Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006

(1)

ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA KELAHIRAN MATI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2005-2006

TESIS

Oleh

V I K T O R 037 023 016 / AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2 0 0 7


(2)

ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA KELAHIRAN MATI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2005-2006

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.Kes) dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

V I K T O R 037 023 016 / AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2 0 0 7


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA KELAHIRAN MATI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2005 - 2006

Nama Mahasiswa : V I K T O R Nomor Induk Mahasiswa : 037 023 016

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui, Komisi Pembimbing :

Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) Ketua

dr. Ria Masniari Lubis, MSi dr. Yusniwarti Yusad, MSi

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

Dr. Drs. Surya Utama, MS Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc Tanggal Lulus : 18 September 2007


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 September 2007

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) Anggota : dr. Ria Masniari Lubis, Msi

dr. Yusniwarti Yusad, MSi

Prof. dr. Yusuf Hanafiah, Sp.OG (K) drh. Hiswani, MKes


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA KELAHIRAN MATI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2005-2006

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, September 2007


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : V I K T O R

Tempat/tanggal lahir : P. Siantar, 28 – 10 - 1960 Alamat Kantor : Jl. Pahae Tarutung.

Alamat Rumah : Jl. H. Agus Salim No. 1 Tarutung Nama istri : dr. Ita. L. Roderthani Tobing, SpTHT Nama anak : Patrio Cipta Harvi Sitorus

Viktoria Thanita Sitorus Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri No. 55 Pematang Siantar Tamat Tahun 1973 2. SMP Negeri II Pematang Siantar Tamat Tahun 1976 3. SMA Negeri III Pematang Siantar Tamat Tahun 1980

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tamat tahun 1987

5. Sekolah Pasca Sarjana Magister Kesehatan Program Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi di Universitas Sumatera Utara Tamat tahun 2007

Riwayat Pekerjaan :

1. Kepala Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1989 – 1991

2. Kepala Puskesmas Limbong Kecamatan Arian Boho Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1991 – 1993

3. Kepala Puskesmas Sirait Kecamatan Harian Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1993 – 1995

4. Staf Rumah Sakit Umum Adam Malik tahun 1995 – 1998

5. Kepala Seksi Bimbingan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan di Kantor Departemen Kesehatan Tapanuli Utara tahun 1998 – 2001

6. Ka.Subdin P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2001 – 2005


(7)

ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA KELAHIRAN MATI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2005 – 2006 Oleh : V I K T O R

ABSTRAK

Kelahiran mati adalah keluarnya hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000 gram. Program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kelahiran mati dari 25 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko dan hubungannya pada kelahiran mati. Penelitian ini merupakan rancangan deskriptif analitik menggunakan studi analitik dengan pendekatan case control study terhadap 134 responden terdiri dari 67 responden dengan kelahiran mati dan 67 responden dengan kelahiran hidup.

Hasil penelitian pada uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan kunjungan K1 (p = 0,001, OR = 3,245), kunjungan K4 (p = 0,000, OR = 3,792), paritas (p = 0,037, OR = 2,081), anemia (p = 0,024, OR = 2,210), riwayat penyakit ibu (p = 0,001, OR = 3,225), riwayat persalinan (p = 0,009, OR = 2,496), dan penolong persalinan (p = 0,000, OR = 5,608) dengan kelahiran mati, sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan serta jarak rumah ke tempat persalinan tidak ada hubungan. Hasil uji regresi logistik berganda ditemukan 4 variabel independent yang berhubungan dengan kelahiran mati yaitu penolong persalinan, kunjungan K4, paritas dan riwayat penyakit ibu. Variabel independent yang paling berpengaruh berdasarkan uji regresi logistik berganda adalah penolong persalinan (OR = 5,721, CI = 2,349 – 13,938).

Rekomendasi dalam upaya penurunan angka kelahiran mati berupa pelatihan secara berkala kepada dukun-dukun bayi, peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mencari tenaga penolong persalinan.

Kata Kunci : Kelahiran Mati, Faktor Risiko Daftar Pustaka : 37 (1974 – 2004)


(8)

ANALYSIS OF THE RISK FACTOR IN THE STILLBIRTH IN TAPANULI UTARA DISTRICT IN

2005 – 2006 V I K T O R ABSTRACT

Stillbirth is a stillborn result of conception after 28 weeks of pregnancy with body weight of about or the same 1000 grams. The health program for newly-born baby is included in the maternal health program. In the national strategic planning of Making Pregnancy Safer, the target of the health impact for newly-born baby is to minimize the stillbirth rate from 25 per 1000 (1997) to 15 per 1000 life birth (2010).

The purpose of this study is to find out the relationship of risk factor and stillbirth. This analytical descriptive study with case control approach was done to 134 respondents consisting of 67 respondents with stillbirth and 67 respondents with live birth.

The result of statistical test shows that there is a relationship between visit K1 (p = 0,001, OR = 3,245), visit K4 (p = 0,000, OR = 3,792), parity (p = 0,037, OR = 2,081), anemia (p = 0,024, OR = 2,210), history of mother’s disease (p = 0,001, OR = 3,225), history of pregnancy (p = 0,009, OR = 2,496), and birth attendant (p = 0,000, OR = 5,608) and the stillbirth while there is no relationship between health service facility and the distance between home and the maternity clinic and the stillbirth.

The result of multiple logistic regression test shows that 4 (four) independent variables such as birth attendant, visit K4, parity and history of mother’s disease are related to the stillbirth. According to the result of multiple logistic regression tests, the most influencing independent variable is birth attendant (OR = 5,721, CI = 2,349 – 13,938).

In order to minimize the rate of stillbirth, it is suggested that traditional midwives/birth attendants be provided with periodic training and the knowledge and the attitude of the community in selecting birth attendant be improved.

Keywords: Stillbirth, Risk Factor Bibliography: 37 (1974 - 2004)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Lembar Pengujian Lembar Pernyataan Daftar Riwayat Hidup Abstrak

Abstract

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel... v

Daftar Lampiran ... vi

Daftar Singkatan ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 STUDI KEPUSTAKAAN... 7

2.1. Kumpulan Pendapat/Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Definisi Yang Berhubungan Dengan Penelitian ... 8

2.2.1. Kelahiran Mati (Still Birth) ... 8

2.2.2. Kelahiran Hidup (Live Birth) ... 9

2.2.3. Kematian Janin (Foetal Death)... 9

2.2.4. Faktor Risiko... 10

2.3. Faktor Determinan Kelahiran Mati ... 11

2.4. Pencegahan Kelahiran Mati ... 19

2.4.1. Pelayanan Antenatal-Care Secara Rutin ... 19

2.4.2. Pengawasan Terhadap Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk Pregnancy)... 22

2.4.3. Mewujudkan Pelayanan Kebidanan yang Baik dan Bermutu... 23

2.4.4. Pengawasan Ibu dan Bayi ... 24

2.5. Manajemen Puskesmas ... 25

2.6. Landasan Teori... 35

2.7. Kerangka Konsep ... 37


(10)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian... 38

3.2. Tempat dan Waktu ... 38

Halaman 3.2.1. Tempat... 38

3.2.2. Waktu ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel... 39

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 40

3.4. Manajemen Data ... 40

3.4.1. Data Primer ... 40

3.4.2. Data Sekunder ... 40

3.5. Definisi Operasional ... 41

3.6. Aspek Pengukuran ... 42

3.7. Rancangan Analisis Data ... 44

3.7.1. AnalisisUnivariat ... 44

3.7.2. Analisis Bivariat... 44

3.7.3. Analisis Multivariat... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara... 47

4.2. Analisis Univariat ... 49

4.3. Analisis Bivariat... 50

4.4. Analisis Multivariat... 55

BAB 5 PEMBAHASAN ... 58

5.1. Hubungan Antenatal Care dengan Kelahiran Mati ... 58

5.2. Hubungan Faktor Ibu dengan Kelahiran Mati ... 63

5.3. Hubungan Faktor Pelayanan Kesehatan dengan Kelahiran Mati ... 70

5.4. Keterbatasan Peneliti... 75

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 78

Daftar Pustaka ... 80


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2001 – 2006 ... 4 Tabel 2.1 Daftar Peralatan Untuk Pertolongan Persalinan... 33 Tabel 2.2 Formulir Yang Disediakan Dalam Proses Persalinan ... 34 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007 ... 49

Tabel 4.2 Tabulasi Silang Antara Variabel Antenatal-Care Dengan

Variabel Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007... 50 Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Variabel Faktor Ibu Dengan Variabel

Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007... 52 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara Variabel Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dengan Variabel Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2007 ... 54 Tabel 4.5 Identifikasi Variabel Dominan Penyebab Kelahiran Mati di


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Naskah Penjelasan... 83

Lampiran 2 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)... 84

Lampiran 3 Formulir Pengumpulan Data ... 85

Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas ... 89

Lampiran 5 Master Data Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005 – 2006... 93

Lampiran 6 Analisis Univariat ... 95

Lampiran 7 Analisis Bivariat... 97

Lampiran 8 Analisis Multivariat... 106

Lampiran 7 Peta Tapanuli Utara... 110

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara... 111

Lampiran 9 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara ... 112

Lampiran 10 Surat Telah Selesai Melaksanakan Penelitian dan Pengumpulan Data Dari Kabupaten Tanuli Utara ... 113


(13)

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi AKI : Angka Kematian Ibu AKP : Angka Kematian Perinatal ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

CI : Class Interval

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BPS : Badan Pusat Statistik

Hb : Haemoglobin

IUGR : Intra Uterin Growth Retardation K1 : Kunjungan Pertama Kali

K4 : Kunjungan Yang Ke empat

KB : Keluarga Berencaran KIA : Kesehatan Ibu dan Anak KMS : Kartu Menuju Sehat

OR : Odds Rasio

PWS : Pemantauan Wilayah Setempat Risti : Risiko Tinggi

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia SKRT : Survei Keseharan Rumah Tangga TT : Tetanus Toksoid


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa di ukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu per 1000 persalinan hidup dan angka perinatal dalam 1.000 kelahiran hidup. Ilmu yang secara khusus mempelajari perinatal adalah perinatalogi. Tujuan perinatalogi sama dengan obstetri yakni mengupayakan hasil konsepsi yang baik, selamat dan sehat serta sanggup tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya secara optimal sehingga tercipta suatu generasi masa depan yang berkualitas tinggi (Manuaba, 1998).

Pembangunan jangka panjang tahap II dalam bidang kesehatan diharapkan angka kematian bayi (AKB) dapat di tekan menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk mewujudkan hal ini, upaya penurunan kematian perinatal di pandang sebagai suatu langkah strategis. Hal ini karena kematian perinatal mempunyai sumbangan yang besar dalam tingginya jumlah kematian bayi termasuk kelahiran mati (Depkes RI, 1990).

Penelitian di Inggris yang dilakukan Dummer (2000) menyatakan bahwa kelahiran mati adalah keluarnya hasil konsepsi dalam keadaan mati pada kehamilan 28 minggu keatas atau berat badan lahir 1000 gram atau lebih. Insidens kelahiran mati ditemukan pada tingkat sosial ekonomi rendah sebesar 0,52%.


(15)

Penelitian yang dilakukan di Rwanda oleh Rahlenbeck (2002) dan India oleh Agarwal (1998) melaporkan bahwa insiden kelahiran mati yaitu 10%. Hasil penelitian tersebut menjelaskan penyebab kelahiran mati adalah ibu hamil berusia 35 tahun ke atas, proses kelahiran secara tradisional.

Penelitian kohort yang dilakukan di Denmark oleh Aarhus University Hospital selama tahun 1989-1996 terhadap ibu hamil yang mengkonsumsi kopi, merokok dan minum minuman beralkohol. Ibu hamil yang mengkonsumsi kopi sehari delapan gelas atau lebih selama masa kehamilan menunjukkan risiko yang tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak minum kopi dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3 dengan tingkat kepercayaan 95% berada pada interval 1,5 - 5,9. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol selama masa kehamilan risiko relatif kelahiran mati menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, melaporkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jamnya terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia. SDKI juga melaporkan cakupan pemberian tablet Fe masih sangat kurang terhadap ibu hamil dan wanita pasangan usia subur. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup (BPS, 2001).

Tingginya angka kematian ibu disebabkan berbagai penyebab yang kompleks: tradisi, sosial-budaya, ekonomi, pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, ketidaksetaraan gender, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi berkontribusi terhadap kematian dan kesakitan ibu (Depkes RI, 2003).


(16)

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dengan jumlah sampel 278.352 rumah tangga di Indonesia tahun 2001 ditemukan bahwa kematian neonatal adalah 180 kasus, kelahiran mati sebanyak 115 kasus dan kematian bayi sebanyak 466 kasus.

Kesadaran ibu untuk merawat kehamilannya tercermin dari perilakunya dalam memilih pelayanan dan dijelaskan dalam enam model yaitu faktor penolong persalinan, pilihan kelas pelayanan, pilihan untuk operasi caesar, faktor kedekatan lokasi pelayanan, jenis kelamin penolong persalinan, dan alat transportasi. Sementara itu, beberapa variabel penjelas yang mempengaruhi adalah pendapatan, karakteristik kehamilan (kehamilan yang ke), risiko kehamilan, usia ibu, profesi, tingkat pendidikan, dan jarak kehamilan. Dengan demikian, kompleksitas model dapat menjelaskan perilaku ibu dalam melakukan pilihan permintaan pelayanan persalinan dan diharapkan akan berdampak pada keselamatan ibu dan bayi (Sarimawar, 2004).

Survei pendahuluan yang dilakukan berdasarkan laporan dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara ditemukan kasus kelahiran mati selama tahun 2001-2003 cenderung menurun. Tahun 2001 kasus kelahiran mati sebanyak 15 orang (0,42%), tahun 2002 sebanyak 8 orang (0,21%) dan tahun 2003 menjadi 8 orang (0,37%). Tahun 2004 kasus kelahiran mati meningkat menjadi 30 orang (1,91%). Tahun 2005 kasus kelahiran mati ditemukan sebanyak 32 orang (2,22%). Tahun 2006 kasus kelahiran mati sebanyak 35 orang (2,35%). Secara jelas data kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut ini.


(17)

Tabel 1.1

Distribusi Jumlah Kelahiran Mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2001-2006

Tahun Jumlah Kelahiran

Mati

Jumlah Ibu

Melahirkan Persentase (%)

2001 15 3547 0,42

2002 8 3724 0,21

2003 8 2124 0,37

2004 30 1564 1,91 2005 32 1435 2,22 2006 35 1485 2,35

Jumlah kelahiran mati tahun 2003 ke tahun 2005 menunjukkan cenderung meningkat yaitu dari 0,37% tahun 2003 meningkat menjadi 1,91% tahun 2004 dan menjadi 2,22% pada tahun 2005. Tahun 2006, kasus kelahiran mati ditemukan sebesar 2,35%. Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko pada kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2006.

1.2. Rumusan Masalah

Meningkatnya jumlah kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2006.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor risiko dan hubungannya dengan kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005 – 2006.


(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

1). Untuk mengetahui hubungan kunjungan K1 ibu hamil dengan terhadap

kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

2). Untuk mengetahui hubungan kunjungan K4 ibu hamil dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

3). Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

4). Untuk mengetahui hubungan anemia ibu dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

5). Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit ibu dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

6). Untuk mengetahui hubungan riwayat persalinan dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

7). Untuk mengetahui hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

8). Untuk mengetahui hubungan penolong persalinan dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

9). Untuk mengetahui hubungan jarak rumah ke tempat persalinan dengan kelahiran mati Kabupaten Tapanuli Utara

10). Untuk mengetahui faktor risiko dominan penyebab kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk program safe motherhood dan making

pregnancy safer di Tapanuli Utara


(20)

BAB 2

STUDI KEPUSTAKAAN 2.1. Kumpulan Pendapat/Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kasus kelahiran mati di Indonesia secara khusus belum dapat ditemukan dalam suatu literatur buku maupun jurnal-jurnal penelitian sehingga penulis mengalami kesulitan menemukan hasil-hasil penelitian terdahulu di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Aarhus University Hospital terhadap 25.395 ibu hamil didapatkan informasi bahwa sebanyak 18.478 ibu hamil minum kopi selama masa kehamilan. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan ditemukan bahwa ibu hamil yang selama kehamilan minum kopi lebih dari 8 (delapan) gelas atau lebih kemungkinan untuk mengalami kelahiran mati 3 (tiga) kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak minum kopi.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penyebab kelahiran mati antara lain

fetoplacental dysfunction (tidak berfungsinya plasenta), antepartum haemorrhage

(perdarahan sebelum partus), congenital malformation (adanya kelainan bawaan),

intrapartum event (adanya kejadian saat proses kehamilan), unexplained intrauterine death (kurangnya penjelasan kematian yang disebabkan perdarahan), maternal disease (adanya penyakit pada ibu).

Kelahiran mati di negara Singapore pada tahun 1994 berjumlah 4,48/1000 kelahiran hidup. Kelahiran mati tertinggi pada masyarakat Melayu dan ibu yang tidak


(21)

melakukan pemeriksaan kehamilan pada dokter atau petugas kesehatan (Bidan). Kelahiran mati di Amerika Serikat setiap tahunnya terjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Zachary, 2002).

Kelahiran mati di Amerika Serikat berdasarkan faktor umur terbanyak pada usia 20-24 tahun yaitu 8 orang (3,7%) dari 19 kasus kelahiran mati pada tahun 2000 (Kulakov, 2001).

2.2. Definisi yang Berhubungan Dengan Penelitian 2.2.1. Kelahiran Mati (Still Birth)

Kelahiran mati adalah keluarnya hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000 gram (Wiknjosastro, 2002).

Program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kelahiran mati dari 25 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (2010). Sehubungan dengan tersedianya data studi mortalitas SKRT 2001, beberapa informasi mengenai kelahiran mati dapat dipertimbangkan sebagai informasi untuk kegiatan-kegiatan program dalam menurunkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2003).

Fetal death didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) adalah


(22)

kehidupan yang sempurna atau keluar dari rahim ibu selama masa kehamilan. Kelahiran mati (kematian janin yang terlambat) dan kematian bayi yang terlalu cepat (kematian bayi pada minggu pertama kehidupan) dikombinasikan dalam suatu kategori yang disebut dengan kematian perinatal (Say, 2001).

Besarnya insiden kelahiran mati dihitung dengan mengetahui jumlah kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih di kali 100 di bagi dengan jumlah seluruh kelahiran, yang dikembangkan dalam suatu penelitian di Inggris sebagai ukuran dalam penelitian cross sectional, kohort dan survey (Say, 2001).

100 28 × = births total of No gestation of weeks completed more or at deaths fetal of No s Stillbirth of Incidence

2.2.2. Kelahiran Hidup (Live Birth)

Kelahiran hidup adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan, dan sesudah terpisah dari ibunya bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum (Wiknjosastro, 2002).

2.2.3. Kematian Janin (Foetal Death)

Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak benafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Wiknjosastro, 2002).


(23)

Definisi ini seringkali pangkal perbedaan dalam angka-angka statistik mengenai kematian perinatal. Sebab perbedaan ini ialah karena kriterium yang dipakai mengenai berat badan lahir dan lamanya masa kehamilan tidak selalu sama. Berhubung dengan ini WHO Expert Commitee on the Prevention of Perinatal

Morbidity and Mortality (1970) menganjurkan agar dalam perhitungan statistik, yang

dinamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada waktu lahir berat badannya diatas 1000 gram.

Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu

Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu

Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (Late Foetal

Death)

Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga kelompok diatas.

2.2.4. Faktor Risiko

Faktor risiko adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang atau komunitas yang mungkin pada suatu waktu dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kesakitan atau kematian (Manuaba, 1998; Rochyati, 2002; Martaadisoebrata, 2005; Martianto, 1992).


(24)

Menurut Backett, faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetik, lingkungan, atau psikososial. Namun, dalam kesehatan reproduksi, faktor risiko dibagi secara lebih spesifik, yaitu (Martaadisoebrata, 2005) :

1. Faktor demografi : umur, paritas, dan tinggi badan

2. Faktor medis biologis : underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria

3. Faktor riwayat obstetri : abortus habitualis, berbagai komplikasi obstetri, SC 4. Faktor lingkungan : polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis. 5. Faktor sosioekonomibudaya : pendidikan, penghasilan, dan kepincangan

gender (Martaadisoebrata, 2005).

2.3. Faktor Determinan Kelahiran Mati 1. Usia Ibu

Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Risiko tinggi kelahiran mati terjadi pada ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun. Banyak ibu-ibu yang berumur < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia ibu < 20 tahun, rahim, panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia > 35 tahun, tubuh ibu


(25)

sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia > 35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri, persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya. Selain risiko tinggi untuk terjadinya kehamilan kongenitas atau malformasi juga semakin besar (2 kali lebih besar dibanding usia 20-40 tahun) (Depkes RI, 2001).

Hasil penelitian Soejoenoes (1976) di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang diperoleh bahwa dari 5508 kelahiran, yang mengalami kelahiran mati sebanyak 253 kasus, 126 kasus diantaranya ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun.

Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Draper, 2001).

2. Paritas

Risiko terhadap kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan yang paling aman adalah kehamilan kedua dan ketiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeluk tahun 1983 yang di kutip oleh Sarumpaet (2000) menyatakan bahwa persalinan yang paling aman adalah persalinan kedua dan ketiga (Sarumpaet, 2000; Pernol, 1984).

Kehamilan dan persalinan anak pertama, risiko meningkat terutama disebabkan karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan lahir baru pertama kali akan di coba dilalui oleh janin. Pada


(26)

kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin melemah, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Kehamilan dan persalinan anak kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan berulang-ulang akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan misalnya, asam folat, Fe, Yodium, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin D, kelelahan pada tubuh ibu dan alat kandungan (Soejoenoes, 1976).

Hasil penelitian Soejoenoes di RS Dr. Kariadi Semarang tahun 1976 menemukan bahwa dari 253 kasus kelahiran mati, 199 kasus diantaranya merupakan paritas pertama dan paritas keempat atau lebih.

3. Jarak Kelahiran

Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 tahun atau > 5 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih besar. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak antara dua kehamilan > 5 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah


(27)

juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama (Depkes RI, 2001).

4. Riwayat Persalinan Yang Lalu

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsia/eklamsia, kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor (myoma atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan (Pincus, 1998).

5. Umur Kehamilan (Maturitas)

Maturitas ialah kehamilan di hitung dari hari pertama periode menstruasi normal terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.

Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas:

a). Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premateur.

b). Normal (partus maturus) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu (antara 259 hari dan 280 hari), janin matur, berat badan diatas 2500 gram.

c. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilam > 40 minggu.


(28)

Penelitian yang dilakukan Harjono Purwadhi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 1983 menemukan bahwa kematian perinatal yang tertinggi terjadi pada umur kehamilan 32-36 minggu. Penelitian Soejoenoes tahun 1976 di RS Dr. Kariadi Semarang mendapatkan bahwa jumlah kelahiran mati terbesar pada umur kehamilan 28-38 minggu.

6. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan hendaknya di mulai seawal mungkin yaitu segera setelah tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Tujuannya jika ada kelainan pada kehamilan, cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan (Depkes RI, 1998).

Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti umur dan paritas. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan akan mempunyai kematian perinatal lebih rendah dari pada ibu dengan umur atau paritas yang optimal (Mutiara, 1994).

Penelitian di Brazil yang di kutip oleh Mutiara (1994) melaporkan bahwa jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan AKP (Angka Kematian Perinatal). AKP diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai AKP 26,2 per 1000 kelahiran hidup.


(29)

7. Riwayat Penyakit Ibu

Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam (Depkes RI, 2001).

Wanita hamil dengan penyakit seperti diabetes, hipertensi, anemia merupakan faktor yang memperbesar terjadinya kelahiran mati (Mochtar, 1995).

Diabetes melitus pada ibu dapat mengakibatkan bayi mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan (makrosomia), karena kadar gula darah dalam tubuh ibu sangat tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan cepat melebihi usia kehamilan. Diabetes melitus pada bayi juga dapat mengakibatkan hipoglikemia, karena ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin dengan keadaan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dalam tubuh bayi (kadar insulin yang berlebihan) sehingga bayi dapat mengalami hipoglikemia, hipokalsemia dan immaturitas (Jumiarni, 1994).

Hipertensi pada ibu dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dalam kandungan atau Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena hipertensi pada ibu akan menyebabkan terjadinya perkapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta. Dengan adanya perkapuran pada plasenta, makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Jumiarni, 1994).


(30)

8. Anemia Ibu

Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam sel-sel darah merah, yaitu kurang dari 11 gr%. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1995 adalah 51,3% (SKRT 1995). Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan dan bagi ibu hamil yang menderita anemia (Hb < 11 gr%) diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit (Depkes RI, 2002).

Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta penglihatan berkunang-kunang (Depkes RI, 1996).

Masalah yang ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe yaitu sekitar 64,4% pada tahun 1998, hal ini disebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe saat pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).

Kegiatan yang saat ini dilaksanakan adalah mengganti Fe dengan multivitamin dan pemberiaan tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah menengah (Depkes RI, 2002).

Kehilangan fisiologis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan diperkirakan 14 mikrogram per kilogram berat badan per hari atau sekitar 0,8 miligram bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain kehilangan zat besi melalui fisiologis basal juga terjadi kehilangan zat besi


(31)

melalui proses menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95% wanita menstruasi adalah 1,6 miligram per hari (Martianto, 1992).

Wanita yang berat badannya 55 kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan janin 290 miligram dan untuk plasentas 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama sembilan bulan kehamilan adalah 1000 miligram (Martianto, 1992).

9. Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan

Sasaran ibu hamil ini hendaknya digambarkan dalam peta wilayah dengan kode yang diperbaharui setiap bulan, sehingga ada peta ibu hamil yang bersifat dinamis. Peta ini perlu dilengkapi dengan lokasi ibu hamil berisiko (Depkes RI, 1996).

Pemanfaatan peta wilayah ini berguna untuk pembangunan fasilitas kesehatan sehingga semua masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bersifat urgensi. Dengan adanya peta wilayah ibu hamil maka diharapkan pelayanan kesehatan yang ada di desa dapat dijangkau dengan jarak kurang dari 3000 meter (Depkes RI, 1996)

10. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin

Morbiditas dan mortalitas perinatal mempunyai kaitan sangat erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara umum,


(32)

penyebab morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia, infeksi, trauma lahir dan cacat bawaan.

11. Penyakit Infeksi

Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak langsung dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya:

a). Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga amnion.

b). Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak

memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion.

c). Pada ibu yang menderita gonorea, kuman menulari janin pada saat janin melalui jalan lahir.

2.4. Pencegahan Kelahiran Mati

2.4.1. Pelayanan Antenatal-Care Secara Rutin

Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini meliputi pemeriksaan kehamilan dan tindak lanjut terhadap penyimpangan yang ditemukan, pemberian intervensi dasar (misalnya pemberian imunisasi TT dan teblet Fe), serta mendidik dan memotivasi ibu agar dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya.


(33)

Penerapan praktis pelayanan antenatal-care sering dipakai standard minimal yaitu, terdiri atas (Depkes RI, 1996) :

1). Timbang berat badan dan (pengukuran) tinggi badan (suatu teknologi tepat guna) yang dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu.

2). Pemeriksaan tekanan darah 3). Pemeriksaan Hb

4). Pemeriksaan tinggi fundus uteri

5). Pemberian tetanus toksoid (TT) dua kali selama hamil

6). Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama hamil.

Antenatal-care merupakan kegiatan pemeriksaan ibu dan janin selama kehamilan yang dilakukan secara teratur. Pemeriksaan antenatal pertama kali biasanya dilakukan pada bulan pertama kehamilan, selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan dan periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.

Jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut: a. Trimester I dan II

1. Setiap bulan sekali

2. Di ambil data tentang laboratorium 3. Pemeriksaan Ultrasonografi

4. Nasehat Diet : - Empat sehat lima sempurna

- Protein ½ gr/Kg berat badan ditambah satu telor/hari 5. Observasi : - Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan


(34)

6. Rencana : - Pengobatan penyakit

- Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan - Imunisasi tetanus I

b. Trimester III

1. Setiap seminggu atau dua minggu sampai ada tanda kelahiran tiba 2. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

3. Diet empat sehat lima sempurna 4. Pemeriksaan ultrasonografi 5. Imunisasi tetanus II

6. Observasi : - Penyakit yang menyertai kehamilan - Komplikasi hasil trimester ketiga

- Berbagai kelainan kehamilan trimester III 7. Nasehat dan petunjuk tentang:

- Tanda inpartu

- Kemana harus datang untuk melahirkan

Frekuensi kunjungan masing-masing ibu hamil berbeda-beda tergantung pada keadaan masing-masing ibu hamil (keluhan-keluhan). Tujuan pengawasan antenatal ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu hamil, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan ibu pada saat postpartum dalam keadaan sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal-care harus diusahakan agar:


(35)

1). Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati

2). Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik maupun mental (Depkes RI, 1990).

2.4.2. Pengawasan Terhadap Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk

pregnancy)

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu atau janin dapat terancam. Penentuan kehamilan dengan risiko tinggi pada ibu maupun janin dapat dilakukan dengan cara:

a. Melakukan anamnesa yang intensif (baik) yakni anamnese identitas (istri dan suami), anamnese umum (tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, perkawinan, tentang haid, tentang riwayat kehamilan yang lalu dan sebagainya)

b. Melakukan pemeriksaan fisik

c. Melakukan pemeriksaan penunjang (teknik diagnosa gawat janin), seperti: 1) Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan urine dan darah

sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan (pada permulaan dan akhir kehamilan)

2) Pemeriksaan rontgenologi

Pemeriksaan rontgenologi di pakai sebagai penunjang diagnosa bila terdapat keragu-raguan pada pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan ini boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan. Pemeriksaan rontgenologi


(36)

dapat memberikan informasi tentang keadaan janin dan kandungan (letak janin, posisi janin dan tanda-tanda kematian janin dalam kandungan) 3) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

USG tidak berbahaya bagi janin, jadi boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pemeriksaan USG dapat mengetahui letak plasenta, jumlah air ketuban, taksiran berat badan janin, gerakan dan bunyi jantung janin (Depkes RI, 1990)

2.4.3. Mewujudkan Pelayanan Kebidanan Yang Baik Dan Bermutu

Menurut Prawirohardjo hal-hal di bawah ini sangat perlu menjadi perhatian untuk dikembangkan seluas-luasnya dalam membina pelayanan kebidanan yang baik dan bermutu memecahkan masalah kematian perinatal, antara lain:

a. Semua ibu hamil menggunakan kesempatan untuk menerima pengawasan

serta pertolongan kehamilan, persalinan dan nifas.

b. Walaupun tidak semua persalinan berlangsung di rumah sakit, namun harus ada kemungkinan bahwa ibu tersebut dapat menerima perawatan segera di rumah sakit jika terjadi komplikasi.

c. Pemberian prioritas bersalin di rumah sakit kepada:

1. Wanita dengan komplikasi obstetrik: panggul sempit, preeklamsia dan eklamsia, kelainan letak, kehamilan ganda dan lain sebagainya.


(37)

2. Wanita dengan riwayat obstetrik yang buruk: perdarahan postpartum, kematian janin sebelum lahir, dan sebagainya pada kehamilan sebelumnya.

3. Wanita dengan kehamilan pertama, kelima atau lebih

4. Wanita dengan umur di bawah 20 tahun atau 35 tahun ke atas.

2.4.4. Pengawasan Ibu dan Bayi

Pengawasan dan pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda/gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya. Bila ada tanda bahaya, ibu perlu mendapatkan pertolongan segera di rumah sakit (Depkes RI,2001).

Kebanyakan kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas normal. Namun, 15 sampai 20 diantara 100.000 ibu hamil mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan atau nifas (Depkes RI, 2001).

Gangguan tersebut dapat terjadi secara mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya. Tujuannya, agar dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke rumah sakit untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya (janin) (Depkes RI, 2001).

Ada 10 tanda bahaya yang perlu dikenali dalam pengawasan ibu dan bayi pada saat kehamilan yaitu :


(38)

1. Ibu tidak mau makan dan muntah terus 2. Berat badan ibu hamil tidak naik 3. Perdarahan

4. Bengkak tangan/wajah, pusing, dan dapat diikuti kejang 5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada

6. Kelainan letak janin dalam rahim

7. Ketuban pecah sebelum waktunya (ketuban pecah dini) 8. Persalinan lama

9. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan 10.Demam tinggi pada masa nifas (Depkes RI, 2001).

Pengenalan tanda bahwa tersebut di atas maka perlu dilakukan pengawasan seperti tersebut dibawah ini:

a. Pengawasan terhadap terjadinya infeksi

b. Pengawasan terhadap terjadinya trauma kelahiran.

Upaya peningkatan mutu pelayanan dan pengawasan diperlukan suatu manajemen yang baik dalam penanganan kelahiran mati. Untuk terlaksananya kegiatan pengawasan kelahiran mati perlu di dukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan sistem pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 2003).

2.5. Manajemen Puskesmas

Pelayanan yang baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya yang mengatur proses manajemen secara baik. Gerry Terry dikutip dari Hellriegel dan Slocum, 1992;


(39)

Koontz dan Weirich, 1992; Winardi, 1990 dan juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling (POAC). Luther Gullick (1937) menyebutkan proses usaha dalam manajemen yang meliputi

planning, organizing, staffing, directing, coordinating, operating, reporting, budgeting dan supervising (POSDCORBS). Stoner di kutip dari Hellriegel dan

Slocum, 1992; Koontz dan Weirich, 1992; Winardi, 1990 memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Yoga, 2003).

Pelaksanaan manajemen puskesmas perlu memperhatikan upaya manajemen kebutuhan (demand) yang ditandai dengan skala prioritas dan penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Menejemen puskesmas memiliki peran untuk melakukan perencanaan pengembangan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, mengevaluasi manfaat bagi pelayanan pasien, penghitungan laba-rugi pengembangan dan penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait (Yoga, 2003).

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang sesuai (berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Wijono, 1999)

Avedis Donobedian (1980) dalam bukunya The Definition of Quality and


(40)

Assessment dalam Wijono (1999) mengatakan bahwa mutu adalah suatu sifat yang

dimiliki dan merupakan suatu keputusan terhadap unit-unit pelayanan tertentu dan bahwa pelayanan dibagi ke dalam dua bagian yaitu teknik dan interpersonal. Mutu pelayanan kesehatan terdiri dari aplikasi ilmu kedokteran (medical science) dan teknologi yang memaksimalkan manfaatnya terhadap kesehatan, tanpa menambah risikonya. Oleh karenanya, derajat mutu, pelayanan yang disediakan diharapkan memberikan keseimbangan yang paling baik antara risiko dan manfaat (Wijono, 1999).

Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem. Menurut Prof. A. Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu yaitu dari struktur input, proses, output dan outcome (Wijono, 1999).

a. Input

Struktur input meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan.

b. Proses

Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi


(41)

tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Untuk mencapai hasil cakupan kegiatan pokok, puskesmas melakukan rangkaian kegiatan proses sebagai berikut:

1. Pengorganisasian tenaga yang ada 2. Lokakarya mini puskesmas

3. Pemantauan wilayah setempat (PWS)

4. Penyediaan peralatan dan bahan-bahan tepat waktu 5. Bimbingan teknis petugas pelaksana sesuai prosedur tetap 6. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat

7. Pelayanan yang ramah dan bermutu

c. Output

Proses penyusunan kegiatan yang sistematis dan terencana maka dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan dengan sumber daya yang ada supaya lebih efisien dengan memperhatikan keadaan lingkungan sosial, budaya, fisik dan biologik.

Output yang dihasilkan dapat dirumuskan kekurangan atau kelemahan yang

ada pada input dan proses, di samping juga melihat faktor lingkungan. Walaupun lingkungan sendiri tidak dapat segera diperbaiki dengan kegiatan puskesmas, tetapi pengetahuan tentang keadaan lingkungan dapat membantu merumuskan strategi atau cara pendekatan dalam melakukan kegiatan agar dapat berhasil.


(42)

d. Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan

profesional terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif (Wijono, 1999).

Penilaian terhadap outcome adalah evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau

kepuasan. Evaluasi ini dalam banyak hal memberikan bukti atau fakta akhir dimana pelayanan asuhan baik, buruk, atau diabaikan yang disebabkan karena keadaan sosial yang mendasar dalam arti luas dan kesepakatan profesi dimana hasil-hasilnya timbul, paling sedikit terhadap derajat pelayanan asuhan yang semestinya (Wijono, 1999).

Terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat maka puskesmas harus di tunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi-fungsi manajemen puskesmas yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2004)

Puskesmas dalam pelayanan ibu hamil untuk mencapai sasaran dan target yang diharapkan perlu dilaksanakan pengelolaan upaya penjaringan ibu hamil melalui pemeriksaan kesehatan K1 dan K4 melalui instrumen yang ada dipuskesmas yaitu perencanaan tingkat puskesmas, minilokakarya, dan stratifikasi puskesmas (Depkes RI, 2000).


(43)

Pelayanan kesehatan perinatal di wilayah kerja Puskesmas lebih diutamakan kepada upaya peningkatan, pencegahan dan deteksi dini risiko tinggi pada masa perinatal serta penatalaksanaannya pada tingkat pelayanan kesehatan dasar yang sesuai dengan batas kewenangan petugas kesehatan dalam rangka mendukung upaya penurunan kematian bayi terutama pada masa neonatal (Depkes RI, 1993).

Contoh kasus:

Kegiatan pelayanan ibu hamil kunjungan pertama (K1), maka diperhitungkan bahwa K1 diupayakan mencapai 85% (output).

Input

- Tenaga Kesehatan - Sarana dan prasarana - Biaya

Proses

- Penyuluhan kesehatan setiap kali dalam pembinaan posyandu - Pembinaan kader posyandu oleh bidan di desa

- Menambah waktu buka puskesmas pembantu

Output

- Kegiatan yang dilakukan pada proses dan input maka diharapkan kunjungan ibu hamil (K1) dapat mencapai 85%.


(44)

Outcome

- Pelayanan kunjungan ibu hamil yang mencapai 85% maka deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dapat segera ditangani sebagai pencegahan terjadinya kematian ibu dan bayi.

Pelayanan kesehatan perinatal masih belum mendapat perhatian sepenuhnya dan belum diupayakan secara komprehensif. Hal ini terlihat dari:

1. Kurangnya jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perinatal yang

menyebabkan belum terjaminnya kesejahteraan janin dan keselamatan bayi baru lahir serta belum memadainya pelaksanaan perawatan pada bayi baru lahir. 2. Terbatasnya kemampuan dan keterampilan petugas dalam pelayanan kesehatan

perinatal termasuk penatalaksanaan kegawat-daruratan.

3. Mekanisme rujukan medis pada saat ini masih belum mendukung upaya

menurunkan kematian perinatal di suatu wilayah oleh karena banyaknya faktor teknis dan non teknis yang berada di luar batas kemampuan petugas kesehatan. 4. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan bayi yang

harus di mulai sejak janin dalam kandungan hingga minggu pertama kehidupan bayi.

Hal ini terlihat dari kunjungan antenatal rata-rata kurang dari 4 kali, masih banyak persalinan yang di tolong oleh dukun bayi, masih banyak perawatan bayi baru lahir tidak higienes, masih banyak ibu-ibu yang memberikan makanan lain selain air susu kepada bayi baru lahir dan masih kurangnya penyuluhan mengenai kesehatan bayi baru lahir kepada keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1993).


(45)

Hal-hal yang perlu diperhatikan berdasarkan keadaan tersebut diatas maka perlu perencanaan pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas sebagai berikut: 1. Menentukan target sasaran.

Target sasaran ditentukan oleh petugas puskesmas bersama-sama dengan kepala desa atau kader posyandu. Target pelayanan kesehatan perinatal disesuaikan dengan target ibu hamil, pertolongan persalinan dan bayi baru lahir di wilayah tersebut. Target di buat per RT/RW, per posyandu atau per desa disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

2. Menyiapkan sarana dan peralatan.

Sarana dan peralatan bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan perinatal disiapkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di tingkat keluarga, masyarakat, pondok bersalin, puskesmas dan puskesmas dengan perawatan. Persiapan ini meliputi antara lain, menyiapkan kamar/ruangan untuk pelayanan antenatal dan tempat bersalin yang bersih dengan sistem penerangan yang memadai, peralatan pertolongan persalinan yang steril, peralatan untuk perawatan tali pusat di rumah, sarana transportasi untuk persiapan rujukan dan sebagainya. Persiapan dilakukan melalui pendekatan kepada keluarga dan masyarakat setempat.

Sarana dan peralatan yang harus tersedia di pusat pelayanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas, polindes dan pustu seperti tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 dapat di lihat secara rinci pada tabel 2.1 berikut ini.


(46)

Tabel 2.1

Daftar Peralatan Untuk Pertolongan Persalinan

No Jenis Alat Tersedia Berfungsi

1. Tensi meter R R

2. Stetoskop binoculer R R

3. Monoral (alat pendengar denyut jantung janin

dalam kandungan)

R R

4. Timbangan dewasa R R

5. Timbangan bayi R R

6. Pengukur panjang bayi R R

7. Termometer R R

8. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu dan bayi) R R

9. Penghisap lendir R R

10. Lampu/sorot R R

11. Sterilisator R R

12. Alat pemeriksa Hb (sahli) R R

13. Sarung tangan untuk mencuci alat R R

14. Masker R R

15. Pengamanan mata R R

16. Forceps R R

17. Gunting tali pusat R R

18. Gunting benang R R

19. Gunting episitomi R R

20. Kateter karet/metal R R

21. Pincet anatomi R R

22. Pincet chirurgial R R

23. Vagina spekulum R R

24. Pengikat tali pusat R R

25. Tampon vagina R R

26. Jarum kulit dan otot R R

27. Sarung tangan R R

28. Benang sutera dan catgut R R

29. Kapas R R

Keterangan :

R : Tersedia dan Berfungsi


(47)

Peralatan proses persalinan yang seharusnya tersedia di puskesmas, pustu, maupun polindes sebanyak 29 jenis peralatan. Selain peralatan tersebut, perlu juga disediakan formulir persalinan. Untuk lebih jelas formulir yang harus tersedia dapat di lihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Formulir Yang Disediakan Dalam Proses Persalinan

No Jenis Formulir yang Disediakan Tersedia

1. Formulir ANC R

2. Formulir Partograp R

3. Formulir Persalinan/Nifas dan KB R

4. Buku register: ibu, bayi, anak, KB R

5. KMS ibu hamil R

6. Formulir laporan R

7. Formulir rujukan R

Catatan :

ANC : Antenatal-Care KB : Keluarga Berencana KMS : Kartu Menuju Sehat

3. Menyiapkan tenaga yang mampu dan terampil.

Kemampuan petugas kesehatan terutama bidan dan paramedis

puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan perinatal termasuk penatalaksanaan kegawat-daruratan dan rujukan perinatal yang sesuai dengan kewenangannya dapat ditingkatkan dengan pelatihan, pembinaan dan konsultasi berjenjang dengan dokter puskesmas/dokter ahli rumah sakit, rujukan di samping pembinaan dukun bayi terlatih.


(48)

4. Menyiapkan kemandirian keluarga.

Peran serta masyarakat dan kemandirian keluarga dalam mendukung upaya keamanan persalinan dan keselamatan bayi baru lahir dapat ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan yang intensif antara lain penyuluhan mengenai tanda-tanda risiko tinggi pada ibu hamil dan bayi baru lahir berikut pencegahannya, tempat yang tepat bagi keluarga untuk mencari pertolongan kesehatan, cara merawat bayi baru lahir, memberikan ASI kepada bayi segera setelah lahir dan sebagainya.

5. Manfaatkan dan mendayagunakan potensi dan sumber daya masyarakat yang mendukung terselenggaranya upaya keamanan persalinan dan keselamatan bayi baru lahir, misalnya dukungan dana sehat, melatih dukun beranak, dan lain-lain

6. Membuat rencana pembinaan dan pengawasan serta rencana tindak lanjut berdasarkan pada skala prioritas. Dalam menyusun rencana ini termasuk pula rencana kegiatan pembinaan dan supervisi dukun bayi, pembinaan ibu-ibu/kelompok peminat KIA, kader dan posyandu (Depkes RI, 1993).

2.6. Landasan Teori

MacMahon dan Pugh (1970) dalam Murti (2003) mengemukakan bahwa setiap efek atau penyakit tak pernah tergantung kepada sebuah faktor penyebab, tetapi tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya.


(49)

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya efek disebut promotor sedangkan yang menghambat terjadinya efek disebut inhibitor.

Kelahiran mati atau still birth merupakan salah satu bagian dari kematian perinatal yang menjadi indikator kesehatan suatu daerah/bangsa. Kelahiran mati dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pelayanan antenatal-care (K1, K4), paritas, riwayat kehamilan, lingkungan, status gizi, penyakit infeksi, pendidikan, pengetahuan, dan faktor lain yang menyebabkan terjadinya kelahiran mati.

Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan untuk cepat tanggap juga memberi pengaruh terhadap terjadinya kelahiran mati. Kebijakan terhadap sarana dan prasarana dalam upaya peningkatan mutu kesehatan ibu hamil serta kemampuan deteksi dini terhadap terjadinya kelainan kehamilan merupakan faktor penting dalam deteksi dini kelahiran mati (Sarimawar, 2004).

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan antenatal atau menyelesaikan masalah-masalah mutu dengan program jaminan mutu dilakukan pendekatan sistem artinya memperhatikan proses pelayanan antenatal, faktor ibu dan lingkungan.


(50)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasaan teori dan studi kepustakaan maka peneliti membuat suatu kerangka konsep penelitian seperti dibawah ini.

Antenatal-Care

1. Kunjungan K1 2. Kunjungan K4

2.8 Jawaban Penelitian

1). Ada hubungan kunjungan K1 ibu hamil dengan kelahiran mati 2). Ada hubungan kunjungan K4 ibu hamil dengan kelahiran mati 3). Ada hubungan paritas dengan kelahiran mati

4). Ada hubungan anemia ibu dengan kelahiran mati

5). Ada hubungan riwayat penyakit ibu dengan kelahiran mati 6). Ada hubungan riwayat persalinan dengan kelahiran mati

7). Ada hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kelahiran mati 8). Ada hubungan penolong persalinan dengan kelahiran mati

9). Ada hubungan jarak rumah ke tempat persalinan dengan kelahiran mati

Faktor Ibu

1. Paritas 2. Anemia

3. Riwayat penyakit ibu 4. Riwayat Persalinan

Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitas Pelayanan

kesehatan

2. Penolong persalinan

3. Jarak rumah ke tempat

persalinan

Lahir

HIDUP


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah, studi analitik dengan desain case control study dengan memilih kasus kelahiran mati dan kontrol kelahiran hidup. Peneliti kemudian melakukan wawancara untuk mengetahui paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektip) melalui alat ukur kuesioner.

3.2. Tempat dan Waktu 3.2.1. Tempat

Penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara karena berdasarkan survei awal yang dilakukan jumlah kelahiran mati meningkat selama tahun 2005-2006.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari – September 2007

3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah ibu melahirkan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005 - 2006 yang terdiri dari kasus yaitu, ibu yang mengalami kelahiran mati dan kontrol adalah ibu dengan janin kelahiran hidup.


(52)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah merupakan total kasus yaitu 67 orang ibu yang bayinya mengalami kelahiran mati dan kontrol sebanyak 67 orang ibu yang bayinya kelahiran hidup dengan perbandingan kasus : kontrol adalah 1: 1 kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria inklusi yaitu responden bersedia untuk diwawancarai, usia kehamilan ibu 28 minggu dan berat janin lebih dari atau sama dengan 1000 gram, sedangkan kriteria eksklusi jika responden meninggal atau pindah, usia kehamilan ibu kurang dari 28 minggu, dan berat badan janin lahir kurang dari 1000 gram. Sampel dalam penelitian ini dengan melakukan matching pendidikan dan pekerjaan .

Matching dilakukan untuk mengurangi bias penelitian. Matching pendidikan diketahui karena pendidikan memiliki pengaruh terhadap terjadinya kelahiran mati, dalam hal ini pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam merawat kehamilan, sehingga ibu mengetahui pentingnya perawatan masa kehamilan dan memeriksakan umur kehamilan untuk mendeteksi secara dini jika ada masalah dalam perkembangan janin.

Matching pekerjaan karena ibu yang melakukan pekerjaan yang berat dapat mengganggu perkembangan janin yang dapat menimbulkan kelainan pada janin dan rahim, sehingga dapat menyebabkan kelahiran mati. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan matching terhadap pendidikan dan pekerjaan.


(53)

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan kasus diambil berdasarkan buku kohort ibu yang ada di puskesmas, kemudian dilakukan kunjungan dan melakukan wawancara dengan menggunakan alat kuesioner yang telah disusun secara sistematis.

Kontrol diambil dengan memperhatikan matching yang dibuat pada penelitian ini yaitu, pendidikan dan pekerjaan ibu. Kontrol adalah ibu hamil yang berada pada satu wilayah kerja puskesmas dimana terdapat ibu yang bayinya kelahiran mati.

3.4. Manajemen Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data langsung dari hasil wawancara terhadap responden yaitu: a) kunjungan K1, b) kunjungan K4, c) paritas, d) riwayat penyakit ibu, e) riwayat persalinan, f) fasilitas pelayanan kesehatan, g) penolong persalinan, h) jarak rumah ke tempat persalinan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari formulir ANC, formulir partograp, formulir persalinan/nifas dan KB, buku register ibu, bayi, anak, KB, catatan hasil pemeriksaan Hb dan formulir laporan puskesmas dan rumah sakit serta data-data yang ada di dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara.


(54)

3.5. Definisi Operasional

a) Lahir adalah keluarnya hasil konsepsi dari rahim ibu dalam keadaan hidup atau mati.

b) Kelahiran hidup adalah keluarnya hasil konsepsi dari rahim ibu dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan tanpa memandang usia kehamilan

c) Kelahiran mati adalah keluarnya hasil konsepsi dari rahim ibu dalam keadaan mati pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.

d) Kunjungan K1adalah kunjungan pertama kali pemeriksaan kehamilan ibu oleh petugas kesehatan

e) Kunjungan K4 adalah kumjungan empat kali pemeriksaan kehamilan ibu oleh petugas kesehatan

f) Paritas merupakan banyaknya persalinan yang terjadi dalam keadaan hidup ataupun mati

g) Anemia adalah kadar Hb dalam darah kurang dari 11gr% (Depkes RI, 2002) h) Riwayat penyakit ibu adalah ibu yang menderita salah satu penyakit seperti

diabetes, hipertensi dan anemia yang mengakibatkan terganggunya perkembangan janin dalam rahim ibu.

i) Jarak rumah ke tempat persalinan adalah jarak rumah ibu ke tempat bersalin dalam satuan meter.

j) Riwayat persalinan adalah cara ibu melahirkan di masa lalu seperti operasi sesar, abortus, persalinan sungsang, prematuritas.


(55)

k) Fasilitas pelayanan kesehatan yaitu peralatan yang ada di puskesmas maupun di polindes yang digunakan untuk menolong proses persalinan.

l) Penolong persalinan adalah orang yang menolong ibu bersalin selama proses persalinan

3.6. Aspek Pengukuran

a). Lahir merupakan kejadian keluarnya hasil konsepsi yang di ukur menggunakan skala nominal :

1. Lahir Mati 0. Lahir Hidup

b). Kunjungan K1 ibu hamil merupakan pemeriksaan pertama kali kehamilan oleh tenaga kesehatan yang di ukur menggunakan skala nominal :

1. Tidak ada 0. Ya

c). Kunjungan K4 ibu hamil merupakan kunjungan pemeriksaan kehamilan empat kali oleh tenaga kesehatan yang di ukur menggunakan skala nominal :

1. Tidak ada 0. Ya

d). Paritas merupakan banyaknya kelahiran yang terjadi yang di ukur menggunakan skala nominal :

1. Risiko Tinggi, jika paritas 1 atau >3 kali 0. Tidak Risiko Tinggi, jika paritas 2 – 3


(56)

e). Anemia merupakan rendahnya kadar Hb dalam sel-sel darah merah yang di ukur menggunakan skala nominal (Depkes RI, 2002):

1. Anemia, jika kadar Hb dalam sel-sel darah merah < 11 mg% 0. Tidak Anemia, jika kadar Hb dalam sel-sel darah merah ≥ 11 mg%

f). Riwayat penyakit ibu adalah ibu yang menderita salah satu penyakit diabetes, hipertensi dan anemia yang di ukur menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas:

1. Risiko tinggi jika ibu menderita salah satu penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan anemia.

0. Tidak risiko tinggi jika ibu tidak ada menderita penyakit hipertensi, diabetes dan anemi.

g). Jarak rumah ke tempat persalinan adalah jarak rumah ibu ke tempat bersalin dibedakan atas jarak (Depkes RI, 1996) :

1. Jauh jika berjarak > 3000 meter 0. Dekat jika berjarak ≤ 3000 meter

h). Riwayat persalinan merupakan cara kehamilan ibu di masa lalu yang di ukur menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas:

1. Risiko tinggi jika ibu pernah mengalami operasi, abortus, kelainan letak janin.

0. Tidak risiko tinggi jika ibu tidak pernah mengalami operasi, abortus, kelainan letak janin.


(57)

i). Fasilitas pelayanan kesehatan yaitu peralatan yang ada di puskesmas maupun di polindes yang digunakan untuk menolong proses persalinan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 yang di ukur menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas:

1. Tidak lengkap jika peralatan persalinan di puskesmas maupun polindes ada tetapi tidak berfungsi

0. Lengkap jika peralatan yang butuhkan untuk proses persalinan di puskesmas maupun di polindes berfungsi

j). Penolong persalinan adalah orang yang menolong ibu bersalin selama proses persalinan yang di ukur menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas:

1. Bukan petugas kesehatan jika yang mengeluarkan hasil konsepsi adalah dukun, dukun terlatih, shinse dan masyarakat.

0. Petugas kesehatan jika yang mengeluarkan hasil konsepsi adalah bidan, perawat, dokter atau tenaga medis profesional lainnya.

3.7. Rancangan Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Untuk melihat distribusi variabel independen meliputi antenatal-care, faktor ibu dan pelayanan persalinan yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan variabel independen kunjungan K1, kunjungan K4, paritas, anemia ibu, riwayat penyakit ibu, riwayat


(58)

persalinan ibu, fasilitas pelayanan kesehatan, penolong persalinan, dan jarak rumah ke tempat persalinan dengan variabel dependen (kelahiran mati) dengan menggunakan uji Chi-Square, pada tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05) (Murti, 1997)

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan kelahiran mati yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan terhadap terjadinya kelahiran mati. Analisis multivariat dilakukan untuk beberapa variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kelahiran mati. Tahapan analisis multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut (Murti, 1997):

1. Melakukan analisis pada model univariat pada setiap variabel dengan tujuan untuk mengestimasi peranan masing-masing variabel.

2. Melakukan pemilahan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan adalah variabel yang mempunyai nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05)

3. Penentuan faktor-faktor penyebab kelahiran mati, variabel yang akan dimasukkan adalah variabel yang mempunyai nilai p kurang dari 0,05.

Dalam penelitian ini ada 9 (sembilan) variabel yang diduga berhubungan dengan kelahiran mati yaitu kunjungan K1, kunjungan K4, paritas, anemia, riwayat penyakit ibu, riwayat persalinan ibu, fasilitas pelayanan kesehatan, penolong


(59)

persalinan, dan jarak rumah ke tempat persalinan terhadap kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2006.

Untuk melakukan analisis regresi logistik ini menggunakan rumus : Ln = Bo + B1X1 + ……..+ BpXp = Bo + ∑ B1X1

perkiraan probabilitas jadi kasus ln ) ... ( 1 1 13 13 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1

0 BX B X BX BX BX B X

B e P + + + + + + + − + =

dimana : p = adalah probabilitas untuk terjadi kelahiran mati a = adalah konstanta, dan

bi = koefesien regresi yang ditaksir menggunakan metode maksimum (maksimum likehood methode).

Xi = variabel independen (prediktor) Odds Kasus

ln )

) ( 3 3 2 2 1 1 0 3 3 2 2 1 1 0 1 1 1 X B X B X B B X B X B X B B e e P

P + + +

+ + + − = + = − ) ( 1 1atauExp B

B

e =

dimana : X1 = Kunjungan K1 X7 = Fasilitas Pelayanan Kesehatan X2 = Kunjungan K4 X8 = Penolong Persalinan

X3 = Paritas X9 = Jarak Rumah Ke Tempat Persalinan X4 = Anemia

X5 = Riwayat penyakit ibu X6 = Riwayat Persalinan Ibu


(60)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara

a. Geografis

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 300 – 1.500 meter di atas permukaan laut. Topografi Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu tergolong datar 3,15%, landai 26,86%, miring 25,62% dan terjal 44,35%.

Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 10200 – 20410 Lintang Utara dan 980050 – 990160 Bujur Timur. Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan langsung dengan 5 (lima) kabupaten yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km2 yang terdiri dari luas daratan 3.793,71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 km2, terdiri dari 15 kecamatan dan 243 desa/kelurahan.


(61)

b. Sosiodemografi

Hasil pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan, penduduk Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006 sebanyak 262.642 jiwa dengan uraian laki-laki sebanyak 130.429 jiwa dan perempuan sebanyak 132.213 jiwa.

Tingkat pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara berada pada tingkat menengah yaitu lulusan SLTA sebanyak 21,38%. Secara rinci tingkat pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara diuraikan sebagai berikut, SD sebanyak 10,79%, SLTP sebanyak 16,82%, SLTA sebanyak 21,38%, D-III sebanyak 4,01% dan D-IV/S1 sebanyak 2,81%.

c. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, rumah sakit, institusi pendidikan dan sarana kesehatan lainnya di Kabupaten Tapanuli Utara berjumlah 649 orang.

Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan ditempatkan bidan di desa. Jumlah perawat berjumlah 248 orang, bidan sebanyak 312 orang. Tenaga gizi yang bekerja di puskesmas berjumlah 12 orang, di rumah sakit 9 orang. Jumlah dokter spesialis di kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 7 orang, dokter umum 51 orang, dokter gigi sebanyak 10 orang.


(62)

4.2. Analisis Univariat

Responden dalam penelitian ini berjumlah 134 orang yang terdiri dari 67 responden kelompok kasus dan 67 responden kelompok kontrol. Karakteristik responden berdasarkan sosiodemografi (pendidikan dan pekerjaan) dapat di lihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel. 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dan Pekerjaan Di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2007

Kelahiran Mati

Kasus Kontrol

Sosiodemografi

N % n %

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 4 6 4 6

SD 16 23,9 16 23,9

SMP 25 37,3 25 37,3

SMA 21 31,3 21 31,3

D-3 1 1,5 1 1,5

Total 67 100 67 100

Pekerjaan

Petani 37 55,2 37 55,2

Pedagang 11 16,4 11 16,4

PNS 2 3 2 3

Tidak Bekerja 17 25,4 17 25,4

Total 67 100 67 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden terbanyak berdasarkan pendidikan adalah SMP yaitu sebanyak 25 responden (37,3%), SD sebanyak 16 responden (23,9%), SMA sebanyak 21 responden (31.3%), dan terendah adalah responden dengan tingkat pendidikan D-3 sebanyak 1 orang (1,5%).


(63)

Pada tabel 4.1 dapat di lihat bahwa responden terbanyak berdasarkan pekerjaan adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 37 orang (55,2%), pedagang sebanyak 11 orang (16,4%), PNS sebanyak 2 orang (3%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 17 orang (25,4%)

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berguna untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara faktor risiko (variabel independent) dengan kelahiran mati (variabel dependent) di Kabupaten Tapanuli Utara dilakukan dengan uji Chi-Square dengan nilai = 0,05.

a. Hubungan Variabel Antenatal-Care Dengan Kelahiran Mati Tabel 4.2

Tabulasi Silang Antara Variabel Antenatal-Care Dengan Variabel Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2007 Kelahiran Mati Kasus Kontrol Antenatal-Care

n % n %

X2 / (p Value)

OR / (CI 95%)

Kunjungan K-1

Tidak Ada 46 68,7 27 40,3 Ya 21 31,3 40 59,7

Total 67 100 67 100

10,863 (0,001

3,245 (1,595 – 6,604)

Kunjungan K-4

Tidak Ada 52 77,6 32 47,8

Ya 15 22,4 35 52,2

Total 67 100 67 100

12,762 (0,000)

3,792 (1,794 – 8,012)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase terbanyak yang mengalami kelahiran mati berdasarkan kunjungan K-1 pada kelompok kasus adalah kategori


(64)

tidak melakukan kunjungan K-1 sebanyak 46 responden (68,7%) sedangkan yang melakukan kunjungan K-1 sebanyak 21 responden (31,3%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna terjadinya kelahiran mati dengan kunjungan K-1.

Dari tabel 4.2 dapat dijumpai nilai OR = 3,24, artinya bahwa risiko untuk mengalami kelahiran mati 3,24 kali lebih besar jika tidak melakukan kunjungan K-1 dibanding responden yang melakukan kunjungan K-1.

Pada tabel 4.2 dapat di lihat bahwa persentase kunjungan K-4 pada kelompok kasus adalah responden yang tidak melakukan kunjungan K-4 yaitu sebanyak 52 responden (77,6%) sedangkan yang melakukan kunjungan K-4 sebanyak 15 responden (22,4%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna terjadinya kelahiran mati dengan kunjungan k-4.

Dari tabel 4.2 dapat dijumpai bahwa nilai OR = 3,79, artinya bahwa risiko untuk mengalami kelahiran mati 3,79 kali lebih besar jika tidak melakukan kunjungan K-4 dibanding responden yang melakukan kunjungan K-4.


(65)

b. Hubungan Variabel Faktor Ibu Dengan Kelahiran Mati Tabel 4.3

Tabulasi Silang Antara Variabel Faktor Ibu Dengan Variabel Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2007 Kelahiran Mati

Kasus Kontrol Faktor Ibu

n % n %

X2 / (p Value)

OR / (CI 95%)

Paritas

Risti (1 atau >3) 43 64,2 31 46,3 Tidak Risti (2-3) 24 35,8 36 53,7

Total 67 100 67 100

4,346 (0,037)

2,081 (1,041 – 4,160)

Anemia

Anemia 37 55,2 24 35,8

Tidak Anemia 30 44,8 43 64,2

Total 67 100 67 100

5,086 (0,024)

2,210 (1,104 – 4,422) Riwayat Penyakit Ibu

Risti 41 61,2 22 32,8

Tidak Risti 26 38,8 45 67,2

Total 67 100 67 100

10,815 (0,001)

3,226 (1,589 – 6,548)

Riwayat Persalinan

Risti 39 58,2 24 25,8

Tidak Risti 28 41,8 43 64,2

Total 67 100 67 100

6,740 (0,009)

2,496 (1,244 – 5,008)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa persentase terbanyak yang mengalami kelahiran mati berdasarkan paritas adalah responden dengan paritas pertama atau peritas > 3 yaitu sebanyak 43 orang (64,2%), sedangkan responden dengan paritas 2-3 sebanyak 24 orang (35,8%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna terjadinya kelahiran mati dengan paritas.


(66)

Dari tabel 4.3 dapat dijumpai nilai OR = 2,08, artinya bahwa risiko untuk mengalami kelahiran mati 2,08 kali lebih besar jika paritas pertama atau paritas > 3 dibanding responden dengan paritas 2-3.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa persentase kelahiran mati pada kelompok kasus terbanyak berdasarkan anemia adalah responden yang menderita anemia yaitu sebanyak 37 responden (55,2%) sedangkan responden yang tidak menderita anemia sebanyak 30 responden (44,8%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna terjadinya kelahiran mati dengan responden yang menderita penyakit anemia.

Dari tabel 4.3 dapat dijumpai bahwa nilai OR =2,21 , artinya bahwa risiko untuk mengalami kelahiran mati 2,21 kali lebih besar jika menderita anemia di banding responden yang tidak menderita anemia.

Persentase kelahiran mati pada kelompok kasus terbanyak berdasarkan riwayat penyakit ibu adalah responden dengan risiko tinggi yaitu sebanyak 41 responden (61,2%) sedangkan responden yang tidak risiko tinggi sebanyak 26 responden (38,8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan signifikan dengan nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan bermakna terjadinya kelahiran mati dengan riwayat penyakit ibu dan nilai OR = 3,22, berarti bahwa risiko untuk mengalami kelahiran mati 3,22 kali lebih besar jika memiliki riwayat penyakit risiko tinggi dibanding responden yang tidak memiliki riwayat penyakit risiko tinggi.

Pada tabel 4.3 dapat di lihat bahwa persentase kelahiran mati pada kelompok kasus terbanyak berdasarkan riwayat persalinan adalah responden yang memiliki


(1)

Crosstabs

Case Processing Summary

134 100.0% 0 .0% 134 100.0%

Jarak Rumah ke Tempat Persalinan * Lahir mati

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jarak Rumah ke Tempat Persalinan * Lahir mati Crosstabulation

43 34 77

55.8% 44.2% 100.0%

64.2% 50.7% 57.5%

32.1% 25.4% 57.5%

24 33 57

42.1% 57.9% 100.0%

35.8% 49.3% 42.5%

17.9% 24.6% 42.5%

67 67 134

50.0% 50.0% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

50.0% 50.0% 100.0%

Count

% within Jarak Rumah ke Tempat Persalinan % within Lahir mati % of Total Count

% within Jarak Rumah ke Tempat Persalinan % within Lahir mati % of Total Count

% within Jarak Rumah ke Tempat Persalinan % within Lahir mati % of Total Jauh > 3km

Dekat <= 3km Jarak Rumah ke Tempat

Persalinan Total Kasus Kontrol Lahir mati Total Chi-Square Tests

2.473b 1 .116

1.954 1 .162

2.481 1 .115

.162 .081

2.455 1 .117

134 Pearson Chi-Square

Continuity Correction a

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.50.

b.

Risk Estimate

1.739 .871 3.474

1.326 .922 1.908

.763 .546 1.066

134 Odds Ratio for Jarak

Rumah ke Tempat Persalinan (Jauh > 3km / Dekat <= 3km) For cohort Lahir mati = Kasus

For cohort Lahir mati = Kontrol

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(2)

134 100.0

0 .0

134 100.0

0 .0

134 100.0

Unweighted Cases a

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

Kasus Kontrol

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 67 .0

0 67 100.0

50.0 Observed

Kasus Kontrol Lahir mati

Overall Percentage Step 0

Kasus Kontrol

Lahir mati Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.000 .173 .000 1 1.000 1.000

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

10.863 1 .001

K1 Variables

Step


(3)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

55.763 7 .000

55.763 7 .000

55.763 7 .000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

130.000 .340 .454

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

51 16 76.1

19 48 71.6

73.9 Observed

Kasus Kontrol Lahir mati

Overall Percentage Step 1

Kasus Kontrol

Lahir mati Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

.707 .457 2.390 1 .122 2.027 .828 4.965

1.148 .472 5.922 1 .015 3.153 1.250 7.952

.406 .178 5.204 1 .023 1.501 1.059 2.129

.578 .442 1.710 1 .191 1.783 .749 4.240

1.330 .462 8.307 1 .004 3.782 1.531 9.346

.561 .436 1.653 1 .198 1.752 .745 4.121

1.770 .476 13.851 1 .000 5.870 2.311 14.909

-3.887 .812 22.890 1 .000 .021

K1 K4 PARITAS ANEMIA RWYTSAK RWYTSAL PENOLON Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: K1, K4, PARITAS, ANEMIA, RWYTSAKI, RWYTSALI, PENOL a.


(4)

134 100.0

0 .0

134 100.0

0 .0

134 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

Kasus Kontrol

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 67 .0

0 67 100.0

50.0 Observed

Kasus Kontrol Lahir mati

Overall Percentage Step 0

Kasus Kontrol

Lahir mati Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.000 .173 .000 1 1.000 1.000

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(5)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

48.872 4 .000

48.872 4 .000

48.872 4 .000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

136.891 .306 .407

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

49 18 73.1

17 50 74.6

73.9 Observed

Kasus Kontrol Lahir mati

Overall Percentage Step 1

Kasus Kontrol

Lahir mati Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

1.289 .453 8.076 1 .004 3.628 1.492 8.824

.513 .168 9.326 1 .002 1.670 1.202 2.321

1.409 .438 10.363 1 .001 4.094 1.736 9.656

1.744 .454 14.741 1 .000 5.721 2.349 13.938

-3.313 .712 21.638 1 .000 .036

K4 PARITAS RWYTSAKI PENOLONG Constant Step

1a

B S.E. df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0%C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1:


(6)