Kadar CA-125 pada Kehamilan Normal Dibawah 20 Minggu dan Abortus di RSUP.H.Adam Malik Medan, RSU Pirngadi Medan dan RS Jejaring

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan proses berkembangnya hasil konsepsi intrauterin yang disertai
perubahan fisiologis berbagai sistem organ tubuh sebagai adaptasi terhadap proses kehamilan
itu sendiri. Namun, setiap kehamilan dapat mempunyai risiko untuk terjadinya abortus,
karena tidak semua hasil konsepsi akan menghasilkan kelahiran bayi, sebagian lagi dapat
menghasilkan konsepsi yang tidak viable dengan etiologi yang multifaktor. 1
Suatu pengamatan terhadap hasil pemeriksaan biokimiawi dan histopatologis dari kejadian
abortus menunjukkan bahwa 50% kasus abortus spontan terjadi karena gangguan hormonal,
termasuk ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang. Pada 40% kasus abortus spontan
disebabkan kelainan kromosom. Sebanyak 8% kejadian abortus berkaitan dengan
abnormalitas uterus (kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia
serviks) dan sekitar 2% kejadian abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal
dan infeksi sistemik maternal tertentu. 1,2
Abortus atau keguguran spontan didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu dengan berat hasil konsepsi kurang dari 500 gram. Insidensi abortus

spontan adalah 10-20% dari seluruh kehamilan. Mekanisme awal terjadinya abortus adalah
terlepasnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi akibat adanya perdarahan pada subdesidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya konstraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, embrio yang tidak viable dan masih ber-implantasi pada sebagian desidua dan villi
chorialis cendrung akan ekspulsi secara intoto, meskipun kadang-kadang sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam kavum uteri. 3
Abortus merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan seorang ibu yang pernah
mengalaminya, berupaya untuk tidak mengalami kejadian ini pada kehamilan berikutnya.
Kejadian abortus juga merupakan kasus yang memberikan kontribusi terhadap tinggi angka
morbiditas dan mortalitas pada ibu. 4

11

Diagnosis klinik kehamilan yang terancam abortus (abortus imminens) adalah bila terjadi
perdarahan selama trimester pertama kehamilan, pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,
namun kehamilan masih berlangsung dan hasil konsepsi masih terdapat intrauterin. Wanita
yang mengalami keluhan perdarahan dari kemaluan pada periode awal kehamilan atau
kadang-kadang


perdarahan

dapat

berlangsung

selama

berminggu-minggu,

sekitar

setengahnya akan mengalami abortus. Untuk itu, perlu diketahui upaya-upaya untuk
memprediksi apakah kehamilan masih akan tetap berlangsung atau tidak. Prosedur-prosedur
rutin yang kerap dilakukan untuk membantu mengevaluasi apakah kehamilan masih tetap
berlangsung atau tidak adalah pemeriksaan sonografi transvaginal, pemeriksaan hormonal
serta pemeriksaan kuantitas serum serial kadar gonadotropin chorionik (hCG). 4,5,6
Beberapa peneliti telah menjadikan pemeriksaan kadar antigen CA-125 pada kasus-kasus
abortus iminens, karena dianggap antigen ini merupakan antigen permukaan-sel coelomic,
yang juga disekresikan oleh jaringan epitel amnion dan derivatifnya, serta epitel organ

reproduksi wanita lainnya, seperti ovarium dan tuba. Karena itu, adanya kadar CA-125 yang
normal salah satunya akibat sekresi dari fungsi organ-organ ini. Walaupun suatu penelitian
menemukan bahwa peningkatan kadar CA-125 juga disebabkan sekresi dari sel-sel
organogenital / reproduksi maupun sekresi dari organ non-genital / non-reproduksi. 6
Pada kehamilan, kadar CA-125 masih jarang digunakan sebagai parameter pemeriksaan
laboratorium. Namun, dari beberapa penelitian, ditemukan kadar CA-125 yang meningkat
pada kehamilan trimester pertama. 4,7
CA-125 adalah antigen permukaan-sel, yang diperoleh dari epitel permukaan coelomik, yang
mencakup mukosa saluran reproduksi wanita secara kesuluruhan serta khususnya epitel
ovarium. Namun telah diteliti juga, bahwa pada villi chorialis, air ketuban dan desidua ibu
terbukti mengandung protein CA-125 dalam jumlah yang signifikan. Kadar CA-125 serum
meningkat pada tahap awal kehamilan dan segera setelah kelahiran, mengimplikasikan
penguraian desidua ibu, yaitu pada proses implantasi dan pemisahan placenta. Peningkatan
yang signifikan dari kadar serum CA-125 juga dilaporkan pada kelompok pasien dengan
perdarahan pervaginam dan kemudian mengalami abortus spontan. Sehingga, disimpulkan
bahwa peristiwa dekstruksi desidua dan pemisahan trophoblas dari sel-sel desidua merupakan
sumber utama dari peningkatan kadar serum CA-125 ibu, walaupun hal ini masih perlu
didukung oleh banyak studi lagi. 8

12


Hubungan antara kadar serum CA-125 dan kehamilan intrauterin periode awal yang
abnormal diteliti untuk menentukan apakah ini dapat berguna dalam penilaian kehamilan
yang terancam abortus. Diyakini bahwa terjadinya kegagalan implantasi dan penguraian
desidua atau akibat gangguan interaksi antara trophoblast dan desidua maternal akan
menghasilkan kadar serum CA-125 yang berbeda antara ibu hamil yang terancam abortus
(abortus iminens) dibandingkan dengan ibu dengan kehamilan intrauterin normal.

9

Brumsted dkk (2000) juga menemukan terjadinya peningkatan kadar serum CA-125 pada
ibu hamil dengan keluhan perdarahan. Temuan-temuan klinik ini berpotensi meningkatkan
perbedaan kadar CA-125 antara kehamilan normal dan kehamilan yang terancam abortus. 7
Kobayashi dkk (2002) menyatakan bahwa kadar serum CA-125 yang meningkat pada
wanita dengan kehamilan tahap awal berhubungan dengan kejadian abortus spontan yang
mengancam. Mereka melaporkan bahwa peningkatan sementara dari kadar serum CA-125
pada periode awal kehamilan terjadi akibat penguraian sebagian jaringan desidua pada proses
implantasi.8
Fiegler dkk (2003) menyatakan bahwa pada semua wanita yang memiliki gejala abortus
imminens, yang memilki kadar Ca 125 > atau 43 IU/ml, menjadi pertimbangan resiko tinggi

untuk terjadi abortus. 11
Sedigheh ayaty M.D dkk (2007) melakukan penelitian di Iran, dan menemukan kadar CA125 meningkat pada pasien yang yang abortus.12
Pemeriksaan serum CA-125 tidak mahal, mudah didapatkan, alat prediksi yang sensitif dan
spesifik untuk kasus abortus yang mengancam, yang hasilnya abortus. 12

13

1.2.

RUMUSAN MASALAH

Abortus merupakan masalah kesehatan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
ibu. Peristiwa dekstruksi desidua dan pemisahan trophoblas dari sel-sel desidua merupakan
sumber utama dari peningkatan kadar serum CA-125. Perlu kita lakukan penelitian apakah
terdapat perbedaan signifikan kadar CA-125 pada kehamilan normal < 20 minggu dan
abortus.

1.3.

HIPOTESIS


Terdapat perbedaan kadar CA-125 yang tinggi pada kehamilan dengan abortus.

1.4.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbedaan kadar CA-125 pada kehamilan normal < 20 minggu dengan
abortus.

1.5

MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat diketahuinya kadar CA-125 yang tinggi pada kehamilan dengan abortus.
2. Data hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut

tentang hubungan kadar CA-125 terhadap kehamilan yang berisiko

terjadinya abortus.


14