“Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Losion yang Mengandung Minyak Kacang Kedelai (Soya max L.)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tanaman Kacang Kedelai

2.1.1

Asal usul tanaman kacang kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina yang telah dibudidayakan

sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin berkembangnya perdagangan antar
Negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga
ikut tersebar ke berbagai Negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,
Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika (Adisarwanto, 2005).
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula
penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara dan pulau-pulau lainnya. Masuknya kedelai
di Indonesia diduga dibawa oleh para imigran Cina yang mengenalkan beberapa
jenis masakan yang berbahan baku biji kedelai (Adisarwanto, 2005).

2.1.2

Klasifikasi kacang kedelai
Menurut Adisarwanto (2014) berdasarkan taksonominya tanaman kedelai

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi

: Spematophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Klas

: Dicotyledonae

Subklas


: Archihlamydae

Ordo

: Rosales

Subordo

: Leguminosinae

Famili

: Leguminosae

Genus

: Glycine

Species


: Soya max L.

4
Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Minyak kacang kedelai
Minyak kacang kedelai mengandung vitamin E lebihbanyak dibandingkan

dengan beberapa minyak sayuran lainnya. Minyak kacang kedelai mengandung
antioksidan alami yang tertinggal di dalamnya bahkan setelah proses ekstraksi.
Vitamin E merupakan antioksidan alami yang berfungsi untuk menghambat
degredasi oksidatif minyak kacang kedelai. Oleh karena itu, minyak kacang
kedelai tidak hanya digunakan sebagai produk makanan tetapi juga sebagai
eksipien farmasi untuk menghasilkan formulasi baru yang hemat biaya dan tidak
menimbulkan iritasi (Shemi, 2011).
Minyak kacang kedelai adalah sumber komersial utama alfa tokoferol,
juga dikenal sebagai vitamin E. Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak
utama dalam tubuh yang berfungsi untuk melawan radikal bebas. Radikal bebas

dapat memicu kerusakan pada sel yang mengakibatkan beberapa jenis kanker,
penyakit hati, penuaan dini dan arthritis (United Soybean Board, 2016).
2.2

Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ

yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m² dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan
bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg
(Putro, 1998).
Kulit pembungkus elastis berupa jaringan yang menutup seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan seperti cuaca, polusi, temperatur
udara, dan juga sinar matahari. Lapisan kulit pada dasarnya sama di seluruh
tubuh, kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, bibir (Sarwadi, 2014).

5
Universitas Sumatera Utara

2.2.1


Struktur kulit

Gambar 2.1 Struktur kulit ( Shimizu, 2007).
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam
atau lapisan dermis, serta lapisan subkutan.
a. Epidermis
Lapisan epidermis berada di paling luar, dibentuk oleh zat tanduk (keratin),
atau merupakan lapisan dermis (korium) yang sudah tua. Pada orang tertentu
bagian kulit ini memberi gambaran seperti sisik tipis. Lapisan paling dalam
epidermis dinamakan lapisan basal atau stratum gorneum. Epidermis terdiri dari
empat lapisan, diantaranya :
1. Lapisan Basal / stratum gorneum
Terdiri dari sel-sel kuboit yang tegak lurus terhadap dermis, tersusun
sebagai tian pagar atau palisade, dan merupakan lapisan terbawah dari
epidermis. Dalam lapisan ini, terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang
membentuk melanin yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar
matahari.

6
Universitas Sumatera Utara


2. Lapisan Malphigi/ stratum spinosum
Yaitu merupakan lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri atas sel
polygonal. Sel-sel ini memiliki protoplasma yang menonjol dan terlihat
seperti duri.
3. Lapisan Granular/ stratum granulosum
Merupakan lapisan yang terdiri atas butir-butir granul keratohialin yang
basofilik.
4. Lapisan Tanduk / stratum korneum
Yaitu lapisan yang banyak mengandung keratin. Lapisan ini merupakan
protein fibrous insoluble yang membentuk pertahanan terluar dari kulit.
Fungsinya untuk mengusir mikroorganisme patogen, mencegah kehilangan
cairan berlebih dari dalam tubuh, unsur utama yang memadatkan rambut
atau kuku.
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan epidermis. Lapisan
ini terdiri dari beberapa jaringan ikat yang memiliki dua lapisan.
-

Pars papilaris, terdiri atas sel fibroblast yang memproduksi kolagen.


-

Retikularis, yaitu lapisan yang memiliki banyak pembuluh darah, tempat
akar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

c. Lapisan Subkutan
Pada lapisan subkutan dapat ditemukan banyak pembuluh darah, saraf, dan
folikel atau otot rambut, beserta merector pilli. Lapisan subkutan merupakan
lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit penghasil lemak. Lapisan
ini merupakan jaringan adipose, yaitu jaringan yang berfungsi sebagai bantalan

7
Universitas Sumatera Utara

antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Lapisan ini juga berfungsi
sebagai jaringan mobilitas kulit, perubahan kontur dan penyekatan panas, serta
tempat penumpukan energi (Sarwadi, 2014).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1. Pemeliharaan, kulit melindungi struktur-struktur dalam yang lembut. Kulit
yang tidak terluka merupakan benteng yang menahan serangan bakteri.
2. Organ indra, ujung saraf di dalam kulit menerima rangsang sensorik dan
menghantarkan rangsang suhu, sentuhan, dan sakit ke otak.
3. Ekskresi, keringat merupakan salah satu limbah dari tubuh; air yang
mengandung natrium karbonat dikeluarkan dari tubuh melalui kulit tubuh.
Keringat juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
4. Minyak yang dihasilkan oleh kulit membasahi dan melembutkan kulit
serta mencegah rambut menjadi kering dan rapuh.
5. Ergosterol yang terdapat di dalam kulit ketika terpapar terhadap sinar uv
matahari diubah menjadi vitamin D. Oleh sebab itu, kulit merupakan
sumber vitamin D bagi tubuh.
6. Penyerapan, sedikit bahan berminyak jika digosokkan dapat menyerap ke
dalam kulit.
7. Kuku dan rambut berasal dari kulit (Saputra, 2012).

2.3

Penuaan Dini
Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang


akan dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi
seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang

8
Universitas Sumatera Utara

sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan
berjalan terus seiring dengan bertambahnya usia (Putro, 1998).
Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan
memperlihatkan proses penuaan dini (Putro, 1998). Proses penuaan dini ditandai
dengan menurunnya produksi kelenjar keringat kulit, yang lalu diikuti dengan
kelembapan dan kekenyalan kulit menurun karena daya elastisitas kulit dan
kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, proses pigmentasi kulit
semakin meningkat. Pada kulit biasanya terlihat wrinkle atau kerut/keriput, kulit
kering dan kasar, bercak ketuaan/pigmentasi dan kekenyalan kulit menurun
(Tjandrawinata, 2011).
Ciri- ciri fisik terjadinya penuaan dini :
1. Keriput
Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elsatin kulit semakin

berkurang. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak
keriput.
2. Muncul age spot (noda)
Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan,
dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit
menjadi kering dan kasar.
4. Pori- pori membesar
Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar
(Noormindhawati, 2013).

9
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan terdiri atas dua bagian
Faktor intrinsik
Proses penuaan berlangsung secara alamiah, disebabkan oleh berbagai
faktor fisiologik dari dalam tubuh sendiri. Berbagai faktor dari dalam tubuh yang
berpengaruh pada proses menua fisiologik kulit umumnya tidak dapat

dihindarkan. Faktor-faktor itu adalah :
1. Keturunan (genetik)
Proses penuaan pada seseorang dapat dipengaruhi oleh gen tertentu. Faktor
genetik menentukan waktu menurunnya proses metabolik dalam

tubuhdan

seberapa cepat proses menua berjalan.
2. Ras
Terdapat berbagai macam ras di dunia ini. Ras memiliki struktur kulit yang
berbeda, terutama struktur kulit yang berperan di dalam sistem pertahanan tubuh
terhadap lingkungan, misalnya pigmen melanin. Orang kulit putih lebih mudah
terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih
mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini dibandingkan dengan kulit
bewarna.
3. Hormonal
Pengaruh hormon erat hubungannya dengan umur. Proses penuaan
fisiologik lebih jelas terlihat pada wanita yang memasuki masa klimakterium atau
menopause. Pada masa itu fungsi ovarium menurun, menyebabkan estrogen
berkurang. Akibatnya akan terjadi kekeringan dan penurunan elastisitas kulit
(Wasitaatmadja dan Sri, 2003).

10
Universitas Sumatera Utara

Faktor ekstrinsik
Proses penuaan terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh yang
menginduksi terjadinya penuaan kulit. Pengaruh lingkungan yang mempercepat
proses penuaanadalah paparan sinar matahari yang berlebihan. Sinar matahari
merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya

proses

(photoaging). Paparan sinar matahari dapat menyebabkan

penuaan

berbagai

kulit

kerusakan

pada kulit, karena efek fotobiologik UVA dan UVB yang menimbulkan radikal
bebas merusak struktur kulit (Wasitaatmadja dan Sri, 2003).
2.4

Anti-Aging

2.4.1

Pengertian anti-aging
Produk-produk yang digunakan untuk menghambat proses penuaan dini

adalah produk anti-aging. Anti-aging adalah tekhnik untuk menghambat proses
kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya
tanda-tanda penuaan pada kulit (Mulyawan dan Suriana, 2013).
2.4.2

Fungsi dan manfaat anti-aging
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.

11
Universitas Sumatera Utara

2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Mulyawan dan Suriana, 2013).
2.5

Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat oleh
manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud
meningkatkan kecantikan. Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada,
dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
2.6

Emulsi
Menurut Anief (1996), emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan

obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung
dua atau lebih zat yang tidak dapat tercampurkan, misalnya minyak dan air. Zat
pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil.
Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi
dan emulsi dalam farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah
padat). Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa

12
Universitas Sumatera Utara

digunakan secara oral, topikal atau parenteral. Sedangkan emulsi semisolid dapat
digunakan secara oral (Ansel, 2005).
2.6.1

Jenis emulsi
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi menjadi empat golongan, yaitu emulsi

minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam minyak (a/m), emulsi minyak dalam air
dalam minyak (m/a/m), emulsi air dalam minyak dalam air (a/m/a).
a.

Emulsi minyak dalam air (m/a)
Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu

air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (m/a).
b.

Emulsi air dalam minyak (a/m)
Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal

sebagai produk air dalam minyak (a/m).
c.

Emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m)
Juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan

suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahanlahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam
air.
d.

Emulsi air dalam minyak dalam air (a/m/a)
Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan

mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam suatu
mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk membentuk suatu emulsi
air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan dalam suatu
larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a, sehingga membentuk emulsi air dalam

13
Universitas Sumatera Utara

minyak dalam air. Pembuatan emulsi a/m/a ini untuk obat yang ditempatkan
dalam tubuh serta untuk memperpanjang kerja obat (Martin dkk, 1993).
Jenis emulsi (A) m/a, (B) a/m, (C) a/m/a, (D) m/a/m dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 2.2 Jenis emulsi (A) m/a, (B) a/m, (C) a/m/a, (D) m/a/m
(Prichapan dan Utrai, 2014).
Menurut Voight (1995), keuntungan dari emulsi tipe m/a adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai
emulsi m/a atau a/m, tergantung pada berbagai faktor seperti zat terapeutik yang
akan dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolien
atau pelembut jaringan (Ansel, 2005).
2.7

Losion

2.7.1

Pengertian losion
Losion adalah suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit

tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi,

14
Universitas Sumatera Utara

dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol
untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief,
1984). Menurut Wilkinson (1982) losion adalah produk kosmetik yang umumnya
berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan
mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi.
Losion dapat juga didefinisikan sebagai emulsi cair yang terdiri dari fase
minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Losion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai
pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat
dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
(Lachman, dkk., 1994).
2.7.2

Formulasi Losion
Efektifitas suatu sediaan losion ditentukan dari kemampuannya untuk

membentuk lapisan tipis yang menutupi permukaan kulit membuat kulit halus,
dan sedapat mungkin menghambat penguapan air, lapisan yang terbentuk
sebaiknya tidak membuat kulit berminyak dan panas. Untuk membuat suatu
formula losion agar memenuhi kriteria, seperti, mudah dioleskan, mudah
dicuci,tidak berbau tengik, dan tetap stabil dalam penyimpanan, maka diperlukan
bahan- bahan dengan konsentrasi yang sesuai (Balsam, 1970).
Sediaan losion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi
dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari
tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba,

15
Universitas Sumatera Utara

minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa
surfaktan anionik, kationik maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari
udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck,
1970).
2.7.3

Bahan- bahan pembentuk losion
Bahan yang biasa terdapat dalam formula losion adalah (Lachman dkk,

1994) :
A. Barrier agent (pelindung)
Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi.
Contoh : asam stearat, bentonit, seng oksida, titanium oksida, dimetikon.
B. Emollient (pelembut)
Berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga kulit memiliki kelenturan pada
permukaannya dan memperlambat hilangnya air dari permukaan kulit.
Contoh : lanolin, paraffin, stearil alcohol, vaselin.
C. Humectan (pelembab)
Bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau kelembapan pada sediaan
losion itu sendiri maupun setelah dipakai pada kulit.
Contoh : gliserin, propilen glikol, sorbitol.
D. Pengental dan pembentuk film
Berfungsi mengentalkan sediaan sehingga dapat menyebar lebih halus dan
lekat pada kulit, disamping itu juga berfungsi sebagai stabilizer.
Contoh : setil alkohol, karbopol, vegum, tragakan, gum, gliseril
monostearat.

16
Universitas Sumatera Utara

E.

Emulsifier (zat pembentuk emulsi)
Berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air,
sehingga minyak dapat bersatu dengan air.
Contoh : trietanolamin, asam stearat, setil alkohol.

2.8

Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan

kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi pada dokter (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan
menampilkan hasil dalam bentuk angka yang didapatkan akan secara langsung
disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika
hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran
muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang memeriksa
ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.1.

17
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)
Pengukuran
Kadar air
(Moisture)
Kehalusan
(Evenness)
Pori
(Pore)
Noda
(Spot)
Keriput
(Wrinkle)

Parameter
Dehidrasi
0-29
Halus
0-31
Kecil
0-19
Sedikit
0-19
Tidak berkeriput
0-19

Normal
30-50
Normal
32-51
Besar
20-39
Sedang
20-39
Berkeriput
20-52

Hidrasi
51-100
Kasar
52-100
Sangat besar
40-100
Banyak
40-100
Berkeriput parah
53-100

18
Universitas Sumatera Utara