Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desa Suak Temenggung merupakan bagian dari Kecamatan Pakaitan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Desa Suak Temenggung pada awalnya sudah dihuni oleh suku asli Riau yaitu Suku Melayu. Sebelum program transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, masyarakat asli memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan menjual kayu bakar yang diperoleh dari hutan. Selain itu memancing ikan juga merupakan cara mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Desa Suak Temenggung merupakan desa yang keseluruhannya adalah lahan gambut.1 Desa ini dikenal dengan lahan gambut yang pada awalnya tidak dimanfaatkan. Seiring dengan Program Nasional Transmigrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, maka pemanfaatan lahan gambut semakin pesat untuk pertanian dan perkebunan.2

Pemerintah pusat menyediakan sebagian dari lahan gambut yang sudah diolah di desa Suak Temengung untuk Program Transmigrasi. Pemerintah menyediakan dua hektar tanah gambut dengan satu rumah panggung dan lahan pertanian pangan untuk Hal ini menyebabkan banyaknya pembukaan lahan-lahan gambut diberbagai daerah di Indonesia termasuk di desa Suak Temenggung.

1Lahan Gambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa

sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. Lihat Muhammad, Faiz Barchia, Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006, hlm 2.

2 Muhammad Noor, Lahan Gambut: Pengembangan, Konservasi, dan Perubahan Iklim, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, hlm, 21.


(2)

2

persatu keluarga transmigran. Para transmigran adalah suku Jawa yang didatangkan dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat seperti, Solo, Pakalongan, Banyumas, Seragen, Malang, Kediri, Banyuwangi, Jombang, Blitar, Pasuruan, Sukabumi dan Bandung. Alasan utama para transmigran mengikuti program transmigrasi yang ada di Desa Suak Temenggung di sebabkan padatnya penduduk di Jawa, kehidupan yang tidak mencukupi di daerah asal dan bencana alam seperti gunung meletus. Suku Jawa mulai menetap di Desa Suak Temenggung pada tahun 1981 dan merintis lahan pertanian padi yang bibitnya diperoleh dengan cara membeli dari luar daerah seperti Padang. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir membagi desa Suak Temenggung kedalam tiga dusun yaitu, Suka Jadi, Rejo Mulyo dan Sumber Sari yang ketiganya dihuni oleh para transmigran.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum padi menghasilkan, para transmigran mendapat bantuan dari pemerintah pusat yang kemudian bantuan ini disalurkan melalui pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, Hal ini berupa kebutuhan pokok. Tidak hanya bantuan dari Pemerintah Pusat yang menopang kehidupan mereka tetapi para transmigran juga memenuhi kebutuhan hidup dengan mencari kayu bakar dan memancing ikan. Melalui Pemerintah Pusat, maka Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir juga membebaskan mereka untuk mengolah lahan gambut yang masih tersisa untuk di tanami tanaman pertanian padi. Para transmigran di desa Suak Temenggung juga membentuk kelompok tani yang diambil dari setiap dusun di desa Suak Temenggung.


(3)

3

Para transmigran membuka lahan gambut yang masih tersisa dengan peralatan seperti kuku kambing, parang besar, klewangan dan kampak. Proses penebangan, pengeringan, pembakaran, serta pengolahan untuk tanaman pangan yaitu tanaman pertanian padi dilakukan oleh para transmigran. Selama delapan tahun pertanian padi yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan hidup para transmigran, hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan dilahan gambut seperti musim penghujan lahan akan banjir dan ketika musim kemarau lahan akan kering serta tanah menjadi pecah-pecah. Pada saat musim penghujan hama penyakit yang mulai menyerang lahan pertanian padi seperti keong mas dan tikus. Sementara pada saat musim kemarau hama penyakit yang mulai menyerang seperti orong-orong dan wereng telah merusak tanaman pertanian padi. Pengolahan tanaman padi lebih sulit karena setiap hari para transmigran harus pergi keladang serta masa panennya yang cukup lama yaitu sekitar enam bulan sekali. Kemudian hasil panen pertanian padi juga tidak begitu mencukupi kehidupan para transmigran di Desa Suak Temenggung. Banyak anak-anak tidak bersekolah dan semakin tahun harga padi semakin menurun. Disamping itu telah dikenalnya tanaman komersil yaitu kelapa sawit yang hasilnya lebih menjanjikan, Maka pada tahun 1992 pertanian padi di desa Suak Temenggung beralih menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat.3

Banyak dari para transmigran yang tidak tahan akan kondisi ekonomi yang tidak mencukupi kebutuhan mereka di Desa Suak Temenggung. Hal ini yang

3Wawancara Misdi. Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir, 5 Februari 2015.


(4)

4

membuat sebagian para transmigran memilih kembali kekampung halaman mereka yaitu di Jawa dan menjual lahan dan rumah mereka kepada para transmigran yang masih bertahan di Desa Suak Temenggung. Para transmigran yang membeli lahan mereka inilah yang kemudian melanjutkan dan mengolah lahan tersebut.

Istilah perkebunan sudah lama dikenal sejak pemerintahan kolonial Belanda.4 karena perkebunan merupakan komoditi pertama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi masyarakat. Kelapa Sawit Rakyat pada awalnya di tanam oleh para transmigran di desa Suak Temenggung di kenalkan oleh Ali warga dari Desa Telok Bano II, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Melihat keberhasilan Ali maka para transmigran di Desa Suak Temenggung yang pada awalnya menanam tanaman pangan yaitu padi kemudian beralih menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat. Bibit Kelapa Sawit mereka peroleh dari membeli di luar daerah seperti Siantar (marihat)5

4Syamsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996, hlm, 12.

5 Marihat merupakan bibit kelapa sawit unggulan yang dapat ditanam diberbagai kondisi

lahan. Lihat Rofiq Ahmad, Perkebunan dari Nes ke Pir, Jakarta: Puspa Swara, 1998, hlm, 8.

dan Medan. Sembari menunggu bibit kelapa sawit dapat ditanam ditanah yang sudah siap diolah, maka para transmigran di desa Suak Temenggung memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil panen padi yang telah mereka simpan sebelumnya. Tidak hanya itu, para transmigran di Desa Suak temenggung juga ada yang menjadi buruh nelayan dan buruh bangunan di kota Bagan Siapi-api yang masih dalam wilayah Kabupaten Rokan Hilir.


(5)

5

Bibit Kelapa Sawit yang sudah mulai ditanam kemudian diselingi dengan tanaman tumpang sari seperti tanaman kunyit, tanaman nenas dan juga tanaman kedelai. Hal ini dilakukan oleh masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung sembari menunggu Kelapa Sawit dapat menghasilkan. Selain menanam tanaman tumpang sari, para transmigran juga memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil panen padi yang sebelumnya telah disimpan. Jangka waktu tiga tahun Kelapa Sawit telah mampu menghasilkan buah awal tetapi belum dapat dipanen. Jangka waktu lima tahun kelapa sawit sudah dapat dipanen, hasil panen awal kelapa sawit dijual kepada tauke-tauke kelapa sawit terdekat. Hasil panen kelapa Sawit telah mampu memenuhi kebutuhan hidup para transmigran di desa Suak Temengung dan mengubah kehidupan Sosial, ekonomi masyarakat transmigran di desa Suak Temenggung. Dari segi sosial terlihat bahwa perubahan style para transmigran, adanya perwiritan, maupun aktifnya kembali kesenian kuda kepang sebagai budaya yang dibawa oleh para transmigran dari pulau Jawa.

Sedangkan dari segi ekonomi, sebagian para transmigran telah mampu membangun rumah mereka, selain itu sebagian dari mereka juga telah mampu membuka ruko untuk membuka warnet dan warung. Dari hasil Kelapa Sawit pula para transmigran juga sudah mampu membeli kebun kelapa sawit yang sudah jadi, selain itu mereka juga membeli binatang ternak seperti sapi untuk dipelihara di lingkungan belakang rumah mereka.6

6Wawancara Sia,. Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir, 5 Februari 2015.


(6)

6

menjadi Kelapa Sawit Rakyat yang dilakukan oleh para Transmigran, juga telah mampu membuka sarana dan prasarana di desa Suak Temenggung seperti pelebaran jalan (semenisasi), masjid, mushola, lapangan badminton, lapangan sepak bola dan lapangan volly yang dapat bermanfaat bagi masyarakat di desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir.

Sejauh ini penelitian mengenai kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung belum ada yang meneliti. Mengenai kehidupan masyarakat transmigran yang terjadi di lahan gambut adalah hal yang menarik untuk ditulis, padahal lahan gambut jika diolah dengan baik akan memberikan hasil yang memuaskan.

Dari beberapa uraian diatas, peneliti memberi judul “Kehidupan Masyarakat Transmigran di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000”. Peneliti melihat kurun waktu yaitu diawali dengan tahun 1981 sebab, pada tahun 1981 awal kedatangan para transmigari dari pulau Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat ke Desa Suak Temenggung dengan modal awal membuka lahan gambut untuk lahan pertanian padi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selanjutnya pertanian padi diganti menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dengan melihat beberapa faktor seperti kondisi lahan, lamanya masa panen dan gangguan hama terhadap tanaman padi. Kemudian peneliti mengakhiri pada kurun waktu yaitu tahun 2000 dimana, pada tahun 2000 sudah adanya perkembangan yang nyata dari kehidupan sosial, ekonomi masyarakat transmigrasi di desa Suak Temenggung setelah adanya peralihan dari tanaman pangan


(7)

7

yaitu pertanian padi menjadi tanaman tahunan yaitu Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat.

A. Rumusan Masalah

Dalam melakukan suatu penelitian selayaknya dilakukan sebuah pemaparan yang lebih mendetail dan sistematis supaya hal-hal yang akan dibahas dapat dilihat dengan jelas. Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kehidupan masyarakat di Desa Suak Temenggung sebelum masuknya transmigrasi tahun 1981 ?

2. Bagaimana kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000 ?

3. Apa dampak program transmigrasi terhadap masyarakat di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya, bukan hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum.

Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakanya penelitian ini untuk menjelaskan tentang:

1. Kehidupan masyarakat di Desa Suak Temenggung sebelum masuknya transmigrasi tahun 1981.


(8)

8

2. Kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000.

3. Dampak program transmigrasi terhadap masyarakat di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dalam bidang sejarah khususnya dalam bidang sejarah pedesaan dan tentunya akan berguna bagi peneliti dikemudian hari.

2. Untuk memberikan informasi yang obyektif kepada masyarakat tentang kehidupan masyarakat transmigran di desa Suak Temenggung.

3. Dapat dijadikan sumber referensi dan dokumentasi yang diperlukan dalam menambah bahan bacaan mengenai kehidupan masyarakat transmigran bagi peneliti selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung di kawasan lahan gambut belum ada diteliti. Untuk mempermudah mendapatkan informasi tentang kehidupan masyarakat transmigran, penulis menggunakan buku karangan Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijakan Transmigrasi: dalam rangka pembangunan masjarakat desa di Indonesia (1965).


(9)

9

Membahas tentang kebijakan pemerintah indonesia dalam rangka membangun masyarakat desa. Selain itu juga berkaitan dengan program-program transmigrasi untuk membantu para transmigran dalam mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan.7

Muhammad Noor dalam buku Lahan Gambut: Pengembangan, Konservasi,

dan Perubahan Iklim (2010). Buku ini dapat membantu peneliti dalam menjelaskan

tentang pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian dan perkebunan serta, mengenai pembukaan lahan, cara pengolahan lahan gambut, tanaman pangan serta pengembangan lahan.8

Untuk lebih memudahkan penelitian ini penulis menggunakan buku yang ditulis oleh Syamsulbahri dalam bukunya Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan

Tahunan (1996) dalam buku ini dijelaskan bagaimana perkembangan industri

perkebunan kelapa sawit. Selain itu dalam buku ini menjelaskan bahwa bercocok tanam tanaman tahunan (kalapa sawit) hasilnya lebih menjanjikan. Dijelaskan pula cara bercocok tanam tanaman tahunan (kalapa sawit), dari pembibitan, penanaman, hingga buah tandan segar yang dapat menghasilkan.9

7 Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijakan Transmigrasi: Dalam Rangka Pembangunan

Masjarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Bhratara Djakarta, 1965. 8

Muhammad Noor, Lahan Gambut: pengembangan, Konservasi dan Perubahan Iklim, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

9

Samsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.


(10)

10

Sementara itu, Warsito, Rukmadi dkk, Transmigrasi: Dari Daerah Asal

Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman ( 1984). Membahas proses

kedatangan transmigrasi serta terbentuknya budaya baru dan juga benturan-benturan budaya yang terjadi di wilayah transmigrasi.10

Karangan Joedoro Soedarsono berjudul Lahan Rawa: Sifat dan Pengolahan

Tanah Bermasalah Sulfat Masam (2004) Sekilas menceritakan bagaimana

pembudidayaan dan pengolahan tanah untuk pertanian tahunan (kelapa sawit) dilahan sulfat masam (lahan rawa).11

Karangan Rofiq Ahmad dalam bukunya Perkebunan dari NES ke PIR (1998)

menjelaskan pembangunan perkebunan dengan pola PIR. Sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi masyarakat miskin. Dalam buku ini menjelaskan juga bahwa program transmigrasi adalah program yang tepat dalam memecahkan masalah kemiskinan petani, meningkatkan pendapatan petani untuk merangsang kenaikan produksi.

12

Penulis juga menggunakan buku karangan Mul Mulyani Sutejo dan A. G Kartasapoetra Budidaya Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut (1988) Buku ini menjelaskan bagaimana sistem pertanian padi di lahan rawa, serta menjelaskan pula

10

Warsito, Rukmdi dkk., Transmigrasi: Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1984.

11 Joedoro Soedarsono, Lahan Rawa: Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

12


(11)

11

bagaimana strategi-strategi untuk menanggulangi hama pada tanaman padi di lahan rawa.13

Metode yang digunakan adalah studi pustaka yaitu pengumpulan sumber-sumber tertulis seperti, buku, skripsi, tesis dan jurnal yang dapat memberikan keterangan tentang kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung kawasan lahan gambut. Untuk mengumpulkan arsip-arsip tentang kehidupan masyarakat transmigrasi di Desa Suak Temenggung kawasan lahan gambut, penulis telah mengunjungi Kantor Transmigrasi Kabupaten Rokan Hilir, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir, Kantor Bupati (Tapem), Badan Pusat Statistik, Kantor Kepenghuluan Desa Suak Temenggung, Kantor Kecamatan Pakaitan dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Pada umumnya yang disebut dengan metode sejarah adalah cara atau teknik sistematis yang digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu :

Tahap pertama adalah heuristik yaitu mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan masyarakat transmigrasi di lahan gambut.

13

Mul Muljani Sutedjo dan Kartasepoetra, Budidaya Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut, Jakarta: PT. Bina Aksara,1988.


(12)

12

Metode selanjutnya digunakan adalah metode wawancara. Wawancara dilakukan kepada Mesdi, Siam, Tengku Azmi Hamzah, Samiyo, Siti Romlah di Desa Suak Temenggung yang terlibat langsung dalam transmigrasi. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan instansi-instansi yang terkait khususnya pemerintah seperti, Karyono (Kepala kepenghuluan desa Suak Temenggung), Gimo (UPTD Pertanian), Udin (pegawai statistik Rohil). Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat di Desa Teluk Bano II sebelah Barat dari Desa Suak Temenggung untuk mengetahui kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung. Wawancara dilakukan oleh penulis kepada Darmawi dan Suminah.

Tahap selanjutnya adalah kritik sumber, dapat dilakukan baik secara ekstern maupun interen. Kritik ekstern dilakukan dengan cara memilah dan menganalisis apakah dokumen yang telah terkumpul asli atau tidak hal ini dapat dilakukan dengan cara mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta mencermati apakah isi dari dokumen tersebut telah mengalami perubahan baik secara menyeluruh ataupun sebagian. Sedangkan kritik intern dilakukan dengan cara menilai isi dari sumber yang telah dikumpulkan. Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana kredibilitas atau kebenaran isi dari suatu sumber.14

Tahap selanjutnya interpretasi, yaitu melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan agar mendapatkan

14 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 99-100.


(13)

13

makna dan saling hubung antara fakta yang satu dengan yang lain. Interpretasi ini dapat diharapkan menjadi data sementara sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan. Tahap terakhir dari metode ini adalah historiografi atau penulisan. Tahap penulisan ini dilakukan agar fakta-fakta yang ditafsirkan baik tematis maupun kronologis dapat dituliskan. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah sejarah.


(1)

8

2. Kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000.

3. Dampak program transmigrasi terhadap masyarakat di Desa Suak Temenggung tahun 1981-2000.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dalam bidang sejarah khususnya dalam bidang sejarah pedesaan dan tentunya akan berguna bagi peneliti dikemudian hari.

2. Untuk memberikan informasi yang obyektif kepada masyarakat tentang kehidupan masyarakat transmigran di desa Suak Temenggung.

3. Dapat dijadikan sumber referensi dan dokumentasi yang diperlukan dalam menambah bahan bacaan mengenai kehidupan masyarakat transmigran bagi peneliti selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung di kawasan lahan gambut belum ada diteliti. Untuk mempermudah mendapatkan informasi tentang kehidupan masyarakat transmigran, penulis menggunakan buku karangan Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijakan Transmigrasi: dalam rangka pembangunan masjarakat desa di Indonesia (1965).


(2)

9

Membahas tentang kebijakan pemerintah indonesia dalam rangka membangun masyarakat desa. Selain itu juga berkaitan dengan program-program transmigrasi untuk membantu para transmigran dalam mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan.7

Muhammad Noor dalam buku Lahan Gambut: Pengembangan, Konservasi, dan Perubahan Iklim (2010). Buku ini dapat membantu peneliti dalam menjelaskan tentang pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian dan perkebunan serta, mengenai pembukaan lahan, cara pengolahan lahan gambut, tanaman pangan serta pengembangan lahan.8

Untuk lebih memudahkan penelitian ini penulis menggunakan buku yang ditulis oleh Syamsulbahri dalam bukunya Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan (1996) dalam buku ini dijelaskan bagaimana perkembangan industri perkebunan kelapa sawit. Selain itu dalam buku ini menjelaskan bahwa bercocok tanam tanaman tahunan (kalapa sawit) hasilnya lebih menjanjikan. Dijelaskan pula cara bercocok tanam tanaman tahunan (kalapa sawit), dari pembibitan, penanaman, hingga buah tandan segar yang dapat menghasilkan.9

7 Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijakan Transmigrasi: Dalam Rangka Pembangunan

Masjarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Bhratara Djakarta, 1965.

8

Muhammad Noor, Lahan Gambut: pengembangan, Konservasi dan Perubahan Iklim, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

9

Samsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.


(3)

10

Sementara itu, Warsito, Rukmadi dkk, Transmigrasi: Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman ( 1984). Membahas proses kedatangan transmigrasi serta terbentuknya budaya baru dan juga benturan-benturan budaya yang terjadi di wilayah transmigrasi.10

Karangan Joedoro Soedarsono berjudul Lahan Rawa: Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam (2004) Sekilas menceritakan bagaimana pembudidayaan dan pengolahan tanah untuk pertanian tahunan (kelapa sawit) dilahan sulfat masam (lahan rawa).11

Karangan Rofiq Ahmad dalam bukunya Perkebunan dari NES ke PIR (1998)

menjelaskan pembangunan perkebunan dengan pola PIR. Sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi masyarakat miskin. Dalam buku ini menjelaskan juga bahwa program transmigrasi adalah program yang tepat dalam memecahkan masalah kemiskinan petani, meningkatkan pendapatan petani untuk merangsang kenaikan produksi.

12

Penulis juga menggunakan buku karangan Mul Mulyani Sutejo dan A. G Kartasapoetra Budidaya Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut (1988) Buku ini menjelaskan bagaimana sistem pertanian padi di lahan rawa, serta menjelaskan pula

10

Warsito, Rukmdi dkk., Transmigrasi: Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1984.

11 Joedoro Soedarsono, Lahan Rawa: Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

12


(4)

11

bagaimana strategi-strategi untuk menanggulangi hama pada tanaman padi di lahan rawa.13

Metode yang digunakan adalah studi pustaka yaitu pengumpulan sumber-sumber tertulis seperti, buku, skripsi, tesis dan jurnal yang dapat memberikan keterangan tentang kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung kawasan lahan gambut. Untuk mengumpulkan arsip-arsip tentang kehidupan masyarakat transmigrasi di Desa Suak Temenggung kawasan lahan gambut, penulis telah mengunjungi Kantor Transmigrasi Kabupaten Rokan Hilir, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir, Kantor Bupati (Tapem), Badan Pusat Statistik, Kantor Kepenghuluan Desa Suak Temenggung, Kantor Kecamatan Pakaitan dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Pada umumnya yang disebut dengan metode sejarah adalah cara atau teknik sistematis yang digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu :

Tahap pertama adalah heuristik yaitu mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan masyarakat transmigrasi di lahan gambut.

13

Mul Muljani Sutedjo dan Kartasepoetra, Budidaya Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut, Jakarta: PT. Bina Aksara,1988.


(5)

12

Metode selanjutnya digunakan adalah metode wawancara. Wawancara dilakukan kepada Mesdi, Siam, Tengku Azmi Hamzah, Samiyo, Siti Romlah di Desa Suak Temenggung yang terlibat langsung dalam transmigrasi. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan instansi-instansi yang terkait khususnya pemerintah seperti, Karyono (Kepala kepenghuluan desa Suak Temenggung), Gimo (UPTD Pertanian), Udin (pegawai statistik Rohil). Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat di Desa Teluk Bano II sebelah Barat dari Desa Suak Temenggung untuk mengetahui kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suak Temenggung. Wawancara dilakukan oleh penulis kepada Darmawi dan Suminah.

Tahap selanjutnya adalah kritik sumber, dapat dilakukan baik secara ekstern maupun interen. Kritik ekstern dilakukan dengan cara memilah dan menganalisis apakah dokumen yang telah terkumpul asli atau tidak hal ini dapat dilakukan dengan cara mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta mencermati apakah isi dari dokumen tersebut telah mengalami perubahan baik secara menyeluruh ataupun sebagian. Sedangkan kritik intern dilakukan dengan cara menilai isi dari sumber yang telah dikumpulkan. Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana kredibilitas atau kebenaran isi dari suatu sumber.14

Tahap selanjutnya interpretasi, yaitu melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan agar mendapatkan

14 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm.


(6)

13

makna dan saling hubung antara fakta yang satu dengan yang lain. Interpretasi ini dapat diharapkan menjadi data sementara sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan. Tahap terakhir dari metode ini adalah historiografi atau penulisan. Tahap penulisan ini dilakukan agar fakta-fakta yang ditafsirkan baik tematis maupun kronologis dapat dituliskan. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah sejarah.