hasil produksi karet sangat memuaskan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku kehidupan petani seperti meningkatkan taraf hidup mereka. Karet dijadikan sebagai tumbuhan komersial penduduk, setiap masyarakat hampir memiliki karet dilahan pertanian mereka, biasanya dalam hal mengangkut hasil karet berupa gumpalan getah yang sudah dipadatkan mereka menggunakan sepeda atau memundaknya lalu
6
(4)
menjualnya di hari Selasa dan Rabu bertepatan dengan pasar desa yang dibuka. Pada tahun 1990-an masyarakat Desa Rumah Sumbul mengkonversi lahan mereka dari lahan karet menjadi lahan kelapa sawit.Replanting tanaman karet ini tidak dibantu oleh pihak pemerintah,dalam pengadaan alat berat untuk membersihkan akar lama tanaman karet yang menyebabkan tanaman karet yang baru tidak dapat tumbuh dengan baik, dan pengadaan bibit serta pemeliharaanya.
Penelitian ini mulai tahun 1953 karena pada tahun itu terbentuknya Desa Rumah Sumbul sebagai penggabungan delapan kuta. Dengan adanya perubahan pola mata pencarian, kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor penunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut7
Selama 42 tahun ini juga terlihat kehidupan masyarakat semakin banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Pertanian karet Rakyat di Desa Rumah Sumbul ini
. Tahun 1995 sebagai akhir dari penelitian ini karena pada masa ini beralihnya pertanian karet rakyat ke kelapa sawit. Dengan adanya perubahan pola mata pencarian, kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Selama 42 tahun telah terjadi perubahan yang banyak pada kehidupan petani karet di desa ini, seperti jumlah masyarakat yang menanam karet, lahan yang digunakan,sistem permodalan, pemasaran yang semakin terorganisir serta peralihannya ke kelapa sawit.
7
Kuntowijoyo, Metodelogi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta, 1990. Hlm. 216.
(5)
ternyata banyak sekali membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di desa ini. Pertanian karet mampumenaikkan pendapatan Masyarakat Desa Rumah Sumbul. Dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Rumah Sumbul dan meningkatnya taraf hidup masyarakat sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan pendidikan bagi anak anak mereka, dantingginya kesadaran mereka dalam sarana sosial, seperti perbaikan rumah, perbaikan tempat ibadah, bergotong royong membangun jalan, dan dibukanya sekolah sekolah. Terjadinya perubahan pada bidang pendidikan, pola hidup, dan terhadap lingkungan dan pembangunan desa.Oleh sebabitu penelitian yang berjudul “Pertanian Karet Rakyat di Desa
Rumah Sumbul Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang(1953-1995)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di ungkapkan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa masyarakat Desa Rumah Sumbul bertani karet?
2. Bagaimana perkembangan pertanian karet rakyat di Desa Rumah Sumbul selama 1953-1995?
3. Bagaimana pengaruh pertanian karet rakyat terhadap kehidupan petani di Desa Rumah Sumbul 1953-1995?
4. Mengapa sejak awal tahun 1990-anpertanian masyarakat Desa Rumah Sumbul beralih dari karet ke kelapa sawit?
(6)
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Menjelaskan alasan masyarakat Desa Rumah Sumbul bertani karet.
2. Menjelaskan perkembangan pertanian karet rakyat di Desa Rumah Sumbul selama 1953-1995
3. Menjelaskan pengaruh pertanian karet rakyat terhadap petani di Desa Rumah Sumbul
4. Menjelaskan peralihan pertanian masyarakat Desa Rumah Sumbul dari karet ke kelapa sawit sejak awal 1990-an.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan ini setidaknya dapat memberikan manfaat secara praktis dan akademis bagi pembaca untuk beberapa hal antara lain:
1. Menambah pengetahuan tentang perekonomian petani karet di Desa Rumah Sumbul sebagai sumber penghasil karet di Sumatra Utara.
2. Sebagai perbandingan dan masukan bagi penulisan yang berkaitan dengan kehidupan petani karet di masa yang akan datang.
3. Sebagai pengembangan ilmu dan pembaca untuk mengembangkan ilmu selanjutnya dan dapat memberikan perbendaharaan penulisan sejarah pertanian Indonesia, khususnya pertanian daerah.
1.5 Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka atau kajian teori mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature).Sesuai dengan arti tersebut,
(7)
suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).Adapun tinjauan pustaka yang penulis kumpulkan dalam hal membentuk kerangka pemikiran tentang perkaretan karet rakyat yakni:
Dalam buku yang ditulis oleh Tim Penulis Penebar Swadaya (1993) , “
Karet:Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan yang ditulis”,
menjelaskan tentang sejarah karet Indonesia, budi daya dan pengolahan karet, dan pemasaran karet alam di Indonesia dan dunia. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan sejarah karet Indonesia, manfaat karet, pemasaran karet di Indonesia, dan cara membudidayakan karet.
Tesis S-2,PertanianKaret Rakyat di Sumatra Timur(1865-1942) yang ditulis oleh Edi Sumarno menjelaskan tentang keberadaan karet di Sumatera Timur tempo dulu dan perkembanganya. Tesis ini membantu penulis sebagai acuan dan pedoman dalam hal memahami perkembangan karet Ficus dan karet Hevea Brasiliensis di Sumatera Timur dimana karet Ficus sudah terlebih dahulu berada di Sumatera Timur lewat hutan yang terdapat di Wilayah Simalungun, namun setelah keberadaan karet
Hevea Brasiliensis pada tahun 1902 di Sumatera Timur lewat perkebunan swasta
investor asing mengakibatkan karet Ficus kalah bersaing dan hilang dari peredaran tanaman komersial pertanian karet, Karet Hevea Brasiliensis yang sampai sekarang
(8)
dipertahankan sebagai pertanian komersial di Sumatra Utara. Tesis ini juga membantu penulis memahami letak penyebaran perkebunan karet di Sumatera Timur yakni dibagi menjadi dua Cultuurgebied dan Bengkalis.Dimana Penyebaran perkebunan karet lebih di konsentrasikan di wilayah Cultuurgebied yang merupakan wilayah dengan tanah subur dan cocok dengan suhu tanaman karet. Salah satu wilayah
cultuurgebied yakni Deli Serdang, letak wilayah ini menjadi area penelitian penulis
yakni Desa Rumah Sumbul. Tesis ini juga membantu penulis dalam hal mengetahui peran Deli Spoorweg Matschappij sebagai kereta api yang membantu pengangkutan dan pemasaran produksi karet di area wilayah Bangun Purba dimana Bangun Purba adalah salah satu pusat pasar yang memiliki peran sebagai jual beli hasil pertanian masyarakat desa terkusus Petani Desa Rumah Sumbul.
Buku pendukung lainya seperti Prosiding Konperensi Nasional karet 1986
Medan, Indonesia 25-27 November 1986 volume I,II,III yang ditulis oleh Balai
Penelitian Perkebunan Sungai Putih Pusat Nasional Penelitian Perkaretan. Buku ini menerangkan masalah yang dihadapi industri industri karet Indonesia dan perkebunan karet Negara, Swasta begitu juga dengan karet rakyat sebelum tahun 1986 khususnya di Sumatra Utara . Buku ini membantu penulis dalam hal memahami keterpurukan ekonomi petani karet dikarenakan harga karet rakyat sangat rendah dibandingkan perkaretan yang di kelola oleh pihak perkebunan, karena sistem pembudidayaan karet rakyat jauh diambang standar, pengelolahan budidaya dan produksi karet rakyat di bawah kelayakan, hal ini terlihat dengan tidak adanya pemupukan karet yang teratur,
(9)
lebih ditelantarkan pemupukanya begitu saja, tidak adanya peremajaan tanaman melalui klon unggulan berupa karet okulasi, sistem penanaman karet lebih cenderung asal asalan tidak memakai dan menggunakan jarak yang sesuai dalam pembudidayaan karet yang menyebabkan harga karet rakyat rendah, mutu tidak berkualitas, dan produksi karet yang minim.
Buku pendukung lainya seperti Karet : Kajian Sosial Ekonomi, yang ditulis Mubyarto. Buku ini menjelaskan tentang dampak karet terhadap sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang menghidupi karet maupun mereka yang berada di sekitar keberadaan karet tersebut. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan konsep konsep dan teori teori yang diperoleh penulis lewat buku ini, dimana petani karet rakyat mempertahankan karet dengan prilaku yang sangat minim dalam pembudidayaan yang baik dan terdapat nilai nilai sosial masyarakat lewat pertanian karet rakyat terkhusus.
Buku Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
Usaha dan Pemasaran yang ditulis oleh Yan Fauzi, Yustina Erna Widyastuti, Imaan
Satyawibawa, Rudi Hartono menjelaskan tentang bagaimana budi daya sawit dan analisis usaha dan pemasaran. Buku ini membantu penulis dalam mengetahui Budi daya dan produksi kelapa sawit.
Tesis S-2,Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengkonversi
Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit Di Kabupaten Asahan, yang ditulis oleh
(10)
semula bertani karet menjadi bertani kelapa sawit. Tesis ini membantu penulis sebagai pedoman dalam mengerjakan penelitian ini, dimana ada kesamaan faktor peralihan pertanian karet ke kelapa sawit, seperti yang dimuat dalam tesis ini yakni adanya empat faktor suatu masyarakat beralih dari pertanian satu ke pertanian yang lainnya yakni: pendidikan petani, minat petani, pendapatan petani, dan kemampuan menabung petani.
1.6 Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu hal penting yang tidak terpisahkan dari suatu petunjuk teknis metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran suatu sejarah. Adapun metode sejarah terbagi dalam empat langkah antara lain heuristik, kritik sumber, interprentasi, dan historiografi atau penulisan sejarah.
Pertama yaitu heuristik (pengumpulan sumber) untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis telah menggunakan metode
library research(penelitian kepustakaan) dan field research(penelitian lapangan)
untuk mendapatkan baik sumber primer maupun sumber sekunder.Suatu prinsip yang harus dipegang oleh penulis dalam heuristik, yaitu sejarawan dahulu mencari sumber primer.Sumber primer disini berarti sumber yang disampaikan oleh pihak yang mengalami langsung maupun menyaksikan suatu peristiwa.Penulis juga telah memperoleh data umum daerah Desa Rumah Sumbul dari seketaris desa yang
(11)
bernama Sadam Ginting. Di samping itu telah ditelusuri di berbagai perpustakaan yang ada di Kota Medan seperti Perpustakaan USU(Universitas Sumatera Utara), Perpustakaan Unimed(Universitas Negeri Medan), Perpustakaan Daerah dan Balai Penelitian Pertanian Sei Putih.
Adapun sumber lisan, telah diperoleh melalui teknik wawancara dengan pelaku peristiwa atau saksi mata, seperti wawancara dengan Beras Barus sebagai pelaku yang menanam pertama tanaman komersial karet di lahannya. Wawancara dengan Murni br Sitepu sebagai agen karet dan tokoh yang berpengaruh dalam beralihnya pertanian karet ke kelapa sawit, Tolap Tarigan sebagai buruh pengangkut hasil produksi pertanian dari lahan petani ke penjualan hasil pertanian, dan Kueh Saragihsebagai agen getah pada waktu itu. Penulis menggunakan kebanyakan sumber sekunder yang digunakan. Dalam langkah yang pertama ini penulis telah mendapatkan karya tulis dengan cara penelitian kepustakaan dan penulis juga telah mendapatkan data dari orang sekitar dengan cara penelitian lapangan di Desa Rumah Sumbul.
Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi).Setelah sumber sejarah terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan/keaslian sumber atau data yang di dapat.Penulis telah melakukan kritik sumber atau menyeleksi terhadap sumber sumber melalui kritik intern dan kritik ekstern.Kritik intern menelaah dan memverifikasi kebenaran isi baik yang bersifat tulisan (buku, tesis, laporan) maupun sumber lisan (wawancara).Kritik eksternal
(12)
adalah kritik yang diberikan terhadap aspek luar dari sumber sejarah dengan cara telahmelakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Dalam tahap kedua ini penulis telahmemverifikasi data berupa buku dan tesis mengenai karet atau informan tentang karet rakyat yang penulis telah peroleh dari masyarakat sekitar.Sebagai ilustrasi, penulis menemukan keganjilan informasi dari wawancara, yaitu salah satu pihak informan membenarkan bahwa salah satu dari keluarganya merupakan tokoh yang menjadi kepala desa pertama di Desa Rumah Sumbul.Akan tetapi setelah dilakukan penelusuran dan pengkajian lebih dalam melalui wawancara terhadap informan-informan lainnya dengan pertanyaan inti mengenai kepala desa ternyata ada kesalahan informasi.Ternyata yang menjadi kepala desa pertama di Desa Rumah Sumbul adalah keluarga yang berstatus Marga Barus, bukan dari kalangan marga lainnya.
Langkah ketiga yaitu interpretasi untuk menganalisis terhadap hasil dari kritik sumber. Interpretasi bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber walaupun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total.
Langkah keempat yaitu Historiografi, tahap ini penulis telah menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan skripsi.
(1)
suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).Adapun tinjauan pustaka yang penulis kumpulkan dalam hal membentuk kerangka pemikiran tentang perkaretan karet rakyat yakni:
Dalam buku yang ditulis oleh Tim Penulis Penebar Swadaya (1993) , “
Karet:Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan yang ditulis”,
menjelaskan tentang sejarah karet Indonesia, budi daya dan pengolahan karet, dan pemasaran karet alam di Indonesia dan dunia. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan sejarah karet Indonesia, manfaat karet, pemasaran karet di Indonesia, dan cara membudidayakan karet.
Tesis S-2,PertanianKaret Rakyat di Sumatra Timur(1865-1942) yang ditulis oleh Edi Sumarno menjelaskan tentang keberadaan karet di Sumatera Timur tempo dulu dan perkembanganya. Tesis ini membantu penulis sebagai acuan dan pedoman dalam hal memahami perkembangan karet Ficus dan karet Hevea Brasiliensis di Sumatera Timur dimana karet Ficus sudah terlebih dahulu berada di Sumatera Timur lewat hutan yang terdapat di Wilayah Simalungun, namun setelah keberadaan karet
Hevea Brasiliensis pada tahun 1902 di Sumatera Timur lewat perkebunan swasta
investor asing mengakibatkan karet Ficus kalah bersaing dan hilang dari peredaran tanaman komersial pertanian karet, Karet Hevea Brasiliensis yang sampai sekarang
(2)
dipertahankan sebagai pertanian komersial di Sumatra Utara. Tesis ini juga membantu penulis memahami letak penyebaran perkebunan karet di Sumatera Timur yakni dibagi menjadi dua Cultuurgebied dan Bengkalis.Dimana Penyebaran perkebunan karet lebih di konsentrasikan di wilayah Cultuurgebied yang merupakan wilayah dengan tanah subur dan cocok dengan suhu tanaman karet. Salah satu wilayah
cultuurgebied yakni Deli Serdang, letak wilayah ini menjadi area penelitian penulis
yakni Desa Rumah Sumbul. Tesis ini juga membantu penulis dalam hal mengetahui peran Deli Spoorweg Matschappij sebagai kereta api yang membantu pengangkutan dan pemasaran produksi karet di area wilayah Bangun Purba dimana Bangun Purba adalah salah satu pusat pasar yang memiliki peran sebagai jual beli hasil pertanian masyarakat desa terkusus Petani Desa Rumah Sumbul.
Buku pendukung lainya seperti Prosiding Konperensi Nasional karet 1986
Medan, Indonesia 25-27 November 1986 volume I,II,III yang ditulis oleh Balai
Penelitian Perkebunan Sungai Putih Pusat Nasional Penelitian Perkaretan. Buku ini menerangkan masalah yang dihadapi industri industri karet Indonesia dan perkebunan karet Negara, Swasta begitu juga dengan karet rakyat sebelum tahun 1986 khususnya di Sumatra Utara . Buku ini membantu penulis dalam hal memahami keterpurukan ekonomi petani karet dikarenakan harga karet rakyat sangat rendah dibandingkan perkaretan yang di kelola oleh pihak perkebunan, karena sistem pembudidayaan karet rakyat jauh diambang standar, pengelolahan budidaya dan produksi karet rakyat di bawah kelayakan, hal ini terlihat dengan tidak adanya pemupukan karet yang teratur,
(3)
lebih ditelantarkan pemupukanya begitu saja, tidak adanya peremajaan tanaman melalui klon unggulan berupa karet okulasi, sistem penanaman karet lebih cenderung asal asalan tidak memakai dan menggunakan jarak yang sesuai dalam pembudidayaan karet yang menyebabkan harga karet rakyat rendah, mutu tidak berkualitas, dan produksi karet yang minim.
Buku pendukung lainya seperti Karet : Kajian Sosial Ekonomi, yang ditulis Mubyarto. Buku ini menjelaskan tentang dampak karet terhadap sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang menghidupi karet maupun mereka yang berada di sekitar keberadaan karet tersebut. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan konsep konsep dan teori teori yang diperoleh penulis lewat buku ini, dimana petani karet rakyat mempertahankan karet dengan prilaku yang sangat minim dalam pembudidayaan yang baik dan terdapat nilai nilai sosial masyarakat lewat pertanian karet rakyat terkhusus.
Buku Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
Usaha dan Pemasaran yang ditulis oleh Yan Fauzi, Yustina Erna Widyastuti, Imaan
Satyawibawa, Rudi Hartono menjelaskan tentang bagaimana budi daya sawit dan analisis usaha dan pemasaran. Buku ini membantu penulis dalam mengetahui Budi daya dan produksi kelapa sawit.
Tesis S-2,Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengkonversi
Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit Di Kabupaten Asahan, yang ditulis oleh
(4)
semula bertani karet menjadi bertani kelapa sawit. Tesis ini membantu penulis sebagai pedoman dalam mengerjakan penelitian ini, dimana ada kesamaan faktor peralihan pertanian karet ke kelapa sawit, seperti yang dimuat dalam tesis ini yakni adanya empat faktor suatu masyarakat beralih dari pertanian satu ke pertanian yang lainnya yakni: pendidikan petani, minat petani, pendapatan petani, dan kemampuan menabung petani.
1.6 Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu hal penting yang tidak terpisahkan dari suatu petunjuk teknis metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran suatu sejarah. Adapun metode sejarah terbagi dalam empat langkah antara lain heuristik, kritik sumber, interprentasi, dan historiografi atau penulisan sejarah.
Pertama yaitu heuristik (pengumpulan sumber) untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis telah menggunakan metode
library research(penelitian kepustakaan) dan field research(penelitian lapangan)
untuk mendapatkan baik sumber primer maupun sumber sekunder.Suatu prinsip yang harus dipegang oleh penulis dalam heuristik, yaitu sejarawan dahulu mencari sumber primer.Sumber primer disini berarti sumber yang disampaikan oleh pihak yang mengalami langsung maupun menyaksikan suatu peristiwa.Penulis juga telah memperoleh data umum daerah Desa Rumah Sumbul dari seketaris desa yang
(5)
bernama Sadam Ginting. Di samping itu telah ditelusuri di berbagai perpustakaan yang ada di Kota Medan seperti Perpustakaan USU(Universitas Sumatera Utara), Perpustakaan Unimed(Universitas Negeri Medan), Perpustakaan Daerah dan Balai Penelitian Pertanian Sei Putih.
Adapun sumber lisan, telah diperoleh melalui teknik wawancara dengan pelaku peristiwa atau saksi mata, seperti wawancara dengan Beras Barus sebagai pelaku yang menanam pertama tanaman komersial karet di lahannya. Wawancara dengan Murni br Sitepu sebagai agen karet dan tokoh yang berpengaruh dalam beralihnya pertanian karet ke kelapa sawit, Tolap Tarigan sebagai buruh pengangkut hasil produksi pertanian dari lahan petani ke penjualan hasil pertanian, dan Kueh Saragihsebagai agen getah pada waktu itu. Penulis menggunakan kebanyakan sumber sekunder yang digunakan. Dalam langkah yang pertama ini penulis telah mendapatkan karya tulis dengan cara penelitian kepustakaan dan penulis juga telah mendapatkan data dari orang sekitar dengan cara penelitian lapangan di Desa Rumah Sumbul.
Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi).Setelah sumber sejarah terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan/keaslian sumber atau data yang di dapat.Penulis telah melakukan kritik sumber atau menyeleksi terhadap sumber sumber melalui kritik intern dan kritik ekstern.Kritik intern menelaah dan memverifikasi kebenaran isi baik yang bersifat tulisan (buku, tesis, laporan) maupun sumber lisan (wawancara).Kritik eksternal
(6)
adalah kritik yang diberikan terhadap aspek luar dari sumber sejarah dengan cara telahmelakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Dalam tahap kedua ini penulis telahmemverifikasi data berupa buku dan tesis mengenai karet atau informan tentang karet rakyat yang penulis telah peroleh dari masyarakat sekitar.Sebagai ilustrasi, penulis menemukan keganjilan informasi dari wawancara, yaitu salah satu pihak informan membenarkan bahwa salah satu dari keluarganya merupakan tokoh yang menjadi kepala desa pertama di Desa Rumah Sumbul.Akan tetapi setelah dilakukan penelusuran dan pengkajian lebih dalam melalui wawancara terhadap informan-informan lainnya dengan pertanyaan inti mengenai kepala desa ternyata ada kesalahan informasi.Ternyata yang menjadi kepala desa pertama di Desa Rumah Sumbul adalah keluarga yang berstatus Marga Barus, bukan dari kalangan marga lainnya.
Langkah ketiga yaitu interpretasi untuk menganalisis terhadap hasil dari kritik sumber. Interpretasi bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber walaupun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total.
Langkah keempat yaitu Historiografi, tahap ini penulis telah menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan skripsi.