Pengolahan Ruang Terbuka dengan Konsep O

Pengolahan Ruang Terbuka dengan Konsep Open
Mall pada Kawasan Komersial Paris Van Java
Dewi Parliana
Barr Barani. N
Pratya Aprilana
dpar@itenas.ac.id
ABSTRAK
Sebuah kota memiliki elemen-elemen fisik yang membentuk kota tersebut, sehingga sebuah kota
dapat dianalisa dari sisi kualitas menurut elemen-elemen tersebut. Elemen-elemen tersebut di
kemukakan oleh Hamid Shirvani pada bukunya "The Urban Design Process" pada tahun 1985,
tertulis bahwa sebuah kota memiliki delapan elemen pembentuk yaitu tata guna lahan, bentuk dan
massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, signage, pendukung
aktifitas, dan preservasi. Kota Bandung, sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat dituntut untuk
memiliki kualitas yang baik pada kedelapan elemen tersebut. Salah satu contoh kawasan di Kota
Bandung yang memperhatikan elemen-elemen tersebut adalah kawasan komersial Paris Van
Java. Kawasan Paris Van Java sangat memperhatikan delapan elemen pembentuk unsur kota
karena memiliki konsep ruang terbuka, sehingga kualitas elemen-elemen tersebut sangat perlu
untuk diperhatikan. Selain itu Paris Van Java ingin membawa masuk suasana berbelanja di kota
Paris kedalam sebuah kawasan perbelanjaan. Dengan konsep seperti yang terjabarkan diatas
maka kualitas kedelapan elemen pembentuk kota tersebut harus diperhatikan dengan baik. Dalam
Studi ini, kami akan menggunakan metode analisa kualitatif untuk mengkaji empat dari delapan

elemen fisik pembentuk kota tersebut. Empat elemen tersebut adalah ruang terbuka, sirkulasi dan
parkir, jalur pedestrian dan pendukung aktifitas. Dari metode ini dihasilkan kualitas dari elemen
tersebut berdasarkan teori-teori maupun standar-standar yang ada, dan didapat kesimpulan
bahwa sebagian besar dari empat elemen tersebut di olah dengan sangat baik dan nyaman untuk
digunakan, tetapi beberapa diantaranya justru tidak memenuhi standar yang telah tertulis. Secara
keseluruhan Paris Van Java memiliki kualitas yang baik dalam skala perancangan arsitektur kota.
Kata kunci: Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Pedestrian.

ABSTRACT
A city has the physical elements that make up the city, so a city can be analyzed in term of quality
according to these elements. This city elements are pointed out by Hamid Shirvani in his book "
The Urban Design Process" in 1985, that the city has eight elements including land use, building
form and massing, circulation and parking, open space, pedestrian ways, signage, activity
support, and preservation. Bandung, the capital of West Java demanded to have a good quality in
these eight elements. For examples, area which pays attention to these elements is the commercial
area of Paris Van Java. Paris Van Java which really pay attention to the eight of the city forming
elements because the concept is open space, so the quality of that elements really needs to be
addresses. In addition, Paris Van Java wants to bring the atmosphere of shopping in the city of
Paris into a shopping area. With a concept like that span so the quality of those eight elements of
city forming should be considered properly. In this study, we will use the method of qualitative

analysis to four of eight physical elements forming the city. Four of these elements are an open
space, circulation and parking, pedestrian ways, and activity support. From this method will
produced the quality of that elements based on the theory or standa rd that exist, and conclude that
most of those element are though with very good and comfortable to use, but some elements are
not equal to the standard that have been written. But, as a whole Paris Van Java has a good
quality in scale of urban design.
Key words: Open Space, Circulation, Parking, Pedestrian.

1

I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan
ekonomi di daerah perkotaan membutuhkan sarana
dan infrastruktur yang memadai untuk mewadahi
kegiatan – kegiatan perekonomian. Perkembangan
ini juga turut mengubah pola hidup dan kebiasaan
masyarakatnya. Pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat, berakibat berkurangnya lahan
terbuka untuk publik karena lahan yang sudah ada
dioptimalkan untuk area pemukiman. Ruang

terbuka publik seperti taman kota dan alun - alun di
kota Bandung,
saat ini menjadi tempat
berkumpulnya masyarakat kelas tertentu. Hal ini
menyebabkan kelompok masyarakat yang lainnya
enggan untuk mengadakan kegiatan di tempat
tersebut. Adapun fungsi ruang publik menurut Jan
Gehl adalah tempat untuk bertemu, berdagang dan
lalu lintas. Dan ruang – ruang publik yang masih
ada saat ini di kota Bandung sebagian besar tidak
sesuai dengan fungsi tersebut.
Pergeseran pola hidup masyarakatnya juga
menyebabkan pergeseran pencitraan akan ruang
publik. Jika dulu masyarakat kota Bandung
berkumpul dan bersosialisasi di taman kota atau
alun – alun kota, saat ini kegiatan tersebut
dilakukan di coffee house (warung kopi kelas
menengah keatas) atau di rumah makan/restoran
dan kafe karena dirasa lebih aman dan nyaman jika
dibandingkan dengan berada di taman kota atau

alun - alun. Keadaan tersebut memberikan peluang
bisnis bagi para investor untuk mendirikan pusat –
pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas
berkumpul tersebut.
Peluang bisnis bagi investor untuk mewadahi
pergeseran pola hidup yang terjadi cenderung
menanamkan dana untuk membangun pusat
perbelanjaan.
Jika
dibandingkan
dengan
menginvestasikan dana untuk sebuah ruang terbuka
publik, membangun pusat perbelanjaan akan lebih
menguntungkan investor.
Elemen-Elemen Pembentuk Fisik Kota menurut
Hamid Shirvani terdiri dari land use, building form
and massing, circulation and parking, open space,
pedestrian ways, activity support, signage,
preservation. Sedangkan penelitian ini mengkaji
hanya ruang terbuka yang terdiri dari open space,

circulation and parking, pedestraian ways, dan
activity support saja.
Circulation and parking terjadi karena
pergerakan berbagai kendaraan yang ditimbulkan
oleh kegiatan fungsional kota, pergerakan
kendaraan tersebut membutuhkan prasarana fisik
yaitu jalan, sedangkan tempat pemberhentian
kendaraan membutuhkan ruang parkir. Elemen
perpakiran mempunyai dua pengaruh langsung
pada kualitas lingkungan: (1) kelangsungan hidup
aktivitas pusat komersial kota(dimana perpakiran
sangat esensial) dan (2) pengaruh besar dalam

visualisasi pada bentuk fisik dan struktur kota.
Ketentuan parkir yang memadai disertai efek-efek
visual sangat esensial pada keberhasilan “urban
design”.
Open Space atau Ruang terbuka kota adalah
ruang diantara bangunan yang mewadahi berbagai
aktivitas sosial, budaya, politik, ekonomi kota,

ruang terbuka kota memberi makna pada visual dan
kepribadian kota. Menurut sifatnya ruang terbuka
kota dapat dibagi menjadi hard space dan soft
space, menurut jenisnya terbagi menjadi park,
plaza, taman, jalur hijau dll.
Pedestrian Ways merupakan wadah kegiatan
fungsional kota yang disebabkan adanya
pergerakan manusia yang membutuhkan jalan
untuk sirkulasi, dan pergerakan manusia dalam
melakukan
berbagai
aktifitas
diantaranya:
shopping, menuju ke/pergi dari bangunan,dll. Ada
tiga hal pokok penting yang perlu diperhatikan
pada pedestrian yaitu: “functions dan needs,
psychological comfort dan physical comfort.
Activity Support: Kegiatan fungsional yang
bangkitan pergerakan manusianya sangat tinggi
perlu activity support, activity support dibutuhkan

manusia untuk penunjang aktivitas fungsionil di
kota seperti pada kawasan superblock yang bebas
kendaraan, fungsi activity support itu adalah untuk:
shopping, eating, watching, resting, going to and
from work.
2. METODOLOGI
Untuk mempelajari perubahan kawasan dipakai
pendekatan studi a.) tipologi morfologi, yaitu
metoda yang mengamati fisik kota yang mengalami
perubahan karena pembangunan jalan baru b) Kota
diamati dan dipandang dari sudut arsitektur yaitu
mempelajari fenomena perubahan artefak dan
ruang c) Dalam mengamati perubahan struktur
kawasan dapat digunakan pendekatan teori figure
ground, linkage, dan place.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah
dengan membaca fenomena yang terjadi di
beberapa kasus bagian-bagian kota, khususnya
pada transformasi kawasan-kawasan yang terdapat
pembangunan baru. Karena penelitian ini juga

merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk memberi penjelasan (explanatory), maka
cara yang diambil dalam penelitian ini melalui
penalaran induktif, yaitu memperoleh kesimpulankesimpulan umum dari sejumlah kasus tunggal.
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam
melaksanakan penelitian ini adalah dengan
grounded theory, yaitu jenis penelitian kualitatif
yang mempunyai sasaran secara induktif
menghasilkan sebuah teori dari hasil data-data yang
didapat. Pada model penelitian ini peneliti
membangun substantive theory yang berbeda dari
grand atau formal theory.

2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada faktanya kebutuhan akan ruang publik
hijau maupun non hijau tertulis pada UU sebagai
peraturan negara. Selain itu ruang publik yang
menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat

luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial,
ekonomi, etnik, tingkat pendidikan, perbedaan
umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang
berlainan Oleh karena itu jelas ruang publik pada
kota yang memenuhi kriteria elemen pembentuk
kota yang baik sangat di butuhkan, hanya saja para
investor tentu menginginkan keuntungan yang
cepat dan besar.
Permasalahan diatas menuntut masyarakat
khususnya investor, perancang, developer, dan
pembangun untuk mengeluarkan solusi yang baru.
Salah satu solusi tersebut adalah menggabungkan
fasilitas komersil dengan fasilitas publik, hal ini
dapat dilihat dari maraknya pembangunan mall di
kota Bandung yang mengedepankan konsep ruang
terbuka publik. Salah satunya adalah Paris Van
Java di Jl. Sukajadi No 137-139 Bandung.
Keberadaan kawasan mall Paris Van Java ini
memberikan peran sebagai ruang publik kota
Bandung, kawasan ini berada dalam satu kawasan

seluas 4700m2 yang terdiri dari tiga buah massa
bangunan dengan bangunan utamanya berkonsep
memasukan ruang luar ke dalam bangunan.
Perilaku masyarakat yang senang berkumpul
diwadahi dengan perancangan elemen-elemen
urban design yang baik dan tersedianya fasilitas –
fasilitas pendukung untuk sebuah ruang publik
yang menarik dan layak digunakan.
Permasalahan ini kami anggap pantas untuk di
angkat dari sudut pandang urban design tentang
olahan ruang terbuka publik., yang meliputi desain
ruang terbuka, alur sirkulasi dan parkir, pedestrian,
dan aktivitas pendukung. Salah satu bangunan di
kota Bandung yang menyikapi masalah ini adalah
Paris Van Java, sehingga kawasan tersebut kami
jadikan objek studi.

Kawasan komersil Paris Van Java terletak di
jalan Sukajadi, yang terletak di kawasan Bandung
Barat. Kecamatan Sukajadi terdiri dari 5 kelurahan

(Pasteur, Cipedes, Sukabungah, Sukagalih, dan
Sukawarna), yang terletak di jalur barat dari pintu
Tol Pasteur. Oleh karena itu Sukajadi dapat
dikatakan sebagai kawasan strategis yang memiliki
fasilitas yang memadai karena dekat dengan pintu
masuk kota Bandung dan tidak memiliki jarak
terlalu jauh dari pusat kota (alun-alun).
Dengan potensi yang ada maka pemerintah kota
Kota Bandung memiliki visi untuk kawasan
Sukajadi, yaitu " Memantapkan kecamatan
Sukajadi menjadi fasilitator dan motivator terdepan
dalam pembangunan di kota Bandung." Hal ini di
visulalisasikan dengan banyaknya home industri
dan perdagangan yang terdapat di kecamatan
Sukajadi. Sehingga lokasi berdirinya kawasan
komersil Paris Van Java sangat tepat dibangun di
jalan utama Sukajadi, sehingga aktivitas
komersilnya dapat berjalan dengan baik.
Perkembangan yang terjadi di kecamatan
Sukajadi, khusunya pada jalan Sukajadi terbilang
cukup pesat. Tetapi dengan laju perkembangan
yang pesat ini tidak diiringi dengan perhatian
pemerintah yang konsisten pada kawasan ini,
terutama
tentang
peraturan-peraturan
yang
membatasi area perdagangan. Hal seperti ini
memberikan peluang kepada para pedagang untuk
berdagang dimana saja, sehingga trotoar yang
seharusnya menjadi fasilitas pejalan kakipun
menjadi tempat berdagang.
Dengan dibukanya kawasan komersil Paris Van
Java pada bulan Juli tahun 2006, respon penduduk
kota Bandung menjadi meningkat untuk melakukan
aktivitas di jalan Sukajadi sehingga kemacetanpun
sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Kawasan Paris
Van Java mencoba beberapa alternatif untuk
mengurangi efek kemacetan ini hanya saja tidak
terlalu banyak pengaruhnya sehingga dilakukan
kerja sama dengan pihak kepolisian sekitar agar
lalu lintas dapat berjalan dengan lancar.
Pada bangunan utama di kawasan mall ini
terdapat berbagai fasilitas yang disediakan,
diantaranya fasilitas komersial seperti retail – retail
tenant, fasilitas publik berupa ruang komunal, dan
fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas servis.
Konsep utama dari pengolahan kawasan mall
ini mengadopsi bentuk – bentuk bangunan kolonial
Belanda sebagai guidance dalam fasad retail. Hal
ini merupakan sebuah alternatif lain dari
kebanyakan mall yang umumnya modern dan
stylish. Dari pengolahan sirkulasinya keseluruhan
kawasan mall ini dirancang secara terbuka, dengan
menerapkan sistem sirkulasi double loaded
corridor dan hampir tanpa atap pada bagian lantai
dasar. Kesan terbuka juga dapat terlihat pada
bagian depan bangunan. Posisi bangunan yang
ditarik mundur sejauh 80 meter dari jalan utama

3

menghasilkan ruang terbuka dan area parkir yang
luas.

Suasana Paris Van Java yang sangat khas dapat
dirasakan ketika malam hari karena arus lalu lintas
yang sudah tidak terlalu mengakibatkan kebisingan
ditambah dengan cahaya lampu yang sangat
mendukung orang-orang untuk bersantai melepas
lelah di retail-retail makanan maupun berkeliling
untuk berbelanja.
Hal-hal yang memberikan suasana yang sangat
nyaman inilah yang menjadikan Paris Van Java
bukan hanya sebagai pusat belanja tapi juga daya
tarik wisata kota Bandung. selain itu Paris Van
Java juga biasanya menjadi tempat tujuan untuk
mengadakan pentas musik atau pentas-pentas yang
lainnya. Sehingga Paris Van Java akan terlihat
hidup sepanjang hari.
Berdasarkan data – data fisik kawasan Paris
Van Java mengenai elemen – elemen pembentuk
fisik kota yang dijabarkan sebelumnya, maka
selanjutnya dapat dilakukan analisa dengan
membandingkan penataan elemen – elemen fisik
kota yang terdapat di kawasan Paris Van Java
dengan standar – standar yang telah dikeluarkan
oleh beberapa orang ahli. Beberapa aspek yang
menjadi permasalahan pada kawasan Paris Van
Java sebagai pusat komersil dan tempat berkumpul
masyarakat Bandung adalah yang berkaitan dengan
kualitas perancangan arsitektur kota.
3.1 Ruang Terbuka
Dalam kawasan Paris Van Java ini, ruang
terbuka yang ada dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu ruang terbuka dalam bangunan dan ruang
terbuka luar bangunan.
Ruang terbuka yang terjadi di dalam site adalah
pemanfaatan lahan yang digunakan sebagai area
pameran produk. Ruang tersebut berada diantara
retail tenant yang cukup luas. Selain sebagai area
pameran produk di area tersebut juga sering
diadakan acara lainnya. Perletakkan area terbuka
diantara retail – retail juga dimaksudkan sebagai
ruang transisi dari area sirkulasi yang berupa
pedestrian yang merupakan zona semi publik
menuju retail – retail tenant yang merupakan zona
semi privat.

Pada kawasan Paris Van Java ini banyak
terdapat area ruang terbuka diluar bangunan.
Dengan konsepnya yang berupa open mall, Paris
Van Java menyediakan 50 % lahannya atau sekitar
2000 m2 sebagai ruang terbuka. Ruang terbuka ini
terjadi akibat perletakan massa bangunan pada
kawasan sehingga membentuk suatu penghubung
antar massa bangunan pada kawasan Paris Van
Java ini. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai
penghubung massa bangunan ini juga sebagian
dimanfaatkan pula sebagai tempat retail – retail
tenant.
Sebagai pusat dari linkage ini terdapat sebuah
plaza yang juga merupakan titik pusat dari
bangunan dan kawasan Paris Van Java tersebut.
Plaza dengan nama La Puerta Valarta tersebut
memiliki diameter 24 meter. Plaza ini berada tepat
didepan pintu masuk utama yang berada di bagian
tengah massa bangunan Paris Van Java.

Plaza ini berfungsi sebagai pengarah orientasi
kearah dua massa pada sisi-sisi Paris Van Java.
Pola lantai plaza ini didesain berbeda dari pola
lantai yang lainnya, meski dengan material yang
sama agar terjadi satu keselarasan. Bentuk pola
lantai yang menyerupai bunga ini di desain agar
pengguna merasakan suatu titik puncak saat
berjalan-jalan di daerah ruang terbuka ini.
Plaza La Puerta Valarta ini tidak memiliki
street furniture yang bersifat permanen, seperti
lampu jalan, kursi, atu tempat sampah dikarenakan
fungsi plaza ini yang memang didesain agar dapat
di dekorasi ulang sesuai kebutuhan. Jika pada harihari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, Tahun
Baru, bahkan Halloween maka plaza ini akan

4

didekor ulang sehingga memiliki suasana yang
tepat seperti hari besar yang sedang berlangsung.
Hal seperti ini sangat baik dilakukan dan
memenuhi salah satu aspek kenyaman yang
berhubungan dengan estetika.

Selain plaza, Paris Van Java memiliki satu
daerah untuk duduk santai dan mengadakan acaraacara santai yang biasa disebut kolam. Daerah ini
sebenarnya memang direncanakan untuk kolam
ikan besar pada daerah main entrance sebagai
fungsi estetika. Hanya seiring dengan berjalannya
waktu, ternyata fungsi daerah ini sebagai kolam
ikan tidak maksimal, dengan banyak pertimbangan
akhirnya kolam ikan tersebut tidak di fungsikan
lagi dan fungsinya berubah menjadi daerah untuk
bersantai dan bersosialisasi. Memang hal seperti ini
bukan contoh yang baik dalam perencanaan,
perubahan fungsi seperti ini seharusnya tidak
terjadi jika desain dipikirkan dengan matang sejak
awal.

lokasi rung terbuka soft space ini tidak berada pada
lokasi yang strategis. Ruang terbuka ini terletak
pada daerah parkir rooftop sehingga yang melihat
taman ini hanya pengunjung yang parkir di roof top
atau pengunjung yang memang sudah tahu atas
adanya taman ini.
Perletakan taman yang kurang strategis ini
berdasarkan atas kebutuhan fungsi komersil, jadi
taman ini tidak di ekspos karena memang untuk
disewakan sebagai tempat untuk mengadakan
garden party. Sehingga tidak dipersalahkan sebagai
desain yang salah dikarenakan fungsi itu sendiri.

3.2 Sirkulasi dan Parkir
Paris Van Java menghadap ke arah jalan
Sukajadi, sehingga pintu masuk utama kawasan
tersebut ada pada jalan Sukajadi. Menurut Ching
(1996) terdapat 3 jenis pencapaian yaitu langsung,
tersamar, dan berputar. Pada kasus ini Paris Van
Java menggunakan sistem pencapaian langsung,
yang terdapat di Jl. Sukajadi dan Jl. Karang
Tinggal.
Selanjutnya, pengendara akan menggunakan
jalur sirkulasi kendaraan untuk mencari lahan
parkir. Sistem layout parkir yang digunakan adalah
sitem Grid. Secara garis besar sistem ini dapat
berfungsi dengan baik, hanya saja terlihat monoton
tetapi mudah diikuti.
Dari standar yang ada tersebut, area parkir luar
kawasan Paris Van Java sudah memenuhi standar
kelayakan dengan menempatkan vegetasi diantara
pembatas lahan parkir. Selain untuk melindungi
mobil dari sinar matahari, penempatan vegetasi ini
juga dapat menjadi area resapan air diantara
perkerasan lahan parkir.

Terdapat pula ruang terbuka soft space pada
rooftop yang berupa taman dengan vegetasi. Taman
ini tertata cukup rapi dengan penanaman vegetasi
yang cukup baik, hanya sangat disayangkan sekali

5

ditandai dengan signage tanpa pengolahan entrance
secara arsitektural.
Pada lahan parkir sepeda motor standar dimensi
parkir motor sudah memenuhi syarat. dengan
panjang 2.25 m dan lebar 1 m sepeda motor dapat
parkir dengan nyaman. Lebar jalur sikulasi gedung
parkir sepeda motor ini sudah cukup baik, hanya
perletakkan ramp yang kurang baik menjadikan
pengendara sepeda motor harus berputar 180° saat
akan menuruni ramp. Sirkulasi seperti ini sangat
menyulitkan
pengendara
sehingga
akan
menggunakan bagian ramp untuk arus yang
berlawanan.

Selain mobil kendaraan lainnya adalah sepeda
motor, sepeda motor ini sendiri memiliki lahan
parkir pada sebuah gedung parkir motor yang
terletak di Jl.Sukajadi. Pada daerah ini penanda
pintu masuk tidak cukup jelas sehingga terkadang
sulit untuk menemukan pintu masuk ke gedung
parkir sepeda motor ini. pintu masuk hanya

Pada tahun 2010 ini masyarakat mulai
merasakan banyaknya kemacetan di kota Bandung,
sehingga sebagian kecil masyarakat mulai
menggunakan sepeda. Hal ini luput dari prediksi
kebanyakan kawasan komersil di kota Bandung
termasuk Paris Van Java. tidak terencananya lahan

6

parkir sepeda pada site menjadikan Paris Van Java
membuat sebuah alat untuk memarkirkan sepeda
yang dapat dipindah-pindah. Tempat untuk
memarkirkan sepeda ini terletak tepat di depan
pintu masuk utama sehingga kurang enak dilihat
dan juga tidak aman. Hal seperti ini harus
diperhatikan dalam mendesain, karena juga akan
berpengaruh kepada kenyamanan pengunjung.

3.3 Jalur Pedestrian
Tidak hanya kendaraan, manusia sebagai
pengguna bangunan ini perlu difasilitasi dengan
baik, terutama pada saat di dalam bangunan.
Beberapa kriteria sirkulasi pejalan kaki yang baik
antara lain adalah: (a) mempertimbangkan
aksesibilitas pengguna, (b) sedapat mungkin
menghindari crossing antara sirkulasi manusia dan
kendaraan, (c) penyediaan fasilitas pendukung pada
jalur sirkulasi dan (d) dapat memberikan
kenyamannan bagi pengguna baik dari segi
material maupun kondisi jalur sirkulasi itu sendiri.
Secara keseluruhan pola pergerakan manusia
yang ada pada massa kawasan Paris Van Java ini
bersifat linier. Pola ini kemudian akan menyebar
kepada bangunan pendukung, gedung parkir dan
jalur sirkulasi luar bangunan yang bersifat ruang
terbuka. Pada setiap lantai dan ruang terbuka
terdapat jalur pejalan kaki yang menghubungakan
antar sayap bangunan. Dengan demikian pola
pergerakan pedetrian sesuai dengan pola massa
bangunan Paris Van Java yang bersifat linier.

Jalur-jalur pedestrian yang ada pada tiap-tiap
jalan akan saling berhubungan satu sama lain,
sehingga akses ke setiap sudut kota akan mudah
didapat dan dirasakan oleh para penggunanya
(pejalan kaki). Oleh karena itu jalur pejalan kaki
merupakan sebuah elemen dasar yang sangat
penting bagi pembentuk kualitas fisik pada sebuah
kawasan kota, oleh karena itu jalur pejalan kaki
harus direncanakan secara matang agar nyaman
digunakan oleh manusia.

Dimensi lebar dari pedestrian yang ideal
menurut neufert adalah sekitar 1.50 m. Dengan
lebar sebesar itu jalur pedestrian tersebut dapat
digunakan untuk 2 orang sekaligus.
Pada Paris Van Java secara keseluruhan dapat
dirasakan memiliki pedestrian yang baik,
pedestrian yang terdapat pada Paris Van Java dapat
memberikan kenyaman yang sangat baik bagi
penggunanya. Dengan konsep ruang terbuka yang
diterapkan pada kawasan komersil maka rencana
pedestrian menjadi kelompok prioritas utama yang
harus direncanakan pada kawasan ini.

Pada pedestrian di bagian depan kawasan ini
jalur pedestrian dirancang kurang baik. Area
vegetasi yang seharusnya menjadi pembatas antara
pedestrian dan jalur kendaraan justru di letakan
dibagian dalam pedestrian. Juga dimensi lebar
pedestrian yang terlalu sempit menyebabkan
banyak pejalan kaki yang justru berjalan di jalur
untuk kendaraan. Hal ini dapat membahayakan
pengguna pedestrian dan mengurangi kenyamanan
pengguna kendaraan.

Jalur pedestrian juga terdapat pada area dekat
Plaza La Puerta Valarta . Pada pedestrian yang
berada di dekat plaza, dimensi pedestrian yang
digunakan lebih lebar sehingga lebih nyaman di

7

gunakan. Pedestrian tersebut memiliki lebar yang
berbeda, ± 2.50 m dan 4.00 m. Dengan dimensi
pedestrian yang cukup lebar tersebut membuat
pengguna pedestrian tersebut dapat berjalan secara
berkelompok sekaligus. Karena pedestrian di area
plaza ini tidak bersebelahan dengan jalur kendaraan
maka tidak diperlukan adanya vegetasi pembatas.
Pedestrian tersebut juga sekaligus sebagai teras
bagi retail – retail yang terdapat di sepanjang jalur
sirkulasi. Juga berfungsi sebagai ruang transisi dari
zona semi publik menuju area retail yang
merupakan area semi privat.

3.4 Pendukung Aktifitas
Kawasan Paris Van Java sebagai pusat komersil
yang fasilitas utamanya merupakan retail-retail
kebutuhan hidup baik yang primer maupun
sekunder, juga memiliki fasilitas fasilitas
pendukung lainnya. Fasilitas pendukung kegiatan
ini berfungsi sebagai penunjang aktifitas berbelanja
pada kawasan Paris Van Java, sehingga ada
kegiatan lain yang dapat dilakukan selagi
berbelanja.
Pendukung aktifitas menjadi sangat penting
sebagai elemen pelengkap kebutuhan, agar dapat
mengefisienkan waktu. Misalkan ketika berbelanja
pada waktu makan siang, pengunjung dapat makan
pada kawasan yang sama. Baiknya kualitas
pendukung aktifitas dapat menambah nilai jual
sebuah kawasan komersial seperti Paris Van Java.
Pendukung aktifitas yang mayoritas ada di Paris
Van Java adalah retail-retail makan yang terletak
sepanjang koridor bagian depan kawasan Paris Van
Java. retail – retail tersebut juga menyediakan area
makan berupa dek di setiap halaman depan retail.
Selain itu pada parkiran mobil terdapat servis untuk
poles mobil, sehingga ketika berbelanja mobil
dapat dibersihkan ketika ditinggal. Hanya saja
fasilitas ini tidak didukung oleh tempat yang baik,
sehingga dirasa tidak nyaman untuk meninggalkan
mobil di tempat ini.
Pada saat berbelanja seringkali pengunjung
datang bersama keluarga, hanya saja rata-rata anak
dibawah umur lebih senang bermain daripada ikut
melihat-lihat atau berbelanja. Paris Van Java
menyediakan fasilitas untuk bermain anak dibawah
lima tahun maupun anak-anak diatas lima tahun.
Pada retail untuk bermain balita pengunjung dapat
menitipkan anaknya pada retail tersebut.

Pendukung aktifitas lainnya adalah ice skating,
yang mulai menjadi daya tarik baru atas kawasan
Paris Van Java. Desain atas ice skating ini sangat
memadai dan cocok sekali di perjual belikan di
kawasan Paris Van Java.
Secara keseluruhan activity support pada
kawasan Paris Van Java terbilang lengkap dan
sangat menunjang kegiatan berbelanja, salain itu
juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung
dari kota Bandung maupun dari luar kota Bandung.
Hanya sangat perlu diperhatikan tentang kualitas
desain dan tempat dimana pendukung aktifitas itu
berada.

4. KESIMPULAN
4.1 Ruang terbuka
Pengolahan ruang terbuka di Paris Van Java
sudah cukup baik, dan dimensi yang digunakan
mayoritas memenuhi teori yang telah dikemukakan
oleh para ahli. Ruang terbuka pada kawasan Paris
Van Java memilikii klasifikasi hard space dengan
pola lantai yang cukup menarik, selain itu
penggunaan skylight sangat mendukung suasana
terbuka dan sangat baik untuk sirkulasi udara.
Skylight pada kawasan Paris Van Java juga
memiliki ketinggian yang baik sehingga ruang
terasa benar-benar terbuka.
Hanya saja sebagai fasilitas publik untuk
sebuah kota dirasa masih kurang dapat
memfasilitasi mayoritas penduduk kota Bandung
dari semua kelas. karena memang Paris Van Java
merupakan kawasan komersil sehingga sangat
sedikit fasilitas ruang terbuka yang dapat
digunakan secara cuma-cuma seperti Street
Furniture yang berupa bangku untuk bersantai.
4.2 Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi eksternal menuju Paris Van Java
sudah di desain dengan baik, memang tidak banyak
yang bisa dilakukan untuk menghindari kemacetan
yang terjadi pada koridor jalan Sukajadi ini
dikarenakan infra struktur yang kurang memadai,
dan kurang tegasnya peraturan. Dengan dua buah
pintu masuk Paris Van Java menghindari crossing
kendaraan yang datang dari arah jalan Pasteur
maupun menuju jalan Pasteur. Selain itu pihak
Paris Van Java selalu melakukan koordinasi dengan
kepolisian setempat saat ada acara tertentu
sehingga dapat meminimalisir kemacetan.
Secara keseluruhan jika dirasakan parkir mobil
cukup secara kuantitas dan secara kualitas cukup

8

nyaman, dengan sirkulasi yang terarah dengan baik
dan penggunaan vegetasi yang baik pula. Dimensi
parkir mobil memang memiliki kekurangan dari
ukuran menurut standar tetapi masih nyaman
digunakan dengan kendaraan di Indonesia.
Sirkulasi sepeda motor yang memiliki gedung
tersendiri dirasa tidak nyaman karena kurang
baiknya perletakan ramp, sehingga menyulitkan
pengendara sepeda motor. Dimensi parkir sepeda
motor dan layout parkir sepeda motor terencana
dengan sangat baik dan sesuai dengan standar.
Parkir sepeda seperti telah dijelaskan pada bab
sebelumnya terlihat kurang terencana, sehingga
faktor keamanan dan kenyaman pengguna sepeda
akan terganggu.
Penggunaan pedestrian pada kawasan Paris Van
Java menjadi sangat vital mengingat konsep mall
merupakan mall dengan ruang terbuka, sehingga
pejalan kaki harus difasilitasi dengan pedestrian
yang baik agar mendapat suasana nyaman yang
maksimal.
4.3 Pedestrian
Pedestrian diluar Paris Van Java kurang
terawat, sehingga banyak pecahan-pecahan yang
mengganggu. Selain itu dimensi pedestrian luar
kurang lebar untuk mendukung fasilitas
perbelanjaan karena hanya dapat digunakan oleh 2
orang, sedangkan kebanyakan orang datang dengan
berkelompok.
Berbeda dengan pedestrian bagian luar, pada
bagian dalam kawasan Paris Van Java memiliki
desain pedestrian yang sangat baik. Pola material
yang digunakan sangat mendukung suasana dan
mencapai konsep yang ingin mencoba membawa
suasana kota Paris ke dalam sebuah mall di tengah
kota. Dimensi yang digunakan cukup nyaman
digunakan pada pusat perbelanjaan.

4.4 Pendukung aktifitas
Pendukung aktifitas pada Paris Van Java mall
sangat baik, dengan adanya retail-retail makanan
outdoor , bioskop, dan ruang duduk terbuka sangat
mendukung aktifitas berbelanja pada Paris Van

Java. Retail-retail makan didesain seperti koridor
pedestrian pada kota Paris yang sangat nyaman
untuk digunakan.
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik
dalam Arsitektur Kota. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
2. D.K. Ching, Francis. 1996. Arsitektur
Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi 2).
Jakarta: Erlangga.
3. Nasution, Achmad Delianur. 2003.
Perkembangan Kebutuhan Masyarakat
Pada Ruang Terbuka Publik Di Pusat
Kota . Copyright Digitilized by USU
Digital Library.
4. Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997.
Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33 .
Jakarta:
Erlangga
5. M. 1987. A Guide to Site and
Environmental Planning . Texas: John
Wiley and Sons, Inc.
6. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Process. New York.
7. Spreiregen, Paul. 1986. Urban Design :
The Architecture of Town and Cities.
USA: Mc. Graw-Hill Book Company.
8. Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space.
Canada:
Van
Nostrand
Reinhold
Company.
9. Hakim,
Rustan
.1987.
Komponen
Perancangan
Arsitektur
Lansekap.
Jakarta: Bumi Aksara.
 http://www.bandung.go.id/c/9/?fa=sekilas.detail
&id=10 ; Diakses tanggal 10 November 2010
 http://www.bandung.go.id/c/9/?fa=sekilas.detail
&id=13 ; Diakses tanggal 10 November 2010
 http://bataviase.co.id/detailberita10484417.html ; Diakses tanggal 10 November
2010
 http://en.wikipedia.org/wiki/Public_space
;
Diakses tanggal 10 November 2010
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_bandung
;
Diakses tanggal 10 November 2010
 http://id.wikipedia.org/wiki/Paris_Van_Java_M
all ; Diakses tanggal 10 November 2010
 http://masanung.staff.uns.ac.id ; diakses tanggal
15 November 2010
 http://miphz.wordpress.com/2010/05/03/ruangpublik; diakses tanggal 15 November 2010
RIWAYAT PENULIS
Dr. Ir. Dewi Parliana, MSP. adalah dosen Kopertis
Wilayah IV yang dipekerjakan pada Jurusan
Teknik Arsitektur Itenas Bandung sejak tahun 1990
no. HP 0818432196

9