Gambaran Indek Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgsris di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang ditandai dengan

adanya plak eritem berbatas tegas yang disertai skuama tebal berwarna keputihan.
Berdasarkan bentuk klinisnya, psoriasis terbagi menjadi psoriasis vulgaris,
psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis pustulosa, dan eritrodema psoriatik.
Namun, psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling lazim ditemukan yaitu
kira-kira 90% dibanding tipe psoriasis lainnya (Djuanda, 2010).
Psoriasis dapat mengenai berbagai populasi di seluruh dunia dengan angka
insidensi yang bervariasi. Insidensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada
penduduk kulit berwarna (Djuanda, 2010). Di Indonesia belum ada data pasti
mengenai jumlah pasien psoriasis. Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H.
Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama
periode Januari – Desember 2010, dari total 3.230 orang yang berobat ke
Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien (1,05%) diantaranya
merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah 16 pasien (47%)

berjenis kelamin pria dan 18 pasien (52,9%) berjenis kelamin wanita (Natali,
2013).
Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti tetapi dipercaya
mempunyai hubungan dengan autoimun dan faktor genetik. Beberapa alel human
leucocyte antigen (HLA) diduga berkaitan dengan psoriasis khususnya HLACw0602 yang mungkin merupakan gen penentu penyakit ini. Walaupun faktor
pencetus dari luar seperti infeksi, trauma, stres serta penyakit herediter juga
mempunyai peran penting dalam manifestasi penyakit ini (Johnston et al., 2008).
Pasien psoriasis mempunyai nilai indeks massa tubuh (IMT) yang
bervariasi. Pada studi penelitian di Itali, dari 560 pasien psoriasis terdapat 59,1%
mempunyai IMT < 26 kg/m2, 28% mempunyai IMT 26-29 kg/m2, dan 12,9 %
mempunyai IMT ≥ γ0 kg/m2 (Naldi et al., 2005). Namun pasien psoriasis yang
dirawat di rumah sakit adalah pasien obesitas (Johnston et al., 2008). Hal ini

dikarenakan pasien psoriasis yang obesitas mempunyai derajat keparahan sedang
sampai berat atau lesi psoriasis ≥ β0% permukaan tubuh (Sterry et al., 2007).
IMT yaitu perbandingan berat badan dalam kilogram dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter. IMT mempunyai hubungan dengan kadar lemak tubuh
total sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan
obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh atau sel
adiposa yang berlebihan ditandai dengan nilai IMT ≥ β5 kg/m2 untuk kawasan

Asia (World Health Organization, 2013). Pada orang obesitas terdapat
penambahan jaringan adiposa yang menyebabkan makrofag berpindah ke jaringan
tersebut. Perpindahan makrofag ini memicu produksi tumor necrosis factor-α
(TNF-α), interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-17, dan interferon-

(IFN-

) yang

merupakan sitokin yang terlibat dalam terjadinya psoriasis.
Selain itu, semakin meningkat IMT maka kadar leptin dan resistin juga
meningkat. Leptin merupakan sitokin turunan adiposa yang akan meningkatkan
aktifitas makrofag untuk menghasilkan IL-1 , IL-6, TNF-α, dan IL-12. Semakin
banyak sitokin yang terlibat dalam patogenesis psoriasis yang dihasilkan pada
orang obesitas maka semakin banyak inflamasi yang dihasilkan atau derajat
keparahan psoriasis semakin berat. Serum resistin yang meningkat pada pasien
psoriasis yang obesitas juga meningkatkan derajat keparahan lesi psoriasis
(Johnston et al., 2008).
Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa IMT akan
mempengaruhi derajat keparahan lesi psoriasis vulgaris. Oleh karena itu, peneliti

ingin mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien psoriasis di
RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien
psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien
psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.


Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat
obesitas pada keluarga.

2.

Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat
psoriasis vulgaris pada keluarga.

3.

Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat
kebiasaan merokok.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat bagi peneliti : memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian, mengaplikasikan ilmu medik dan non-medik,
meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi

dengan

pasien,

mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan di bidang penelitian,
serta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2.

Manfaat bagi subjek penelitian : memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai psoriasis vulgaris terutama hubungan psroriasis vulgaris dengan
indeks massa tubuh.


3.

Manfaat bagi perguruan tinggi : realisasi Tridarma Perguruan Tinggi
dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat dan meningkatkan
hubungan yang baik dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar.

4.

Manfaat bagi istansi terkait penelitian : memberikan masukan kepada
instansi pendidikan, kesehatan, serta pihak-pihak yang terkait tentang
gambaran indeks massa tubuh pasien psoriasis vulgaris di RSUP
H. Adam Malik Medan.