ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS I

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN
Sutrisno
Prodi Pendidikan Matematika, FPMIPATI Universitas PGRI Semarang
trysna_eins@yahoo.co.id
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa kelas II dalam
menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan serta memberikan alternatif solusinya.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas II semester I Sekolah Dasar Negeri Kalibeluk 01 Kecamatan Warunga sem Kabupaten
Batang Propinsi Jawa Tengah. Informan kunci dalam penelitian ini adalah guru kelas II, sedangkan
informan selanjutnya adalah siswa kelas II yang diambil berdasarkan saran informan kunci dan
nilai Ujian Tengah Semester I yang kemudian digolongkan ke dalam kriteria akademik tinggi,
sedang, dan rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, wawancara, dan
dokumentasi, sedangkan untuk menguji keabsahan data digunakan teknik triangulasi. Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar siswa dalam materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan meliputi miskonsepsi pada operasi yang melibatkan bilangan nol, belum
menguasai prosedur penjumlahan bilangan dengan cara menyimpan dan pengurangan bilangan
dengan cara meminjam; kesulitan memaknai soal cerita; serta kekurangtelitian dalam mengerjakan
soal. Solusi yang ditawarkan untuk mengantisipasi kesulitan belajar siswa selama dilaksanakan

proses pembelajaran meliputi menerapkan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
pembelajaran matematika, pemberian soal latihan yang bersifat konstruktif, dan pemberian
penguatan terhadap konsep yang belum dipahami siswa. Sedangkan solusi untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran meliputi pengajaran remedial
yang didasarkan pada prinsip pembelajaran matematika. Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat
dikemukakan saran yaitu guru hendaknya memperhatikan tingkat penguasaan materi siswa; guru
dapat mengajarkan konsep dengan cara menekankan definisi dan sifat, menekankan contoh dan
alasannya, dan membandingkan objek yang tidak sesuai dengan konsep; guru hendaknya
mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks riil dan saling terintegrasi dengan materi yang
lain; serta bagi para insan pendidikan hendaknya lebih sering melakukan penelitian sehingga
permasalahan di dalamnya dapat terungkap dan dapat ditemukan solusinya.
Keywords: Kesulitan Belajar, Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan.

Pengetahuan awal penting bagi proses

PENDAHULUAN
Matematika biasanya dianggap sebagai

belajar anak di sekolah. Seperti sekolah dasar


pelajaran yang paling sulit oleh anak-anak

karena membilang, membagi, menambah, dan

maupun orang dewasa. Di sekolah, banyak

mengurangi membentuk dasar bagi banyak

murid tampaknya menjadi tidak tertarik dengan

proses belajar dan mengajar di sekolah. Murid

matematika, dan sering kali mempertanyakan

mendasarkan diri pada pengetahuan yang telah

relevansi dari begitu besarnya waktu yang

mereka


dihabiskan untuk mempelajari pelajaran ini.

kompetensi matematika- nya dan memperluas

Bagaimanapun

telah

pemahamannya tentang pengetahuan itu. Saat

membuktikan pentingnya matematika di dalam

umur semakin bertambah, mereka akan terus

kehidupan

lebih

mengumpulkan pengetahuan matematika di


penting dibanding penerapan keterampilan

luar sekolah melalui berbagai kegiatan seperti

numerasi dasar semata. Matematika juga

belanja

merupakan

untuk

pembelajaran di luar sekolah ini dapat

mengembangkan kemampuan berpikir logis

dimasukkan ke dalam pembelajaran di sekolah.

dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi


Dengan cara ini murid akan mempelajari

pada anak-anak. Matematika juga memainkan

relevansi

peran penting di sejumlah bidang ilmiah lain,

nyata” dan mampu mentransfer pengetahuan

seperti fisika, teknik, dan statistik (Muijs dan

yang dipelajarinya ke dunia luar sehingga

Reynolds, 2008: 332-333).

mereka

juga


penelitian

sehari-hari.

Matematika

“kendaraan”

utama

Anak-anak sebenarnya sudah terlibat di
sejumlah

kegiatan

“matematis”,

bahkan

sebelum mereka masuk sekolah. Mereka


miliki

dan

untuk

membaca

matematika

dapat

menyempurnakan

suratkabar,

dengan

benar-benar


dan

“kehidupan

menggunakan

matematika di dalam berbagai situasi seharihari.
Meskipun

pengetahuan

yang

menghitung, berbagi (barang-barang seperti

dikumpulkan dari luar sekolah oleh murid

misalnya


mampu

membentuk dasar numerisasinya, tetapi penting

melakukan penambahan dan pengurangan

untuk diingat bahwa pengetahuan eksternal

sederhana.

antara

juga dapat memasukkan berbagai miskonsepsi

pengetahuan sebelum atau di luar sekolah

tentang arti berbagai istilah matematika. Arti

dengan pembelajaran matematika anak di


berbagai

sekolah sering kali tidak dijembatani, sehingga

(pengetahuan umum) belum tentu sama persis

tidak terjadi proses asimilasi dari pengetahuan

dengan

eksternal murid dengan hasil pembelajaran di

Miskonsepsi ini akan perlu diatasi oleh guru,

dalam sekolah. Hal inilah yang membuat siswa

untuk itu mereka perlu memiliki pengetahuan

kurang termotivasi untuk belajar matematika


yang baik tentang keyakinan matematis murid-

karena mereka berpikir tidak ada keterkaitan

muridnya. Karena miskonsepsi semacam ini

apa yang mereka pelajari dengan kehidupan

cenderung dimiliki oleh relatif banyak anak,

nyata sehari-hari.

maka dengan mengantisipasinya akan dapat

permen),

Tetapi,

dan

sering

hubungan

istilah

makna

menurut

common

matematis

istilah

sense

ini.

2

memperbaiki

prestasi

belajar

matematika

murid.

masalah, dan masih banyak lagi. Sikap dan
minat siswa pun beranekaragam, baik dalam

Mengingat pentingnya matematika dan

menanggapi pembelajaran pada umumnya

masalah yang dimiliki banyak orang pada

maupun matematika pada khususnya. Berbagai

subyek ini, maka tidak mengherankan bila ada

hal yang menyangkut siswa, juga berkembang

cukup banyak penelitian tentang kemampuan

bersama lingkungan belajarnya, baik yang

murid untuk berpikir dan belajar matematika.

langsung dirasakan siswa maupun yang tidak

Hal ini pula yang melatarbelakangi peneliti

langsung.

untuk melakukan penelitian terkait matematika,

pembelajaran yang diciptakan guru, bahan ajar,

khususnya kesulitan belajar siswa Sekolah

sumber belajar, media, dan situasi kelas juga

Dasar dalam melakukan operasi penjumlahan

membantu memberikan dorongan maupun

dan pengurangan bilangan. Operasi tersebut

hambatan dalam siswa belajar.

Metodologi

dan

segala

aspek

merupakan materi pokok yang mendasar dalam

Materi penjumlahan dan pengurangan

matematika, sehingga tanpa pemahaman yang

bilangan merupakan salah satu materi pada

kuat tentang materi tersebut, maka dapat

pokok bahasan di Sekolah Dasar. Penelitian ini

berdampak pada kesulitan yang akan dialami

lebih difokuskan pada materi tersebut yang

saat mempelajari materi selanjutnya.

diajarkan pada siswa kelas II Sekolah Dasar.

Menurut James dan James (dalam
Suherman,

matematika

penelitian ini, tentunya lebih dikhususkan pada

merupakan ilmu tentang logika mengenai

bilangan bulat yang disesuaikan dengan materi

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep

kelas II Sekolah Dasar. Untuk selanjutnya

yang berhubungan satu dengan yang lainnya

dalam laporan ini, materi tersebut dituliskan

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke

sebagai

dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan

bilangan agar lebih praktis. Walaupun materi

geometri. Dalam pembelajaran matematika

ini merupakan materi dasar yang masih

memerlukan tahapan-tahapan yang hierarkis,

sederhana, namun apabila materi tersebut

yakni bentuk belajar yang terstruktur dan

dihadapkan pada anak kelas II Sekolah Dasar

terencana berdasarkan pada pengetahuan dan

tersebut, maka tidak menutup kemungkinan

latihan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk

akan terdapat kesulitan yang dialami oleh siswa

mempelajari

selanjutnya.

dalam mempelajarinya. Hal ini didasarkan pada

Keanekaragaman kemampuan intelektual siswa

hasil wawancara singkat dengan guru kelas II di

sangat bervariasi. Kemampuan ini menyangkut

SD

kemampuan

untuk

informasi yang diungkapkan oleh guru pada

memahami,

menginterpretasi

memahami

dkk,

2003:

16),

Operasi penjumlahan dan pengurangan dalam

materi

mengingat

makna

memanipulasinya,
menggeneralisasi,

menalar,

kembali,
informasi,

simbol

penjumlahan

Negeri

saat

Kalibeluk

wawancara,

dan

01.

peneliti

pengurangan

Berdasarkan

menemukan

dan

permasalahan pada pembelajaran matematika

mengabstraksi,

terkait materi ini, yaitu kesulitan belajar siswa

memecahkan

dalam

menyelesaikan

soal-soal

materi
3

penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil

kelas II sekolah tersebut yang ditentukan

wawancara tersebut juga didukung oleh hasil

dengan

ujian tengah semester yang kurang memuaskan.

keperluan ini, dipilihlah 3 siswa kelas II tempat

Oleh karena itu, peneliti berusaha menganalisis

penelitian

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada

mewakili kategori siswa berkemampuan tinggi,

pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan

sedang, maupun rendah dalam pelajaran

bilangan,

atas

matematika. Pengkategorian ini didasarkan

dapat

pada prestasi belajar siswa pada ujian tengah

memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah

semester I. Selain itu, pemilihan subjek

tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian juga didasarkan atas saran dari guru

penelitian

kelas sebagai informan kunci yang mengetahui

agar

permasalahan

dapat
yang

ini

dicari

ada

adalah

solusi

sehingga

untuk

mengetahui

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas II
dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan
pengurangan

bilangan

serta

memberikan

alternatif solusinya.

cara

snowball

yang

sampling.

masing-masing

Untuk

subyek

dengan pasti kondisi para siswanya.
Sesuai jenis penelitian yang dipilih yaitu
penelitian kualitatif, maka yang menjadi
instrumen atau alat penelitian utama adalah
peneliti itu sendiri. Jadi, peneliti merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan fokus permasalahan dalam

Setelah fokus penelitian menjadi jelas maka

penelitian ini, maka pendekatan penelitian yang

kemungkinan akan dikembangkan instrumen

digunakan

pendekatan

kualitatif.

penelitian sederhana yang diharapkan dapat

(2004:

penelitian

melengkapi data dan membandingkan dengan

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

data yang telah ditemukan melalui tes,

untuk memahami fenomena yang dialami oleh

wawancara, dan dokumentasi.

Menurut

adalah
Moleong

6),

subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

Menurut Sugiyono (2012: 366), uji

motivasi dan tindakan dengan cara deskripsi

keabsahan data dalam metode penelitian

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

kualitatif

konteks khusus yang alamiah dan dengan

transferability,

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pada

dependability, dan uji confirmability. Namun,

penelitian ini digunakan teknik pengambilan

dalam penelitian ini hanya dilakukan uji

sampel yaitu purposive sampling dan snowball

credibility saja karena merupakan uji yang

sampling. Informan kunci atau informan awal

utama dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,

dipilih

2012: 402). Uji kredibilitas dilakukan dengan

secara

pengambilan

purposive,
sumber

yaitu
data

teknik
dengan

meliputi

perpanjangan

uji

uji

credibility,
auditability

pengamatan,

uji
atau

meningkatkan

pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini,

ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif,

yang bertindak sebagai informan awal (sumber

menggunakan

informasi) adalah Guru Kelas II tempat

mengadakan member check. Dalam penelitian

penelitian. Informan selanjutnya adalah siswa

ini hanya dilakukan teknik triangulasi karena

bahan

referensi,

dan

4

adanya keterbatasan waktu dan tenaga dari

cara menyimpan dan operasi pengurangan

peneliti.

penelitian

dengan cara meminjam. Akan tetapi, siswa

kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

tersebut mempunyai miskonsepsi pada operasi

data

selesai

pengurangan yang melibatkan bilangan nol,

pengumpulan data pada periode tertentu.

dimana siswa tersebut mengatakan bahwa 30 –

Teknik analisis data selama di lapangan dalam

8 = 38, kemudian dijelaskannya pula bahwa

penelitian ini menggunakan model Miles and

“Saya pikir 0 – 8 = 8, karena 0 itu kan tidak ada

Huberman. Aktivitas dalam analisis data ini

pak, terus dikurangi dengan 8, ya jawabannya 8

meliputi data reduction (data reduksi), data

pak”.

Analisis

data

berlangsung,

dalam

dan

setelah

display (penyajian data), serta conclution
drawing/verification

(penarikan

kesimpulan/verifikasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, digunakan metode
tes untuk memperoleh informasi tentang

Gambar 1. Kesalahan Responden Akademik

kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa

Tinggi

setelah mempelajari materi penjumlahan dan

Berdasarkan hasil wawancara dengan

dilakukan

responden dengan kriteria akademik sedang,

analisis terhadap jawaban siswa pada tes

diperoleh informasi bahwa siswa tersebut sudah

tertulis, peneliti ingin mengetahui secara pasti

menguasai

dan mendalam terkait informasi-informasi yang

pengurangan bilangan dalam menyelesaikan

diperoleh

tersebut.

soal cerita dan siswa tersebut sudah dapat

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada tes

membedakan penggunaan operasi penjumlahan

tertulis, dapat disusun pedoman wawancara

dan pengurangan bilangan dalam soal cerita.

yang

dalam

Siswa tersebut mempunyai miskonsepsi pada

subyek

operasi penjumlahan yang melibatkan bilangan

pengurangan

bilangan.

dari

dapat

melakukan

Setelah

hasil

analisis

digunakan
wawancara

peneliti
kepada

konsep

penjumlahan

dan

nol, dimana siswa tersebut mengatakan bahwa

penelitian yaitu siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan

260 + 63 = 320, dengan miskonsepsi yang

responden dengan kriteria akademik tinggi,

dimiliki yaitu 0 + 3 = 0. Hal serupa juga

diperoleh informasi bahwa siswa tersebut sudah

diungkapkan siswa tersebut, yaitu sewaktu

menguasai

dan

menghitung 20 + 12 = 30, dengan miskonsepsi

pengurangan bilangan dalam menyelesaikan

yang dimiliki yaitu 0 + 2 = 0. Selain siswa

soal

tersebut

cerita,

konsep

sudah

penjumlahan

dapat

membedakan

memiliki

miskonsepsi

pada

dan

penjumlahan yang melibatkan nol, siswa

pengurangan bilangan dalam soal cerita, serta

tersebut juga memiliki miskonsepsi pada

sudah menguasai operasi penjumlahan dengan

pengurangan yang melibatkan nol. Hal tersebut

penggunaan

operasi

penjumlahan

5

terlihat sewaktu siswa tersebut melakukan

tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena

perhitungan 30 – 8 = 38, dengan miskonsepsi

bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak

yang dimilikinya yaitu 0 – 8 = 8. Siswa tersebut

lurus mengikuti garis. Akibatnya, siswa banyak

menjelaskan alasan jawaban tersebut bahwa

mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi

“karena 0 tidak ada terus dikurangi dengan 8,

membaca

saya pikir jawabannya adalah 8 pak”. Selain

percakapan dapat teridentifikasi bahwa siswa

miskonsepsi-miskonsepsi

tersebut terdapat kesulitan dalam memahami

tersebut,

terdapat

tulisannya

sendiri. Berdasarkan

pula kekeliruan yang dilakukan siswa saat

prosedur

melakukan operasi 232 – 115 = 110. Dalam

menyimpan, hal ini terlihat dari siswa yang

menyelesaikan

soal

tidak dapat

ketidaktelitian

siswa

tersebut
ketika

terlihat
melakukan

penjumlahan

dengan

cara

membedakan bilangan

yang

disimpan dengan bilangan yang tidak disimpan

perhitungan pengurangan pada posisi satuan

pada

seperti yang terlihat dari percakapan yang

teridentifikasi kurang teliti dalam mengerjakan

menyatakan bahwa “karena 2 – 5 tidak dapat

pengurangan cara meminjam, dimana siswa

dilakukan pengurangan secara langsung maka

tidak memperhatikan dampak dari proses

meminjam 1 pada posisi puluhan, berarti 12 – 5

peminjaman bilangan tersebut. Siswa tersebut

= 0”. Hal ini telah dikonfirmasi siswa tersebut

kurang teliti dalam mengerjakan penjumlahan

bahwa dia melakukan kekeliruan karena

cara

kekurangtelitiannya dalam mengerjakan soal

memperhatikan

tersebut, seperti yang ada dalam percakapan.

penyimpanan bilangan tersebut. Selanjutnya,
siswa

operasi

tersebut.

menyimpan,

tersebut

Siswa

dimana
dampak

tersebut

siswa
dari

teridentifikasi

tidak
proses

memiliki

kesulitan dalam menyelesaikan soal berbentuk
cerita. Bahkan untuk menjawab butir soal
cerita, siswa tersebut asal dalam memberikan
jawaban seperti yang telah diklarifikasinya
Gambar 2. Kesalahan Responden Akademik

pada percakapan. Siswa tersebut kesulitan

Sedang

merubah soal cerita menjadi operasi hitung

Berdasarkan hasil wawancara dengan

penjumlahan atau pengurangan bilangan yang

responden dengan kriteria akademik rendah,

dikarenakan siswa tersebut belum dapat

diperoleh informasi bahwa siswa tersebut

membedakan penggunaan operasi penjumlahan

kesulitan dalam membaca tulisannya sendiri.

dan penggunaan operasi pengurangan dalam

Seperti yang dikemukakan oleh Lerner (dalam

soal cerita.

Abdurrahman, 2003: 265) bahwa terdapat
kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dalam
bidang studi matematika, salah satunya adalah
tulisan yang tidak terbaca. Terdapat siswa yang
6

belajar yang dikarenakan miskonsepsi terhadap
penjumlahan

dan

pengurangan

yang

melibatkan bilangan nol. Selain itu, siswa
tersebut kurang teliti dalam mengerjakan soal
dan dalam menulis. Hal ini terlihat dari
kesalahan saat melakukan perhitungan dan
kurang lengkapnya penulisan huruf dalam suatu
kata. Pada siswa dengan kriteria akademik
rendah, teridentifikasi kesulitan belajar yang
Gambar 3. Kesalahan Responden Akademik
Rendah

lebih banyak dibandingkan siswa dengan
kriteria akademik tinggi maupun sedang.

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
tes tertulis dan hasil wawancara, maka
diperoleh informasi dari masing-masing teknik.
Dalam penelitian ini terdapat keselarasan antara
hasil analisis tes tertulis dengan hasil analisis
wawancara dari subyek penelitian. Untuk
melihat keselarasan antara informasi yang
diperoleh melalui tes tertulis dengan informasi
yang diperoleh melalui wawancara digunakan
triangulasi teknik.

Terdapat beberapa kesulitan belajar siswa
tersebut

disusun suatu informasi terkait kesulitan belajar
siswa kelas II SD Negeri Kalibeluk 01 terhadap
materi pokok penjumlahan dan pengurangan
bilangan. Pada siswa dengan kriteria akademik
tinggi, penyebab kesulitan belajarnya adalah
siswa memiliki miskonsepsi pada operasi
pengurangan yang melibatkan bilangan nol.

kesulitan

dalam

membedakan antara bilangan yang disimpan
dan bilangan yang tidak disimpan pada
bilangan

hasil

operasi,

kesulitan

dalam

menyelesaikan permasalahan berbentuk soal
cerita yang menuntut ketepatan pemilihan
operasi

hitung

maupun

prosedur

operasionalnya; kurang teliti dalam melakukan

yang terlihat dari kurang lengkapnya penulisan
huruf dalam suatu kata maupun penulisan kata
dalam suatu kalimat. Kesulitan siswa dalam
menulis tersebut berdampak pada tulisan yang
tidak terbaca, baik oleh siswa itu sendiri
maupun orang lain. Hal ini akan membuat siswa
banyak mengalami kekeliruan karena tidak
mampu lagi membaca tulisannya sendiri.

Selain itu, terdapat kekurangtelitian siswa
dalam menulis, hal ini terlihat dari kurang
lengkapnya penulisan huruf dalam suatu kata.
Pada siswa dengan kriteria akademik sedang,
teridentifikasi bahwa siswa tersebut memiliki
belajar

meliputi

perhitungan; serta kurang teliti dalam menulis

Berdasarkan triangulasi teknik dapat

kesulitan

yang

yang

lebih

banyak

dibandingkan siswa dengan kriteria akademik
tinggi. Siswa tersebut memiliki kesulitan

Secara garis besar, penyebab kesulitan
siswa

dalam

menyelesaikan

soal-soal

penjumlahan dan pengurangan bilangan adalah
masih kurangnya pemahaman siswa akan
konsep materi tersebut. Sebagai contoh dari
kesulitan siswa tersebut adalah siswa memiliki
miskonsepsi pada operasi penjumlahan atau
pengurangan yang melibatkan bilangan nol,
7

siswa belum menguasai sepenuhnya prosedur

materi pelajaran. Jika demikian maka hambatan

penjumlahan bilangan dengan cara menyimpan

itu dapat “melekat” pada diri siswa. Siswa yang

dan

cara

mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh

meminjam, siswa masih kesulitan dalam

faktor intelektual, umumnya kurang berhasil

merubah soal cerita menjadi operasi hitung

dalam

penjumlahan

algoritma,

pengurangan

bilangan

atau

dengan

pengurangan

bilangan

menguasai

konsep,

walaupun

prinsip,

telah

atau

berusaha

(merubah kalimat sehari-hari menjadi kalimat

mempelajarinya.

matematika), serta siswa tergesa-gesa dalam

penyebab kesulitan belajar siswa dapat berupa

mengerjakan

kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran

soal

yang

menyebabkan

kekurangtelitian dan berujung pada kekeliruan-

Faktor

kependidikan

dan menerapkan metodologi.

kekeliruan pada jawaban yang diberikan.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah

Bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa

dikemukakan, maka ditawarkanlah solusi oleh

sebagaimana yang diperoleh dalam penelitian

peneliti terkait kesulitan belajar siswa kelas II

ini

faktor

SD pada materi penjumlahan dan pengurangan

penyebabnya oleh para ahli seperti Cooney dan

bilangan. Solusi ini terbagi menjadi dua yaitu

Henderson (dalam Widdiharto, 2008: 6-9) yaitu

solusi untuk mengantisipasi kesulitan belajar

faktor fisiologis, faktor sosial, faktor kejiwaan,

siswa

faktor intelektual, dan faktor kependidikan.

pembelajaran dan solusi untuk mengatasi

Berdasarkan kajian pada faktor fisiologis,

kesulitan belajar siswa setelah dilaksanakan

persentase

yang

proses pembelajaran. Maksud dari solusi untuk

penglihatan,

mengantisipasi kesulitan belajar siswa selama

pendengaran, atau neurologis (sistem syaraf)

dilaksanakan proses pembelajaran adalah solusi

lebih

tidak

yang diberikan kepada guru untuk merancang

ini

pembelajaran agar siswa tidak mengalami

telah

dijelaskan

kesulitan

mempunyai

banyak

mengalaminya.

beberapa

belajar

gangguan

daripada

siswa

yang

Gangguan-gangguan

selama

dilaksanakan

proses

merupakan salah satu kendala siswa dalam

kesulitan

belajar. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas

pembelajaran berlangsung. Sedangkan maksud

dalam lingkungan sekolah juga berpengaruh

solusi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

terhadap kelancaran atau kesulitan belajar

setelah dilaksanakan proses pembelajaran

siswa. Faktor sosial di dalam kelas antara lain

adalah solusi yang diberikan kepada guru untuk

siswa kurang dapat bergaul atau menyesuaikan

dapat membantu siswa dalam menyelesaikan

dengan situasi kelas, sedangkan faktor sosial di

kesulitan-kesulitan belajarnya setelah proses

luar kelas antara lain hubungan orang tua

pembelajaran

dengan anak dan tingkat kepedulian orang tua

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

tentang

masalah

belajarnya

di

dalam

belajar

berlangsung.

selama

proses

Kedua

solusi

sekolah.

Solusi untuk mengantisipasi kesulitan

Berdasarkan kajian pada faktor kejiwaan, siswa

belajar siswa selama dilaksanakan proses

yang sering gagal dalam belajar lebih mudah

pembelajaran. Untuk mengantisipasi kesulitan

berpikir tidak rasional, takut, cemas, benci pada

belajar siswa selama dilaksanakan proses
8

menerapkan

tahapan belajar, yaitu konkrit, representasional,

pembelajaran yang didasarkan pada prinsip

dan abstrak. Pada tahapan konkrit, siswa

pembelajaran matematika. Adapun prinsip

memanipulasi berbagai obyek nyata dalam

pembelajaran

menurut

belajar

meliputi

representasional, suatu gambar dapat mewakili

perlunya menyiapkan anak untuk belajar

obyek nyata. Sedangkan pada tahap abstrak,

matematika, mulai dari yang konkrit ke yang

angka akhirnya menggantikan gambar atau

abstrak, penyediaan kesempatan kepada anak

simbol grafis.

pembelajaran

adalah

dengan

matematika

Abdurrahman

(2003:

272-275),

keterampilan.

Pada

tahap

untuk berlatih dan mengulang, generalisasi ke

Penyediaan kesempatan kepada anak

dalam situasi baru, bertolak dari kekuatan dan

untuk berlatih dan mengulang. Jika siswa

kelemahan

dituntut

fondasi

siswa,

yang

kuat

perlunya
tentang

membangun
konsep

untuk

mampu

mengaplikasikan

dan

berbagai konsep secara hampir otomatis, maka

keterampilan matematika, penyediaan program

mereka memerlukan banyak latihan dan

matematika yang seimbang, serta penggunaan

ulangan. Ada banyak cara untuk menyediakan

kalkulator.

latihan dan guru hendaknya menggunakan

Perlunya menyiapkan anak untuk
belajar

matematika.

berkesulitan

belajar

metode yang bervariasi.

Banyak

anak

Generalisasi ke dalam situasi baru.

matematika

yang

Siswa hendaknya memperoleh kesempatan

penyebabnya adalah kurangnya kesiapan anak

yang

untuk mempelajari bidang studi tersebut.

keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.

Berbagai bentuk kegiatan belajar prasangka

Tujuannya

yang merupakan landasan bagi anak dalam

keterampilan mengenal dan mengaplikasikan

belajar yaitu mengelompokkan benda-benda

operasi-operasi komputasional terhadap situasi

menurut sifatnya, mengenal jumlah anggota

baru yang berbeda.

kelompok benda, menghitung benda-benda,

cukup

untuk

adalah

Bertolak

menggeneralisasikan

untuk

dari

memperoleh

kekuatan

dan

memberi nama angka yang muncul setelah

kelemahan

angka tertentu, menulis angka dari 0 hingga 10

keputusan tentang teknik yang digunakan untuk

dalam urutan yang benar, mengukur dan

mengajar

membelah, mengurutkan benda dari yang besar

kemampuan

ke yang kecil atau dari yang panjang ke yang

termasuk penguasaan matematika dan operasi

pendek,

yang dapat dilakukan siswa.

dan

menyusun

bagian

menjadi

keseluruhan.

siswa.

siswa,
dan

guru

Sebelum

harus

membuat

memahami

ketidakmampuan

siswa,

Perlunya membangun fondasi yang

Mulai dari yang konkrit ke yang

kuat tentang konsep dan keterampilan

abstrak. Siswa dapat memahami konsep-

matematika.

konsep

jika

dibangun atas fondasi yang kokoh tentang

pembelajaran mulai dari yang konkrit ke yang

konsep dan keterampilan. Fondasi yang kokoh

abstrak. Guru hendaknya merancang tiga

tersebut dapat diperoleh jika guru menekankan

matematika

dengan

baik

Belajar

matematika

harus

9

pada

ini, prinsip pembelajaran matematika tentang

pemberian jawaban atas berbagai persoalan

penggunaan kalkulator perlu dipegang teguh.

daripada

Hal ini dikarenakan pada siswa kelas II Sekolah

pembelajaran

matematika

menghafal

lebih

tanpa

pemahaman;

memberikan kesempatan yang cukup kepada

Dasar

siswa

keterampilan kalkulasi, maka perlu dihindari

untuk

melakukan

generalisasi

ke

masih

dalam

proses

penanaman

berbagai macam aplikasi dan pengalaman

penggunaan

dengan berbagai cara memecahkan masalah

pembelajarannya. Selain itu, proses matematika

dari apa saja yang dipelajari; mengajarkan

pada materi tersebut belum kompleks, sehingga

matematika secara koheren yang mengaitkan

tidak

antara topik yang satu dengan topik yang lain;

kalkulator.

menyajikan

pembelajaran

yang

saksama

kalkulator

diperlukan

selama

adanya

penggunaan

Melalui penerapan pembelajaran yang

sehingga siswa memperoleh latihan yang

didasarkan

diperlukan, serta menggunakan program yang

matematika dapat mengatasi kesulitan belajar

sistematis yang memungkinkan konsep dan

siswa berupa penguasaan konsep yang kurang

keterampilan yang diajarkan berdiri di atas

tepat dan kesulitan mengerjakan soal cerita.

konsep dan keterampilan yang telah dikuasai

Salah satu alternatif solusi konkrit yang dapat

dengan baik.

digunakan

Penyediaan

program

matematika

adalah

prinsip

pembelajaran

penggunaan

model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

yang seimbang. Program matematika yang

PMRI

seimbang mencakup kombinasi antar tiga

Indonesia).

elemen

pembelajaran

yaitu konsep, keterampilan, dan

pada

(Pendidikan
Di

Matematika
dalam

tersebut,

guru

Realistik

pelaksanaan
memulai

pemecahan masalah. Ketiga elemen tersebut

pembelajaran dari hal yang konkrit ke hal yang

harus diajarkan secara seimbang dan saling

abstrak. Hal ini dilakukan guna membentuk

terkait.

konsep-konsep matematika siswa dengan baik.

Penggunaan

kalkulator.

Kalkulator

Selain itu, guru juga membentuk kelompok

dapat digunakan setelah siswa memiliki

diskusi siswa dengan konsep tutor sebaya.

keterampilan kalkulasi. Dengan demikian,

Dengan adanya tutor sebaya maka dapat

penggunaan

untuk

diharapkan siswa dapat leluasa menyampaikan

menanamkan keterampilan kalkulasi tetapi

ide-ide yang dimilikinya kepada teman tanpa

menanamkan

matematika.

ada rasa malu atau canggung. Dari ide-ide yang

Kalkulator dapat digunakan untuk menghitung

dikeluarkan tersebut, guru dapat mendeteksi

fakta-fakta dasar maupun proses matematika

sejak dini kesulitan-kesulitan belajar siswa.

yang kompleks, dan dapat digunakan untuk

Diharapkan dengan mengetahuinya, guru dapat

latihan atau memeriksa pekerjaan sendiri (self

membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan

checking). Pada pembelajaran matematika

tersebut. Dalam pembelajaran ini, siswa

khususnya materi pokok penjumlahan dan

diposisikan sebagai pembelajar aktif yang

pengurangan bilangan seperti dalam penelitian

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan

kalkulator

penalaran

bukan

10

guru diposisikan sebagai fasilitator yang

konsep, dan aplikasi materi pada kehidupan

memberikan

nyata.

pengarahan

apabila

terdapat

kesulitan belajar atau miskonsepsi pada siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Askew

Dalam kaitannya dengan bentuk soal
aplikasi materi pada kehidupan nyata, maka

dan William (dalam Muijs dan Reynolds, 2008:

guru

340-341) yang menyatakan bahwa karena

menggunakan pendekatan PMRI (Pendidikan

miskonsepsi cenderung dimiliki oleh relatif

Matematika Realistik Indonesia). Soal yang

banyak anak, maka dengan mengatasinya akan

menggunakan pendekatan PMRI merupakan

dapat memperbaiki prestasi matematika siswa.

jenis

Telah ditemukan bahwa lebih efektif untuk

matematika dengan dunia nyata, umumnya

membiarkan siswa melakukan kesalahan dan

berupa pengaplikasian konsep matematika

setelah

daripada

untuk menyelesaikan permasalahan dalam

memberikan contoh-contoh miskonsepsi siswa-

kehidupan sehari-hari yang secara langsung

siswa yang melakukan kesalahan. Berangkat

dapat siswa temui. Hal ini akan mempermudah

dari kesalahan siswa, Eggleton dan Moldavan

proses belajar siswa, karena secara konkrit

(dalam Muijs dan Reynolds, 2008: 340-341)

permasalahan tersebut ada dan dapat ditemui

menemukan bahwa kesalahan tersebut sebagai

siswa. Dengan terbiasa mengerjakan tipe-tipe

metode yang efektif dalam mengembangkan

soal yang demikian, maka diharapkan dapat

penalaran siswa dan keterampilan mengatasi

mengatasi kesulitan belajar siswa dalam

masalahnya.

menyelesaikan soal cerita.

itu

mendiskusikannya

dapat

soal

memberikan

yang

soal

mengkaitkan

yang

konsep

Saat melakukan kegiatan diskusi, siswa

Setelah diberikan latihan soal yang

diberi soal-soal latihan yang bervariasi guna

cukup, guru juga dapat memberikan penguatan

mengatasi kesulitan belajar berupa penguasaan

terhadap konsep-konsep yang belum dipahami

konsep yang kurang tepat. Pemberian soal-soal

siswa. Penguatan tersebut berupa penjelasan

latihan

konstruktif,

kembali materi-materi yang diajarkan pada

sehingga apabila dikerjakan oleh siswa, maka

bagian yang dirasa belum dikuasai siswa dan

dapat menambah pengetahuan siswa dalam

pembahasan

memahami konsep-konsep yang dipelajarinya

diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menyusun

atau bahkan dapat memperbaiki miskonsepsi

kembali konsep-konsep yang telah diperoleh

yang dimilikinya. Untuk membentuk soal yang

siswa, sehingga dapat tersusun secara tepat

konstruktif, maka guru dapat menyusun soal

sesuai dengan yang diajarkan oleh guru.

latihan yang antara lain berisikan karakteristik

Dengan penguasaan konsep sepenuhnya pada

khusus dari suatu konsep, perbedaan contoh

diri siswa, maka diharapkan kesulitan-kesulitan

dan bukan contoh suatu konsep, prosedur

belajar

penyelesaian dengan memberikan bantuan pada

dihilangkan. Dimungkinkan pula pada saat

pengisian jawaban, mengaitkan antar suatu

mengerjakan soal, siswa tersebut dapat percaya

hendaknya

bersifat

dapat

latihan-latihan

diminimalisir

soal

atau

yang

bahkan

diri dengan pengetahuan yang dimilikinya,
11

sehingga kesalahan yang diakibatkan karena

satunya adalah dengan melakukan pengajaran

ketidaktelitian relatif lebih sedikit atau bahkan

remedial matematika yang harus didasarkan

tidak ada sama sekali.

pada prinsip pembelajaran matematika seperti

Penjelasan solusi tersebut sejalan dengan

yang telah dijelaskan di atas. Prinsip-prinsip

pendapat Muijs dan Reynolds, (2008: 338-343)

tersebut

yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan

pembelajaran matematika pada umumnya,

pembelajaran matematika harus mencakup

tetapi juga dalam pengajaran remedial. Dipilih

penggunaan strategi pengajaran yang efektif,

pengajaran remedial sebagai solusi yang

mengoreksi miskonsepsi siswa, menggunakan

ditawarkan peneliti karena di dalam aktivitas

konteks-konteks riil, dan terintegrasi. Siswa

pengajaran remedial mencakup tiga kategori,

sering ditemukan memiliki konsepsi yang

yaitu konsep, keterampilan dan pemecahan

keliru (miskonsepsi) tentang matematika yang

masalah. Dengan ketiga kategori tersebut yang

menghalangi pembelajaran mereka. Kesulitan

didesain menjadi sebuah aktivitas pembelajaran

belajar

diharapkan dapat meminimalisir kesulitan

ini

perlu

ditanggulangi

di

dieksplisitkan
dalam

dan

pembelajaran

tidak

hanya

berlaku

dalam

belajar siswa.

matematika. Banyak studi tentang temuantemuan

pengajaran

digunakan

efektif

sebagai

yang

SIMPULAN DAN SARAN

terhadap

Berdasarkan analisis hasil penelitian

permasalahan ini. Sifat abstrak matematika

yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sering menimbulkan masalah baik bagi belajar

bahwa bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa

siswa

terhadap

dalam materi penjumlahan dan pengurangan

matematika. Ini dapat diantisipasi dengan

bilangan, yaitu miskonsepsi pada operasi

menggunakan konteks-konteks dan contoh-

penjumlahan

contoh kehidupan riil sebanyak mungkin dan

melibatkan bilangan nol; belum menguasai

dengan

relevansi

sepenuhnya prosedur penjumlahan bilangan

matematika dengan kehidupan sehari-hari. Ide-

dengan cara menyimpan dan pengurangan

ide matematis seharusnya tidak diajarkan

bilangan dengan cara meminjam; kesulitan

secara terpisah, hubugan antar ide harus

memaknai soal cerita, yaitu dalam merubah

diajarkan kepada siswa agar siswa lebih mampu

kalimat

mengambil

matematika;

maupun

sikap

menekankan

kembali

solusi

dapat

mereka

memiliki

pengetahuan

yang

atau

pengurangan

sehari-hari
serta

menjadi

kekurangtelitian

yang

kalimat
dalam

dimilikinya dari dalam ingatan dan memahami

mengerjakan soal dan berujung pada kekeliruan

sifat

pada jawaban yang diberikan.

heirarkis

pengetahuan

matematika.

Sehinga sangat penting untuk memastikan

Solusi yang ditawarkan peneliti terkait

bahwa pengetahuan matematika berkaitan dan

kesulitan belajar siswa kelas II SD terkait

berhubungan dengan pikiran siswa.

penjumlahan dan pengurangan bilangan dari

Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

dapat dijelaskan sebagai berikut: Solusi untuk

setelah dilakukan proses pembelajaran salah

mengantisipasi kesulitan belajar siswa selama
12

dilaksanakan

proses

pembelajaran

yaitu

menerapkan pembelajaran yang didasarkan

Indonesia,

khususnya

pembelajaran

matematika

pada prinsip pembelajaran matematika, salah
satu solusi konkrit yang dapat digunakan adalah

DAFTAR PUSTAKA

model

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar . Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

pembelajaran

kooperatif

dengan

pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik

Indonesia);

pemberian

soal-soal

latihan hendaknya bersifat konstruktif; serta
pemberian penguatan terhadap konsep-konsep
yang belum dipahami siswa. Sedangkan solusi
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa setelah
dilaksanakan

proses

pembelajaran

adalah

pengajaran remedial matematika yang harus
didasarkan

pada

prinsip

pembelajaran

Moleong, L. 2004. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muijs, D. dan Reynolds, D. 2008. Effective
Teaching:
Teori
dan
Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono.
2012.
Metode
Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

matematika.
Berdasarkan kesimpulan penelitian di
atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
guru

hendaknya

dapat

memaksimalkan

kegiatan pembelajaran, tidak hanya mengejar
target kurikulum agar dapat terselesaikan, tetapi
juga memperhatikan tingkat penguasaan materi
siswa; Guru dapat mengajarkan konsep dengan
cara menekankan definisi dan sifat-sifat,
menekankan

contoh dan

alasannya,

dan

Suherman,
E.,
dkk.
2003.
Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA - Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI).
Widdiharto, R. 2008. Paket Fasilitasi
Pemberdayaan
KKG/MGMP
Matematika:
Diagnosis
Kesulitan
Belajar Matematika SMP dan Alternatif
Proses Remidinya . Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika.

membandingkan objek yang tidak sesuai
dengan konsep; Guru hendaknya mengkaitkan
materi pembelajaran dengan konteks riil dan
saling terintegrasi dengan materi yang lain,
sehingga pemahaman siswa dapat tertata secara
hierarkis dan sistematis; bagi para insan
pendidikan hendaknya lebih sering melakukan
penelitian-penelitian pendidikan matematika
sehingga

permasalahan-permasalahan

dalamnya

dapat

terungkap

dan

di
dapat

diketemukan solusinya. Hal ini dilakukan agar
dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

13