Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Percepatan Pembangunan di Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Metode berhubungan dengan cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian. Fungsi penelitian
pada dasarnya adalah untuk memberikan penjelasan dan jawaban atas suatu
pemasalahan, serta mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah. Untuk
melakukan pemecahan masalah harus menggunakan cara ilmiah yang rasional,
empiris, dan sistematis (Sugiono,2009). Metodologi Penelitian merupakan
langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau
informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa
penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten
Tapanuli Utara yakni mengamati dan meneliti periode antara sebelum pemekaran
di Kabupaten Tapanuli Utara dan sesudah Pemekaran di Kabupaten Humbang
Hasundutan yaitu dampak pemekaran wilayah terhadap percepatan pembangunan
di Kabupaten Humbang Hasundutan.
3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif,
yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat

42
Universitas Sumatera Utara

Statistik Propinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang
Hasundutan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Selain itu data-data
lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari jurnal, website resmi,
dokumen-dokumendan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan penelitian
ini. Berdasarkan kurun waktunya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah time series (tahunan), dengan kurun waktu dari tahun 1994 sampai dengan
tahun 2013 (tahunan).
3.3 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
pemekaran wilayah terhadap percepatan pembangunan di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Dimana tingkat percepatan pembangunan tersebut diukur oleh
tingkat kemiskinan, dan tingkat indeks pembangunan manusia yang terjadi pada
periode sebelum dan sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan

3.4 Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah :
1.

Pemekaran wilayah merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi
lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan
mempercepat pembangunan.

2.

Tingkat Kemiskinan adalah persentase penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan antara sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli Utara tahun
1994-2003 dan sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan
tahun 2004 -2013 (data dalam satuan persen).

43
Universitas Sumatera Utara

3.


Tingkat Indeks Pembangunan Manusia sebagai persentase penduduk yang
mengukur kesejahteraan masyarakat pada periode sebelum pemekaran di
Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1994-2003 dan sesudah pemekaran di
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013 (data dalam satuan persen
).

3.5 Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data, penulis menggunakan program komputer
SPSS 20 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.
Selain itu juga digunakan software Microsoft Excelsebagai software pembantu
dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber
kedalam bentuk yang lebih representatif untuk digunakan pada software utama
diatas dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika
dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.
3.6 Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode uji beda yaitu dengan Paired Sample Test yang digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata (mean) antara 2 values
dalam 1 variabel. Dengan memiliki ketentuan rumus sebagai berikut:


3.6.1

-

Jika t-hitung >0,05 : tidak ada perbedaan yang signifikan

-

Jika t-hitung t-tabel maka pada tingkat kepercayaan
tertentu H0 Ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji
berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

45
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan
4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten hasil
pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten ini resmi terpisah dengan
kabupaten induk pada tanggal 25 februari 2003 dengan diterbitkan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan,
Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan berada di
bagian tengah Propinsi Sumatera Utara, terletak pada garis 2˚1’-2˚28’ Lintang
Utara dan 98˚10’-98˚ 58’ Bujur Timur. Kondisi fisik Kabupaten Humbang
Hasundutan berada pada ketinggian 330 sampai dengan 2.075 meter diatas
permukaan laut. Kemiringan tanah yang tergolong datar hanya 11 persen, landai
20 persen dan miring/terjal 69 persen. Berdasarkan fisik wilayah maka permukaan
tanah kebanyakan berbukit dan bergelombang, banyak terdapat lembah yang terjal
dan mempunyai iklim yang sejuk. Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan
langsung dengan 4 (empat) Kabupaten yaitu:
1. Sebelah Timur

: Kabupaten Tapanuli Utara

2. Sebelah Selatan

: Kabupaten Tapanuli Tengah


3. Sebelah Barat

: Kabupaten Pakpak Barat

4. Sebelah Utara

: Kabupaten Samosir

46
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, 253
(dua ratus lima puluh tiga) desa dan 1 (satu) kelurahan, dengan luas wilayah
sekitar 251.765,93 Ha, terdiri dari 250.271,02 Ha daratan dan 1.494,91 Ha
perairan Danau Toba. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Parlilitan yaitu sekitar
72.774,71 Ha atau 29 persen dari luas Kabupaten, sedangkan Kecamatan yang
terkecil adalah Baktiraja sekitar 2.231,91 Ha atau 0.89 persen. Luas Wilayah
Kecamatan Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1

Luas Daratan Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan Menurut
Kecamatan Tahun 2013
No

Kecamatan

Luas Wilayah (Km)

1

Pakkat

38.168,00

Persentase Terhadap
Luas Total (%)
15,25

2


Onanganjang

22.256,27

8,89

3

Sijamapolang

14.018,07

5,60

4

Doloksanggul

20.929,53


8,36

5

Lintongnihuta

18.126,03

7,24

6

Paranginan

4.778,06

1,91

7


Baktiraja

2.231,91

0,89

8

Pollung

32.736,46

13,08

9

Parlilitan

72.774,71


29,08

10

Tarabintang

24.251,98

9,69

Jumlah

250.271,02

100.00

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

47
Universitas Sumatera Utara

4.1.2

Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan tercatat 174.765

jiwa yang terdiri dari laki-laki 86.769 jiwa dan perempuan 87.96 jiwa. Jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Doloksanggul yaitu 44.688 jiwa, terdiri dari
22.001 jiwa laki-laki dan 22.678 jiwa perempuan. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil adalah Kecamatan Sijamapolang yaitu 5.154 jiwa, terdiri dari 2.572 lakilaki dan 2.582 perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Tahun 2013
No

Kecamatan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1

Pakkat

11.430

11.894

23.324

2

Onanganjang

4.948

5.004

9.952

3

Sijamapolang

2.572

2.582

5.154

4

Doloksanggul

22.001

22.678

44.688

5

Lintongnihuta

14.934

14.664

29.598

6

Paranginan

6.256

6.334

12.590

7

Baktiraja

3.459

3.414

6.873

8

Pollung

8.792

8.965

17.937

9

Parlilitan

8.576

8.829

17.405

10

Tarabintang

3.621

3.623

7.244

JUMLAH

86.769

87.996

174.765

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

48
Universitas Sumatera Utara

Komposisi penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut jenis
kelamin adalah laki-laki 86.769 jiwa dan perempuan 87.996 jiwa, dapat kita lihat
bahwa jumlah penduduk jenis kelamin perempuan lebih besar dari laki-laki.
Dengan demikian rata-rata rasio jenis kelamin adalah 93,3 artinya bahwa jika
terdapat 1.000 penduduk perempuan maka akan ditemui 933 penduduk laki-laki.
Sedangkan komposisi penduduk menurut umur adalah : (1) penduduk usia
muda atau 0-14 tahun sebesar 68.092 jiwa atau sebesar 39 persen; (2) penduduk
usia produktif atau 15-54 tahun sebesar 82.794 jiwa atau sebesar 47,3 persen; (3)
penduduk usia tua atau lebih dari 55 tahun adalah 23.882 jiwa atau sebesar 13,5
persen dari jumlah penduduk. Komposisi penduduk Kabupaten Humbang
Hasundutan menurut jenis kelamin dan Umur dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Golongan
Umur
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

Persentase(%)

11.932
11.517
11.537
9.432
4.596
5.053
5.589
5.176
4.672
4.166
3.495
3.060
2.373
1.590
1.276
1.305
86.769

11.448
10.990
10.663
8.548
3.518
4.880
5.329
4.954
4.670
4.537
4.179
3.973
3.113
2.486
1.953
2.755
87.996

23.380
22.507
22.200
17.980
8.114
9.933
10.918
10.130
9.342
8.703
7.674
7.033
5.484
4.076
3.229
4.060
174.765

13,4
12,9
12,7
10,3
4,6
5,7
6,2
5,8
5,3
5,0
4,4
4,0
3,1
2,3
1,8
2,3
100

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

49
Universitas Sumatera Utara

Jika dilihat dari komposisi penduduk tersebut, Kabupaten Humbang
Hasundutan mempunyai potensi besar dalam bidang sumber daya manusia.
Penyediaan tenaga kerja relatif tersedia karena rasio penduduk yang menunjukkan
jumlah laki-laki tidak jauh berbeda dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan
dari komposisi penduduk menurut umur dapat dilihat bahwa Kabupaten Humbang
Hasundutan memiliki penduduk pada usia muda dan usia produktif. Dalam kurun
waktu 10 bahkan 15 tahun kedepan Kabupaten Humbang Hasundutan akan
memiliki ketersediaan sumber daya manusia yang secara kuantitas cukup
memadai. Yang sangat diperlukan adalah bagaimana mengelola potensi sumber
daya manusia tersebut sehingga mampu memberikan dampak yang signifikan
terhadap pembangunan dan perekonomian daerah.
4.1.3

Kondisi Sosial

4.1.3.1 Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting untuk
dikembangkan dan ditingkatkan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Sudah
menjadi kebutuhan bahwa daerah harus memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas untuk dapat mengimplementasikan sistem pemerintahan baru yang
bersifat otonom. Otonomi harus diartikan dalam arti luas dan bukan dalam arti
sempit yang malah merugikan daerah itu sendiri. Otonomi bukan pengembangan
primordialisme tetapi harus bersifat obyektif, dimana yang mempunyai kualitas
dan kemauan membangun harus didahulukan. Dengan demikian kemajuan daerah
akan semakin cepat tercapai.

50
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki jenjang pendidikan hingga
Sekolah Lanjutan Atas. Data statistik menunjukkan bahwa jumlah sekolah sampai
dengan Tahun Ajaran 2012/2013, TK 9 unit, SD/MI sebanyak 222 unit, SMP/MTs
44 unit, SMA/MA 17 unit, SMK 12 unit. Jumlah guru sampai dengan Tahun
Ajaran 2012/2013 TK sebanyak 9 orang, SD/MI sebanyak 2.230 orang, SMP/MTs
sebanyak 930 orang, SMA/MA sebanyak 513 orang, SMK sebanyak 360 orang.
Dalam kurun waktu satu dekade tahun 2004-2014 Kabupaten Humbang
Hasundutan sudah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat pesat
diberbagai bidang khususnya dibidang pendidikan, baik SDM dan sarana
prasarana yang dimiliki sebagaimana terlihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Jumlah Sekolah,Guru Dan Murid Menurut Jenjang Sekolah
Tahun 2011/2012-2012/2013
No
Jenjang Sekolah
1 TK
a. Sekolah (Unit)
a. Guru
b. Murid
2 SD/MI
a. Sekolah (unit)
b. Guru (unit)
c. Murid
3 SMP/MTs
a. Sekolah (unit)
b. Guru (unit)
c. Murid (unit)
4 SMA/MA
a. Sekolah (unit)
b. Guru (unit)
c. Murid (unit)

2010/2012

2012/2013

9
41
626

9
43
681

222
2308
31.284

222
2.230
31.018

44
916
12.838

44
930
13.473

16
520
6.428

16
513
6.283

51
Universitas Sumatera Utara

5

SMK
a. Sekolah (unit)
b. Guru (unit)
c. Murid (unit)

12
357
4.581

12
360
4.706

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

Pada perkembangan, masalah pendidikan di Kabupaten Humbang
Hasundutan hingga tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan perkembangan yang
signifikan, bila dibanding dengan keadaan sebelum Kabupaten Humbang
Hasundutan di mekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara, dimana sebelum di
mekarkan SMA hanya ada dibeberapa Kecamatan namun sampai tahun 2013
sekolah tingkat SMA sudah ada disemua Kecamatan. Permasalahan yang muncul
saat ini adalah masih minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah, sehingga output
atau SDM yang dihasilkan masih belum memuaskan. Jumlah Sekolah menurut
Kecamatan dan Jenjang Sekolah dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Dan Jenjang Sekolah
Tahun2012/2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kecamatan
Pakkat
Onanganjang
Sijamapolang
Doloksanggul
Lintongnihuta
Paranginan
Baktiraja
Pollung
Parlilitan
Tarabintang
JUMLAH

TK
2
1
2
2
1
1
9

SD
34
20
13
39
27
13
10
19
31
12
218

MI
1
1
1
1
4

SMP MTs SMU
9
2
3
1
2
1
8
1
4
5
2
1
1
1
1
4
1
6
1
3
1
1
42
2
15

MA
1
1

SMK
2
5
2
1
2
12

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

52
Universitas Sumatera Utara

4.1.3.2 Kesehatan
Bidang kesehatan tidak jauh berbeda dengan bidang pendidikan dan perlu
mendapat perhatian serius pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat di pisahkan dengan
kesehatan karena manusia yang berkualitas adalah yang sehat jasmani dan rohani.
Daerah akan menjadi kuat apabila mampu menghargai kesehatan. Kabupaten
Humbang Hasundutan memiliki 1 (satu) unit rumah sakit yang terletak di
Kecamatan Dolok Sanggul, dan rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum
Daerah yang diharapkan mampu melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.
Jumlah Prasarana Kesehatan menurut Jenis dan Jumlah Paramedis, dapat dilihat
pada tabel 4.6.

No

Tabel 4.6
Jumlah Prasarana Kesehatan Menurut Jenis S/D 2012
Sarana Kesehatan
Jumlah

1

RSU

1

2

Puskesmas

12

3

Puskesmas Pembantu

23

4

Poskesdes

167

5

Posyandu

224

6

Rumah Bersalin

4

7

Apotek

7

8

Toko Obat

18

9

Klinik Swasta

5

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

53
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7
Jumlah Tenaga Kesehatan
Tahun 2009-2012
No

Kecamatan

2009

2010

2011

2012

1

Dokter umum

38

44

50

48

2

Dokter spesialis

3

3

2

2

3

Dokter gigi

7

9

12

10

4

Perawat

178

171

260

273

5

Perawat gigi

-

4

4

2

6

Bidan

147

147

374

341

7

Apoteker

1

4

3

3

8

Asisten apoteker

9

8

16

16

9

SKM

16

15

36

35

10

Sanitarian

3

3

4

3

11

Tenaga gizi

7

15

11

16

12

Keterapian fisik

-

1

1

1

13

Keteknisan medis

14

24

25

22

14

Analis kesehatan

-

-

-

-

432

448

798

772

Jumlah

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

54
Universitas Sumatera Utara

4.1.3.3 Kemiskinan
Bangsa Indonesia selalu berusaha untuk menekan angka kemiskinan. Salah
satunya program adalah dengan pembentukan daerah otonomi yang baru, dengan
harapan penurunan angka kemiskinan akan semakin cepat tercapai. Semakin kecil
angka kemiskinan maka tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.
Jumlah penduduk miskin Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012 17.000
jiwa atau 9.72 dari jumlah penduduk. Angka harapan hidup 68,06 per tahun,
angka melek huruf 98,22 persen dan Indeks pembangunan manusia 72,80. Jumlah
penduduk miskin, angka harapan hidup, angka melek huruf, indeks pembangunan
manusia dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk Miskin, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf Dan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008-2012
No
1
2

3
4
5

Keterangan
Penduduk Miskin (Jiwa)
Persentase Penduduk Miskin
(%)
Angka Harapan Hidup
(Tahun)
Angka Melek Huruf(%)
Indeks Pembangunan
Manusia

2008

2009

2010

2011

2012

19.980

17.650

18.200

17.500

17.000

12,99

11,31

10,60

10,09

9,72

67,69

67,78

67,87

67,96

68,06

98,20

98,21

98,21

98,22

98,22

71,24

71,64

71,94

72,43

72,80

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

55
Universitas Sumatera Utara

4.1.4

Kondisi Perekonomian
Indikator perekonomian daerah di Indonesia hingga saat ini masih diukur

dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sembilan sektor perekonomian
yang menjadi indikator tersebut antara lain : (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri; (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih; (5) Bangunan; (6)
Perdagangan, Hotel,dan Restaurant; (7) Pengangkutan dan Komunikasi; (8)
Lembaga Keuangan; (9) Jasa-Jasa. Kabupaten Humbang Hasundutan hingga
Tahun 2012 masih sangat bergantung kepada sektor pertanian, dimana sektor
pertanian memberikan kontribusi sebesar Rp 1.822,70 Milyar (ADHB) atau Rp
596,65 Milyar (ADHK Tahun 2000), sekitar 57,33 persen (atas dasar harga
berlaku/ADHB. Pada urutan kedua adalah sektor perdagangan, Hotel dan
Restaurant dengan nilai Rp 480,36 Milyar (ADHB) atau Rp 208,81 Milyar
(ADHK Tahun 2000) atau sekitar 15,11 persen dari PDRB (ADHB0. Sedangkan
pada urutan ke-3 (tiga) adalah sektor jasa-jasa dengan senilai Rp 460,91 Milyar
(ADHB) atau Rp 179,07 Milyar (ADHK Tahun 2000) atau sekitar 14,50 persen
dari PDRB (ADHB). Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan
penyumbang terkecil terhadap PDRB dimana pada Tahun 2012 sektor ini hanya
menyumbang Rp 6,97 Milyar (ADHB) atau Rp 2,65 Milyar (ADHK Tahun 2000)
atau sekitar 0,22 persen dari PDRB (ADHB). Sektor Industri yang diharapkan
mampu meningkatkan nilai tambah sektor primer hanya berada di urutan ke-8
(delapan) dengan nilai Rp 11,33 Milyar (ADHB) atau Rp 3,12 Milyar (ADHK
Tahun 2000) atau sekitar 0,36 persen dari PDRB (ADHB). Laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan pada Tahun 2012 adalah 5,99 persen.

56
Universitas Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Distribusi PDRB dan Pertumbuhan
PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel
4.9.
Tabel 4.9
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Distribusi PDRB dan Laju
Pertumbuhan PDRB Humbang Hasundutan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012
PDRB
(Jutaan Rupiah)
No

1

Lapangan Usaha

Distribusi
PDRB (%)

Pertumbuhan
(%)

ADHB

ADHK
2000

ADHB

ADHK
2000

1.822.707,1

596.653,4

57,33

3,66

6.975,7

2.652,6

0,22

8,57

11.338,2

3.120,5

0,36

5,85

3

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri

4

Listrik,Gas,Air Bersih

13.769,4

4.237,9

0,43

7,32

5

Konstruksi
Perdagangan,Hotel
dan Restauran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,Real Estat,
dan Jasa Perusahan
Jasa-jasa

132.451,6

45.792,2

4,16

8,04

480.366,1

208.812,2

15,11

9,55

131.334,4

53.091,6

4,13

8,11

119.712,9

36.820,8

3,76

8,77

460.917,1

179.074,2

14,50

8,22

3.179.572,5

1.130255,4

100

2

6
7
8
9

Jumlah
Rata-rata
pertumbuhan (%)

5,99

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

57
Universitas Sumatera Utara

4.1.5

Potensi Wilayah

4.1.5.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian yang menjadi sektor utama (leading sector) perekonomian
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan gabungan dari enam subsektor
yaitu: (1) Tanaman Pangan; (2) Holtikultura; (3) Perkebunan; (4) Peternakan; (5)
Perikanan dan (6) Kehutanan.
1. Sub Sektor Tanaman Pangan
Tanaman Pangan menjadi bagian penting karena menyangkut hajat hidup
masyarakat. kesesuaian lahan dan ketergantungan hidup masyarakat dari sektor
pertanian khususnya Sub Sektor Tanaman Pangan menjadi faktor pendukung
perlunya pengembangan sektor pertanian di masa yang akan datang. Sistem
Pengembangan Sub Sektor Tanaman Pangan hingga saat ini masih lebih banyak
dilakukan langsung oleh masyarakat. dengan demikian sistem pertanian
tradisional masih lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan sistem pertanian
modern yang lebih mengandalkan teknologi. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas tanaman pangan, Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 4.10.

58
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman PanganTahun 2008-2012
No
Jenis Tanaman
2008
2009
2010
2011
2012
1
Padi
Luas Panen (000
22,56
20,76
19,59
19,75
19,73
Ha)
Produksi (000 Ton) 115,42
107,01
102,47
103,41
103,93
Produktivitas
51,04
51,54
52,30
52,36
52,68
(Kuintal/Ha)
2
Jagung
Luas Panen (000
1,34
0,58
0,54
0,93
0,59
Ha)
Produksi (000 Ton)
5,60
2,49
2,35
4,01
2,65
Produktivitas
41,96
42,99
43,31
43,35
45,09
(Kuintal Ha)
3
Kacang Kedelai
Luas Panen (000
1,00
4,00
7,00
9,00
9,00
Ha)
Produksi (000 Ton)
1,30
5,60
7,70
9,90
9,90
Produktivitas
13,00
14,00
11,00
11,00
11,00
(Kuintal/Ha)
4
Kacang Tanah
Luas Panen (000
1,19
0,49
0,59
0,42
0,42
Ha)
Produksi (000 Ton)
2,24
0,89
1,09
0,65
0,64
Produktivitas
18,78
18,23
18,35
15,49
15,17
(Kuintal/Ha)
5
Ubi Kayu
Luas Panen (000
0,85
0,48
0,49
0,48
0,46
Ha)
Produksi (000 Ton)
6,85
3,88
4,01
13,66
14,64
Produktivitas
80,53
80,87
81,12
284,64
318,22
(Kuintal/Ha)
6
Ubi Jalar
Luas Panen (000
0,72
0,49
0,46
0,48
0,54
Ha)
Produksi (000 Ton)
5,09
3,48
3,25
5,80
6,77
Produktivitas
70,41
71,62
71,53
120,64
125
(Kuintal/Ha)
Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

59
Universitas Sumatera Utara

Untuk melihat sejauhmana sistem pertanian di Kabupaten Humbang
Hasundutan telah dilakukan, pendekatan pengusahaan padi sawah dapat dijadikan
sebagai indikator sementara. Tahun 2008-2012 luas tanaman padi cenderung
mengalami penurunan walaupun produktivitas mengalami peningkatan yang tidak
perlu signifikan. Pada Tahun 2012, di Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata
produksi padi adalah 5,26 ton per hektar. Pada hal di Jawa Barat (Cianjur) ratarata produksi padi telah mencapai 9 ton per hektar. Hal ini sangat jauh berbeda
dibandingkan dengan apaa yang terjadi di Humbang Hasundutan. Kenyataan ini
menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Bukan tidak mungkin produktivitas padi dan tanaman pangan lainnya seperti
jagung, kacang kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar di Kabupaten Humbang
Hasundutan dapat ditingkatkan. Keberhasilan usaha tersebut tergantung kepada
pemerintah dan masyarakat yang akan menjalankannya. Beberapa kecamatan
termasuk Baktiraja, Parlilitan, Onanganjang adalahlahan yang potensial untuk
dapat menjadi gudang beras di Kabupaten Humbang Hasundutan. Sedangkan
tanaman pangan lainnya hampir diseluruh kecamatan dapat dikembangkan. Luas
Panen, Produksi dan Produktivitas Padi, Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.11.

60
Universitas Sumatera Utara

No

Tabel 4.11
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan
Tahun 2012
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(Ton)
(kw/ha)

1

Pakkat

4.072

22.554,55

55,39

2

Onanganjang

1.324

6.267,37

47,34

3

Sijamapolang

545

2.505,96

45,98

4

Doloksanggul

2.416

11.208,36

46,39

5

Lintongnihuta

1.992

8.799,71

44,18

6

Paranginan

1.020

4.538,46

44,49

7

Baktiraja

1.490

11.662,23

78,27

8

Pollung

1.219

5.600,91

45,95

9

Parlilitan

3.793

21.041,05

55,47

10

Tarabintang

1.857

9.749,57

52,50

19.728

103.928,17

-

-

52,68

Jumlah
Rata-rata

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

61
Universitas Sumatera Utara

2. Sub Sektor Holtikultura
Berbeda dengan tanaman pangan, pada umumnya tidak semua tanaman
sayuran tumbuh dengan baik diseluruh kecamatan, kubis pada umumnya di
Kecamatan Doloksanggul, Lintongnihuta, Onanganjang, Paranginan, Pollung,
Sijamapolang. Tomat umumnya dibudidayakan di Kecamatan Doloksanggul,
Lintongnihuta, Paranginan, Pollung, Kentang di Kecamataan Doloksanggul,
Lintongnihuta, Paranginan, Pollung, Sijamapolang, Wortel di Kecamatan
Doloksanggul, Lintongnihuta, Paranginan dan Bawang Merah di Kecamatan
Baktiraja dan Paranginan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ini
adalah dengan membuat penangkaran bibit holtikultura dan pembukaan lahan
pertanian baru. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenisnya,
Tahun 2012 dilihat pada Tabel 4.12.

62
Universitas Sumatera Utara

No
1

Tabel 4.12
Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Jenisnya
Tahun 2012
Luas Panen
Produksi
Jenis Tanaman
Keterangan
(Ha)
(Ton)
Bawang Merah
171
1.361,2
Baktiraja, Paranginan

2

Bawang Daun

116

794,2

3

Kentang

144

2.752,1

4

Kubis

189

4,306,2

5

Petsai

103

828,8

6

Wortel

50

1.027,8

7

Kacang Panjang

69

253,8

8

Cabe

856

3.408,4

Onanganjang, Sijamapolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan, Pollung
Onanganjang, Sijamapolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan, Pollung
Onanganjang, Sijamapolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan, Pollung,
Onanganjang, Sijamapolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan, Baktiraja
Sijamapolang, Doloksanggul,
Lintongnihuta, Paranginan
Pakkat, Onanganjang,
Baktiraja,Pollung, Parlilitan,
Tarabintang
Semua Kecamatan
Onanganjang, Sijamapolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan, Baktiraja, Pakkat,
Pollung
Onanganjang, Sijampolang,
Doloksanggul, Lintongnihuta,
Paranginan,Pollung

9

Tomat

210

1.979,7

10

Kembang Kol

42

275,8

11

Cabe Rawit

236

735,7

Semua Kecamatan

12

Terung

57

273,0

Semua Kecamatan

13

Buncis

49

156,9

Semua Kecamatan

14

Mentimun

47

239,7

Semua Kecamatan

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

63
Universitas Sumatera Utara

Tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan,
kosmetik untuk kesehatan. Di Kabupaten Humbang Hasundutan tanaman ini
berpotensi untuk dikembangkan dibeberapa kecamatan seperti di Kecamatan
Paranginan, Lintongnihuta, Baktiraja dan Pollung. Luas panen dan produksi
tanaman Biofarmaka menurut jenis tanaman tahun 2012 dapat dilihat pada tabel
4.13.
Tabel 4.13
Luas Panen, Produksi Tanaman Biofarmaka Menurut Jenis Tanaman
Tahun 2012
No

Jenis Tanaman

1

Jahe

2
3

Lengkuas
Kunyit

Luas Panen
(M2)

Produksi (Kg)

180

365

1.571

4.988

144

4.495

Keterangan
Baktiraja, Paranginan,
Lintongnihuta
Baktiraja, Paranginan,
Lintongnihuta
Baktiraja, Paranginan,
Lintongnihuta, Pollung

Sumber : Humbang Hasundutan Dam Angka, 2013

Selain tanaman sayur-sayuran dan biofarmaka di Kabupaten Humbang
Hasundutan juga berpotensi untuk pengembangan tanaman buah-buahan sebagai
sumber vitamin, garam mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Seperti
mangga, durian, jeruk, nenas, markisa, salak, pisang, pepaya dan terong belanda.
Luas panen tanaman buah-buahan menurut jenis tanaman tahun 2012 dapat dilihat
pada tabel 4.14.

64
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.14
Luas Panen, Produksi Tanaman Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman
Tahun 2012
No

Jenis
Tanaman

Luas Panen

Produksi

Keterangan
Baktiraja, Paranginan, Lintong

1

Durian

182,77

1.634,1

2

Jeruk siam

64,47

1.488,0

3

Jeruk

64,47

1488,0

4

Mangga

68,40

475,6

Paranginan, Baktiraja

5

Markisa

2,36

41,4

Onanganjang, Sijamapolang, Pollung

6

Nenas

11,03

92,6

7

Salak

523,59

3.645,0

8

Pepaya

1,077

100,1

9

Pisang

39,019

1.734,4

10

Terong
belanda

Nihuta
Baktiraja, Paranginan, Lintongnihuta
Baktiraja, Paranginan,
Lintongnihuta, Pollung

Pakkat, Sijamapolan, Parlilitan,
Tarabintang, Onanganjang, Pollung
Pakkat, Parlilitan, Tarabintang
Pakkat, Pollung, Parlilitan,
Onanganjang, Doloksanggul
Semua Kecamatan
Paranginan, Pollung, Lintongnihuta,

67,000

340,4

Onanganjang, Sijampolang,
Doloksanggul

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

3. Sub Sektor Perkebunan
Kabupaten Humbang Hasundutan sejak jaman kolonial telah terkenal dengan
aroma kopi dan kemenyan, bahkan pasar kedua komoditi perkebunan ini telah
masuk ke pasar internasional. Tanaman kopi yang terbesar hampir di 10 (sepuluh)
kecamatan menjadi komoditi andalan perkebunan Kabupaten Humbang
Hasundutan. Luas panen kopi pada Tahun 2012 tercatat 11.248,30 hektar atau
sekitar 48,70 persen dari seluruh perkebunan rakyat Humbang Hasundutan.
Kemenyan berada pada posisi kedua dengan luas 4.885 hektar atau sekitar 21,15
persen dan pada posisi ketiga adalah karet dengan luas 4.148,20 hektar atau

65
Universitas Sumatera Utara

sekitar 18,96 persen. Penambahan luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten
Humbang Hasundutan masih dimungkinkan karena ketersediaan lahan masih
relatif luas. Penambahan luas tanaman kopi dapat dilakukan di Kecamatan
Doloksanggul, Lintongnihuta, Paranginan, Pollung dan Sijampolang. Sedangkan
tanaman kemenyan dan tanaman perkebunan lainnya dapat dikembangkan sesuai
dengan kesesuaian lahan yang tersebar di Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas
Panen Dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya, Tahun 2012 Dapat
Dilihat Pada Tabel 4.15.

No

1

Tabel 4.15
Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Perkebunan
Menurut Jenisnya Tahun 2012
Luas
Jenis
Produksi
Persentase
Panen
Keterangan
Tanaman
(Ton)
Luas (%)
(Ha)
Karet

4.148,20

2.084,70

18,96

2

Kelapa

319,00

154,50

1,38

3

Kelapa
Sawit

346,50

340,90

1,50

4

Aren

223,96

123,22

0,96

5

Kopi

11.248,30

5.981,62

48,70

6

Kakao

1.612,57

444,30

6,98

7

Kemenyan

4.885,00

860,60

21,15

Pakkat, Onanganjang,
Parlilitan, Sijamapolang,
Tarabintang

Pakkat, Onanganjang,
Sijamapolang, Parlilitan,
Tarabintang, Baktiraja
Pakkat, Sijampolang,
Parlilitan, Tarabintang
Semua Kecamatan
Semua Kecamatan
Kecuali Tarabintang
Onanganjang, Pakkat,
Baktiraja, Paranginan,
Parlilitan, Sijampolang,
Tarabintang
Pakkat, Onanganjang,
Parlilitan, Tarabintang,
Sijamapolang,
Doloksanggul, Pollung

66
Universitas Sumatera Utara

8

Tembakau

292,00

153,80

1,26

9

Nilam

19,00

2,20

0,08

23.094,52

10.145,84

100,00

Jumlah

Doloksanggul,
Lintongnihuta,Paranginan
Pakkat, Onanganjang,
Parlilitan, Tarabintang

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka 2013

4. Sub Sektor Peternakan
Pemenuhan protein hewani di Kabupaten Humbang Hasundutan pada
umumnya berasal dari Babi, Ayam, Kuda, Kerbau, Sapi, Kambing, dan Itik.
Seiring dengan hal tersebut bahwa masyarakat pun pada umumnya memelihara
ternak tersebut sebagai bagian dari kegiatan ekonomi keluarga. Walaupun belum
ditemukan sistem peternakan yang dikelola secara professional, bukan berarti
Kabupaten Humbang Hasundutan tidak mempunyai potensi pada Sub Sektor
Peternakan. Ketersediaan lahan dan kesesuaian iklim memberikan peluang
terhadap pengembangan Sub Sektor Peternakan ini pada masa yang akan datang.
Pada Tahun 2012 dapat dilihat bahwa pengelolaan peternakan ini belum
menunjukkan kondisi yang menggembirakan . pada golongan ternak besar,
populasi ternak Kerbau pada Tahun 2012 adalah 13.449 ekor, Kuda sebanyak 604
ekor, dan Sapi sebanyak 1.021 ekor. Pada golongan ternak kecil, populasi ternak
babi adalah sebanyak 36.693 ekor, Kambing sebanyak 2.086 ekor. Sedangkan
golongan unggas, populasi ternak Ayam adalah 291.396 ekor dan Itik sebanyak
35.304 ekor. Penyebaran populasi ternak dan unggas di Kabupaten Humbang
Hasundutan sangat beragam. Populasi ternak Kerbau, Babi, Ayam dan Itik
terdapat diseluruh kecamatan sedangkan ternak-ternak Kambing, Sapi, dan Kuda
hanya ditemukan di beberapa kecamatan. Populasi Kuda yang menjadi ciri khas

67
Universitas Sumatera Utara

makanan di warung makan Doloksanggul umumnya dipelihara di Kecamatan
Doloksanggul, Lintongnihuta, Paranginan, Parlilitan, Pollung dan Sijamapolang.
Jumlah populasi ternak ini masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan
masyarakat terutama untuk mengantisipasi permintaan pasar dimasa yang akan
datang. Dengan demikian pengembangan usaha pada Sub Sektor Peternakan
menjadi bagian penting dari pengembangan perekonomian Kabupaten Humbang
Hasundutan. Untuk mendukung sektor ini kita akan terus meningkatkan fungsi
BBI yang ada di Parlilitan. Populasi Ternak Besar, Kecil dan Unggas Menurut
Jenis dan Kecamatan Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.16.

No

Tabel 4.16
Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil, Dan Ternak Unggas
Menurut Jenis Dan Kecamatan
Tahun 2012
Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi
Ayam

Itik

1

Pakkat

442

1.981

-

540

3.612

39.015

8.471

2

Onanganjang

84

1.020

-

18

2.965

13.764

3.048

3

Sijamapolang

416

746

5

-

1.004

7.320

730

4

Doloksanggul

50

3.013

541

9

6.613

50.654

2.121

5

Lintongnihuta

5

2.133

10

-

4.753

30.053

3.021

6

Paranginan

-

1.162

7

-

4.395

18.045

765

7

Baktiraja

3

177

-

15

1.113

10.850

1.843

8

Pollung

4

2.315

19

11

7.022

21.351

1.368

9

Parlilitan

17

650

22

100

1.976

16.544

9.014

10

Tarabintang

-

252

-

1.393

3.240

83.800

4.922

1.021

13.449

604

2.086

36.693 291.396 35.304

Jumlah

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

68
Universitas Sumatera Utara

5. Sub Sektor Perikanan
Selain protein hewani, masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan juga
dapat memperoleh protein dari ikan. Potensi yang dimiliki Kabupaten Humbang
Hasundutan pada Sub Sektor Perikanan antara lain danau, sungai, waduk/rawa
dan budidaya ikan seperti Keramba Jaring Apung (KJA) dan Kolam Air Deras
(KAD). Untuk mendukung sektor ini kita akan terus meningkatkan fungsi BBI
yang ada di Parlilitan. Pengembangan keramba jaring apung ramah lingkungan
perlu dikaji sehingga tidak merusak keindahan dan kualitas air Danau Toba,
sedangkan potensi aliran sungai di beberapa kecamatan dapat di Kabupaten
Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor (Ton)
Tahun 2008-2012
No

Jenis Ikan

1

Kolam

2

2009

2010

2011

2012

100,20

117,90

323,20

483,02

642,84

Jaring
Apung

330,00

704,60

715,00

869,90

1.024,80

3

Sawah

88,65

96,70

198,25

270,30

342,35

4

Sungai

271,26

871,63

885,93

505,38

243,60

5

Danau

2.296,50

1.832,62

2.004,55

1.692,00

1.663,65

6

Rawa

37,96

313,60

296,71

-

-

3.124,57

3.937,05

4.423,64

3.820,60

3.917,40

Jumlah

2008

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013

69
Universitas Sumatera Utara

6. Sub Sektor Kehutanan
Hutan merupakan Sumber Daya Manusia (SDA) yang mampu memberikan
nilai ekonomi tinggi tetapi dapat menjadi ancaman bagi keselamatan lingkungan,
tergantung masyarakat untuk mengelolanya. Kabupaten Humbang Hasundutan
memiliki hutan sekitar 60,29 persen dengan luas keseluruhan 151.802,42 hektar.
Hutan lindung tercatat 69.224,78 hektar, Hutan suaka alam 72,44 hektar, hutan
produksi terbatas 16.975,76, hutan produksi tetap 61.252,98, hutan produksi yang
dapat dikonversi 4.267,47. Persebaran hutan di Kabupaten Humbang Hasundutan
adalah sekitar 34,33 persen terdapat di Kecamatan Parlilitan, 20,80 persen
terdapat di Kecamatan Pollung dan kecamatan Tarabintang sekitar 12,48 persen.
Luas Kawasan Hutan Menurut Kecamatan dan Fungsi pada Tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel 4.18.

70
Universitas Sumatera Utara

No

Kecamatan

Tabel 4.18
Luas Kawasan Hutan Menurut Kecamatan Dan Fungsi Hutan
Tahun 2012 (Ha)
Produksi
Produksi Produksi
Suaka
Lindung
Jumlah
Alam
Terbatas
Tetap
Konversi

(%)

1

Pakkat

11.717,72

-

6.675,26

0,97

-

18.393,95

12,12

2

Onanganjang

5.307,38

-

935,60

980,56

-

7.223,54

4,76

3

Sijamapolang

14,82

-

-

7.638,37

-

7.653,19

5,04

4

Doloksanggul

766,64

-

-

3.722,03

-

4.488,67

2,96

5

Lintongnihuta

1.782,44

-

2.885,96

2.062,45

-

6.730,85

4,43

6

Paranginan

2.954,66

72,44

-

-

-

3.027,10

1,99

7

Baktiraja

1.649,35

-

-

-

-

1.649,35

1,09

8

Pollung

15.544,00

-

-

11,753,69

4.276,47

31.574,16

20,80

9

Parlilitan

14.963,81

-

2.052,45

35.094,91

-

52.11,17

34,33

10

Tarabintang

14.523,96

-

4.426,49

-

-

18.950,44

12,48

Jumlah

69.224,78

72,44

16.975,76

61.252,98

4.276,46

151.802,42

100

Luas

251.765,93

Kabupaten
Humbang
Hasundutan
Persentase

Luas Hutan

60,29

(%)
Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2013.

71
Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Analisis Dan Pembahasan
4.2.1 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Humbang Hasundutan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi
untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan. Masalah kemiskinan merupakan fenomena
sosial kemasyarakatan yang terdapat di berbagai daerah daerah propinsi,
kabupaten dan kota di Indonesia. Upaya penanggulangan telah dilakukan oleh
Pemerintah melalui pelaksanaan berbagai kebijakan pemberdayaan masyarakat
yang langsung menyentuh kebutuhan hidup masyarakat miskin untuk mandiri
secara ekonomi, sosial maupun aspek kehidupan yang lain sehingga memerlukan
kebijakan yang komprehensif dan sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat miskin
tersebut. Berikut disajikan data tingkat kemiskinan yang terjadi di Kabupaten
Humbang Hasundutan periode antara sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 1994 - 2003 dan sesudah pemekaran pada Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2004 - 2013.

72
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.19
Tingkat Kemiskinan Periode Sebelum Pemekaran di Kabupaten Tapanuli
Utara Dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 1994-2013
Tahun
Persentase Penduduk Miskin (%)
1994

15,48

1995

19,31

1996

18,51

1997

25,67

1998

39,28

1999

14

2000

15,02

2001

17,16

2002

20,89

2003

21,33

2004

20,11

2005

20,42

2006

22,14

2007

18,84

2008

12,99

2009

11,31

2010

10,61

2011

10,09

2012

9,73

2013

10

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan

73
Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Tingkat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang
Hasundutan
IPM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk
dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
dan pendidikan. IPM merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur salah
satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil pembangunan
ekonomi, yakni derajat perkembangan manusia. Dalam hal ini IPM pada tahun
tertentu merupakan gambaran dari upaya pembangunan yang telah dilakukan
beberapa tahun sebelumnya, demikian juga kemajuan pembangunan dalam suatu
periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besarnya IPM pada awal dan akhir
periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja
pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena
memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal kelangsungan hidup,
intelektualitas, dan standar hidup layak. Sebagai alat ukur bahwa IPM tidak dapat
digunakan sebagai alat perencanaan, karena IPM mengukur dampak akhir dari
program pembangunan yang telah diimplementasikan pada keseluruhan
penduduk, sedangkan program pembangunan biasanya diimplementasikan pada
kelompok sasaran tertentu. Agar perencanaan pembangunan daerah dapat lebih
difokuskan pada pemberdayaan penduduk, konsep pembangunan manusia
menjadi titik pusat dalam menentukan skala prioritas pembuatan program
pembangunan.

74
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.20
Tingkat Indeks Pembangunan Manusia Sebelum Pemekaran di
Kabupaten Tapanuli Utara Dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 1994-2013
Tahun
Indeks Pembangunan Manusia (%)
1994

65,72

1995

68,23

1996

67,9

1997

67,25

1998

66,79

1999

65,7

2000

67,54

2001

66,48

2002

68,3

2003

69,72

2004

69,14

2005

69,79

2006

70,48

2007

70,79

2008

71,24

2009

70,79

2010

71,24

2011

71,64

2012

71,94

2013

73,09

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan

75
Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Data
Dalam analisis data yang digunakan adalah data yang dilakukan untuk
mengetahui perbedaan tingkat kemiskinan dan indeks pembangunan manusia
sebelum dan sesudah pemekaran wilayah dapat dilihat sebagai berikut :
-

Jika t-hitung > 0,05 : tidak ada perbedaan yang signifikan

-

Jika t-hitung < 0,05 : ada perbedaan yang signifikan

Adapun hasil dari analisa dengan menggunakan SPSS 21 dengan rumus analisa
Uji Beda Paired Sample Test untuk menganalisa tingkat kemiskinan dan tingkat
indeks pembangunan manusia sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.
4.4 Perbedaan Tingkat Kemiskinan Antara Sebelum Dan Sesudah
Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 4.21
Persentase Angka Kemiskinan Antara Sebelum Dan
Sesudah Pemekaran
Persentase Penduduk Miskin
Tahun
(%)

1994

15,48

1995

19,31

1996

18,51

1997

25,67

1998

39,28

1999

14

2000

15,02

2001

17,16

2002

20,89

2003

21,33

2004

20,11

2005

20,42

76
Universitas Sumatera Utara

2006

22,14

2007

18,84

2008

12,99

2009

11,31

2010

10,61

2011

10,09

2012

9,73

2013

10

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan. Data diolah.

Persentase penduduk miskin yang terjadi sebelum pemekaran di Kabupaten
Tapanuli Utara dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Mulai dari tahun 1994
sampai dengan tahun 1995, dimana persentase penduduk miskin pada tahun 1994 yaitu
15,48% dan mengalami kenaikan pada tahun 1995 mencapai 19,31%. Kemudian pada
tahun 1996 persentase penduduk miskin mengalami penurunan yaitu 18,51%. Pada
tahun 1997 sampai dengan 1998 persentase penduduk miskin kemudian mengalami
kenaikan sebesar 25,67% tahun 1997 dan 39,28 pada tahun 1998. Pada tahun 1999
persentase penduduk miskin kemudian turun secara drastis sebesar 14% dan dimulai
tahun 2000-2003 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2000 sebesar 15,02% dan
pada tahun 2001 persentase penduduk miskin sebesar 17,16% tahun 2002 sebesar
20,89% kemudian tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 21,33%. Namun dilihat
dari persentase penduduk miskin mulai dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2003
persentase penduduk miskin pada kabupaten Tapanuli Utara tidak stabil dimana
persentase yang paling tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 39,28% dan
persentase paling terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 14%. Sedangkan
persentase penduduk miskin sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan

77
Universitas Sumatera Utara

mengalami penurunan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 dengan persentase
penduduk miskin pada tahun 2004 sebesar 20,11% dan 20,42% persentase penduduk
miskin pada tahun 2005. Pada tahun 2006 persentase penduduk miskin mengalami
kenaikan sebesar 22,14%. Mulai dari tahun 20007 sampai dengan tahun 2013
persentase penduduk miskin Kabupaten Humbang Hasundutan mengalami penurunan
sebesar 18,84% pada tahun 2007 dan persentase penduduk miskin 12,99% tahun 2008
dan pada tahun 2009 persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar
11,31% dan persentase penduduk miskin tahun 2010 sebesar 10,61% tahun 2011
persentase penduduk miskin sebesar 10,09% dan pada tahun 2012 persentase
penduduk miskin paling terkecil sebesar 9,73% dan pada tahun 2013 jumlah
persentase penduduk miskin sebesar 10%. Dilihat dari persentase penduduk miskin
periode sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan mulai dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2013 persentase penduduk miskin paling tertinggi pada
tahun pada tahun 2006 sebesar 22,14% dan persentase penduduk miskin paling
terendah pada tahun 2012 sebesar 9,73%. Dengan membandingkan rata-rata angka
kemiskinan periode sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli Utara dan periode
sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata angka kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Utara lebih rendah dibandingkan
sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Melalui uji beda Paired Sampel T-Test menunjukkan korelasi antara data sebelum
pemekaran dan sesudah pemekaran. Diketahui korelasi sebesar -551 dengan signifikan
-551< 0,05 hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara periode sebelum
dan sesudah pemekaran terhadap kemiskinan, dan adanya perbedaan yang signifikan

78
Universitas Sumatera Utara

pengukuran data sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli Utara dan sesudah
pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Tabel 4.22
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1

Pretest

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

2003,5000

20

5,91608

1,32288

17,6445

20

6,92089

1,54756

Posttest

Tabel 4.23
Paired Samples Correlations

N
Pair 1

Pretest & Posttest

Correlation
20

-,551

Sig.
,012

Dari uji beda Paired Sample T-Test menunjukkan bahwa sig (2-tailed)
yaitu 0,00 dimana 0,00 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara periode sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli Utara dan
sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan. Mean / rata-rata
sebelum dan sesudah pemekaran menunjukkan nilai positif yaitu 1985,85550
dalam arti tingkat kemiskinan lebih besar sebelum pemekaran di Kabupaten
Tapanuli Utara.

79
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.24
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence

Mean
Pair1

Pretest –
Posttest

1985,85
550

Std.

Interval of the

Sig.

Std.

Error

Difference

(2-

Deviation

Mean

11,31344

2,52976

Lower

Upper

t

df

1980,5

1991,1

784,99

6065

5035

7

19

tailed)
,000

Melalui uji beda Paired Sample T-Test, terbukti adanya perbedaan yang
signifikan dari laju angka kemiskinan antara periode sebelum pemekaran di
Kabupaten Tapanuli Utara dan sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Sebelum dan sesudah pemekaran terjadi t(19) 784,997; p > 0,05.
Data sebelum pemekaran (M = 2013.5000) memiliki rata-rata yag lebih besar dari
pada setelah pemekaran (M= 17,6445. Berarti terbukti laju angka kemiskinan
lebih besar sebelum pemekaran di Kabupaten Tapanuli Utara di bandingkan
sesudah pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dengan dilaksanakan
pemekaran pada Kabupaten Humbang Hasundutan menunjukkan bahwa adanya
perubahan setelah diadakan pemekaran pada tahun 2004 yaitu adanya penurunan
tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun.

80
Universitas Sumatera Utara

4.5 Perbedaan Indeks Pembangunan Manusia Antara Sebelum Dan Sesudah
Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 4.25
Persentase Indeks Pembangunan Manusia Antara Sebelum Dan
Sesudah Pemekaran
Tahun
Indeks Pembangunan Manusia (%)
1994

65,72

1995

68,23

1996

67,9

1997

67,25

1998

66,79

1999

65,7

2000

67,54

2001

66,48

2002

68,3

2003

69,72

2004

69,14

2005

69,79

2006

70,48

2007

70,79

2008

71,24

2009

70,79

2010

71,24

2011

71,64

2012

71,94

2013

73,09

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan

81
Universitas Sumatera Utara

Indeks Pembangunan Manusia yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Utara
tahun ke tahun mengalami kenaikan mulai dari tahun 1994 - 1995 sebesar 65,72%
pada tahun 1994 dan pada tahun 1995 sebesar 68,23%pada tahun 1997 - 1999
Indeks Pembangunan Manusia mengalami penurunan sebesar 67,25% pada tahun
1997 dan 66,79% pada tahun 1998 kemudian pada tahun 1999 sebesar 65,7%.
Indeks Pembangunan Manusia mulai dari tahun 2000 – 2003 mengalami kenaikan
yaitu 67,54% pada tahun 2000 dan pada tahun 2001 sebesar 66,48% kemudian
pada tahun 2002 yaitu 68,3% dan pada tahun 2003 sebesar 69,72%. Dilihat dari
Persentase Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tapanuli Utara persentase
paling tertinggi terjadi pada taahun 2003 sebesar 69,72% dan persentase terendah
pada tahun 1999 yaitu sebesar 65,7%. Dilihat dari persentase Indeks
Pembangunan Manusia sesudah pemekaran wilayah di Kabupaten Humbang
Hasundutan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mengalami kenaikan
dimana pada tahun 2004 sebesar 69,14% dan 69,79% pada tahun 2005 dan terus
mengalami kenaikan sebesar 70,48% pada tahun 2006 dan 70,79 pada tahun 2007
dan pada tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia sebesar 71,24%. Kemudian
pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten Humbang Hasundutan terus mengalami kenaikan pada tahun 2009
sebesar 70,79% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar 71,24% kemudian pada tahun
2011 Indeks Pembangunan Mnusia mengalami kenaikan sebesar 71,64 dan pada
tahun 2012 sebesar 71,94 dan terjadi kenaikan di tahun 2013 sebesar 73,09%.
Persentase Indeks Pembangunan Manusia sesudah pemekaran di Kabupaten
Humbang Hasundutan persentase tertinggi pada tahun 2013 sebesar 73,09% dan

82
Universitas Sumatera Utara

persentase Indeks Pembangunan Manusia terendah Pada Tahun 2004 sebesar
69,14%.
Dengan membandingkan rata-rata Indeks Pembangunan Manusia pada
periode sebelum pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara dan sesudah pemekaran
Kabupaten Humbang Hasundutan dapat disimpulkan bahwa rata-rata Indeks
Pembangunan Manusia di Kabupaten Tapanuli Utara lebih tinggi dibandingkan
sesudah adanya pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan. Melalui uji beda
Paired Sample T-Test menunjukkan korelasi antara data sebelum pemekaran
diKabupaten Tapanuli Utara dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Adanya

korelasi sebesar 0,906 dengan signifikan 0,906 dimana

0,000