Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “100 Kai Naku Koto”Karya Nakamura Kou

 

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA,
DAN BIOGRAFI PENGARANG
2.1 Definisi Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yakniNovellayang berarti sebuah
kisah atau sepotong cerita.Dalam bahasa Jerman istilah novel disebut dengan
Novelle, sedangkan dalam bahasa Yunani novel disebut dengan Novellus. Istilah
tersebut kemudianmasuk ke Indonesia dan dikenal denganistilah Novel. Secara
harfiah Novel berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan
sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. (Abrams dalam Nurgiyantoro,
1995:9).
Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:2) Novel merupakan jenis dan genre
prosa dalam karya sastra. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut
sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya yang menceritakan
sesuatu yang bersifat rekaan,khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi
sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
Henry Guntur Tarigan(2003:164) mengatakan bahwa novel merupakan
prosa fiksi dengan panjang tertentu, yang isinya antara lain: melukiskan para
tokoh, gerak serta adegan peristiwa kehidupan nyata representatif dengan suatu

alur atau suatu keadaan yang yang kompleks. Novel merupakan jenis karya sastra
yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat pembaca.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia saat
ini. Hal ini dikarenakan bentuk karya sastra ini paling banyak beredar dan daya
komunikasinya yang luas pada masyarakat. Menurut Sumardjo (1999:11) Novel

 

Universitas Sumatera Utara

 

adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga
kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah
menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.
Setiap karya sastra fiksi (novel) memiliki unsur-unsur yang mendukung,
baik unsur dari dalam sastra itu sendiri (unsur intrinsik) maupun unsur dari luar
(unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung mempengaruhi cerita pada karya
sastra tersebut.
2.1.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang ikut membangun dan mempengaruhi
terciptanya karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam
unsur intrinsik adalah sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema
yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat terlihat jelas
dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus menyimpulkan
sendiri). Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum, lebih
luas, dan abstrak. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi,
ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagianbagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2009:68).
Dick Hartoko dan B.Rahmanto (1986:67) mengatakan tema merupakan
struktur karya sastra yang mempunyai peran penting dalam suatu cerita. Biasanya
pengarang merumuskan tema sebelum menulis cerita karya sastra karena gagasan

 

Universitas Sumatera Utara


 

yang sudah dibuat pengarang akan dikembalikan dan cerita yang dibuat tidak
keluar dari tema. Tema dapat didefinisikan suatu gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur
semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan
(Burhan Nurgiyantoro, 1994:68)
Didalam sebuah novel dapat ditemukan lebih dari satu tema yaitu tema
utama dan tema tambahan, akan tetapi tema tambahan tersebut haruslah bersifat
menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan. Hal
tersebut disebabkan adanya plot utama dan sub-sub yang menampilkan satu
konflik utama dan konflik-konflik pendukung/tambahan (Burhan Nurgiyantoro,
1994:12).
Menurut Mohammad Najid (2003:28) tema terbagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Tema mayor : tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan dominan
yang menjiwai cerita.
2. Tema minor : tema bawahan, yaitu persoalan-persoalan kecil yang
mendukung keberadaan tema mayor.
Pada intinya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang

mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Henry Guntur
Tarigan (2003:125), tema adalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan
atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau
gagasan utama dari suatu karya sastra.
Sesuai dengan kisah yang ada dalam novel “100 Kai Naku Koto”, novel
ini berceritakan tentang kehidupan tokoh utama Fujii saat berada di Tokyo. Fujii

 

Universitas Sumatera Utara

 

merupakan seorang pemuda pekerja keras dan penyayang, namun Fujii harus
menghadapikisah percintaan yang menyedihkan didalam hidupnya.Kekasih Fujii
ternyata menderita penyakit Kanker yang mematikan, hal inilah yang kemudian
membuat kondisi psikologis Fujii mulai terganggu. Dan yang menjadi fokus cerita
dalam novel 100 Kai Naku Koto ini adalah lika-liku kehidupan dan perjuangan
Fujii dalam merawat dan memperjuangkan kekasihnya sampai kekasihnya
tersebut meninggal dunia.

b. Plot / Alur Cerita
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagianbagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1993:43). Abraham dalam Siswanto
(2008:159) mengatakan bahwa plot atau alur adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku.
Mohammad Najid (2003 : 20) mengatakan bahwa susunan alur dalam
sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian :
1. Bagian awal : berisi informasi penting yang berkaitan dengan hal-hal
yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi
tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh, dan
penciptaan suasana.
2. Bagian tengah : menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan.
Konflik bisa terjadi secara internal (konflik batin) maupun eksternal
(konflik sosial).

 

Universitas Sumatera Utara


 

3. Bagian akhir : merupakan tahap peleraian. Berbagai jawaban atas
berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternatif
penyelesaiannya.
Menurut Aminuddin (2000:90), pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi
disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan
memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian
yang dialami sang tokoh.
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.
4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan.
Menurut urutannya, alur terbagi dalam tiga jenis yaitu alur maju dan alur
mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama,
peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur
mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian
kembali ke peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya sampai kembali pada
peristiwa terakhir tadi. Sementara alur campuran adalah dimana pengarang

membuat suatu cerita dengan menggunakan alur maju dan alur mundur.
Berdasarkan penjelasan diatas,novel “100 Kai Naku Koto” adalah novel
yang menggunakan alur campuran, karena pada bagian awal novel ini
menceritakan kisah tokoh Fujii dewasa saat berada di Tokyo, kemudianpada
bagian tengah novel ini menceritakan kembali kisah Fujii remaja saat berada

 

Universitas Sumatera Utara

 

didesa, dan pada bagian akhir novel ini pengarang melanjutkan kembali dengan
kisah percintaan Fujii saat berada di Tokyo.
c. Tokoh
Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang memiliki peran penting
dalam bertugas menjalankan alur cerita pada suatu karya sastra.Mohammad Najid
(2003 : 23) mengatakan bahwa suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung
oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung
peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh, sedangkan cara

pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan. Dengan adanya penokohan,
sebuah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup. Melalui penokohan pula,
seorang pembaca dapat dengan jelas manangkap wujud manusia atau makhluk
lain yang perikehidupannya sedang diceritakan pengarangnya.
Tokoh tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan
untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi
strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu
yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Herman. J. Waluyo (2002:165)
menyatakan bahwa istilah penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokohtokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, watak
tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu.
Burhan Nurgiyantoro (1994: 176-194) membedakan tokoh berdasarkan
sudut pandang dan tinjauannya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis
penamaan sekaligus.

 

Universitas Sumatera Utara

 


a) Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam cerita sedangkan tokoh tambahan
adalah tokoh yang tidak dipentingkan dalam cerita, dalam keseluruhan
cerita pemunculannya lebih sedikit.
b) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi yang disebut hero. Sedangkan tokoh antagonis adalah
tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik, tokoh antagonis adalah
tokoh yang tidak disukai oleh pembaca.
c) Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas sisi kepribadian yang diungkapkan
pengarang, misalnya baik saja atau buruk saja. Sedangkan tokoh bulat
adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi kehidupan dan jati diri yang
menunjukkan

berbagai

segi

baik


buruknya,

kelebihan

dan

kelemahannya.
d) Tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak
mengalami pengembangan perwatakan sebagai akibat terjadinya
konflik, sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami
pengembangan perwatakan.
Tokoh utama dalam novel “100 Kai Naku Koto” ini bernama Fujii. Fujii
merupakan seorang pemuda pekerja keras dan sangat penyayang. Namun semasa
Fujii tinggal didesa ia merupakan seorang pemuda yang tidak suka bersosialisasi,
bahkan ia hanya menghabiskan waktunya untuk mengerjakan soal-soal latihan
ujian masuk Universitas sendirian di dalam kamarnya. Fenomena anti sosial ini

 


Universitas Sumatera Utara

 

disebut dengan Hikikomori. Namun setelah Fujii merantau ke Tokyo, ia mulai
membuka diri untuk bergaul dan akhirnya memiliki seorang kekasih.
Tokoh-tokoh tambahan yang terdapat didalam novel 100 Kai Naku Koto
ini ialah Yoshimi, Ishiyama-san, Orang tua Fujii, Orang tua Yoshimi, dan temanteman sekantor Fujii.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam
cerita(Aminuddin, 2000:96). Herman. J. Waluyo (2002: 184) menyatakan bahwa
point of view adalah sudut pandang dari mana pengarang bercerita, ataukah ia
hanya sebagai orang yang terbatas. Point of view juga berarti dengan cara
bagaimanakah pengarang berperan, apakah melibatkan langsung dalam cerita
sebagai orang pertama, apakah sebagai pengobservasi yang terdiri di luar tokohtokoh sebagai orang ketiga. Pengarang yang bercerita selalu menceritakan sesuatu
yang ada kaitannya dengan dirinya sendiri.Terdapat beberapa jenis sudut pandang,
yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian
disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang
menuturkan dirinya sendiri.
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut
melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama.
Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang
pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

 

Universitas Sumatera Utara

 

Dalam hal ini, sudut pandang Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku
Koto hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan kisah orang lain dalam
segala hal. Nakamura Kou sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang
berada diluar cerita.
2.1.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra (Burhan Nurgiyantoro 1995:23). Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya
sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Meski demikian, unsur
ekstrinsik menentukan dan berpengaruh terhadap totalitas sebuah karya sastra
yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, latar belakang
sosial, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain diluar unsur intrinsik.
2.2 Setting Novel “100 Kai Naku Koto”
Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta
suasana terjadinya peristiwa (Suroto, 1989:94). Menurut Abrams dalam Burhan
Nurgiyantoro (1995:216), latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Latar atau setting dapat membuat sebuah cerita lebih konkret dan jelas,
memberikan kesan realistis kepada pembaca, serta menciptakan suasana seolaholah benar-benar tejadi. Burhan Nurgiyantoro (2009:227) mengatakan setting
dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga

 

Universitas Sumatera Utara

 

unsur ini membahas permasalahan yang berbeda-beda tetapi pada kenyataannya
tetap saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
2.2.1 Latar Tempat
Menurut Burhan Nugiyantoro (2009:251), latar tempat menunjukkan pada
pengertian tempat atau lokasi di mana cerita yang dikisahkan itu terjadi. Unsur
tempat yang digunakan dapat berupa suatu tempat dengan nama tertentu, inisial
tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.
Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat penting untuk membuat
pembacaseolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadidi
tempat seperti yang diceritakan dalam cerita tersebut. Adapun latar tempat
terjadinya peristiwa dalam novel 100 Kai Naku Koto iniadalah mengambil latar
tempat negara Jepang khususnya daerah Tokyo, Akasaka, dan Chiba.
2.2.2 Latar Waktu
Burhan Nurgiyantoro (1995:230) mengatakan bahwa latar waktu
berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan
waktu faktual. Latar waktu yang digambarkan oleh Nakamura Kou dalam novel
100 Kai Naku Koto ini adalah Jepang pada masa sekarang. Hal ini terlihat oleh
tata kota, aktifitas masyarakat, serta gambaran bangunan dan trasportasi yang
digambarkan oleh pengarang pada novel ini.

 

Universitas Sumatera Utara

 

2.2.3 Latar Sosial
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2009: 233-234), Latar sosial-budaya
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, ada istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, atau atas.
Latar sosial yang digambarkan pengarang Nakamura Kou dalam novel 100
Kai Naku Koto adalah ketika Jepang sudah menjadi negara maju, modern dan
memiliki tingkat kesibukan yang tinggi. Ini terlihat dari keseharian tokoh Fujii
yang sering bekerja lembur dan dituntut untuk bekerja cepat, serta dari keadaan
Tokyo yang sudah modern dengan bangunan yang tinggi, rumah sakit yang
memiliki alat-alat canggih, serta keadaan stasiun kereta api yang selalu padat dan
super sibuk.
Novel ini secara keseluruhan menceritakan perjuangan kisah cinta Fujii
dalam menjaga dan merawat kekasihnya Yoshimi yang menderita penyakit
Kanker.
2.3 Kajian Psikologis Sastra
Karya sastra, baik novel, drama, dan puisi, di zaman modern ini sarat
dengan unsur-unsur psikologi sebagai manifestasi kejiwaan pengarang, para tokoh
fiksional dalam kisahan, dan pembacanya (Minderop, 2010: 53).

 

Universitas Sumatera Utara

 

Menurut Abu Ahmadi (1979:1) psikologi berasal dari perkataan Yunani
psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara
etiologis (menurut arti kata) psikologis artinya ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar
belakangnya.
Menurut Bimo Walgito (1997:9), psikologi merupakan ilmu yang
menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku dan aktivitas-aktivitas
manusia. Tingkah laku aktivitas manusia tersebut merupakan manifestasi dari
kehidupan jiwanya.Jiwa tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh. Jiwa
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami melalui hasil
yang ditimbulkan dari tingkah laku dan aktivitas yang dilakukan.
Menurut Atar Semi (1989:46), pendekatan psikologi adalah penelaahan
sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu
karya sastra. Segi-segi psikologis ini mendapat perhatian dalam penelaahan dan
penelitian sastra karena timbulnya kesadaran pengarang yang dengan sendirinya
juga menjadi kritikus sastra. Dapat dikatakan bahwa psikologi sastra merupakan
salah satu pendekatan sastra yang menekankan pada segi-segi kejiwaan yang
dideskripsikan melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, dimana
tokoh-tokoh tersebut hanya ditampilkan secara fiksi. Dengan demikian dapat
dilakukan kajian lintas disiplin ilmu antara sastra dan psikologi, karena psikologi
dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yakni sama-sama berguna untuk
sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.
Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi

 

Universitas Sumatera Utara

 

turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastr dengan bekerja
dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh,
maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka
akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat
hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi
Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan
psikologi sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena
dunia sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat
dalam karya sastra tersebut.
Wellek dan Warren (1995:90) mengungkapkan bahwa istilah psikologi
sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi
pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, psikologi sastra merupakan
studi proses kreatif. Ketiga, psikologi sastra merupakan studi tipe dan hukumhukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, psikologi sastra
merupakan studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu menggambarkan
kekacauan batin manusia, karena hakekat manusia itu adalah perjuangan dalam
menghadapi kekalutan batinnya sendiri baik yang terlihat gejalanya dari luar
maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, kajian tokoh harus ditekankan pada
aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.

 

Universitas Sumatera Utara

 

2.4 Kognisi Depresi Aaron Beck
Aaron Temkin Beck adalah seorang Psikiater yang lahir di Providence,
Rode Island. Beck menyelesaikan BA di Brown University dan mendapatkan
M.D. dalam bidang Psychiatry di Yale University pada tahun 1964. Pada awalnya
Beck adalah seorang psychoanalyst dan banyak melakukan research on the
psychoanalytic treatment of depression. Kemudian Beck mulai mempelajari
pendekatan kognitif sebagai treatment bagi mereka penderita depresi. Beck
memformulasikan teori kognitif untuk gangguan depresi dan melakukan observasi
klinis dan studi empiris terhadap pikiran dan keyakinan para penderita depresi.
Beck mencatat bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan
cara pandang yang negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkugannya.
Beck menyatakan bahwa pikiran-pikiran negatif tersebut adalah hasil dari bias
dalam proses informasi yang pada akhirnya mengakibatkan kesimpulan yang bias
pula.
Sebagai makhluk hidup yang berakal manusia pasti memiliki berbagai
masalah dalam hidupnya. Dalam menghadapi berbagai masalah hidup tersebut,
tak sedikit pula kita akan mengalami suatu kondisi yang disebut depresi. Depresi
adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan
diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit
sampai pada keadaan tak berdaya (Jonatan Trisna dalam Hadi Pranowo, 2004:15).
Enos D. Martindalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan beberapa
jenis depresi yaitu:
1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu
‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif).

 

Universitas Sumatera Utara

 

Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai
reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension,
kematian seseorang yang sangat dikasihi, dll.
2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum
jelas. Bisa karena gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau
susunan saraf. Sering terjadi secara bertahap (cyclical).
3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi ini terjadi setelah
mengalami peristiwa menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada
biasanya. Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak
terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon
terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang
lama. Penderitanya bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa
depresi.
Hadi Pranowo (2004:32) mengatakan bahwa untuk menemukan penyebab
depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin
beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak
penyebab depresi tersebut dapatlah disimpulkan beberapa faktor utama yang
mempengaruhi depresi yaitu:
1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari
depresi. Archibald Hart menyebutkan empat macam kehilangan yaitu:
- Kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang,
harapan atau ambisi.
- Kehilangan sesuatu yang konkrit misalnya rumah,mobil,
orang atau bahkan binatang kesayangan.

 

Universitas Sumatera Utara

 

-

Kehilangan hal yang bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia
merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang lain.

-

Kehilangan

sesuatu

yang

belum

tentu

hilang

seperti

kekhawatiran saat menunggu hasil tes kesehatan atau menunggu
hasil tes ujian.
2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.
3. Kondisi kesehatan. Terlalu lelah dan capek karena pengurasan tenaga baik
secara fisik maupun emosi. Selain itu seperti kanker, jantung, masalah tiroid,
sakit kronis, dan lain sebagainya.
4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan dan makhluk halus.
5. Trauma dan kesedihan terhadap peristiwa buruk. Trauma, seperti kekerasan
atau penganiayaan fisik atau emosional bisa memicu depresi. Duka setelah
kematian seorang teman atau orang yang dicintai yang berlarut-larut dapat
menyebabkan depresi.
6. Obat-obatan dan zat terlarang. Banyak resep obat yang dapat menyebabkan
gejala depresi. Hal ini bukannya meperbaiki kondisi seseorang, tapi malah
meperburuk. Alcohol atau penyalahgunaan zat terlarang pada umumnya juga
dapat menyebabkan orang depresi.
Stuart Gail W dalam (http://muhashidayatasis.blogspot.com/2011/08/
gangguan-alam-perasaan.html) juga mengatakan ada empat sumber utama
penyebab depresi/stress yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan:
a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.

 

Universitas Sumatera Utara

 

b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempengaruhi masalah-masalah individu saat ini.
c. Ketegangan peran memengaruhi perkembangan depresi, terutama pada
wanita.
d. Perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit

fisik

(seperti

infeksi,

neoplasma,

ketidakseimbangan

metabolik) dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Bermacammacam obat anthipertensi dan penyalahgunaan zat adiktif adalah faktor
pencetus yang lazim. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan
tubuh juga sering disertai dengan depresi.
Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala,
misalnya:
1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi
lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun atau bahkan
meningkat, gairah seksual menurun bahkan bisa hilang sama sekali.
Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai
penderita depresi.
2. Kehilangan

perspektif

hidup,pekerjaan

dan

dalam
keluarga

hidup.
menjadi

Pandangannya
kabur.

terhadap

Aaron

Beck

menggambarkan hal ini sebagai “segi tiga kognitif dari depresi”. Segi
tiga kgnitif tersebut adalah:
a. Pandangan negatif terhadap dunia/lingkungan: cenderung melihat
kekalahan, kerugian dan penghinaan.

 

Universitas Sumatera Utara

 

b. Pandangan negatif terhadap diri sendiri: menganggap diri kurang
baik, tidaklayak dan tidak berharga.
c. Pandangannegatif terhadap masa depan: penuh dengan kesukaran,
frustasi dan kerugian.
3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan
seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah,
apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana
hampa dan mati.
4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan
diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara
berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi.
5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran
dilusi yang bisa merugikan, misalnya “seseorang akan membunuh saya”
atau “seseorang akan meracuni saya”.
Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(Psikologi)) dikatakan bahwa
menurut Diagnostic and Statistical Manual IV – Text Revision (DSM IV-TR)
(American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi
jika lima atau lebih gejala dibawah telah ada selama periode dua minggu dan
merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang, sekurangnya salah satu gejala
harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati
sesuatu.
1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari,
hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa

 

Universitas Sumatera Utara

 

sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti
ingin menangis).
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua
kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari
(ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat
badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat
diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan
kegelisahan atau merasa lambat).
6. Perasaan lelah atau kehilangan kakuatan hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau
tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.
8. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi, atau sulit
membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif
atau pengamatan orang lain).
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati),
berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas,
atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri
nyawa sendiri.

 

Universitas Sumatera Utara

 

Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup
besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan
sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.
Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan
bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi.
Namun, baru-baru ini telah dikemukakan bahwa gagasan itu sendiri (kognisi
depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk
keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai
pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih
mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan
lebih positif.
Kognisi depresi dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1.

Pikiran, misalnya “saya gagal sebagai orang tua”.

2.

Harapan, misalnya “saya tidak bahagia kecuali semua orang
menyukai saya”.

3.

Distorsi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti. “Orang
tidak suka bicara dengan saya karena saya membosankan”.

Dalam

(http://scribd.com/com/doc/49313688/PENDEKATAN-TERAPI-

KOGNITIF.html)

dikatakan

bahwa

teori

kognitif

Aaron

Beck

juga

menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang
terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah
‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi
tiga tersebut adalah:

 

Universitas Sumatera Utara

 

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri, seperti memandang diri sendiri
tidak berharga, penuh kekurangan, tidak adequte, tidak dapat dicintai,
dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
kebahagiaan.
b. Pandangan negatif terhadap lingkungan,seperti memandang lingkungan
memaksakan tuntutan yang berlebihan atau memberikan hambatan yang
tidak mungkin diatasi sehingga terus-menerus menyebabkan kegagalan
dan kehilangan.
c. Pandangan negatif terhadap masa depan, seperti memandang masa
depan tanpa harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi lebih baik. Memandang masa
depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berkelanjutan serta
kesulitan yang tidak pernah selesai.
Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:
a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara
hitam putih. Yang ada hanya benar-salah atau baik-buruk.
b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa
negatif terjadi maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang
serupa dimasa depan.
c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa
dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah
dialami.
d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif.

 

Universitas Sumatera Utara

 

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif
mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.
f. Membesar-besarkan

suatu

kesalahannya

dan

mengecilkan

suatu

kebaikannya.
g. Penalaran

emosional,

menginterpretasikan

perasaan dan peristiwa

berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional
berdasarkan bukti yang ada.
h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan
menciptakan harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang
menjadi depresi saat gagal mencapainya.
i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri
sendiri dan orang lain.
j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri
kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain.
Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori depresi dari pakar psikologis
lain yang mendukung penelitian inilah penulis akan menganalisis penyebab
gangguan psikologis dan gangguan psikologis apa yang dialami oleh tokoh utama
Fujii dalam novel 100 Kai Naku Koto yang digambarkan oleh Nakamura Kou
sebagai pengarang novel ini.
2.5 Riwayat Hidup Nakamura Kou
Nakamura Kou lahir di Prefektur Gifu, Jepang pada tahun 1969. Pada
tahun 2002 ia mulai debut dengan novel yang berjudul Rirekisho dan berhasil
memenangkan penghargaan Bunshun. Novelnya yang berjudul menjadi nominator
dalam ajang Penghargaan Akutagawa yang bergengsi. Novel lainnya dengan judul

 

Universitas Sumatera Utara

 

Guru-guru Mawaru Suberidai mendapatkan penghargaan Noma literary
Newcomer. Karyanya yang lain adalah Zettai, Saikyou no Uta, Boku ga Suki na
Hito ga Yoku Nemuremasu youni.
Novel 100 Kai Naku Koto adalah novel romance fiksi karya Nakamura
Kou yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun

2005. Novel ini

kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun
2013 dengan judul Crying 100 Times.

 

Universitas Sumatera Utara