Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006- 2010
KARAKTERISTIK PENDERITA SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2006 - 2010
SKRIPSI
Oleh:
NIM 071000140 ARDA SARIANI MALAU
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
(3)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Arda Sariani Malau
Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran, 28 Maret 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 1 dari 5 bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Merpati No. 69, Gambir Baru,
Kisaran
Riwayat Pendidikan
Tahun 1995-2001 : SD Negeri 010096 Kisaran
Tahun 2001-2004 : SLTP Negeri 1 Kisaran
Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Eka Prasetya Medan
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006- 2010”.
Dalam penulisan skripsi initidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secaramoril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucpan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
1. Bapak Drs. Surya Utama , MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Sehingga skripsi ini dapat dRasmaliah, M.Kes, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk , saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Drs. Jemadi M.Kes, selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk , saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes, selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
(5)
7. Direktur Rumah Sakit Martha Friska Medan, Ibu Kepala bagian Rekam Medik R.S. Martha Friska beserta seluruh staf yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.
8. Orang tua tercinta, ayahanda Sudirman Malau dan Rumondang Lumban Gaol yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis dan juga “Malau Brothers” ; Juhari, Septon, Pirhot, faifson.
9. Teman-teman KTB “Green Apostle” ( K’ Roma, Ester Sinaga, May Laura), KK “Kerygma Girls” (Frenita, Siska, Sulastri), Ayeth, Berle,Grace,Lia,Tina dll. 10. Koordinasi dan TPP UKM POMK FKM 2011 yang selalu memberikan
dukungan doa dan semangat.
11. Teman –teman peminatan epidemiologi 2007 yang memberikan motivasi serta berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Desember 2011 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 7
2.1. Definisi sirosis Hati ... 7
2.2. Anatomi dan Fungsi Hati ... 8
2.2.1. Anatomi Hati ... 8
2.2.2. Fungsi Hati ... 10
2.3. Gejala dan Tanda Klinis Sirosis Hati ... 11
(7)
2.3.2. Tanda Klinis Sirosis Hati ... 11
2.4. Klasifikasi sirosis Hati ... 13
2.5. Komplikasi ... 14
2.6. Epidemiologi ... 15
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi ... 15
2.6.2. Faktor Risiko ... 16
2.7. Pencegahan ... 19
2.7.1. Primer ... 19
2.7.2. Sekunder ... 20
2.7.3. Tertier ... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 23
3.1. Kerangka Konsep ... 23
3.2. Definisi Operasional ... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28
4.1. Jenis Penelitian ... 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 28
4.2.2. Waktu Penelitian ... 28
4.3. Populasi dan Sampel ... 28
4.3.1. Populasi ... 28
4.3.2. Sampel ... 28
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
4.5. Teknik Analisis Data ... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 30
(8)
5.2. Kesakitan dan Kematian Penderita Sirosis Hati ... 31
5.3. Sosiodemografi Penderita Sirosis Hati ... 32
5.4. Klasifikasi Sirosis Hati ... 34
5.5. Gejala Klinis Penderita Sirosis Hati ... 35
5.6. Riwayat Penyakit Terdahulu ... 35
5.7. Status Komplikasi Penderita Sirosis Hati ... 36
5.8. Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati ... 37
5.9. Lama Rawatan Rata- Rata Penderita Sirosis Hati ... 37
5.10. Keadaan Sewaktu Pulang ... 38
5.11. Analisis Statistik ... 39
5.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 39
5.11.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati ... 39
5.11.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi ... 40
5.11.4. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 41
5.11.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 42
BAB 6 PEMBAHASAN ... 43
6.1. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Rincian Tahun .. 43
6.2. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Sirosis Hati ... 44
6.3. Sosiodemografi Penderita Sirosis Hati ... 45
6.3.1.Umur Penderita Sirosis Hati dengan Jenis Kelamin ... 45
6.3.2.Suku Penderita Sirosis Hati ... 46
6.3.3. Agama Penderita Sirosis Hati ... 47
(9)
6.3.5. Pekerjaan Penderita Sirosis Hati ... 49
6.3.6. Tempat Tinggal/Asal Daerah Penderita Sirosis Hati ... 50
6.4. Klasifikasi Sirosis Hati ... 51
6.5. Gejala Klinis ... 52
6.6. Riwayat Penyakit Terdahulu ... 54
6.7. Status Komplikasi ... 55
6.8. Jenis Komplikasi ... 56
6.9. Lama Rawatan Rata-Rata ... 58
6.10. Keadaan Sewaktu Pulang ... 58
6.11. Analisis Statistik ... 60
6.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 60
6.11.2. Lama Rawatan Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati.... 61
6.11.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi ... 62
6.11.4. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 63
6.11.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 65
BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
7.1. Kesimpulan ... 66
7.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Angka Kesakitan Berdasarkan Tahun Dan Angka Kematian Dalam Lima Tahun Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 31 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 32
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 33 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Klasifikasi Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 34 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Gejala Klinis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 35 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Riwayat Penyakit Terdahulu yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Status Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 36 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 37 Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun
2006-2010 ... 38 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di
(11)
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 39 Tabel 5.12. Lama rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati
Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 40 Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati
Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 41 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Penderita Sirosis
Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun
2006-2010 ... 42 Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi hati ... 9
Gambar 2.2. Hati dengan sirosis ... 9
Gambar 6.1. Diagram Garis Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Rincian Tahun 2006-2010 ... 43
Gambar 6.2. Diagram Bar Angka Kesakitan Penderita Sirosis Hati yang dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan
Tahun 2006-2010 ... 45
Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 46 Gambar 6.4. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku
yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan
Tahun 2006-2010 ... 47 Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama
yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan
Tahun 2006-2010 ... 48 Gambar 6.6. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Pendidikan yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 49 Gambar 6.7. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Pekerjaan Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 50 Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tempat
Tinggal/Asal Daerah yang Dirawat di Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 51 Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Klasifikasi Sirosis Hati Yang Dirawat di Rumah Sakit
(13)
Gambar 6.10. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Gejala Klinis Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 53 Gambar 6.11. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat
Penyakit Terdahulu yang Dirawat di Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 55 Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status
Komplikasi Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 56 Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis
Komplikasi Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska
Medan Tahun 2006-2010 ... 57 Gambar 6.14. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 58 Gambar 6.15. Diagram Bar Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Status Komplikasi yang Dirawat di Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 59 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis
Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 60 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis
Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 62 Gambar 6.18. Diagram Bar Status Komplikasi Penderita Sirosis Hati
Berdasarkan Keadaan Sewaktu yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 ... 63 Gambar 6.19. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis
Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu yang Dirawat Inap di
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan laporan, penderita penyakit dalam yang dirawat di beberapa rumah sakit sentra pendidikan, umumnya penyakit hati menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan paru. Bila ditinjau pola penyakit hati yang dirawat tampak umumnya mempunyai urutan sebagai berikut : hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua.1
Berdasarkan data WHO (2004) sirosis hati merupakan penyebab kematian ke
delapan belas di dunia, dengan prevalens 1,3% .
2
Cause Spesifik Death Rate (CSDR) sirosis hati di Inggris tahun 2002 sebesar 26,9 per 100.000 penduduk.3 Di Amerika Serikat pada tahun 2001 CSDR sirosis hati sebesar 22,0 per 100.000 penduduk.,4 dan dari data WHO (2007), penyakit hati kronik dan sirosis hati merupakan penyebab kematian peringkat keduabelas pada tahun 2007 di Amerika Serikat dengan jumlah 29.165 (1,2%).5Pada tahun 2007 prevalensi sirosis hati di Australia sebesar 2 % dan di Jepang sebesar 2,7 %.
Prevalensi sirosis hati di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,7% . 6
7
Menurut hasil observasi selama enam tahun yaitu tahun 1990 sampai 1995 yang dilakukan oleh Aryono, ditemukan bahwa 5,3% dari seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam Rumah Sakit Pugeran Yogyakarta menderita sirosis hati.8 Lesmana
(15)
dkk melaporkan terdapat 256 pasien sirosis hati di RS Medistra Jakarta selama bulan Agustus 2004 - Juli 2007.
Sirosis hati dengan komplikasinya merupakan masalah kesehatan yang masih sulit diatasi di Indonesia. Hal ini ditandai dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Secara umum diperkirakan angka insiden sirosis hepatis di rumah sakit seluruh Indonesia berkisar antara 0,6-14,5%.
9
10
Berdasarkan hasil penelitian Karina (2007) dengan desain case control bahwa , jumlah penderita sirosis hati tahun 2002-2006 di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 637 orang dengan proporsi angka kematian sebesar 9,7%.11
Mengenai penyebabnya, untuk Indonesia sebagian besar masih ada hubungannya dengan infeksi hepatitis .
12
Telah ditemukan tujuh kategori virus
hepatitis yaitu:virus hepatitis A, B, C, D, E,F dan G. Hepatitis B, C, D merupakan penyebab utama hepatitis akut dan sering berkembang menjadi sirosis hati.
Wiersma (2007) melaporkan bahwa 30 % sirosis hati disebabkan oleh hepatitis B dan 27 % disebabkan oleh hepatitis C.
13
14
Data WHO (2002) melaporkan, sekitar 400 juta orang di dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dan setelah sekitar 30 tahun 30% pasien dengan hepatitis B kronik aktif akan berkembang menjadi sirosis hati, dan jika tanpa perawatan sekitar 15 % pasien sirosis hati akan meninggal dalam lima tahun.15 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan prevalensi hepatitis di Indonesia sebesar 0,2 % 16 .Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2008, jumlah kasus hepatitis B di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1.727 sedangkan hepatitis C mencapai 7.234.17
(16)
Hasil penelitian Suyono dkk, di RSDM Surakarta sejak tahun 2001-2003, proporsi dari penderita sirosis hati disebabkan oleh hepatitis B sebesar 11%,18, sedangkan penelitian Rencianisari di Rumah Sakit Dr Saiful Anwar Malang tahun 2008, didapati 20 penderita sirosis hati pada bulan Maret dan April, 65% disebabkan oleh Hepatitis.19
Dalam kurun waktu empat tahun di Medan, dari 19.914 pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam, didapatkan proporsi pasien penyakit hati sebesar 5,6% dan pada pengamatan secara klinis dijumpai proporsi sirosis hati 72,8%.
Nursiah melaporkan sebanyak 217 orang yang menderita sirosis hati di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2003-2005,
20
21
serta hasil penelitian Aisyah di RS Pirngadi Medan selama tahun 2002-2006 ada sebanyak 669 penderida sirosis hati. 22
Mohsni (2009) mengatakan tingginya masalah penyakit sirosis hati dan kanker hati di dunia yang merupakan penyebab sekitar kematian sekitar 2%, diperkirakan akan meningkat dalam dua dekade kedepan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Martha Friska Medan, dari tahun 2006 - 2010 ditemukan 120 orang penderita sirosis hati, dengan rincian 10 orang (2006), 19 orang (2007), 17 orang (2008), 22 orang (2009) dan 52 orang (2010).
23
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska tahun 2006 – 2010.
(17)
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006 – 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006 – 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend penderita sirosis hati berdasarkan data lima tahun. b. Untuk mengetahui angka kesakitan berdasarkan tahun dan kematian
penderita sirosis hati dalam lima tahun.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal/ asal daerah).
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu.
(18)
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi.
i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati.
j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
k. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi.
l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati
m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi.
n. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
o. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
(19)
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi pihak RS Martha Friska Medan tentang karakteristik penderita sirosis hati dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita sirosis hati.
1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang sirosis hati dan menerapakan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
1.4.3. Sebagai bahan masukan atau refrensi bagi peneliti selanjutnya.
1.4.4. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari FKM USU.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sirosis Hati
Istilah Sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena terjadi perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
8
24
Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan
Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.
8.
(21)
2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum teres
dan di posterior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. . Lobus kanan hati enam kali lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates.
25
27
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritorium pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya
27
(22)
Gambar 2.1.Anatomi hati
Sumber : Leanerhelp Image Liver 28
Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.2 : Hati dengan sirosis
(23)
2.2.2. Fungsi Hati
Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar , juga mempunyai fungsi yang terbanyak. Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai organ keseluruhannya dan dapat dilihat dari sel-sel dalam hati.
9
a. Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
a.1. Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua cairan dan garam akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainnya. a.2. Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya
pada dekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar. a.3. Sebagai alat saringan (filter)
Semua makannan dan berbagai macam substansia yang telah diserap oleh intestine akan dialirkan ke organ melalui sistema portal.
b. Fungsi dari sel-serl hati dapat dibagi b.1. Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
b.1.1. Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat, arang, protein, lemak, empedu, Proses metabolisme akan diuraikan sendiri b.1.2.Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme.
Hati menyimpan makanan tersebut tidak hanya untuk kepentingannnya sendiri tetapi untuk organ lainya juga.
b.1.3. Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya akan mengeluarkan glukosa, protein, factor koagulasi, enzim, empedu.
(24)
b.1.4. Proses detoksifikasi, dimana berbagai macam toksik baik eksogen maupun endogen yang masuk ke badan akan mengalami detoksifikasi dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa atau konjugasi.
b.2. Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem retikulo endothelial.
b.2.1. Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin b.2.2. Membentuk a-globulin dan immune bodies
b.2.3. Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau makromolekuler.
2.3. Gejala dan Tanda Klinis Sirosis Hati 2.3.1. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas)22. Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2.3.2. Tanda Klinis
9
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
(25)
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin.10 Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit.
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis 13
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar 13
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal. 9
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.13
(26)
Secara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
a. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang
jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul, yaitu:
30
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler) b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hati atas: a. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau
sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose.
9
b. Nutrisional cirrhosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, sirosis alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
c. Sirosis Post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita hepatitis.
(27)
a. Sirosis portal adalah sinonim dengan fatty, nutrional atau sirosis alkoholik. b. Sirosis postnekrotik
c. Sirosis biliaris.9
2.5. Komplikasi
Komplikasi sirosis hati yang dapat terjadi antara lain: 2.5.2. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada sorosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.
9
2.5.2. Koma Hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh
(28)
sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
2.6. Epidemiologi
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi a. Menurut Orang
Case Fatality Rate (CSDR) Sirosis hati laki-laki di Amerika Seikat tahun 2001 sebesar13,2 per 100.000 dan wanita sebesar 6,2 per 100.000 penduduk.15 Di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita. Dari yang berasal dari beberapa rumah sakit di kita-kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1.31 Hasil penelitian Suyono dkk tahun 2006 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan pasien sirosis hati laki-laki (71%) lebih banyak dari wanita (29%) dengan kelompok umur 51-60 tahun merupakan kelompok umur yang terbanyak.18 Ndraha melaporkan selama Januari –Maret 2009 di Rumah Sakit
Koja Jakarta dari 38 penderita sirosis hati, 63,7% laki-laki dan 36,7 % wanita, terbanyak (55,3%) adalah kelompok umur 40-60 tahun.
b. Tempat
31
Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara.9 Pada periode 1999-2004 insidensi sirosis hati di Norwegia sebesar 13,4 per 100.000 penduduk.32 Dalam kurun waktu lima tahun (2000-2005) dari data yang
(29)
dikumpulkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan, Klinik Spesialis Bunda dan Rumah Sakit PTPN II Medan, ditemukan 232 penderita sirosis hati.
c. Waktu
33
Pada tahun 2001di Islandia insidensi sirosis hati 4 % dan tahun 2002 sebesar 2,4%.34 Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia yaitu 1,7%.30 Di Modolvo terjadi peningkatan, dimana pada tahun 2002 CSDR sirosis hati 89,2% per 100.000 penduduk (CSDR 2002),35 dan pada tahun 2004 sebesar 99,2% (CSDR 2004).19 Di Amerika Serikat terjadi peningkatan persentase kematian akibat sirosis hati sebesar 3,4 % dari. tahun 2006 ke tahun 2007.36
2.6.2. Faktor Risiko
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering disebutkan antara lain :
9
a. Faktor Kekurangan Nutrisi
Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi memegang penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di dalam simposium Patogenesis sirosis hati di Yogyakarta tanggal 22 Nopember 1975, ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4 % penderita kekurangan protein hewani , dan ditemukan 85 % penderita sirosis hati yang berpenghasilan rendah, yang digolongkan ini ialah: pegawai rendah, kuli-kuli, petani, buruh kasar, mereka yang tidak bekerja, pensiunan pegawai rendah menengah
(30)
b. Hepatitis Virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A
c. Zat Hepatotoksik
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alkohol
d. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orang-orang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan dari seruloplasmin. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, mungkin ada hubungannya dengan penimbunan tembaga dalam jaringan hati.
(31)
e. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
e.1. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
e.2. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
f. Sebab-Sebab Lain
f.1. Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap reaksi dan nekrosis sentrilobuler
f.2. Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.
f.3. Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris.
Dari data yang ada di Indonesia Virus Hepatitis B menyebabkan sirosis 40-50% kasus, sedangkan hepatitis C dalam 30-40 % . sejumlah 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk disini kelompok virus yang bukan B atau C.37
(32)
2.8. Pencegahan 2.8.1. Primer
Sirosis ini paling sering disebabkan oleh Cara untuk mencegah terjadinya sirosis dengan tidak konsumsi alkohol,
40 Menghindari obat-obatan yang diketahui
berefek samping merusak hati. Vaksinasi merupakan pencegahan efektif untuk mencegah hepatitis B.41
2.8.2. Sekunder a. Pengobatan
Penyebab primernya dihilangkan,maka dilakukan pengobatan hepatitis dan pemberian imunosupresif pada autoimun. Pengobatan sirosis biasanya tidak memuaskan. Tidak ada agent farmakologik yang dapat menghentikan atau memperbaiki proses fibrosis.
Penderita sirosis hati memerlukan istirahat yang cukup dan makanan yang adekuat dan seimbang. Protein diberikan dengan jumlah 1-1½ g/kg berat badan. Lemak antara 30 %- 40%. Infeksi yang terjadi memerlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Asites dan edema ditanggulangi dengan pembatasan jumlah cairan NaCl disertai pembatasan aktivitas obstruksi.
41
Pendarahan saluran cerna atas oleh varises esophagus yang pecah memerlukan perhatian terhadap jumlah darah yang hilang, dan harus ditutup atau tekanan portal diturunkan melalui operasi shunt.12
(33)
b. Diagnosa
Pemeriksaan laboratorium, untuk menilai penyakit hati. 9
18
b.1. Diagnosa Sirosis Hati Berdasarkan Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan tersebut antara lain:
b.1.1. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
b.1.2. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen empedu rendah.Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
b.1.3. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni.
(34)
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
b.2. Sarana Penunjang Diagnostik
9
b.2.1. Radiologi
9
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b.2.2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.
(35)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.
2.8.3. Tersier
Bila sudah dapat ditentukan diagnosa sirosis hati secara klinis, maka langkah yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah pemberian terapi. Untuk menentukan terapi yang tepat, perlu ditinjau berat ringannya kegagalan faal hati.1 Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.10 Setelah sirosis berkembang, skrining tahunan harus dilakukan untuk mengikuti risiko perdarahan dengan endoskopi atas dan untuk deteksi dini kanker hati dengan USG.41
(36)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Model Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita sirosis hati adalah penderita yang dinyatakan menderita sirosis hati berdasarkan diagnosa dokter yang dicatat direkam medis.
3.2.2. Trend tahun adalah untuk mengetahui peningkatan atau penurunan jumlah penderita sirosis hati selama 5 tahun yang dirawat inap di rumah sakit Martha Friska Medan sesuai yang tercatat pada kartu status.
Karakteristik Penderita Sirosis Hati 1. Trend tahun
2. CFR
3. Sosiodemografi : Umur
Jenis kelamin Suku bangsa/Etnik Agama
Pendidikan Pekerjaan
Tempat tinggal/asal daerah 4. Klasifikasi sirosis hati
5. Gejala klinis
6. Riwayat penyakit terdahulu 7. Status komplikasi
8. Jenis komplikasi 9. Rawatan rata-rata
(37)
3.2.3. CFR adalah untuk mengetahui jumlah kematian akibat sirosis hati per jumlah seluruh kasus sirosis hati selama 5 tahun yang dirawat inap di rumah sakit Martha Friska Medan sesuai yang tercatat pada kartu status.
3.2.4. Umur adalah lamanya hidup penderita sirosis hati yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di R.S Martha Friska sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikategorikan berdasarkan rumus sturges.
Untuk analisis statistik, dikelompokkan dengan kelompok umur yang berisiko untuk terjadinya sirosis hati, yaitu:
1. ≤ 40 tahun
1
2. > 40 tahun
3.2.5. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penerita sirosis hati sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikategorikan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan.
3.2.6. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha
(38)
3.2.7. Suku adalah etnik atau kebiasaan yang melekat pada penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Jawa 2. Batak 3. Aceh 4. Tionghoa 5. Melayu
3.2.8. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Tidak tamat SD/ tidak sekolah 2. SD
3. SLTP 4. SLTA
5. Akademi/ PT.
3.2.9. Pekerjaan adalah pekerjaan penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI/ Pensiunan 2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta 4. Petani
5. Ibu Rumah Tangga 6. Lain-lain
3.2.10. Tempat tinggal/asal daerah adalah tempat dimana penderita tinggal menetap sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Kota Medan 2. Luar kota Medan
3.2.11. Klasifikasi sirosis hati adalah klasifikasi berdasarkan gejala klinis sirosis hati yang nyata sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
(39)
1. Kompensanta 2. Dekompensanta
Batas pembagian klasifikasi tersebut adalah: Sirosis hati Kompensanta tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal, kemungkinan tanpa gejala apapun tetapi ditemukan pada hasil biopsy, sedangkan Dekompensanta dengan kegagalan faal hati dan hipertensi portal, sudah ada tanda-tandanya seperti ikterus, kaki membengkak, asites dan kelainan laboratorium pada hasil tes faal hati.
3.2.12. Gejala klinis adalah keluhan yang dirasakan oleh penderita sehingga datang berobat sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Perut membesar, mual, lemas 2. Kaki membengkak
3. Mata dan kulit kuning 4. Nyeri perut kanan atas
5. Muntah, BAB hitam, tidak nafsu makan. 6. > 1 keluhan
3.2.13. Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang beresiko menimbulkan sirosis hati sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Kekurangan nutrisi protein 2. Hepatitis
3. Penyakit hati lainnya 4.Tidak tercatat
(40)
3.2.14. Status Komplikasi adalah ada tidaknya penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit sirosis hati sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Ada 2. Tidak ada
3.2.15. Jenis komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit sirosis hati yang diderita oleh penderita sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Perdarahan Gastrointestinal 2. Koma Hepatikum
3. Tidak ada/Tidak tercatat
3.2.16. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita sirosis hati menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar sesuai dengan yang tercatat pada rekam medik.
3.2.17. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada rekam medik, dikelompokkan atas:
1. Pulang berobat jalan
2. Pulang atas permintaan sendiri 3. Meninggal
BAB 4
(41)
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS Martha Friska Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah karena tersedianya data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RS Martha Friska tahun 2006-2010.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari – Desember 2011.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2006-2010, yaitu sebanyak 120 orang.
(42)
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita sirosis hati yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2006-2010. Besar sampel adalah sama dengan populasi ( total sampling)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil pencatatan pada kartu status penderita sirosis hati yang terdapat pada rekam medik. Kartu status penderita sirosis hati dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi dari semua data kasus sirosis hati terhadap variabel yang diteliti.
4.5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer. Data dianalisa secara deskriptif dan statistik, disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi dan gambar (diagram bar dan diagram pie). Untuk melihat perbedaan karakteristik distribusi penderita sirosis hati digunakan uji chi-square, uji t-test dan uji Anova.
(43)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Martha Friska Medan
Rumah Sakit Martha Friska terletak di Jalan KL Yos Sudarso No 91 kota Brayan, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kotamadya Medan. Berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981 yang dikategorikan rumah sakit umum swasta setara dengan kelas B Non Pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan komprehensif, mulai dari kesehatan dasar umum sampai ke sub spesialistik.
Rumah sakit ini memiliki fasilitas pelayanan Gawat Darurat, Rawat Jalan (umum, gigi, spesialis, subspesialis), Rawat Inap, Kamar Bersalin, Kamar Bedah, Laparoskopi, Hemodialisa, endoskopi, ENT Endoscopy, Treadmill, Ekokardiografi, Trans Esophageal Echocardiography (TEE), EKG, Kateterisasi jantung, USG, Radiologi, CT Scan, Rehabilitasi Medik, Pelayanan Bedah Jantung, Laboratorium Klinik, ESWL, Bank Darah, Gizi, Farmasi dan lain-lain.
Rumah Sakit Martha Friska melayanai berbagai segmen masyarakat baik kategori umum, perusahaan, Askes, asuransi lainnya. Melayanai masyarakta tanpa membedakan golongan, sosial ekonomi, suku, ras, agama, dan latar belakang
Adapun Visi dan Misi dari Rumah Sakit Martha Friska Medan adalah:
Visi : Menjadi rumah sakit terdepan di Sumatera Utara khususnya di pelayanan penyakit jantung dan urologi dengan jaminan pelayanan bermutu, professional dan modern sewindu mendatang (tahun 2012), dan dengan motto
(44)
“Kami melayani Anda lebih baik” menjadi acuan atau panduan untuk seluruh karyawan rumah sakit untuk mewujudkannya.
Misi : 1. Memberikan jasa pelayanan kesehatan bermutu dan terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat dan mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan.
2. pengelolaan rumah sakit secara professional sehingga secara bisnis tumbuh secara sehat, kompetitif dan berkesinambungan.
5.2. Kesakitan dan Kematian Penderita Sirosis Hati
Angka Kesakitan dan kematian penderita sirosis hati berdasarkan tahun yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2007 dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 5.1. Tabel Distribusi Proporsi Angka Kesakitan dan Kematian Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Tahun Jumlah Sirosis Hati Kematian Jumlah
f %
1 2006 10 8,3 4
2 2007 19 15,8 4
3 2008 17 14,2 4
4 2009 22 18,3 5
5 2010 52 43,4 15
Total 120 100 32
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan paling tinggi terdapat pada tahun 2010
(45)
dengan proporsi 43,4 % dan paling rendah pada tahun 2006 dengan proporsi 8,3 %. CFR dalam lima tahun sebesar 26,6 %.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi kasus dari tahun 2006-2010 meningkat sebanyak 52-10 = 42 kasus, dengan simple ratio peningkatan 52/10 = 5,2 kali, serta persentase peningkatan sebesar│52-10/10 │x 100% = 420%.
Trend atau kecenderungan penderita sirosis hati di Rumah Sakit Martha Friska Medan dengan metode kuadrat terkecil (Last Square) pada tahun 2006 sampai dengan 2010 berada pada persamaan garis y = 8,7x - 2,1.(terlampir)
5.2. Umur dan Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati
Proporsi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 28-34 35-41 42-48 49-55 56-62 63-69 70-76 77-83 3 3 14 26 25 11 3 1 3,5 3,5 16,2 30,2 29,1 12,8 3,5 1,2 2 0 5 2 6 7 6 0 5,8 0 14,7 5,9 17,5 20,6 17,5 0 5 3 19 28 31 18 19 3 4,2 2,5 15,8 23,4 25,8 15,0 15,8 2,5
(46)
Pada tabel 5.2. dapat dilihat distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut, pada jenis kelamin laki-laki tertinggi pada kelompok umur ≤ 55 tahun 53,48% sedangkan pada jenis kelamin perempuan proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥ 55 tahun 55,88%.
5.3. Sosiodemografi Penderita Sirosis Hati
Proporsi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Sosiodemografi Jumlah
f %
1 Suku Bangsa/Etnik Batak Jawa Aceh Tionghoa Melayu 61 48 6 4 1 50,8 40,0 5,0 3,4 0,8
Total 120 100
2 Agama
Islam Kristen Protestan Budha Kristen Katolik 68 47 4 1 56,7 39,2 3,3 0,8
Total 120 100
3 Pendidikan
Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah SD SLTP SMA Akademi/PT 2 2 2 61 51 1,7 2,5 2,5 50,8 42,5
(47)
Pada tabel 5.3. dapat dilihat distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut, proporsi penderita sirosis hati berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok umur ≤ 55 tahun 50,8%. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 71,7%, sedangkan proporsi terendah pada perempuan 28,3%. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan suku yaitu suku Batak 50,8% sedangkan proporsi terendah yaitu suku Melayu 0,8%. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan agama yaitu agama Islam 56,7% sedangkan proporsi terendah adalah agama Katolik 0,8%. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan pendidikan yaitu SMA 50,8% sedangkan proporsi terendah adalah tidak tamat SD/tidak sekolah. Proporsi tertinggi penderita sirosis hati
4 Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI/Pensiunan Pegawai swasta
Wiraswasta Petani
Ibu Rumah Tangga Lain-lain
53 14 28 3 14
8
44,2 11,7 23,3 2,5 11,7 6,6
Total 120 100
5 Tempat Tinggal/Asal Daerah Medan
Luar Medan
73 47
60,8 39,2
(48)
berdasarkan pekerjaan adalah PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 44,2% dan proporsi terendah adalah petani 2,5%.Proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan tempat tinggal /daerah asal adalah yang tinggal di kota Medan 60,8% sedangkan proporsi terendah adalah yang tinggal di luar Medan
5.4. Klasifikasi Sirosis Hati
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan klasifikasi sirosis hati dapat dilihat pada tabel berikut .
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Klasifikasi Sirosis Hati f %
1 Kompensanta 11 9,2
2 Dekompensanta 109 90,8
Total 120 100
Dari tabel 5.4. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati tertinggi adalah sirosis hati dekompensanta 90,8% sedangkan proporsi terendah adalah sirosis kompensanta 9,2%.
(49)
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di RS. Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Gejala Klinis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Gejala Klinis (n = 120) f %
1 Perut membesar, mual, lemas 55 45,8
2 Kaki membengkak 37 30,8
3 Mata dan kulit kuning 33 27,5
4 Nyeri perut kanan atas 18 15,0
5 Muntah, BAB hitam, tidak nafsu makan 54 45,0
6 >1 keluhan 80 66,7
Dari tabel 5.5. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis yang tertinggi adalah perut membesar, mual dan lemas 45,8%, sedangkan proporsi terendah adalah nyeri perut kanan atas 15,0%.
5.6. Riwayat Penyakit Terdahulu
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan riwayat penyakit terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut.
(50)
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Riwayat Penyakit Terdahulu f %
1 Kekurangan nutrisi protein 5 4,2
2 Hepatitis virus B dan C 13 10,8
3 Penyakit hati lainnya 9 7,5
4 Tidak tercatat 93 77,5
Jumlah 120 100
Dari tabel 5.6. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu yang tertinggi adalah tidak ada riwayat penyakit sebelumnya 77,5, sedangkan proporsi terendah adalah kekurangan nutrisi protein 4,2%.
5.7. Status Komplikasi
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut .
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Status Komplikasi f %
1 Ada 25 20,8
2 Tidak Ada/Tidak tercatat 95 79,2
(51)
Dari tabel 5.7. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan status komplikasi yang tertinggi adalah tidak ada komplikasi 79,2, sedangkan proporsi terendah adalah ada komplikasi 20,8%
5.8. Jenis Komplikasi
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Jenis Komplikasi f %
1 Pendarahan Gastroentistinal 22 88
2 Koma Hepatikum 3 12
Jumlah 25 100
Pada tabel 5.8. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan enis komplikasi yang tertinggi adalah Pendarahan gastroentistinal 88%, sedangkan proporsi terendah adalah ada komplikasi 12%.
5.9. Lama Rawatan Rata-Rata
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan lama rawatan rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut ini
(52)
Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Lama Rawatan rata-rata (hari) Mean
SD (Standar Deviasi) 95 % Confidence Interval Minimum
Maksimum
9,67 7,03 8,40- 10,94
1 34
Dari tabel 5.9. dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 9,67 hari (10 hari) dengan Standar Deviasi (Standar Deviation) 7,03 hari. Lama rawatan singkat yaitu 1 hari dan yang paling lama 34 hari.
5.10. Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Keadaan Sewaktu Pulang f %
1 Pulang berobat jalan 77 64,2
2 Pulang atas permintaan sendiri 11 9,2
3 Meninggal 32 26,6
(53)
Dari tabel 5.10. dapat dilihat distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah yang tertinggi adalah pulang berobat jalan 64,2%, sedangkan proporsi terendah adalah pulang atas permintaan sendiri 9,2%.
5.11. Analisis Statistik
5.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi
Distribusi proporsi umur penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.11. Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Status Komplikasi
Umur (Tahun)
< 40 ≥ 40 Total
f % f % f %
1 Ada 3 12 22 88 25 100
2 Tidak Ada 5 5,3 90 94,7 95 100
X2
Dari tabel 5.11. di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita sirosis hati dengan komplikasi pada kelompok umur < 40 tahun adalah 12% sedangkan pada kelompok umur ≥ 40 tahun adalah 88%. Proporsi penderita sirosis hati tanpa komplikasi pada kelompok umur < 40 tahun adalah 5,3% sedangkan pada kelompok umur ≥ 40 tahun adalah 94,7%.
(54)
5.11.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati
Distribusi proporsi lama rawatan penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan klasifikasi sirosis hati dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Klasifikasi Sirosis Hati Lama Rawatan
n X SD
1 Kompensanta 11 11,27 7,682
2 Dekompensanta 109 9,50 6,980
t= 0,794 df=118 p = 0,429
Dari tabel 5.12. di atas dapat dilihat bahwa dari 120 penderita sirosis hati terdapat 11 penderita sirosis hati dengan klasifikasi sirosis hati kompensanta dengan lama rawatan rata-rata 11,27 hari dan 109 penderita sirosis hati dengan klasifikasi sirosis hati dekompensanta dengan lama rawatan rata-rata 9,5 hari.
Analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05, berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi sirosis hati.
(55)
Distribusi proporsi lama rawatan penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Status Komplikasi Lama Rawatan
n X SD
1 Ada 25 8,76 7,731
2 Tidak Ada/Tidak tercatat 95 9,91 6,859
t= - 723 df =118 p = 0,471
Dari tabel 5.13. di atas dapat dilihat bahwa dari 120 penderita sirosis hati terdapat 25 penderita sirosis hati dengan komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 8,76 hari dan 95 penderita sirosis hati tanpa komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 9,91 hari.
Analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05, berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi.
5.11.4. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi proporsi status komplikasi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut ini
(56)
Tabel 5.14. Proporsi Status Komplikasi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No
Keadaan Sewaktu Pulang
Status Komplikasi
Total
Ada Tidak Ada
f % f % f %
1 PBJ 13 16,8 64 83,12 77 100
2 PAPS 2 18,2 9 81,8 11 100
3 Meninggal 10 31,3 22 68,7 32 100
X2 = 2,881 df = 2
Dari tabel 5.14. di atas dapat dilihat bahwa 77 penderita sirosis hati pulang berobat jalan diantaranya 16,8% dengan komplikasi, 83,12% tanpa komplikasi. Terdapat 11 penderita sirosis hati pulang atas permintaan sendiri diantaranya 18,2% dengan komplikasi,81,8% tanpa komplikasi. Terdapat 32 penderita sirosis hati yang meninggal diantaranya 31,3% dengan komplikasi, 68,7% tanpa komplikasi.
p = 0,237
Analisis statistik dengan menggunakan uji chi –square diperoleh p > 0,05, berari tidak ada perbedaan yang bermakna antara status komplikasi dengan keadaan sewaktu pulang.
5.11.5. Lama Rawatan Rata-Rata Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut ini
(57)
Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
No Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan
n X SD
1 Pulang berobat jalan 77 10,87 6,8
2 Pulang atas permintaan sendiri 11 7,73 5,6
3 Meninggal 32 7,74 7,2
F=3,275 df = 2 p = 0,041
Dari tabel 5.15. di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 77 penderita sirosis hati yang pulang berobat jalan adalah 10,87 hari dan nilai SD=6,8, penderita sirosis hati pulang atas permintaan sendiri rata-rata lama rawatan 7,73 hari dan nilai SD=5,6, penderita sirosis hati yang meninggal rata-rata lama rawatan 7,74 dan SD=7,2.
Hasil uji statistik dengan uji Anova diperoleh p < 0,05) berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
(58)
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Distribusi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Rincian Tahun
Distribusi penderita sirosis hati berdasarkan rincian tahun yang dirawat inap di rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.1. Gambar Diagram Garis Penderita Sirosis Hati Berdasarkan
Rincian Tahun di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Berdasarkan gamabar 6.1. dapat dilihat bahwa penderita sirosis hati pada tahun 2006-2010 paling tinggi adalah pada tahun 2010 yaitu 52 orang dengan proporsi 43,4% dan paling rendah pada tahun 2006 yaitu 10 orang dengan proporsi 8,3%. Kecenderungan penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan berdasarkan tahun 2006-2010 menunjukkan peningkatan dengan persamaan garis y = 8,7x-2,1, frekuensi
10
19
17
22
52 y = 8,7x-2,1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
2006 2007 2008 2009 2010
F
re
k
u
e
n
si
(59)
kasus meningkat sebanyak 42 kasus dengan simple ratio peningkatan 5,2 kali,serta persentase peningkatan kasus sebesar 420%.
6.2. Angka Kesakitan Sirosis Hati
Distribusi proporsi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.2. Gambar Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Angka Kesakitan di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi jumlah penderita sirosis hati pada tahun 2006-2010 yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan yang paling tinggi pada tahun 2010 yaitu 43,4% dan yang paling rendah pada tahun 2006 8,3 %.
6.3. Sosiodemografi Penderita Sirosis Hati 8,3
15,8 14,2 18,3
43,4
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
2006 2007 2008 2009 2010
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Tahun
(60)
6.3.1. Umur Dan Jenis Kelamin
Distribusi proporsi penderita sirosis hati yang dirawat inap di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.3. di atas dapat diketahui bahwa proporsi umur penderita sirosis hati tertinggi untuk jenis kelamin laki-laki terdapat pada kelompok umur 49-55 tahun 30,2% tahun sedangkan pada jenis kelamin perempuan proporsi tertinggi pada kelompok umur 63-69 tahun 20,6%.
Dari gambar diatas juga dapat dilihat bahwa proporsi penderita sirosis hati berdasarkan jenis kelamin tertingggi adalah jenis kelamin laki-laki.
3.5 3.5 16.2 30.2 29.1 12.8 3.5 1.2 5,8 0 14,7 5,9 17,5 20,6 17,5 0
-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
28-34 35-41 42-48 49-55 56-62 63-69 70-76 77-83 Proporsi (%) U m u r (t a h u n )
Umur Dan Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
(61)
6.3.2. Suku
Distribusi proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan suku di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.4. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Suku yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.4. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan suku yaitu suku Batak 50,8%. Kemudian suku Jawa 40%, Aceh 5%, Tionghoa 3,4% dan Melayu 0,8%.
Hal ini bukan berarti orang yang bersuku Batak lebih berisiko untuk menderita sirosis hati namun hanya menunjukkan bahwa masyarakat yang datang berobat ke rumah sakit tersebut mayoritas bersuku Batak. Pada penelitian ini suku
50,8
40.0
5.0 3,4
0,8 0
10 20 30 40 50 60
Batak Jawa Aceh Tionghoa Melayu
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Suku
Suku
(62)
batak adalah penggabungan dari Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing dan Pak-pak.
6.3.3. Agama
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan agama di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Agama yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.4. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan agama yaitu agama Islam 56,7%. Kemudian proporsi agama Kristen Protestan 39,2%, Budha 3,3% dan Kristen Katolik 0,8%.
56,7
39,2
3,3
0,8 0
10 20 30 40 50 60
Islam Kristen Protestan Budha Kristen Katolik
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Agama
Agama
(63)
Hal ini bukan berarti penganut agama Islam lebih berisiko untuk menderita sirosis hati namun hanya menunjukkan bahwa masyarakat yang datang berobat ke rumah sakit tersebut mayoritas beragama Islam.
6.3.4. Pendidikan
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.6. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.6. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan pendidikan adalah SLTA 50,8%. Kemudian Akademik/PT 42,5%, SD dan SLTP masing-masing 2,5% dan Tidak tamat SD 1,7%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aisyah (2007) di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2006 didapati proporsi penderita sirosis hati berdasarkan pendidikan
50,8
42,5
2,5 2,5 1,7
0 10 20 30 40 50 60
SMA Akademi/PT SD SLTP Tidak Tamat SD
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Pendidikan
Pendidikan
(64)
tertinggi adalah SMA 46,6%42 dan penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan tahun 2002-2007 yang menemukan Proporsi tertingggi penderita sirosis hati bedasarkan pendidikan adalah SMU dengan proporsi 44,50%.43
6.3.5. Pekerjaan
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.7. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Pekerjaan Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.7. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan pekerjaan adalah PNS/POLRI/Pensiunan 44,1% dan proporsi terendah adalah petani 2,5%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Aisyah (2007) di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2006 didapati proporsi penderita sirosis hati berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah PNS 29,1%.42
44,1
23,4
11,7 11,6
6,7
2,5 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Pekerjaan
Pekerjaan
(65)
Hal ini dikarenakan rumah sakit tersebut menerima Askes sebagai sumber biaya, sehingga yang bekerja sebagai PNS/POLRI/Pensiunan banyak datang berobat ke rumah sakit tersebut.
6.3.6. Tempat Tinggal/Asal Daerah
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan tempat tinggal/asal daerah di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Tempat Tinggal/Asal Daerah yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.7. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan tempat tinggal/asal daerah yaitu penderita yang tinggal di kota Medan 60,8% dan proporsi terendah yaitu yang tinggal di luar kota Medan.
Hal ini disebabkan karena rumah sakit tersebut berada di kota Medan sehingga pengunjung yang dating berobat sebagian besar berasal dari kota Medan.
60.8% 39.2%
Tempat Tinggal/ Asal Daerah
Medan Luar Medan
(66)
6.4. Klasifikasi Sirosis Hati
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan klasifikasi sirosis hati di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Klasifikasi Sirosis Hati Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010 Dari gambar 6.9. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi sirosis hati yaitu sirosis hati dekompensanta 90,8% dan proporsi terendah adalah kompensanta 9,2%.
Gejala klinis sirosis hati dekompensanta sudah jelas sehingga banyak yang mencari pengobatan, sedangkan pada sirosis hati kompensanta belum ada gejala klinis yang nyata sehingga sedikit yang mencari pengobatan ke rumah sakit.
6.5. Gejala Klinis
90.8% 9.2%
Klasifikasi Sirosis Hati
Dekompensanta Kompensanta
(67)
Proporsi penderita sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan gejala klinis di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.10. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Gejala Klinis Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010.
Dari gambar 6.11. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis yaitu perut membesar, mual, lemas 45,8% dan yang terendah adalah nyeri perut kanan atas.
Hal ini sesuai Aysah (2007) di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2006 didapati proporsi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis tertinggi adalah perut membesar 38,2%, dan penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan tahun 2002-2007 yang menemukan Proporsi tertingggi penderita sirosis hati berdasarkan gejala klinis adalah perut
66,7
45,8 45.0
30,8 27,5
15.0 0
10 20 30 40 50 60 70 80
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Gejala Klinis
Gejala Klinis
(68)
membesar 43,3%. 42,43 Pada umumnya gejala sirosis hati muncul pada fase lanjut dengan
keluhan perut membesar dan pembengkakan pada kaki.8
6.6. Riwayat Penyakit Terdahulu
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.11. Diagram Bar Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.12. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu adalah dengan riwayat hepatitis virus B dan C 13% dan proporsi terendah adalah kekurangan nutrisi protein 5%.
77.5 10.8 7.5 4.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Tidak ada/Tidak tercatat
Hepatitis virus B dan C Penyakit hati lainnya Kekurangan nutrisi protein P ro p o rs i ( % )
Riwayat Penyakit Terdahulu
(69)
Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah (2007) di RSUD. Dr.Pirngadi Medan tahun 2002-2006 didapati proporsi penderita sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu tertinggi adalah hepatitis 56,6%.42 Berdasarkan hasil penelitian Hadi (1992), di Indonesia terhadap penderita sirosis hati 46,9% ditemukan positif hepatitis B dan 51,3% hepatitis C.8
6.7. Status Komplikasi
Proporsi penderita sisrosis hati yang dirawat inap berdasarkan status komplikasi di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010.
Dari gambar 6.12. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan ada tidaknya komplikasi tidak ada komplikasi 79,2% dan proporsi terendah
79.2% 20.8%
Status Komplikasi
Tidak Ada Ada
(70)
dengan komplikasi 20,8%. Hal ini berbeda dengan penelitian Karina (2007) di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2002-2006 yang menemukan proporsi penderita sirosis hati dengan komplikasi 74,2 %. Hal ini disebabakan tidak lengkapnya pencatatan status komplikasi pada data pasien sirosis hati.
6.8. Jenis Komplikasi
Proporsi penderita sisrosis hati dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan jenis komplikasi di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi Yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010.
79.2% 18.3%
2.5%
Jenis Komplikasi
Tidak Ada
Pendarahan Gastriintestinal Koma Hepatikum
(71)
Dari gambar 6.12. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi adalah pendarahan gastrointestinal 79,2% dan terendah adalah koma hepatikum 2,5%.
Setiap penderita sirosis hati dekompensanta terjadi hipertensi portal , dan timbul varises esofagi. Varises esophagi yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah , sehingga timbul pendarahan, sedangkan koma hepatikum dapat terjadi sebagai akibat dari pendarahan gastrointestinal.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan tahun 2002-2007 yang menemukan Proporsi tertingggi penderita sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi adalah pendarahan gastrointestinal 42,4%.
8
43
6.9. Lama Rawatan Rata-Rata
Dari tabel 5.8. dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati adalah 9,67 hari (10 hari) dengan Standar Deviasi (Standar Deviation) 7,03 hari. Lama rawatan singkat yaitu 1 hari dan yang paling lama 34 hari.
6.10. Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita sisrosis hati dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini
(72)
Gambar 6.14. Diagram Pie Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Dari gambar 6.13. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah penderita yang pulang berobat jalan 64,2% dan proporsi yang terendah adalah yang pulang atas permintaan sendiri.
Hal ini sesuai dengan penelitian Hal ini sesuai Aisyah (2007) di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2006 didapati proporsi tertinggi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah yang pulang berobat jalan 36,6%.42 Demikian juga dengan penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan tahun 2002-2007 yang menemukan Proporsi tertingggi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan 51,8%.43
6.11. Analisis Statistik
6.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi 64.2% 26.6%
9.2%
Keadaan Sewaktu Pulang
PBJ PAPS Meninggal
(73)
Gambar 6.15. Diagram Bar Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006-2010
Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat bahwa proporsi penderita sirosis hati dengan komplikasi yang berumur < 40 tahun 12% dan yang berumur ≥ 40 tahun 88,0%. Proporsi penderita sirosis hati tidak ada komplikasi yang berumur < 40 tahun 5,3% dan yang berumur ≥ 40 tahun 94,7%.
Berdasrkan hasil uji chi-square diperoleh p = 0,237, artinya tidak ada perbedaan proporsi umur berdasarkan status komplikasi.
6.11.2. Lama Rawatan Berdasarkan Jenis Sirosis Hati
Lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan jenis sirosis hati di Rumah sakit Martha Friska Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
12
5,3
88 94,7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Ada Tidak Ada/Tidak tercatat
P
ro
p
o
rs
i (
%
)
Status Komplikasi
Umur Berdasarkan Status Komplikasi
< 40 Tahun
(1)
Crosstabs
Case Processing Summary
120 100.0% 0 .0% 120 100.0%
Status komplikasi * umur penderita s iros is hati
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Status kom pli kasi * umur penderita sirosis hati Crosstabulation
3 22 25
1.7 23.3 25.0
12.0% 88.0% 100.0%
37.5% 19.6% 20.8%
2.5% 18.3% 20.8%
5 90 95
6.3 88.7 95.0
5.3% 94.7% 100.0%
62.5% 80.4% 79.2%
4.2% 75.0% 79.2%
8 112 120
8.0 112.0 120.0
6.7% 93.3% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
6.7% 93.3% 100.0%
Count
Ex pec ted Count % within S tatus komplikasi % within umur penderita s iros is hati % of Total
Count
Ex pec ted Count % within S tatus komplikasi % within umur penderita s iros is hati % of Total
Count
Ex pec ted Count % within S tatus komplikasi % within umur penderita s iros is hati % of Total
Ada
Tidak ada St atus komplik asi
Total
1 2
umur penderita sirosis hati
(2)
T-Test
T-Test
Chi-Square Tests
1.444b 1 .230
.564 1 .453
1.260 1 .262
.361 .216
1.432 1 .232
120 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1. 67.
b.
Group Statistics
11 11.27 7.682 2.316
109 9.50 6.980 .669
status gejala klinis Kompensanta Dekompensanta lama rawatan
penderita s irosis hati
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Independent Samples Test
1.155 .285 .794 118 .429 1.768 2.228 -2.643 6.180
.733 11.728 .478 1.768 2.411 -3.498 7.034
Equal variances as sumed Equal variances not ass umed lama rawatan
penderita s irosis hati
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
(3)
Crosstabs
Group Statistics
25 8.76 7.731 1.546
95 9.91 6.859 .704
Status komplikasi Ada
Tidak ada lama rawatan
penderita s irosis hati
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Independent Samples Test
.009 .923 -.723 118 .471 -1.145 1.584 -4.281
-.674 34.592 .505 -1.145 1.699 -4.596
Equal variances as sumed Equal variances not ass umed lama rawatan
penderita s irosis hati
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Up
95% Confiden Interval of th
Difference t-test for Equality of Means
Case Processing Summary
120 100.0% 0 .0% 120 100.0%
Status komplikasi * keadaan sewaktu pulang
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
(4)
Status komplikasi * keadaan sewaktu pulang Crosstabulation
13 2 10 25
16.0 2.3 6.7 25.0
52.0% 8.0% 40.0% 100.0%
16.9% 18.2% 31.3% 20.8%
10.8% 1.7% 8.3% 20.8%
64 9 22 95
61.0 8.7 25.3 95.0
67.4% 9.5% 23.2% 100.0%
83.1% 81.8% 68.8% 79.2%
53.3% 7.5% 18.3% 79.2%
77 11 32 120
77.0 11.0 32.0 120.0
64.2% 9.2% 26.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
64.2% 9.2% 26.7% 100.0%
Count
Expected Count % within Status komplikasi % within keadaan sewaktu pulang % of Total Count
Expected Count % within Status komplikasi % within keadaan sewaktu pulang % of Total Count
Expected Count % within Status komplikasi % within keadaan sewaktu pulang % of Total Ada Tidak ada Status komplikasi Total Pulang berobat jalan Pulang atas permintaan sendiri Meninggal keadaan sewaktu pulang
Total
Chi-Square Te sts
2.881a 2 .237
2.717 2 .257
2.652 1 .103
120 Pearson Chi-S quare
Lik elihood Ratio Linear-by-Linear As soc iation N of V alid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The minimum expected count is 2.29.
(5)
Oneway
De scri ptives
lama rawatan penderita sirosis hati
77 10.87 6.895 .786 9.31 12.44 1 34
11 7.73 5.658 1.706 3.93 11.53 1 22
32 7.44 7.269 1.285 4.82 10.06 1 32
120 9.67 7.031 .642 8.40 10.94 1 34
Pulang berobat jalan Pulang atas permintaan sendiri Meninggal Total
N Mean St d. Deviat ion St d. E rror Lower Bound Upper Bound 95% Confidenc e Interval for
Mean
Minimum Maximum
ANOV A lama rawatan penderita sirosis hati
311.909 2 155.954 3.275 .041
5570.758 117 47.613
5882.667 119
Between Groups W ithin Groups Total
Sum of
(6)