Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015 Chapter III VI

24

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1.

Kerangka Teori

Kriteria
diagnostik

Manifestasi Klinis

USG

Imaging

Hidrosefalus

CT scan


MRI

internal

Hidrosefalus
Hidrosefalus
Klasifikasi

eksternal

Penatalaksanan
Hidrosefalus
eksternal dan

CSF shunts

internal
Komplikasi
Hydrocephalus
ex vacuo


Shunt

Perdarahan

blockage

intrakranial

Infeksi

berlebihan
Kultur

Nb.

Drainase yang

Mikrobiologi


: Hal yang diteliti
: Hal yang tidak diteiti
Terapi
Antibiotik

Gambar 3.1. Skema Kerangka Teori Penelitian

25

3.2.

Kerangka Konsep
Data Rekam
Medik Pasien
Bedah Saraf (+)
Hidrosefalus

Infeksi setelah tindakan
CSF shunts


Prevalensi Kasus

Jenis

Terapi

Bakteri

Antibiotik

Gambar 3.2. Skema Kerangka Konsep Penelitian

26

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang digunakan adalah deskriptif, dimana peneliti akan


memberikan gambaran kultur mikrobiologi pada pasien dengan infeksi setelah
tindakan CSF shunts di RSUP. H. Adam Malik tahun 2015. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional (potong melintang) dimana setiap subyek
penelitian diobservasi hanya untuk satu kali waktu pengukuran menurut keadaan
atau status pada saat observasi.
4.2.

Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan

Oktober 2016.
4.2.2.

Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Kota


Medan, dengan pertimbangan bahwa RSUP. H. Adam Malik merupakan pusat
rujukan tertinggi terutama dari wilayah Sumatera Utara untuk kasus darurat segera.
Sehingga memiliki jumlah kasus infeksi setelah tindakan CSF shunts pada pasien
hidrosefalus yang banyak.
4.3.

Populasi dan Sampel

4.3.1.

Populasi
Populasi dalam penelitian ini dipilih dari seluruh data rekam medik

pasien hidrosefalus di RSUP. H. Adam Malik tahun 2015.
4.3.2.

Sampel
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik


total sampling, yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi ketika jumlah populasi yang didapatkan kurang dari 100. Sampel dianalisa
dengan memenuhi kriteria :

27
1.

Kriteria Inklusi
a.

Pasien hidrosefalus yang mendapatkan tindakan CSF shunts.

b.

Pasien yang didiagnosis infeksi pasca tindakan CSF shunts
oleh dokter penanggungjawab, didukung dengan gejala klinis
dan hasil kultur mikrobiologi yang lengkap.

2.


Kriteria Eksklusi
a.

4.4.

Data kultur mikrobiologi pasien tidak lengkap.

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan di dalam penelitian diperoleh secara sekunder,

yaitu peneliti mengambilnya dari data rekam medik seluruh pasien RSUP. H. Adam
Malik tahun 2015 yang berada di instalasi bedah saraf selama kurun waktu 1 tahun.
Dari data tersebut, kemudian dipilah data pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan tidak memiliki kriteria eksklusi.
4.5.

Definisi Operasional
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka

definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :

1.

Tindakan CSF shunts adalah terapi standar yang paling banyak
dilakukan untuk penatalaksanaan jangka panjang pada pasien
hidrosefalus.
Cara Pengukuran : Analisa rekam medik pasien bedah saraf
Alat Pengukuran

: Catatan rekam medik pasien bedah saraf

Hasil Pengukuran : Infeksi positif dan Infeksi negatif
Skala Pengukuran : Nominal
2.

Gambaran jenis bakteri yang dimaksudkan adalah melihat
bakteri-bakteri apa saja yang didapatkan dari hasil kultur dan
mengurutkannya dimulai dari bakteri terbanyak penyebab infeksi
setelah tindakan CSF shunts sampai urutan tersedikit.
Cara Pengukuran : Analisa rekam medik pasien bedah saraf
Alat Pengukuran


: Catatan rekam medik pasien bedah saraf

Hasil Pengukuran : Nama bakteri

28
Skala Pengukuran : Nominal
3.

Pengobatan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pemberian
terapi antibiotik empiris (sebelum diketahui kuman penyebab)
dan antibiotik definitif (setelah diketahui kuman penyebab).
Cara Pengukuran : Analisa rekam medik pasien bedah saraf
Alat Pengukuran

: Catatan rekam medik pasien bedah saraf

Hasil Pengukuran : Nama obat
Skala Pengukuran : Nominal
4.6.


Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah di dapatkan kemudian akan dimasukkan dan diolah

dengan menggunakan software pengolahan data Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
4.7.

Jadwal Penelitian
Perencanaan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel

4.1. berikut ini.
Bulan


No

Kegiatan

3

4

1

Persiapan

P P

2

Penelusuran kepustakaan

P P

3

Pengumpulan sampel



4

Analisis data dan evaluasi hasil



5

6

7

8

9

10

11

12

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

penelitian
5

Penulisan laporan hasil penelitian



Tabel 4.1. Jadwal Penelitian

29

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1

Hasil Penelitian

5.1.1

Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau
No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No
335/Menkes/SK/VII/1990 dan SK Menkes No 502/Menkes/SK/IX/1991. Penelitian
ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.
5.1.2

Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan yaitu data sekunder, data yang diambil

dari rekam medis pasien hidrosefalus yang mendapatkan infeksi setelah tindakan
cerebrospinal fluid shunt di RSUP H. Adam Malik Medan sejak tahun 2013. Data
rekam medis yang diambil adalah jenis kelamin, umur, kuman penyebab infeksi
setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt, tatalaksana antibiotik. Data diambil
sejak tanggal September - Oktober 2016.
Jumlah keseluruhan data, pasien hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik
Medan periode Januari 2013 – Desember 2015 berjumlah 613. Sampel penelitian
adalah pasien pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan cerebrospinal
fluid shunt di RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi berjumlah 16 orang.

30

5.1.2.1.

Distribusi Kategori Usia pada Pasien Hidrosefalus dengan Infeksi
Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi berjumlah 16 orang. Distribusi kategori usia pada sampel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Usia pada Pasien Hidrosefalus dengan Infeksi Setelah
Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Kategori Usia

N

%

Anak

10

62.5

Dewasa

6

37.5

Total

16

100

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa kategori usia anak - anak
lebih banyak didiagnosis infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunts.

5.1.2.2.

Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Hidrosefalus dengan Infeksi
Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Distribusi jenis kelamin yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Hidrosefalus dengan Infeksi
Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Jenis Kelamin

N

%

Laki – laki

11

68.8

Perempuan

5

31.3

Total

16

100

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa jenis kelamin
laki – laki lebih banyak didiagnosis infeksi setelah tindakan
cerebrospinal fluid shunt.

31
5.1.2.3.

Distribusi Bakteri Penyebab Infeksi pada Pasien Hidrosefalus
Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Bakteri penyebab infeksi pada pasien hidrosefalus setelah tindakan

cerebrospinal fluid shunt yang ditemukan pada sampel penelitian ini adalah:
Tabel 5.3 Distribusi Bakteri Penyebab Infeksi pada Pasien Hidrosefalus
Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Kategori Usia
Bakteri

Streptococcus pyogenes

Pseudomonas aeruginosa

Staphylococcus aureus

Shigella

Staphylococcus saprophyticus

Staphylococcus epidermidis

Enterococcus faecalis

Stenotrophomonas maltophilia

Klebsiella sp.

Streptococcus pneumoniae
Total

Total

Anak - anak

Dewasa

1

0

1

6.2%

0%

6.2%

1

0

1

6.2%

0%

6.2%

2

2

4

12.5%

12.5%

25%

1

0

1

6.2%

0%

6.2%

0

2

2

0%

12.5%

12.5%

2

1

3

12.5%

6.2%

18.8%

1

0

1

6.2%

0%

6.2%

1

0

1

6.2%

0%

6.2%

0

1

1

0%

6.2%

6.2%

1

0

1

6.2%

0%

6.2%
100%

32
Berdasarkan tabel 5.3, dapat dilihat bahwa bakteri
penyebab

infeksi

pada

pasien

hidrosefalus

setelah

tindakan

cerebrospinal fluid shunt kategori usia anak adalah Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis sedangkan pada kategori
dewasa

adalah

Staphylococcus

aureus

dan

Staphylococcus

saprophyticus.

5.1.2.4.

Antibiotik yang Diberikan pada Pasien Hidrosefalus dengan
Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien hidrosefalus dengan

infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Antibiotik yang Diberikan pada Pasien Hidrosefalus
dengan Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Antibiotik
N

%

Seftriakson
Gentamisin
Amikasin
Sulfametoksazol
Ampisilin
Meropenem
Kotrimoksazol

4
1
1
2
2
4
1

25.0
6.3
6.3
12.5
12.5
25.0
6.3

Ceftazidine

1

6.3

Total

16

100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa antibiotik yang paling
banyak digunakan adalah seftriakson dan meropenem.

33

5.2

Pembahasan

5.2.1

Analisis Distribusi Penelitian

5.2.1.1

Analisis Distribusi Kategori Usia pada Pasien Hidrosefalus dengan
Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 16 sampel terdapat 10 pasien

anak – anak dan 6 pasien dewasa. Hal ini membuktikan bahwa insidensi infeksi
setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt lebih banyak terjadi pada anak – anak
dibandingkan dewasa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pada 1015 pasien oleh G. Kesava, dkk (2014), terdapat 78,2 % pasien anak – anak
dan 28,1 % pasien dewasa.20
Penelitian yang dilakukan oleh Lee JK, dkk (2012) juga menyatakan
bahwa faktor resiko terjadinya infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt
pada anak adalah umur dibawah 1 tahun, multiple shunts, status imunitas, lahir
prematur dan etiologi dari hidrosefalus yang didapat.30

5.2.1.2

Analisis Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Hidrosefalus dengan
Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Dalam hasil penelitian dapat dilihat bahwa pasien hidrosefalus dengan

infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt paling banyak terjadi pada laki –
laki daripada perempuan. Dari hasil yang didapat yaitu 68,8 % pada laki – laki dan
31,3 % pada perempuan. Belum ada hasil penelitian yang menjelaskan hal ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Junhui Chen, dkk (2016) terdapat 10
pasien laki – laki dan 5 pasien perempuan dari 15 pasien dengan infeksi setelah
tindakan cerebrospinal fluid shunt.31

5.2.1.3

Analisis Bakteri Penyebab Infeksi pada Pasien Hidrosefalus
dengan Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Pada tabel 5.3 ditampilkan bahwa dari 16 sampel penelitian didapatkan

bakteri penyebab infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt paling banyak
pada anak – anak adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.

34
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallace, dkk (2013) bahwa
infeksi yang terjadi 6 bulan setelah pemasangan shunt terjadi kontaminasi dengan
flora normal yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Hal
tersebut menyebabkan kuman yang paling banyak menginfeksi sekitar 62 – 90 %
infeksi yang ada.25,30,31
Pada pasien dewasa, bakteri yang paling banyak menyebabkan infeksi
infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt adalah Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus saprophyticus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Diana L. Wells, dkk (2013) yang mendapatkan bakteri penyebab infeksi
setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt adalah coagulase – negative
staphylococci dan Staphylococcus aureus. Infeksi yang diakibatkan dari patogen
tersebut sekitar 50 % dan 33 % dari semua shunt yang terinfeksi.6
Pada pasien anak – anak bakteri penyebab terbanyak adalah
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dibandingkan bakteri gram
negatif lainnya seperti Pseudomonas aeruginosa, Shigella, dan Stenotrophomonas
maltophilia. Hal ini sesuai dengan penelitian Wallace, dkk (2013) bahwa bakteri
penyebab infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt pada anak – anak
adalah Staphylococcus aureus dan coagulase – negative staphylococci sekitar 6290% dan bakteri lainnya yaitu gram-negative bacilli dari 6-20% kasus infeksi yang
terjadi.24

5.2.1.4

Analisis Antibiotik yang diberikan pada Pasien Hidrosefalus
dengan Infeksi Setelah Tindakan Cerebrospinal Fluid Shunt
Dalam hasil penelitian didapatkan bahwa antibiotik yang digunakan

adalah seftriakson dan meropenem. Seftriakson adalah antibiotik yang digunakan
untuk infeksi yang hasil kultur merupakan bakteri gram negatif.9
Dari hasil penelitian bakteri paling banyak menjadi penyebab infeksi
setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt adalah Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang merupakan bakteri gram positif dan menurut
penelitian yang dilakukan Diana L. Wells, dkk (2013) antibiotik yang diberikan
pada pasien dewasa dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

35
adalah vankomisin dan pada bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa
diberikan seftazidim, meropenem, atau sefepim.6
Menurut Ronald M. Perkin, dkk (2008) bahwa antbiotik rifampisin
sangat baik diberikan pada anak – anak dengan diagnosis bakteri penyebab infeksi
adalah gram positif. Polimiksin B dan kolistin juga diberikan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif. Penisilin dan sefaosporin tidak
dapat diberikan melalui jalur ventrikular karena dapat meningkatkan toksisitas pada
saraf yang mengakibatkan kejang.32

36

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Total kejadian infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt
di RSUP. H. Adam Malik Medan periode bulan Januari 2013 –
Desember 2015 adalah 16 kasus dengan populasi 613. Rasio
prevalensi yang didapatkan adalah 0,026.

2.

Bakteri penyebab infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid
shunt terbanyak pada 16 sampel adalah Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidis.

3.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan pada bakteri penyebab
infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt pada anak –
anak dan dewasa. Pada anak – anak, bakter penyebab terbanyak
adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
Dan

bakteri

penyebab

terbanyak

pada

dewasa

adalah

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus saprophyticus.
4.

Sebagian besar terapi antibiotik yang diberikan pada pasien
hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid
shunt adalah seftriakson dan meropenem. Selain itu, ada
gentamisin, amikasin, sulfametoksazol, ampisilin, kotrimoksazol,
dan ceftazidine.

5.

Kejadian infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid shunt paling
banyak di dapat pada anak – anak daripada dewasa dengan
perbandingan 5:3. Dan juga terjadi paling banyak pada laki – laki
daripada perempuan dengan perbandingan 11:5.

37

6.2

Saran
1.

Pendataan rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan lebih
disentralisasi, agar pengumpulan data untuk kepentingan
penelitian selanjutnya dapat lebih maksimal.

2.

Jumlah data penelitian mengenai infeksi setelah tindakan
cerebrospinal fluid shunt diharapkan lebih lengkap, agar
gambaran kejadian infeksi setelah tindakan cerebrospinal fluid
shunt di RSUP H. Adam Malik Medan lebih representatif dari
kondisi sebenarnya.

3.

Diharapkan pada penelitian mengenai infeksi setelah tindakan
cerebrospinal fluid shunt di waktu mendatang memperbanyak
jumlah variabel, sehingga hasil yang didapatkan lebih signifikan.

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Retinoblastoma di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2013

7 161 76

Gambaran Pasien Kanker Prostat Di RSUP H. Adam Malik Medan Dari Januari 2012– Desember 2013

0 84 55

Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013 Chapter III VI

0 0 23

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

0 0 14

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

1 1 2

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

0 0 5

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

1 1 18

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

1 1 3

Gambaran kultur mikrobiologi pada pasien hidrosefalus dengan infeksi setelah tindakan CSF (Cerebrospinal Fluid) Shunts Di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015

0 0 8

Gambaran profil pada pasien kanker usus besar di RSUP Haji Adam Malik, Medan dari Januari 2014 hingga Desember 2015 Chapter III VI

0 1 14