Gambaran Karakteristik Kejadian Abortus Di RSUP Haji Adam Malik, Medan

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN ABORTUS DI

RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

TAHUN 2012

Oleh

ESWARAN K BALAKRSHNAN

100100193

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Karakteristik Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam

Malik pada Tahun 2012

Nama : Eswaran K Balakrshnan

NIM : 100100193

PEMBIMBING PENGUJI I

………. ……….. (dr.Melvin N.G. Barus, Sp OG) (dr.Ramona Dumasari Lubis, SpKK) NIP : 19741107 200502 1 001 NIP : 19721004 200501 2 001

PENGUJI II

………..

(dr. Zaldi, SpM) NIP : 19670515 20060410007

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

……….. (Prof. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)


(3)

ABSTRAK

Latar belakang : Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Terdapat dua bentuk abortus yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan terjadi tanpa intervensi dari luar dan tanpa sebab yang jelas. Abortus buatan merupakan tindakan abortus yang sengaja dilakukan.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan total sampling. Semua data yang diperlukan akan diambil dari rekam medis ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.

Hasil : Dari hasil analisa data, jumlah kasus abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 2,4%.

Kesimpulan : Distribusi abortus berdasarkan umur dan paritas yang paling banyak adalah pada kelompok usia 31 – 40 tahun dan wanita yang multipara. Berdasarkan status pernikahan, abortus hanya ditemukan pada wanita yang sudah bernikah. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis pula didapatkan bahwa abortus inkompletus mempunyai proporsi yang paling besar.


(4)

ABSTRACT

Introduction : Abortion is a threat or elimination of conception before the fetus can survive outside the womb. There are two types of abortion namely spontaneous abortion and induced abortion. Spontaneous abortion occurs without the intervention from outside and without apparent cause. Induced abortion is the deliberate act of abortion.

Objective : This study is aimed to find out the characteristic description of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2012.

Method : This research was conducted using the descriptive research method and the approach used in this study design was cross sectional. Total sampling was used as the sampling method in this research. All the data of the pregnant women who experienced an abortion from 01 January 2012 until 31 December 2012 were obtained from the medical record.

Result : The total percentage of abortion in RSUP H. Adam Malik is 2,4% in the year 2012.

Conclusion : Most cases of abortion occurred in women between the age groups of 31 – 40 years. Based on parity, most abortion occurred in multiparous women. All abortion cases were only found in married women. The most common clinical manifestation of abortion was incomplete abortion. Women with higher secondary education tend to have higher rate of abortion.


(5)

Kata penghantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Gambaran Karakteristik Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2012. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar.Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Melvin N.G Barus, Sp.OG selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

4. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. 5. Teman-teman sejawat atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan

data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak lansung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata saya memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan KTI ini. Semoga Tuhan Yang Maha Berkuasa senantiasa melimpahkan rahmatnya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.Abortus ... 5

2.1. Definisi... . 5

2.2. Klasifikasi... 5

2.3. Etiologi... 6

2.3.1 Penyebab Genetik... 7

2.3.2 Penyebab Anatomik... 7

2.3.3 Penyebab Autoimun... 8

2.3.4 Penyebab Infeksi... 8

2.3.5 Faktor Lingkungan... 9

2.3.6 Faktor Hematologik... 9

2.3.7 Faktor Hormonal... 10

2.4. Gambaran Klinis Abortus... 11

2.4.1 Abortus Iminens... 11


(7)

2.4.3 Abortus Inkompletus... 12

2.4.4 Missed Abortion... 12

2.4.5 Abortus Habitualis... 13

2.4.6 Abortus Sepsis... 13

2.5 Diagnosa Abortus... 15

2.6. Penatalaksanaan... 18

2.8. Abortus Provokatus... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 23

3.2 Definisi Operasional... 23

3.3 Cara Ukur... 25

3.4 Alat Ukur... 25

3.5 Skala... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 26

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 26

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 26

4.4 Metode Pengumpulan Data... 27

4.5 Pengolahan dan Analisis Data... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 28

5.2 Pembahasan... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 35

6.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Kasus Abortus Tahun 2012………. 29 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur………. 29 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan... 27 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan…….. 28 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ….. 28 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Paritas... 29 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Klinis Abortus.29


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Abortus Imminens...13

Gambar 2.2 Abortus Insipiens...13

Gambar 2.3 Abortus Inkompletus...13

Gambar 2.4 Abortus Kompletus...13

Gambar 2.5 Abortus Tertunda...13

Gambar 2.6 Beberapa Jenis Abortus... 14

Gambar 2.7 Penatalaksanaan Abortus Insipien, Inkompletus, dan Kompletus...17

Gambar 2.8 Penatalaksanaan Abortus Imminen...18

Gambar 2.9 Penatalaksanaan Abortus Tertunda...18

Gambar 2.10 Penatalaksanaan Abortus Habitualis...19


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat ethical clearance

Lampiran 3 Surat izin penelitian


(11)

ABSTRAK

Latar belakang : Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Terdapat dua bentuk abortus yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan terjadi tanpa intervensi dari luar dan tanpa sebab yang jelas. Abortus buatan merupakan tindakan abortus yang sengaja dilakukan.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan total sampling. Semua data yang diperlukan akan diambil dari rekam medis ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.

Hasil : Dari hasil analisa data, jumlah kasus abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 2,4%.

Kesimpulan : Distribusi abortus berdasarkan umur dan paritas yang paling banyak adalah pada kelompok usia 31 – 40 tahun dan wanita yang multipara. Berdasarkan status pernikahan, abortus hanya ditemukan pada wanita yang sudah bernikah. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis pula didapatkan bahwa abortus inkompletus mempunyai proporsi yang paling besar.


(12)

ABSTRACT

Introduction : Abortion is a threat or elimination of conception before the fetus can survive outside the womb. There are two types of abortion namely spontaneous abortion and induced abortion. Spontaneous abortion occurs without the intervention from outside and without apparent cause. Induced abortion is the deliberate act of abortion.

Objective : This study is aimed to find out the characteristic description of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2012.

Method : This research was conducted using the descriptive research method and the approach used in this study design was cross sectional. Total sampling was used as the sampling method in this research. All the data of the pregnant women who experienced an abortion from 01 January 2012 until 31 December 2012 were obtained from the medical record.

Result : The total percentage of abortion in RSUP H. Adam Malik is 2,4% in the year 2012.

Conclusion : Most cases of abortion occurred in women between the age groups of 31 – 40 years. Based on parity, most abortion occurred in multiparous women. All abortion cases were only found in married women. The most common clinical manifestation of abortion was incomplete abortion. Women with higher secondary education tend to have higher rate of abortion.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batsan ialah kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi dua kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu ( Bantuk Hadijanto, 2008 )

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahawa di seluruh dunia, kira-kira 21,6 juta abortus terjadi pada tahun 2008, dan hampir semua kasus abortus ini terjadi di negara – negara berkembang. Proporsi abortus di negara – negara berkembang meningkat dari tahun 1995 hingga tahun 2008, yaitu dari 78% menjadi 86%. Hal ini disebabkan karena proporsi kaum wanita yang tinggal di negara berkembang pada periode tersebut meningkat (Guttmacher Institute, 2013).

Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000 wanita usia subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per 1.000 wanita usia subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat aborsi tertinggi pada tahun 2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat aborsi paling rendah di Asia Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur (Guttmacher Institute, 2013).

Pada tahun 2000, diperkirakan bahwa sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia. Perkiraan ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi (15 – 49 tahun). Apabila dibandingkan dengan negaranegara lain di Asia, dalam skala regional sekitar 29 aborsi per 1.000 perempuan usia


(14)

reproduksi, ternyata perkiraan ini cukup tinggi. Kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak diketahui) yang mengupayakan penguguran kandungan sendiri. Akibatnya, angka dari komplikasi medis dan kematian maternal dari aborsi yang tidak aman dapat diperkirakan cukup tinggi. Setiap tahunnya sekitar 2 juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara, kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14 – 16% dari semua kematian maternal (Guttmacher Institute, 2013).

Berdasarkan Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Report on the Achievement of the Millennium Development Goals Indonesia 2010, angka kematian ibu ini masih tinggi dan target yang diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

 Menurut Direktur penelitian Women Research Institutte Edriana Noerdin, penyebab utama angka kematian ibu di Indonesia, yaitu perdarahan dan infeksi. Salah satu penyebab kedua hal ini adalah abortus. 15 persen aborsi di Indonesia dilakukan oleh perempuan berusia di bawah 20 tahun dan sekitar 2,3 juta aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Sebanyak 1 juta keguguran spontan, 700 ribu karena kehamilan tidak diinginkan dan 600 ribu karena kegagalan keluarga berencana.


(15)

Bagaimana gambaran karakteristik abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada periode Januari 2012 hingga Desember 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik abortus yang terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah seperti berikut :

1. Mengetahui rata – rata usia ibu hamil yang mengalami abortus. 2. Mengetahui jenis pekerjaan ibu hamil yang mengalami abortus. 3. Mengetahui tingkat pendidikan ibu hamil yang mengalami

abortus.

4. Mengetahui status gravida, para dan abortus ibu hamil. 5. Mengetahui klasifikasi abortus pada ibu hamil.

6. Mengetahui status pernikahan ibu hamil yang mengalami abortus.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Pihak rumah sakit : Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit mengenai kasus abortus pada ibu – ibu hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada periode Januari 2009 – Desember 2012.

2. Bagi masyarakat : Memberi informasi tentang gambaran karakteristik abortus.


(16)

3. Bagi petugas kesehatan : Dapat merencanakan suatu strategi kesehatan untuk menindaklanjut kejadian abortus.

4. Bagi peneliti : Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti sekaligus menambah ilmu pengetahuan di bidang penelitian.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Bantuk Hadijanto,2008).

Terdapat dua jenis abortus, iaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis.Dengan kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).Sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut sebagai abortus provokatus (Cunningham dkk.,2010).

2.2. Klassifikasi Abortus

Klasifikasi abortus menurut Ida Ayu Chandranita dan kawan-kawan ( 2010 ) adalah seperti berikut :

A. Abortus Spontan

Terjadi tanpa intervensi dari luar dan hanya disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Berdasarkan aspek klinis, abortus spontan dibagi menjadi :

 Abortus iminens  Abortus insipiens  Abortus kompletus  Abortus inkompletus  Abortus tertunda  Abortus habitualis


(18)

 Abortus infeksious  Abortus sepsis

B. Abortus Provokatus

Tindakan abortus yang sengaja dilakukan.Dijumpai dua bentuk abortus buatan :

 Abortus Provokatus Medisinalis

Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital.Tindakan itu harus disetujui oleh tiga orang dokter yang merawat ibu hamil :

a. Dokter yang sesuai dengan indikasi penyakitnya

b. Dokter anestesi

c. Dokter ahli Obstetri dan Ginekologi Indikasi vital yang dimaksudkan adalah :

a. Penyakit ginjal b. Penyakit jantung c. Penyakit paru berat d. Diabetes mellitus berat e. Karsinoma

Indikasi social diantaranya : a. Kegagalan pemakaian KB b. Grandemultipara

c. Kehamilan IQ rendah d. Kehamilan akibat perkosaan


(19)

e. Kehamilan dengan penyakit jiwa  Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan. Dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga sering menimbulkan ‘trias’ komplikasi iaitu perdarahan, trauma alat genitalia/jalan lahir, infeksi hingga syok sepsis.

2.3. Etiologi Abortus

Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah seperti berikut :

 Faktor genetik

 Kelainan kongenital uterus  Autoimun

 Defek fase luteal  Infeksi

 Hematologik  Lingkungan

( Bantuk Hadijanto, 2008 )

2.3.1. Penyebab Genetik

Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kriotip normal. Untuk sebahagian besar trisomi, gangguan miosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian


(20)

sekitar 30 persen dari seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak.Semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1. Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosentesis pada semua ibu hamil dengan usia lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1:80, pada usia di atas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun (Bantuk Hadijanto,2008)

2.3.2. Penyebab Anatomik

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin.Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan.Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27 persen pasien.

Hasil studi oleh Acien (1996) pada 170 pasien hamil dengan malformasi uterus, mendapatkan hanya 18,8 persen yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5 persen mengalami persalinan abnormal (prematur, sungsang).Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40-80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%).Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang.

Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.Risiko abortus antara 25-80%, bergantung pada berat ringannya gangguan (Prawirohardjo, S.,2008).

2.3.3. Penyebab Autoimun

Terdapat hubungan yang nyata antara abortus yang berulang dan penyakit autoimun. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus ( SLE ) dan antiphospholipid Antibodies ( aPA ). aPA merupakan antibody spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan di antara pasien SLE sekitar 10%, disbanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan. Sebagian besar


(21)

kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA. aPA merupakan antibodi yang berikatan dengan sisi negative dari fosfolipid ( Bantuk Hadijanto, 2008 ).

2.3.4. Penyebab Infeksi

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis.

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaranya sebagai berikut :

• Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

• Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit bertahan hidup.

• Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.

• Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitelia bawah (misalnya Mikoplasma bominis, Klamidia) yang bisa mengganggu proses implantasi. • Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama kehamilan awal (misalnya Rubela, Parvovirus B19, Sitomegalovirus, Koksakie virus B, Varisela-Zoster, HSV).

(Prawirohardjo, S.,2008)

2.3.5. Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1-10 persen malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus.Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.Dengan terjadinya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat


(22)

terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus (Prawirohardjo, S.,2008).

2.3.6. Faktor Hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta.Berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi.Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan peningkatan kadar faktor prokoagulan, penurunan faktor antikoagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolitik.Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu (Prawirohardjo, S.,2008).

Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik.Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan produksi prostasklin saat usia kehamilan 8-11 minggu.Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis plasenta.Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida (Prawirohardjo, S.,2008).

Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan trombosis sistemik ataupun plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22 persen kasus.Hiperhomosisteinemi berhubungan dengan trombosis dan penyakit vaskular dini.Kondisi ini berhubungan dengan 21 persen abortus berulang.Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif.Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat (Prawirohardjo, S.,2008).

2.3.7. Faktor Hormonal

Wanita dengan diabetes mellitus terkontrol memiliki risiko abortus yang tidak lebih jelek dibandingkan wanita tanpa diabetes mellitus. Akan tetapi, terjadi peningkatan signifikan risiko abortus dan malformasi janin pada wanita-wanita


(23)

pengidap diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama. Wanita pengidap DM tipe 1 dengan kontrol glukosa tidak adekuat mempunyai peluang 2-3 kali lipat mengalami abortus. Selain itu, kadar progesteron yang rendah mempengaruhi kepekaan endometrium terhadap implantasi embrio. Dukungan pada fase luteal mempunyai peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu, yaitu saat di mana trofoblas harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Apabila progesteron diberikan pada pasien ini, kehamilan bisa diselamatkan (Bantuk Hadijanto, 2008).

2.4. Gambaran Klinis Abortus

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus(incomplete abortion) atau abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus septik (septic abortion) (Cunningham et al., 2005; Griebel et al., 2005).

2.4.1. Abortus Iminens (Threatened abortion)

Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selamakehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus (Cunningham et al., 2005).

Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma


(24)

serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi (Sastrawinata et al., 2005).

2.4.2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi (Sastrawinata et al., 2005).

2.4.3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus

Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan (Sastrawinata et al., 2005).


(25)

Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 2000).

2.4.5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis (Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (2000), abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.

2.4.6. Abortus Septik (Septic abortion)

Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci (Mochtar, 2000; Dulay, 2010).


(26)

Tipe abortus yang dapat diperhatikan : 

   

   

 

Gambar 2.1  Abortus imminen       Gambar 2.2 Abortus insipien 

   

   

 

 Gambar 2.3. Abortus inkompletus.       Gambar 2.4. Abortus kompletus. 

 

 

 


(27)

 

Gambar 2.5. Abortus tertunda       

(Manuabaet al, 2010) 

 

 

   

         Gambar 2.6. Beberapa jenis abortus.( Joan Pitkin et al., 2003) 

2.5. Diagnosa Abortus

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut gambaran klinis adalah seperti berikut:

i. Abortus Iminens (Threatened abortion)

a. Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.


(28)

b. Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.

c. Pemeriksaan penunjang – hasil USG. ii. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.

b. Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

iii. Abortus Inkompletus atau abortus kompletus

a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok. b. Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.

iv. Abortus Tertunda (Missed abortion)

a. Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.

b. Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada.

c. Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).

Diagnosa abortus habitualis (recurrent abortion) dan abortus septik (septic abortion) menurut Mochtar (2000) adalah seperti berikut:

i. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

a. Histerosalfingografi – untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.

b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.


(29)

ii. Abortus Septik (Septic abortion)

a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.

b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.

c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis.

d. Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.


(30)

2.6. Penatalaksanaan Abortus

       

Terapi 

a. Pasang infus – cairan pengganti  b. Transfusi darah 

c. Persiapan kuretase 

     ‐ mempercepat pengambilan jaringan‐ 

        hasil konsepsi 

     ‐ mempercepat berhentinya perdarahan 

     ‐ mengurangi infeksi 

d. Tambahan terapi : 

     ‐ Antibiotika 

     ‐ Uterotonika 

     ‐ Terapi suportif 

 

Gambar 2.7. Penatalaksanaan Abortus Insipien, Inkompletus, dan Kompletus. (Manuba  et al, 2010) 

 

                                  

  

             

 

Abortus Insipien  Abortus Inkompletus 


(31)

 

   

Gambar 2.8. Penatalaksanaan Abortus  Imminen (Manuaba et al, 2010).      

   

 

 

Abortus Tertunda   (Missed abortion) 

  

Gambar 2.9. Penatalaksanaan Abortus  Tertunda  (Manuaba et al, 2010). 

   

        

Terapi  a. Bed rest  b. Tokolitik 

c. Plasetogenik hormonal  

d. ANC‐ hamil aterm 

 

Abortus Imminen 

 

 

 

Terminasi hasil konsepsi karena menjadi benda asing  intra uterus. 

Hasil konsepsi menimbulkan bahaya : 

‐dapat menjadi sumber infeksi dan pendarahan. 

 

Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau  dihentikan. 

Pada serviks inkompeten  terapinya adalah operasi  dengan cara cervical cerclage. 

 


(32)

       Gambar 2.10. Penatalaksanaan Abortus    Habitualis  (Bantuk, 2008).      

   

 

 

Abortus Septik 

                      

Gambar 2.11. Penatalaksanaan Abortus  Septik (Bantuk, 2009). 

2.7. Abortus Provokatus

Abortus provokatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus (Nainggolan 2006).

Menurut Nainggolan (2006) dalam Kusmariyanto (2002), pengertian aborsi atau abortus provokatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil

 

‐Keseimbangan caiaran tubuh 

‐Pemberian antibiotik yang adekuat sesuai  dengan hasil kultur kuman yang diambil  dari darah dan cairan fluksus/ fluor yang  keluar pervaginam. 

Tahap pertama 

Penisilin 4x 1,2 juta unit atau Ampisilin 4x 1  gram  Gentamisin  2  x  80mg  dan  Metronidazol 2 x 1 gram. 

Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan  hasil kultur. 

Tindakan  kuretase  dilaksanakan  apabila  keadaan tubuh membaik minimal 6 jam  setelah pemberian antibiotik yang adekuat. 


(33)

kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain “pengeluaran” itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik atau obat. Abortus elektif atau sukarela adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mampu hidup atas dasar permintaan wanita, dan tidak karena kesehatan ibu yang terganggu atau penyakit pada janin (Pritchard et al., 1991).

Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara indikasi untuk melakukan abortus therapeutik adalah apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit vaskular hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi mental (Cunningham et al., 2005).

Kontraindikasi untuk melakukan abortus terapeutik adalah seperti kehamilan ektopik, insufiensi adrenal, anemia, gangguan pembekuan darah dan penyakit kardiovaskular (Trupin, 2002).

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:

i. Kimiawi – pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus, seperti: prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.

ii. Mekanis:

a. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam atau vakum.


(34)

b. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan dengan kuretasi.


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

KARAKTERISTIK

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti untuk prevelansi abortus adalah dari rekam medis iaitu:

1. Umur dihitung dalam tahun menurut ulang tahun terakhir. Perhitungannya berdasarkan kalender Masehi dan dibagi menurut kelompok umur :

 ≤ 20 tahun  21- 30 tahun  31 – 40 tahun  41 – 50 tahun

1. Pekerjaan yang menjadi aktivitas utama ibu setiap hari yang terdapat dalam status ibu dan dibagi atas :

PEKERJAAN

STATUS PERNIKAHAN UMUR

KLASSIFIKASI ABORTUS PARITAS

PENDIDIKAN


(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

KARAKTERISTIK

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti untuk prevelansi abortus adalah dari rekam medis iaitu:

1. Umur dihitung dalam tahun menurut ulang tahun terakhir. Perhitungannya berdasarkan kalender Masehi dan dibagi menurut kelompok umur :

 ≤ 20 tahun  21- 30 tahun  31 – 40 tahun  41 – 50 tahun

1. Pekerjaan yang menjadi aktivitas utama ibu setiap hari yang terdapat dalam status ibu dan dibagi atas :

PEKERJAAN

STATUS PERNIKAHAN UMUR

KLASSIFIKASI ABORTUS PARITAS

PENDIDIKAN


(37)

 Pegawai Negri Sipil (PNS)  Pegawai Swasta

 Ibu rumah tangga.  Lain- lain.

3. Status Pernikahan  Belum menikah  Sudah menikah

4.. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh pasien yang dibagi atas :

 Tidak Bersekolah  Sekolah Dasar (SD)

 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)  Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)  Perguruan tinggi

5. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim.

 P 0 (Nulipara).  P 1 (Primipara)  P2-5 (Multipara)  P> 5 (Grandemultipara)

6. Klasifikasi Abortus  Abortus Iminens  Abortus Insipiens


(38)

 Abortus Inkompletus  Abortus Kompletus  Abortus Tertunda  Abortus Sepsis  Abortus Habitual

 Abortus provokatus medisinalis  Abortus provokatus kriminalis

3.3. Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data Rekam Medis (data sekunder) pada bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

3.4. Alat Ukur

Rekam medis.

3.5. Skala


(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan yang memiliki data rekam medis yang baik.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah setelah pembuatan proposal yaitu dari bulan Oktober hingga Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Besar sampel diperoleh dengan metode total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/sampel. Data-data yang dikumpul diambil dari rekam medis.


(40)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu data pasien diambil dari rekam medis dimana data yang digunakan adalah data ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dilakukan dengan menganalisa data pasien yang diambil dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Analisa data ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer.


(41)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat layanan kesehatan dan pendidikan unggulan serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Semua data sampel diambil dari rekam medis pasien. Sebanyak 779 ibu hamil yang dirawat inap di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012 dan sebanyak 19 orang dari 779 pasien tersebut mengalami abortus.

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel

Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristik mencakup umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, paritas dan klasifikasi abortus yang dialami penderita.


(42)

Tabel 5.1. Distribusi Kasus Abortus Tahun 2012

Abortus n %

Ya Tidak

19 760

2,4 97,6

Jumlah 779 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang mengalami abortus adalah sebanyak 19 orang (2,4%) dan jumlah pasien yang tidak mengalami abortus adalah sebanyak 760 orang (97,6%) pada tahun 2012.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Kelompok umur (Tahun) n %

≤ 20 21-30 31-40 41-50

1 4 9 5

5,3 21,0 47,4 26,3

Jumlah 19 100

Pada tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa dari 19 ibu hamil yang mengalami abortus , proporsi yang terbesar terjadi pada kelompok umur antara 31-40 tahun sebnyak 47,4% diikuti kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 26,3%. Proporsi kecil ditemukan pada kelompok umur ≤ 20 tahun, yaitu sebanyak 5,3%.


(43)

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan n %

Belum menikah Sudah menikah

0 19

0 100

Jumlah 19 100

Berdasarkan status pernikahan, kasus abortus hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah dan tidak terjadi pada wanita yang belum menikah.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan n %

SD SLTP SLTA Perguruan tinggi

5 3 11

0

26,3 15,8 57,9 0

Jumlah 19 100

Dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa kasus abortus paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yaitu sebanyak 57,9%. Proporsi yang paling rendah ditemukan pada wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yaitu sebanyak 15,8% sedangkan tidak ditemukan kasus abortus pada wanita yang tamat perguruan tinggi.


(44)

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Paritas

Paritas n %

0 1 2-5 >5 4 6 8 1 21,1 31,6 42,1 5,3

Jumlah 19 100

Berdasarkan paritas ibu hamil, data menunjukkan bahwa kejadian abortus paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 2-5 yaitu sebanyak 8 orang (42,1%) diikuti oleh paritas 1, 6 orang (31,6%) dan paritas 0 yaitu sebanyak 4 orang (21,1%). Abortus terjadi paling sedikit pada ibu dengan paritas >5 yaitu hanya 1 orang (5,3%).

Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Klinis Abortus

Gambaran Klinis Abortus n %

Iminens Insipiens Inkompletus Kompletus Tertunda Provokatus medisinalis Provokatus kriminalis 3 3 7 1 5 0 0 15,8 15,8 36,8 5,3 26,3 0 0

Jumlah 19 100

Pada tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 19 ibu yang mengalami abortus, proporsi yang terbesar adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 7 orang (36,8%). Abortus tertunda ada pada tempat kedua dengan angka kejadian sebanyak 5 orang (26,3%) diikuti oleh abortus iminens dan insipiens dengan


(45)

angka kejadian yang sama yaitu sebanyak 3 orang (15,8%). Sementara abortus kompletus adalah abortus yang paling sedikit terjadi yaitu hanya 1 orang (5,3%) dan tidak ada kasus abortus provokatus medisinalis maupun kriminalis pada tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik, Medan.


(46)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik, Medan pada tahun 2012. Antara karakteristik yang diteliti termasuk umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan paritas ibu yang mengalami abortus serta gambaran klinis dari abortus yang terjadi.

Apabila dibandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wong di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010, dapat dilihat bahwa jumlah kasus abortus telah menurun secara drastis daripada 32 orang pada tahun 2010 kepada 19 orang pada tahun 2012. Perkara ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya program penyuluhan dan edukasi terhadap ibu-ibu hamil tentang kesehatan kehamilan dan langkah-langkah pencegahan abortus oleh pemerintah (Dep. Kes. RI,2013).

Menurut teori, usia maternal merupakan faktor resiko independen terhadap terjadinya abortus karena usia ibu berpengaruh terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur yang berkualitas akan semakin sedikit, yang berakibat abnormalitas kromosom yang menyebabkan hasil konsepsi yang selanjutnya akan sulit berkembang ( Cunningham dkk,2000). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita pada kelompok usia 31-40 tahun adalah yang paling banyak mengalami abortus (47,4%) diikuti oleh kelompok usia 41-50 tahun, (26,3%). Hal ini mungkin berbeda dengan teori di atas yaitu semakin tinggi usia ibu, semakin tinggi faktor resiko terjadinya abortus, tetapi ini mungkin disebabkan oleh karena usia subur wanita terletak pada rentang 15-44 tahun ( WHO,2013). Hal ini berarti wanita pada kelompok usia 31-40 tahun lebih berpotensi untuk mengalami kehamilan berbanding wanita usia 41-50 tahun. Data ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wong di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010 di mana kelompok usia ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah pada kelompok 31-40 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).


(47)

Pada penelitian ini, kejadian abortus hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah dan tidak terjadi pada wanita yang belum menikah. Menurut suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1999 tentang karakteristik wanita yang mengalami abortus, wanita yang sudah menikah mempunyai proporsi abortus yang tinggi berbanding dengan wanita yang belum menikah dan hal ini kebanyakkannya di negara-negara Asia dan Timur Tengah manakala di Amerika, proporsi abortus pada wanita yang belum menikah adalah empat kali lebih tinggi berbanding wanita yang sudah menikah. Hal ini adalah karena di Asia, wanita yang belum menikah pada kebiasaannya tidak aktif secara seksual (Bankole et al,1999). Penelitian yang dilakukan oleh Wong pada tahun 2010 juga menunjukkan hasil yang sama.

Seterusnya, kasus abortus paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yaitu sebanyak 57,9% diikuti tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 26,3% dan pada tingkat pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) terdapat 15,8% kasus abortus. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa dua pertiga dari pasien yang mengalami abortus sudah menikah dan hampir dua pertiga sudah pernah duduk di bangku sekolah menengah atas. Dalam penelitian terbaru, ditemukan bahwa 54% pasien yang mengalami abortus adalah lulusan sekolah menengah dan 21% dari mereka adalah lulusan akademi atau universitas (Guttmacher,2008). Pada penelitian yang dilakukan oleh Nojomi dan kawan-kawan di Iran pada tahun 2005 juga menunjukkan bahwa kebanyakkan wanita dalam penelitiannya mempunyai tingkat pendidikan tidak lebih tinggi dari lulusan sekolah menengah atas.

Dari hasil penelitian ini, ibu yang telah melahirkan lebih dari satu hingga lima kali (P2-5) adalah kelompok yang paling banyak mengalami abortus yaitu sebanyak 8 orang (42,1%) diikuti oleh wanita yang sudah melahirkan satu kali (P1) dimana terdapat 6 orang (31,6%). Hal ini sama dengan hasil dari International Family Planning Perspective di mana lebih dari separuh kasus abortus dialami oleh wanita yang telah sekurang-kurangnya mempunyai 1 orang


(48)

anak (Bankole et al,1999). Wanita yang belum pernah melahirkan (P0) berada pada tempat ketiga dengan jumlah sebanyak 4 orang (21,1%) dan proporsi yang paling kecil ditemukan pada wanita yang telah melahirkan lebih dari lima kali (P>5) yaitu sebanyak 1 orang (5,3%). Hal ini adalah disebabkan wanita yang sudah mempunyai jumlah anak yang diinginkannya akan tidak mengalami kehamilan lagi dan resiko abortus berkurang dengan setiap kehamilan sebelum yang berjaya. Manakala wanita dengan riwayat abortus sebelumnya akan cenderung untuk hamil lagi sehingga dia mencapai jumlah anak yang diinginkannya di mana seperti pada penelitian ini, kebanyakkan wanita yang belum mempunyai anak ada riwayat abortus sebelumnya ( Osborn,1999). Perkara ini juga sama dengan temuan dari penelitian Wong pada tahun 2010 di mana dia menyimpulkan bahwa abortus paling banyak dialami oleh pasien yang multipara(P2-5) yaitu sebanyak 19 orang (59,4%), diikuti dengan nullipara (P0) (21,9%), primipara(P1) (15,6%) dan paling rendah pada pasien yang grandemultipara(P>5) (3,1%).

Dari gambaran klinis abortus, abortus inkompletus mempunyai proporsi yang paling besar yaitu sebanyak 7 orang (36,8%) diikuti oleh abortus tertunda yaitu sebanyak 5 orang (26,3%). Proporsi yang paling kecil ditemukan pada abortus kompletus di mana terdapat 1 orang (5,3%). Hasil ini seiring dengan penelitian oleh Khaskheli.M di Pakistan pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa abortus inkompletus merupakan abortus yang paling banyak terjadi (30,4%) manakala abortus kompletus merupakan abortus yang paling sedikit ( 8,3%). Hasil ini juga sama dengan hasil penelitian dari Wong pada tahun 2010 di mana dia mendapatkan bahwa abortus inkompletus merupakan abortus yang paling banyak terjadi yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahawa gambaran karakteristik kejadian abortus di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :

1. Usia ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 47,4% dan abortus paling sedikit terjadi pada ibu yang berusia di bawah 20 tahun.

2. Abortus paling banyak terjadi pada ibu yang tamat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yaitu sebanyak 57,9% sedangkan tidak ada kasus abortus yang terjadi pada ibu yang tamat perguruan tinggi. 3. Berdasarkan paritas, abortus paling banyak terjadi pada ibu yang

multipara (P2-5) sebanyak 42,1% dan paling sedikit pada ibu yang grande multipara (P>5) sebanyak 5,3%.

4. Abortus yang paling banyak dialami ibu hamil adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 36,8% dan abortus yang paling sedikit terjadi adalah abortus kompletus sebanyak 5,3%.

5. Dari status pernikahan, abortus hanya terjadi pada ibu yang sudah menikah dan tidak terjadi pada ibu yang belum menikah.


(50)

6.2. Saran

1. Wanita yang mempunyai faktor resiko untuk terjadinya abortus terutama wanita berusia di atas 30 tahun dan wanita yang multipara (sering melahirkan) harus waspada dan melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter secara teratur.

2. Pihak Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan sumber tenaga, dana serta dapat melaksanakan pelbagai progam penyuluhan mengenai abortus dan komplikasi kehamilan yang lain kepada ibu-ibu hamil agar mereka mengetahui manfaat dan kepentingan antenatal care.

3. Multipara merupakan salah satu faktor terjadinya abortus. Maka ibu yang sudah melahirkan lebih dari 2 kali haruslah berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu untuk merencanakan kehamilannya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, A.N., Wohlfahrt, J., Christens, P., Oslen, J., and Melbye, M., 2000. Maternal Age and Fetal Loss: Population Based Register Linkage Study. British Medical Journal 320: 1708-1712.

Bantuk Hadijanto, 2008. Pendarahan pada Kehamilan Muda In:

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta , PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 459-473.

Bankole, A., Susheela Singh, Haas, T., 1999. Characteristics of Women Who Obtained Induced Abortion. International Family Planning Perspectives, 25(2):68-77.

Berek, J.S., 2007. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In Rinehart, R.D., ed. Berek & Novak's Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 601-04.

Center for Health Research, 2004. The Incidence of Abortion in Indonesia:

Result of A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Center for Health Research - University of Indonesia.

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap III, L., and Wenstrom, K.D., 2005. Williams Obstetrics. 22nd ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc,134-145.

Dulay, A.T., 2010. Spontaneous Abortion (Miscarriage), The Merck Manuals Online Medical Library. Available from:

http://www.merckmanuals.com/professional/sec18/ch263/ch263m.html. [Accessed April 2012].


(52)

Feminist Women's Health Center, 2011. All About Abortion.

Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., and Day, A.A., 2005. Management of Spontaneous Abortion. American Family Physician 72 (7): 1243-1250.

Guttmacher Institute, 2008. Aborsi di Indonesia Dalam Kesimpulan.

Guttmacher Institute, 2013. Facts on Abortion in Asia.

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N. Danforth, 2003. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: Lippincott Williams & Wilkins Publishers;

Jauniaux, E., Farquharson, R.G., Christiansen, O.B., and Exalto, N., 2006.

Evidence-based Guidelines for the Investigation and Medical Treatment of Recurrent Miscarriage. Human Reproduction 21 (9): 2216-2222.

Joan Pitkin, Peattie, A.B., Magowan, B.A., 2003. Obstetrics and Gynaecology An Illustrate Colour Text, Churchill Livingstone.92-93

Khaskheli, M., 2002. Evaluation of Early Pregnancy Loss. Pakistan J. Med. Research 41 (2): 70-72.

Manuaba Ida, A,C., Manuaba Ida, BG.F., Manuaba Ida, B.G., 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi, Jakarta, Trans Info Media, 250-278

Mochtar, R., 1998. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. In Lutan, D., ed. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 209-216.


(53)

Nainggolan, L.H., 2006. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus Dalam Perundang-undangan Di Indonesia. Jurnal Equality 11 (2): 94-102.

Osborn, J.F., Cattaruzza, M.S., and Spinalli, A., 2000. Risk of Spontaneous Abortion in Italy, 1978-1995, and the Effect of Maternal Age, Gravidity, Marital Status, and Education. American Journal of Epidemiology 151 (1): 98-105.

Nojomi M, Akbarian A, and Moghadam SA, 2006. Burden of Abortion : Induced And Spontaneous. Arch Iranian Med 2006; 9(1): 39-45.

Norwitz, E. R., Belfort, M,A., Saade, G.R., Miller, H., 2010. Obstetric

Clinical Algorithms Management and Evidence. Singapore: Markono Print Media Pte Ltd.

Pritchard, J.A., MacDonald, P.C., and Gant, N.F., 1991. Abortus. In Hariadi, R., ed. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University Press, 539-564.

Puscheck, E.E., 2010. Early Pregnancy Loss Workup, Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/266317- workup#a0720. [Accessed April 2012].

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, S., and Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.


(54)

Trupin, S.R., and Moreno, C., 2002. Medical Abortion: Overview and Management, Medscape General Medicine. Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/429755_5. [Accessed April 2011].

Wong SH.: Prevalensi abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010; thesis. Universitas Sumatera Utara,Medan, Indonesia. (2010)

World Health Organization, 2011. Unsafe Abortion: Global and Regional

Estimates of The Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2008. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

World Health Organization, GENEVA, 1994. Clinical Management of Abortion Complications: A Practical Guide. Maternal Health and Safe Motherhood Programme, Division of Family Health.


(55)

CURRICULUM VITAE

Nama : Eswaran K Balakrshnan Tempat/tanggal lahir : Johor/ 27.12.1992 Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Hindu

Alamat : Jl.Dr.Mansur, Gg.Sehat,No.24 Orang tua : Usharani Nallayan

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) – 2009

Kasturi International College(Foundation In Science) Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Kegiatan : Melakukan proposal penelitian gambaran karakteristik Kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik,Medan pada


(56)

Statistics

UMUR PEKERJAAN

STATUS PERNIKAHAN

TINGKAT PENDIDIKAN

KLASSIFIKASI

ABORTUS PARITAS IBU

N Valid 19 19 19 19 19 19

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 33.95 2.79 1.00 2.26 3.32 2.32

Median 32.00 3.00 1.00 3.00 3.00 1.00

Mode 31 3 1 3 5 1

Std. Deviation 8.791 .535 .000 .872 1.529 2.829

Variance 77.275 .287 .000 .760 2.339 8.006

Range 33 2 0 2 4 11

Minimum 17 1 1 1 1 0

Maximum 50 3 1 3 5 11

PARITAS IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 21.1 21.1 21.1

1 6 36.8 36.8 57.9

2-5 8 31.6 31.6 89.5

>5 1 10.5 10.5 100.0


(57)

UMUR IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤20 1 5.3 5.3 5.3

21-30 4 21.1 21.1 26.3

31-40 9 47.4 47.4 73.7

41-50 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 26.3 26.3 26.3

SLTP 3 21.1 21.1 47.4

SLTA 11 52.6 52.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

 

STATUS PERNIKAHAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(58)

 

   

 

KLASSIFIKASI ABORTUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ABORTUS IMINENS 3 15.8 15.8 15.8

ABORTUS INSIPIENS 3 15.8 15.8 31.6

ABORTUS INKOMPLETUS 7 26.3 26.3 57.9

ABORTUS KOMPLETUS 1 5.3 5.3 63.2

ABORTUS TERTUNDA 5 36.8 36.8 100.0


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, A.N., Wohlfahrt, J., Christens, P., Oslen, J., and Melbye, M., 2000. Maternal Age and Fetal Loss: Population Based Register Linkage Study. British Medical Journal 320: 1708-1712.

Bantuk Hadijanto, 2008. Pendarahan pada Kehamilan Muda In:

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta , PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 459-473.

Bankole, A., Susheela Singh, Haas, T., 1999. Characteristics of Women Who Obtained Induced Abortion. International Family Planning Perspectives, 25(2):68-77.

Berek, J.S., 2007. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In Rinehart, R.D., ed. Berek & Novak's Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 601-04.

Center for Health Research, 2004. The Incidence of Abortion in Indonesia:

Result of A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Center for Health Research - University of Indonesia.

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap III, L., and Wenstrom, K.D., 2005. Williams Obstetrics. 22nd ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc,134-145.

Dulay, A.T., 2010. Spontaneous Abortion (Miscarriage), The Merck Manuals Online Medical Library. Available from:

http://www.merckmanuals.com/professional/sec18/ch263/ch263m.html. [Accessed April 2012].


(60)

Feminist Women's Health Center, 2011. All About Abortion.

Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., and Day, A.A., 2005. Management of Spontaneous Abortion. American Family Physician 72 (7): 1243-1250.

Guttmacher Institute, 2008. Aborsi di Indonesia Dalam Kesimpulan.

Guttmacher Institute, 2013. Facts on Abortion in Asia.

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N. Danforth, 2003. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: Lippincott Williams & Wilkins Publishers;

Jauniaux, E., Farquharson, R.G., Christiansen, O.B., and Exalto, N., 2006.

Evidence-based Guidelines for the Investigation and Medical Treatment of Recurrent Miscarriage. Human Reproduction 21 (9): 2216-2222.

Joan Pitkin, Peattie, A.B., Magowan, B.A., 2003. Obstetrics and Gynaecology An Illustrate Colour Text, Churchill Livingstone.92-93

Khaskheli, M., 2002. Evaluation of Early Pregnancy Loss. Pakistan J. Med. Research 41 (2): 70-72.

Manuaba Ida, A,C., Manuaba Ida, BG.F., Manuaba Ida, B.G., 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi, Jakarta, Trans Info Media, 250-278

Mochtar, R., 1998. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. In Lutan, D., ed. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 209-216.


(61)

Nainggolan, L.H., 2006. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus Dalam Perundang-undangan Di Indonesia. Jurnal Equality 11 (2): 94-102.

Osborn, J.F., Cattaruzza, M.S., and Spinalli, A., 2000. Risk of Spontaneous Abortion in Italy, 1978-1995, and the Effect of Maternal Age, Gravidity, Marital Status, and Education. American Journal of Epidemiology 151 (1): 98-105.

Nojomi M, Akbarian A, and Moghadam SA, 2006. Burden of Abortion : Induced And Spontaneous. Arch Iranian Med 2006; 9(1): 39-45.

Norwitz, E. R., Belfort, M,A., Saade, G.R., Miller, H., 2010. Obstetric

Clinical Algorithms Management and Evidence. Singapore: Markono Print Media Pte Ltd.

Pritchard, J.A., MacDonald, P.C., and Gant, N.F., 1991. Abortus. In Hariadi, R., ed. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University Press, 539-564.

Puscheck, E.E., 2010. Early Pregnancy Loss Workup, Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/266317- workup#a0720. [Accessed April 2012].

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, S., and Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.


(62)

Trupin, S.R., and Moreno, C., 2002. Medical Abortion: Overview and Management, Medscape General Medicine. Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/429755_5. [Accessed April 2011].

Wong SH.: Prevalensi abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010; thesis. Universitas Sumatera Utara,Medan, Indonesia. (2010)

World Health Organization, 2011. Unsafe Abortion: Global and Regional

Estimates of The Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2008. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

World Health Organization, GENEVA, 1994. Clinical Management of Abortion Complications: A Practical Guide. Maternal Health and Safe Motherhood Programme, Division of Family Health.


(63)

CURRICULUM VITAE

Nama : Eswaran K Balakrshnan Tempat/tanggal lahir : Johor/ 27.12.1992 Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Hindu

Alamat : Jl.Dr.Mansur, Gg.Sehat,No.24 Orang tua : Usharani Nallayan

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) – 2009

Kasturi International College(Foundation In Science) Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Kegiatan : Melakukan proposal penelitian gambaran karakteristik Kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik,Medan pada


(64)

Statistics

UMUR PEKERJAAN

STATUS PERNIKAHAN

TINGKAT PENDIDIKAN

KLASSIFIKASI

ABORTUS PARITAS IBU

N Valid 19 19 19 19 19 19

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 33.95 2.79 1.00 2.26 3.32 2.32

Median 32.00 3.00 1.00 3.00 3.00 1.00

Mode 31 3 1 3 5 1

Std. Deviation 8.791 .535 .000 .872 1.529 2.829

Variance 77.275 .287 .000 .760 2.339 8.006

Range 33 2 0 2 4 11

Minimum 17 1 1 1 1 0

Maximum 50 3 1 3 5 11

PARITAS IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 21.1 21.1 21.1

1 6 36.8 36.8 57.9

2-5 8 31.6 31.6 89.5

>5 1 10.5 10.5 100.0


(65)

UMUR IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤20 1 5.3 5.3 5.3

21-30 4 21.1 21.1 26.3

31-40 9 47.4 47.4 73.7

41-50 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 26.3 26.3 26.3

SLTP 3 21.1 21.1 47.4

SLTA 11 52.6 52.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

 

STATUS PERNIKAHAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(66)

 

   

 

KLASSIFIKASI ABORTUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ABORTUS IMINENS 3 15.8 15.8 15.8

ABORTUS INSIPIENS 3 15.8 15.8 31.6

ABORTUS INKOMPLETUS 7 26.3 26.3 57.9

ABORTUS KOMPLETUS 1 5.3 5.3 63.2

ABORTUS TERTUNDA 5 36.8 36.8 100.0


(1)

Nainggolan, L.H., 2006. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus Dalam Perundang-undangan Di Indonesia. Jurnal Equality 11 (2): 94-102.

Osborn, J.F., Cattaruzza, M.S., and Spinalli, A., 2000. Risk of Spontaneous Abortion in Italy, 1978-1995, and the Effect of Maternal Age, Gravidity, Marital Status, and Education. American Journal of Epidemiology 151 (1): 98-105.

Nojomi M, Akbarian A, and Moghadam SA, 2006. Burden of Abortion : Induced And Spontaneous. Arch Iranian Med 2006; 9(1): 39-45.

Norwitz, E. R., Belfort, M,A., Saade, G.R., Miller, H., 2010. Obstetric

Clinical Algorithms Management and Evidence. Singapore: Markono Print Media Pte Ltd.

Pritchard, J.A., MacDonald, P.C., and Gant, N.F., 1991. Abortus. In Hariadi, R., ed. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University Press, 539-564.

Puscheck, E.E., 2010. Early Pregnancy Loss Workup, Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/266317- workup#a0720. [Accessed April 2012].

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, S., and Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.


(2)

Trupin, S.R., and Moreno, C., 2002. Medical Abortion: Overview and Management, Medscape General Medicine. Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/429755_5. [Accessed April 2011].

Wong SH.: Prevalensi abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010; thesis. Universitas Sumatera Utara,Medan, Indonesia. (2010)

World Health Organization, 2011. Unsafe Abortion: Global and Regional

Estimates of The Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2008. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

World Health Organization, GENEVA, 1994. Clinical Management of Abortion Complications: A Practical Guide. Maternal Health and Safe Motherhood Programme, Division of Family Health.


(3)

CURRICULUM VITAE

Nama : Eswaran K Balakrshnan Tempat/tanggal lahir : Johor/ 27.12.1992 Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Hindu

Alamat : Jl.Dr.Mansur, Gg.Sehat,No.24 Orang tua : Usharani Nallayan

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) – 2009

Kasturi International College(Foundation In Science) Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Kegiatan : Melakukan proposal penelitian gambaran karakteristik Kejadian abortus di RSUP H. Adam Malik,Medan pada


(4)

Statistics

UMUR PEKERJAAN

STATUS PERNIKAHAN

TINGKAT PENDIDIKAN

KLASSIFIKASI

ABORTUS PARITAS IBU

N Valid 19 19 19 19 19 19

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 33.95 2.79 1.00 2.26 3.32 2.32

Median 32.00 3.00 1.00 3.00 3.00 1.00

Mode 31 3 1 3 5 1

Std. Deviation 8.791 .535 .000 .872 1.529 2.829

Variance 77.275 .287 .000 .760 2.339 8.006

Range 33 2 0 2 4 11

Minimum 17 1 1 1 1 0

Maximum 50 3 1 3 5 11

PARITAS IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 21.1 21.1 21.1

1 6 36.8 36.8 57.9

2-5 8 31.6 31.6 89.5

>5 1 10.5 10.5 100.0


(5)

UMUR IBU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤20 1 5.3 5.3 5.3

21-30 4 21.1 21.1 26.3

31-40 9 47.4 47.4 73.7

41-50 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 26.3 26.3 26.3

SLTP 3 21.1 21.1 47.4

SLTA 11 52.6 52.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

STATUS PERNIKAHAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid SUDAH MENIKAH 19 100.0 100.0 100.0


(6)

 

   

 

KLASSIFIKASI ABORTUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ABORTUS IMINENS 3 15.8 15.8 15.8

ABORTUS INSIPIENS 3 15.8 15.8 31.6 ABORTUS INKOMPLETUS 7 26.3 26.3 57.9

ABORTUS KOMPLETUS 1 5.3 5.3 63.2

ABORTUS TERTUNDA 5 36.8 36.8 100.0