Analisis Potensi dan Strategi Pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan
2.1.1 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi menurut Schumpeter dan Ursula (1934) (dalam
Jhinghan, 2010) adalah pembangunan ekonomi memfokuskan pada masalah
negara berkembang sedangkan pertumbuhan ekonomi memfokuskan pada
masalah negara maju. Umumnya, masalah negara berkembang menyangkut pada
pengembangan sumber daya yang tidak atau belum digunakan, walaupun
penggunaannya telah cukup dikenal sedangkan permasalahan negara maju terkait
dengan keberadaan sumber-sumber ekonomi yang telah digunakan pada batas
tertentu (Zulaechah, 2011). Pembangunan merupakan produk sejarah. Pada
mulanya pembangunan hanya fokus pada upaya peningkatan pendapatan seperti
Gross National Product (GNP). Hal tersebut terjadi pada tahun 1950 sampai
dengan awal tahun 1960 setiap negara di dunia ketiga setuju untuk menjadikan
pendapatan sebagai target utama dari usaha pembangunan akan tetapi tidak ada
peningkatan tingkat kualitas kehidupan dari masyarakatnya. Selain itu fenomena
yang muncul saat adanya peningkatan GNP juga meningkatnya kemiskinan
absolut, ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran. Oleh karena itu
pada tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami perubahan definisi yaitu
pembangunan yang mengarah pada penurunan kemiskinan, ketimpangan dan

pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000).

12
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi
Menurut Adam Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi
yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan
output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ialah
sumber daya alam yang tersedia, sumber daya insani dan stok barang modal yang
ada. Menurut Adam Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah
yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jika suatu saat
nanti semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh maka
pertumbuhan output pun akan berhenti. Sedangkan sumber daya insani memiliki
peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output dan stok modal merupakan
unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Sedangkan pada
pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang
berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan
untuk hidup.
Rostow menjelaskan bahwa proses pembangunan terbagi menjadi lima tahapan,

yaitu:
a) Tradisional
Daerah pada tahapan ini memiliki kemampuan terbatas atas kepemilikan
teknologi dibanding daerah lainnya dan kemungkinan memiliki kehidupan
pada sosial budaya yang sudah ada.
b) Take Off Precondition
Perekonomian daerah dan sosial – budaya sudah mulai berubah. Hal ini
terjadi ketika daerah yang sudah berkembang berinvestasi pada daerah –

13
Universitas Sumatera Utara

daerah yang belum berkembang seperti investasi pada transportasi,
komunikasi, dan kegiatan memproduksi barang dan jasa.Selain itu, daerah
yang sudah berkembang juga memberikan bantuan tenaga ahli untuk
meningkatkan kemampuan tenaga kerja pada daerh yang belum
berkembang.
c) Take Off
Tahapan take off ini akan terjadi ketika sudah ada stimulus eksternal
seperti adanya investasi dan terdapat suatu sistem sosial dan politik guna

mencapai investasi yang berkesinambungan.
d) Maturity
Maturity adalah tahapan dimana suatu daerah mampu mendorong investasi
yang berkesinambungan dalam aspek pertahanan dan industri dibidang
bahan kimia.
e) Mass Consumption
Mass Consumption adalah tahapan yang terjadi ketika suatu daerah
mampu melakukan lebih banyak ekspor dibanding impor.
2.1.2 Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah
daerah dan masyarakat mengelola sumber daya, sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah atau daerah (Arsyad,
1999: 298).

14
Universitas Sumatera Utara

Menurut Khuldun Munji mendefinisikan pembangunan daerah sebagai usaha

untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan manusia dan masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan
kemampuan daerah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan keadaan daerah,
nasional, dan global.
Selanjutnya, tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk
meningkatkan dan memperbesar peluang kerja bagi masyarakat yang ada di
daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus
bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara
optimal untuk membangun daerah demi menciptakan kesejahteraan mayarakat.
Karakteristik utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah penekanan pada
pembangunan endogen yang menggunakan sumber daya manusia dan sumber
daya alam, daerah untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah.
Keberhasilan pembangunan daerah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
 Keadaan daerah, yang meliputi keadaan sosial, politik, budaya, keamanan,
fisik daerah dan sarana umum;
 Rencana

pembangunan,


yang

meliputi

tujuan,

sasaran,

target

pembangunan, strategi dan rencana pembangunan;
 Sarana pembangunan, yang meliputi kelembagaan, dana, sumber daya
manusia, dan sumber daya alam yang tersedia;

15
Universitas Sumatera Utara

 Pengaruh luar, yang meliputi keadaan sosial, politik, ekonomi, keamanan
dunia dan kekuatan yang secara khusus mempengaruhi;

 Pelaksanaan, yang meliputi ketentuan-ketentuan serta pengaturan dan
pelaksanaan rencana pembangunan.
2.1.2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
a. Teori Basis Ekonomi
Teori ini merupakan teori yang membagi kegiatan produksi atau jenis
pekerjaan yang terdapat pada suatu wilayah menjadi pekerjaan basis (dasar) dan
pekerjaan service (pelayanan) atau sektor non basis. Kegiatan basis adalah
kegiatan yang bersifat eksogen artinya tidak terikat pada kondisi internal
perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis
pekerjaan lainnya sedangkan sektor non basis adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat didaerah itu sendiri. Oleh karena itu, teori ini tergantung
pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat
endogeneous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhan tersebut tergantung pada
kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2005).
Selain itu, dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang intinya
adalah karena sektor basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar
didaerah maupun diluar daerah yang bersangkutan. Maka, penjualan ke luar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Peningkatan
pendapatan itu tidak hanya akan menaikkan permintaan pada sektor basis, tetapi
juga menaikkan permintaan terhadap industri non basis. Dengan kata lain

penanaman modal di sektor-sektor selain basis merupakan investasi sebagai akibat

16
Universitas Sumatera Utara

dari kenaikan pendapatan pada sektor basis. Asumsi teknik ini adalah penduduk di
daerah studi juga mempunyai pola permintaan pada tingkat wilayah referensi
(pola pengeluaran secara geografis sama) dan produktivitas tenaga kerja sama
serta setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor
(Arsyad, 2002). Sutikno dan Maryunani (2007) menyebutkan bahwa semakin
banyak sektor basis pada suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam
daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa
didalamnya dan meningkatkan nilai investasi serta menimbulkan kenaikan volume
kegiatan non basis. Oleh sebab itu, sebenarnya kegiatan basis memiliki peran yang
sangat penting sebagai penggerak pertama yang akan berdampak pada setiap
perubahan pendapatan sektor tersebut serta memberikan efek pengganda terhadap
perekonomian agregat daerah.
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah digunakan analisis Location
Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara membandingkan peranannya

dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri
sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006:24).
LQ menggunakan rasio total nilai PDRB disuatu daerah (kabupaten/kota)
dibandingkan dengan rasio PDRB pada sektor yang sama di wilayah referensi
(provinsi/nasional).
Adapun formula yang digunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis
(Arsyad, 2002) adalah:

17
Universitas Sumatera Utara

� =
Keterangan :

�⁄

�⁄




LQ

: Indeks Location Quotient

si

: PDRB Sektor i wilayah studi dalam juta rupiah

S

: PDRB total wilayah studi dalam juta rupiah

ni

: PDRB sektor i wilayah referensi dalam juta rupiah

N

: PDRB total wilayah referensi


Apabila nilai LQ sudah diketahui, maka terdapat beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan dalam menentukan sektor basis, yaitu :
a) Apabila nilai LQ > 1 artinya sektor tersebut memiliki peranan yang sangat
dominan di daerah studi dibanding dengan peranan sektor yang sama di
daerah referensi. Nilai LQ > 1 seringkali juga dijadikan acuan untuk
mengetahui suatu daerah unggul dalam sektor yang menjadi sektor basis
tersebut.
b) LQ = 1 artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan di
daerah yang memiliki sektor tersebut.
c) Apabila nilai LQ < 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah studi lebih
kecil dari pada peranan sektor tersebut di wilayah referensi.
b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat
Teori pertumbuhan jalur cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson
(2006). Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang
memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena

18
Universitas Sumatera Utara

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk

dikembangkan (Tarigan, 2005). Artinya dengan kebutuhan modal yang sama
sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat
berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk
perekonomian cukup besar agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat
menembus dan bersaing di pasar luar negeri.
Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat semua sektor-sektor saling terkait
dan saling mendukung. Misalnya, usaha perkebunan yang dibuat bersinergi
dengan usaha peternakan. Rumput/limbah perkebunan dapat dijadikan pupuk
untuk tanaman perkebunan. Contoh lain adalah usaha pengangkutan dan usaha
perbengkelan. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong
pertumbuhan yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur
ceoat (turnpike) dan mensinergikan dengan sektor lain yang terkait akan mampu
membuat perekonomian tumbuh cepat.
2.2 Pertumbuhan
2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987) dalam
Budiantoro (2008) lebih memfokuskan pada proses peningkatan produksi barang
dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi juga
merupakan salah satu indikator keberhasilan dari suatu proses pembangunan
ekonomi. Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut menekankan
pada aspek proses output perkapita dan waktu jangka panjang. Pertumbuhan

19
Universitas Sumatera Utara

ekonomi merupakan suatu proses bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.
Artinya, aspek tersebut bersifat dinamis mencakup peningkatan output yang
diimbangi dengan peningkatan kemampuan penduduk dalam memproduksi output
tersebut dalam waktu yang cukup panjang. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat pada suatu periode tertentu (Laksani, 2010). Seperti halnya menurut
Case dan Fair (2007) pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atas
penambahan faktor produksi. Bahkan Kuznet (1959) menambahkan bahwa
pertumbuhan ekonomi bukanlah hanya terdapat peningkatan output pada suat
negara saja melainkan mampu menyediakan berbagai barang ekonomi untuk
penduduknya dalam waktu yang cukup panjang. Formula yang digunakan untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi yaitu:


Keterangan :





PDBt

: PDB tahun tertentu

PDBt-1

: PDB tahun sebelumnya

=

�� −
��−1
×
��−1

Berdasarkan formula diatas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dapat
dihitung dengan cara membandingkan PDB pada tahun tertentu (PDBt) dengan
PDB sebelumnya (PDBt-1).
2.2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Kuznets dalam Jhingan (2008), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan jangka panjang kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin

20
Universitas Sumatera Utara

banyak jenis barang-barang ekonomi bagi para penduduknya. Definisi ini
memiliki 3 komponen utama, yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
dalam jangka panjang. Pengertian ini mencakup tiga aspek, yaitu proses, output
perkapita, dan jangka panjang. Boediono (1999) juga menyebutkan secara lebih
lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output
perkapita”. Dalam pengertian ini, teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional
Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi
atau tidak (Arsyad, 1999).
2.3 Strategi Pembangunan
Stiglitz (1998) menyatakan bahwa strategi pembangunan lebih ambisius
daripada dokumen perencanaan, karena strategi pembangunan menyiapkan
strategi bukan hanya untuk akumulasi modal dan penempatan sumber daya, tapi
juga strategi untuk transformasi masyarakat. Strategi pembangunan memiliki

21
Universitas Sumatera Utara

peran penting sebagai pemercepat terjadinya transformasi masyarakat yang bisa
dilakukan dengan mengidentifikasikan area keuntungan komparatif negara.
Mengidentifikasikan area ini dan mempublikasikannya sebagai barang publik
adalah tanggung jawab pemerintah.
Strategi pembangunan perlu memajukan wacana (vision) tentang transformasi,
akan seperti apa masyarakat kita 20 tahun mendatang. Wacana ini tentu
mengandung tujuan-tujuan kuantitatif, seperti mengurangi kemiskinan (sebanyak
setengah) dan memperhatikan pendidikan, namun hal tersebut merupakan elemenelemen atau target dalam proses transformasi, bukan wacana dari transformasi itu
sendiri. Strategi pembangunan kadang dilihat sebagai blueprint, sebuah peta yang
menggambarkan kemana masyarakat akan menuju.
Dalam membuat strategi kebijakan perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya
menetapkan prioritas, koordinasi, dan consensus builders. Semua masyarakat
memiliki keterbatasan sumber daya; apalagi bagi masyarakat pada negara miskin.
Diatas keterbatasan sumber daya yang dimiliki masyarakat adalah keterbatasan
kemampuan (capacity) pemerintah, oleh karena itu, strategi pembangunan perlu
menetapkan prioritas. Kunci utama dari prioritas adalah kesadaran akan hal apa
yang perlu dikerjakan terlebih dahulu sebelum hal yang lain.
Dalam rangka keberhasilan pembangunan tidak hanya diperlukan koordinasi
antara agen-agen didalam dan diantara level-level pemerintahan, tapi juga harus
ada koordinasi antara sektor swasta dengan sektor publik. Proses konstruksi
strategi pembangunan memainkan peranan yang penting, untuk membantu
membentuk konsensus tidak hanya tentang wacana luas tentang masa depan

22
Universitas Sumatera Utara

negara dan tujuan jangka pendek dan menengah, tapi juga merupakan bagian yang
penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pembangunan konsensus
(consensus building) tidak hanya penting sebagai bagian untuk mencapai stabilitas
sosial dan politik, tapi juga menggiring kepada “ownership” kebijakan dan
institusi yang dapat meningkatkan kesuksesan. Sebuah strategi harus memasukkan
komponen-komponen yang bertujuan untuk mengembangkan sektor swasta,
sektor publik, masyarakat, keluarga dan individu.
2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pengukuran
PDRB dapat disajikan melalui 2 (dua) jenis pendekatan antara lain yaitu:
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku merupakan jumlah seluruh Nilai
Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu yang dinilai dengan harga
tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari
pengurangan NPB/Output dengan biaya masing – masing dinilai atas dasar
harga berlaku.
2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pengertiannya sama
dengan Atas Dasar Harga Berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan
harga

tahun

dasar

tertentu.

NTB

Atas

Dasar

Harga

Konstan

menggambarkan perubahan volume/quantum. Pengaruh perubahan harga

23
Universitas Sumatera Utara

telah dihilangkan dengan cara menilai produksi dengan harga suatu tahun
dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.
2.4.1 Metode Perhitungan PDRB
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu
Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung.
1. Metode Langsung
Penghitungan

didasarkan

sepenuhnya

pada

data

daerah,

hasil

penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan :
a) Pendekatan Produksi
Berdasarkan Pendekatan Produksi, PDRB merupakan jumlah Nilai
Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Sedangkan
NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/ Output ) dari barang dan jasa
tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses
produksi.
b) Pendekatan Pendapatan
Berdasarkan Pendekatan Pendapatan, PDRB adalah jumlah seluruh balas
jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam
proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa

24
Universitas Sumatera Utara

faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga
modal, dan keuntungan.
c) Pendekatan Pengeluaran
Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen
permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran Konsumsi Rumah
tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba, (2) Konsumsi Pemerintah, (3)
Pembentukan Modal Tetap Bruto, (4) Perubahan Stok, dan (5) Ekspor
Neto (ekspor dikurangi impor).
1. Metode Tidak Langsung (Alokasi)
Dengan Metode Tidak Langsung/ Alokasi, nilai tambah suatu kelompok
ekonomi dihitung dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam
masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional.
Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau
erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
2.5 Sektor Potensial
Sektor potensial adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah
berperan besar kepada perkembangan perekonomian wilayah, karena mempunyai
keunggulan-keunggulan kriteria. Selanjutnya, menurut Sambodo dalam (Harisman
2007), Sektor potensial adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor
anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut
melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor
potensial akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan
sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor

25
Universitas Sumatera Utara

potensial tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut
memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut
memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang;
keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai
tambah yang tinggi.
Dalam pengembangan wilayah/daerah, pengembangan tidak dapat dilakukan
serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada
pengembangan sektor-sektor yang potensi berkembangnya cukup besar. Sektor ini
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektorsektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi sektor potensial tersebut.
Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi
dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor
perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Monang Putra Dinata Sinaga (2013), tentang “Analisis Potensi Ekonomi
Wilayah Provinsi Sumatera Utara”, menggunakan data sekunder berupa data time
series PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Sumatera dan Indonesia tahun
1996-2011. Model Analisis yang digunakan yaitu Location Quotient (LQ),
analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Overlay, dan analisis Shift
Share. Hasil penelitian menunjukkan potensi ekonomi yang menjadi sektor
unggulan di Provinsi Sumatera Utara ada dua sektor yaitu sektor perdagangan
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, hasil ini didapat dari
penggunaan analisis Overlay. Sementara dari hasil analisis Shift Share sektor yang

26
Universitas Sumatera Utara

memiliki keunggulan/daya saing kompetitif di Provinsi Sumatera Utara adalah
sektor jasa dan berdasarkan hasil empat alat analisis yang digunakan, yang
menjadi sektor basis di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor perdagangan hotel
dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa.
Anita Ayu Nehe (2014), tentang “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi
dan Sektor Potensial Kabupaten Samosir”, menggunakan data sekunder berupa
data PDRB atas dasar harga konstan, baik laju pertumbuhan, kontribusi, dan
perkapita tahun 2006-2012. Metode analisis yang digunakan adalah Tipologi
Klassen, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay,
dan Trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Samosir termasuk dalam klasifikasi daerah tertinggal dan sektor
ekonomi yang paling potensial adalah sektor pertanian dan sektor jasa.
Hoirun Nisa (2014), tentang “Analisis Potensi dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten”, metode analisis yang digunakan
adalah Location Quotient (LQ), Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan (MRP),
analisis Overlay, dan Metode Gravitasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
sektor basis di Kabupaten Lebak adalah terdiri dari 6 sektor diantaranya sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan konstruksi,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang bukan merupakan sektor
basis sebanyak 3 sektor yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya diketahui bahwa
sembilan sektor yang ada di Kabupaten Lebak seluruhnya memiliki keunggulan

27
Universitas Sumatera Utara

kompetitif namun hanya terdapat beberapa sektor yang memiliki kemampuan
spesialisasi. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi
diantaranya yaitu sektor pertambangan dan penggalian, bangunan atau konstruksi,
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Keempat sektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan sedangkan sektor yang sebenarnya dapat dipicu untuk menjadi
sektor yang dominan atau mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi
yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Interaksi Kabupaten Lebak yang
paling kuat dengan Kabupaten Tangerang kemudian Kabupaten Serang,
Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang
serta interaksi terlemah yaitu dengan Kota Cilegon
Aditya Nugraha Putra (2013), tentang “Analisis Potensi Ekonomi
Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, menggunakan
data sekunder tahun 2006-2010. Metode Analisis yang digunakan Analisis LQ,
Shift Share, Tipologi Klassen, serta Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Hasil
penelitian menunjukkan sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang dominan di
Provinsi DIY karena 3 Kabupatennya memiliki basis di sektor ini. Kota
Yogyakarta masuk dalam kategori daerah maju dan cepat tumbuh. Kabupaten
Sleman masuk dalam daerah berkembang cepat. Tiga Kabupaten lainnya masuk
dalam kategori daerah tertinggal. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul
mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah atas semua sektor
basis yang dimilikinya.

28
Universitas Sumatera Utara

Asri Dwi Asmarani (2010), tentang “Strategi Kebijakan Pembangunan
Daerah Kabupaten Klaten : Pendekatan Analisis SWOT dan AHP”, menggunakan
data primer, yaitu lewat kuisioner SWOT dan kuisioner AHP. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sasaran pembangunan yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dengan cara memperkuat perekonomian mikro.
2.7 Kerangka Konseptual
Perekonomian daerah dapat dinilai dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya. Dari total PDRB
dapat dilihat sektor apa yang menjadi sektor potensial suatu daerah. Namun
sektor-sektor potensial tersebut belum teridentifikasi dengan benar seperti sektor
basis dengan keunggulan kompetitif, dan spesialisasi belum diketahui. Begitu juga
dengan daerah acuan sebagai pengembangan pembangunan yang belum terlihat.
Ini menjadi masalah dalam pengembangan pembangunan di daerah tersebut.
Merujuk kepada Teori yang ada seperti teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi wilayah, untuk mengetahui sektor basis yang dapat menjadi sektor
potensial dalam pengembangan wilayah dapat digunakan alat analisis LQ. Lalu
sektor mana yang bersifat kompetitif dan spesialisasi dapat menggunakan alat
analisis MRP dan Overlay. Setelah semua alat analisis digunakan, maka akan
didapatkan suatu hasil. Hasil tersebut dijadikan kesimpulan berupa strategistrategi pembangunan. Dengan kebijakan serta strategi-strategi tersebut akan ada
implikasinya berupa prioritas pembangunan daerah.
Dari uraian diatas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah :

29
Universitas Sumatera Utara

Perekonomian Daerah Tapanuli Utara

PDRB

Potensi Daerah

Penentuan Sektor yang
Bersifat Kompetitif dan
Spesialisasi

Penentuan Sektor Basis

Analisis
MRP &
Overlay

Location Quotient
(LQ)

Analisis
Shift Share

Kesimpulan serta Strategi Pembangunan
Daerah

Pembangunan Daerah
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

30
Universitas Sumatera Utara