Artikel penyakit pada tanaman cabe dan t

ARTIKEL PENYAKIT PADA TANAMAN CABE
DAN TOMAT
Bercak Daun pada Tanaman Cabai
Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Seperti namanya ciri
terserangya jamur ini munculnya bercak pada daun berwarna abu-abu. Jika kondisi sangat
lembab atau pada musim hujan serangan bercak daun akan meningkat.
Sifat yang khas bagi Ascomycota adalah pembentukan askospora sebagai hasil dari
plasmogami, kariogami, dan meosis, karena itu askopora bersifat haploid. Askospora dibentuk
dalam satu kantong yang disebut askus, sedangkan askus dibentuk di dalam badan buah yang
disebut askokarp, yang bentuknya bermacam-macam
(Triharso, 2004)
Hifa pada umumya bersepta dan terdiri dari sel
berinti tunggal. Terdapat haustoria di dalam bentuk
penyakit tepung atau jamur jelaga. Beberapa sel hifa
dipisahkan dengan umur dan membentuk konidia atau
dindinya menjadi tebal dan membentuk klamidospora.
Dalam beberapa Ascomycetes miselia mengalami
agregasi ke dalam massa yang kompak dan disebut
sklerotia atau stomata. Dalam tingakt ini jamur mampu bertahan dalam waktu lama dengan
kondisi yang tidak cocok. Dalam beberapa spesies
obligat hifa mempertahankan diri dalam ranting atau

gambar 1. Cercospora caosici
kuncup dan miseliumnya adalah perennial (Djafaruddin, 2008).
Mayoritas Ascomycetes mempunyai satu atau lebih tingat aksesual atau konidial. Konidia
dalam tingkat aseksual adalah sangat bervariasi, tergantung pada spesies. Mereka terdiri dari
satu, dua, atau banyak sel dan terjadi bebas pada ujung konidifor atau dalam badan buah, yang
menurut strukturnya disebut acervuli, pycnidia atau sporodochia. Dalam beberapa hal konidia
mampu bertahan dari tahun ke tahun dalam badan buah ini (Triharso, 2004).
Karakteristik aski berkembang sendirian atau dalam kelompok dalam lapiasan seperti
palisade pada permukaaan jaringan yang terkena, seperti pada daun menggulung atau mereka
berkelompok dalam badan buah tertentu atau askokarp yang dikenal sebagai perithecia (sphere
fungi atau pyrenomycetes), apothecia (Fungi cakram atau mangkuk, Discomycetes)
(Djafaruddin, 2008).

Tanda-tanda serangan penyakit ini biasanya tampak
pada daun. Daun biasanya akan dipenuhi bercakbercak berwarna kepucatan yang awalnya berukuran
kecil akhirnya secara perlahan membesar. Pada
bagian pinggiran daun terdapat bercak berwarna lebih
tua (sering berwarna kecoklatan) dari berwarna coklat
di bagian tengahnya. Selain itu, sering terjadi
sobekan di pusat tersebut. Biasanya jika sudah

gambar 2. Gejala bercak daun pada cabe
begini, daun akan langsung gugur walaupun
adakalanya daun tidak langsung gugur, tetapi berubah warna menjadi kekuningan dahulu
sebelum akhirnya gugur (Setiadi, 2004).
Penyakit bercak pada daun cabai (Capsicum annum) sangat mudah kelihatan dengan
mata telanjang, karena Cercospora capsici hanya menyerang bagian daun cabai saja (menyerang
tanaman inangnya) tidak menyerang pada bagian batang maupun akar. Bercak yang dibuatnya
bisa sampai berlubang, dengan ukuran berlubang bisa mencapai 0,5 cm (Matnawy,1989).
Cendawan Cercorpora capsici menyerang tanaman inangnya pada bagian daun cabai
saja. Cendawan ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman cabai (menggangu metabolisme tubuh tanaman cabai). Apabila curah
hujan yang sangat tinggi atau tingkat kelembapan pada suatu areal pertanaman cabai dan pola
jarak tanam tanaman cabai akan mempercepat proses perkembangbiakan cendawan tersebut
(Setiadi, 2004).
Pengendalian dengan menanam jenis-jenis yang tahan (resistant variety) merupakan cara yang
aman karena memiliki selektifitas yang tinggi. Ada 3 macam ketahanan tanaman terhadap
penyakit, yaitu ketahanan mekanis, ketahanan fungisional, dan ketahanan fisiologi. Ketiganya ini
telah di uji secara selektifitas melalui seleksi alam (Djafaruddin, 2008).
Pengendalian dengan cara kultur teknis yaitu dengan cara mulai dari pemilihan lahan
untuk tempat menanamnya, memilih bibi yang baik, mengerjalan tanah yang ditanamani dengan

baik, memilihara areal pertanaman tanaman cabai dengan baik hingga sampai memanennya
(Triharso, 2004)
Pengendalian yang sering digunakan para petani adalah dengan menggunakan fungisida.
Bermacam-macam fungisida dapat di pakai dalam pengendalian ini, antara lain Baycor 300 EC
(dosis 1 cc/l air), Velimex 80 WP (dosis 2-2,5 g/l air), Dithane M-45 (dosis 180-240 g/100 l air)
dan benomyl (dosis sesuai label) (Setiadi, 2004).

Patek / antraknosa pada tanaman cabai

Penyakit patek disebabkan oleh cendawan
Colletotrichum
capsici
dan
Colletotrichum gloeosporioides.
Jika
menyerang
ketika masih pembibitan akan menyebabkan
kecambah layu jika pada tanaman dewasa
menyebabkan mati pucuk, busuk kering pada batang
dan daun sedangkan efek pada buah cabai akan

membusuk seperti terbakar. Jamur Colletotrichum
capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur
tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit
obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup
pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang
sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).
Jamur
Colletotrichum capsici mula-mula membentuk
gambar 3. Colletotrichum capsici
bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi
busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok
seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan
mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.
Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, Penyakit
patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai. Serangan
patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani tanam cabai
untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan
kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang
penyakit patek atau antraknosa yang disebabkan oleh infeksi cendawan
Colletrotichum sp. menunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang

kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak
terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan.
Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat infeksi
cendawan Gloesperium sp. menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik
berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar
dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk
lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada
buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan
dieback atau mati ujung.Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan
tanaman yang terserang kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008).Penyakit ini
bisa terbawa dari benih atau biji cabe. dan penyemprotan fungisida.

Penyakit Busuk pada Tanaman Cabai

Penyakit busuk Phytophthora pada tanaman cabai sebenarnya memiliki
posisi yang setara dengan penyakit layu Fusarium, layu bakteri, ataupun
antraknosa. Hanya saja, lantaran sering luput dari perhatian, akhirnya
keberadaannya sering tidak terkontrol,
hingga menimbulkan dampak yang fatal
bagi para petani sendiri. Phytophthora

capsici telah dikenal sebagai salah satu
cendawan atau jamur patogen yang
mampu menimbulkan kerusakan parah
pada hampir semua bagian tanaman
cabai. Lantaran itu pula, cendawan ini
sering disebut sebagai plant destroyer of
capsicums atau perusak tanaman cabaicabaian.Meskipun dikenal sebagai perusak
gambar 4. Gejala penyakit busuk
utama tanaman cabai, Phytophthora
Phytopthora
capsici juga memiliki beragam tanaman
inang lainnya, terutama dari keluarga
Solanaceae (misalnya: tomat dan terong)
dan Cucurbitaceae (misalnya: mentimun,
semangka, dan melon). Bagian tanaman
yang diserangnya pun juga beragam, mulai
dari akar, batang, hingga buah cabai. Alhasil,
dampak kerusakannya juga bisa lebih fatal
jika tidak segera diantisipasi sejak dini. Di
saat masih berupa bibit, tanaman cabai yang

terserang penyakit ini bisa langsung mati.
Sementara
pada
tanaman
dewasa
gambar 5. Phytopthora capsici
dampaknya seluruh bagian tanaman itu akan
layu, busuk, dan mati. Menurut Dr. Ir. Andi Khaeruni, MSi., Koordinator
Laboratorium Proteksi Tanaman Departemen Bioteknologi PT. BISI
International, Tbk., keberadaan penyakit busuk Phytophthora pada tanaman
cabai itu justru sering terabaikan oleh para petani. Akibatnya, begitu ada
serangan, tidak sedikit petani yang akhirnya tidak siap untuk melakukan
upaya pengendalian lantaran kurangnya pengetahuan tentang penyakit
tersebut. “Selama ini perhatian petani cabai kita lebih banyak kepada
penyakit layu Fusarium, layu bakteri, dan antraknosa. Sementara untuk
penyakit karena Phytophthora capsici ini kurang mendapat perhatian dan
antisipasi,” ujar Heru, sapaan akrab Andi Khaeruni, melalui e-mail yang
diterima Abdi Tani. Sementara menurut General Manager Product

Development Pesticide PT. Tanindo Intertraco Mudjahiddin, ketidaksiapan

petani dalam mengantisipasi dan menghadapi serangan penyakit busuk
Pyhtophthora capsici itu turut memperparah kondisi. Pasalnya, gejala awal
serangan yang semestinya bisa diatasi sejak dini tidak bisa dilakukan,
sehingga intensitas serangannya terus meningkat. “Selama ini yang
diantisipasi para petani adalah Phytophthora yang menyerang pada tomat
dan kentang. Kesannya petani cabai ini menjadi tidak siap. Begitu
menyadari, intensitas serangannya sudah parah, hingga gagal panen,
kalaupun bisa panen hasilnya tidak bisa optimal. Istilahnya, (Phytophthora
capsici) dulu bukan momok, sekarang menjadi momoknya para petani
cabai,” ujar Mudjahiddin. Selain itu, kondisi iklim yang selalu basah akibat
hujan yang terus menerus diakui Heru juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit tersebut. “Di samping itu penanaman cabai yang
rentan Phytophthora di daerah-daerah tertentu juga semakin intensif,
sehingga ketersediaan inang bagi patogen ini pun juga semakin banyak,”
terang dosen di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari
itu.Cendawan Phytophthora capsici sendiri memang menghendaki kondisi
lingkungan yang basah dan hangat untuk berkembang biak. Suhu idealnya
sekitar 80 0F atau sekitar 26 0C. Dengan kondisi seperti itu, spora jamur
yang terbentuk akan berkembang lebih cepat, yang berarti pula penularan
penyakit ini juga akan lebih cepat.Selain karena kondisi lingkungan yang

hangat dan basah, patogen Phytophthora capsici juga mudah menyebar
melalui angin, air hujan atau air yang mengalir di atas permukaan tanah.
Kondisi tanah yang basah juga menjadi pemicu perkembangan patogen
tersebut. Pasalnya, patogen ini mampu bertahan di dalam tanah dan
menginfeksi akar atau biji yang tumbuh di dalam tanah.Penyebaran patogen
ini juga bisa melalui peralatan yang digunakan selama bercocok tanam.
Selain itu, pemindahan tanah dari satu lahan ke lahan yang lain juga bisa
menjadi
perantara
pindahnya
patogen
Phytophthora
capsici.
Meskipun habitat utamanya ada di dalam tanah, cendawan Phytophthora
capsici sendiri bisa menginfeksi hampir seluruh bagian tanaman cabai, mulai
dari akar, batang, daun, hingga buah. Dampak serangannya pun bisa sangat
hebat, petani cabai bisa mengalami kehilangan hasil hingga 100% jika
serangan patogen ini tidak terkendali. Tanaman cabai yang terserang
penyakit ini umumnya menunjukkan gejala layu yang berlangsung cepat
sebagai akibat dari busuknya akar dan atau titik tumbuh tanaman. Jika

diamati, akar tanaman cabai yang terserang itu akan tampak kecokelatan
dan lembek. Menurut Mudjahiddin, bagian daun yang terserang akan
menunjukkan gejala berupa munculnya bercak berwarna cokelat. Bercak itu
akan meluas hingga terlihat seperti tersiram air panas. Daun itu sendiri pada
akhirnya akan busuk dan rontok yang dimulai dari bagian daun paling
bawah. Serangan busuk tersebut akan terus menjalar ke bagian bawah
tanaman dan menyerang kuncup bunga yang ada, hingga seluruh bagian
atas tanaman cabai layu terkulai. Pada bagian batang, serangan patogen ini
akan membuat batang tanaman membusuk, kering, dan kulitnya mudah

terkelupas. Jika sudah seperti ini, tanaman akan lebih cepat mati. Sementara
pada buah cabai, serangan cendawan Phytophthora capsici akan
memunculkan bercak coklat kebasah-basahan yang cepat meluas hingga
menyebabkan buah itu terlepas dari tangkainya atau rontok. Pada bagian
yang terinfeksi tersebut juga tampak adanya hifa yang berwarna putih
keabu-abuan dan bentuknya seperti kapas atau benang-benang halus
Mengingat Phytophthora capsici relatif mudah tersebar melalui jaringan
tanaman yang telah terinfeksi dan juga tanah yang terkontaminasi, oleh
karena itu diperlukan upaya antisipasi dan pengendalian sejak dini. Menurut
Andi Khaeruni, upaya preventif bisa dilakukan dengan sanitasi lingkungan

tanam atau membersihkan lahan dari segala macam kontaminan, seperti
membuang dan memusnahkan semua tanaman yang telah terinfeksi, serta
membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman cabai. “Sanitasi
lingkungan bisa dilakukan secara selektif atau total jika serangannya berat,”
ujar Heru. Menurut Heru, lantaran patogen tersebut bisa menular melalui
tanah yang terinfeksi, sehingga pemberian kapur untuk meningkatkan pH
tanah juga mampu menekan perkembangannya. Selain itu, upaya pergiliran
tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang, seperti: jagung, padi,
atau kacang-kacangan, juga bermanfaat untuk memutus siklus hidup
patogen Phytophthora capsici. Sementara menurut Mudjahiddin, cara yang
paling baik dan aman serta mudah adalah dengan menggunakan varietas
tanaman yang tahan (resisten) terhadap serangan penyakit tersebut. Hanya
saja, mungkin masih belum banyak varietas tanaman cabai yang memiliki
sifat genetis seperti itu. Sedangkan untuk pengendalian dengan
menggunakan pestisida, Mudjahiddin menyarankan aplikasi fungisida yang
lebih intensif di musim hujan. “Ya, seperti halnya aplikasi fungisida yang
biasa dilakukan para petani kentang atau tomat. Kalau hujan terus menerus,
bisa disemprot dengan interval tiga hari sekali atau tujuh hari sekali.
Fungisida yang digunakan juga harus yang khusus untuk Phytophthora,”
terangnya. Untuk menghindari terjadinya resistensi patogen, lanjut
Mudjahiddin, petani sebaiknya juga melakukan kombinasi fungisida yang
digunakan. Kuncinya adalah kombinasi antara fungisida kontak dengan
fungisida sistemik. “Fungisida kontak bisa menggunakan Victory 80WP atau
Centro 75WG atau Aurora 70WP atau Promaneb 80WP yang diberikan secara
bergantian. Kalau yang sistemik bisa menggunakan Demorf 60WP atau
Starmyl 25WP atau Orion 50WP yang aplikasinya juga bergantian,” ujar
Mudjahiddin. Agar aplikasi pestisida tersebut lebih efektif, Mudjahiddin
menyarankan untuk menambahkan fungisida sistemik Vidi 722SL pada
setiap kali aplikasi kombinasi fungisida kontak dan sistemik. Karena,
fungisida tersebut berfungsi sebagai campuran yang menguatkan kerja dari
fungisida yang lain. “Jadi resepnya adalah satu kontak ditambah satu
sistemik dan ditambah satu Vidi 722SL,” tegasnya. Apabila untuk
pencegahan sejak dini, kata Mudjahiddin, fungisida sistemik tidak harus
selalu diberikan. Namun kalau sudah memasuki masa-masa kritis, seperti
fase berbunga dan berbuah, pemberian kombinasi fungisida tersebut harus

diberikan terus menerus secara bergantian.

Penyakit Layu pada Tanaman Cabai

Untuk penyakit ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor, seperti karena
cendawan atau karena bakteri. Cendawan yang menyebabkan penyakit layu adalah
Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp sedangkan bakteri yang
menyebabkan layu adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Penyebab penyakit

layu fusarium adalah cendawan Fusarium oxysporium f.sp.capsici Schlecht. Penyakit ini
biasanya menyerang tanaman cabe yang ditanam pada tanah masam (ph tanah rendah, kurang
dari 6).
Serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sebelah atas dan diikuti
gambar 6. Fusarium
gambar 7. P.
menunduknya tangkai daun. Jika pada batas
antara akar dengan solanecearum
batang dipotong akan terlihat cicncin coklat
kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh. Penyakit layu bakteri ini biasanya
menyerang tanaman cabe yang ditanam di dataran rendah dibandingkan di dataran tinggi. Gejala
serangan yang kelihatan adalah layu pada beberapa daun muda dan atau menguningnya daun tua
sebelah bawah. Gejala lain yang terlihat adalah berkas pembuluh pengangkut yang berwarna

gambar 8. Gejala layu akibat
Fusarium

gambar 9. Gejala layu akibat
bakteri

cokelat tua dan membusuk setelah batang, cabang atau pangkal batangnya kita belah. Namun
jangan sampai kita salah identifikasi terhadap layu bakteri ini, sebab gejala seranganya hampirhampir mirip dengan gejala serangan layu fusarium. Untuk membedakanya secara mudah,
siapkan air putih dalam sebuah gelas. Kemudian potong cabang atau batang tanaman cabe yang
terserang layu tadi dan dijepit dengan pisau dan
dicelupkan ke dalam air putih tadi. Perhatikan
jika dari potongan cabang atau batang tadi
keluar exudat berwarna putih seperti asap,
dapat dipastikan tanaman tadi terserang bakteri
Pseudomonas bukan layu karena serangan
Fusarium. Jika tidak keluar eksudat putih
berarti tanaman terserang oleh penyakit layu
fusarium.

Penyakit
virus
kuning / bule

Jika
terkena
penyakit ini batang
cabai
akan
berubah menjadi
kuning hal ini
karena disebabkan oleh virus Gemini, virus
tersebut biasanya dibawa dari benih yang ditularkan melalui kutu.Untuk mengatasi tidak dapat
dengan metode penyemprotan tetapi harus dilakukan sejak dini, salah satunya adalah memilih
benih yang baik dan tidak mengandung virus.Penyakit virus ini disebabkan oleh Pepper Yellow
Curl Leaf Virus (PYCLV) pada tanaman cabe dan pada tanaman tomat disebabkan oleh Tomatto
Yellow
Curl Leaf Virus (TYCLV). Penyakit virus kuning ini ditularkan oleh vektor Kutu kebul
gambar 10. Gejala bule
(White fly / Bemisia tabaci) dan melalui penyambungan, tetapi tidak ditularkan secara mekanis
dan juga tidak ditularkan melalui benih. Di alam penyebaran kutu kebul selain dapat terbang
sendiri juga dibantu oleh angin sehingga dapat menyebarkan virus kuning keriting dalam jarak
jauh. Tanaman inang virus tersebut adalah cabe, cabe rawit, tomat, tembakau, ketimun,
semangka, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan bunga kancing (Gomphrena globosa).
Sedangkan tanaman inang vektor sangat banyak sekali terdiri dari 67 famili: Asteraceae,

gambar 11. Geminivirus, vector, dan cara penularannya

Brasiceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll atau 600 spesies tanaman dan gulma.Pada tanaman
cabe yang berumur kurang dari satu bulan (masa vegetatif) adalah helaian daun mengalami vein
clearing, mengecil dan berwarna kuning cerah. Daun menggulung ke atas (cupping), tulang daun
menebal, tanaman tumbuh
kerdil
dan
tidak
berkembang.
Pada
tanaman yang berumur
diatas satu bulan (masa
generatif) adalah: daundaun bagian bawah masih
normal, sedangkan daun
bagian atas kecil-kecil dan
menggulung ke atas (cupping), berwarna kuning cerah, dan tulng daun menebal. Bunga masih
bermunculan tetapi banyak yang gugur, bunga tidak normal (pendek dan melengkung).
Pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil. Gejala serangan pada tanaman tomat lebih
beragam, tergantung isolat virus dan varietas tanaman.
Penyakit Mosaik / keriting daun

Untuk penyakit ini disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV). Ciri-ciri jika tanaman
terserang penyakit ini adalah pertumbuhan tanaman jadi kerdir diikuti dengan daun berwarna
belang-belang (hujau muda dan hijau tua), ukuran daun juga
kecil dan tulang daun berwarna kuning. Penyebaran penyakit
ini biasanya disebabkan oleh aktivitas serangga. Jadi jika
terkena penyakit mosaik lakukan pemusnahan tanaman cabai
yang parah, dan untuk mencegah penularan penyakit lakukan
penyemprotan untuk membunuh serangga (penyakit tidak
gambar 12. Gejala mosaik
gambar 13. CMV
mati
karena
penyemprotan)

Layu fusarium pada tomat
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur Fusarium oxysporum. Jamur ini awalnya
menyerang dari akar kemudian berkembang ke lewat jaringan pembuluh. Tanaman tomat yang
terkena penyakit ini akan berubah menjadi layu dan mati.Jaringan pembuluh yang terserang
berwarna coklat dan menghambat aliran air dari akar ke daun. Sehingga daun dan batang atas
menjadi layu.Pada malam hari tanaman masih terlihat segar, begitu ada sinar matahari dan terjadi
penguapan tanaman dengan cepat menjadi layu. Pada sore harinya, bisa kembali menjadi segar

gambar 14. Layu Fusarium pada
tomat

dan keesokan harinya akan layu kembali hingga pada akhirnya mati.Untuk menghindari serangan
penyakit ini gunakan benih yang resisten. Penggunaan mulsa plastik juga bisa menekan
perkembangan jamur dalam tanah. Hindari budidaya tanaman tomat pada bekas lahan yang
pernah terserang jamur ini. Berikan jeda yang cukup lama hingga bisa kembali ditanami tomat.

Busuk daun pada
tomat

Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans. Biasanya menyerang pada
tanaman tomat di dataran tinggi. Gejala serangan pada daun terjadi bercak coklat hingga hitam.
Awalnya menyerang ujung dan sisi daun, kemudian meluas ke seluruh permukaan daun hingga
ke tangkai daun. Tanaman yang terserang penyakit ini harus segera dicabut dan dibakar, jangan
di kubur. Gunakan varietas unggul dan bebas jamur. Penyemprotan bisa menggunakan fungisida.

gambar 16. gejala busuk daun

gambar 15. Phitophthora infestans

Busuk buah pada

tomat

Busuk buah
disebabkan oleh
cendawan
Thanatephorus
cucumeris.
Penyakit ini
menyerang
buah tomat.
Buah yang terserang akan terlihat bercak kecil berwarna coklat. Kemudian akan membesar,
cekung dan
gambar 17. Gejala busuk buahg
gambar 18. Colletotricum coccodes
bagian
tengahnya retak.Selain itu ada busuk buah yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
coccodes. Gejalanya terdapat bercak kecil berair, membulat dan cekung. Pada pangkal buah
dekat tangkai terdapat bercak ungu.Pengendalian adalah dengan menggunakan benih resisten.
Sisa tanamn yang sakit tidak boleh dipendam tapi harus dibakar untuk memutus siklus hidup
cendawan. Gunakan air untuk menopang tanaman tomat agar buah tidak menyentuh tanah.

Lakukan rotasi tanaman bila serangan meluas semprot dengan fungisida yang berbahan aktif
kaptafol.
Bercak bakteri pada tomat

Penyakit bercak bakteri
disebabkan oleh
Xanthomonas
vesicatoria. Penyakit ini
bisa menyerang buah,
daun dan batang
tanaman tomat. Pada buah pada mulanya terlihat bercak berair dan berubah menjadi bercak
bergabus. Daun yang terserang akan terlihat keriting dan mengering. Sedangkan batang yang
terserang akan terlihat kerang
gambar 20. Xanthomonas Sp.
gambar 19. bercak bakteri
memanjang berwarna keabuabuan.
Pengendalian dilakukan dengan memilih benih unggul yang bebas penyakit. Rotasi tanama
dengan yang berbeda keluarga bisa membantu menekan resiko serangan. Tanaman yang
terserang dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa menggunakan bakterisida yang mengandung
antibiotik, gunakan dosis sesuai petunjuk.

Referensi

:

http://usahabudidaya.com/hama-dan-penyakit-tanaman-cabai-lengkap/
http://ramosta-hal-haltentangpertanian.blogspot.com/2012/07/penyakit-bercakdaun-cabai-cercospora.html
http://agribusines10.blogspot.com/2012/08/laporan-pengenalan-jamur.html
http://bp3kpenarik.blogspot.com/2011/11/pengendalian-penyakit-layu-padatanaman.html
http://menanam-tanaman.blogspot.com/2014/07/penyakit-virus-kuning-keritingpada.html

http://alamtani.com/tanaman-tomat.html

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24