Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk menggambarkan peran Pasangan Usia Subur terhadap Pendidikan Seks
Remaja.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di Keluarahan Sudirejo 1
Kecamatan Medan Kota di Kota Medan Sumatera Utara.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada Mei 2016 sd selesai.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur yang
berjumlah 427 jiwa.
3.3.2. Sampel
Jumlah keseluruhan pasangan usia subur yang memiliki remaja adalah
427, untuk menggambil sample tehnik yang di gunakan adalah tehnik Cluster
Random Sampling. Dimana teknik ini lebih kepada pengelompokan bukan
perindividu. Maka terlebih dahulu dikelompokkan jumlah pasangan usia subur

yang memiliki remaja di keluarahan Sudirejo 1 perlingkungan. Setelah itu baru
diambil sampel dengan cara proportional stratified random sampling dimana kita
35

Universitas Sumatera Utara

36

akan masing-masing menggambil perlingkungan atau perkelompok sebanyak 16%
dari setiap masing-masing kelompok (Sudigdo, 1995)
Lingkungan 1 : 59 = 9
Lingkungan 2 : 71 = 11
Lingkungan 3 : 42 = 7
Lingkungan 4 : 28 = 4
Lingkungan 5 : 65 = 10
Lingkungan 6 : 31 = 5
Lingkungan 7 : 44 = 7
Lingkungan 8 : 53 = 8
Lingkungan 9 : 34 = 5
Berdasarkan perhitungan diatas telah didapatkan jumlah sampel penelitian

ini adalah sebanyak 66 sampel.
3.4 Aspek Pengukuran dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban
responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah
ditetapkan. Nilai dijumlahkan dan dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu
tingkat baik, sedang dan kurang (Sudigdo, 1995).

Universitas Sumatera Utara

37

a. Pengukuran Peran Pasangan Usia Subur dalam mengontrol informasi
Peran pasangan usia subur dalam mengontrol informasi diukur melalui 3
pertanyaan, yaitu pertanyaan no 17, 18, dan 19.
Jika responden menjawab Ya diberi nilai 2, jika responden menjawab
Tidak diberi nilai 1. Dari pengukuran diatas diperoleh nilai tertinggi 6.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori yaitu:
1. Peran pasangan usia subur baik, apabila nilai yang diperoleh


75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
2. Peran pasangan usia subur sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75%
dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
3. Peran pasangan usia subur kurang, apabila nilai yang diperoleh

45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
b. Pengukuran Peran Pasangan Usia Subur dalam memberikan informasi
Peran pasangan usia subur dalam memberikan informasi diukur melalui 13
pertanyaan.


Untuk pertanyaan no 1 sampai no 6, bila responden menjawab semua pilihan
benar maka diberi nilai 2, apabila responden hanya memilih 1 jawaban yang
dianggap benar, maka diberi nilai 1 dan bila hanya memilih 1 jawaban yang
dianggap benar, maka diberi nilai 0




Untuk pertanyaan no 7, 9, 10, 11, 13, 23 dan 25 jika responden menjawab Ya
diberi nilai 2, jika responden menjawab Tidak diberi nilai 1
Dari pengukuran diatas diperoleh nilai tertinggi 28. Berdasarkan jumlah

nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori yaitu:

Universitas Sumatera Utara

38

1. Peran pasangan usia subur baik, apabila nilai yang diperoleh

75%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
2. Peran pasangan usia subur sedang, apabila nilai yang diperoleh 4575% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
3. Peran pasangan usia subur kurang, apabila nilai yang diperoleh


45%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
c. Pengukuran Peran Pasangan Usia Subur dalam menjelaskan bagaimana
cara

mengatasi perkembangan seksualitasnya.

Peran pasangan usia subur dalam menjelaskan bagaimana cara mengatasi
perkembangan seksualitasnya. diukur melalui 12 pertanyaan, yaitu pertanyaan no
8, 12, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24, 26, 29 dan 31.
Dari pengukuran diatas diperoleh nilai tertinggi 24. Berdasarkan jumlah
nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori yaitu:
1. Peran pasangan usia subur baik, apabila nilai yang diperoleh

75%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
2. Peran pasangan usia subur sedang, apabila nilai yang diperoleh 4575% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
3. Peran pasangan usia subur kurang, apabila nilai yang diperoleh


45%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data berupa
kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai peran pasangan usia subur yang

Universitas Sumatera Utara

39

memiliki anak remaja dalam pemberian pendidikan seks remaja di kelurahan
Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota tahun 2017
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Sumber Data
a. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
kuisioner.
b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari gambaran umum Kelurahan Sudirejo 1, jumlah
penduduk, Jumlah Wanita Usi Subur, Studi Pustaka, dan Internet.

3.6. Defenisi Operasional
1. Peran adalah perbuatan yang diharapkan dari pasangan usia subur di
Kelurahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota dalam pemberian
pendidikan seks kepada remaja.
2. Pasangan usia subur adalah semua wanita dan pria yang sudah berstatus
menikah, wanita berumur 15-49 tahun dan pria berumur diatas 15 tahun,
yang ada di Kelurahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota.
3. Informasi adalah semua informasi tentang seks berkaitan dengan norma
sosial, ekonomi, hukum dan lain-lain yang dapat diperoleh anak remaja.
3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

40

Data yang telah terkumpul kemudian diolah (editing, coding, entry, dan

cleaning data).
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,
konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. Apabila
terdapat data yang kurang lengkap dapat langsung diperbaiki di tempat
pengumpulan data.
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode (khususnya yang berbentuk
angka/bilangan) untuk memudahkan proses pengolahan data.
3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan computer
apabila data sudah benar dan telah melewati editing dan coding.
4. Cleaning, yaitu membersihkan data dari kesalahan apabila ada dengan
melihat missing data, variasi data dan konsistensi data.
3.7.2. Analisis Data
Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk table distribusi dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian
berdasarkan teori dari kepustakaan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

41


BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1

Letak Geografis
Kelurahan Sudirejo 1 merupakan salah satu kelurahan yang ada di

Kecamatan Medan Kota dengan luas wilayah yaitu 89,69 Ha. Kelurahan Sudirejo
1 terdiri dari 9 lingkungan. Jumlah penduduk Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak
14.354 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 7. 105 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 7.249 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 2.822.
4.1.2

Batas Wilayah Kelurahan Sudirejo 1
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo II.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat.

4.1.3

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Sudirejo 1 terdiri dari :
Puskesmas

:1

Posyandu

: 11

Praktek Bidan Swasta

:5


Praktek Dokter

:2

Universitas Sumatera Utara

42

4.1.4

Gambaran Penduduk

Tabel. 4.1 Distribusi Penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan
Sudirejo 1
Kelompok Umur

Jumlah

0-4 tahun

447

5-9 tahun

1.108

10-14 tahun

1.343

15-19 tahun

1.412

20-24 tahun

1.102

25-29 tahun

1.209

30-34 tahun

1.196

35-39 tahun

1.267

40-44 tahun

1.251

45-49 tahun

1.158

50-54 tahun

1.177

55-59 tahun

929

60-64 tahun

451

>65 tahun

304
14.354

Total

4.2

Karaterisitk Responden

4.2.1

Usia Responden

Tabel. 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun)

Ayah
Frekuensi

Ibu
%

Frekuensi

%

1

20-25 tahun

1

3,0

6

18,2

2

26-31 tahun

4

12,1

5

15,1

3

32-37 tahun

3

9,1

6

18,2

4

38-43 tahun

14

42,4

11

33,3

Universitas Sumatera Utara

43

5

44-49 tahun

4

12,1

5

15,2

6

50-54 tahun

5

15,2

0

0

7

55-59 tahun

2

6,1

0

0

Total

33

100,0

33

100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
laki-laki berusia 38-43 tahun yaitu sebanyak 14 orang (42,4%) dan responden
perempuan berusia 38-43 tahun yaitu sebanyak 11 orang (33,3%), sedangkan
sebagian kecil responden laki-laki berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 1 orang
(3,0%) dan responden perempuan berusia 44-49 tahun yaitu sebanyak 5 orang
(15,2%).
4.2.2

Pendidikan Responden

Tabel. 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan

Frekuensi

%

SD

3

4,5

SMP

7

10,6

SMA/Sederajat

39

59,1

Diploma I/II/III

5

7,6

Sarjana/Strata I

12

18,2

66

100,0

Total

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan
terakhir responden adalah SMA yaitu sebanyak 39 orang (59,1 %), sedangkan
sebagian kecil responden pendidikan terakhirnya adalah SD yaitu sebanyak 3
orang (4,5%).
4.2.3

Pekerjaan Responden

Universitas Sumatera Utara

44

Tabel. 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan

Frekuensi

%

Wiraswasta

27

40,9

Ibu Rumat Tangga

18

27,3

Pegawai Swasta

11

16,7

PNS

2

3,0

Dan lain-lain

8

12,1

66

100,0

Total

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (40,9 %), sedangkan
sebagian kecil responden bekerja sebagai Pegawai Swasta dan PNS yaitu
sebanyak 2 orang (3,0%).
4.2.4

Penghasilan Responden

Tabel. 4.5 Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga
Penghasilan
≤1.000.000

Frekuensi

%

8

24,2

1.100.000-2.000.000

14

42,4

2.100.000-3.000.000

6

18,2

3.100.000-4.000.000

3

9,1

>4.000.000

2

6,1

33

100,0

Total

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berpenghasilan 1.000.000-2.000.000 yaitu sebanyak 14 orang (42,4 %),
sedangkan sebagian kecil responden berpenghasilan diatas Rp. 4.000.000 yaitu
sebanyak 2 orang (6,1%).

Universitas Sumatera Utara

45

4.3

Gambaran Peran Responden dalam Mengontrol Informasi yang
Diperoleh Anak

Tabel. 4.6 Distribusi Frekuensi Peran Responden dalam Mengontrol
Informasi yang Diperoleh anak
No

1

Baik

Kategori

Tahukah anda bahwa anak anda belum/sudah

Kurang

N

%

N

%

24

36,4

42

63,6

27

40,9

39

59,1

31

47,0

35

53,0

pernah membaca buku/majalah/tabloid/surat
kabar porno atau menonton video porno ?
2

Apakah anda melarang anak anda (secara
lisan) menonton TV yang berbau film-film
dewasa?

3

Apakah anda melarang (secara lisan) anak
anda mengakses

internet

yang

berbau

pornografi ?
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 42 responden
(63,6%)

tidak mengetahui bahwa

anak

belum/sudah pernah membaca

buku/majalah/tabloid/surat kabar porno atau menonton video porno. Sebagian
besar responden yaitu 39 responden (59,1%) tidak melarang (secara lisan) anak

Universitas Sumatera Utara

46

menonton film dewasa, begitu pula sebagian besar responden yaitu 35 orang
(53,0%) tidak melarang (secara lisan) anak mengakses internet yang berbau
pornografi.
Tabel. 4.7 Distribusi Frekuensi Peran Responden dalam Mengontrol
Informasi yang Diperoleh anak
No

Kategori

Frekuensi

%

1

Baik

27

40,9

2

Kurang

39

59,1

66

100,0

Total

Dari tabel 4.7 diatas diketahui sebanyak 27 orang responden (40,9%)
berperan baik dalam mengontrol informasi yang diperoleh anak sedangkan 39
orang responden (59,1%) kurang berperan dalam mengontrol informasi yang
diperoleh anak. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden kurang
berperan dalam mengontrol informasi yang diperoleh anak.
4.4

Gambaran Peran Responden dalam Memberikan Informasi Kepada
Anak

Tabel. 4.8
No

1

Distribusi Frekuensi Peran Responden dalam Memberikan
Informasi

Kategori

Baik

Kurang

n

%

n

%

58

87,9

8

12,1

dari

47

71,2

19

28,8

Menurut anda apa dampak dari melakukan seks

61

92,4

5

7,6

41

62,1

25

37,9

Menurut anda apa saja perkembangan seksual
yang terjadi pada remaja ?

2

Menurut

anda

apa

saja

dampak

perkembangan seksual pada remaja ?
3

pranikah ?
4

Menurut anda apa efek dari menonton film
porno ?

Universitas Sumatera Utara

47

5

Menurut anda apa saja termasuk kedalam

40

60,6

26

39,4

38

57,6

28

42,4

27

40,9

39

59,1

21

31,8

45

68,2

46

69,7

20

30,3

13

19,7

53

80,3

16

24,2

50

75,8

13

19,7

53

80,3

32

48,5

34

51,5

penyakit menular seksual ?
6

Menurut anda apa peran orangtua selaku
memiliki remaja?

7

Apakah anda memberitahukan dampak seks
pranikah kepada anak anda ?

8

Apakah anda memberikan penjelasan kepada
anak anda tentang efek dari menonton film
yang berbau pornografi ?

9

Pernahkan
perubahan

anda
fisik

menjelaskan

tentang

(Perkembangan

seksual)

remaja kepada anak ?
10

Pernahkan anda memberikan informasi tentang
organ reproduksi dan fungsinya ?

11

Sebagai orang tua apakah bapak/ibu pernah
memberikan

informasi

tentang

penyakit

menular seksual ?
12

Apakah anda mengajarkan anak anda untuk
tidak menonton film/video untuk mendapatkan
kepuasan seksual ?

13

Apakah anda pernah menjelaskan mengenai
dampak perubahan fisik remaja kepada anak ?

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden yaitu
sebanyak 34 responden (51,5%) berperan dalam memberikan informasi kepada
anak sedangkan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 32 responden (48,5%)
kurang berperan dalam memberikan informasi kepada anak.
Tabel. 4.9

Distribusi Frekuensi Peran Responden dalam Memberikan
Informasi

Universitas Sumatera Utara

48

No

Kategori

Frekuensi

%

1

Baik

34

51,5

2

Kurang

32

48,5

66

100,0

Total

Dari tabel 4.9 diatas diketahui sebanyak 34 orang responden (51,5%)
berperan baik dalam memberikan informasi sedangkan 32 orang responden
(48,5%) kurang berperan dalam memberikan informasi. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden berperan dalam memberikan informasi kepada remaja.

Universitas Sumatera Utara

49

4.5.

Gambaran Peran Responden dalam Menjelaskan Bagaimana Cara
Mengatasi Perkembangan Seksualitasnya.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Peran Responden dalam Menjelaskan
Bagaimana Cara Mengatasi Perkembangan Seksualitasnya.
No

1

Kategori

Baik

Apakah anda pernah memberikan pengertian

Kurang

N

%

n

%

34

51,5

32

48,5

51

77,3

15

22,7

47

71,2

19

28,8

23

34,8

43

65,2

20

30,3

46

69,7

52

78,8

14

21,2

25

37,9

41

62,1

13

19,7

53

80,3

51

77,3

5

22,7

23

34,8

43

65,2

kepada anak anda untuk tidak berpacaran saat
masih sekolah ?
2

Apakah anda mengawasi anak anda saat keluar
rumah ? (waktu, tempat dan teman) ?

3

Sebagai orang tua apakah anda menasehati dan
membatasi anak dalam bergaul dengan lawan
jenis ?

4

Sebagai orang tua apakah anda mengetahui
bahwa anak anda belum pernah/sudah/sedang
berpacaran ?

5

Jika ya, tahukan anda bahwa anak anda
blm/sudah pernah melakukan ciuman (tangan,
kening,pipi, ataupun bibir) ?

6

Apakah anda melarang (secara lisan)

anak

perempuan menggunakan pakaian minim/tipis
saat berada diluar rumah ?
7

Apakah anda pernah mengamati dan memberi
solusi anak anda ketika memiliki masalah
seksualitas ?

8

Tahukah anda bahwa anak anda belum/sudah
pernah melakukan onani/masturbasi ?

9

Apakah anda pernah mengajarkan anak untuk
tidak berhubungan seksual sebelum menikah ?

10

Apakah anda pernah memberitahukan kepada

Universitas Sumatera Utara

50

anak anda cara-cara mengatasi perkembangan
seksualitasnya ?
11

Apakah Anda pernah mengajarkan anak anda

52

78,9

14

21,1

14

21,2

52

78,8

untuk menjaga bagian tubuh tertentu agar tidak
disentuh/diraba orang lain (Mis, payudara,
paha, dll) ?
12

Apakah anda mengajarkan anak anda untuk
menolak ajakan berhubungan seksual dari
pacarnya ?

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yaitu 43 orang (65,2%) tidak mengetahui bahwa anak belum/sudah/sedang
berpacaran. Sebagian besar yaitu sebanyak 46 orang (69,7%) tidak mengetahui
bahwa anak belum/sudah berciuman. Sebagian besar yaitu sebanyak 41 orang
(62,1%) tidak pernah mengamati dan memberi solusi pada anak ketika memiliki
masalah seksualitas. Sebagian besar yaitu sebanyak 53 orang responden (80,3%)
tidak mengetahui bahwa anak belum/sudah melakukan onani/masturbasi.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 43 orang (65,2%) tidak
memberitahukan kepada anaknya cara-cara mengatasi perkembangan seksualnya.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 52 orang responden (78,8%) tidak
mengajarkan anak untuk menolak ajakan berhubungan seksual dari pacarnya.
Tabel 4.11 Distribusi Kategori Peran Responden dalam Menjelaskan
Bagaimana
Cara
Anak Mengatasi Perkembangan
Seksualitasnya.
No

Kategori

Frekuensi

%

1

Baik

34

51,5

2

Kurang

32

48,5

66

100,0

Total

Universitas Sumatera Utara

51

Dari tabel 4.11 diatas diketahui sebanyak 34 orang responden (51,5%)
berperan baik dalam menjelaskan cara mengatasi perkembangan seksualnya
sedangkan 32 orang responden (48,5%) kurang berperan dalam menjelaskan cara
mengatasi perkembangan seksualnya. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden berperan dalam menjelaskan bagaimana cara anak mengatasi
perkembangan seksualnya.

Universitas Sumatera Utara

52

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Karateristik Responden
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 66 pasangan usia subur dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden laki-laki berumur 38-43 tahun yaitu
sebanyak 14 orang (42,4%) dan sebagian besar responden perempuan berumur 3843 tahun yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Sebagian kecil responden laki-laki
berumur 20-25 yaitu sebanyak 1 orang (3,0%) dan sebagian kecil responden
perempuan berumur 26-31 tahun dan 44-49 tahun yaitu sebanyak 5 orang
(15,1%). Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tua umur seseorang semakin
lebih bijaksana dan semakin banyak informasi yang

dapat

menambah

pengetahuannya serta proses-proses perkembangan mentalnya juga bertambah
baik.
Pendidikan menurut Undang-undang Repubilk Indonesia nomor 20 tahun
2003 pasal 13, menyatakan: “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pada tabel
4.3 dapat dilihat bahwa lebih dari setengahnya responden berpendidikan terakhir
SMA sederajat yaitu sebanyak 39 orang (59,1%), sisanya DI/II/II sebanyak 5
orang (7,6%), S1 sebanyak 12 orang (18,2%). Hanya sebagian kecil responden

Universitas Sumatera Utara

53

yang hanya tamat SD yaitu sebanyak 3 orang (4,5%) dan SMP yaitu sebanyak 7
orang (10,6%).
Untuk pekerjaan responden, lebih dari setengahnya responden adalah
wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (40,9%) kemudian sisanya adalah ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 18 orang (27,3%), pegawai swasta sebanyak 11 orang
(16,7%), PNS sebanyak 2 orang (3,0%) dan yang memiliki pekerjaan-pekerjaan
lain sebanyak 8 orang (12,1%). Pekerjaan secara umum adalah sebagai sebuah
kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan
aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Pekerjaan juga berkaitan dengan pendapatan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya). Semakin tinggi
penghasilan maka semakin tinggi kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan, khususnya kesehatan. Penghasilan yang tinggi memudahkan seseorang
dalam memperoleh pelayanan dan infromasi-informasi tentang kesehatan.
Sebagian besar pasangan usia subur berpenghasilan 1.100.000-2.000.000 yaitu
sebanyak 14 orang (42,4%). Hanya sebagian kecil responden yang berpenghasilan
diatas Rp. 4.000.000 yaitu sebanyak 2 orang (6,1%)
5.2

Peran Pasangan Usia Subur dalam dalam Mengontrol Informasi yang
Diperoleh Anak
Dari hasil penelitian pada tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 42 orang

responden (63,6%) tidak mengetahui bahwa anaknya belum/sudah membaca
buku/majalah atau menonton film porno. Sebagian besar responden, yaitu

Universitas Sumatera Utara

54

sebanyak 39 orang (59,1%) melarang anaknya menonton tv yang berbau
pornografi dan sebanyak 35 orang responden (53,0%) melarang anak mengakses
internet berbau pornografi. Berdasarkan tabel 4.7 Dapat disimpulkan bahwa peran
pasangan usia subur dalam mengontrol informasi yang diperoleh anak berada
pada kategori kurang, yaitu sebanyak 39 orang (59,1%). Hal ini disebabkan oleh
sebagian responden menganggap anaknya sudah mengerti bahwa menonton video
porno atau hal-hal berbau pornografi lainnya adalah tidak baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat lestari (2007) Pada umumnya orang tua beranggapan anak akan
mengetahui sendiri tentang seks apabila mereka telah besar dan dewasa.
Beberapa responden menganggap anaknya belum pernah mengakses halhal berbau pornografi tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan kepada anak remaja dari responden, diketahui bahwa
anak sudah pernah mengakses atau menonton video porno dan merahasiakannya
dari orang tua karena takut orang tuanya marah.
Banyak terjadi ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan
reproduksi. Di lingkungan sosial masyarakat, seks hanya ditawarkan sebatas
komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersiat pornografi,
seperti vcd, majalah, internet bahkan tanyangan televisi (Irianto 2014). Para ahli
menyatakan bahwa aktifitas seksual pada anak yang belum dewasa selalu
memunculkan dua kemungkinan pemicu; pengalaman dan melihat. Hal ini berarti
anak-anak yang menyimpang secara seksual sering melihat adegan seks tanpa
penjelasan ilmiah yang selalu membangkitkan birahi dan mengakibatkan
kecanduan (Irianto, 2014). Disinilah peran pasangan usia subur sebagai orang tua

Universitas Sumatera Utara

55

dijalankan, pasangan usia subur haruslah memberikan kontrol yang tepat agar
remaja tidak memiliki kesempatan dan akses terhadap film atau video porno.
Sebagian besar responden sudah melarang anaknya menonton film porno
dan mengakses internet yang berbau pornografi tetapi tidak mengetahui anaknya
sudah/belum membaca buku/majalah dan menonton tv. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada remaja responden diketahui, meskipun sudah dilarang oleh orang
tua remaja tetap menonton film porno karena kurangnya kedekatan kepada orang
tua sehingga remaja cenderung mengabaikan larangan orang tua ditambah remaja
mendapat pengaruh dari lingkungan teman sebayanya. Hal ini sejalan dengan
penelitian Apriyanthi (2011) yaitu kontrol orang tua tidak menjadi acuan remaja
dalam berprilaku, dibutuhkan komunikasi dan kedekatan antara orang tua dan
anak.
5.3

Peran Pasangan Usia Subur dalam Memberikan Informasi Kepada
Anak
Dari hasil penelitian pada tabel 4.8 diketahui bahwa sebagian besar

responden yaitu sebanyak 58 orang (87,9%) sudah mengetahui perkembangan
seksual yang terjadi pada remaja dan sebanyak 61 orang responden (92,4%) sudah
mengetahui dampak seks pranikah. Sebanyak 47 orang responden (71,2%) sudah
pernah menjelaskan tentang perubahan fisik kepada anaknya. Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 4.9 Dapat disimpulkan bahwa peran pasangan usia subur
dalam memberikan informasi kepada anak berada pada kategori baik, yaitu
sebanyak 34 orang responden (51,5%).

Universitas Sumatera Utara

56

Diketahui bahwa responden tetap memberikan informasi mengenai
seksualitas kepada anak meskipun informasi tersebut dapat diperoleh anak di
sekolah. Pasangan usia subur mengatakan bahwa mereka dapat mengawali
pembicaraan dengan memberikan informasi-informasi ringan untuk kemudian
berlanjut kepada diskusi-diskusi mengenai permasalahan-permasalahan yang
dialami anaknya. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari
(2015) yaitu penyampaian pendidikan seks dapat dilakukan dengan sharing.
Sebagian responden tidak pernah memberikan informasi atau pengetahuan
kepada anaknya karena menganggap informasi seperti penyakit menular seksual,
anatomi fisiologi organ reproduksi manusia dan perubahan fisik remaja sudah
didapatkan anak di sekolah, selain itu responden merasa malu saat membicarakan
seks kepada anaknya terutama saat membicarakan mengenai organ reproduksi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2014) yaitu sikap-sikap yang ditampilkan
orang tua cenderung tertutup dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut masalah seks, dan menganggap tabu bagi anak-anak untuk
mengetahui masalah seks.
Sebagai remaja, sesuai dengan perkembangan hormonalnya, emosi mulai
berkembang. Minat menjadi luas, demikian pula terhadap masalah-masalah seks.
Rasa ingin tahu ini mendorong anak untuk berusaha mencari infromasi di dalam
lingkungannya (Irianto, 2014). Oleh karena itu, hal yang paling membahayakan
adalah bila informasi yang diterima anak berasal dari sumber yang kurang tepat
sehingga akhirnya remaja menginterpretasikannya dengan salah (Kusmiran,
2011). Disinilah pasangan usia subur berperan sebagai orang tua dalam
memberikan informasi-informasi seksual kepada anaknya.

Universitas Sumatera Utara

57

Sebagian responden merasa tidak percaya diri untuk memberikan
informasi tentang penyakit menular seksual dan anatomi fisiologi organ
reproduksi karena menganggap belum memiliki pengetahuan yang memadai. Hal
ini sesuai dengan pendapat Michail (2006) bahwa seorang pendidik seks harus
mempunyai wawasan tertentu misalnya, bagaimana mendapatkan kehamilan dan
bagaimana mencegahnya dan Wuryani (2008) bahwa pengetahuan yang
menyeluruh tentang seksualitas menjadi syarat yang sangat penting untuk menjadi
pendidik untuk anak-anak dan pentingnya pengetahuan tentang seks dapat
mengajarkan anak laki-laki dan perempuan tentang fakta-fakta serta nilai-nilai
moral yang menyertainya, yang harus digabungkan dengan informasi yang benar
tentang seks.
5.4

Peran Responden dalam menjelaskan bagaimana cara mengatasi
perkembangan seksualitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasangan usia

subur yaitu sebanyak 51 orang (77,3%) mengawasi pergaulan anaknya. Sebagian
besar mengawasi anaknya saat pergi keluar rumah dengan menanyakan
pertanyaan seperti “dengan siapa ?” dan “pergi kemana ?” serta memberi batasan
waktu. Beberapa orang tua bahkan mengaharuskan anaknya membawa temannya
kerumah untuk melihat teman anaknya secara langsung. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kusmiran (2011) yaitu orang tua harus memperhatikan lingkungan dan
pergaulan anak karena kedua hal ini ikut membentuk kepribadian anak. Meskipun
orang tua menerapkan disiplin yang ketat dalam mendidik anak di rumahnya, akan
tetapi bila lingkungan dan pergaulan di luar rumahnya tidak mendukung, maka

Universitas Sumatera Utara

58

orang tuapun akan merasa kesulitan dalam mengarahkan pembentukan
kepribadian yang positif dan konstruktif.
Pada masa pubertas terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual
serta organ-organ reproduksi remaja. Terjadinya perubahan fisik pada masa
pubertas turut mempengaruhi perkembangan emosi anak di usia ini. Mereka mulai
bertanya banyak hal yang berbeda dengan apa yang selama ini dipahaminya. Anak
di usia ini sering memberikan kritikan, yang sering diwujudkan dalam bentuk
pembangkangan ataupun pembantahan. Tidak hanya itu, mereka mulai memiliki
idola baru dan mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggap
sesuai dengan kesenangannya (Irianto,2014)
Pendidikan yang diterapkan orang tua sejak dini dapat berlalu begitu saja
jika anak berada dalam pergaulan yang salah. Pada kondisi ini, mereka
membutuhkan pertolongan dari orang tuanya. Jika para orang tua dapat secara arif
dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan
lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini, arti seks itu sendiri akan berubah
menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia (Dianawati,
2006).
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian kecil, yaitu sebanyak 23 orang
(34,8) mengetahui apakah anaknya belum/sudah/sedang berpacaran sedangkan
sisanya tidak tahu. Beberapa orang tua menganggap diri mereka mengetahui
secara pasti apakah anaknya belum/sudah/sedang berpacaran, tetapi pada
kenyataannya tidak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak

Universitas Sumatera Utara

59

remaja dari responden diketahui, banyak remaja yang berpacaran tanpa
sepengetahuan orang tuanya. Hanifah (2002) mengatakan bahwa pacaran
dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, yaitu hubungan
seksual sebagai wujud kedekatan antara dua orang yang sedang jatuh cinta.
Persoalannya, banyak remaja kurang terampil dalam berpacaran sehingga mudah
tergelincir dan terlibat dalam perilaku seksual yang tidak semestinya dilakukan
remaja yang belum menikah (Subiyanto, 2007).
Perilaku seksual pada remaja berpacaran misalnya dengan berbagai
perilaku seksual seperti ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya
adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual (Mu‟tadin,
2002). Dorongan seksual yang meningkat dan rasa ingin tahu yang besar tentang
seksualitas seringkali membawa remaja yang sedang berada dalam posisi rentan
terhadap kasus-kasus ”keterlanjuran”. Masalah-masalah ”keterlanjuran” akibat
seksualitas pada remaja dapat berupa perilaku seksual pranikah yang dapat
mengakibatkan kehamilan pranikah dan penularan penyakit seksual (Prihartini,
2002).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar orang tua
tidak mengetahui apakah anaknya sudah/belum pernah ciuman, hanya sebanyak
20 orang (30,3%) yang mengetahui dengan pasti. Berdasarkan hasil wawacara
dengan remaja responden diketahui bahwa beberapa anak hanya memberitahu
bahwa mereka sudah pernah berpacaran tapi tidak memberitahu orang tua bahwa
mereka sudah pernah berciuman.

Universitas Sumatera Utara

60

Begitu pula dengan perilaku seks lainya, yaitu onani atau masturbasi.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui hanya sebanyak 13 orang
(19,7%) pasangan usia subur yang mengetahui apakah anaknya sudah/belum
pernah melakukan onani atau masturbasi. Sebagian orang tua mengalami
kekhawatiran terhadap perilaku seksual anaknya, terutama remaja laki-laki, tetapi
malu untuk mencari tahu.
Berdasarkan Kinsey dalam johan (1994), sampai usia 20 tahun 92% dari
pria dan 33% dari wanita sudah pernah melakukan masturbasi atau onani. Yang
paling banyak melakukan masturbasi adalah remaja (khususnya pria) yang berada
di antara usia 16 sampai 20 tahun. Remaja melakukan dianggap wajar karena pada
usia ini remaja mengalami perkembangan dan dorongan seksual yang luar biasa
besar. Tetapi remaja yang suka melakukan masturbasi biasanya akan ketagihan.
Masturbasi yang dilakukan secara berlebihan atau menggunakan alat-alat tertentu
bisa berakibat lecet yang kemudian dapat mengakibatkan infeksi atau juga
keadaan infertil sementara (dimana produksi sperma semakin lama semakin
berkurang karena dipaksa terus-menerus dikeluarkan) (Kusmiran, 2011). Selain
itu, masturbasi memupuk sikap yang mengartikan seksualitas dari segi biologisfisis semata (Johan, 2006)
Dari hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar
pasangan usia subur yaitu 52 orang responden (78,8 %) tidak pernah mengajarkan
anaknya untuk menolak ajakan berhubungan seksual dari pacar kepada anaknya,
khususnya remaja perempuan. Hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 14 orang
(21,2%) yang pernah mengajarkan anaknya. Padahal, kemampuan dan
kepercayaan diri untuk tetap memegang teguh prinsip hidupnya sangat penting.

Universitas Sumatera Utara

61

Dengan demikian, dia dapat melawan tekanan yang datang dari lingkungan
pergaulan dan pasangannya (Dianawati, 2006)
Berdasarkan Dianawati (2006) karena kebutuhan seseorang untuk
mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap
pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nantinya dihadapinya. Akibatnya,
dengan alasan “cinta harus rela menyerahkan segalanya”, seorang perempuan
tidak dapat menolak ajakan pacarnya. Disini pasangan usia subur berperan untuk
membantu anaknya menolak ajakan tersebut.
Dari hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar
responden yaitu 34 orang (51,5%) telah memberikan pengertian kepada anaknya
untuk tidak berpacaran saat masih sekolah, sebanyak 51 orang responden (77,3%)
mengawasi anaknya saat keluar rumah dan sebanyak 47 orang responden (71,2%)
menasehati dan membatasi anak dalam bergaul dengan lawan jenis. Sebagian
besar responden yaitu sebanyak 52 orang (78,8%) melarang anak untuk
menggunakan pakaian minim/tipis saat keluar rumah. Sebanyak 51 orang
responden (77,3%) mengajarkan anaknya untuk tidak berhubungan seksual
sebelum menikah dan sebanyak 52 orang responden (78,9%) mengajarkan
anaknya untuk menjaga tubuhnya. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13
dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam menjelaskan bagaimana cara
mengatasi perkembangan seksualitasnya berada pada kategori baik, yaitu
sebanyak 34 orang (51,5%).
Diketahui

bahwa

orang

tua

khususnya

pria(ayah)

tidak

dapat

memperhatikan atau mengamati tingkah laku anaknya karena tidak memiliki

Universitas Sumatera Utara

62

waktu. Hal ini sejalan dengan penelitian Erni (2013) yaitu kesibukan orang tua
dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga menjadi faktor
yang mempengaruhi kecenderungan orang tua tidak memberikan seks pada
anak remaja. Sebagian lagi menganggap bahwa mengurus anak-anaknya adalah
pekerjaan wanita(ibu) sedangkan pria(ayah) hanya bertanggung jawab untuk
mencari nafkah bagi keluarga. Sedangkan beberapa responden yang mencoba
melakukan pendekatan kepada anaknya mengatakan bahwa anak cenderung
tertutup dari orang tua sehingga sulit untuk membantu anak dalam mengatasi
perkembangan seksualnya.

Universitas Sumatera Utara

63

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian peran pasangan subur yang memiliki remaja

terhadap pendidikan di kelurahan Sudirejo-1 terhadap 66 responden maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karateristik responden dimana variabel umur responden terbanyak adalah
38-43 tahun, sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMA
sederajat, sebagian besar resonden bekerja sebagai wiraswasta dan
sebagian besar tidak berpenghasilan.
2. Peran pasangan usia subur dalam mengontrol informasi yang diperoleh
anak berada pada kategori kurang. Pasangan usia subur tidak pernah
memberi kontrol berupa larangan secara lisan atau langsung

untuk

mengkaseks hal-hal berbau pornografi pada anaknya karena menganggap
anaknya sudah mengerti bahwa menonton video porno atau hal-hal berbau
pornografi lainnya adalah tidak baik.
3. Peran pasangan usia subur dalam memberi informasi kepada anaknya
berada pada kategori baik. Pasangan usia subur memiliki pengetahuan
yang baik mengenai pendidikan seks dan memberikan informasi tersebut
kepada anaknya.
4. Peran

pasangan

usia

subur

dalam

membantu

anak

mengatasi

perkembangan seksualnya berada pada kategori baik. Sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

64

pasangan usia subur berdiskusi dan menasehati anaknya saat menghadapi
permasalahan-permasalahan seksualitasnya.
5. Peran pasangan usia subur dalam memberikan pendidikan seks kepada
anaknya remajanya berada pada kategori “kurang”. Hal ini disebabkan
oleh pasangan usia subur yang masih malu untuk memberikan pendidikan
seks karena masih menganggap bahwa membicarakan seks dengan
anaknya adalah hal yang tabu, Pekerjaan pasangan usia subur yang
mengakibatkan berkurangnya waktu untuk memberikan informasi dan
pengawasan kepada remaja dan penghasilan rendah yang mengakibatkan
pasangan usia subur tidak memiliki akses untuk memperoleh informasi
mengenai pendidikan seks.
6.2

Saran
1. Diharapkan kepada Kepada orangtua untuk mau mengubah paragdigma
tentang pentingnya informasi terkait pendidikan seks secara dini serta
resiko atau bahayanya yang selama ini dianggap tabu, bertindak tegas
dalam membina keluarga khususnya kepada anak, lebih mendekatkan
diri kepada anak agar tahu perkembangannya dan mengarahkan anak
dengan kegiatan-kegiatan positif di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumah.
2. Kepada Kelurahan Sudirejo 1 untuk menjalin kerjasama keopada Dinas
Kesehatan, BKKBN Sumatera Utara, Dinas Pendidikan dan Lembagalembaga yang terkait lainnya baik negeri maupun swasta untuk
membentuk kegiatan workshop dan kursus (Session) yang diperuntukkan

Universitas Sumatera Utara

65

bagi Orang tua dan anak remaja yang dilaksanakan di beberapa sekolah di
wilayah kerja Kelurahan Sudirejo 1.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

2 76 45

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2013

1 92 159

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

1 54 54

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017

0 0 15

Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017

0 0 2

Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017

0 0 6

Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017

0 0 22

Gambaran Peran Pasangan Usia Subur (PUS) yang Memiliki Anak Remaja Terhadap Pendidikan Seks di Keluarahan Sudirejo 1 Kecamatan Medan Kota Tahun 2017

0 0 4