Gambaran Indek Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgsris di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gitvani Silfiyah

Tempat / Tanggal Lahir: Gresik / 26 Agustus 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Dr. Sumarsono No. 4 Medan 20154 Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 2 Tambak (1998-2004)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tambak (2004-2007) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gresik (2007-2010) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU tahun 2011-2012 2. Sekretaris Departemen KAM Rabbani FK USU tahun 2012-2013


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Gitavani Silfiyah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris.

Dalam penelitian tersebut, Saya akan melakukan pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan pengukur tinggi badan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Data Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terkumpul akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Bila data dipublikasikan, kerahasiaannya tetap akan dijaga.

Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan harap ditandatangani.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ………

Umur : ………….. (tahun) Jenis Kelamin : (Laki-laki / Perempuan)

Alamat : ………..

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul “Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan”, maka Saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh peneliti Gitavani Silfiyah.

Demikian surat pernyataan ini untuk dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013 Partisipan,

( ) Nama dan tanda tangan


(4)

Lampiran 4 DATA INDUK Kode Sampel Nomer Rekam Medis Jenis Kelamin Usia (Tahun) Riwayat Psoriasis Riwayat Merokok Riwayat Obesitas BB (Kg) TB (cm) IMT (Kg/m2)

Kelompok IMT

A 00.50.96.02 Perempuan 51 Ibu Saja Tidak Ada Ayah Saja 69.0 159.5 27.12 Obesitas I B 00.50.00.98 Laki - Laki 54 Tidak

Ada Ada

Tidak

Ada 43.1 156.5 21.77 Normal C 00.51.38.00 Laki - Laki 57 Tidak

Ada Ada

Tidak

Ada 89.5 159.5 34.98 Obesitas II D 00.54.60.83 Laki - Laki 59 Saudara

Saja Ada

Saudara

Saja 91.8 163.0 34.55 Obesitas II E 00.54.01.58 Laki - Laki 48 Tidak

Ada Ada

Tidak

Ada 59.6 171.5 20.06 Normal F 00.38.96.28 Laki - Laki 35 Tidak

Ada Tidak Ada

Ayah + Ibu + Saudara

120.0 168.0 42.52 Obesitas II G 9982596 Laki - Laki 69 Tidak

Ada Ada

Ayah +

Ibu 65.0 165.0 23.88

Kelebihan Berat Badan H 00.38.59.44 Laki - Laki 51 Ayah +

Saudara Ada Ayah Saja 52.0 160.0 20.31 Normal I 00.49.54.47 Perempuan 52 Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada 66.0 155.0 27.47 Obesitas I J 00.55.34.53 Laki - Laki 20 Ayah +

Saudara Tidak Ada

Saudara

Saja 75.4 179.0 23.53

Kelebihan Berat Badan


(5)

Lampiran 5

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Frekuensi Data Penelitian

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki - Laki 8 80.0 80.0 80.0

Perempuan 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid =< 40 tahun 2 20.0 20.0 20.0

> 40 tahun 8 80.0 80.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Kategori IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ideal (18.5-22.9) 3 30.0 30.0 30.0

Kelebihan Berat Badan (23.0-24.9)

2 20.0 20.0 50.0

ObesitasI (25.0-29.9) 2 20.0 20.0 70.0

ObesitasII (>30.0) 3 30.0 30.0 100.0


(6)

Kategori IMT * Riwayat Obesitas Crosstabulation

Riwayat Obesitas

Total Tidak Ada Ayah Saja Ayah + Ibu Saudara Saja

Ayah + Ibu + Saudara

Kategori IMT Ideal (18.5-22.9) Count 2 1 0 0 0 3

% within Kategori IMT 66.7% 33.3% .0% .0% .0% 100.0%

% within Riwayat Obesitas 50.0% 50.0% .0% .0% .0% 30.0%

% of Total 20.0% 10.0% .0% .0% .0% 30.0%

Kelebihan Berat Badan (23.0-24.9)

Count 0 0 1 1 0 2

% within Kategori IMT .0% .0% 50.0% 50.0% .0% 100.0%

% within Riwayat Obesitas .0% .0% 100.0% 50.0% .0% 20.0%

% of Total .0% .0% 10.0% 10.0% .0% 20.0%

ObesitasI (25.0-29.9) Count 1 1 0 0 0 2

% within Kategori IMT 50.0% 50.0% .0% .0% .0% 100.0%

% within Riwayat Obesitas 25.0% 50.0% .0% .0% .0% 20.0%

% of Total 10.0% 10.0% .0% .0% .0% 20.0%

ObesitasII (>30.0) Count 1 0 0 1 1 3

% within Kategori IMT 33.3% .0% .0% 33.3% 33.3% 100.0%

% within Riwayat Obesitas 25.0% .0% .0% 50.0% 100.0% 30.0%

% of Total 10.0% .0% .0% 10.0% 10.0% 30.0%

Total Count 4 2 1 2 1 10


(7)

(8)

Kategori IMT * Riwayat Psoriasis Crosstabulation

Riwayat Psoriasis

Total Tidak Ada Ibu Saja Saudara Saja Ayah + Saudara

Kategori IMT Ideal (18.5-22.9) Count 2 0 0 1 3

% within Kategori IMT 66.7% .0% .0% 33.3% 100.0%

% within Riwayat Psoriasis 33.3% .0% .0% 50.0% 30.0%

% of Total 20.0% .0% .0% 10.0% 30.0%

Kelebihan Berat Badan (23.0-24.9)

Count 1 0 0 1 2

% within Kategori IMT 50.0% .0% .0% 50.0% 100.0%

% within Riwayat Psoriasis 16.7% .0% .0% 50.0% 20.0%

% of Total 10.0% .0% .0% 10.0% 20.0%

ObesitasI (25.0-29.9) Count 1 1 0 0 2

% within Kategori IMT 50.0% 50.0% .0% .0% 100.0%

% within Riwayat Psoriasis 16.7% 100.0% .0% .0% 20.0%

% of Total 10.0% 10.0% .0% .0% 20.0%

ObesitasII (>30.0) Count 2 0 1 0 3

% within Kategori IMT 66.7% .0% 33.3% .0% 100.0%

% within Riwayat Psoriasis 33.3% .0% 100.0% .0% 30.0%

% of Total 20.0% .0% 10.0% .0% 30.0%

Total Count 6 1 1 2 10

% within Kategori IMT 60.0% 10.0% 10.0% 20.0% 100.0%


(9)

Kategori IMT * Riwayat Kebiasaan Merokok Crosstabulation

Riwayat Kebiasaan Merokok

Total Ada Tidak Ada

Kategori IMT Ideal (18.5-22.9) Count 3 0 3

% within Kategori IMT 100.0% .0% 100.0%

% within Riwayat Kebiasaan Merokok

50.0% .0% 30.0%

% of Total 30.0% .0% 30.0%

Kelebihan Berat Badan (23.0-24.9)

Count 1 1 2

% within Kategori IMT 50.0% 50.0% 100.0%

% within Riwayat Kebiasaan Merokok

16.7% 25.0% 20.0%

% of Total 10.0% 10.0% 20.0%

ObesitasI (25.0-29.9) Count 0 2 2

% within Kategori IMT .0% 100.0% 100.0%

% within Riwayat Kebiasaan Merokok

.0% 50.0% 20.0%

% of Total .0% 20.0% 20.0%

ObesitasII (>30.0) Count 2 1 3

% within Kategori IMT 66.7% 33.3% 100.0%

% within Riwayat Kebiasaan Merokok

33.3% 25.0% 30.0%

% of Total 20.0% 10.0% 30.0%

Total Count 6 4 10

% within Kategori IMT 60.0% 40.0% 100.0%

% within Riwayat Kebiasaan Merokok

100.0% 100.0% 100.0%


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Division of Nutrition, Physical Activity and Obesity, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2012. Overweight and Obesity. USA : Centers for Disease Control and Prevention. Available from:

http://www.cdc.gov/obesity/adult/defining.html [Accesed 4 May 2013] Djuanda, A., 2010. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 189-195.

Global Database on Body Mass Index, 2013. BMI Classification. World Health Organization. Available from:

http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html [Accesed 4 May 2013]

Gudjonsson, J. E. and Elder, J.T., 2008. Psoriasis. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. Mc Graw Hill. USA: 169-193.

Jean, J., Garcia-Perez, M.E., Guerard, S., and Pouliot, R., 2011. Current Knowledge in Psoriasis: An Overview of the Skin Disease. In:

Psoriasis: Causes, Diagnosis and Treatment. Nova Science Publisher. New York: 63-89.

Johnston, A. et al., 2008. Obesity in psoriasis: Leptin and resistin as mediators of cutaneous inflammation. Br J Dermatol 159(2): 342–350.

Krueger, J.G., and Bowcock, A., 2005. Psoriasis pathophysiology: current concept of pathogenesis. Ann Rheum Dis 64(Suppl II): ii30–ii36.

Langley, R.G.B., Krueger, G.G., and Griffiths, C.E.M., 2005. Psoriasis: epidemiology, clinical features, and quality of life. Ann Rheum Dis 64(Suppl II): ii18–ii23.

Naldi L. et al., 2005. Cigarrete Smoking, Body Mass Index, and Stressful Life Events as Risk Factors for Psoriasis: Results from an Italian Case-Control Study. J Invest Dermatol 125: 61–67.


(11)

Natali, O., 2013. Profil Kadar Prolaktin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Tesis. Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kesehatan dan Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Nestle, F. O., Kaplan, D.H, and Barker, J., 2009. Mechanism of Disease:

Psoriasis. N Engl J Med 361: 496-509.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Sande, M.A.B. et al., 2001. Family History: an Oppurtinity for Early Interventions

and Improved Control of Hypertension, Obesity, and Diabetes. Bulletin of World Health Organization 79: 321-328.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Sagung Seto. Jakarta.

Sterry, W., Srtober, B.E., and Menter, A., 2007. Obesity in psoriasis: the metabolic, clinical and therapeutic implications. Report of an

interdisciplinary conference and review. British Journal of Dermatology 157 : 649-655.

Sugondo, S., 2009. Obesitas. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Interna Publishing. Jakarta: 1973-1983.


(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam peneltian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 1. Psoriasis

a. Definisi : psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik-residif yang ditandai adanya lesi berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan (Djuanda, 2010).

b. Alat ukur : rekam medik

c. Cara ukur : observasi rekam medik d. Hasil ukur : ya atau tidak

e. Skala pengukuran : nominal

2. Indeks Massa Tubuh

a. Definisi : indeks massa tubuh (IMT) adalah cara sederhana untuk melihat kadar lemak tubuh seseorang.

b. Alat ukur : timbangan berat badan orang dewasa menggunakan timbangan injak digital merek CAMRY dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1 kg serta pengukur tinggi badan menggunakan microtoise merek GEA dengan kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.

c. Cara ukur : berat badan sampel diukur terlebih dahulu dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam rumus dibawah ini.


(13)

IMT = Berat badan (kg) [Tinggi badan (m)]2

Kemudian nilai IMT dikategorikan kedalam klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik.

d. Hasil ukur : kurus, normal, kelebihan berat badan, obesitas I, atau obesitas II.

Tabel 3.1 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik IMT (kg/m2)

Klasifikasi

< 18,5 Kurus (underweight)

18,5 – 22,9 Normal (ideal)

23,0 – 24,9 Kelebihan berat badan (overweight)

25,0 – 29,9 Obesitas I

≥ 30,0 Obesitas II

Sumber : Sugondo (2009)


(14)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat cross-sectional yang bertujuan untuk melihat gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien psoriasis vulgaris yang telah berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan provinsi di Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien psoriasis yang telah berobat dan didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris oleh dokter di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik. Populasi meliputi pasien baru maupun pasien lama dengan psoriasis yang berulang.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yang memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

Penentuan kriteria sampel membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inklusi dan


(15)

eksklusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Karakteristik sampel yang dimasukkan ke dalam kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi:

1. Pasien psoriasis yang datang berobat dan telah didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris oleh dokter di Polikliknik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan

2. Pasien berusia > 20 tahun

3. Pasien bersedia menandatangani informed consent

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diiikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien menolak dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan saat berlangsungnya penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari sumbernya. Metode pengumpulan data primer ini yaitu eksperimen. Peneliti mengukur berat badan sampel menggunakan timbangan injak digital merek CAMRY dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1 kg. Lalu peneliti mengukur tinggi badan sampel menggunakan microtoise merek GEA dengan kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.

Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:

1. Mempersilahkan sampel naik ke atas timbangan dengan posisi kaki tepat di tengah timbangan dan terlebih dahulu melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone, dan barang-barang lainnya. 2. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, dan pandangan

menghadap kedepan.

3. Melihat berapa berat sampel yang ditunjukkan timbangan (dipakai hitungan dalam kilogram).


(16)

4. Mempersilahkan sampel turun dari timbangan

5. Lalu sampel diminta berdiri tegak, persis dibawah alat geser microtoise. 6. Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan, dan pantat menempel pada

dinding tempat microtoise dipasang.

7. Pandangan sampel lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas.

8. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala sampel (verteks).

9. Melihat berapa tinggi sampel dalam meter.

10.Kemudian hasil berat badan dan tinggi badan yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:

IMT = Berat badan (kg) [Tinggi badan (m)]2

Sedangkan, data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Pada penelitian ini, data sekunder berupa alamat pasien psoriasis diambil dari rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis analisis data yang digunakan adalah analisis univariate (analisis deskriptif) yang akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).


(17)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A dan merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Pada bulan September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991.

Peneliti mengambil alamat pasien psoriasis vulgaris dari unit rekam medis rumah sakit yang merupakan basis data dan pusat riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya peneliti pergi ke alamat pasien psoriasis vulgaris sesuai data rekam medis untuk melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.

5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien psoriasis vulgaris RSUP H. Adam Malik dari Januari 2009 sampai dengan Januari 2013. Sampel psoriasis vulgaris pada penelitian ini berjumlah 10 orang.

5.1.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 8 80

Perempuan 2 20

Total 10 100

Berdasarkan data tabel 5.1., dapat dilihat bahwa sampel laki-laki sebanyak 8 orang (80%) sedangkan sampel perempuan sebanyak 2 orang (20%).


(18)

5.1.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah %

≤ 40 tahun 2 20

> 40 tahun 8 80

Total 10 100

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sampel psoriasis vulgaris pada kelompok usia ≤ 40 tahun yaitu sebanyak 2 orang (20%) dan sampel psoriasis vulgaris pada kelompok usia > 40 tahun sebanyak 8 orang (80%).

5.1.2.3. Distribusi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Sampel

Tabel 5.3. Distribusi IMT pada Sampel

IMT (kg/m2) Jumlah %

< 18,5 (Kurus) 0 0

18,5 – 22,9 (Normal/Ideal) 3 30

23 – 24,9 (Kelebihan berat badan) 2 20

25 – 29,9 (Obesitas I) 2 20

≥ 30 (Obesitas II) 3 30

Total 10 100

Dari Tabel 5.3., dapat diketahui bahwa tidak terdapat sampel psoriais vulgaris dengan IMT < 18,5 kg/m2 (kurus). Sedangkan sampel psoriasis vulgaris dengan IMT 18,5 – 22,9 kg/m2 (normal/ideal) berjumlah 3 orang (30%), sampel psoriasis vulgaris dengan IMT 23 - 24,9 kg/m2 (kelebihan berat badan) berjumlah 2 orang (20%), sampel psoriasis vulgaris dengan IMT 25 – 29,9 kg/m2 (obesitas I) berjumlah 2 orang (20%), dan sampel psoriasis vulgaris dengan IMT ≥ 30 kg/m2 (obesitas II) berjumlah 3 orang (30%).


(19)

5.1.2.4. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Obesitas pada Keluarga

Tabel 5.4. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Obesitas pada Keluarga

Kategori IMT

Riwayat Obesitas pada Keluarga

Ada Tidak Ada

Jumlah % Jumlah %

Kurus 0 0 0 0

Normal 1 10 2 20

Kelebihan Berat Badan 2 20 0 0

Obesitas I 1 10 1 10

Obesitas II 2 20 1 10

Total 6 60 4 40

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa tidak terdapat sampel psoriasis vulgaris dengan IMT kurus. Sampel psoriasis vulgaris dengan IMT normal terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat obesitas pada keluarga dan 2 orang (20%) tidak mempunyai riwayat obesitas pada keluarga. Semua sampel psoriasis vulgaris dengan kelebihan berat badan mempunyai riwayat obesitas pada keluarga yaitu sebanyak 2 orang (20%). Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas I terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat obesitas pada keluarga dan 1 orang (10%) tidak mempunyai riwayat obesitas pada keluarga. Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas II terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat obesitas pada keluarga dan 2 orang (20%) tidak mempunyai riwayat obesitas pada keluarga.

5.1.2.5. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Psoriasis Vulgaris pada Keluarga


(20)

Tabel 5.5. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Psoriasis Vulgaris pada Keluarga

Kategori IMT

Riwayat Kebiasaan Psoriasis vulgaris pada Keluarga

Ada Tidak Ada

Jumlah % Jumlah %

Kurus 0 0 0 0

Normal 1 10 2 20

Kelebihan Berat Badan 1 10 1 10

Obesitas I 1 10 1 10

Obesitas II 1 10 2 20

Total 4 40 6 60

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa sampel psoriasis vulgaris dengan IMT normal terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga dan 2 orang (20%) tidak mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga. Sampel psoriasis vulgaris dengan kelebihan berat badan terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga dan 1 orang (10%) tidak mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga. Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas I terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga dan 1 orang (10%) tidak mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga. Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas II terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga dan 2 orang (20%) tidak mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga.

5.1.2.6. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Kebiasaan Merokok


(21)

Kategori IMT

Riwayat Kebiasaan Merokok

Ada Tidak Ada

Jumlah % Jumlah %

Kurus 0 0 0 0

Normal 3 30 0 0

Kelebihan Berat Badan 1 10 1 10

Obesitas I 0 0 2 20

Obesitas II 2 20 1 10

Total 6 60 4 40

Tabel 5.6. menunjukkan bahwa semua sampel psoriasis vulgaris dengan IMT normal mempunyai riwayat kebiasaan merokok yaitu sebanyak 3 orang (30%). Sampel psoriasis vulgaris dengan kelebihan berat badan terdiri dari 1 orang (10%) mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan 1 orang (10%) tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok. Semua sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas I tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok yaitu sebanyak 2 orang (20%). Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas II terdiri dari 2 orang (20%) mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan 1 orang (10%) tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, sampel terdiri dari 80% laki-laki dan 20% perempuan. Hasil ini berbeda dengan kepustakaan bahwa insidensi psoriasis vulgaris seimbang antara laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel psoriasis vulgaris pada penelitian ini ditemukan lebih banyak pada laki-laki, hal ini mungkin dikarenakan riwayat kebiasaan merokok yang lebih tinggi pada laki-laki. Riwayat kebiasaan merokok merupakan faktor pencetus terjadinya psoriasis vulgaris (Naldi et al., 2005).

Menurut hasil penelitian, sampel terdiri dari 2 orang (20%) pada kelompok usia ≤ 40 tahun dan 8 orang (80%) pada kelompok usia > 40 tahun. Psoriasis vulgaris dapat menyerang semua golongan usia. Awitan terjadinya psoriasis


(22)

vulgaris biasanya terjadi pada usia 15-30. Banyak pasien psoriasis vulgaris yang menderita penyakit ini saat atau dibawah 40 tahun namun karena penyakit ini bersifat kronik dan residif, pasien tersebut tetap menderita psoriasis vulgaris saat usianya diatas 40 tahun (Langley et al., 2005). Oleh karena itu, pada hasil penelitian ini ditemukan pasien psoriasis terbanyak pada usia > 40 tahun. Dan berdasarkan anamnesis kepada sampel psoriasis vulgaris ditemukan bahwa sampel telah mengalamai psoriasis vulgaris rata-rata selama 5- 10 tahun.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada sampel psoriasis vulgaris dengan klasifikasi IMT kurus. Sampel psoriasis terdiri dari 3 orang (30%) dengan IMT 18,5-22,9 kg/m2 (ideal), 2 orang (20% ) dengan IMT 23-24,9 kg/m2 (kelebihan berat badan), 2 orang (20%) dengan IMT 25-29,9 kg/m2 (obesitas I), dan 3 orang (30%) dengan IMT ≥ 30 kg/m2 (obesitas II). Hal ini menunjukkan sebagian besar sampel psoriasis vulgaris memiliki IMT di atas normal karena resiko psoriasis vulgaris akan meningkat pada orang yang mempunyai IMT 26-29 kg/m2 dan resiko meningkat dua kali lipat pada orang yang mempunyai IMT > 29 kg/m2 (Johnston et al, 2008). Peningkatan IMT berbanding lurus dengan pertambahan jaringan adiposa di dalam tubuh. Pertambahan jaringan adiposa tersebut akan meningkatkan adipositokin yaitu IL-6 dan TNF-α. Adipositokin tersebut meningkat baik sistemik maupun lokal (sendi dan kulit) (Sterry et al., 2007). Peningkatan adipositokin di kulit akan menyebabkan inflamasi baik memicu terjadinya psoriasis vulgaris ataupun memperparah psoriasis vulgaris yang telah ada (Johnston et al., 2008).

Pada penelitian ini, sampel psoriasis vulgaris terdiri dari 6 orang (60%) mempunyai riwayat obesitas pada keluarganya dan 4 orang (40%) tidak mempunyai riwayat obesitas pada keluarganya. Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa orang yang ditemukan riwayat obesitas pada keluarga tingkat pertama akan mempunyai resiko obesitas lebih tinggi dibandingkan orang tanpa riwayat obesitas pada keluarganya (Sande et al., 2001).

Sampel dengan IMT normal, kelebihan berat badan, obesitas I, dan obesitas II dapat mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarganya atau tidak mempunyi riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga. Hal ini karena terdapat 3


(23)

faktor yang diduga berperan dalam patogenesis psoriasis vulgaris yaitu faktor genetik, faktor imunologik, dan faktor lingkungan (stres, merokok, obesitas). Oleh karena itu, baik orang dengan riwayat psoriasis pada keluarga atau tanpa riwayat psoriasis pada keluarga dapat memiliki resiko untuk menderita psoriasis vulgaris (Djuanda, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel psoriasis vulgaris yang mempunyai riwayat kebiasaan merokok sebanyak 6 orang (60%) dan sampel psoriasis vulgaris tanpa riwayat kebiasaan merokok sebanyak 4 orang (40%). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa orang dengan kebiasaan merokok akan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena psoriasis vulgaris dibandingkan orang yang tidak merokok (Naldi et al., 2005).


(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sampel psoriasis vulgaris terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 orang (80%).

2. Sampel psoriasis vulgaris terbanyak pada usia > 40 tahun yaitu sebanyak 8 orang (80%).

3. Sampel psoriasis vulgaris tebanyak pada kategori IMT normal dan obesitas II yaitu masing-masing sebanyak 3 orang (30%).

4. Sampel psoriasis vulgaris dengan riwayat obesitas pada keluarga tebanyak pada kategori IMT kelebihan berat badan dan obesitas II yaitu masing-masing sebnyak 2 orang (20%).

5. Sampel psoriasis vulgaris dengan riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga ditemukan merata pada semua kategori IMT yaitu masing-masing 1 orang (10%).

6. Sampel psoriasis vulgaris dengan riwayat kebiasaan merokok terbanyak pada kategori IMT normal sebanyak 3 orang (30%).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang disampaikan adalah:

1. Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak pada penelitian selanjutnya supaya didapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Perlunya edukasi oleh dokter kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu atau memperparah psoriasis vulgaris seperti obesitas, merokok.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Psoriasis

2.1.1. Definisi

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik-residif yang ditandai adanya epidermis yang hiperproliferasi dan diferensiasi abnormal (Jean et al., 2011).

2.1.2. Epidemiologi

Psoriasis tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi di berbagai populasi bervariasi. Di Amerika Serikat prevalensi psoriasis kira-kira 2,2% - 2,6% dengan perkiraan 150.000 kasus baru didiagnosis tiap tahunnya. Sementara insidensi psoriasis di Asia rendah yaitu 0,4 % (Gudjonsson dan Elder, 2008). Angka prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui secara pasti. Di RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari – Desember 2010, dari total 3.230 orang yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien (1,05%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah 16 pasien (47%) berjenis kelamin pria dan 18 pasien (52,9%) berjenis kelamin wanita (Natali, 2013).

Psoriasis dapat mengenai laki-laki dan wanita dengan insidensi yang seimbang. Psoriasis juga dapat menyerang semua golongan umur, baik anak-anak maupun orang dewasa. Awitan psoriasis biasanya terjadi pada usia 15-30 tahun (Gudjonsson dan Elder, 2008). Berdasarkan awitan psoriasis, psoriasis dibagi menjadi dua yaitu: psoriasis tipe I, psoriasis muncul saat atau dibawah umur 40 tahun, dan tipe II, psoriasis muncul ketika umur diatas 40 tahun. Psoriasis tipe I ditemukan > 75% kasus dan pasien dengan tipe ini biasanya lebih parah dibandingkan psoriasis tipe II. Psoriasis tipe I juga dilaporkan bahwa tipe ini berhubungan dengan HLA, sedangkan tipe II tidak berhubungan dengan HLA (Langley et al., 2005).


(26)

2.1.3. Etiopatogenesis

Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti serta patogenesis penyakit ini kompleks melibatkan berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Genetik

Resiko seseorang untuk mendapat psoriasis jika orangtuanya tidak menderita psoriasis yaitu sebesar 12 % sedangkan jika salah satu orangtuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39% (Djuanda, 2010). Hal ini didukung dengan adanya studi penelitian yang menunjukkan ditemukannya HLA terutama HLA-cw0602 pada pasien penyakit ini (Johnston et al., 2008).

2. Faktor Imunologik

Saat ini, psoriasis dikenal sebagai penyakit autoimun disebakan adanya gangguan aktivasi sistem sel imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit. Pada lesi psoriasis ditemukan peningkatan jumlah limfosit T yaitu sel T CD8+ di epidermis dan sel T CD4+ dan sel dendritik di dermis. Aktivasi dari sel T diatas akan melepas IFN- yang akan menstimulasi signal tranducer and activator of transcription 1 (STAT1) untuk meningkatkan transkripsi gen yang berhubungan dengan imun seperti induction of nitric oxide synthase (iNOS), interferon inducible T cell α chemoattractant (I-TAC), interferon inducible protein 10 (IP10), IL8 yang berperan dalam timbulnya inflamasi dan proliferasi epidermal pada psoriasis (Krueger dan Bowcock, 2005). 3. Faktor Pencetus

Faktor ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi bersama dengan faktor lainnya untuk memicu timbulnya psoriasis. Faktor pencetus psoriasis meliputi obesitas, merokok, infeksi dan obat-obatan. Individu yang obesitas atau merokok akan memiliki psoriasis dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dibandingkan pasien psoriasis yang tidak obesitas atau merokok. Setelah infeksi Streptococcus pada salauran napas bagian atas dapat menyebabkan psoriasis tipe gutata. Obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi psoriasis adalah obat antimalaria, litium, β-blocker, NSAID, ACE-inhibitor, imiquimod dan gemfibrozil (Gudjonsson dan Elder, 2008).


(27)

2.1.4. Gambaran Klinis

Gambar 2.1 Lesi Psoriasis Terdistribusi secara Simetris Sumber: Langley et al. ( 2005)

Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran morfologi, distribusi, dan derajat keparahan yang bervariasi. Lesi klasik psoriasis biasanya berupa papul atau plak berbatas tegas, bentuk bulat dan merah dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Lesi ini umumnya terdistribusi secara simetris di daerah kulit kepala, siku, lutut, lumbosakral dan lipatan tubuh. Di bawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan Auspitz’s sign. Poriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan Koebner phenomenon. Penggoresan skuama utuh dengan menggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna menjadi lebih putih seperti tetesan lilin (Langley et al., 2005).


(28)

Selain dari presentasi klasik yang disebutkan di atas terdapat beberapa tipe klinis psoriasis:

1. Psoriasis bentuk plak (Psoriasis Vulgaris)

Psoriasis bentuk plak merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi, kira-kira 90% dari semua pasien psoriasis. Tipe ini sering dikenal dengan nama “psoriasis” saja ataupun psoriasis vulgaris (Jean et al., 2011). Psoriasis ini mempunyai ciri-ciri berupa plak kemerahan dengan skuama berwarna keputihan, berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, atau plak numular (bentuk lesi seperti koin). Lesi awalnya berupa makula yang eritem (datar dan < 1 cm) atau papul, yang berubah menjadi plak dengan ukuran ≥ 1 cm (Langley et al., 2005).

Gambar 2.2 Lesi Psoriasis : Plak Numular (bentuk seperti koin) Sumber: Langley et al. (2005)

2. Psoriasis Gutata

Psoriasis gutata ditandai dengan ukuran lesi yang kecil yaitu 2-10 mm. Lesi ini biasanya ditemukan di batang tubuh, ekstremitas atau wajah. Tipe ini sering muncul setelah infeksi akut Streptococcus haemolytic grup B di saluran napas bagian atas. Dapat mengenai anak-anak atau dewasa. Pada anak-anak tipe ini umumnya bersifat self limited disease, sedangkan pada dewasa sering bersifat kronik (Langley et al., 2005).


(29)

3. Psoriasis Pustulosa

Kelainan kulit pada tipe ini berupa pustul berukuran kecil yang muncul di atas plak eritematosa yang telah ada sebelumnya. Pustul ini dapat ditemukan di bagian pinggir atau tengah dari plak eritematosa tersebut (Jean et al., 2011).

4. Eritroderma Psoriatik

Eritroderma psoriatik mempunyai gambaran khas yaitu terdapat eritema dan skuama yang menutupi kira-kira ≥ 90% dari seluruh permukaan tubuh (Jean et al., 2011). Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis itu sendiri yang semakin parah dan meluas atau akibat pemakaian obat psoriasis seperti kortikosteroid yang tidak sesuai dengan petunjuk pemakaian. Kelainan kulit ini akan mengganggu fungsi kulit sebagai pengatur suhu sehingga dapat menyebabkan hipotermia (Langley et al., 2005).

5. Psoriasis Fleksural (Psoriasis Inversa)

Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor, inframammary, perineum, dan aksila (Langley et al., 2005).

2.1.5. Gambaran Histologi

Gambaran histologi pada kulit pasien psoriasis sebagai berikut: 1. Hiperplasia Epidermis

Kulit pasien psoriasis akan mengalami penebalan akibat sel keratinosit mengalami hiperproliferasi. Normalnya, keratinosit akan masuk ke siklus diferensiasi terminal dan berubah menjadi sel keratinosit matur yang ditandai hilangnya inti. Sedangkan pada pasien psoriasis ditemukan sel keratinosit berinti atau imatur di stratum korneum akibat siklus diferensiasi terminal yang tidak sempurna. Perubahan ini menyebabkan epidermis mempunyai permeabilitas yang meningkat (Jean et al., 2011). 2. Akumulasi sel-sel inflamatori di kulit

Sel-sel inflamatori dapat ditemukan di epidermis dan dermis. Sel-sel tersebut terdiri dari sel leukosit polimorfonuklear (netrofil) dan


(30)

mononuklear (limfosit T, monosit, dan sel dendritik). Akumulasi sel netrofil di stratum korneum disebut mikro abses Munro yang khas pada psoriasis (Jean et al., 2011).

3. Angiogenesis yang meningkat

Pembuluh darah pada lesi psoriasis mengalami perubahan yaitu ukuran dan jumlahnya meningkat. Dilatasi pembululuh darah menyebabkan kemerahan pada plak psoriasis. Angiogenesis yang meningkat ini berhubungan dengan akumulasi sel-sel inflamatori pada kulit (Jean et al., 2011).

Gambar 2.3 Penebalan Epidermis dan Akumulasi Sel-sel Inflamatori Sumber: Nestle et al. (2009)

2.1.6. Diagnosis

Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis lesi pada kulit. Pada anamnesis, hal yang penting ditanyakan kepada pasien yaitu usia berapa awal terjadinya psoriasis dan apakah ada riwayat keluarga yang mempunyai psoriasis. Pemeriksaan penunjang yang paling umum


(31)

dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi histopatologi (Gudjonsson dan Elder, 2008). Gambaran histopatologi akan menunjukkan adanya penebalan epidermis, akumulasi sel inflamatori dan meningkatnya angiogenesis (Jean et al., 2011).

Selain biopsi kulit, pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan tetapi bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma tampak penurunan serum albumin dan peningkatan kadar asam urat serum. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus yang berat (Gudjonsson dan Elder, 2008).

2.1.7. Diagnosis Banding

Tabel 2.1. Diagnosis Banding Psoriasis Psoriasis Vulgaris

Psoriasis Gutata Eritroderma Psoriatik Psoriasis Pustulosa Eczema numular Cutaneus T-cell lymphoma (CTCL) Tinea korporis Pityriasis rubra pilaris Dermatitis seboroik Dermatitis kontak Eritrokeratoderma Hypertrophic lichen planus Infeksi Candida Pityriasis rosea Pityriasis lichenoides cronica Lichen planus Parapsoriasis dengan plak kecil

Sifilis sekunder Drug-induced erythroderma Eczema CTCL Pityriasis rubra pilaris Impetigo Kandidiasis superfisial Folikulitis superfisial Pemfigus foliaseus


(32)

2.1.8. Penatalaksanaan

Tabel 2.2. Daftar Terapi Psoriasis

Topikal Fototerapi Sistemik Biologikal

Kortikosteroid Analog vitamin D Tazaroten Asam Salisilat Calcineurin inhibitor Broadband UVB Narrowband UVB Excimer Laser Psoralen-UVA (PUVA) Methotrexate Acitrecin Siklosporin A Ester asam fumarat Sulfasalazine Hydroxyurea Mycophenolate mofetil Infliximab Etanercept Adalimumab Efalizumab Alefacept Ustekinumab Briakinumab

Sumber: Jean et al. (2011)

Ada berbagai macam pengobatan yang dapat diberikan pada pasien psoriasis, yaitu:

1. Pengobatan topikal

Pengobatan ini diberikan pada pasien psoriasis derajat ringan atau sedang. Sedangkan pada psoriasis derajat berat, obat topikal dapat diberikan jika pemberiannya diikuti dengan pengobatan sistemik. Pengobatan ini bertujuan mengurangi inflamasi lokal dan/atau hiperproliferasi keratinosit dan mengatur diferensiasi sel (Jean et al., 2011).

2. Pengobatan dengan penyinaran (fototerpi)

Ada dua tipe fototerapi yaitu menggunakan UVB (broadband, narrowband, dan excimer laser) dan PUVA (oral atau lokal). Pengobatan ini diberikan jika psoriasis tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan topikal (Jean et al., 2011).

3. Pengobatan sistemik

Pasien psoriasis dengan derajat keparahan tinggi atau memiliki lesi yang sangat luas dan tidak respon terhadap pengobatan topikal dan terapi sinar, maka dilakukan pengobatan sistemik dengan pemantauan terhadap efek


(33)

samping, interaksi obat dan kontraindikasinya (Gudjonsson dan Elder, 2008).

4. Pengobatan biologikal

Pengobatan ini diberikan jika pengobatan sistemik gagal. Mekanisme kerjanya sebagai berikut: mengurangi sel T patogenik, menghambat aktivasi sel T, dan menghambat aktivitas sitokin yang terlibat dalam terjadinya inflamasi pada psoriasis (Jean et al., 2011).

2.2. Indeks Massa Tubuh

2.2.1. Definisi Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan berat badan dan tinggi badan seseorang. IMT dapat menggambarkan kadar lemak tubuh seseorang walaupun IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung. IMT merupakan pilihan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas karena mudah dilakukan (Center for Disease Control and Prevention, 2012).

Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut: IMT = Berat badan (kg)

[Tinggi badan (m)]2

2.2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh

Penggunaan IMT untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas hanya berlaku untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan. IMT tidak diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, serta seseorang dengan keadaan khusus seperti edema, asites, dan hepatomegali (CDC, 2012).


(34)

Tabel 2.3. Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik IMT (kg/m2)

Klasifikasi

< 18,5 Kurus (underweight)

18,5 – 22,9 Normal (ideal)

23,0 – 24,9 Kelebihan berat badan (overweight)

25,0 – 29,9 Obesitas I

≥ 30,0 Obesitas II

Sumber : Sugondo (2009)

2.3. Indeks Massa Tubuh dan Psoriasis

Pada studi penelitian di Itali, 560 pasien psoriasis mempunyai IMT yang bervariasi yaitu 59,1% mempunyai IMT < 26 kg/m2, 28% mempunyai IMT 26-29 kg/m2, dan 12,9 % mempunyai IMT ≥ 30 kg/m2 (Naldi et al., 2005). Tetapi pasien psoriasis yang obesitas dilaporkan mempunyai psoriasis dengan derajat keparahan sedang atau berat (Sterry et al., 2007). Hal ini dikarenakan penambahan jaringan adiposa pada orang obesitas menyebabkan makrofag berpindah ke jaringan adiposa tersebut. Makrofag tersebut merupakan sumber utama untuk pembentukan sitokin seperti TNF-α, IL-6, dan CXC chemokine ligand-8 (CXCL8). Sitokin ini ditemukan dalam jumlah yang banyak pada lesi psoriasis. Kadar sitokin tersebut berhubungan dengan derajat keparahan psoriasis pada penderita obesitas (Johnston et al., 2008).

Selain itu, terdapat korelasi positif antara IMT dengan kadar leptin. Semakin meningkat IMT maka kadar leptin dalam serum juga meningkat. Leptin merupakan sitokin turunan adiposa yang meningkatkan aktifitas makrofag untuk menghasilkan IL-1 , IL-6, TNF-α, dan IL-12. Leptin juga dapat mengubah morfologi sel dendritik turunan monosit dan meningkatkan produksi sitokin dari sel dendritik tersebut yaitu IL-1 , IL-6, TNF-α, dan IL-12p70. Sitokin tersebut


(35)

akan terlibat dalam terjadinya inflamasi pada psoriasis. Semakin meningkat IMT seseorang maka produksi sitokin yang dihasilkan oleh leptin juga meningkat (Johnston et al., 2008). Oleh karena itu, inflamasi pada pasien psoriasis yang obesitas juga meningkat atau lesi psoriasis ≥ 20% permukaan tubuh (Sterry et al., 2007). Serum resistin yang meningkat pada pasien psoriasis yang obesitas juga akan meningkatkan derajat keparahan lesi psoriasis itu sendiri. Hal ini dikarenakan resistin dapat menstimulasi monosit untuk memproduksi CXCL8 dan TNF-α (Johnston et al., 2008).


(36)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang ditandai dengan adanya plak eritem berbatas tegas yang disertai skuama tebal berwarna keputihan. Berdasarkan bentuk klinisnya, psoriasis terbagi menjadi psoriasis vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis pustulosa, dan eritrodema psoriatik. Namun, psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling lazim ditemukan yaitu kira-kira 90% dibanding tipe psoriasis lainnya (Djuanda, 2010).

Psoriasis dapat mengenai berbagai populasi di seluruh dunia dengan angka insidensi yang bervariasi. Insidensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna (Djuanda, 2010). Di Indonesia belum ada data pasti mengenai jumlah pasien psoriasis. Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari – Desember 2010, dari total 3.230 orang yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien (1,05%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah 16 pasien (47%) berjenis kelamin pria dan 18 pasien (52,9%) berjenis kelamin wanita (Natali, 2013).

Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti tetapi dipercaya mempunyai hubungan dengan autoimun dan faktor genetik. Beberapa alel human leucocyte antigen (HLA) diduga berkaitan dengan psoriasis khususnya HLA-Cw0602 yang mungkin merupakan gen penentu penyakit ini. Walaupun faktor pencetus dari luar seperti infeksi, trauma, stres serta penyakit herediter juga mempunyai peran penting dalam manifestasi penyakit ini (Johnston et al., 2008).

Pasien psoriasis mempunyai nilai indeks massa tubuh (IMT) yang bervariasi. Pada studi penelitian di Itali, dari 560 pasien psoriasis terdapat 59,1% mempunyai IMT < 26 kg/m2, 28% mempunyai IMT 26-29 kg/m2, dan 12,9 % mempunyai IMT ≥ 30 kg/m2 (Naldi et al., 2005). Namun pasien psoriasis yang dirawat di rumah sakit adalah pasien obesitas (Johnston et al., 2008). Hal ini


(37)

dikarenakan pasien psoriasis yang obesitas mempunyai derajat keparahan sedang sampai berat atau lesi psoriasis ≥ 20% permukaan tubuh (Sterry et al., 2007).

IMT yaitu perbandingan berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. IMT mempunyai hubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh atau sel adiposa yang berlebihan ditandai dengan nilai IMT ≥ 25 kg/m2 untuk kawasan Asia (World Health Organization, 2013). Pada orang obesitas terdapat penambahan jaringan adiposa yang menyebabkan makrofag berpindah ke jaringan tersebut. Perpindahan makrofag ini memicu produksi tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-17, dan interferon- (IFN- ) yang merupakan sitokin yang terlibat dalam terjadinya psoriasis.

Selain itu, semakin meningkat IMT maka kadar leptin dan resistin juga meningkat. Leptin merupakan sitokin turunan adiposa yang akan meningkatkan aktifitas makrofag untuk menghasilkan IL-1 , IL-6, TNF-α, dan IL-12. Semakin banyak sitokin yang terlibat dalam patogenesis psoriasis yang dihasilkan pada orang obesitas maka semakin banyak inflamasi yang dihasilkan atau derajat keparahan psoriasis semakin berat. Serum resistin yang meningkat pada pasien psoriasis yang obesitas juga meningkatkan derajat keparahan lesi psoriasis (Johnston et al., 2008).

Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa IMT akan mempengaruhi derajat keparahan lesi psoriasis vulgaris. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien psoriasis di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan?


(38)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat obesitas pada keluarga.

2. Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga.

3. Mengetahui gambaran IMT pada pasien psoriasis vulgaris dengan riwayat kebiasaan merokok.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti : memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian, mengaplikasikan ilmu medik dan non-medik, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan di bidang penelitian, serta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat bagi subjek penelitian : memberikan informasi dan pengetahuan mengenai psoriasis vulgaris terutama hubungan psroriasis vulgaris dengan indeks massa tubuh.

3. Manfaat bagi perguruan tinggi : realisasi Tridarma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat dan meningkatkan hubungan yang baik dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar. 4. Manfaat bagi istansi terkait penelitian : memberikan masukan kepada

instansi pendidikan, kesehatan, serta pihak-pihak yang terkait tentang

gambaran indeks massa tubuh pasien psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.


(39)

ABSTRAK

Psoriasis vulgaris merupakan penyakit kulit kronis dengan gejala klinis berupa plak eritem dan skuama tebal berwarna keputihan. Jenis psoriasis ini paling sering ditemukan dibanding jenis lainnya. Penyebab psoriasis vulgaris belum diketahui secara pasti namun terdapat beberapa faktor pencetus yang diduga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Salah satu faktor pencetus tersebut adalah obesitas atau indeks massa tubuh ≥ 25 kg/m2 untuk kawasan Asia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran indeks massa tubuh (IMT) pada pasien psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu 10 pasien yang telah didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris oleh dokter di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik. Semua sampel diukur berat badannya menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badannya menggunakan microtoise.

Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada pasien psoriasis vulgaris dengan klasifikasi IMT kurus, 3 pasien psoriasis vulgaris (30%) memiliki IMT ideal, 2 pasien psoriasis vulgaris (20%) mengalami kelebihan berat badan, 2 pasien psoriasis vulgaris (20%) mengalami obesitas I, dan 3 pasien psoriasis vulgaris (30%) mengalami obesitas II.


(40)

ABSTRACT

Psoriasis vulgaris is a chronic skin disease with erythema plaque and thick squama as the symptomps. This type of psoriasis is the most commom type to be found in clinical practice. The etiology of psoriasis vulgaris is still unknown but there are many triggering factors that can induce psoriasis vulgaris. One of the triggering factors is obesity which is happened when the body mass index is ≥ 25 kg/m2 in Asia.

The purpose of this study is to see the body mass index (BMI) of psoriasis vulgaris patients in Adam Malik hospital. The method of this study is descriptive and cross sectional. The sample consisted of 10 patiens who have been diagnosed

psoriasis vulgaris. All patients’ weight and height are measured by digital scale

and microtoise.

The result shows that there was no underweight patient found in this study, 3 patients (30%) had ideal BMI, 2 patients (20%) are overweight, 2 patients (20%) are obesity I, and 3 patients (30%) are obesity II.


(41)

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

PADA PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Oleh :

GITAVANI SILFIYAH 100100055

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(42)

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

PADA PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh :

GITAVANI SILFIYAH 100100055

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(43)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Indek Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgsris di RSUP H. Adam Malik Medan Nama : Gitavani Silfiyah

NIM : 100100055

Pembimbing Penguji I

(dr. Ramona Dumasari Lubis, Sp. KK) (dr. Syafrizal Nasution, Sp. PD) NIP: 19721004 200501 2 001 NIP: 19680525 200003 1 001

Penguji II

(dr. Bambang Prayugo, Sp. B)

NIP: 19800228 200501 1 003

Medan, 27 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(44)

ABSTRAK

Psoriasis vulgaris merupakan penyakit kulit kronis dengan gejala klinis berupa plak eritem dan skuama tebal berwarna keputihan. Jenis psoriasis ini paling sering ditemukan dibanding jenis lainnya. Penyebab psoriasis vulgaris belum diketahui secara pasti namun terdapat beberapa faktor pencetus yang diduga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Salah satu faktor pencetus tersebut adalah obesitas atau indeks massa tubuh ≥ 25 kg/m2 untuk kawasan Asia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran indeks massa tubuh (IMT) pada pasien psoriasis vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu 10 pasien yang telah didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris oleh dokter di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik. Semua sampel diukur berat badannya menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badannya menggunakan microtoise.

Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada pasien psoriasis vulgaris dengan klasifikasi IMT kurus, 3 pasien psoriasis vulgaris (30%) memiliki IMT ideal, 2 pasien psoriasis vulgaris (20%) mengalami kelebihan berat badan, 2 pasien psoriasis vulgaris (20%) mengalami obesitas I, dan 3 pasien psoriasis vulgaris (30%) mengalami obesitas II.


(45)

ABSTRACT

Psoriasis vulgaris is a chronic skin disease with erythema plaque and thick squama as the symptomps. This type of psoriasis is the most commom type to be found in clinical practice. The etiology of psoriasis vulgaris is still unknown but there are many triggering factors that can induce psoriasis vulgaris. One of the triggering factors is obesity which is happened when the body mass index is ≥ 25 kg/m2 in Asia.

The purpose of this study is to see the body mass index (BMI) of psoriasis vulgaris patients in Adam Malik hospital. The method of this study is descriptive and cross sectional. The sample consisted of 10 patiens who have been diagnosed

psoriasis vulgaris. All patients’ weight and height are measured by digital scale

and microtoise.

The result shows that there was no underweight patient found in this study, 3 patients (30%) had ideal BMI, 2 patients (20%) are overweight, 2 patients (20%) are obesity I, and 3 patients (30%) are obesity II.


(46)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dari proposal penelitian sampai laporan hasil. Penulisan karya tulis ilmiah merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sangatlah sulit untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yaitu:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing, dr. Ramona Dumasari Lubis, Sp. KK, yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Kepada dr. Syafrizal Nasution, Sp. PD dan dr. Bambang Prayugo, Sp. B selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Kepada RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dalam pengambilan data rekam medis untuk keperluan penelitian.

5. Kepada kedua orang tua penulis yaitu Saiful Bahri, S.Pd dan Maniyah, serta adik penulis yaitu Chivalery Adita Afwiliyana dan Qalbissaqiba Rahmatiar yang selalu mendoakan dan memberi motivasi serta dukungan materil dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah yang berjudul ”Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan” ini dapat memberikan peranan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Dengan segala


(47)

kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini di kemudian hari.

Medan, 4 Desember 2013


(48)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Psoriasis ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi ... 4

2.1.3. Etiopatogenesis ... 5

2.1.4. Gambaran Klinis ... 6

2.1.5. Gambaran Histologi ... 8

2.1.6. Diagnosis ... 9

2.1.7. Diagnosis Banding ... 10


(49)

2.2. Indeks Massa Tubuh ... 12

2.2.1. Definisi Indeks Massa Tubuh ... 12

2.2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh ... 12

2.3. Indeks Massa Tubuh dan Psoriasis ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 17

4.2.2. Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.3.1. Populasi ... 17

4.3.2. Sampel ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 20

5.1.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20

5.1.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia ... 21

5.1.2.3. Distribusi Kategori IMT pada Sampel ... 21

5.1.2.4. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Obesitas pada Keluarga ... 22


(50)

5.1.2.5. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Psoriasis Vulgaris pada Keluarga……….. 23

5.1.2.6. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Kebiasaan Merokok……… ... 24

5.2. Pembahasan ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN


(51)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Diagnosis Banding Psoriasis... 10 Tabel 2.2 Daftar Terapi Psoriasis... 11 Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.. 13 Tabel 3.1 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.. 16 Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 20 Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia. 21 Tabel 5.3 Distribusi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

pada Sampel... 21 Tabel 5.4 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Obesitas pada Keluarga... 22 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Psoriasis Vulgaris pada Keluarga... 23 Tabel 5.6 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat


(52)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Lesi Psoriasis Terdistribusi secara Simetris... 6 Gambar 2.2 Lesi Psoriasis : Plak Numular... 7 Gambar 2.3 Penebalan Epidermis dan Akumulasi Sel-sel

Inflamatori... 9 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 15


(53)

DAFTAR SINGKATAN

ACE Angiotensin-converting enzyme CTM Chlortrimeton

CTCL Cutaneous T-cell Lymphoma CXCL CXC chemokine ligand HLA Human leucocyte antigen

IFN Interferon

IL Interleukin

IMT Indeks Massa Tubuh

iNOS induction of nitric oxide synthase IP10 Interferon inducible protein 10

ITAC Interferon inducible T cell α chemoattractant NSAID Nonsteroidal anti-inflammatory drugs PUVA Psoralen-ultraviolet A

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS Statistical Product and Service Solution

STAT Signal transducer and activator of transcription TNF Tumor necrosis factor


(54)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

LAMPIRAN 4 Data Induk

LAMPIRAN 5 Output Data Hasil Penelitian LAMPIRAN 6 Lembar Ethical Clearence LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian


(1)

2.2. Indeks Massa Tubuh ... 12

2.2.1. Definisi Indeks Massa Tubuh ... 12

2.2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh ... 12

2.3. Indeks Massa Tubuh dan Psoriasis ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 17

4.2.2. Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.3.1. Populasi ... 17

4.3.2. Sampel ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 20

5.1.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20

5.1.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia ... 21

5.1.2.3. Distribusi Kategori IMT pada Sampel ... 21

5.1.2.4. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Obesitas pada Keluarga ... 22


(2)

5.1.2.5. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Psoriasis Vulgaris pada Keluarga……….. 23

5.1.2.6. Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat Kebiasaan Merokok……… ... 24

5.2. Pembahasan ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Diagnosis Banding Psoriasis... 10 Tabel 2.2 Daftar Terapi Psoriasis... 11 Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.. 13 Tabel 3.1 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.. 16 Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 20 Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia. 21 Tabel 5.3 Distribusi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

pada Sampel... 21 Tabel 5.4 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Obesitas pada Keluarga... 22 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat

Psoriasis Vulgaris pada Keluarga... 23 Tabel 5.6 Tabulasi Silang Kategori IMT dengan Riwayat


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Lesi Psoriasis Terdistribusi secara Simetris... 6 Gambar 2.2 Lesi Psoriasis : Plak Numular... 7 Gambar 2.3 Penebalan Epidermis dan Akumulasi Sel-sel

Inflamatori... 9 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 15


(5)

DAFTAR SINGKATAN

ACE Angiotensin-converting enzyme

CTM Chlortrimeton

CTCL Cutaneous T-cell Lymphoma

CXCL CXC chemokine ligand

HLA Human leucocyte antigen

IFN Interferon

IL Interleukin

IMT Indeks Massa Tubuh

iNOS induction of nitric oxide synthase IP10 Interferon inducible protein 10

ITAC Interferon inducible T cell α chemoattractant NSAID Nonsteroidal anti-inflammatory drugs PUVA Psoralen-ultraviolet A

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS Statistical Product and Service Solution

STAT Signal transducer and activator of transcription TNF Tumor necrosis factor


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

LAMPIRAN 4 Data Induk

LAMPIRAN 5 Output Data Hasil Penelitian LAMPIRAN 6 Lembar Ethical Clearence LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian