Strategi Pembangunan Kawasan Strategis Mebidangro

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan
sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat
diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya
sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus
disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah
bersangkutan. Pengembangan wilayah sangat berorientasi pada isu dan
permasalahan pokok wilayah yang saling berkaitan. Dimensi ruang (spasial)
mempunyai arti penting dalam konteks pengembangan wilayah, karena ruang
yang terbatas dapat menciptakan konflik namun juga dapat membawa kemajuan
bagi individu dan masyarakat. Dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah
melakukan

usaha

pengembangan


wilayah

diperlukan

keserasian

antara

pembangunan yang dilakukan dengan melihat kondisi tata ruang wilayahnya. Tata
ruang menjadi menjadi faktor penting, karena sesuai dengan Undang-Undang No
26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang tata ruang sebagai wujud struktur ruang
dan pola ruang, baik yang direncanakan maupun tidak. Dapat diartikan bahwa
penataan ruang wilayah merupakan bagian dari pengembangan wilayah.
Pengembangan

wilayah

sendiri


ditujukan

untuk

menyerasikan

dan

mensinkronisasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga

pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat mendukung
kehidupan masyarakat secara optimal sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan wilayah yang diharapkan.
Memasuki masa otonomi daerah, di Indonesia masih banyak ditemukan
permasalahan dan kendala pembangunan, terutama dalam kerangka pembangunan
wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan antara lain pertama,
kesenjangan dalam dan antar wilayah, kedua keterbatasan akses ke kawasan
terpencil atau tertinggal, ketiga sistem pembangunan yang masih sentralistik dan
sektoral, keempat lemahnya keterpaduan program yang berbeda sumber
pendanaannya, kelima belum efektifnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai

alat keterpaduan pembangunan wilayah, keenam pengelolaan pembangunan di
daerah belum optimal dalam menunjang upaya pengembangan wilayah, dan
terakhir ketujuh terakumulasinya modal di kawasan perkotaan (Skripsi oleh
Saptaningtyas. 2003. Kajian Penyusunan dan Implementasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat.Fakultas
Teknik

Sipil

dan

Perencanaan

Universitas

Kristen

Petra

http://puslit.petra.ac.id/files/published/journals/ARS/ARS033102/ARS03310207.

pdf diakses tanggal 30 november 2012 Jam 14:00 WIB). Di Indonesia pengaturan
pelaksanaan pembangunan ada tercantum pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).

RTRW

keseimbangan

merupakan

perkembangan

landasan
antarwilayah.

keterpaduan,
RTRW

juga


keterkaitan
menjadi

dan
dasar

perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang baik di tingkat wilayah Provinsi
maupun Kabupaten/Kota. Pada RTRW No 26 Tahun 2007 membahas tentang
Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia. Hingga saat ini di Indonesia telah ditetapkan 4 (empat) Perpres
Rencana Tata Ruang KSN yaitu RTR Jabodetabekpunjur di Jakarta (Perpres 54
Tahun 2008), Sarbagita berada di Bali (Perpres 45 Tahun 2011), Mamminasata
berada di Kota Makassar (Perpres 55 Tahun 2011), dan terakhir Mebidangro
(Perpres No 62 Tahun 2011).
Berangkat dari permasalahan diatas, si Peneliti melihat adanya
kesenjangan pembangunan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kondisi

majunya pembangunan di Sumatera Utara didukung kekayaan sumberdaya alam,
ketersediaan lahan, dan majunya laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Perkembangan pembangunan yang paling pesat berada di wilayah Medan-BinjaiDeli Serdang-Karo. Dikarenakan empat daerah ini jarak tempuh antara Kota
Medan dengan Binjai, Deli Serdang dan Karo berdekatan maka sering terjadi
interaksi baik dalam hal perdagangan,kegiatan industri, tingginya laju komuter.
Kota Medan sebagai inti kota Mebidangro yang memiliki fungsi perkotaan yang
sangat kuat sehingga diperlukan penyebaran pemusatan kegiatan perkotaan yang
ada di Kota Medan. Selain itu kesenjangan pembangunan itu dapat dilihat dari
hasil perolehan PDRB daerah Mebidangro memberikan sumbangsih PDRB
terbesar di Sumatera Utara atau sekitar 40,48% dari total PDRB 181,2 triliun.
Pertumbuhan ekonomi lebih kuat berada pada wilayah kawasan timur, wilayah
Medan dan Deli Serdang sebagai kawasan timur penyumbang PDRB terbesar di
Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2011 sebesar 30,57% disusul Kabupaten

Deli Serdang 13,62%, Kabupaten Karo 2,72%, dan Binjai 1,14% dengan
perolehan PDRB 70.725,01miliar atau sebesar 40,48% dari total keseluruhan
PDRB Sumatera Utara sebesar Rp 181,82 Triliun (sumber: dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Pendek Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013).
Melihat


adanya

kesenjangan

pembangunan

tersebut

Pemerintah

Pusat

berkeinginan mewujudkan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo menjadi
Kawasan Strategis Nasional untuk mengatasi adanya kesenjangan pembangunan
tersebut. Maka dikeluarkan Peraturan Oleh Presiden Perpres No 62 Tahun 2011
tentang Kawasan Strategis Mebidangro.
Seperti yang dikutip pada Medan Bisnis Daily menurut Direktur Jenderal
(Dirjen) Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Imam
Santoso Ernawi menyampaikan terkait dengan Kawasan Perkotaan
Mebidangro di Jakarta (4/10/2011). Imam mengatakan, sejauh ini

kesenjangan antara Kota Medan dengan wilayah sekitar masih cukup
terasa. Kesenjangan tersebut beragam, mulai dari penyediaan
infrastruktur, investasi, hingga pola persebaran penduduk. Jika
kesenjangan seperti ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin
permasalahan Medan sekarang akan berkembang menjadi seperti Kota
Jakarta. Oleh karena itu, daerah pembentuk Mebidangro diminta untuk
segera menyelesaikan perda rencana tata ruang-nya dan menjadikan perpres
sebagai
acuan.
(http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2011-1004/9.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober Jam 15:00 WIB).
Penataan ruang Kawasan Mebidangro dimaksudkan untuk menyeimbangkan
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, agar tujuan pembangunan (meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan
hidup) dapat tercapai. Dalam PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, kawasan
Mebidangro ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang berperan sebagai
pusat perekonomian wilayah dan nasional sekaligus sebagai kawasan konservasi
air dan tanah serta keanekaragaman hayati.

Konsep struktur ruang diterapkan di kawasan Mebidangro untuk
mengurangi kesenjangan antara Kota Medan dengan Kabupaten sekitarnya.

Konsep ini menempatkan pusat- pusat kegiatan atau pelayanan secara merata ke
arah Barat (arah Binjai), serta Timur (arah Lubuk Pakam), dengan mengikuti pola
jaringan transportasi yang melingkar (radial), termasuk ke arah Bandara Kuala
Namu. Hal ini bertujuan untuk mendorong daya saing kota-kota internasional di
bibir Selat Malaka, serta memantapkan pelayanan kawasan Mebidangro sebagai
pusat kegiatan perekonomian di Indonesia bagian Barat. Pembangunan
infrastruktur yang tidak sinkron dengan rencana tata ruang tentu bisa memicu
masalah perkotaan seperti kemacetan, sampah, dan sebagainya. Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara menanggapi dengan antusias dan semangat dalam
mewujudkan Perpres No 62 Tahun 2011 tersebut. Kawasan Medan, Binjai, Deli
Serdang, dan Karo atau Mebidangro merupakan salah satu kawasan strategis
nasional perkotaan yang diharapkan semakin memacu perkembangan ekonomi di
Sumatera Utara. Dan pernyataan Dirjen Penataan Ruang Imam Ernawi Santoso
diperkuat oleh Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara seperti yang dicantum
dari www.waspada.co.id
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumut,
Riadil Akhir Lubis mengatakan “Dia mengakui, banyak permasalahan
dalam membangun Mebidangro seperti masih terpusatnya kegiatan ekonomi
di Medan sehingga timbul kesenjangan antara pusat perkotaan inti di kota
Medan dengan wilayah Mebidangro sekitarnya”.

Medan, misalnya, antara lain menjadi pusat pemerintahan provinsi dan
pusat kegiatan pertemuan, pameran dan sosial budaya, sementara Binjai
menjadi pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, disusul Deli
Serdang dan Karo masing-masing sebagai pusat kegiatan jasa transportasi
udara nasional/internasional dan pertanian serta pariwisata.
Deli Serdang dengan banyak dan luas cakupan daerahnya juga memiliki
peran masing-masing mulai dari Galang hingga Hamparan Perak. Dengan

adanya Mebidangro diharapkan perekonomian Sumut semakin tinggi dari
dewasa ini yang juga sudah selalu di atas angka nasional.
“Daerah yang masuk dalam Mebidangro itu sebagai pusat pemerintahan
provinsi, pusat perdagangan dan regional, distribusi, pelayanan jasa
pariwisata, transportasi darat, laut dan udara regional, pendidikan tinggi,
dan pusat industri”.
Kepala Bappeda Provsu juga mengatakan “Belum adanya kelembagaan
yang berkelanjutan dalam pengelolaan Mebidangro dan termasuk masih
kurang optimalnya sinergi dalam perencanaan dan implementasi
pembangunan antara pemerintah pusat,provinsi dan pemerintah
kota/kabupaten juga menjadi isu strategis dalam Mebidangro yang menjadi
KSN (Kawasan Strategis Nasional)”.

(http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=264432:kawasan-mebidangro-strategis&catid=15:sumut&Itemid=28
diakses tanggal 02 desember 2012 jam 20:00 WIB)
Pembangunan kawasan strategis sangat erat kaitannya dengan upaya
penyelesaian masalah-masalah yang melekat dan terus berkembang di dalamnya.
Serangkaian tindakan yang diatur dalam rangka penyelesaian masalah tersebut
akan berhasil dengan baik jika ditunjang oleh suatu proses perencanaan
pembangunan yang matang. Salah satu prasyarat bahwa proses pembangunan
akan mencapai sasarannya ialah dengan mengetahui apakah isu-isu dan
permasalahan utama di suatu kota dapat dikenali dan dirumuskan dengan baik.
Harus ada strategi pembangunan kawasan strategis yang baik demi kenyaman
suatu kota yang besar seperti kota Medan sebagai kota metropolitan ini. Strategi
pembangunan perlu memiliki suatu kerangka strategi baik ditingkat lokal atau
daerah maupun ditingkat nasional. Dalam kerangka ini pemerintah daerah dapat
merancang strategi pembangunan perkotaan lokalnya, yang mengakomodir
kondisi lokal dan variasi-variasi yang diperlukan. Kerangka strategi pembangunan
daerah perlu serasi dan seimbang agar pembangunan menjadi terarah. Strategi
pembangunan ini dilakukan dengan penjabaran kebijakan penataan ruang ke
dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar

dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota. Pentingnya
strategi pembangunan dalam pembangunan kawasan strategis Mebidangro untuk
mengatasi beberapa masalah yang timbul dalam pembangunan di Mebidangro,
dan diperlukan untuk melihat langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan
Pemerintah dalam mewujudkan pembangunan kawasan strategis Mebidangro.
Dengan alasan dan pemaparan yang telah penulis sampaikan diatas maka penulis
mengambil judul “Strategi Pembangunan Kawasan Strategis Mebidangro”.

1.2 Rumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya dan supaya peneliti dapat
terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka
terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam
penelitian adalah “Bagaimana Strategi Pembangunan Kawasan Strategis
Mebidangro?”

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
pemahaman tentang:
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting wilayah Mebidangro.
2. Untuk mengetahui potensi dan permasalahan pembangunan wilayah
Mebidangro.
3. Untuk mengetahui isu-isu utama pembangunan wilayah Mebidangro.
4. Untuk mengetahui strategi dalam pembangunan wilayah Mebidangro.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini secara teoritis adalah:
1.

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menemukan teori baru
untuk menjelaskan dan memprediksi makna Strategi Pembangunan
Kawasan Strategis Mebidangro.

2.

Sebagai bahan pertimbangan pengetahuan dan bacaan serta untuk
refrensi penelitian selanjutnya.

3.

Dapat berguna dijadikan sebagai bahan masukan atau sumbangan
pemikiran dalam Pembangunan Kawasan Strategis Pada Mebidangro.

1.5 Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi, dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 2006: 37). Kerangka teori
adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang halhal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah
yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2000:92).
Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan
referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang
diteliti.

1.5.1 Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dan
ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang
menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara. Pada tahun
1990-an strategi dapat didefinisikan menetapkan arah kepada manajemen. Dalam
arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana
mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk
membantu memenangkan persaingan dalam pasar (Dirgontoro, 2001:5).
Menurut Kotler (2000:91) strategi adalah suatu rencana permainan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan dari suatu unit bisnis.
Sedangkan menurut Rangkuti (2001:13) strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Menurut Richard Vancil dalam Nisjar (1997:95) strategi sebuah organisasi,
atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang
dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan,
berupa:
1. Sasaran-sasaran jangka panjang,
2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan,
3. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek.
Strategi mempunyai tiga karakteristik menurut Hunger dan Wheelen (2003:3)
yaitu:

1. Rare adalah keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus,
yang tidak dapat ditiru.
2. Consequentil adalah keputusan-keputusan strategis yang memasukan
sumber daya penting dan menuntut banyak komitmen.
3. Directive adalah keputusan-keputusan strategis yang menetapkan
keputusan yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan
tindakan-tindakan di masa yang akan datang untuk organisasi secara
keseluruhan.
Berdasarkan definisi diatas maka strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Peranan yang dimainkan
oleh strategi tersebut adalah sebagai penentu arah yang harus ditempuh oleh
organisasi bersangkutan.
1.5.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi
Tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting terhadap strategi, yakni
analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan internal, serta analisis tujuan
yang akan dicapai. Strategi organisasi ini bertujuan untuk memberikan dasar-dasar
pemahaman tentang bagaimana organisasi itu akan bersaing dan survive atau
dapat bertahan hidup.
1. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal merupakan salah satu unsur penting dalam
strategi, sebab dengan analisis lingkungan akan menghasilkan informasiinformasi yang diperlukan untuk menilai dan melihat masa depan
organisasi.

2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah analisis yang diberikan terhadap
lingkungan dalam organisasi. Analisis lingkungan internal bertujuan
untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dalam
organisasi (Gitosudarmo, 2001:118).
3. Analisis Tujuan yang Akan dicapai.
Analisis tujuan yang akan dicapai berhubungan erat dengan visi dan misi
suatu organisasi. Visi merupakan suatu keinginan terhadap keadaan di
masa datang yang dicita-citakan oleh seluruh anggota organisasi mulai
dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah (Umar,
1999:89).
1.5.1.2 Manajemen Strategis
Definisi Manajemen Strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:9)
ialah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
suatu organisasi dalam jangka panjang. Manajemen Strategi meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategi (perencanaan jangka panjang), implementasi
strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Oleh karena itu, manajemen strategis
menekankan pada pengamatan dan evaluasi kesempatan (Opportunity) serta
ancaman (Threath) lingkungan dipandang dari sudut kekuatan (Strenght) serta
kelemahan (Weakness). Variabel-variabel internal dan eksternal yang paling
penting untuk suatu organisasi di masa yang akan datang disebut faktor strategis
dan identifikasi melalui analisis SWOT.
1.5.1.3 Langkah-Langkah Proses Strategis

Menurut Gretzky (dalam Bryson 2005: 55) delapan langkah-langkah itu
adalah:
1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis
2. Mengidentifikasi mandat organisasi.
3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.
4. Menilai lingkungan eksternal, peluang, dan ancaman.
5. Menilai lingkungan internal, kekuatan, dan kelemahan
6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi.
7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.
8. Menciptakan visi organisai yang efektif bagi masa depan.
Langkah 1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.
Menegoisasikan kesepakatan dengan orang-orang penting pembuat keputusan
(decision makers) atau pembentuk opini (opinion leaders) internal (dan mungkin
eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan
yang terpenting.
Langkah 2. Memperjelas mandat organisasi. Mandat formal dan informal yang
ditempatkan pada organisasi adalah “keharusan” yang dihadapi organisasi.
Langkah 3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. Menetapkan misi lebih
dari sekedar mempertegas keberadaan organisasi. Memperjelas maksud dapat
mengurangi banyak konflik yang tidak perlu dalam organisasi dan organisasi
merencanakan jalan masa depan.
Langkah 4 Menilai lingkungan eksternal, peluang, dan ancaman.Tim perencanaan
harus mengeksplorasikan lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasikan
peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi.

Langkah 5 Menilai lingkungan internal, kekuatan, dan kelemahan. Untuk
mengenali kekuatan dan kelemahan internal, organisasi dapat memantau sumber
daya (inputs), strategi (proces), pencapaian (output).
Langkah 6 Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. Organisasi
yang menanggapi isu strategis dihadapi dengan cara terbaik dan efektif maka
organisasi dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Organisasi yang tidak
menanggapi isu strategis dapat mengakibatkan adanya ancaman lenyap dari
kelangsungan hidupnya. Isu strategis harus mengandung tiga unsur. Pertama, isu
disajikan dengan ringkas, harus dibingkai menjadi pertanyaan. Kedua, faktor yang
menyebabkan isu menjadi persoalan kebijakan yang penting harus di daftar.
Ketiga, tim perencana harus menegaskan konsekuensi kegagalan menghadapi isu.
Langkah identifikasi isu strategis penting untuk kelangsungan, keberhasilan, dan
kefektifan organisasi.
Langkah 7 Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Strategi didefinisikan
sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan,alokasi sumber daya yang
menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organsasi, mengapa
organisasi harus mengerjakan hal itu.
Langkah 8 Menciptakan visi organisai yang efektif bagi masa depan. Organisasi
mengembangkan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu
sehingga berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh
potensinya.

1.5.1.4 Pendekatan Dasar Mengenali Isu Strategi
Menurut Barry (dalam Bryson, 2005:66) ada tiga pendekatan dasar.
1. Pendekatan langsung (direct approach). Pendekatan langsung meliputi
jalan lurus dari ulasan terhadap mandat, misi, dan SWOT (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancmaan) hingga identifikasi isu-isu strategis.
Pendekatan langsung akan sangat baik jika tidak ada visi sebelumnya
dan mengembangkan visi berdasarkan konsesus akan terlalu sulit.
2. Pendekatan sasaran (goals approach) Organisasi harus menciptakan
sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan mengembangkan strategi
untuk mencapainya. Pendekatan ini dapat bekerja jika ada kesepakatan
yang agak luas dan mendalam tentang sasaran dan tujuan secara rinci
dan spesifik untuk memandu pengembangan strategi. Kemudian isu-isu
strategis menyangkut bagaimana yang terbaik untuk menerjemahkan
sasaran dan tujuan itu menjadi tindakan.
3. Pendekatan Visi Keberhasilan (Vision of Success) Organisasi dapat
mengembangkan gambaran dirinya di masa depan sebagai organisasi
berhasil memenuhi misinya. Isu strategis adalah tentang bagaimana
organisasi harus beralih dari jalannya sekarang menuju bagaimana
organisasi memandang dan berjalan sesuai dengan visinya. Pendekatan
visi keberhasilan berguna: jika organisasi kesulitan mengidentifikasikan
isu-isu strategis secara langsung, jika tidak ada kesepakatan sasaran dan
tujuannya

yang

terperinci

dan

spesifik

serta

akan

kesulitan

mengembangkan strategi, dan jika ada perubahan drastis mungkin
diperlukan.

1.5.1.5 Tantangan Dalam Isu Strategi
Tantangan harus dikenali secara efektif jika isu strategis bertujuan
mengadakan perubahan penting dalam cara bagaimana organisasi berhubungan
dengan lingkungan internal dan eksternalnya. Jika tantangan berhasil dihadapi,
perencanaan strategis mungkin berhasil diimplementasikan. Empat tantang itu
adalah (Bryson, 2005: 227):
1. Masalah manusia adalah manajemen perhatian dan komitmen. Perhatian
orang-orang kunci harus difokuskan kepada isu, keputusan, konflik, dan
preferensi kebijakan di tempat kunci dalam proses dan hierarki
organisasi.
2. Masalah proses adalah manajemen ide strategis menjadi good currency.
Kearifan yang tidak konvensional harus diubah menjadi kearifan yang
konvensional.
3. Masalah struktural adalah manajemen hubungan bagian dan keseluruhan.
Lingkungan internal dan eksternal harus menjadi kaitan yang
menguntungkan.

1.5.2 Pengertian Pembangunan
Menurut Bryant and White dalam Arifin (2008:41-42) mengatakan bahwa
pembangunan berarti membangkitkan optimal manusia, baik individu maupun
kelompok, pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan
pemerataan sistem nilai dan kesejahteraan, pembangunan berarti mengurangi
ketergantungan negara yang satu terhadap negara yang lain dengan menciptakan
hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati. Penggunaan kata

pembangunan telah dipopulerkan oleh para sarjana dan pembuat kebijakan di
Amerika Serikat, dan diperkenalkana ke Eropa Barat dan negara-negara dunia
ketiga yang sedang berkembang. Pembangunan berasal dari kata “development”.
Kata “development” ini diartikan sebagai pembangunan atau perkembangan dan
perubahan sosial. Menurut Todaro (dalam Arifin, 2008:40) menyatakan bahwa
pembangunan merupakan suatu proses multidimensi yang meliputi perubahanperubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus
peningkatan

pertumbuhan

ekonomi,

pengurangan

kesenjangan,

dan

pemberantasan kemiskinan.
Menurut Nugroho dan Dahuri dalam

Badruddin pembangunan dapat

diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi
dan

mencapai

aspirasinya

yang

paling

manusiawi

(Sumber:http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertianpembangunan/)
Jadi bisa disimpulkan bahwa pembangunan itu merupakan suatu proses
perubahan

sosial

mengusahakan

berencana,

kemajuan

karena

dalam

meliputi

kesejahteraan

berbagai

dimensi

ekonomi,

untuk

modernisasi,

pembangunan bangsa, wawasan lingkungan bahkan peningkatan kualitas manusia
untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
1.5.2.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan
Menurut Budiman dalam bukunya Teori Pembangunan Dunia Ketiga
(Budiman, 1995:5) diuraikan indikator-indikator pembangunan. Indikator tersebut
adalah :

1. Kekayaan Rata-Rata. Kemajuan ekonomi masyarakat biasanya ditandai
dengan pemerataan pendapatan. Berdasarkan hal tersebut kemajuan
ekonomi menjadi hal yang signifikan dalam pembangunan.
2. Pemerataan. Bangsa atau Negara yang berhasil melakukan pembangunan
adalah mereka disamping tingginya produktivitasnya, penduduknya juga
makmur dan sejahtera secara relatigf merata.
3. Kualitas Kehidupan. Kualitas yang dimaksud adalah rata-rata harapan
hidup, rata-rata jumlah kematian bayi, rata-rata presentase buta huruf.
4. Kerusakan Lingkungan. Pembangunan tidak akan jauh pengaruhnya
terhadap lingkungan sebagai objek yang sangat dekat dengan
pembangunan.
5. Keadilan Sosial Dan Kesinambungan. Adanya pembangunan yang
berkelanjutan adalah bukti bahwa pembangunan tersebut akan berhasil.
1.5.2.2 Pelaku-Pelaku Pembangunan
Menurut H.R Mulyanto (2008:3) Program-program yang akan dilakukan
dalam Pembangunan wilayah harus dirancang dan dilaksanakan oleh, serta
rujukan bagi kepentingan-kepentingan bersama para pelaku-pelakunya yaitu:
a. Pemerintah:

yang

akan

bertugas

melaksanakan

perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, koordinasi maupun administrasi seluruh
program-program di dalam proses pembangunan wilayah sebagai bagian
dari tugas-tugasnya di dalam pengaturan sebagai administrator wilayah.
Termasuk juga sebagai tugas pemerintah adalah menciptakan iklim sosial
dan politik serta keamanan yang menunjang serta menyediakan
kemudahan-kemudahan seperti pemberian

pinjaman, hibah, atau

rangsangan pajak, bagi pemilik modal atau dunia usaha yang berperan
serta, bantuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia, transportasi
serta fasilitas-fasilitas sanitasi, dan berbagai tingkat pengaturan
Pemerintah Pusat dalam penyediaan lahan (Pemerintah).
b. Masyarakat: dalam melaksanakan pengembangan wilayah, sebaiknya
program-program yang akan dilaksanakan harus bersifat menampung,
dan memenuhi kehendak atau aspirasi masyarakat (bottom-up) yang
disalurkan melewati DPRD. Dengan demikian masyarakat akan bersedia
berperan sebagai subyek dan pelaku aktif pengembangan wilayah,
sehingga akan memberikan peran sertanya secara maksimal.
c. Dunia Usaha atau pemilik modal: yang akan berperan sebagai pemasok
jasa, keahlian atau expertise, dana maupun material yang diperlukan.
Mereka akan mendapatkan lahan usaha, dan keuntungan dari usaha serta
perannya di dalam pelaksanaan pengembangan wilayah, dengan
terciptanya pasar bagi produl-produk mereka.
1.5.2.3 Tujuan Pembangunan
Menurut H.R Mulyanto (2008:2). Pembangunan wilayah yaitu setiap
tindakan Pemerintah yang akan dilakukan bersama sama dengan para pelakunya
dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah
itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi
bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada umumnya
pembangunan wilayah dapat dikelompokkan menjadi usaha-usaha mencapai
tujuan bagi kepentingan-kepentingan di dalam kerangka asas:
a. Sosial

Usaha-usaha

mencapai

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

dan

peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu,
keluarga, dan seluruh masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya
dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta
menyediakan

prasarana-prasarana

kehidupan

yang

baik

seperti

permukiman, papan, fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum
dan lainnya.
b. Ekonomi
Usaha-usaha

mempertahankan

dan

pertumbuhan

ekonomi

memadai

yang

memacu

perkembangan

untuk

dan

mempertahankan

kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi
kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik.
c. Wawasan Lingkungan
Pencegahan

kerusakan

dan

pelestarian

terhadap

kesetimbangan

lingkungan. Aktivitas kecil apapun dari manusia yang mengambil
sesuatu dari, atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan
mempengaruhi keseimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan
dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan
menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia, khususnya akibat
dampak yang dapat bersifat tak berubah lagi (irrerversible changes).
Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam melakukan pembangunan
wilayah, program-programnya harus berwawasan lingkungam dengan
tujuan:

mencegah

kerusakan,

mempertahankan kelestarian alam.

menjaga

kesetimbangan

dan

Ketiga asas di atas harus mendapatkan perhatian bersama dan diberikan
berat yang sesuai dengan peran dan pengaruh masing-masing pada program
pembangunan wilayah, agar didapatkan hasil maksimal serta dihindarinya
dampak-dampak negatif yang dapat sangat merugikan bahkan meniadakan hasil
yang akan dicapai.
1.5.2.4 Pendekatan dalam Pembangunan
Yang pertama adalah secara terintegrasi (terpadu) baik dalam penyusunan
rencana maupun dalam pelaksanaannya (implementasinya) sampai dengan
pemantauan dan evaluasinya. Dengan pendekatan secara berencana dan
terintegrasi, maka perluasan dan pemeliharaan prasarana dan sarana perkotaan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Yang kedua adalah mendorong
desentralisasi perencanaan dan implementasi dalam pembangunan perkotaan,
yang dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan pemerintah daerah lebih
terampil dan terlatih dalam penyusunan rencana pembangunannya, dengan
demikian apa yang direncanakan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat dan bukan lagi merupakan daftar keinginan yang besifat
ambisius. Tujuan pembangunan perkotaan secara nasional dalam garis besarnya
adalah: (1) meningkatkan produktivitas dan efisiensi, dan (2) meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Kedua tujuan pembangunan
tesebut dilakukan bersama-sama, keduanya saling melengkapi.
1.5.3 Pengertian Strategi Pembangunan
Pada saat ini kota tidak dapat lagi dipandang sebagai suatu tempat
konsentrasi penduduk dan kegiatannya berkembang akibat perubahan-perubahan
internal, tetapi dipengaruhi pula oleh kecendrungan eksternal, misalnya kondisi

perekonomian global, moneter, politik, dan lainnya. Pembangunan dihadapkan
pada permasalahan, tantangan, tuntutan, dan peluang yang semakin kompleks,
sedangkan kondisi struktural dan sumber daya pembangunan perkotaan semakin
terbatas. Cara-cara pembangunan harus mengakomodasikan perkembangan dan
kecendrungan eksternal yang sangat pesat, oleh karena itu kota harus dipandang
sebagai suatu entity yang mampu menghadapi tantangan dan mempengaruhi
perkembangan lingkungan kota, maka diperlukan pendekatan baru dalam
lingkungan pembangunan kota-kota tidak cukup hanya mempunyai strategi
jangka panjang yang dituangkan dalam rencana induk (master plan), akan tetapi
memerlukan penyesuaian-penyesuaian strategis yang sifatnya operasional
terhadap

perubahan-perubahan

yang

dihadapinya.

Dalam

mewujudkan

pembangunan, terlebih dahulunya Pemerintah membuat visi misi dimana visi misi
ini digunakan sebagai acuan Pemerintah dalam mewujudkan tugas pokok yang
menampung rincian program pembangunan yang mau dijalankan. Tantangan
utama yang dihadapi dalam pembangunan pada kota untuk mengatasi kesenjangan
dengan daerah sekitarnya adalah meningkatkan peran kota untuk memenuhi
kebutuhan sosial-ekonomi-budaya masyarakat seperti lapangan kerja, tempat
hunian, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan umum lainnya bagi seluruh lapisan
masyarakat. Tantangan penting lainnya adalah menciptakan ketertiban umum dan
rasa aman masyarakat, peningkatan pelayanan umum, ketertiban dalam penataan
ruang kawasan perkotaan, khususnya penatagunaan lahan perkotaan, serta
pelestarian lingkungan hidup perkotaan.
Diambil kesimpulan, bahwa pengertian Strategi pembangunan adalah
merupakan suatu cara untuk mencapai Visi dan Misi yang rumusankan dalam

bentuk strategi sehingga dapat meningkatan kinerja. Kinerja sangat dipengaruhi
oleh bagai mana suatu organisasi (pemerintah) menerima sukses atau mengalami
kegagalan dari suatu misi organisasi pemerintah. Faktor – faktor keberhasilan
berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi dalam rangka mencapai tujuan dan
misi organisasi pemerintah secara sinergis dan efisien. Untuk merumuskan
strategi

maka

dibutuhkan

analisis

lingkungan

strategis

(sumber:

http://pemkab.karo.go.id)

1.5.4 Kawasan Strategis
Menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
kawasan strategis nasional (KSN) ialah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap
kedaulatan negara, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Dalam PP No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Menurut
Ernan Rustiadi dalam Jurnal Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan
Strategis Pembangunan Daerah
mengatakan bahwa suatu kawasan strategis adalah suatu kawasan ekonomi yang
secara potensial memiliki efek ganda (multiplier effect) yang signifikan secara
lintas sektoral, lintas spasial (lintas wilayah) dan lintas pelaku. Dengan demikian,
perkembangan wilayah strategis memiliki efek sentrifugal karena dapat

menggerakkan secara efektif perkembangan ekonomi sektor-sektor lainnya
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24821/204Pengembangan-Wilayah-sebagai-Kawasan-Strategis-Pembangunan-Daerah.PDF).
Perkembangan wilayah di sekitarnya serta kemampuan menggerakkan ekonomi
masyarakat secara luas, dalam arti tidak terbatas ekonomi masyarakat kelas-kelas
tertentu saja. Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan
yang berbeda-beda.
1.5.4.1 Jenis-Jenis Kawasan Strategis
Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria:
- Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
- Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi;
- Memiliki potensi ekspor;
- Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
- Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
- Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan;
- Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
- Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan
dengan kriteria:
- merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya;
- merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
- merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi
dan dilestarikan;
- merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya ;
- memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
- memiliki potensi kerawanan terhadap konflik social.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
- merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
- merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan
bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau
dilestarikan;
- memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;
- memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
- menuntut

prioritas

tinggi

peningkatan

kualitas

lingkungan

hidup,rawan bencana alam nasional atau sangat menentukan dalam
perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap
kelangsungan kehidupan.

4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:
- Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
- Memiliki sumber daya alam strategis
- Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
- Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
- Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
ditetapkan dengan kriteria:
- Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
Pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;
- Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut
lepas.
6. Kawasan strategis pengendalian ketat (High Control Zone) ditetapkan
dengan kriteria merupakan kawasan yang memerlukan pengawasan
secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan
daya

dukung,

mencegah

dampak

negatif,

pembangunan

menjamin

proses

berkelanjutan.

(http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file%3Ffile%3Ddigital/1019
95-%255B_Konten_%255D-Bab%2520V%2520%2520PENETAPAN%2520KAWASAN%2520STRATEGIS.doc Bab

V Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Provinsi diakses tanggal 01
Desember 2012 jam 16:05 WIB).
1.5.4.2 Fungsi Kawasan Strategis
Adapun fungsi kawasan strategis sebagai berikut:
1. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan
dalam mendukung penataan ruang wilayah kota.
2. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi,
sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting
terhadap wilayah kota bersangkutan.
3. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama
RTRW kota.
4. sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.
(http://www.penataanruang.com/kawasan-strategis1.html

diakses

tanggal 28 Oktober 2012, jam 16:10 WIB).
Kawasan strategis kota ditetapkan berdasarkan:
1. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota.
2. nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan.
3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan.

4. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota,
dan ketentuan

peraturan

perundang-undangan

terkait. (http://www.penataanruang.com/kawasan-strategis1.html
diakses tanggal 28 Oktober 2012, jam 16:10 WIB).
1.5.4.3 Kriteria Kawasan Strategis
1. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis
provinsi yang ada di wilayah kota.
2. Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis
nasional dan atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki
kepentingan atau kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian
kewenangan yang jelas.
3. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi.
4. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya. (http://www.penataanruang.com/kawasanstrategis1.html diakses tanggal 28 Oktober 2012, jam 16:10 WIB).

1.5.5 Mebidangro
Luas wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota
Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada
tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.
Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar
30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun

2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya, sekitar
37,55%

lahan

Metropolitan

Mebidangro,

yaitu

113.280

ha,

potensial

dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan
Metropolitan

Mebidangro

mencapai

6,8

juta

jiwa

(Kawasan-Strategis

Nasional.http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=351
Diakses pada tanggal 29 September 2012 Jam 15.00 WIB).
Dalam perkembangan kotanya, Pemerintah Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara menetapkan perlunya penetapan wilayah Metropolitan Medan (Medan
Metropolitan Area, MMA) sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan yang
disebut dalam lingkup wilayah MMA atau Kawasan Perkotaan Mebidang ini
meliputi Kota Medan, Kota Binjai, dan Kab. Deli Serdang.
Perkembangan kawasan perkotaan Mebidang cenderung untuk membentuk
suatu pola ruang yang ekstensif. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara
lain :
1. Pengembangan beberapa kota baru dan permukiman skala besar yang
berada terlalu dekat dengan Kota Medan
2. Kegagalan pengembangan kota-kota kecil mandiri yang menyebabkan
meningkatnya ketergantungan terhadap kota-kota utama (Medan, Binjai,
dan Lubuk Pakam).
3. Pengembangan bandara baru di Kuala Namu, yang disertai dengan pusat
pelayanan dan permukiman skala besar tanpa kawasan penyangga antara
Kota Medan dan Kuala Namu.
4. Pengembangan jalan tol baru yang menghubungkan Binjai-Medan dan
Kuala Namu.

5. Pengembangan jalan lingkar luar Kota Medan.
6. Pengembangan jaringan jalan yang merangsang pengisian ruang secara
ekstensif.
Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
meliputi:
1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta
mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi
subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia- Thailand.
2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro
sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama
pengembangan wilayah Sumatera bagian utara.
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana
perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu
secara internasional, nasional, dan regional.
4. Peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan
antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung
lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diambillah lima langkah
strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan
koridor ekonomi internasional Belawan – Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat

pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau
Deli,

pembangunan

dan

pemantapan

Koridor

Hijau

Mebidangro,

dan

pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi
Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan
menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan
kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan
kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau
perkotaan,

wisata

buatan,

dan

trade

mark

perkotaan

Mebidangro

(http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=351).

1.6 Definisi Konsep
Adapun definisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Strategi Pembangunan adalah suatu cara untuk mencapai Visi dan Misi
yang rumusankan dalam bentuk strategi dalam rangka mencapai tujuan
dan misi organisasi pemerintah secara sinergis dan efisien.
2. Kawasan Strategis ialah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena

mempunyai

pengaruh

yang

sangat

penting

terhadap

pembangunan.
3. Strategi Pembangunan Kawasan Strategis adalah suatu cara mencapai
visi misi dalam bentuk strategi pada daerah yang memiliki kriteria
sebagai

kawasan

pembangunannya.

strategis

untuk

diprioritaskan

dalam

hal

1.7

Sistematika Penulisan
Sistematika

penulisan

yang

disusun

dalam

rangka

mempaparkan

keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai
berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep

dan

Sistematika Penulisan.
BAB II

METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian,

Informasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI
Bab ini berisikan data atau karakteristik objek penelitian yang
relevan dengan topik penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di
lapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisa.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang kajian data yang diperoleh pada saat
penelitian dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi
jawaban atas masalah yang dikemukakan serta pemecahan masalah yang
dinyatakan dalam bentuk saran.
DAFTAR PUSTAKA