Konsepsi dan Kepercayaan Orang Dari Siombak Mengenai Makhluk Halus (Studi Kasus Lingkungan Tujuh (Siombak) Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu unsur kebudayaan yang masih dipertahankan masyarakat
Indonesia dalam perubahan budaya adalah sistem kepercayaan. Sistem
kepercayaan dijadikan pedoman dan pandangan hidup bagi masyarakat karena
warisan leluhur yang harus tetap dilestarikan walaupun di zaman yang modern
seperti sekarang ini. Asal usul kepercayaan itu adalah adanya kepercayaan
manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dari padanya. Oleh karena itu,
manusia melakukan berbagai hal untuk mencapai ketenangan hidup (Sujarwa,
1999: 139)
Unsur yang penting dalam sistem kepercayaan tersebut adalah “keyakinan
akan kebenaran pandangan”. Keyakinan ini berhubungan dengan “hati” manusia.
Kalau unsur “pandangan” berada dalam “jagad pemikiran”, maka unsur
“keyakinan” berada dalam “jagad perasaan”. Adanya keterkaitan antara “yang di
dalam pikiran” dengan “yang di dalam perasaan” inilah membuat apa yang di
dalam pikiran tersebut, pandangan-pandangan tersebut, menjadi tidak begitu
mudah untuk berubah. (Ahimsa-Putra, Heddy Shri, 2012: 290)
Berbeda dengan unsur kebudayaan lainnya, kepercayaan merupakan unsur
budaya yang dapat dikatakan mendasari unsur-unsur budaya yang lain. Artinya,

unsur-unsur budaya lain boleh dikatakan selalu dibangun di atas seperangkat

1

Universitas Sumatera Utara

pandangan-pandangan yang diyakini kebenarannya. Pandangan-pandangan yang
diyakini kebenarannya inilah yang kita sebut sebagai “kepercayaan” atau
“keyakinan” (Koentjaraningrat, 1980: 19)
Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai pandangan-pandangan, pendapatpendapat, yang diyakini kebenarannya baik secara eksistensial maupun
substansial, mengenai hal-hal yang empiris maupun tidak empiris, yang mendasari
proses adaptasi manusia terhadap dua dunia itu (empiris dan tidak empiris). Oleh
karena di sini ada sejumlah pandangan dan atau pendapat yang seakan-akan
membentuk suatu kesatuan karena tidak saling berlawanan isinya, maka
pandangan-pandangan tersebut dapat dikatakan membentuk sebuah sistem. Oleh
karena itu pula, “kepercayaan” ini lebih sering disebut sebagai sistem
kepercayaan.
Sistem kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan yang lebih tinggi
mendorong masyarakat untuk mempercayai hal-hal yang gaib termasuk Makhluk
gaib. Menurut Maizudin (2010) makhluk adalah sebuah kata serapan dari bahasa

Arab yang berarti “yang diciptakan”, sebagai lawan dari kata Kholik−“yang
menciptakan.” Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang
diciptakan oleh Tuhan. Selain itu, “makhluk” juga dapat merujuk pada:


Makhkuk halus, adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat gaib seperti
malaikat, setan, iblis atau jin.



Makhluk legenda, adalah makhluk yang terdapat dalam legenda atau cerita
dongeng, misalnya naga dan lain-lain.

2

Universitas Sumatera Utara

Yakni, makhluk gaib adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tak kasat mata
atau makhluk yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indera
manusia.

Makhluk gaib disini yang diangkat adalah makhluk halus berupa setan, jin
atau iblis yang lebih sering terdengar dengan sebutan hantu. Hantu sebagai salah
satu aspek dari “dunia lain” atau berbeda dengan alam manusia. Di Indonesia
sendiri makhluk halus sangat dipercaya keberadaannya. Berdasarkan informasi
dari seorang penduduk desa Mojokuto, Clifford Geertz secara sistematis
menguraikan tiga jenis pokok makhluk halus yang dipercayai oleh sebagian besar
orang Jawa yaitu: memedi (secara harfiah berarti tukang menakut-nakuti),
lelembut (makhluk halus) dan tuyul. (Geertz, 1981: 21)
Menurut Konsepsi orang Jawa, memedi hanya mengganggu orang atau
menakuti-nakuti mereka, tetapi biasanya tidak sampai merusak atau mencelakakan
orang yang diganggunya. Memedi laki-laki disebut genderuwo dan yang
perempuan disebut wewe (istri genderuwo yang selalu menggendong anak kecil
dengan

selendang

di

pinggang,


sebagaimana

ibu-ibu

biasa).

Mereka

menggambarkan ciri fisik wewe sebagai hantu wanita yang memiliki payudara
sangat besar dan panjang hingga menjuntai menutupi seluruh perutnya. Wewe ini
biasanya suka menculik anak-anak yang sering keluar pada saat petang menjelang
Maghrib untuk dibawa ke tempat tinggal wewe tersebut yang disebut kantong
wewe. Ketika hendak membawa anak yang akan diculik, wewe pada umumnya
menyamar menyerupai ibu anak tersebut kemudian membujuknya pulang, dan
ketika anak itu sudah sampai di rumah barulah dia menyadari bahwa ternyata itu

3

Universitas Sumatera Utara


bukan rumahnya dan wanita yang mengajaknya pulang bukanlah ibunya,
melainkan wewe gombel.
Penduduk desa biasanya mencari anak yang hilang karena digondol wewe
dengan cara memukul bunyi-bunyian keliling desa karena menurut kepercayaan
mereka, wewe sangat senang dengan bunyi-bunyian sehingga dia akan menari
ketika mendengarnya. Pada saat dia menari itulah biasanya wewe lupa jika ia
sedang menggendong seorang anak manusia dan akhirnya anak manusia itu jatuh
dari gendongan wewe dan akan ditemukan oleh para penduduk yang mencarinya.
Berbeda dengan memedi, lelembut dapat menyebabkan seseorang jatuh
sakit atau gila. Berdasarkan kepercayaan orang Jawa, jika lelembut itu masuk ke
dalam tubuh orang dan kalau orang itu tidak diobati oleh seorang dukun asli Jawa,
ia akan mati. Lebih dari itu, Dukun bahkan bisa mengatakan di bagian tubuh mana
lelembut itu masuk, dan dapat mengeluarkannya dengan memijat tempat itu saja,
misalnya kaki, lengan, atau bagian punggung. Karena lelembut sama sekali tidak
tampak, dia juga tidak mengambil wujud salah seorang keluarga, tetapi mereka ini
sangat berbahaya bagi manusia.
Jenis terakhir adalah tuyul. Tuyul merupakan anak-anak makhluk halus,
“anak-anak yang bukan manusia. Berdasarkan pemahaman orang Jawa, tuyul itu
tidak mengganggu, manakuti orang atau membuatnya sakit, sebaliknya mereka
sangat disenangi oleh manusia, karena membuatnya jadi kaya. Kalau orang ingin

berhubungan dengan mereka, dia harus berpuasa dan bersemedi, tak lama
kemudian orang itu akan bisa melihat mereka, dan untuk selanjutnya bisa

4

Universitas Sumatera Utara

mempekerjakan mereka untuk kepentingannya sendiri. Kalau orang mau kaya, dia
bisa menyuruh mereka mencari uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh
hanya dalam sekejap mata hingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari
uang untuk tuannya.
Kekuatan makhluk halus tersebut melahirkan sebuah sistem kepercayaan
mistis, sakral dan magis yang semuanya terangkum dalam sebuah kebudayaan
kejawen. Kekuatan alam dan makhluk gaib tersebut dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan spriritualnya. Kekuatan yang bersifat
adikodrati yang bersifat sakral, mistis dan magis tersebut oleh manusia sebagai
tumpuan kehidupannya melalui ritual persembahan.
Peran bahasa lisan disini sangat berpengaruh karena pengetahuan pada
manusia berawal dari interaksi atau komunikasi di antara mereka, antara individu
satu dengan individu yang lain, dan sarana komunikasi yang fundamental adalah

bahasa lisan. Dengan kata lain, eksistensi kesadaran manusia terhadap makhluk
halus tersebut hanya dapat diketahui adanya lewat bahasa. Bahasa dapat dikatakan
mencerminkan apa yang ada dalam kesadaran manusia tersebut. (Ahimsa-Putra,
Heddy Shri, 2012: 282)
Idealnya kita sebagai manusia tidak harus menanggapi begitu mendalam
tentang keberadaan makhluk halus, karena alam manusia dengan alam gaib yang
ditempati oleh makhluk halus tersebut sangatlah berbeda dan bertentangan.
Walaupun manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna, namun manusia

5

Universitas Sumatera Utara

mempunyai keterbatasan pemikiran untuk menjangkau alam gaib. (Suwardi, 2007:
1)
Tetapi bagi orang tertentu ada yang menanggapinya begitu mendalam,
seperti layaknya orang jawa yang percaya terhadap tiga makhluk halus yang telah
dijelaskan oleh Geertz tersebut yang memiliki kesadaran bahwa terdapat makhluk
halus yang justru akan mendatangkan keberuntungan contohnya tuyul. Atas dasar
itu sebagian besar aktivitas hidup komunitas pendukungnya diperuntukkan bagi

makhluk halus Sehingga ia diperlakukan secara khusus.
Di sisi lain, ada juga komunitas yang memiliki kesadaran bahwa makhluk
halus tersebut justru dianggap sebagai tantangan hidup, keberadaannya sangat
ditakuti oleh komunitas tertentu sehingga digelarlah ritual-ritual yang dapat
mengusir keberadaan makhluk halus tersebut agar terhindar dari bahaya-bahaya
gaib yang dapat mereka datangkan.
Orang di Siombak yang sekarang ini menjadi fokus penelitian saya
termasuk dalam gagasan yang terakhir yakni selain mereka menanggapi begitu
mendalam tentang keberadaan makhluk halus yang hidup berdampingan dengan
mereka, masyarakat ini juga meyakini bahwa makhluk halus tersebut sebagai
tantangan hidup bagi mereka. Keberadaan makhluk halus tersebut sangat mereka
takuti sehingga pada masyarakat ini terdapat ritual-ritual untuk mengusir dan
menangkis bahaya-bahaya yang dapat didatangkan oleh makhluk halus tersebut.
Hal inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai pemaham atau penafsiran masyarakat Siombak yang berkenaan

6

Universitas Sumatera Utara


dengan makhluk halus yang justru makhluk ini adalah tantangan hidup mereka.
Sehingga

mengangkat

judul

penelitian

skripsi

yaitu:

“Konsepsi

dan

Kepercayaan Orang Dari Siombak Mengenai Makhluk Halus” (Studi Kasus
Kelurahan Tujuh (Siombak) Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan).

1.2 Kajian Pustaka
Kajian tentang konsepsi suatu masyarakat mengenai makhluk halus telah
banyak dilakukan oleh para ahli di Indonesia. Penelitian terdahulu misalnya;
Sabda 2012 dalam

jurnalnya yang berjudul Kepercayaan Bubuhan Kumai.

Dijelaskan bahwa orang Kumai meyakini keberadaan makhluk-makhluk halus
yang berperan penting dalam menjaga Kumai. Kepercayaan ini dapat dilihat
bahwa warga Kumai merasa mereka ada penjaganya, sungai-sungai di Kumai pun
ada penjaganya. Mereka meyakini benua ini dijaga oleh makhluk halus yang
tersebar di empat penjuru Kumai: utara-selatan-timur-barat. Adapun makhlukmakhluk halus yang keberadaannya dipercayai hingga kini adalah datu buaya dan
urang gaib. Karena itu, setiap tahun masyarakat harus mengadakan upacara
nyanggar dan babarasih (membersihkan) benua agar makhluk-makhluk tersebut
tidak mehawur (mengganggu dan membuat kerusakan.1
Beberapa peristiwa yang berkaitan dengan makhluk halus dituturkan
secara lisan dan dipercaya sebagai faktual. Sungai Nyirih dipercaya ada

1


http://eprints.walisongo.ac.id/2540/

7

Universitas Sumatera Utara

penjaganya berupa makhluk halus. Orang memang banyak yang tidak percaya,
tapi ada kejadian yang membuktikan keberadaan makhluk halus ini. Seorang
pengusaha yang membangun sebuah pelabuhan di sana telah membuktikannya.
Orang-orang kampung sekitar telah menyarankannya agar mengadakan selamatan,
tetapi pengusaha tersebut tidak percaya, dan pelabuhan pun dibangun disana.
Bahan-bahannya dari kayu ulin yang sangat kokoh, sehingga tidak mungkin roboh
atau rusak. Namun yang terjadi, pelabuhan tersebut hilang tanpa meninggalkan
bekas apa pun. Menurut kesaksian orang yang kebetulan memancing di dekat
lokasi tersebut, pelabuhan itu bergerak ke laut dan akhirnya tenggelam. Orang
Kumai mengatakan bangunan tersebut telah mengganggu datu buaya yang
merupakan penunggu sungai tersebut, sehingga ia marah dan membuang bahanbahan pelabuhan tersebut ke laut. Kejadian yang sama terulang lagi waktu
pengusaha lain membangun pelabuhan di sebelahnya, dan pelabuhan tersebut juga
hilang. Kejadian ini diyakini betul oleh masyarakat Kumai, sehingga tidak ada
yang berani membangun pelabuhan di sungai tersebut, kecuali mendapat
dukungan dari makhluk halus yang menjaganya.
Sehingga disekitaran Sungai Kalap yang terdapat sebuah pancuran air
terlihat di sudut-sudut pancuran terdapat ancak (tempat sesajen) yang berisi wadai
apam (roti khas Kumai), rokok selinting (sebatang rokok berasal dari tembakau
dan dibungkus dengan daun kelapa muda), dan sebuah telur ayam kampung
matang. Sesajen tersebut diberikan kepada makhluk gaib penghuni Sungai Kalap.
Kepercayaan kepada makhluk halus dalam masyarakat Bubuhan Kumai
menunjukkan pemahaman khas lokal terhadap berbagai jenis makhluk halus, di

8

Universitas Sumatera Utara

luar yang disebutkan dalam Al-Qura’an dan hadis. Mereka mempercayai adanya
makhluk-makhluk halus yang mempunyai hubungan “persaudaraan” dengan
manusia, karena dipercaya sama-sama dilahirkan. Untuk itu mereka memberikan
perlakuan khusus kepada makhluk-makhluk tersebut agar memperlancar kegiatan
dan hajat mereka. Keyakinan yang mengandung unsur-unsur ajaran lama sebelum
Islam seperti ini dianggap kebenaran dan sulit ditinggalkan. Kejadian-kejadian
gaib ditempat-tempat tertentu dianggap sebagai bukti hadirnya berbagai macam
makhluk halus.
Melihat peran dan fungsi makhluk halus lokal Bubuhan Kumai seperti
diuraikan secara singkat diatas, tampak sekali bahwa makhluk halus bukan hanya
merupakan mitos semata-mata. Makhluk-makhluk tersebut diakui keberadaannya
dan hidup berdampingan dengan masyarakat lokal yang bertugas untuk
melindungi dan menjaga Kumai. Kepercayaan ini diwariskan secara turuntemurun yang memuat nilai-nilai budi pekerti yang dilestarikan oleh pemiliknya.
Kajian yang lainnya yaitu Dewi Astuti dalam bukunya “Adat Istiadat:
Masyarakat Jawa Barat (2014) yang membahas sistem kepercayaan penduduk
Kampung Naga. Tulisan ini merupakan salah satu sub judul bab yang ada dalam
buku yang memuat berbagai macam kampung yang ada di Jawa Barat. Dijelaskan
bahwa penduduk Kampung Naga masih sangat taat memegang adat istiadat dan
kepercayaan nenek moyangnya.
Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan
adat istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau

9

Universitas Sumatera Utara

karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung
Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap tabu. Apabila halhal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat,
tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.
Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada makhluk halus masih
dipegang kuat. Misalnya, percaya adanya jurig cai, yaitu makhluk halus yang
menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalam “leuwi. Mereka
juga percaya adanya ririwa, yaitu makhluk gaib yang senang mengganggu atau
menakut-nakuti manusia pada malam hari, ada pula yang disebut kunti anak, yaitu
makhluk halus yang berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka
mengganggu wanita yang sedang atau akan melahirkan. Tempat-tempat yang
dijadikan tempat tinggal makhluk gaib oleh masyarakat Kampung Naga disebut
sebagai tempat yang angker atau sanget. Sedangkan tempat-tempat seperti makam
Sembah Eyang Singaparna, Bumi Ageng dan Masjid merupakan tempat yang
dipandang suci bagi masyarakat Kampung Naga. Aktivitas kehidupan masyarakat
Kampung Naga masih patuh dan melaksanakan ketentuan hukum yang tidak
tertulis, seperti pantangan atau pamali. Misalnya dalam hal tata cara membangun
dan bentuk rumah, arah rumah, upacara dan lain-lain.
Masyarakat Kampung Naga masih memegang kukuh kepercayaan
terhadap ruang. Mereka percaya bahwa ruang atau tempat-tempat yang memiliki
batas-batas tertentu dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tertentu pula. Tempat atau
daerah yang mempunyai batas tertentu yang berbeda, seperti batas sungai, batas
antara pekarangan rumah bagian depan dengan jalan, tempat antara persawahan

10

Universitas Sumatera Utara

dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut dengan huluwotan, tempattempat lereng bukit, tempat antara perkampungan dengan hutan dan sebagainya.
Tempat-tempat tersebut merupakan tempat-tempat yang didiami oleh kekuatankekuatan tertentu. Daerah yang memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami oleh
makhluk-makhluk halus dan dianggap angker atau sanget. Itulah sebabnya di
daerah itu masyarakat Kampung Naga suka menyimpan “sesajen” (sesaji).
Masyarakat Kampung Naga juga memiliki kepercayaan yang disebut
dengan palintangan. Pada saat-saat tertentu ada bulan atau waktu yang dianggap
buruk, pantang atau tabu untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang amat
penting, seperti membangun rumah,

perkawinan, khitanan dan upacara adat.

Waktu yang dianggap tabu disebut larangan bulanan. Larangan bulanan jatuhnya
pada bulan Safar dan bulan Ramadhan. Pada bulan-bulan tersebut dilarang atau
tabu mengadakan upacara karena hal itu bertepatan dengan upacara menyepi.
Pantangan atau tabu lainnya, yaitu pada hari Selasa, Rabu dan Sabtu
masyarakat Kampung Naga dilarang membicarakan soal adat istiadat dan asal
usul Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati Eyang
Sembah Singaparna yang merupakan cikal bakal masyarakat Kampung Naga.
Sementara itu, di Tasikmalaya ada sebuah tempat yang bernama Singaparna,
masyarakat Kampung Naga menyebutnya dengan nama Galunggung, karena kata
Singaparna berdekatan dengan Singaparna nama leluhur masyarakat Kampung
Naga.

11

Universitas Sumatera Utara

Kajian selanjutnya adalah Clifford Geertz dalam bukunya Abangan, Santri
dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa (1981) secara sistematis menguraikan tiga
jenis pokok makhluk halus yang dipercayai oleh sebagian besar orang Jawa yaitu:
memedi (secara harfiah berarti tukang menakut-nakuti), lelembut (makhluk halus)
dan tuyul. (Geertz, 1981: 21)
Menurut Konsepsi orang Jawa, memedi hanya mengganggu orang atau
menakuti-nakuti mereka, tetapi biasanya tidak sampai merusak atau mencelakakan
orang yang diganggunya. Memedi laki-laki disebut genderuwo dan yang
perempuan disebut wewe (istri genderuwo yang selalu menggendong anak kecil
dengan

selendang

di

pinggang,

sebagaimana

ibu-ibu

biasa).

Mereka

menggambarkan ciri fisik wewe sebagai hantu wanita yang memiliki payudara
sangat besar dan panjang hingga menjuntai menutupi seluruh perutnya. Wewe ini
biasanya suka menculik anak-anak yang sering keluar pada saat petang menjelang
Maghrib untuk dibawa ke tempat tinggal wewe tersebut yang disebut kantong
wewe. Ketika hendak membawa anak yang akan diculik, wewe pada umumnya
menyamar menyerupai ibu anak tersebut kemudian membujuknya pulang, dan
ketika anak itu sudah sampai di rumah barulah dia menyadari bahwa ternyata itu
bukan rumahnya dan wanita yang mengajaknya pulang bukanlah ibunya,
melainkan wewe gombel.
Penduduk desa biasanya mencari anak yang hilang karena digondol wewe
dengan cara memukul bunyi-bunyian keliling desa karena menurut kepercayaan
mereka, wewe sangat senang dengan bunyi-bunyian sehingga dia akan menari
ketika mendengarnya. Pada saat dia menari itulah biasanya wewe lupa jika ia

12

Universitas Sumatera Utara

sedang menggendong seorang anak manusia dan akhirnya anak manusia itu jatuh
dari gendongan wewe dan akan ditemukan oleh para penduduk yang mencarinya.
Berbeda dengan memedi, lelembut dapat menyebabkan seseorang jatuh
sakit atau gila. Berdasarkan kepercayaan orang Jawa, jika lelembut itu masuk ke
dalam tubuh orang dan kalau orang itu tidak diobati oleh seorang dukun asli Jawa,
ia akan mati. Lebih dari itu, Dukun bahkan bisa mengatakan di bagian tubuh mana
lelembut itu masuk, dan dapat mengeluarkannya dengan memijat tempat itu saja,
misalnya kaki, lengan, atau bagian punggung. Karena lelembut sama sekali tidak
tampak, dia juga tidak mengambil wujud salah seorang keluarga, tetapi mereka ini
sangat berbahaya bagi manusia.
Jenis terakhir adalah tuyul. Tuyul merupakan anak-anak makhluk halus, “anakanak yang bukan manusia. Berdasarkan pemahaman orang Jawa, tuyul itu tidak
mengganggu, manakuti orang atau membuatnya sakit, sebaliknya mereka sangat
disenangi oleh manusia, karena membuatnya jadi kaya. Kalau orang ingin
berhubungan dengan mereka, dia harus berpuasa dan bersemedi, tak lama
kemudian orang itu akan bisa melihat mereka, dan untuk selanjutnya bisa
mempekerjakan mereka untuk kepentingannya sendiri. Kalau orang mau kaya, dia
bisa menyuruh mereka mencari uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh
hanya dalam sekejap mata hingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari
uang untuk tuannya.

13

Universitas Sumatera Utara

1.2.1 Konsepsi
Konsepsi berasal dari kata konsep yang menurut Singarimbun dan Effendi
(1993) konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. menurut
Dahar (1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili kelas objek-objek
tertentu, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut yang sama.
Jadi, konsep adalah sebuah ide abstrak, gagasan yang mendasari suatu
objek yang dituangkan dalam suatu istilah yang digunakan untuk memahami halhal lain dalam suatu fenomena, sehingga ide abstrak atau gagasan tersebut dapat
dimengerti oleh orang lain dengan jelas.
Setiap konsep memiliki tafsiran yang berbeda-beda di setiap individu yang
memahaminya. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep di sebut konsepsi.
(Mariawan, 2002). Konsepsi merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang
terhadap suatu objek yang diamatinya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah konsepsi dan kepercayaan

14

Universitas Sumatera Utara

Orang Siombak mengenai Makhluk halus. Adapun pertanyaan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Siapa saja makhluk halus yang diyakini keberadaannya oleh orang di
Siombak? Serta bagaimana pula wujud dari makhluk halus yang diyakini
keberadaannya tersebut?
2. Bagaimana sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing makhluk halus
tersebut?
3. Bagaimana pula interaksi yang terjalin antara orang di Siombak dengan
makhluk halus tersebut?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui siapa saja makhluk halus yang diyakini keberadaannya
oleh orang di Siombak serta untuk mengetahui wujud dari makhluk halus
tersebut.
2. Untuk mendeskripsikan sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing
makhluk halus tersebut.
3. Untuk mengetahui interaksi yang terjalin antara orang di Siombak dengan
makhluk halus tersebut.
1.5 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teeoritis

15

Universitas Sumatera Utara

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang jelas dan nyata tentang konsepsi dan kepercayaan Orang Siombak
mengenai makhluk halus yang dikaji secara antropologis serta dapat
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literature
kajian terhadap perkembangan ilmu antropologi sekaligus menjadi acuan
bagi penelitian berikutnya, khsusnya kajian yang berhubungan dengan
konsepsi dan kepercayaan Orang Siombak mengenai makhluk halus yang
dikaji secara antropologis.
1.6 Metode Penelitian
Seperti pada umumnya penelitian dalam ranah Antropologi, pendekatan
utama dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap masalah adalah
pendekatan kualitatif. Alasan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
karena dengan menggunakan penelitian kualitatif penulis dapat memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (masyarakat Siombak)
seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik. Bogdan
dan Taylor dalam Moleong (2000: 3) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Disamping itu,
peneliti akan menjadi instrumen utama didalamnya untuk mengelaborasi berbagai
data yang didapatkan di lapangan.

16

Universitas Sumatera Utara

Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penelitian
meliputi beberapa tahap, yaitu :


Tahap persiapan penelitian: langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
adalah membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori-teori
yang relevan dengan masalah penelitian ini. Pedoman wawancara ini berisi
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya dapat berkembang dalam
wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, sebelum digunakan
dalam wawancara dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih ahli
atau significant other yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing.
Selanjutnya peneliti membuat kesepakatan dengan informan dan mengatur
waktu serta tempat pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara.
Peneliti juga perlu menyiapkan voice recorder dan camera yang akan
digunakan untuk merekam jalannya wawancara agar semua informasi
akurat tidak ada yang terlupakan.



Tahap pelaksanaan penelitian: Dalam melakukan wawancara, hal penting
yang harus dilakukan sebelum memulai wawancara adalah membangun
rapport yang baik. Rapport sangat penting untuk membuat informan
merasa nyaman dan bebas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan, sehingga informasi yang diberikan akan lengkap dan akurat.
Rapport juga merupakan usaha untuk ice breaking atau memecahkan
kebekuan atau kekakuan yang ada selama proses wawancara berlangsung.
Dalam melakukan wawancara, peneliti akan merekam hasil wawancara
tersebut pada voice recorder dan camera yang telah disediakan. Peneliti

17

Universitas Sumatera Utara

juga melakukan observasi selama wawancara dengan memperhatikan dan
mencatat tingkah laku informan selama wawancara, interaksi informan
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
1.6.1 Teknik Wawancara
Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak berstruktur, karena pertanyaan yang diberikan berisi tentang
pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek dan subjek diberikan kebebasan
menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka hati.
Wawancara tidak berstuktur lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang
pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas
dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu
wawancara dilakukan. Serta subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya
dan mengungkapkan pandangannya sesuka hati.
Selain itu, Wawancara mendalam (indepth interviewing) juga digunakan.
Sebagaimana kita ketahui wawancara mendalam adalah Proses wawancara
didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara
spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumya dilakukan
peneliti yang melakukan observasi partisipatif.

18

Universitas Sumatera Utara

Penulis membagi informan menjadi dua jenis yaitu: informan kunci dan
informan biasa. Informan kunci adalah seseorang yang paham betul secara detail
mengenai sistem kepercayaan lokal pada masyarakat Siombak. Selanjutnya
informan biasa. Informan biasa adalah orang-orang yang turut melaksanakan
serangkaian ritual-ritual sebagai upaya untuk menolak bahaya yang dapat
mengganggu dan mengancam kehidupan mereka.
1.6.2 Teknik Observasi
Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipasi yakni penulis
ikut terlibat secara langsung di lapangan. Proses pengamatan dilakukan dengan
cara mengamati peralatan-peralatan yang digunakan saat mereka menjalankan
ritual, siapa-siapa saja pelakunya, waktu, peristiwa serta aktivitas yang mereka
lakukan.
Observasi Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal yang
penting tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak
terjadi. Hasil observasi menjadi data yang penting karena :
a) Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks
yang akan diteliti.
b) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan
yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi
tentang topik yang diamati akan berkurang.

19

Universitas Sumatera Utara

c) Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks
hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka
tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal
yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara
terbuka dalam wawancara.
e) Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif
individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi
memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang
ditampilkan subjek penelitian atai pihak-pihak lain.
f) Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat
akan

menjadi

bagian

dari

data

yang

pada

gilirannya

dapat

dimanfaatkannya untuk memahami fenomena yang diteliti.

20

Universitas Sumatera Utara