Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Krim yang Mengandung Minyak Alpukat (Avocado oil)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) 2.1.1 Asal usul tanaman alpukat

Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, buah ini ditaman dikawasan tropis dan subtropis, termasuk juga di Indonesia (Budiana, 2013). Persea america sinonim dengan P.gratissima Gaertin atau P.drymifolia Schlect & Cham. Kini dikenal tiga tipe alpukat, yakni tipe Meksiko (Persea drymifolia), tipe Guatemala (Persea guatemalensia) dan tipe Indian Barat (Persea americana) (Sunarjono, 2006). Alpukat yang berkembang di Indonesia kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang masuk ke Indonesia yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk ditanam didaerah subtropis (dengan ketinggian di atas 2.000 m dpl), maka pertumbuhannya di Indonesia kurang begitu baik. Hal ini berbeda dengan yang berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah subtropis dan tropis (ketinggian antara 1.000 – 2000 m dpl) (Indriani dan Suminarsih, 1997).

Sampai sekarang berbagai jenis alpukat hasil persilangan tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia dengan nama sesuai bahasa setempat. Dalam berbagai media cetak sering dijumpai nama-nama yang berbeda seperti alpukad, alpukat, adpokad, adpokat, advokat dan apokat. Bermacam-macam nama tersebut mempunyai makna yang sama. Berbagai daerah di Indonesia menyebut buah ini dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh, di Jawa Barat disebut


(2)

alpuket atau alpukat, Jawa Timur / Jawa Tengah (alpokat), Batak (buah pokat, jamboopokat), dan Lampung (advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat) (Indriani dan Suminarsih, 1997).

Bentuk buah alpukat ada yang lonjong dan ada yang bundar dengan warna kulit buah hijau sampai merah tua. Daging buah umumnya berwarna kuning seperti mentega dan berbiji satu. Daging buah alpukat bertekstur halus, berserat dan tebal (Wirakusumah, 2008).

2.1.2 Klasifikasi alpukat

Menurut Rahmawati (2012) dalam taksonomi tumbuhan alpukat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperms Kelas : Magnolids Ordo : Laurales Family : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : P. americana 2.1.3 Minyak alpukat

Sejak zaman dahulu, buah alpukat telah digunakan sebagai bahan untuk perawatan kecantikan. Alpukat merupakan salah satu bahan kosmetik alamiah terbaik. Alpukat memberikan manfaat yang baik terhadap kulit, baik dengan dikonsumsi langsung maupun digunakan pada kulit sebagai perawatan luar, karena buah alpukat mengandung, vitamin, mineral, protein dan minyak tumbuhan yang bermanfaat memberi kelembapan dan menghaluskan kulit.


(3)

Kandungan zat-zat yang terkandung dalam buah alpukat bermanfaat untuk memberi nutrisi pada kulit serta berfungsi sebagai emolient (Surtiningsih, 2005). Menurut Rahmawati (2012) alpukat yang diproses menjadi minyak dipergunakan sebagai salah bahan dalam industri kosmetika karena minyak alpukat mudah di serap dan mengandung asam lemak tak jenuh yang berdampak positif dalam tubuh.

Menurut Finau (2011) kandungan minyak yang terdapat pada buah alpukat per 100 gram pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Kandungan minyak alpukat per 100 gram.

Kandungan Vitamin Jumlah

Vitamin A 370 - 870 IU

Vitamin B2 0,08 - 0,16 mg

Piridoksin 0,19 - 0,26 mg

Asam pantotenat 0,78 - 1,2 mg

Asam folat 0,022 - 0,105 mg

Tiamin HCl 0,08 - 0,125 mg

Asam askorbat 4,0 - 13,0 mg

Niasin 1,05 - 2,42 mg

Kolin 12,0 - 22,2 mg

Biotin 2,3 - 4,2 mg

Vitamin E 0,8 – 4,2 IU

Sumber: (Finau, 2011).

Di dalam minyak alpukat terdapat sterol yang disebut fitosterol yang memiliki kemampuan daya serap seperti lanolin. Kemampuan minyak alpukat untuk menembus kulit tidak diragukan lagi. Kemampuan penetrasi yang tinggi dari minyak alpukat membuatnya mampu digunakan sebagai bahan alami kosmetik (Human, 1987). Tingginya kandungan lesitin dan fitosterol sangat


(4)

mudah untuk mengemulsi membuat krim. Perusahaan Selandia Baru dan Amerika Serikat saat ini banyak memproduksi berbagai produk perawatan kulit dengan menggunakan minyak alpukat, seperti krim pelembab, krim wajah dan krim untuk melembutkan kulit (Finau, 2011).

2.1.4 Manfaat Kandungan vitamin dalam minyak alpukat

Di dalam minyak alpukat banyak mengandung vitamin-vitamin yang sangat bermanfaat untuk kulit yaitu :

1. Manfaat vitamin A adalah salah satu vitamin yang sangat berperan dalam pembentukan sel-sel kulit dan mampu melembabkan kulit

2. Manfaat vitamin B2 adalah membantu mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas dan menjaga kulit, kuku, serta rambut agar tetap sehat.

3. Manfaat vitamin B3 (niasin) adalah dapat melindungi dan menjaga kulit agar tetap sehat dan vitamin ini juga memiliki sejumlah sifat antioksidan. 4. Manfaat vitamin B5 (asam pantotenat) adalah menjaga kelembapan kulit

dan dapat membantu proses penyembuhan luka.

5. Manfaat vitamin C adalah berperan penting dalam mempertahankan kekebalan tubuh, dapat menjaga keseimbangan kadar minyak agar kulit tidak kering, dan dapat meningkatkan produksi kolagen pada kulit.

6. Manfaat asam folat adalah berperan dalam memperbaiki sel-sel kulit dan dapat membantu meremajakan kulit (Achroni, 2012).


(5)

2.2Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Bahan-bahan yang sering digunakan dalam pembuatan kosmetik itu sendiri dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan, bagian tubuh hewan, ataupun sintesis dari keduanya. Bahan-bahan aktif yang sering digunakan dalam industri kosmetik yaitu yang berasal dari tumbuhan dan bahan aktif yang berasal dari hewani (Prianto, 2014).

2.3Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Isilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa krim mempunyai dua tipe yaitu air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a). Sifat umum sediaan semi-padat terutama krim adalah mampu melekat pada permukaan tempat


(6)

pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan (Anwar, 2012).

2.3.1 Bahan-bahan dalam krim anti-aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu: 1. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

2. Setil alkohol

Berbentuk partikel pipih berwarna putih, berfungsi sebagai bahan pengelmusi dan sebagai pengeras krim sehingga mampu meningkatkan konsistensi. Setil alkohol seringkali digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya sebagai emolien (Anwar, 2012).

3. Sorbitol

Sorbitol sifatnya tidak berbau, putih, kristal, dan bubuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa manis, dingin, dan memiliki sekitar 50 – 60% dari manisnya sukrosa (Rowe, et al., 2009).

4. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009).


(7)

5. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

6. Metil paraben

Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari metil paraben juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.4Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat dilingkungan hidup manusia, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup dilingkungan sekitar. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan lokasi tubuh (Anwar, 2012).


(8)

Menurut Pearce (2011) kulit mempunyai banyak fungsi, antara lain membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya kadar air dari tubuh dan mempunyai kemampuan ekskretori, sekretori, dan absorpsi.

2.4.1 Anatomi Kulit

Secara histologi, kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada batas yang jelas yang memisahkan antara dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membetuk jaringan lemak (Anwar, 2012).

1. Lapisan epidermis

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu :

1. Lapisan tanduk ( stratum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.

2. Lapisan jernih (stratum lucidum)

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (impermeable).


(9)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

4. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.

5. Lapisan basal (stratum germinativum atau membrane basalis)

Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Lapisan dermis

Merupakan lapisan yang terletak di bawah epidermis. Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan folikel rambut sebagai adneksa kulit (Anwar, 2012).

3. Lapisan subkutis

Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak di bawah kulit. Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan longgar yang berisi sel-sel lemak di dalamnnya (Anwar, 2012).

2.4.2 Jenis Kulit

Menurut Noormindhawati (2013), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit terbagi atas lima bagian:


(10)

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus, lembut, dan pori-pori kulit kecil.

2. Kulit berminyak

Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan dipermukaan kulit sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, kotor, kusam, dan cenderung mudah berjerawat.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku, tidak elastis, dan mudah berkeriput.

4. Kulit kombinasi

Merupakan jenis kulit kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak. Pada area T cenderung berminyak, sedangkan kulit di daerah lain cenderung kering atau normal.

5. Kulit sensitif

Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi lebih tipis, dan sangat sensitif.

2.4.3 Fungsi Kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit.


(11)

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan.

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. 3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari. 7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).

2.5Penuaan Dini 2.5.1 Definisi

Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya, dapat terjadi saat umur memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit adalah lapisan dermis. Semakin bertambahnya usia, regenerasi kulit semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput (Noormindhawati, 2013). 2.5.2 Tanda – tanda penuaan dini

Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda – tanda fisik penuaan dini sebagai berikut:


(12)

1. Keriput dan mengendur

Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpakan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013).

2.5.3 Penyebab penuaan dini

Faktor-faktor penyebab terjadinya penuaan dini dibedakan menjadi 2, yaitu (Noormindhawati, 2013):

1. Faktor internal meliputi; genetik, sakit yang berkepanjangan, dan kurangnya asupan gizi.

2. Faktor eksternal meliputi; 1. Polusi

Polusi memicu terbentuknya radikal bebas, radikal bebas akan merusak kolagen dan elastin.


(13)

Stres akan memicu produksi hormon kortisol, hormon ini dapat merusak kolagen dan elastin sehingga menyebabkan terjadinya penuaan dini.

3. Kurang tidur

Proses regenerasi kulit terjadi pada saat tidur. Oleh karena itu, kurang tidur akan mengganggu proses regenerasi kulit.

4. Perawatan yang tidak tepat

Penggunaan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penuaan dini.

5. Sinar matahari

Sinar matahari mempercepat proses penuaan yang normal dan menyebabkan kerutan yang lebih dalam. Sinar matahari mempunyai efek yang mengakibatkan kerukan pada tingkat sel (Haynes,1994).

2.6Anti Penuaan atau Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009).

Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untuk memperlambat proses penuaan, membersihkan, melembapkan, dan memperindah penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak, melindungi, serta mempertahankan integritas kulit (Priannto, 2014).


(14)

2.6.1 Fungsi dan manfaat dari produk anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.

4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.

5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:

1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.

2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6.2 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(15)

Vitamin E merupakan salah satu antioksidan yang dapat membantu tubuh melawan radikal bebas. Vitamin E memiliki banyak manfaat untuk kulit antara lain, melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit, dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012). Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun formulasi. Vitamin E juga dapat membantu menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007).

2.7 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.2 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.


(16)

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture (kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100 Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100 Sumber: (Aramo, 2012)


(1)

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan.

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. 3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari. 7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).

2.5Penuaan Dini 2.5.1 Definisi

Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya, dapat terjadi saat umur memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit adalah lapisan dermis. Semakin bertambahnya usia, regenerasi kulit semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput (Noormindhawati, 2013).

2.5.2 Tanda – tanda penuaan dini

Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda – tanda fisik penuaan dini sebagai berikut:


(2)

1. Keriput dan mengendur

Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpakan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013).

2.5.3 Penyebab penuaan dini

Faktor-faktor penyebab terjadinya penuaan dini dibedakan menjadi 2, yaitu (Noormindhawati, 2013):

1. Faktor internal meliputi; genetik, sakit yang berkepanjangan, dan kurangnya asupan gizi.

2. Faktor eksternal meliputi; 1. Polusi

Polusi memicu terbentuknya radikal bebas, radikal bebas akan merusak kolagen dan elastin.


(3)

Stres akan memicu produksi hormon kortisol, hormon ini dapat merusak kolagen dan elastin sehingga menyebabkan terjadinya penuaan dini.

3. Kurang tidur

Proses regenerasi kulit terjadi pada saat tidur. Oleh karena itu, kurang tidur akan mengganggu proses regenerasi kulit.

4. Perawatan yang tidak tepat

Penggunaan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penuaan dini.

5. Sinar matahari

Sinar matahari mempercepat proses penuaan yang normal dan menyebabkan kerutan yang lebih dalam. Sinar matahari mempunyai efek yang mengakibatkan kerukan pada tingkat sel (Haynes,1994).

2.6Anti Penuaan atau Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009).

Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untuk memperlambat proses penuaan, membersihkan, melembapkan, dan memperindah penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak, melindungi, serta mempertahankan integritas kulit (Priannto, 2014).


(4)

2.6.1 Fungsi dan manfaat dari produk anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.

4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.

5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:

1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.

2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6.2 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(5)

Vitamin E merupakan salah satu antioksidan yang dapat membantu tubuh melawan radikal bebas. Vitamin E memiliki banyak manfaat untuk kulit antara lain, melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit, dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012). Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun formulasi. Vitamin E juga dapat membantu menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007).

2.7 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.2 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.


(6)

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture (kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100 Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100 Sumber: (Aramo, 2012)