Strategi Pembangunan Kawasan Strategis Mebidangro Chapter III VI

BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
Perkembangan Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari dimensi historis,
ekonomi, dan karakteristik Provinsi Sumatera Utara itu sendiri yakni kegiatan
ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di
wilayah pantai timur, sedang bagian tengah, pantai barat, dan kepulauan di sekitar
provinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat
dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar
wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatkan pengembangan
wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan
perkotaan di wilayah-wilayah yang masih ketinggalan agar menjadi pusat
pertumbuhan untuk mendorong perekonomian di wilayah tersebut sehingga dapat
mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah di
provinsi ini.
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat
perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap
daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang
relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa

kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust
bersama provinsi Riau.

Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di
pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong
konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir,
merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau
ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun
secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa
Minangkabau.
Dalam konteks pembangunan wilayah untuk pusat pertumbuhan secara
regional, Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
(Pemprovsu) sedang merancang pengembangan kawasan perkotaan Metropolitan
Medan – Binjai – Deliserdang dan Kabupaten Karo (Mebidangro).
Rancangan tersebut antara lain mencakup rencana pembangunan jalan tol
Medan - Binjai dan Tanjung Morawa - Kuala Namu - Tebing Tinggi, pengelolaan
kawasan sekitar daerah aliran sungai (DAS) dari hulu di kabupaten Karo hingga
ke hilir untuk menanggulangi resiko banjir, pengembangan pelabuhan Belawan,
pembangunan dan pemanfaatan jaringan rel kereta api sebagai sarana angkutan

barang dan angkutan penumpang, pembangunan infrastruktur enerji dan
kelistrikan, pengembangan kawasan industri di Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang, pembangunan sarana transportasi angkutan umum massal, pembangunan
bandara baru di Medan di Kuala Namu sebagai pengganti bandara Polonia dan
rencana pengembangan kawasan Central Business District (CDB) di Medan.

3.2 Provinsi Sumatera Utara Secara Geografis
3.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000
Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau
3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki
162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat.
Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah
Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di
sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi
Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka
yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
3.2.2 Sumatera Utara Secara Topografis
Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu
bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai

berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai
Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari
luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan
curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi
sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat
dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat
berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim
kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang
kritis.

Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau
65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan
pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan
kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air
terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya
tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.
Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu
Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur.
1.


Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,
Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas
Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota
Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli.

2.

Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten
Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten
Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat,
Kabupaten Samosir, dan Kota Pematangsiantar.

3.

Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten
Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai,Kabupaten Deli Serdang, Kota
Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat

konsentrasi

penduduknya

dibandingkan

wilayah

lainnya.

Serta

memiliki lahan yang luas dan berpotensial untuk dikembangkan.

33. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Bappeda Provinsi Sumatera Utara beralamat Jl. P. Diponegoro No. 21 A,
Medan Telepon: (061) 455600, 4538045; Fax: 061) 4513830.
3.3.1 Visi Dan Misi Bappeda Provsu

Dalam menyelenggarakan tugas pokok fungsinya, Bappeda Provinsi
Sumatera Utara mempunyai visi dan misi sebagaimana yang tercantum pada
Rencana Strategis Badan Perencanaan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
2009-2013 sebagai berikut:
VISI:

“Menjadi

Badan

Perencanaan

yang

handal

dalam

peningkatan


pembangunan daerah menuju Sumatera Utara yang maju, sejahtera, dan harmoni
dalam keberagamannya.”
MISI: Dalam rangka mewujudkan perencanaan yang lebih inovatif melalui:
1. Mengembangkan perencanaan pembangunan daerah sesuai urusan
perencanaan termasuk mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui
peningkatan profesionalitas aparat dan inovasi teknologi.
2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas dengan
memperhatikan keperdulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan
berwawasan lingkungan guna mewujudkan Sumatera Utara yang maju,
sejahtera, harmoni dalam keberagamannya.

3.3.2 Tugas dan Fungsi Bappeda Provinsi Sumatera Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara,
selanjutnya disebut Bappeda Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur
penunjang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di bidang perencanaan
pembangunan. Bappeda Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera
Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tugas Pokok Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah untuk membantu
Gubernur Sumatera Utara dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang

perencanaan pembangunan daerah.
Fungsi Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah
1.

Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis di bidang Perencanaan
Pembangunan Daerah

2.

Pelaksanaan Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan Pemerintah
Daerah dibidang perencanaan Pembangunan Daerah

3.

Pelaksanaan penyusunan rencana program, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.

4.

Pelaksanaan penyusunan kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah

dalam jangka panjang dan jangka menengah serta perencanaan
operasional tahunan

5.

Pelaksanaan

koordinasi

Perencanaan

Pembangunan

Daerah

di

lingkungan Perangkat Daerah, Instansi Vertikal, Lintas kabupaten/Kota
dan Pihak Pelaku Pembangunan lainnya (partisipasi masyarakat)


3.3.3 Gambaran Umum Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah mempunyai
uraian tugas pokok:
a.

Melaksanakan,

menyajikan

penyempurnaan
Pelaksanaan

Standar

Peningkatan

bahan/data

pelaksanaan

Kapasitas

untuk

penyusunan

Perencanaan
dibidang

tata

dan

dan

standar

ruang

dan

pengembangan wilayah,
b.

Melaksanakan perumusan rencana pembangunan jangka menengah dan
tahunan dibidang tata ruang dan pengembangan wilayah, sesuai dengan
standar yang ditetapkan,

c.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai
dengan bidang tugasnya,

d.

Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala bidang
sesuai dengan bidang tugasnya, dan

e.

Melaksanakan pelaporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada kepala bidang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah menyelenggarakan fungsi:
a.

Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidang tata ruang dan
pengembangan wilayah,

b.

Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada
lingkup bidang tata ruang dan pengembangan wilayah,

c.

Penyelenggaraan pengkoordinasian penyempurnaan dan penyusunan
Standar Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dibidang penataan ruang dan
pengembangan wilayah,

d.

Penyelenggaraan evaluasi hasil-hasil pembangunan dibidang tata ruang
dan pengembangan wilayah.

2. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Utara
Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Utara terdiri dari:
a. Badan.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Program.
c. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Keuangan, terdiri dari :
1. Sub Bidang Ekonomi dan Keuangan;
2. Sub Bidang Produksi.
d. Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Sosial Budaya,
terdiri dari :
1. Sub Bidang Pemerintahan Umum;
2. Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.

e. Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan. terdiri dari :
1. Sub Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah;
2. Sub Bidang Kelestarian Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman
Hayati.
f. Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana, terdiri dari :
1. Sub Bidang Perhubungan;
2. Sub Bidang Sumber Daya Air
g. Bidang Pengendalian, Evaluasi dan Statistik, terdiri dari:
1. Sub Bidang Evaluasij Monitoring dan Informasi Pembangunan;
2. Sub Bidang Pengendalian dan Statistik
h. Unit Pelaksana Teknis Badan;
i. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi Bappeda Sumatera Utara

Kepala Bappeda
PROVSU
Sekretaris Bappeda
PROVSU

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Bid Perencanaan
Ekonomi &a.Keu

Sub Bag ian
Umum

Bid Perencanaan
SDM/ Sos Bud

Sub Bag ian
Keuangan

Bid Tata Ruang &
Lingkungan Hidup

Sub Bidang
Ekonomi & Keu

Sub Bidg
Pmrinthn Umum

Sub Bidang
Produksib.

Sub Bidg
Ksejahtraan
Rakyat

Sub Bag ian
Program

Bid Prcnaan
Sarana&Prasara
na

Sub Bidg Tata
Ruang&
Pengembangan
Wilayah

Sub Bidg
Kelestarian Lingk
Hidup &
Keanekaragaman
hayati

Bid.
Pengendalian,
Evaluasi,&Sta
tistik

3.4 Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara
1 Visi dan Misi Dinas Tata Ruang Permukiman Provinsi Sumatera Utara
Adapun yang menjadi visi dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya Permukiman Sesuai Rencana Tata Ruang”
Adapun misi Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera
Utara sebagai berikut:
a) Mewujudkan kualitas organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif
dan Sumber Daya Manusia yang professional, mandiri, dengan
menerapkan prinsip good governance.
b) Mewujudkan rencana tata ruang sebagai basis pembangunan wilayah
dan kawasan.
c) Mewujudkan perumahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan
yang layak huni, produktif, terjangkau dan berkelanjutan melalui
pengembangan sistem, prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan
permukiman dalam mendukung pengembangan wilayah.
d) Mewujudkan pelayanan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan
yang prima.
2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Provinsi
Sumatera Utara
Untuk melaksanakan tugas, Dinas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang sekretariat, penataan ruang,
perumahan dan permukiman, tata bangunan dan jasa konstruksi serta
penyehatan lingkungan Kepenataan Ruang dan Permukiman,

b. Penyelenggaraan urusan Pemerintah dan Pelayanan Umum di bidang
penataan ruang, perumahan dan permukiman, tata bangunan dan jasa
konstruksi

serta penyehatan

lingkungan

Kepenataan

Ruang Dan

Permukiman,
c. Pelaksanaan pemberian perizinan di bidang Kepenataan Ruang Dan
Permukiman,
d. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang Kepenataan Ruang Dan
Permukiman,
e. Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang kepenataan ruang dan
permukiman.
Kepala Dinas Penataan Ruang dan Permukiman, mempunyai uraian tugas:
a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin
pada lingkup Dinas,
b. Menyelenggarakan

dan

memimpin,

membina,

mensinkronisasikan,

mengendalikan tugas dan fungsi Dinas,
c. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan Dinas,
sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan dan
daerah,
d. Menyelenggarakan penetapan pengkajian dan penetapan pemberian
dukungan dengan kebijakan umum dan kebijakan Pemerintah Daerah,dan
e. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknis serta
evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, tata ruang,
perumahan dan permukiman, tata bangunan dan jasa konstruksi dan
penyehatan lingkungan;

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas, Kepala Dinas Penataan
Ruang dan Permukiman dibantu oleh:
a. Sekretaris,
b. Kepala Bidang Penataan Ruang,
c. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman,
d. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Jasa Konstruksi,
e. Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan,
f. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah,
g. Kelompok Jabatan Fungsional.

3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penataan Ruang
Bidang Penataan Ruang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam
menyelenggarakan urusan di bidang penataan ruang, perencanaan dan
pemanfaatan tata ruang, dan pengendalian tata ruang.
Untuk melaksanakan tugas Bidang Penataan Ruang mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan penegakan disiplin pada
lingkup bidang penataan ruang,
b. Penyelenggaraan

penyusunan

konsep

kebijakan

dan

penyusunan

perencanaan penataan ruang Provinsi berdasarkan kebijakan nasional
dengan memperhatikan keserasian antar Kabupaten/Kota,
c. Penyelenggaraan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) sesuai
mekanisme atau prosedur dalam pengendalian pemanfaatan ruang,
d. Penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan,
koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan penataan ruang dalam

rangka keterpaduan program tata ruang sesuai ketentuan dan standar yang
ditetapkan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Bidang Penataan Ruang
mempunyai uraian tugas:
a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai
pada lingkup bidang Penataan Ruang,
b. Menyelenggarakan pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penyelenggara tata ruang,
c. Menyelenggarakan pengawasan dan pembinaan tata ruang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
d. Menyelenggarakan Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria (NSPK) sesuai
mekanisme atau prosedur dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

LAMPIRAN III

KEPALA DINAS

NOMOR
TANGGAL

SEKRETA
RIS

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSI ONAL
SUB BAGIAN
UMUM

BIDANG
PENATAAN
RUANG

SEKSI
PEMBINAAN
TATA RUANG

SEKSI
PERENCANAAN
DAN
PEMANFAATAN
RUANG

SEKSI
PENGENDALIA
N
TATA RUANG

:
PERDA PROPINSI
SUMATERA UTARA
:
9
:
28 NOVEMBER 2008

BIDANG
PERUMAHAN
DAN
PERMUKIMAN

BIDANG
TATA BANGUNAN
DAN JASA
KONSTRUKSI

SEKSI
PEMBINAAN
PERUMAHAN

SEKSI
PEMBINAAN
BANGUNAN
GEDUNG

SEKSI
PENGEMBANG
AN
PERUMAHAN

SEKSI
TATA TEKNIS DAN
KONSTRUKSI
BANGUNAN
GEDUNG

SEKSI
PEMBANGUNA
N
KAWASAN

SEKSI
PEMANFAATAN
DAN
PEMELIHARAAN
BANGUNAN

UPT

SUB BAGIAN
KEUANGAN

SUB BAGIAN
PROGRAM

BIDANG
PENYEHATAN
LINGKUNGAN

SEKSI
PENGEMBANGAN AIR
MINUM

SEKSI
PENGEMBANGAN
PRASARANA DAN
SARANA
LINGKUNGAN
SEKSI
PENGEM,BANGAN
PERKOTAAN DAN
PERDESAAN

BAB IV
PENYAJIAN DATA
A. Visi dan Misi
Visi Rencana Tata Ruang Mebidangro

adalah “mewujudkan Kawasan

Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional dan internasional, permukiman
yang nyaman, didukung infrastruktur yang terpadu serta yang berwawasan
lingkungan.”
Adapun misi Rencana Tata Ruang Mebidangro adalah:
1. Mewujudkan perekonomian yang tangguh dan dinamis, tidak hanya
menjadi pusat perekonomian di Indonesia bagian barat tetapi juga dalam
konstelasi IMT-GT (Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle).
2. Mewujudkan Metropolitan Mebidangro sebagai pusat pelayanan tidak
hanya bagi kawasan metropolitan dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi juga
bagi wilayah Pulau Sumatera.
3. Menjadikan Metropolitan Mebidangro sebagai simpul pergerakan regional,
nasional dan internasional.
4. Mewujudkan prasarana dan sarana perkotaan yang terintegrasi, handal dan
berwawasan lingkungan.
5. Mewujudkan Kawasan Metropolitan Mebidangro yang aman, nyaman,
tertib dan religius melalui pembangunan perkotaan yang berkeadilan.
6. Mewujudkan masyarakat kota yang berilmu pengetahuan, menguasai
teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.
Tujuan Kawasan Strategis Mebidangro terkait visi tersebut adalah:
1. Mewujudkan Mebidangro sebagai pusat pelayanan wilayah Provinsi

Sumatera Selatan serta memberi manfaat bagi pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
2. Mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang sehat di Kawasan
Mebidangro.
3. Menciptakan pemanfaatan ruang dikawasan Mebidangro secara optimal
dengan memaksimalkan fungsi lahan.
4. Memaksimalkan dan melindungi peran kawasan lindung di kawasan
Mebidangro.
5. Mendorong perkembangan industri di kawasan Mebidangro secara
berkelanjutan.
6. Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan pengaturan dan
pembangunan infrastruktur yang terarah dan sinergi.
Kebijakan Wilayah Mebidangro, pada kebijakan wilayah ini meninjau
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan wilayah Metropolitan Mebidangro yang
dilihat dari Arahan Kebijakan Tingkat Nasional, Arahan Kebijakan Tingkat
Kepulauan (Pulau Sumatera), Arahan Kebijakan Tingkat Provinsi dan arahan
masing-masing kabupaten/kota yang berada di Metropolitan Mebidang (kebijakan
Kota Medan, kebijakan Kota Binjai, kebijakan Kabupaten Deli Serdang, dan
kebijakan Kabupaten Karo.
A.1 ARAHAN TINGKAT NASIONAL
Dalam Peraturan Pemerintah No 26 September Tahun 2006 tentang
RTRWN, kedudukan Kawasan Perkotaan Mebidang dalam konteks nasional
adalah sebagai berikut:

a) Menetapkan Kawasan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Tebingtinggi, Sidikalang, Balige, Gunung Sitoli,
P.Sidempuan, Pematangsiantar, Rantau Prapat, Kisaran, dan Sibolga
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
b) Menetapkan Kawasan Metropolitan Mebidang sebagai kawasan andalan di
Sumatera Utara dengan sektor industri, perdagangan, pariwisata,
pertanian, perkebunan, dan peternakan.
c) Menetapkan kawasan perkotaan Mebidang sebagai kawasan tertentu yang
mempunyai nilai strategis untuk diprioritaskan pengembangannya dalam
konstelasi IMT-GT (segitiga pertumbuhan utama, Indonesia Malaysia
Thailand-growth triangle). IMT-GT bertujuan untuk meningkatkan
kerjasama dalam perdagangan, investasi, dan pariwisata.
d) Menetapkan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan Internasional,
pelabuhan Sibolga dan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan pengumpan
regional, dan pelabuhan Gunung Sitoli dan Teluk Nibung sebagai
pelabuhan pengumpan lokal.
e) Bandar Udara Polonia atau Kuala Namu ditetapkan sebagai pusat
penyebaran primer.
f) Terdapat rencana pengembangan jalan tol antar kota yaitu Tol BinjaiMedan dan Medan-Kuala Namu.
A.2 ARAHAN TINGKAT KEPULAUAN
Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera Tahun 2005, terdapat
beberapa strategi pengembangan Sumatera Utara,
pengembangan Kawasan Mebidangro, antara lain:

yang terkait dengan

Strategi

Tabel 2
Strategi dan Program Pengembangan Struktur
Lingkup Sumatera
Rincian

Strategi pengembangan
sistem pusat
permukiman
Strategi pengembangan
sistem prasarana
wilayah

Program
program pembangunan
sistem jaringan jalan

pembangunan sistem
jaringan jalur kereta api

pembangunan jaringan
prasarana pelabuhan
laut
pembangunan sistem
jaringan transportasi
udara
pembangunan sistem
pengolahan sumberdaya
air

mengendalikan pengembangan kawasan
perkotaan Medan-Binjai-Deli
Serdang (PKN)
- mengembangkan terminal penumpang
tipe A pada kota yang berfungsi sebagai
PKN
- mengembangkan jaringan transportasi
laut antar-negara meliputi Pelabuhan
Belawan dan lainnya
Rincian
Pembangunan jaringan jalan Lintas Timur
dengan prioritas tinggi yang
menghubungkan kota-kota: Bakauheni –
Ketapang – Labuhan Maringgai Sukadana – Menggala – Mesuji - Kayu
Agung - Palembang – Pangkalan
Balai – Betung - Jambi – Rengat –
Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat –
Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam
– Medan – Binjai – Langsa –
Lhokseumawe – Banda Aceh
Pembangunan sistem jaringan dengan
prioritas tinggi pada jalur-jalur :
Tarahan – Bandar Lampung – Baturaja –
Blimbing – Muara Enim, Banda
Aceh – Bireun - Lhokseumawe – Langsa –
Besitang – Medan, dan Medan Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran
– Rantau Prapat - Dumai – Duri –
Pekanbaru
Pengembangan Pelabuhan Internasional di
Belawan-Medan dengan
prioritas tinggi
bandar udara pusat penyebaran dengan
skala pelayanan primer di
dengan
Polonia/Kuala
Namu-Medan
prioritas tinggi
Sungai/Wilayah Sungai dengan prioritas
tinggi pada Wilayah Sungai
Belawan–Belumai-Ular, Wilayah Sungai

pengelolaan ruang pada
kawasan andalan

Asahan, Wilayah Sungai Batang
Gadis–Batang Toru
pengembangan Kawasan andalan Perkotaan
Metropolitan Mebidang
dengan prioritas tinggi

Sumber: RTR Pulau Sumatera, Tahun 2007
A.3 ARAHAN TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Visi pembangunan Provinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang adalah:
“Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang Beriman, Maju, Mandiri,
Sejahtera dan Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum berdasarkan Pancasila dalam
Kebhinekaan”. Terdapat lima Misi pembangunan Provinsi Sumatera Utara,
sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa
sebagai sumber moral dan akhlak mulia.
2. Meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah yang menuju ke
pemerintahan yang baik
3. Membangun dan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu
pada pertanian, agroindustri, pariwisata dan sektor-sektor unggulan serta
mengembangkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.
4. Mengembangkan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia yang
beriman, bertaqwa, cerdas, terampil, kreatif, inovatif serta memiliki etos
kerja yang tinggi.
5.

Meningkatkan kesetaraan, kebersamaan dan rasa persatuan dalam
masyarakat.
Wilayah Metropolitan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)

memiliki lokasi yang strategis dan diharapkan dapat menjadi pintu bagi
pengembangan Sumatera Utara. Ekonomi Mebidangro secara signifikan

berhubungan dengan northern growth triangle: Medan-Penang-Phuket dibawah
AFTA.
Selain itu mendukung kedudukan mebidangro dalam kerangka IMT-GT.
Kerjasama ekonomi skala sub-regional IMT-GT yang bertujuan untuk penguatan
jaringan infrastruktur berdasarkan The IMT-GT Roadmap 2007-2011 Action Plan,
salah satunya berbentuk pengembangan jaringan transportasi dalam bentuk
coridor economic , terbagi menjadi 4 koridor yaitu:
1) Koridor Songkhla (Thailand), Penang (Malaysia) dan Medan (Indonesia).
2) Koridor Selat Malaka,
3) Koridor Banda Aceh, Medan, Dumai, dan Palembang
4) Koridor Malaka (Malaysia) dan Dumai serta
5) Koridor Ranong, Phuket (Thailand) dan Aceh
Selain mempertimbangkan nilai strategis tersebut, kedudukan Metropolitan
Mebidangro dalam lingkup Provinsi Sumatera Utara antara lain:
Pertama, kawasan perkotaan Mebidangro ditetapkan sebagai kawasan
tertentu yang diprioritaskan pengembangannya dalam konstelasi IMT-GT.
Kedua, Medan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu
sebagai pusat yang mendorong kawasan sekitarnya untuk mengembangkan sektor
unggulan industri, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan
perikanan, sebagai pintu gerbang nasional dan internasional, sebagai simpul
transportasi nasional melalui Pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia, sebagai
simpul distribusi dan kolektor untuk barang dan jasa, dan pusat jasa pemerintahan.
Ketiga, Medan sebagai Kawasan Andalan di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai
kawasan andalan, Kota Medan dan sekitarnya dikembangkan sebagai pusat

pelayan primer A bagi pengembangan Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli
Serdang, Karo, Dairi dan Langkat. dengan wilayah pelayanan Provinsi Sumatera
Utara, Sumatera bagian Utara, Provinsi lain, dan internasional. Keempat,
Pelabuhan Belawan sebagai inlet-outlet point utama bagi sistem pergerakan
penumpang menuju dan dari wilayah Sumatera Utara. Kelima, Bandara Polonia
yang dipersiapkan untuk dipindahkan ke Kuala Namu ditetapkan sebagai pusat
penyebaran primer dengan skala pelayanan regional, nasional, dan internasional.
Tabel 3
Kebijakan Kawasan Di Provinsi Sumatera Utara Terkait Mebidangro
Kawasan
Kawasan Lindung

Kawasan Budidaya
Pertanian Tanaman
Pangan
Kawasan Budidaya
Pertanian Tanaman
Perkebunan
Kawasan Budidaya
Perikanan

Kawasan Budidaya Kehutanan

Wilayah dan Kegiatan
Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung termasuk di
dalamnya antara lain cagar alam Sibolangit (Deli Serdang),
dan Dolok.
Di samping itu juga suaka margasatwa Karang Gading
(Deli Serdang dan Langkat).
Untuk kawasan pelestarian alam termasuk juga di
dalamnya adalah Taman Nasional Gunung Leuser di
Langkat, Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Deli Serdang,
Simalungun, Karo, dan Langkat),
Taman Wisata Alam di Sibolangit (Deli Serdang), Lau
Debuk-Debuk (Karo), Deleng Lancuk (Karo).
Jenis tanaman padi sawah dan padi ladang, palawija, dan
buahbuahan, berada pada lokasi antara lain: Karo.
Lahan perkebunan komoditi utama (wilayah Timur yang
meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten di pantai
Timur), antara lain: Karo sedangkan untuk Perkebunan
besar, antara lain Deli Serdang.
Perikanan laut lebih mendominasi dibandingkan perikanan
darat.
- Perikanan darat tersebar di seluruh kabupaten/kota,
kecuali kota Sibolga
- Perikanan laut dikembangkan di seluruh daerah
kabupaten/kota yang memiliki kawasan laut, antara
lain Deli Serdang dan kota Medan.
- Perikanan danau antara lain Karo.
Berdasarkan kesesuaian penggunaan lahan yang ada, maka
lokasi budidaya hutan produksi meliputi :
- Hutan produksi terbatas, antara lain Karo
- Hutan produksi tetap, antara lain Deli Serdang bagian
Selatan, hutan Siosar (Karo).
- Hutan produksi konversi, antara lain Deli Serdang

Kawasan Pertambangan

Wilayah Pengembangan Industri
besar dan menengah

Kawasan Pariwisata

Kawasan Perdesaan

Kawasan Perkotaan

Kawasan Tertentu

Sumberdaya pertambangan, antara lain galian golongan C,
migas, dan mineral. Sementara untuk beberapa jenis bahan
tambang seperti emas dan batubara masih dalam tahap
eksplorasi.
Arahan pola pemanfaatan ruang bagi:
- kawasan potensi pertambangan
- Bahan galian golongan C
- Galian tambang lainnya antara lain Karo.
Pengembangan industri:
- Industri kecil (pertanian dan rumah tangga lainnya)
diarahkan di seluruh kabupaten/kota
- Industri besar dan menengah (pusat kegiatan
industri
terbesar di Sumatera Utara) diarahkan di
Kawasan
Perkotaan Mebidang.
- Industri besar dan menengah lainnya diarahkan
Sumatera Utara memiliki potensi obyek dan daya tarik
wisata
yang cukup beragam:
- kawasan wisata utama Danau Toba dan sekitarnya
- Nias dan sekitarnya
- Brastagi dan Tanah Karo untuk wisata alam dan
budaya
- Bahorok untuk wisata alam,
- Kawasan Pantai Timur sekitar kabupaten Deli
Serdang.
Mengembangkan pertanian lahan basah rakyat dengan
lokasi
antara lain Kabupaten Deli Serdang.
1. Pusat pelayanan:
• Primer B (Wilayah pantai barat).
• Primer (wilayah Pantai Timur): Mebidang.
• Dataran tinggi Karo.
2. Kota-kota sekunder dikembangkan dengan intensitas
sedang.
3. Pusat pelayanan sekunder dan tersier diperluas fungsinya
sebagai pusat yang melayani wilayah pengembangan
masingmasing
terutama untuk kegiatan agroindustri dan agrobisnis.
4. Pusat pelayanan tersier dikembangkan sebagai pusat
pengumpul dan pengolah hasil pertanian rakyat di wilayah
sekitarnya dengan dukungan feeder-road
5. Prioritas pengembangan kota-kota tersier adalah aktifitas
sektor sekunder atau pengolahan berskala lokal yang
mendukung pengembangan sektor primer di wilayah
hinterlandnya.
Pengembangan kawasan perkotaan Mebidang
pelayanan
primer A yang memberikan pelayanan regional

Kawasan Andalan

Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau
kecil

Kawasan Strategis Hankamnas

meliputi
wilayah Provinsi Sumatera Utara hingga wilayah
Sumatera
bagian Utara dengan prioritas aktivitas sektor sekunder dan
tersier
Terdapat 2 Kawasan andalan yang saling terintegrasi, yaitu:
- Darat, yaitu : Kawasan Medan dan sekitarnya, dan
terdapat 4 kawasan lainnya.
- Laut, yaitu : Kawasan Laut Lhokseumawe-Medan
dan
sekitarnya, serta terdapat 2 kawasan lainnya.
Pengembangan kawasan pesisir dan kelautan diarahkan
pada :
1. Pengembangan kawasan wisata bahari dengan loaksi
anatar
lain Medan dan Deli Serdang.
2. Pengembangan pelabuhan perikanan di kawasan pantai
antara lain Deli Serdang, Medan.
Di Pantai Barat Sumatera Utara terdapat garis pantai yang
strategis bagi keperluan pendaratan yang memungkinkan
penguasaan teritorial Sumatera Utara bagian Barat,
Sumatera
Barat, dan Aceh Selatan. Lokasi yang diperuntukkan dalam
kepentingan Hankamnas di Provinsi Sumatera antara
meliputi :
1. Pendaratan Pasukan
- Pantai Cermin dan Pulau Berhala (Kabupaten Deli
Serdang)
2. Pangkalan Perlawanan
3. Daerah Latihan Militer

Sumber : RTRW Sumatera Utara 2005-2019

Pengembangan hirarki fungsional wilayah Provinsi Sumatera Utara lebih
bersifat horizontal yang dimaksudkan untuk pengembangan ruang yang
terdesentralisasi pada sumberdaya alam setempat serta terciptanya keseimbangan
pertumbuhan yang proporsional (balance growth). Konsep ini mendorong
terciptanya satuan ruang wilayah yang lebih efisien.
Hirarki fungsional wilayah Provinsi Sumatera Utara yang lebih bersifat
horizontal tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) hirarki pusat pelayanan, yaitu :

a. Pusat Pelayanan Primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi
Sumatera

Utara,

wilayah

Sumatera

bagian

Utara,

dan

wilayah

nasional/internasional yang lebih luas. Pusat pelayanan ini terletak di
kawasan perkotaan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dan Kota
Sibolga. Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya sebagai pusat
pelayanan primer ‘A” diarahkan sebagai pusat aktifitas sekunder dan
tersier bagi Provinsi Sumatera Utara. Pengembangan Kota Sibolga sebagai
pusat pelayanan primer ‘B’ diprioritaskan bagi pengembangan wilayah
Pantai Barat Sumatera Utara.
b. Pusat Pelayanan Sekunder, yaitu pusat yang melayani satu atau lebih
daerah Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini terdiri atas pusat
pelayanan sekunder ‘A’ dan pusat pelayanan sekunder ‘B’. Pusat
pelayanan sekunder A dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi
untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.
c. Pusat Pelayanan Tersier, yaitu kota-kota mandiri selain pusat primer dan
sekunder yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan.
Pusat pelayanan tersier terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan
ruang wilayah yang lebih efisien.
Rencana pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di Provinsi Sumatera
Utara, dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4
Program-Program Pengembangan Struktur Tata Ruang
Mebidangro Lingkup Sumatera Utara
Wilayah
Kegiatan
Pengembangan dan
a. Pengembangan jalan tol Binjai-Medan-Tanjung
Penataan PKN
Morawa-Lubuk Pakam-Tebing Tinggi, Belmera, dan
Metropolitan Medan
Tebing Tinggi –Parapat
b. Peningkatan fasilitas pelabuhan, keselamatan

pelayaran, dan armada pelayaran di Pelabuhan
Belawan dan Sibolga
c. Intensifikasi pelayanan bandar udara Polonia
d. Pengembangan bandar udara Kuala Namu pengganti
bandar udara Polonia
e. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan skala
Provinsi dan regional di pusat pusat pengembangan
kawasan andalan.
f. Mengembangkan jaringan arteri primer yang
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan kawasan
andalan, serta membangun jaringan transportasi
kolektor dan feeder-road untuk menghubungkan pusatpusat pertumbuhan kawasan andalan dengan wilayah
penyangganya (hinterland)
Industri di Mebidangro
a. Pengembangan infrastruktur bagi kawasan industri
b. Penyediaan fasilitas dan utilitas bagi pengembangan
industri
c. Penyusunan rencana detail kawasan industri
d. Pengembangan akses dari ke sentra-sentra sumberdaya
e. Pengembangan industri pengolahan
f. Pengembangan industri hilir yang terkait dengan
industri hulu yang berkembang di Sumatera Utara
Sumber: RTRWP Sumatera Utara 2005 – 2011

B PROFIL MEBIDANGRO
B.1 Gambaran Umum Sumatera Utara
1. Secara Topografis
Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu
bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai
berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Sumatera Utara
dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu
4. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,
Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara,

Kabupaten

Tapanuli

Tengah,

Kabupaten

Nias

Selatan,

Kota

Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli.
5. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten
Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten
Samosir, dan Kota Pematangsiantar.
6. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan,
Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Serdang Bedagai,Kabupaten Deli Serdang, Kota Tanjungbalai,
Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai
Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99
km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur,
kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki
potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus
migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda
wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan
sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan
kondisi hutan yang kritis. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang
relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Serta
memiliki lahan yang luas dan berpotensial untuk dikembangkan.
Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau
65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan
pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan

kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air
terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya
tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

2 Secara Batas Administrasi
Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan internasional, dekat
dengan dua negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga)
provinsi, dengan batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera
Barat
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

B.2 Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
Pada Tahun 2011 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.103.596 jiwa.
Dan sekitar 10,32% tinggal di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo atau sekitar
4.495.155 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten terbesar terdapat pada

Kabupaten Kabupaten Karo (3,72 %), Disusul oleh laju pertumbuhan penduduk
Deli Serdang sebesar 3,35%, Medan 1,12%, dan Binjai laju pertumbuhan
penduduk terendah 2,13% (lihat tabel 2.31).
Besarnya laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tersebut diperkirakan
daya tarik pertumbuhan perekonomian/produksi dalam skala besar, seperti sektor

pariwisata, perkebunan dan pertanian, limpahan penduduk kota utama di
sekitarnya, seperti dari Kabupaten Karo.
Memusatnya jumlah penduduk Mebidang di Kota Medan mengakibatkan
kepadatan di Kota Medan cukup tinggi dan berimplikasi pada tingginya harga
lahan (tingginya permintaan akan lahan). Hal inilah yang menyebabkan kecilnya
pertumbuhan di Kota Medan karena penduduk akan mencari harga lahan yang
lebih rendah dan untuk itu memilih untuk tinggal di luar Kota Medan.
Tabel 5
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk

Laju
Pertumbuhan
2004Rata2005
rata
1,25% 3,72%

2006

2007

2008

2009

2010

342.555

351.368

360.880

370.619

360.960

2 Deli Serdang

1.634.115

1.686.366

1.738.431

1.788.351

1.790.431

3,00%

3,35%

3 Medan

2.067.288

2.083.156

2.102.105

2.121.053

2.097.610

1,27%

1,12%

244.256

248.256

252.652

257.105

246.154

2,44%

2,13%

1 Karo

4 Binjai

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2011
Tabel 6
Perbandingan Jumlah Penduduk
Kab/Kota
Medan
Binjai
Deli Serdang
Karo
Jlh Mebidangro
Jlh Penduduk Sumut

Jumlah Penduduk Tahun 2010
2.097.610
246.154
1.790.431
360.960
4.495.155
13.103.596 jiwa

Persentase (%)
3,72%
3,35%
1,12%
2,13%
10,32%

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2011
2. Kepadatan Penduduk
Secara geografis, penyebaran penduduk terbesar masih terkonsentrasi pada
wilayah Pantai Timur, yaitu dimana pada wilayah tersebut terdapat sejumlah

kabupaten yang berpenghuni terbesar (di atas 5 % dari seluruh penduduk provinsi)
dan berkepadatan tertinggi (di atas 200 jiwa/km2), seperti Kabupaten Deli
Serdang. Tahun 2010 total luas wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 25
Kabupaten dan 8 Kota ialah sejumlah 71.680,68, dengan total jumlah penduduk
12.982.204 per jiwa, dan dengan total kepadatan penduduk 181 jiwa/km2.
Kawasan Mebidangro terdiri dari 52 kecamatan dari 4 kota/kabupaten dan
memiliki persebaran penduduk yang cenderung memusat pada Kota Medan
dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sejumlah 4.495,155 jiwa dengan total
kepadatan penduduk sebanyak 11.526 jiwa/km2.
Tabel 7
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010
No

Kabupaten

Luas
Wilayah
(Km²)
1
Karo
2.127,25
2
Deli Serdang
2.486,14
3
Medan
265,10
4
Binjai
90,24
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2011

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
360.960
1.790.431
2.097.610
246.154

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km²)
165
720
7913
2728

Kedekatan terhadap Kota Medan dan berkedudukan di wilayah timur
menjadikan suatu kabupaten memiliki penduduk perkotaan yang semakin besar,
seperti kabupaten Deli Serdang sedangkan berpenduduk perkotaan yang dominan,
diikuti Kabupaten Karo.
Tabel 8
Distribusi Penduduk Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2010
No
Kabupaten/Kota
Kota
Desa
Jumlah
Total
1
Karo
90.748 260.212
360.960
2
Deli Serdang
1.355.844 434.587
1.790.431
3
Medan
2.097.610
x
2.097.610
4
Binjai
235.450
10.704
246.154
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2011

% Kota
25,14%
75,73%
100,00%
95,65%

%
Desa
72,09%
24,27%
0,00%
4,35%

3. Perkembangan Penggunaan Lahan
Luas kawasan wilayah kajian Mebidangro adalah 1.637.710 Ha mencakup 3
wilayah administratif yaitu Kota Medan, Kota Binjai, dan sebagian Kabupaten
Deli Serdang, dan Kabupaten Karo. Penggunaan lahan berdasarkan interpretasi
citra satelit menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di wilayah kajian
didominasi oleh perkebunan, pertanian, dan lahan terbangun. Perubahan guna
lahan Mebidangro.
Gambar 1.
Citra Satelit Penggunaan Lahan

Sumber: dokumen RTR Mebidang

Dari gambar citra satelit terlihat bahwa perkembangan Mebidang terjadi
secara linier mengarah ke selatan, ke barat menuju Binjai, dan ke timur menuju
Tanjung Morawa. terlihat pula bahwa Bagian utara Kota Medan tidak mengalami
perubahan berarti, hal ini disebabkan lahan sekitar Medan bagian Utara tersebut
merupakan lahan HGU, yaitu Perkebunan Tembakau Deli, yang dibatasi
perkembangannya. Oleh karena itulah Kota Medan memiliki struktur kota yang
aneh dan tidak efisien, khususnya dalam sistem transportasinya. Hal ini
merupakan fenomena yang menarik; mengingat bahwa perkembangan suatu kota
yang pesat ternyata bisa dibatasi oleh suatu peraturan yang tegas dan mengikat,

dan sekaligus menjadi tantangan untuk pengembangan wilayah kota yang lebih
efisien kedepannya.
Penggunaan lahan Mebidang tahun 2006 terbagi atas 4 macam, antara lain
Lahan yang digolongkan HGU, lahan berfungsi lindung, lahan urban, dan lahan
lain-lain. Pengunaan lain-lain termasuk diantaranya adalah pertanian lahan kering,
pertanian lahan basah, rawa, dan tubuh air.
Gambar 2
Penggunaan lahan Mebidangro

Keterangan gambar:
Merah
: kawasan permukiman Hijau tua
Hijau muda : lahan perkebunan sawit Biru

: hutan rawa, semak rawa
: waduk air

Berdasarkan gambar 2 penggunaan lahan Mebidangro diatas, diantara
kawasan Mebidangro ini warna merah menunjukkan bahwa kawasan permukiman
lebih mendominasi penggunaan lahan pada daerah ini.Terlihat bahwa kawasan
permukiman sekelilingnya kawasan pertanian yang berwarna hijau muda dan
hijau tua penggunaan lahan terbesar adalah lahan lain-lain berupa pertanian lahan
basah, pertanian lahan kering, rawa, dan tubuh air sebesar 43,54%..Kemudian
penggunaan lahan peringkat berikutnya adalah penggunaan lahan urban dan HGU
dengan jumlah yang hampir sama, yaitu masing-masing 23,9% dan 21,8%, dan

sisanya berupa hutan lindung sebesar 10,8%. Penggunaan lahan pada masingmasing kabupaten/kota Metropolitan Mebidang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 9
Penggunaan Lahan
Lahan
HGU
Lindung
Urban
Lain-lain

Luas
%
Luas
%
Luas
%
Luas
%

Luas Total

Medan

Binjai

234,10
0,80
0,00
0,00
19.642,30
70,90
7.830,48
28,30
27.707,00

214,87
2,00
0,00
0,00
2.759,49
26,20
7.549,02
71,70
10.523,00

Deli
Serdang
38.968,00
27,30
19.555,00
13,70
20.880,00
14,60
63.476,00
44,40
142.879,00

Karo

Total

30.960,00
20,00
26.555,00
20,00
16.061,53
13,00
634760
10,00
139.128,53

39.416,96
41,76
19.555,00
23,69
43.281,79
36,90
78.855,50
97,64
320.237,00

Sumber: Dokumen RTR Mebidangro
Terlihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah lahan lain-lain berupa
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, rawa, dan tubuh air sebesar
43,54%. Kemudian penggunaan lahan peringkat berikutnya adalah penggunaan
lahan urban dan HGU dengan jumlah yang hampir sama, yaitu masing-masing
23,9% dan 21,8%, dan sisanya berupa hutan lindung sebesar 10,8%. Penggunaan
lahan pada masing-masing kabupaten/kota Metropolitan Mebidang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Kota Medan
Penggunaan lahan Kota Medan didominasi oleh lahan urban (70,9%). Di
Kota Medan terdapat lahan hak guna lahan (HGU), namun jumlahnya tidak
besar hanya 0,8%. Selain itu, di Kota Medan masih tersedia lahan lain-lain
yang dapat digunakan sebagai lahan cadangan untuk dikembangkan, namun
jumlahnya terbatas (28,3%). Hal ini menunjukkan Kota Medan sebagai kota
inti Mebidang memiliki fungsi perkotaan yang sangat kuat sehingga

diperlukan penyebaran kegiatan perkotaan ke wilayah lainnya untuk
mengurangi pemusatan kegiatan perkotaan di Kota Medan.
2. Kota Binjai
Penggunaan lahan Kota Binjai didominasi oleh penggunaan lahan lainlain (71,7%). Lahan berfungsi urban di Kota Binjai sebesar 26,2% dan
terdapat pula lahan HGU, yang jumlahnya tidak besar (2%). Seperti Medan,
Binjai juga tidak memiliki lahan berfungsi lindung. Sekalipun total luas lahan
Binjai tidak besar, namun Kota Binjai memiliki potensi ketersediaan lahan di
Metropolitan Mebidangro kedepannya. Potensi ini didukung arus komuter
yang cukup besar antara Binjai-Medan.
3. Kabupaten Deli Serdang
Penggunaan lahan Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penggunaan
lahan lain-lain (44,4%). Hal ini mengindikasikan Kabupaten Deli Serdang
memiliki potensi ketersediaan lahan yang besar bagi pengembangan
Mebidangro kedepannya. Namun di balik itu Deli Serdang memiliki banyak
limitasi pengembangan, seperti keberadaan lahan berfungsi lindung (13,7%)
serta lahan HGU yang jumlahnya besar dibandingkan dengan Medan dan
Binjai (27,3%). Selain kawasan berfungsi lindung, di Deli Serdang terutama
di bagian utara dan pesisir banyak terdapat daerah rawa seperti Kecamatan
Deli Labuhan, Hampara Perak, Percut Sei Tuan dan Pantai Labu. Adapuin
penggunaan lahan urban di Kabupaten Deli Serdang hanya 14,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk kegiatan perkotaan di Deli
Serdang prosentasenya masih sedikit.

4. Kabupaten Karo
Penggunaan lahan Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penggunaan
lahan lain-lain (54,1%). Hal ini mengindikasikan Kabupaten Karo memiliki
potensi ketersediaan lahan yang besar bagi pengembangan Mebidangro
kedepannya.

Namun di

balik itu Karo

memiliki banyak limitasi

pengembangan, seperti keberadaan lahan berfungsi lindung (12,89%) serta
lahan HGU hanya (20,00%) yang jumlahnya kecil dibandingkan dengan Deli
Serdang (27,3%). Selain kawasan berfungsi lindung hanya (12,89) tetapi tetap
dijaga kelestariannya dikarenakan Karo masuk kategori dataran tinggi yang
mana menjadi kawasan resapan air bagi kawasan Binjai-Deli Serdang-Medan.

4. Kemampuan Lahan berdasarkan bentang alam, lahan tata air,
bencana geologi, perkembangan penggunaan lahan.
4.1 Kemampuan Lahan Bentang Alam Mebidangro
1 Dataran – Rawa
Dataran terletak meluas pada bagian utara hingga timur, pada beberapa
tempat (tidak menerus) pada bagian selatan, sebagian berupa dataran rawa yang
berada sepanjang tepi pantai. Terdapat dataran rawa yang memanjang sejajar
dengan pantai, tersebar mulai dari daerah Pangkalan Brandan, Belawan, dan Kota
Pari. Kendala yang ada pada dataran adalah berupa terdapat kemungkinan
terjadinya banjir bandang pada pertemuan dua sub DAS dan meander sungai,
dapat terjadinya Intrusi air laut terhadap air tanah sehingga air tanah bersifat
payau bahkan asin mendekati pantai. Dapat terjadi banjir bandang pada pertemuan
dua sub DAS dan meander sungai, terjadi Intrusi airlaut, pada dataran rawa secara

umum aliran air permukaan lambat, air tanah bersifat payau hingga asin
mendekati pantai
2. Perbukitan
Perbukitan tersebar meliputi daerah Bohorok, Gunung Meriah, Kabanjahe,
Mutee, TG. Binganga, Laubaleng dan Mardinding. Terdapat bukit yang terisolir
seperti pada daerah Gunung Meriah bagian timur laut. Potensi terdapat mata air
panas, aliran air baik - sangat baik. Dengan kendala relatif agak sukar digali dan
kemungkinan dapat terjadi longsoran, baik berupa tanah pelapukan ataupun
batuannya yang bersifat lokal.
3. Dataran Tinggi - Pegunungan
Tersebar pada kawasan ini mulai dari bagian utara G. Bandhara ( 3011 m),
G. Buluh (895 m), hingga bagian tenggara G. Tusamseragi (1390 m) yaitu DG.
Sinabung, DK. Sibayak dan daerah Berastagi. berpotensi terdapat mata air, air
permukaan baik dan mudah digali. Dapat terjadi banjir bandang, agak sukar
digali, longsor pada erosi permukaan ataupun gerakan tanah pada lapisan tanah
pelapukan dan batuan. Kabupaten Karo termasuk daerah dataran tinggi
pegunungan.
4.2 Kemampuan Lahan Tata Air Mebidangro
Pembagian Satuan Tata air dapat didasarkan atas litologi dan topografi yang
terdapat pada kawasan. Dimana peta ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) satuan
morfologi:
1.

Sangat Tinggi
Satuan ini menempati sepanjang daerah yang dimulai dari Hanai Kiri –
Medan

–Lubuk

Pakam,

merupakan

daerah

dataran



dataran

bergelombang.Memiliki debit air tanah 300 – 600 liter/menit dengan debit
aman untuk air tanah bebas 30 – 60 liter/menit/sumur dan air tanah artesis
memiliki debit aman 70 – 100 liter/menit/sumur.
Potensinya adalah air tanah dangkal, debit 5 – 10 liter/detik, bersifat
tawar dan mudah digali. Sedangkan kelemahannya adalah mudah
meresapkan limbah, dapat terjadi banjir dan air tanah bersifat payau pada
daerah yang dekat dengan pantai.
2.

Tinggi
Satuan ini menempati Daerah Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan
yang meluas ke bagian selatan, daerah sepanjang bantaran S. Lawas Alas
dan pada daerah Belawan. Potensinya adalah air tanah dangkal (< 5 meter),
bersifat tawar dan mudah digali. Sedangkan kelemahannya adalah mudah
meresapkan limbah, dapat terjadi banjir dan air tanah bersifat payau pada
daerah yang dekat dengan pantai.

3.

Sedang
Satuan ini menempati bagian tengah kawasan yang mencakup daerah
Selatan Binjai, Pancur Batu, Bangun Purba, Kaban Jahe dan Galang.
Potensinya adalah air tanah baik bersifat tawar, debit sumur >5 liter/menit,
terdapat mata air dan dapat meresapkan air hujan. Sedangkan kelemahannya
adalah air tanah dalam dan mengandung mineral.

4.

Rendah
Satuan ini menempati bagian selatan kawasan yang meliputi Bahorok,
Berastagi, Gn Mariah dan bagian selatan Kabanjahe. Potensinya adalah air

tanah cukup baik dengan kualitas air tawar, sebagai daerah resapan air
hujan. kelemahannya mineral tinggi, air tanah dalam.
4.3 Kemampuan Lahan Bencana Geologi Mebidangro
Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologi berupa gempa
bumi, tsunami, abrasi tepi pantai Danau Toba dan gerakan tanah terhadap Daerah
Medan –Binjai – Deli Serdang-Karo merupakan gabungan Peta Geologi, Peta
bahaya goncangan gempa Bumi dan peta wilayah rawan bencana gempa bumi,
maka wilayah Medan–Binja