Pola Penyakit Infeksi Menular Seksual pada Pasien Poli Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2012

 

 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang sebagian besar ditularkan
melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual sebenarnya bukanlah masalah
baru dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi. Namun, sejak ditemukannya
kasus HIV/AIDS pertama kalinya di Bali pada tahun 1988, maka upaya
penanggulangan

IMS

mulai

berkembang

pesat,


karena

adanya

IMS

mempermudah seseorang tertular HIV ( UNFPA, 2005).
Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
cukup menonjol di sebagian besar wilayah dunia (Murtiastutik, 2008). Insidensi
dan penyebarannya bervariasi dan tidak dapat diperkirakan secara tepat (Hakim,
2005). WHO memperkirakan insidensi IMS pada tahun 2008 ada sebanyak 498.9
juta kasus baru dan jumlahnya meningkat sebesar 11% bila dibandingkan dengan
penelitian pada tahun 2005. Jumlah kasus baru yang didapatkan pada tahun 2008
tersebut meliputi wilayah Afrika ada sebanyak 92,6 juta kasus, wilayah Amerika
ada sebanyak 125,7 juta kasus, wilayah Eropa ada sekitar 46,8 juta kasus, wilayah
Mediterania ada 26,5 juta kasus, wilayah Pasifik Barat ada sekitar 128,2 juta dan
wilayah Asia Tenggara, ada sebanyak 78,5 juta kasus (WHO,2012). Sementara
itu, terdapat juga beberapa laporan mengenai angka kejadian IMS di berbagai
wilayah Indonesia, seperti di Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2009 terdapat

sekitar 7.380 kasus IMS (Dinkes DKI Jakarta, 2010). Di Provinsi Jawa Timur,
pada tahun 2011 terdapat sekitar 10.752 kasus IMS (Dinkes Jateng, 2012). Di
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008, terdapat sekitar 6.787 kasus IMS
(Dinkes Sumut, 2009). Di Kota Medan pada tahun 2012, terdapat sekitar 3.452
kasus (Dinkes Kota Medan, 2013) dan di RSUP H.Adam Malik pada tahun 20042008 terdapat sebanyak 262 kasus (Purba, 2009).
Selain itu, pola penyakit infeksi menular seksual juga mengalami perubahan.
Salah satunya adalah meningkatnya kejadian infeksi klamdia, herpes genital dan

Universitas Sumatera Utara

 

 

kondiloma akuminata di beberapa daerah dibandingkan infeksi uretris gonore dan
sifilis. Perubahan pola infeksi ini erat kaitannya dengan berbagai faktor, seperti
faktor kesehatan dan faktor medis yang berhubungan dengan sifat dasar IMS,
faktor sosial-budaya, dan demografi (Hakim, 2005).
Dampak IMS bagi kesehatan reproduksi sangat serius, meliputi radang
panggul atau (Pelvic Inflamatory Dieases / PID), infertilitas, kehamilan ektopik

dan hasil kehamilan yang buruk termasuk keguguran, lahir mati, lahir prematur,
dan infeksi kongenintal dan sebagainya. IMS bisa terjadi pada laki-laki dan
perempuan, namun tetapi dampak buruknya lebih berat dirasakan oleh perempuan.
Komplikasi IMS merupakan salah satu penyebab penting yang menimbulkan
penyakit dan kematian pada perempuan di daerah miskin di dunia.
IMS juga dapat meningkatkan resiko penularan HIV dan

memperbesar

peluang penularan kepada orang lain, hingga mencapai 50-300 kali lebih besar per
kontak bila terdapat ulkus genital. Hal ini dikarenakan HIV lebih mudah untuk
menembus luka yang terbuka pada kulit maupun selaput lendir di ulkus genital
ditambah lagi kandungan HIV yang tinggi di duh penderita (Depkes,2006).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Pola penyakit Infeksi Menular Seksual di RSUP. H. Adam Malik
pada tahun 2008-2012” karena dengan mengetahui pola penyakit IMS dalam
suatu daerah kita dapat melihat distribusi IMS, tindakan pencegahan,
penanggulangan IMS/HIV/AIDS dan potensi penyebaran HIV.
1.2.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pola penyakit infeksi

menular seksual pada pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik
pada tahun 2008-2012?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pola penyakit

Universitas Sumatera Utara

 

 

infeksi menular seksual pada pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam
Malik pada tahun 2008-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui distribusi infeksi menular seksual berdasarkan kelompok usia

pada pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2008-2012.
2. Mengetahui distribusi infeksi menular seksual berdasarkan jenis kelamin
pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2008-2012.
3. Mengetahui distribusi infeksi menular seksual berdasarkan status perkawinan
pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2008-2012.
4. Mengetahui distribusi infeksi menular seksual berdasarkan pekerjaan pasien
Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008-2012.
5. Mengetahui jenis penyakit infeksi menular seksual yang paling sering terjadi
pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2008-2012.
6. Mengetahui distribusi infeksi menular seksual berdasarkan tempat tinggal
pasien Poli Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2008-2012.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a.


Bagi peneliti
1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pola penyakit infeksi menular
seksual pada pasien yang berkunjung ke Poli Kulit dan Kelamin
RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2008-2012.
2. Sebagai pemenuhan tugas akhir pendidikan di FK USU.

Universitas Sumatera Utara

 

 

b.

Bagi pembaca
Dapat menjadi sumber informasi dan kelak dapat dipergunakan dalam hal
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis.

c.


Bagi RSUP. H. Adam Malik Medan
1. Memberikan informasi mengenai jenis infeksi menular seksual yang paling
sering di Poli Kulit Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun
2008-2012.
2. Memberikan informasi tentang distribusi pasien yang menderita infeksi
menular seksual yang mengalami pengobatan di Poli Kulit Kelamin RSUP.
H. Adam Malik Medan pada tahun 2008-2012.

Universitas Sumatera Utara