Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hati (liver)

merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi

masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Kerusakan atau masalah pada hati dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya obat-obatan yang sering dikonsumsi serta melebihi kadar yang
dianjurkan, toksin dari makanan, alkohol, dan Virus Hepatitis. Apabila kerusakan
hati dibiarkan selama bertahun-tahun maka akan terjadi penyakit hati kronis salah
satunya adalah Sirosis hati (Corwin, 2009).
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2008, penyakit Sirosis hati merupakan
penyebab kematian kedelapan belas di dunia, dengan jumlah kematian 664.755
kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia 45-59 tahun yaitu
sebanyak 261.132 kasus.
Di negara-negara barat atau negara maju, penyebab utama Sirosis hati
adalah konsumsi alkohol. Sirosis hati yang disebabkan oleh alkohol biasanya

disebut dengan Sirosis Alkoholik (Nurdjanah, 2009). Menurut National Center for
Health

Statistics

(2014),

di Amerika

Serikat

proporsi penduduk

yang

mengkonsumsi alkohol pada usia diatas 12 tahun pada tahun 2012 adalah 52,1%.
Menurut National Vital Statistics Reports (2013), di Amerika Serikat pada tahun
2010, penyakit hati kronik dan Sirosis hati menempati peringkat kedua belas
penyebab kematian dengan jumlah kasus 31.903, dengan jumlah kasus pada laki-


1

2

laki adalah 20.798 dan pada perempuan adalah 11.105, dapat disimpulkan bahwa
penderita Sirosis hati lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Di Eropa,
Sirosis hati mengakibatkan 170.000 kematian setiap tahunnya.
Di Asia, Hepatitis B dan C merupakan penyebab utama penyakit Sirosis
hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sekitar 2 Milyar orang di dunia, sekitar
240 juta orang menjadi pengidap Hepatitis B kronik dan 75% diantaranya berada
di wilayah Asia. Pasien Hepatitis B kronik yang berada di Asia mendapat infeksi
pada masa perinatal. Kebanyakan pasien ini

tidak mengalami keluhan ataupun

gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik yaitu Sirosis hati, dan Sirosis
hati merupakan penyebab utama terjadinya Kanker hati (Soemohardjo, 2009).
Menurut Cahyono (2010), di Asia Tenggara, lebih dari 70% penduduknya
terinfeksi Virus Hepatitis B dan sekitar 20% akan berkembang menjadi Sirosis
hati. Menurut Karina (2007), Sirosis hati merupakan salah satu penyebab utama

kematian di dunia, kematian pasien Sirosis hati disebabkan karena komplikasi.
Komplikasi Sirosis hati yaitu Peritonitis bakterial spontan, Sindrom hepatorenal,
Ensefalopati hepatik, Varises esofagus, Malnutrisi, Kanker hati dan Asites.
Jika seseorang terinfeksi Hepatitis B ketika dewasa, sekitar 5-10% akan
berlanjut menjadi Hepatitis B kronis dan jika tidak ditangani dengan baik akan
berlanjut menjadi Sirosis hati. Sebaliknya, jika seseorang terinfeksi pada saat bayi
ataupun anak-anak, 80-95% akan menjadi karier atau menjadi Hepatitis kronis
selama hidup mereka. Sebagian besar penderita Hepatitis B Virus (HBV) kronis
tidak memperlihatkan gejala selama bertahun-tahun, sehingga pada saat dewasa,
mereka sangat beresiko menderita Sirosis hati maupun Kanker hati. (Brooks,
Carroll, Morse, Mietzner, 2012).

3

Di Indonesia, Virus Hepatitis B menyebabkan Sirosis hati sebesar 4050%, Virus Hepatitis C sebesar 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui
dan termasuk kelompok virus bukan B dan C. Alkohol sebagai penyebab Sirosis
hati mungkin frekuensinya kecil sekali (Nurdjanah, 2009). Data Riskesdas 2007
melaporkan prevalensi peminum alkohol di Indonesia dalam satu tahun adalah
4,6%. Tiga provinsi yang mempunyai prevalensi minum alkohol tertinggi, seperti
di Provinsi Nusa Tenggara Timur (17,7%), Sulawesi Utara (17,4%) dan Gorontalo

(12,3%).
Hasil Riskesdas tahun 2007, penyakit hati menempati urutan kedelapan
penyebab kematian dengan proporsi kematian 5,1%. Hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi Hepatitis di Indonesia adalah 1,2%. Lima provinsi dengan prevalensi
hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi
Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Jenis hepatitis yang
banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %). Persentase
Hepatitis B tertinggi pada kelompok umur 45-49 tahun (11,92%), umur >60 tahun
(10,57%) dan umur 10-14 tahun (10,02%). HBsAg positif pada kelompok lakilaki dan perempuan hampir sama (9,7% dan 9,3%). Hal ini menunjukkan bahwa 1
dari 10 penduduk Indonesia telah terinfeksi virus Hepatitis B.
Di Indonesia, data prevalensi Sirosis hati belum ada, hanya laporanlaporan dari beberapa rumah sakit pusat pendidikan saja (Nurdjanah, 2009).
Menurut laporan Rumah Sakit Umum (RSU) pemerintah di Indonesia, rata-rata
proporsi Sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit
dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.

4

Perbandingan proporsi penderita Sirosis hati pada pria : wanita adalah 2:1 (Hadi,
2000).
Berdasarkan laporan rumah sakit sentra pendidikan bagian penyakit

dalam, penyakit hati menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan paru.
Adapun pola penyakit hati yang dirawat

mempunyai urutan sebagai berikut :

Hepatitis virus akut, Sirosis hati, Kanker hati dan Abses hati. Dari data tersebut
ternyata Sirosis hati menempati urutan kedua. Di rumah sakit Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2004 jumlah pasien Sirosis hati yang dirawat di

bagian

penyakit dalam sekitar 4,1%. (Nurdjanah, 2009).
Hasil penelitian Sibuea (2014) di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2012 menemukan 102 orang penderita Sirosis hati dengan jumlah kematian
9 orang dengan CFR 8,8%. Hasil penelitian Siregar (2008) di RSU Dr. Pringadi
Medan tahun 2002-2006 menemukan 669 orang penderita Sirosis hati, dengan
rincian 116 orang pada tahun 2002 (CFR 17,3%), 159 orang pada tahun 2003
(23,8%), 121 orang pada tahun 2004 (18,1%), 135 orang pada tahun 2005
(20,2%), dan 138 orang pada tahun 2006 (20,6%).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di rumah sakit

Santa Elisabet Medan dari tahun 2012-2014 ditemukan 158 penderita Sirosis hati,
dengan rincian 44 penderita pada tahun 2012, 51 penderita pada tahun 2013 dan
63 penderita pada tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita Sirosis hati rawat inap di Rumah
Sakit Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014.

5

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita Sirosis hati rawat inap di Rumah

Sakit Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.

Mengetahui


distribusi

proporsi

penderita

Sirosis

hati

berdasarkan

sosiodemografi antara lain umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan
dan daerah asal.
b.

Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati.

c.


Mengetahui distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan keluhan
utama sewaktu datang.

d.

Mengetahui distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan riwayat
penyakit terdahulu.

e.

Mengetahui distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan status
komplikasi dan jenis komplikasi.

f.

Mengetahui distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan sumber
biaya.

g.


Mengetahui distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.

h.

Mengetahui distribusi proporsi umur penderita Sirosis hati berdasarkan
jenis komplikasi

i.

Mengetahui distribusi proporsi riwayat penyakit terdahulu berdasarkan
jenis kelamin

j.

Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis komplikasi

6


k.

Mengetahui distribusi proporsi riwayat penyakit terdahulu berdasarkan
jenis komplikasi

l.

Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati berdasarkan jenis
komplikasi

m.

Mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.

1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pihak Rumah Sakit
(RS)

Santa


Elisabet

Medan dalam usaha meningkatkan pelayanan

kesehatan bagi penderita Sirosis hati.
b. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang Sirosis
hati dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM).
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data ini
untuk melakukan penelitian mengenai Sirosis hati.