Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan
konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi
yang mana akan menimbulkan makna lain dari satu kata hingga pada akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,
Berikut ini adalah uraian penelitian terdahulu terkait analisis kesalahan
pelafalan bunyi vokal u, i, dan ü serta bunyi konsonan j, q, x, dan y bertemu
dengan bunyi vokal u dalam bahasa Mandarin.
Handayana (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kesalahan
Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina
Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan
kesalahan dalam pelafalan bahasa mandarin dan mengetahui penyebab terjadinya
kesalahan tersebut. Pelafalan yang dimaksudkan mengenai pelafalan konsonan
dan vokal, yang mana pelafalan dalam bahasa mandarin terdapat bunyi ujaran
yang hampir sama namun memiliki makna yang berbeda. Hal tersebut yang
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pelafalan dalam bahasa
Mandarin. Skripsi ini membantu peneliti untuk mengetahui kesalahan dan faktorfaktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin serta peneliti
menemukan teori pada skripsi tersebut yang dapat diterapkan oleh peneliti. Dalam

hal ini terdapat perbedaan dalam penelitian, yaitu fokus akan subjek penelitiannya
yang mana dalam penelitian ini memfokuskan pada semua vokal dan konsonan
9
Universitas Sumatera Utara

sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti fokus terhadap vokal u, i, dan
ü serta bunyi konsonan j, q, x, dan y diikuti dengan bunyi vokal u dalam bahasa
Mandarin.
Mardiana (2008) dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisis Kesalahan
Siswa Pada Pelafalan Fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/ Dalam Kosa Kata
Bahasa Mandarin di Kelas X Immersi A dan Immersi B SMA Negeri 4
Surakarta.Dalam tugas akhir tersebut peneliti membahas mengenai kesalahan
siswa dalam melafalkan fonem z, c, s, zh, ch, sh, dan r dengan penelitian
menggunakan kosa kata dalam bahasa Mandarin. Dalam tugas akhir tersebut,
peneliti melakukan penelitian untuk menemukan kesalahan apa saja yang
dilakukan oleh siswa dalam melafalkan fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/
dalam kosa kata bahasa Mandarin serta mengetahui penyebab dari kesalahan
tersebut. Pada fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/, dan /r/ sering kali para pembelajar
bahasa Mandarin salah melafalkan. Hal ini terjadi dikarenakan jarangnya
melafalkan fonem tersebut. Tugas akhir ini berkontribusi dalam memaparkan

klasifikasi pelafalan konsonan dalam bahasa mandarin.
Supriadi (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kesalahan
Fonologi Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Universitas
Jenderal Soedirman”. Dalam skripsi tersebut peneliti memfokuskan penelitian
terhadap kesalahan pengucapan bahasa mandarin oleh mahasiswa program D3
bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman. Pada skripsi ini peneliti
menjelaskan mengenai kesalahan fonologi dalam bahasa Mandarin yang kerap
kali terjadi. Sistem fonologi bahasa Mandarin mempunyai ciri khas tersendiri,
pada bahasa Mandarin terdapat banyak bunyi yang merupakan paduan bunyi
10
Universitas Sumatera Utara

konsonan dengan bunyi beraspirasi atau bunyi glide. Skripsi ini berkontribusi
dalam penggunaan metode penelitian dan pengolahan data dalam menganalisis.
Sheyla Silvia Siregar (2014) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Nada
Tuturan Deklaratif Bahasa Mandarin Oleh Pembelajar Bahasa Mandarin di
Fakultas Ilmu Budaya USU: Kajian Fonetik Akustik”. Tesis tersebut
mendeskripsikan frekuensi tuturan deklaratif bahasa Mandarin penutur asli dan
pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya USU, mendeskripsikan
nada tuturan deklaratif penutur asli dan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas

Ilmu Budaya USU dan mendeskripsikan pola nada tuturan deklaratif dalam
bahasa Mandarin penutur asli dengan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas
Ilmu Budaya USU. Tesis ini berkontribusi dalam klasifikasi bunyi vokal dan
konsonan dalam bahasa Mandarin dan juga dalam teknik pengumpula data.
2.2 Konsep
2.2.1

Analisis Kesalahan

Menurut Hastuti (2003:77)analisis kesalahan ialah sebuah proses yang
didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang
jelas. Hal ini dimaksudkan dengan memiliki target dan objek kajiannya jelas.
Dalam kegiatan berbahasa tidak jarang orang melakukan kesalahan. Kesalahan
dalam berbahasa tidak dapat dielakkan, namun hal ini sangat penting sebagai
proses belajar bahasa.
Penelitian mengenai analisis kesalahan ini sangat diperlukan mengingat
tujuan dari analisis kesalahan adalah mencari umpan baik yang dapat digunakan
sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang pada gilirannya dapat

11

Universitas Sumatera Utara

mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dibuat oleh para siswa
(Tarigan, 1995:71). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kesalahan yang
terjadi dan dengan penelitian ini, para pengajar dapat dengan mudah memperbaiki
kesalahan para mahasiswa.
2.2.2

Pelafalan Bahasa Mandarin

Dalam sistem penulisan bahasa Mandarin menggunakan pinyin. Bentuk
penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan setiap suku kata
terdiri dari huruf vokal (声母/shēng mǔ) dan huruf konsonan(韵母/yùn mǔ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:279) lafal adalah cara
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan
bunyi bahasa. Setiap bahasa pasti mempunyai pelafalan tersendiri yang berbeda
dengan pelafalan bahasa lain.Dalam bahasa Mandarin pelafalan bunyi vokal u, i,
dan ü mempunyai kemiripan sehingga tidak jarang terjadi kesalahan serta bunyi
konsonan j, q, x, dan y jika bertemu dengan bunyi vokal u akan mengalami
perubahan pelafalan. Hal ini juga dibutuhkan pemahaman bagi siswa untuk

menguasai cara pelafalan bunyi vokal u, i, dan ü serta mengetahui cara pelafalan
bunyi konsonan j, q, x, dan y bertemu dengan bunyi vokal u agar melafalkan
dengan tepat.

12
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Klasifikasi konsonan berdasarkan artikulasinya

Bibir
Plosif

[p [pʰ]
]
p
b

Nasal


[m]
m

Bibi
rgigi

Koartikula
si

[t]
d

Anggara
n lateral
Afrikat

[f]
f

Frikatif


Alveola
r

Retrofle
ks

Alveololelangit

Lela
ngit

Velum
[k] [kʰ]
g
k

[tʰ]
t


[n]
n
[l]
l
[ts [ts
]
ʰ]
z
c

[ʈʂ
]
zh

[ʈʂʰ
]
ch

[s]
s


[ʂ]
sh

[ʐ]

[tɕ
]
j

1

[tɕʰ
]
q
[x]
h

[ɕ]
x


r

Anggara
n

[w]

2

w

[ɻ]

1

[j]

3


y

Sumber: Duanmu, 2007

Berikut klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Mandarin :

1. Suara bibir (labial) : b [p], p [pʰ] , m [m], f [f]
2. Suara ujung lidah (apical) : d [t], t [tʰ], n [n], l [l]
3. Suara pangkal lidah (velar) : g [k], k [kʰ], h [x]
4. Suara badan lidah (dorsal) : j [tɕ], q [tɕʰ], x [ɕ]
5. Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal) : zh [ʈʂ], ch [ʈʂʰ], sh
[ʂ], r [ʐ]

1

6. Suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) : z [ts], c [tsʰ], s [s]

13
Universitas Sumatera Utara

Konsonan dalam bahasa Mandarin terbagi dua, yaitu konsonan aspirasi dan
konsonan non-aspirasi. Konsonan aspirasi adalah p [pʰ] , t [tʰ], k [kʰ], c [tsʰ], ch
[ʈʂʰ]. Selain konsonan juga terdapat vokal dalam bahasa Mandarin. Klasifikasi
vokal dalam bahasa Mandarin adalah sebagai berikut :
1. Vokal tunggal : a, i, u, e, o, dan ü.
2. Vokal ganda : ai, ei, ao, ou, ia, ie, in, ua, uo, ün, üe, an, en, iao, iou,
uai,uei, uen, ang, eng, ong, ian, iang, ing, iong, uan, üan, uang, ueng, üan.

2.2.2.1 Hanyu Pinyin
Dalam mempelajari Bahasa Mandarin tentu kita akan menemukan istilah
Hanyu Pinyin yang mana hal ini memudahkan kita dalam membaca karakter
China (Hanzi). Menurut Duanmu (2007:4), Bahasa mandarin ditulis dengan
menggunakan karakter China namun karakter tersebut tidak dapat memberikan
informasi yang konsisten tentang pelafalan sehingga bahasa Mandarin biasanya
dipelajari melalui transkripsi. Banyak sistem transkripsi yang dirancang untuk
bahasa Mandarin di China dan di Barat. Kebanyakan hal itu berdasarkan pada
huruf roma karena itu disebut “sistem romanisasi”. Republik Rakyat China
menetapkan Hanyu Pinyin (atau lebih sering disebut Pinyin) sebagai sistem baku
romanisasi, melalui sistem inilah pengajaran bahasa Mandarin diseluruh dunia
menggunakan pinyin.
Dalam mempelajari bahasa Mandarin seorang pembelajar harus mengerti
cara melafalkan pinyin tersebut dengan mempelajari dasar-dasar vokal maupun
konsonan dalam bahasa Mandarin. Pelafalan bahasa Mandarin dan bahasa

14
Universitas Sumatera Utara

Indonesia mempunyai perbedaan yang signifikan sehingga pembelajar harus
mengerti cara melafalkan huruf vokal dan juga konsonan. Contohnya seperti,
vokal u yang terletak setelah konsonan j, q, x, dan y akan dilafalkan menjadi ü
namun dalam penulisannya tetap menggunakan vokal u seperti halnya yang telah
dikemukakan oleh Duanmu (2007:5), bahwa vokal u yang terletak setelah
konsonan j, q, dan x dilafalkan bunyi ü namun penulisannya tetap sebagai vokal u.
2.3 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori analisis
kesalahan berbahasa (error analysis).
2.3.1

Analisis Kesalahan

Dalam proses belajar tidak terlepas dari kesalahan. Kesalahan termasuk
hal yang wajar mengingat mahasiswa dalam proses belajar, dalam proses tersebut
mahasiswa akan menemukan kesulitan hingga menyebabkan kesalahan. Terlebih
mahasiswa mempelajari bahasa asing yang mana menjadi bahasa kedua setelah
bahasa ibu.
Menurut Dulayet al (dalam Tarigan, 1982:277), kesalahan adalah bagian
konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku (atau
norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa.
Menurut Ellis (dalam Tarigan, 1987:296), analisis kesalahan berbahasa
adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang
mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan
yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu,

15
Universitas Sumatera Utara

pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta
pengevaluasian keseriusannya.
Adapun Corder (dalam Tarigan 1974:168) telah mengemukakan suatu
prosedur bagi analisis kesalahan berbahasa seperti yang terangkum sebagai
berikut :
1. Memilih korpus bahasa
Kegiatan pada tahap ini meliputi beberapa hal, yaitu :
a. Menetapkan luas sampel.
b. Menentukan media sampel (lisan atau tulisan).
c. Menentukan kehomogenan sampel.
2. Mengenali kesalahan dalam korpus
Menurut Corder (dalam Tarigan 1971:169) perlu diadakan pembedaan antara
lapses (kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang
merupakan

akibat

dari

pembatasan

pemrosesan

ketimbang

kurangnya

kompetensi) dengan errors (kesalahan yang terdapat pada kalimat yang
merupakan akibat kurangnya kompetensi).
3. Mengklasifikasikan kesalahan
Kegiatan pada tahap ini mencakup penetapan gramatikal setiap kesalahan,
misalnya kesalahan dalam bidang fonologi, semantik, sintaksis, morfologi.
4. Menjelaskan kesalahan
Kegiatan pada tahap ini merupakan upaya untuk mengenali penyebab
kesalahan tersebut.
5. Mengevaluasi kesalahan

16
Universitas Sumatera Utara

Pada tahap ini mencakup penafsiran keseriusan setiap kesalahan agar dapat
mengambil keputusan bagi pengajaran bahasa.
Dalam kesalahan berbahasa juga, Corder (dalam Pranowo 1971:51)
membedakan kesalahan-kesalahan dalam berbahasa, yaitu :
1. Salah (mistake) adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena pentur
tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai
dengan situasi yang ada.
2. Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat
perhatian topik pembicaraan secara sesaat.
3. Silap (error) adalah penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi
karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.
Dalam mempelajari suatu bahasa tidak jarang mahasiswa mengalami
kesulitan hingga terjadi kesalahan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan
terjadinya kesalahan. Menurut Sharma (dalam Hastuti 2003:79), kesalahan seperti
itu dimungkinkan disebabkan oleh sejumlah faktor ekstra linguistik.
Menurut Setyawati (2010:10) ada 3 faktor yang menjadi penyebab
mahasiswa melakukan kesalahan, yaitu :
1. Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Hal ini dapat
dikatakan kesalahan berbahasa disebabkan oleh interfensi bahasa pertama
(bahasa ibu) terhadap bahasa kedua yang sedang dipelajari.
2. Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
3. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.

17
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

13 131 87

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

6 21 122

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 12

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 2

Analisis Kesalahan Pelafalan Nada Ketiga (上声shǎng Shēng ) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik

0 0 8

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 40

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 8

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kesalahan Pelafalan Vokal dan Konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) Dalam Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 1 11