Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Ceramah
2.1.1 Definisi Metode Ceramah
Metode ceramah diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan
jalan mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada
saat yang sama materi itu diterima oleh sekelompok subjek (Nurhidayah, 2009).
Sukses tidaknya metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan dosen
menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah
materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang
mendengarkan, dan lain-lain. Ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab.
Pengertian yang lain metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar
(Djamarah, 2013).
Cara mengajar ceramah dapat dikatakan sebagai teknik kuliah, merupakan
suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau
informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan lisan secara langsung
terhadap siswa. Ceramah mengandalkan penuturan dari pengajar atau pembicara
dan tidak banyak berharap atas respon dari para pesertanya (Setiawati, 2008).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian


10
Universitas Sumatera Utara

11

pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara
langsung terhadap siswa.
2.1.2Tujuan Metode Ceramah
Secara spesifik pesifik metode ceramah bertujuan untuk menciptakan
landasan pemikiran melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan sehingga
mahasiswa dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah, menyajikan garisgaris besar isi materi dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran,
merangsang mahasiswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu
melalui pemerkayaan belajar, memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan
penjelasan secara jelas, sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam
upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh mahasiswa (Sanjaya,
2011).
2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Sanjaya (2011) adapun kelebihan-kelebihan penggunaan dari metode
ceramah yaitu :

1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah
dalam hal ini berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan
yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi dan
peragaan. Dikatakan mudah karena memang ceramah hanya mengandalkan
suara pendidik, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.

Universitas Sumatera Utara

12

2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh
pendidik dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Artinya, pendidik dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Melalui ceramah, pendidik dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena itu
sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab pendidik yang memberikan
ceramah.

5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak
memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
Beberapa kelebihan-kelebihan diatas, penggunaan metode ceramah juga
memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasai pendidik. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling
dominan, sebab apa yang diberikan pendidik adalah apa yang dikuasainya.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan
oleh proses ceramah. Oleh karena itu dalam proses penyajiannya, pendidik
hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan
kemampuan auditifnya. Sedangkan disadari bahwa setiap siswa memiliki

Universitas Sumatera Utara

13

kemampuan yang berbeda termasuk dalam ketajaman menangkap materi
pelajaran melalui pendengarannya.

3. Pendidik yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan;
4. Melalui ceramah sangat sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah mengerti
apa yang dijelaskan pendidik atau belum.
2.1.4 Faktor-Faktor Pembelajaran Metode Ceramah
Agar pembelajaran menggunakan metode ceramah dapat dilakukan secara
lebih baik, perlu mempertimbangkan faktor berikut perumusan tujuan secara jelas,
kesesuaian metode ceramah dengan tujuan artinya metode pembelajaran ini
dipandang lebih efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran yang
bersangkutan, memvariasikan metode ceramah dengan metode pembelajaran lain,
menggunakan alat pelajaran yang relevan untuk membangkitkan minat belajar
mahasiswa maupun, pengorganisasian materi pembelajaran harus dilakukan
secara cermat, dengan menggunakan prinsip belajar dan mengajar.
Untuk menambah tingkat keefektifan, diperlukan kemampuan memberi
penjelasan. Hal yang harus diperhatikan dalam memberi penjelasan adalah
kejelasan bahasa, baik dalam memilih kata-kata, sususan kalimat, maupun
menghindari kekaburan memberikan batasan pengertian terhadap istilah “baru”,
menggunakan contoh secara memadai dan relevan dengan ide, konsep atau
generalisasi apa yang dijelaskan disesuaikan juga dengan tingkat kemampuan
yang diberi penjelasan, melakukan penekanan terhadap bentuk-bentuk informasi

tertentu penekanan ini dapat dilakukan dengan menggunakan suara, dengan

Universitas Sumatera Utara

14

pengulangan (repetisi) penjelasan, mencari kata atau ungkapan lain yang
mempunyai arti sama (paraphrase) dengan tindakan, dengan menggunakan
gambar atau demonstrasi, penyusunan materi pembelajaran yang dijelaskan harus
logis dan jelas pola penyusunan pun harus jelas dan menggunakan umpan balik
(feedback) (Sumiati & Asra, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, pelaksanaan metode ceramah sebagai berikut:
1. Dosen menjelaskan tujuan dan topik yang akan diajarkan.
2. Memberi motivasi belajar dengan berbagai kegiatan seperti ungkapanungkapan verbal yang dapat memberikan suasana senang, humor dan
sebagainya dan menyajikan petunjuk yang sesuai, seperti dengan alat-alat
gambar, slide, film, infocus ataupun transparansi.
3. Memberikan penjelasan singkat tentang materi atau submateri pembelajaran
dalam garis besar (dengan ceramah).
4. Menyelingi kuliah dengan berbagai contoh dan tanya jawab.
5. Setelah ceramah, dapat dilakukan diskusi tentang masalah yang dipelajari.

6. Untuk materi pembelajaran memantapkan dapat diberikan tugas atau kegiatan
inquiry dan discovery.
7. Dilakukan evaluasi dengan prosedur dan teknik tertentu.
2.1.5 Kombinasi Metode Ceramah
2.1.5.1 Metode Ceramah dan Media Instruksional
Konsentrasi mahasiswa akan menurun dengan cepat setelah mendengarkan
ceramah lebih dari 20 menit secara terus-menerus (E.J.Thomas, 1972, dalam
Nurhidayah, 2011). Media visual seperti Over Head Projector (OHP) dan papan

Universitas Sumatera Utara

15

tulis dapat mengurangi menurunnya konsentrasi belajar mahasiswa dalam
mendengarkan ceramah. Selain itu dengan menggunakan metode ceramah yang
dikombinasikan dengan media visual, daya ingat mahasiswa terhadap materi yang
baru menjadi meningkat. Untuk memudahkan dan mengarahkan konsentrasi
mahasiswa, tulisan yang ditulis pada papan tulis atau Over Head Transparancies
(OHT) harus terbaca oleh semua mahasiswa. Media visual lain yang dapat dipakai
sewaktu berceramah adalah video, film, slide. Hand-outs yang berisi berupa

ringkasan materi atau inti materi pembelajaran juga media visual yang dapat
membantu dan memusatkan perhatian mahasiswa pada materi melalui penjelasan
dosen, dan tidak menjadi sibuk mencatat.
2.1.5.2 Metode Ceramah dan Diskusi
Metode diskusi memungkinkan adanya interaksi antara dosen dengan
mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa. Di sinilah keunggulan metode
diskusi yang tidak dimiliki metode ceramah. Melalui metode diskusi dosen dapat
membaca pikiran mahasiswa tentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti
menilai pemahaman mereka terhadap konsep baru. Demikian pula reaksi terhadap
konsep tersebut dapat melihat kesiapan menerima inovasi atau konsep-konsep
baru.
Namun, karena metode diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila
mahasiswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar tentang masalah yang
akan didiskusikan, maka metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk menerangkan
teori atau konsep sebelum diskusi dilaksanakan (Budiardjo, 2001).

Universitas Sumatera Utara

16


2.1.6Evaluasi Pembelajaran
2.1.6.1 Definisi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran (Hamalik, 2003, dalam Nurhidayah, 2011).
Masih menurut Hamalik evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral
dalam proses pendidikan, oleh karena itu evaluasi harus dilakukan oleh setiap
pendidik atau dosen sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kegiatan mengoreksi hal-hal
yang telah terjadi atau dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung. Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan
mereka ulang kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui hal-hal penting, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan yang
terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Kegiatan evaluasi cenderung diidentifikasi sama dengan menilai, karena
aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan
evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki yang akan selalu ada dalam
pembelajaran. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Penilaian
(assessment) merupakan cara memperoleh informasi tentang hasil belajar atau
ketercapaian kompetensi mahasiswa dengan menggunakan beragam alat

penilaian. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif) dan
nilai kuantitatif (berupa angka).

Universitas Sumatera Utara

17

Evaluasi tidak hanya akan dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga
harus dilakukan terhadap pembelajaran itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menilai
tingkat pencapaian kompetensi mahasiswa. Evaluasi dipandang penting sebab
hasil evaluasi akan menjadi masukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
berbagai komponen yang terdapat dalam pembelajaran. Informasi-informasi yang
didapat dari evaluasi ini akan dipergunakan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran yang sekaligus berfungsi sebagai indikator yang menentukan
kualitas pembelajaran dan mutu sebuah program pendidikan (Nurhidayah, 2011).
2.1.6.2 Fungsi dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran
Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan
dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses
pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar
yang dicapai mahasiswa. Kriteria keberhasilan dosen dan mahasiswa dalam

melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki
oleh mahasiswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada
prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan tujuan, ini bisa dicapai jika
ada tindak lanjut dari kegiata evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi
tingkat pencapaian belajar mahasiswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan
diperoleh informasi tentang kesulitan belajar mahasiswa yaitu konsep-konsep
yang belum dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa (Djamarah, 2013).
Penilaian yang diselenggarakan oleh dosen mempunyai banyak kegunaan,
baik bagi mahasiswa ataupun bagi dosen sendiri. Bagi mahasiswa hasil tes yang
diselenggarakan

oleh

dosen

mempunyai

banyak

kegunaan


antara

lain

Universitas Sumatera Utara

18

mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai materi pembelajaran yang
disajikan oleh dosen, mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga
mahasiswa berusaha untuk mempelajarinya lagi sabagai upaya perbaikan,
penguatan bagi mahasiswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi
dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik lagi, mendiagnosa kondisi
mahasiswa, bagi dosen untuk memperbaiki metode pembelajaran.
Informasi keberhasilan belajar mahasiswa dalam aspek kognitif dan
psikomotor diperoleh melalui penilaian, sedangkan aspek afektif diperoleh
melalui angket dan pengamatan di kelas. Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar
untuk menentukan angka keberhasilan belajar yang paling penting adalah sebagai
dasar untuk umpan balik (feedback) dari proses pembelajaran yang dilaksanakan
(Sumiati & Asra, 2016).
Evaluasi dalam proses belajar mengajar memiliki tiga manfaat sebagai berikut :
1. Memahami sesuatu, setiap pendidik dalam hal ini dosen membutuhkan banyak
informasi agar proses pembelajaran yang akan dilakukannya berjalan secara
optimal. Seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang
kemampuan awal (entry behavior) calon mahasiswanya agar ia mampu
menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa bukan
hanya mengejar ketercapaian kurikulum semata.
2. Membuat keputusan, setiap proses pembelajaran harus dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan meliputi banyak aspek diantaranya media dan metode
pembelajaran yang dipilih, kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan,
materi yang disampaikan dan ketercapaian kurikulum.

Universitas Sumatera Utara

19

3. Mengoptimalkan pembelajaran, sebagian atau seluruh hasil evaluasi biasanya
digunakan sebagai bahan informasi untuk memperbaiki pembelajaran di
pembelajaran berikutnya.
2.1.7 Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes
hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan dan kemampuan
mahasiswa seperti yang tercantum dalam kompetensi yang harus dicapai yang
tertuang dalam tujuan instruksional (Nurhidayah, 2011). Beberapa hal yang
menjadi prinsip evaluasi yaitu:
1. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran
yang telah diajarkan.
2. Mencakup bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar
sesuai dengan metode dan media yang digunakan.
3. Desain evaluasi disesuaikan dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil
yang diinginkan.
4. Dibuat seandal mungkin agar mudah diinterpretasikan dengan baik.
5. Evaluasi digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dari sudut
pandang mahasiswa maupun dosen.
Strategi evaluasi dalam program profesi kesehatan tradisional sangat
mengandalkan ujian yang menggunakan metode soal pilihan ganda atau Multiple
Choice Question (MCQ) sebagai ukuran perubahan dalam pengetahuan.
Ketergantungan pada model MCQ bertentangan dengan metode problem based
learning (PBL) karena dua alasan peserta didik menyakini bahwa belajar adalah

Universitas Sumatera Utara

20

untuk ujian bukan untuk pembelajaran diri sendiri, ujian MCQ tidak mengkaji
hasil akhir pembelajaran karena lebih berorientasi pada proses.
Untuk bentuk Multiple Choice Questionbeberapa faktor yang mendukung yaitu :
1. Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili
materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau mahasiswa.
2. Dari soal yang banyak, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya
diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dapat dicakup secara lengkap melalui tes hasil belajar
tersebut. Tes objektif lebih memungkinkan untuk bertindak lebih objektif baik
dalam mengoreksi lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.
3. Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisi dari segi kesukarannya, daya
pembedanya. Berdasar hasil analisis tinggi rendahnya mutu tes dapat
diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu
ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkatkan mutunya dan sebagai alat
ukur hasil belajar yang baik.
Jika pengetahuan faktual merupakan hasil akhir yang ditetapkan dan
pengajar yakin bahwa MCQ metode yang paling efektif maka MCQ tersebut
harus dilibatkan. Namun, poin kuncinya adalah memasukkan metode lain untuk
mengkaji hasil akhir yang ditetapkan, misalnya pengambilan keputusan klinis dan
pembelajaran mandiri (Nurhidayah, 2009).
2.1.8 Proses dan Hasil Evaluasi Keberhasilan Belajar
Kegiatan

awal

mahasiswadanmelakukan

pembelajaran
kegiatan

dimana

apersepsi.

memeriksa

Kegiatan

inti

kesiapan

pembelajaran

Universitas Sumatera Utara

21

penguasaan materi pembelajaran menunjukkan penguasaan materi pembelajaran,
mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang

relevan,

menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan sesuai dengan hirarki
belajar dan mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan.
Pendekatan atau strategi pembelajaran dengan melaksanakan pembelajaran
sesuai

dengan

kompetensi

(tujuan)

yang

akan

dicapai,

melaksanakan

pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang
bersifat

kontekstual,

melaksanakan

pembelajaran

yang

memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan.
Pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran secara efektif dan efesien, menghasilkan pesan yang menarik
dan

melibatkan

Pembelajaran

mahasiswa

yang

memicu

dalam
dan

pemanfaatan
memelihara

media

pembelajaran.

keterlibatan

mahasiswa

menumbuhkan partisipasi aktif mahasiswa dalam pembelajaran, menunjukkan
sikap terbuka terhadap respon mahasiswa, menumbuhkan keceriaan sdan
antusiasme mahasiswa dalam belajar, penilaian proses dan hasil belajar,
memantau kemajuan belajar selama proses, melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi dan tujuan, penggunaan bahasa, menggunakan bahasa lisan
dan tulisan secara jelas, baik dan benar serta menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai (Sumiati & Asra, 2016).

Universitas Sumatera Utara

22

Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa merupakan proses evaluasi
mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan dengan ketentuan :
Tabel 2.1 Proses dan Hasil Evaluasi
Persyaratan mengikuti ujian

Menghadiri perkuliahan minimal 80% dari total
perkuliahan

Bentuk evaluasi

Multy Discliplinary Examination (MDE)

Model soal

Multiple Choice Questions (MCQ)

Predikat kelulusan

Lulus jika nilai akhir blok minimal 60 (“C”)

Nilai prestasi, bobot prestasi dan kualitas prestasi serta hasil evaluasi belajar
dapat ditetapkan berdasarkan indeks prestasi kumulatif mahasiswa dengan
ketentuan :
Tabel 2.2 Indeks Prestasi Kumulatif Berdasarkan Peraturan Rektor USU
Nilai Prestasi

Bobot Prestasi

Kualitas Prestasi

A

4,00

Sangat Baik

B+

3,50

Baik

B

3,00

Baik

C+

2,50

Cukup

C

2,00

Cukup

D

1,00

Kurang

E

0,00

Gagal

Universitas Sumatera Utara

23

2.1.9 Indikator dan Tingkat Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal sebagai berikut : daya serap terhadap
bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual
maupun kelompok. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau
instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh mahasiswa baik secara individual
maupun kelompok (Djamarah, 2013).
Tingkat Keberhasilan setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan
hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi
(hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan
proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh mahasiswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh mahasiswa.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 % - 75 % saja
dikuasai oleh mahasiswa.
4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh
mahasiswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap mahasiswa
dalam pelajaran dan persentase keberhasilan mahasiswa dalam mencapai TIK

Universitas Sumatera Utara

24

dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
mahasiswa dan dosen (Djamarah,2013).
2.2 Hubungan Metode Instruksional dan Prinsip Belajar
Prinsip belajar berguna untuk melihat kelemahan dan keunggulan metode
instruksional. Kelemahan dan keunggulan metode dilihat dari prinsip-prinsip
belajar tidak sepenuhnya menjamin kelancaran proses belajar-mengajar di ruang
kuliah. Variabel lain seperti kepribadian dosen serta perilaku awal mahasiswa
juga turut menentukan kelancaran proses belajar-mengajar. Cara menentukan
keunggulan dan kelemahan metode instruksional dilihat dari prinsip-prinsip
belajar (Budiardjo, 2001).
1.

Motivasi
Dalam prinsip belajar, motivasi didefinisikan sebagai pendorong tingkah laku

mahasiswa ke arah tujuan tertentu. Pendorong tersebut dapat diciptakan dosen
dalam proses belajar mengajar melalui metode instruksional. Bila metode yang
dipilih menarik maka mahasiswa akan berminat belajar, ingin bekerja keras dan
berusaha menyelesaikan tugas hingga selesai. Dengan menggunakan berbagai
variasi metode mengajar kebosanan mahasiswa dapat dikurangi dan minat belajar
dapat ditingkatkan. Misalnya untuk menerangkan sebuah konsep baru, selain
menggunakan metode ceramah dapat dipakai metode studi kepustakaan
dikombinasikan dengan metode diskusi kelompok.
2.

Keaktifan berpikir mahasiswa
Setiap mahasiswa mengikuti aktivitas belajar dengan berbagai macam

pengalaman yang berbeda-beda. Apabila pengalaman itu relevan dengan

Universitas Sumatera Utara

25

pengetahuan yang baru, maka mahasiswa cenderung akan mengaitkan
pengalaman mereka dengan pengetahuan baru. Metode diskusi adalah salah satu
contoh metode yang mampu mengaktifkan proses berpikir mahasiswa dengan
menghubungkan pengalaman lama dan pengetahuan yang baru diajarkan.
3.

Umpan balik dan penguatan
Keaktifan mahasiswa dalam belajar cenderung menurun bila mahasiswa tidak

diberi umpan balik atau terlambat diberi umpan balik. Implikasi dari prinsip
belajar ini adalah dalam memilih metode instruksional perlu dipertimbangkan
kemampuan metode tersebut dalam memberikan umpan balik. Adanya feedback
para dosen dan mahasiswa dapat mencapai beberapa tujuan yaitu membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu mahasiswa, memusatkan perhatian mahasiswa terhadap
pokok bahasan, mendiagnosis kesulitan khusus yang menghambat proses belajar,
mendorong

mahasiswa

mengemukakan

pendapat

dan

mengasimilasikan

informasi.
4.

Kecepatan belajar
Ditinjau dari kecepatan belajar, mahasiswa dikategorikan menjadi dua yaitu

mahasiswa yang cepat dan mahasiswa yang lambat. Bila mahasiswa yang cepat
dan lambat digabung dalam satu kelas, akan timbul perbedaan kecepatan belajar.
Perbedaan kecepatan belajar yang sangat besar akan menyebabkan mahasiswa
frustasi. Metode belajar mandiri memiliki keunggulan dalam mengatasi
kesenjangan tersebut. Metode ini memungkinkan mahasiswa belajar sesuai
dengan waktu dan kecepatan yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

26

2.3 Tinjauan Penguasaan
Kata penguasaan tersusun dari kata kuasa yang berarti mampu, mengerti
benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara
operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan
sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami, sedangkan penguasaan menurut ahli
pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat
dari hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh A. Thabrani R. (1989: 13)
menyatakan bahwa :
Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengalaman yang terorganisasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penguasaan adalah proses,
cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan
untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga dapat
diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal. (Nurgiyantoro, 2001 dalam
Chairunita, 2012) menyatakan bahwa penguasaan merupakan kemampuan
seseorang yang dapat diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat
dikatakan menguasai sesuatu apabila orang tersebut mengerti dan memahami
materi atau konsep tersebut sehingga dapat menerapkannya pada situasi atau
konsep baru.

Universitas Sumatera Utara

27

Gaya belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu
merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah infromasi
(DePotter dan Hernachi, 2003, dalam Nurhidayah, 2011). Ada tiga jenis manusia
dalam hal penyerapan informasi yaitu:
1. Manusia visual adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap
infromasi melalui hal yang dibaca atau dilihat
2. Manusia auditori adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap
infromasi melalui hal yang didengar.
3. Manusia kinestetik adalah dimana seseorang akan secara optimal meyerap
informasi melalui hal yang dicontohkan atau dibayangkan orang lain
melakukan hal yang akan dipelajari.
Pembelajaran terbagi atas tiga ranah atau domain yaitu kognitif
(pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan motorik). Tujuan
pembelajaran akan mempengaruhi materi, metode, media dan evaluasi yang akan
diberikan. Pemahaman tentang setiap domain penting bagi dosen selaku pendidik
maupun mahasiswa selaku peserta didiknya. Agar mampu menentukan cara
terbaik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dari ketiga ranah tersebut ranah
kognitiflah yang sering dan paling banyak dinilai oleh para guru atau dosen
karena erat kaitannya dengan kemampuan para mahasiswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran.
Domain kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup
kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat sampai dengan
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut mahasiswa untuk

Universitas Sumatera Utara

28

menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang
sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Taksonomi menurut
Bloom ada memiliki 6 tahapan yaitu :
1. Pengetahuan, kemampuan peserta didik untuk menghafal, mengingat,
mendefinisi, mengenali atau mengindentifikasi informasi tertentu, pengetahuan
merupakan tingkatan kognitif yang paling rendah.
2. Pemahaman,

kemampuan

peserta

didik

untuk

memperlihatkan

suatu

pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara
menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah
diubah misalnya menyimpulkan dengan kata-kata sendiri, membuat ringkasan,
dan meramgkum.
3. Penerapan, kemampuan peserta didik untuk menggunakan gagasan, prinsip,
atau teori di dalam situasi khusus atau konkret seperti menghitung, menulis,
membaca atau menggunkan peralatan.
4. Analisa, kemampuan peserta didik untuk mengenali dan menyusun informasi
dengan cara menguraikannya menjadi bagian-bagian konstituennya dan
menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya seperti
membuat diagram/skema atau menjabarkan dalam bagian-bagian yang kecil.
5. Sintesa,

kemampuan

peserta

didik

untuk

menggabungkan

atau

mengkombinasikan bagian-bagian atau unsur-unsur menjadi satu kesatuan
yang lebih besar dengan cara membentuk satu produk unik yang ditulis,
diucapkan, digambar dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

29

6. Evaluasi, kemampuan peserta didik untuk menentukan nilai sesuatu seperti
esai, desain atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau kriteria,
membuat keputusan tentang nilai, gagasan, dan metode yang tepat. Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Contoh objektif perilaku dalam domain kognitif tingkat pemahaman seperti
mahasiswa

sudah

dapat

menjelaskan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pembelajaran secara berurutan setelah mengikuti perkuliahan, tingkat analisa
seperti mahasiswa sudah dapat mengklasifikasikan faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dengan baik setelah mengikuti
perkuliahan (Nurhidayah, 2011).
Penguasaan konsep yang telah dipelajari mahasiswa dapat diukur dari hasil
tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu yang dilakukan
oleh dosen. Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep, kita dapat mengkategorikan
taraf penguasaan konsep mahasiswa.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 35

Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 14

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 27

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 13

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 4

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Mempersiapkan Materi Perkuliahan dengan Penguasaan Materi Perkuliahan Pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 13