Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “100 Kai Naku Koto”Karya Nakamura Kou

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Endaswara, Suwandi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presindo.

Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Greg, Wilkinsin. 1995. Depresi. Jakarta: Arcan.

Hadi, Parnowo. 2004. Depresi dan Solusinya. Yokyakarta: Tugu Publisher.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta. Kanisius.

Kartika, Dharsono Sony. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Kasim, Razali. 1996. Sastra Bandingan. Medan: USU Press.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Najid, Mohammad. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya : University Press.


(2)

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

__________________. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

__________________. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

___________. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo, Djakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia. Bandung: Alumni Bandung.

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa. __________________. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Waluyo, Herman. J. 2002. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.

Wellek, Rene dan Austin, Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.


(3)

Whitney, F.L. 1960. The elements of Research (Asian Eds). Osaka: Overseas Book Co.

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(Psikologi)

http://muhashidayatasis.blogspot.com/2011/08/ gangguan-alam-perasaan.html http://scribd.com/com/doc/49313688/PENDEKATAN-TERAPI-KOGNITIF.html luphanime.wordpress.com/2012/01/15/hikikomori/

sintak.unika.ac.id//catatan_kognitif-2.doc

                         


(4)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU

3.1 Ringkasan Cerita

Novel ini menceritakan kisah seorang pemuda yang bernama Fujii. Fujii tinggal bersama keluarganya di Akasaka. Pada dasarnya Fujii adalah seorang pemuda pekeja keras dan penyayang, akan tetapi Fujii cenderung memiliki sifat anti sosial. Fujii lebih sering melakukan segala hal dengan seorang diri. Fuji memilih untuk menutup diri dan menarik diri dari dunia luar dan fokus dengan hidupnya. Fujii lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar dengan menjawab soal-soal tes ujian masuk Universitas. Fujii hanya bersosialisasi dengan keluarganya saja. Fujii memang pemuda tekun yang berkeinginan keras untuk bisa lulus masuk Universitas di Tokyo. Sikap Fujii yang cenderung tidak ingin bersosialisasi ini dikenal masyarakat Jepang dengan istilah Hikikomori.

Sesekali Fujii keluar rumah dan pergi ke perpustakaan desa untuk membaca buku. Pada suatu hari, saat Fujiihendak pulang dari perpustakaan, Fujii menemukan seekor anak anjing yang sangat kecil.Fujii kemudian membawa anjing tersebut pulang dan memberikan nama Book kepada anjing tersebut karena pertama kali Fujii menemukan anjing itu diparkiran perpustakaan. Mulai saat itu, Book menemani Fujii setiap hari selama 1 tahun semasa ia menganggur selepas tamat sekolah.Fujii sangat meyayangi Book. Book merupakan anjing cerdas dan lincah, hari-hari Fujii pun menjadi lebih ceria setelah kehadiran Book.

Fujii memiliki sepeda motor tua yang selalu dikendarainya berpergian kemanapun. Dengan sepeda motor tersebut, Fujii rutin membawa Book jalan-jalan


(5)

mengitari sungai didesa setiap sore. Bahkan setiap Fujii menghidupkan mesin sepeda motornya, Book langsung ikut menaiki sepeda motor tersebut. Book memang sangat menyukai suara knalpot sepeda motor 2 tak milik Fujii, bahkan setiap Fujii pulang dengan sepeda motor tersebut, Book yang berada didalam rumah langsung berlari keluar rumah untuk menyambut kepulangan Fujii.

Setelah lulus ujian masuk universitas, Fujii harus meninggalkan Book dan pergi merantau ke Tokyo. Selepas kepergian Fujii tersebut, Book sering terkena penyakit. Hingga akhirnya Fujii mendapat kabar dari ibunya bahwa Book sedang menderita penyakit keras. Book banyak terserang penyakit seperti Edema (pengumpulan cairan dibawah kulit) dan gagal ginjal akut sehingga membuatnya harus dirawat dan diinfus dirumah sakit. Penyakit tersebut bahkan sudah menyebar hampir keseluruh tubuh Book hingga membuat Book tidak bisa melihat dan mendengar lagi. Fujii sangat terpukul mendengar kabar itu sehingga ia memutuskan untuk pulang ke desa secepatnya. Fujii berencana akan pulang ke desa saat libur kerja diakhir pekan. Saat itu tercatat sudah 4 tahun Fujii tidak pulang ke desa untuk melihat Book.

Di Tokyo, Fujii mulai membuka diri terhadap masyarakat sosial. Fujii mulai bergaul hingga akhirnya ia memiliki kekasih yang bernama Yoshimi. Fujii sangat menyayangi Yoshimi. Fujii juga bercerita banyak tentang Book kepada Yoshimi. Yoshimi sangat penasaran dengan sosok anjing kesayangan Fujii tersebut. Yoshimi juga ikut sedih saat mendengar kabar bahwa Book sedang sakit parah. Yoshimi mengusulkan agar Fujii pulang ke desa dengan mengendarai sepeda motormiliknya, itu bertujuan agar Book kembali bersemangat saat


(6)

mendengar suara knalpot sepeda motor 2 tak tersebut, sekaligus dapat mengobati rasa rindu Book terhadap Fujii.

Namun sepeda motor Fujii sudah mengalami banyak kerusakan karena tidak pernah dikendarainya lagi saat di Tokyo. Yoshimi berkeras untuk membantu Fujii memperbaiki sepeda motor tua itu. Saat Yoshimi membantu memperbaiki sepeda motoritu, Fujii menyatakan lamarannya secara spontan. Di kegelapan malam itu akhirnya Fujii dan Yoshimi sepakat akan mencoba hidup bersama selama 1 tahun kedepan di Apartemen Fujii. Ini merupakan masa latihan sebelum akhirnya memulai kehidupan pernikahan yang sesungguhnya.Kemudian mereka masing-masing mengucapkan janji untuk tetap bersama baik dalam keadaan sehat maupun sakit dan dalam suka maupun duka.

Setelah diperbaiki beberapa hari, akhirnya sepeda motor Fujii bisa hidup kembali. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu yaitu kepulangan Fujii ke desa dengan sepeda motor kesayangan Book. Akhirnya Fujii sampai didesa, Fujii langsung mengencangkan suara sepeda motornya ketika ia tiba didepan rumah, akan tetapi Book tidak menyambut kepulangannya. Fujii pun masuk kerumah dan melihat Book tergeletak tak berdaya. Book memang sudah tidak bisa mendengar lagi. Setelah melihat dan mencoba bermain dengan Book, Fujii pun kembali ke Tokyo. Sesampai di Tokyo Fujii langsung menceritakan keadaan Book kepada kekasihnya Yoshimi. Yoshimi ikut bersedih mendengar kabar tersebut.

Fujii dan Yoshimi sudah menjalin hubungan pacaran yang cukup lama, Fujii sangat mengagumi sosok Yoshimi yang sangat cerdas dan penuh semangat. Fujii berencana akan menikahi Yoshimi ditahun depan.Tak lama setelah kepulangan Fujii dari desa, Fujii kembali mendapat kabar dari ibunya bahwa


(7)

Book sudah sembuh. Fujii dan Yoshimi sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Fujii tidak menyangka Book bisa sekuat itu melawan penyakitnya.

Kehidupan yang dijalani Fujii bersama Yoshimi sangat bahagia.Setiap pagi Fujii bersama Yoshimi saling membantu untuk membuat sarapan dan kemudian saling berbincang-bincang hangat sambil menyantap sarapan pagi. Yoshimi adalah gadis yang cerdas, penuh kejutan, dan memiliki semangat yang luar biasa sehingga Fujii sering tergagummelihatnya. Akan tetapi, kebahagiaan Fujii pun terhentikarena diketahui bahwa Yoshimi menderita penyakit Kanker sel indung telur stadium IIIC yang sudah menyebar ke saluran limpa. Namun Fujii tetap berusaha membuat Yoshimi bersemangat dan optimis untuk sembuh. Berbagai upaya dilakukan untuk kesembuhan Yoshimi, mulai dari pengobatan secara kimiawi dan kemotrapi yang dilakukan secara rutin. Namun kanker yang diderita Yoshimi tak kunjung sembuh.

Kanker yang diderita Yoshimi akhirnya membuat fungsi tubuh Yoshimi tidak berfungsi dengan baik. Daya ingat Yoshimi mulai terganggu. Selain itu rambut Yoshimi juga rontok sehingga membuat gadis itu menjadi botak. Yoshimi juga kehilangan banyak berat badan, badannya menjadi sangat kurus. Setiap hari Fujii menyempatkan diri untuk bargantian menjaga Yoshimi di rumah sakit. Fujii memiliki banyak kesibukan dan tugas-tugas kantor yang harus diselesaikaannya tepat waktu meski dalam keadaan sedih. Setiap hari Fujii berusaha fokus dan berkonsentrasi agar mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Hal tersebut dilakukannya agar ia bisa pulang tepat waktu dan pergi ke rumah sakit menjaga Yoshimi. Bahkan di hari libur kerja pun Fujii tetapmasuk kantor untuk


(8)

menyelesaikan tugas-tugas kantor lainnya agar di hari kerja ia tidak terlalu sibuk sehingga sore harinya ia bisa menjaga Yoshimi di rumah sakit.

Fujii sangat merasa sedih dan stress, namun ia tetap harus terlihat kuat di depan Yoshimi. Hari-hari berlalu dan penyakit kanker yang diderita Yoshimi semakin menyebar keseluruh tubuhnya hingga pada akhirnya ia meninggal dunia. Meninggalnya Yoshimi membuat Fujii benar-benar depresi. Fujii merasakesepian dan putus asa dengan kehidupan yang akan dijalaninya tanpa Yoshimi. Fujii jadi sering melamun, menangis, dan mabuk-mabukkan. Fujii memang sangat menyayangi gadis tersebut. Kehidupan Fujii yang sebelumnya hanya dihabiskannya sendirian, menjadi lebih bahagia sejak kehadiran Yoshimi dihidupnya. Bersama Yoshimi hari-hariyang dijalani Fujii menjadi lebih ceria. Namun kini semuanya hanya tinggal kenangan. Harapan untuk menikahi Yoshimi pun berakhir dengan kesedihan.

Belum hilang rasa sedih atas meninggalnya Yoshimi, Fujii pun harus kembali menerima kenyataan pahit bahwa anjing kesayangannya Book yang beberapa tahun belakangan ini menderita penyakit keras pada akhirnya juga harus mengalami kematian. Peristiwa-peristiwa kehilangan tersebut membuat Fujii mengalami depresi yang cukup berat. Kekesalan, kesedihan, amarah dan perasaan tak berdaya yang dirasakan Fujii membuatnya marah pada ketidaksempurnaan hidupnya. Fujii tak mampu memahami jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Fujii merasa kehidupan yang dijalaninya sangat berat sehingga membuatnya putus asa, stress, dan depresi.


(9)

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii

Cuplikan 1 (Hal. 8)

“Anjing yang kupungut. Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa menganggur satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk universitas. Dikamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan anjing itu tidur. Apakah anjing kecil memang selalu tidur selama itu? Waktu itu, tak terpikir apa pun olehku, tetapi saat ini barulah jadi pertanyaan bagiku. Di sebelahku yang sedang menghadap meja, sepertinya dia selalu menghabiskan waktunya dengan tidur.”

Analisis:

Cuplikan“Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa menganggur satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk universitas. Di kamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan anjing itu tidur”menunjukkan bahwa aktifitas Fujii sehari-hari hanya dihabiskan di dalam kamar. Fujii hanya sibuk berkonsentrasi menyelesaikan soal-soal tes ujian masuk Universitas. Fujii hanya ditemani oleh anjing kesayangannya Book.

Fujii memang seorang pemuda yang cenderung tidak suka bersosialisasi. Ia hanya bersosialisasi dengan keluarganya saja. Ia lebih sering melakukan kegiatan didalam kamar. Sesekali Fujii keluar rumah untuk membaca buku diperpustakaan desa atau mengajak Book berjalan-jalan mengitari sungai desa dengan sepeda motor 2 tak miliknya. Dalam hal ini Fujii bisa dikatakan memiliki kecenderungan Hikikomori (Orang yang suka menyendiri dan mengisolasi diri dari masyarakat sosial). Kecenderungan Hikikomori yang dialami Fujii tersebut dapat terjadi karena ia merasa tidak percaya terhadap lingkungan sekitarnya,


(10)

sehingga ia memilih untuk mengisolasi diri terhadap masyarakat sosial. Tindakan dan keputusan untuk menarik diri dari lingkungan inilah yang menunjukkan bahwa Fujii sedang mengalami gejala depresi. Beckmengatakan bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan cara pandang yang negatif terhadap orang lain dan lingkungannya. Cara berfikir yang negatif dapat membuat seseorang berdistorsi secara negatif pula sehingga dapat mengakibatkan seseorang tersebut menarik kesimpulan tanpa bukti, seperti beranggapan bahwa “orang tidak suka berbicara dengan saya karena saya sangat membosankan” atau pemikiran seperti “saya akan menjadi malas belajar jika saya bergaul dengan teman-teman saya”. Dapat disimpulkan bahwa perilakuFujii tersebut mengacu pada bentuk distorsi kognitif, yaitu berfikiran negatif terhadap orang lain dan lingkungannya. Cuplikan 2 (Hal. 154)

“Dia berkata akan menelepon pada pukul sembilan, tetapi nyatanya telepon baru berdering setelah lewat pukul sebelas. Dia salah memperkirakan waktu. Hal seperti ini adalah hal yang sangat jarang terjadi.

“Aku sudah memeriksakan diri, tapi...” katanya ditelepon.

“Tetap saja penyebabnya tidak diketahui. Jadi, aku akan melakukan pemeriksaan ulang pada hari Kamis.”

“Pemeriksaan ulang?”

“Iya.Kali ini aku yakin hasilnya akan keluar.” “Saat ini, apa ada yang terasa sakit?”

“Tidak apa-apa,” katanya. Rasa sakitnya hilang setelah aku istirahat dua hari, nafsu makan pun normal. Jika nanti hasilnya keluar, akan kukabari.”


(11)

“Aku merasa jauh lebih baik.”

“Aku terdiam, lalu dia berkata, “Kampung halamanku sangat nyaman.” Analisis:

Cuplikan “Dia berkata akan menelepon pada pukul sembilan, tetapi nyatanya telepon baru berdering setelah lewat pukul sebelas. Dia salah memperkirakan waktu. Hal seperti ini adalah hal yang sangat jarang terjadi” menunjukkan bahwa ada kekhawatiran dan kegelisahan yang dirasakan Fujii terhadap Yoshimi. Fujii sangat mencemaskan Yoshimi yang saat itu terlambat menghubunginya, padahal Yoshimi yang Fujii kenal adalah sosok wanita yang sangat tepat waktu. Seperti yang kita ketahui bahwa Jepang adalah negara yang sangat menghargai waktu dan janji. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang sangat wajar apabila timbul berbagai pertanyaan jika seseorang terlambat meperkirakan waktunya. Kekhawatiran Fujii semakin bertambah saat Yoshimi akhirnya memberi kabar bahwa ia harus melakukan pemeriksaan kesehatan ulang untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Fujii benar-benar tidak menyangka bahwa penyakit yang diderita Yoshimi selama ini bukan sekedar sakit demam biasa.

Pada umumnya gejala depresi dapat dikenali dari berbagai perasaan seperti sedih dan cemas yang menciptakan suasana hampa dan mati. Beck menggambarkan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Archibald Hart juga mengatakan bahwa kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi, salah satunya ialah kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang seperti kekhawatiran saat menunggu hasil tes kesehatan. Dari cuplikan di


(12)

atas terlihat bahwa tokoh Fujii sangat mengkhawatirkan hasil tes kesehatan kekasihnya Yoshimi sehingga membuatnya merasa sedih dan bertanya-tanya. Dapat disimpulkan bahwa Fujii mulai mengalami gejala depresi diakibatkan oleh rasa cemas, takut, khawatir dan perasaan sedih berlebihan yang dialaminya. Cuplikan 3 (Hal. 150)

“Hari minggu pagi itu terasa agak dingin. Aku menghidupkan lampu ditempat kerja, lalu duduk didepan CAD, dan melanjutkan gambar perencanaan yang kemarin. Dihari libur seperti ini, tempat kerjaku terasa begitu tenang, hanya terdengar bunyi pena yang bergeser diatas kertas kerja.”

Analisis:

Cuplikan“Hari minggu pagi itu terasa agak dingin. Aku menghidupkan lampu ditempat kerja, lalu duduk didepan CAD, dan melanjutkan gambar perencanaan yang kemarin” menunjukkan bahwa kesibukan kantor yang menumpuk memaksa Fujii tetap bekerja di hari minggu. Tekanan pekerjaan yang harus dihadapi Fujii setiap hari tersebut semakin membuat Fujii merasa terbebani. Namun Fujii tetap berusaha bersikap profesional dalam menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya. Dalam sikap Fujii tersebut terlihat bahwa adakekhawatiran dan rasa tidak ingin kehilangan pekerjaan dalam diri Fujii sehingga ia terus berusaha menyelesaikan tugas kantornya yang menumpuk tersebut. Kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan serta perasaan takut gagal dalam diri Fujii sangat wajar terjadi dalam karakter orang Jepang. Seperti yang kita ketahui bahwa orang Jepang sangat tekun dan bertanggungjawab dalam menjalankan kehidupannya. Orang Jepang akan merasa sangat malu apabila gagal dalam melakukan sesuatu. Karakter ini memang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat


(13)

Jepang. Hal inilah yang memaksa Fujii untuk terus berusaha dan bekerja keras menyelesaikan tugas kantornya walaupun ia sedang cemas dan sedih memikirkan penyakit yang diderita kekasihnya.

Depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, seperti perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti cemas, sendiri, sedih, dan marah. Beck juga menyebutkan beberapa gejala depresi, salah satunya ialah kehilangan perspektif dalam hidup, yaitu pandangan negatif terhadap hidup, pekerjaan, dan keluarga menjadi kabur.Kekhawatiran, fikiran negatif, serta tekanan pekerjaan yang dialami Fujii inilah yang kemudian membuat Fujii mulai merasa lelah dan stress sehingga memicu depresi dalam dirinya.

Cuplikan 4 (Hal. 159)

“Sesaat setelah itu, aku dikejar pekerjaan untuk menghadapi pertemuan presentasi gambar. Aku menghadapi CAD, dan kugoreskan pena di atas kertas. Sesekali, kupejamkan mataku dengan kuat, lalu aku kembali berkonsentrasi pada halaman gambar. Pokoknya, aku akan fokus pada hal-hal yang ada di depan mata. Ketika aku merasa gelisah, aku berjalan berkeliling. Kujauhkan mataku dari gambar,lalu aku berdiri, berjalan melewati ruangan CAD, melalui Divisi Teknologi, dan melewati ruang laboratorium. Aku berjalan hingga ujung gedung F dengan lagak sedang mencari seseorang, kemudian kembali. Melakukan hal itu pun masih belum cukup, sehingga aku menyeberangi lorong. Aku masuk ke bangunan pabrik, menyeberangi areal pabrik, lalu mencuci tangan dan muka di toilet yang belum pernah kumasuki sebelumnya. Gambar perencanaan itu sedikit demi sedikit selesai. Setiap hari aku bekerja hingga jadwal kereta terakhir; membeli makanan di minimarket; tidur setelah minum bir.”


(14)

Analisis:

Cuplikan “Aku menghadapi CAD, dan kugoreskan pena di atas kertas. Sesekali, kupejamkan mataku dengan kuat, lalu aku kembali berkonsentrasi pada halaman gambar. Pokoknya, aku akan fokus pada hal-hal yang ada di depan mata. Ketika aku merasa gelisah, aku berjalan berkeliling” menunjukkan bahwa beban dan tanggungjawab pekerjaan memaksa Fujii untuk tetap berkonsentrasi dalam menyelesaikantugas-tugas kantornya meski ia sedang mencemaskan keadaan Yoshimi. Perasaan tidak ingin gagal dalam menjalankan tugas serta tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan kantor tepat waktu juga memaksa Fujii harus fokussehingga Fujii mulai merasa cemas terhadap dirinya sendiri. Masyarakat Jepang adalah orang-orang yang sangat tekun dan profesional dalam mengerjakan sesuatu. Orang Jepang akan melakukan segala hal untuk memenuhi janjinya atau dalam hal ini Fujii berusaha keras untuk fokus menyelesaikan dan memenuhi janji deadline tugas kantornya. Beban pekerjaan yang menumpuk serta kekhawatiran terhadap yoshimi juga membuat Fujii merasa cemas, lelah, dan tertekan.

Beck mengatakan bahwa perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan merupakan gejala depresi. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir dan berkonsentrasi, serta perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari juga merupakan gejala depresi.Sejalan dengan Beck, Hadi jugamengatakan bahwa penyebab depresi diantaranya ialah reaksi terhadap stress, 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. Terlalu lelah dan capek karena pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi juga dapat menyebabkan depresi. Perasaan


(15)

tertekan, khawatir, dan kelelahan yang dialami Fujii tersebut membuat ia merasa stress dan memicu depresi dalam dirinya.

Cuplikan 5 (Hal. 164-165)

“Hari senin CT, hari kamis MRI. Gadis itu mengikuti pemeriksaan tersebut. Hasilnya, ternyata dugaan tumornya mengganas semakin kuat. Hasil nilai penanda kanker pun melebihi nilai normal. ‘Segera kita siapkan untuk operasi ya’, kata sang dokter. Penjelasannya berhenti sejenak di situ. Aku menggenggam gagang telepon, aku menggoreskan pulpen diatas kertas. Sambil bertarung dengan perasaan, darah diseluruh tubuhku seperti berkumpul ke permukaan wajah, aku menggenggam gagang telepon dengan kencang. Diseberang gagang telepon, terdengar bunyi dia sedang menelan sesuatu. “Lalu,” katanya, “aku akan diopname minggu depan.” Ketika aku menjatuhkan pandanganku ke bawah, ada lima lembar memo. Tertulis di memo itu bahwa dia masuk rumah sakit hari Selasa minggu depan, operasinya akan dilakukan pada minggu berikutnya hari Kamis. Operasi.Aku kembali menggenggam gagang telepon. “Berarti ada kemungkinan tumor itu membaik, kan?” Aku tahu bahwa suaraku sedang bergetar. “Iya,” katanya dengan suara pelan.”

Analisis :

Pada cuplikan “Hasilnya, ternyata dugaan tumornya mengganas semakin kuat. Hasil nilai penanda kanker pun melebihi nilai normal. ‘Segera kita siapkan untuk operasi ya’, kata sang dokter. Penjelasannya berhenti sejenak di situ. Aku menggenggam gagang telepon, aku menggoreskan pulpen diatas kertas. Sambil bertarung dengan perasaan, darah diseluruh tubuhku seperti berkumpul ke


(16)

permukaan wajah, aku menggenggam gagang telepon dengan kencang” terlihat bahwa Fujii merasa terkejut dan sedih saat mendengar penjelasan Yoshimi mengenai penyakit yang dideritanya. Kekhawatiran yang selama ini dirasakannya akhirnya terjawab sudah, kekasih yang sangat dicintainya ternyata terkena penyakit kanker sel indung telur stadium IIIC.

Gejala depresi pada umumnya dapat dikenali dari berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, dan rasa bersalah yang sering muncul menciptakan suasana hampa dan mati. Jonatan Trisna menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya. Dari cuplikan diatas tergambar perasaan sedih yang dialami Fujii yang merasa darah diseluruh tubuhnya seperti berkumpul ke permukaan wajahnya dan membuatnya mulai merasa depresi.

Aaron Beck juga mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya lebih mudah terkena depresi.Salah satu teori kognisi depresi Beck menjelaskan bahwa Distorsi merupakan bagian yang menyebabkan depresi. Distorsi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti. Dalam hal ini terlihat bahwa Fujii takut kalau penyakit Yoshimi tidak dapat disembuhkan. Ada perasaan “Apakah penyakit Yoshimi tersebut bisa disembuhkan?” Sehingga bisa dikatakan bahwa Fujii seakan menarik kesimpulan sendiri tanpa ada bukti sebelum ia akhirnya bertanya kepada Yoshimi dan Yoshimi mengatakan bahwa penyakitnya masih bisa disembuhkan. Perasaan sendu, sedikit tak berdaya, menarik kesimpulan tanpa bukti, serta rasa khawatir


(17)

yang berlebihan yang dialami Fujii tersebut telah menunjukkan bahwa Fujiimengalami gejala depresi.

Cuplikan 6 (Hal. 172 – 173)

“Kata-kata yang muncul dalam lembar data itu menusuk dadaku. Tidak adil. Penyakitnya terlalu tak adil. Hal-hal yang harus dilawannya. Hal-hal yang harus diterimanya. Apakah dia bisa bertahan menghadapi sesuatu sebesar itu? Apakah aku bisa terus menopangnya... Aku berguman di tengah pikiranku yang terus berputar-putar pesimistis.”

Analisis:

Dari cuplikan diatas terlihat sangat jelas bahwa Fujii merasa sangat terpukul dan cemas akan situasi yang harus ia hadapi bersama pacarnya. Terlihat juga bahwa Fujii seakan sangat sulit untuk menerima kenyataan hidupnya. Fujii merasa penyakit yang diderita Yoshimi begitu berat dan tidak adil. Perasaannya menjadi tak karuan. Perasaan sedih, kecewa, dan tak berdayayang dialami Fujii tersebut merupakan pemicu timbulnya depresi.

Teori kognisi depresi Aaron Beck menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah ‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan pandangan negatif terhadap masa depan. Salah satu distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi adalah sikap tergesa-gesa dalam membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti. Membuat kesimpulan yang tergesa-gesa terhadap dirinya sendiri


(18)

seperti berfikir pesimistis inilah yang menunjukkan bahwa Fujii sedang mengalami gejala depresi.

Cuplikan 7 (Hal. 177)

“Saya minta maaf,” kataku. “Saya seharusnya menyadarinya lebih cepat. Padahal kami tinggal bersama, tapi saya tidak bisa meyadarinya, sungguh saya sangat menyesal.”

“Yaa mau bagaimana lagi. Tidak ada gejala yang terlihat, jadi ya tidak bisa apa-apa. Bukan salah Fujii-kun.”

Analisis:

Pada cuplikan “Saya minta maaf,” kataku. “Saya seharusnya menyadarinya lebih cepat. Padahal kami tinggal bersama, tapi saya tidak bisa meyadarinya, sungguh saya sangat menyesal” terlihat bahwa Fujii merasa bersalah dan menyesal karena tidak menyadari bahwa Yoshimi sedang menderita suatu penyakit yang serius. Fujii meminta maaf kepada ayah Yoshimi, ia merasa sangat ceroboh dan tidak bisa menjaga Yoshimi padahal mereka hidup bersama-sama dalam satu apartemen. Dalam hal ini, terlihat bahwa Fujii mulai melakukan personalisasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain. Fujii juga terkesan memberi label bahwa dirinya tidak layak. Sikap Fujii tersebut merupakan jenis distorsi kognitif yang merupakan gejala depresi.

Teori Kognisi Aaron Beck juga menjelaskan salah satu bagian yang menyebabkan depresi yaitu “Pikiran”. Pikiran, misalnya “Saya gagal menjaga pacar saya” atau “Saya gagal sebagai pacar”. Pemikiran dan perasaan gagal menjaga Yoshimi selama menjalani hidup bersamanya inilah yang membuat Fujii


(19)

merasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri sehingga menyebabkan Fujii mengalami depresi. Hal ini wajar terjadi mengingat bahwa orang Jepang akan merasa sangat malu dan tertekan apabila melakukan kesalahan ataupun gagal dalam melakukan sesuatu.

Cuplikan 8 (Hal. 224 – 225)

“Aku kembali ke kamar, lalu menggantung pakaian upacara kematian di gantungan baju. Aku akan melakukan perjalanan panjang, pikirku. Tetapi hal seperti itu tidak mungkin sesuai dengan kematiannya. Pada akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa, hanya minum bir seperti ini. Selama 100 hari, aku minum hingga mabuk setiap malam, dan hanya mengeluarkan air mata.”

Analisis :

Dari cuplikan “Aku akan melakukan perjalanan panjang,pikirku. Tetapi hal seperti itu tidak mungkin sesuai dengan kematiannya. Pada akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa, hanya minum bir seperti ini. Selama 100 hari, aku minum hingga mabuk setiap malam, dan hanya mengeluarkan air mata” terlihat jelas bahwa Fujii merasa hancur dan sangat kecewa atas peristiwa meninggalnya Yoshimi. Fujii merasa terpukul hingga membuatnya tak berdaya. Setiap ia mengingat Yoshimi, ia akan menangis dan mabuk-mabukan. Masyarakat Jepang memang sangat dekat dengan bir ataupun Sake(Bir tradisional Jepang). Apabilamerasa stress, penat, ataupun dilanda masalah, kebanyakan orang Jepang akan pergi mabuk-mabukan dengan bir ataupun Sake.

Beck mengatakan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan, serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Rasa sedih akibat kehilangan merupakan salah satu faktor utama


(20)

penyebab depresi. Enos D. Martin menyebutkan salah satu penyebab depresi ialah Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi.Stuart Gail W juga menambahkan bahwa salah satu sumber utama depresi/stress yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan adalah kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolisis terdapat pada konsep kehilangan, persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. Berangkat dari teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Fujii mengalami depresi dikarenakan rasa sedih dan kecewa atas kehilangan kekasih yang sangat dicintainya.

Cuplikan 9 (Hal. 230)

“Aku marah terhadap asumsi dan kertidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap asumsi dan ketidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap kontradiksi sepenuhnya dari suatu sistem yang disebut dengan kehidupan. Jika begitu, ada makna apa dalam kehidupannya? Apa makna yang ada dalam kehidupanku yang berharap untuk hidup bersamanya? Aku ingin bertanya pada seseorang. Kepalaku kembali berputar-putar. Dalam keadaan seperti tidak sadarkan diri, aku lalu tertidur.”

Analisis :

Dari cuplikan “Aku marah terhadap asumsi dan kertidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap asumsi dan ketidaksempurnaan kehidupan. Aku


(21)

marah terhadap kontradiksi sepenuhnya dari suatu sistem yang disebut dengan kehidupan” terlihat jelas bahwa Fujii merasa sangat kecewa terhadap takdir kehidupan yang digariskan kepadanya.

Beck mengatakan bahwa perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan, seperti putus asa, kehilangan harapan, memperburuk keadaan, rasa sedih yang berlebihan, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati merupakan faktor penyebab depresi. Archibald Hart juga menyebutkan bahwa kehilangan merupakan faktor yang menyebabkan depresi, seperti kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi, dan kehilangan suatu yang konkrit misalnya rumah, mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan. Fujii yang telah kehilangan kekasih yang disayanginya, juga harus kehilangan ambisi dan harapan yang pernah dirancangnya bersama Yoshimi. Hal inilah yang membuat Fujii marah dan kecewa pada takdir hidupnya, ia belum bisa menerima kenyataan. Harapannya untuk menikahi Yoshimi berakhir sudah. Rasa sedih, marah, dan putus asa membuat fikirannya menjadi kacau.

Teori Kognisi Aaron Beck menjelaskan tiga bagian yang menyebabkan depresi, yaitu :

1. Pikiran, dalam hal ini misalnya Fujii memiliki perasaan “Saya gagal menjaga pacar saya”.

2. Harapan, dalam hal ini misalnya Fujii meiliki anggapan“Apakah hidup saya bisa bahagia tanpa Yoshimi?”.


(22)

3. Distorsi, menarik kesimpulan tanpa ada bukti, dalam hal ini misalnya Fujii beranggapan “Hidup saya akan menjadi hampa dan membosankan setelah ditinggal Yoshimi”.

Berdasarkan teori dan penjelasan diatas, makadapat disimpulkan bahwa Fujii sedang menderita penyakit psikologis berupa depresi.

Cuplikan 10 (Hal. 229)

“Sejak penyakitnya diketahui, sebenarnya apa yang telah kulakukan? Sesuatu yang bisa kulakukan yang notabene bukan seorang dokter, ternyata tidak ada. Ketika dia mengatakan ingin sembuh, aku hanya berkata ‘tidak apa-apa’. ‘Tidak apa-apa, pasti tidak apa-apa’, aku hanya terus mengulanginya seperti orang bodoh. Sebenarnya, apanya yang tidak apa-apa? pikirku. Karena dia ada apa-apalah, makanya aku menangis. Jika ada waktu untuk mengatakan hal itu, lebih baik ikut menangis saja bersamanya. Menangis saja, dengan niat untuk mati bersamanya. Padahal dengan begitu, barangkali bisa mengurangi separuh kesedihannya....”

Analisis:

Dari cuplikan “Sejak penyakitnya diketahui, sebenarnya apa yang telah kulakukan? Sesuatu yang bisa kulakukan yang notabene bukan seorang dokter, ternyata tidak ada. Ketika dia mengatakan ingin sembuh, aku hanya berkata ‘tidak apa-apa’. ‘Tidak apa-apa, pasti tidak apa-apa’, aku hanya terus mengulanginya seperti orang bodoh. Sebenarnya, apanya yang tidak apa-apa? pikirku. Karena dia ada apa-apalah, makanya aku menangis” terlihat ada kekecewaan dan penyesalan dalam diri Fujii. Namun takdir sudah terjadi, penyesalan tidak akan mampu menghidupkan Yoshimi kembali. Fujii tidak bisa


(23)

menahan kesedihannya hingga timbul pemikiran ingin ikut mati bersama Yoshimi. Fujii memandang dan menganggap dirinya kurang baik, tidak layak dan tidak berharga sehingga mengkibatkan stress dan depresi. Fujii beranggapan bahwa ia tidak melakukan apa-apa saat Yoshimi sedang berjuang melawan penyakitnya. Padahal kenyataannya ia sudah melakukan segala upaya dan usaha yang ia bisa. Fujii bahkan bolak-balik dari kantor ke rumah sakit untuk bergantian menjaga Yoshimi, padahal pekerjaan kantornya sedang menumpuk. Dalam hal ini terlihat bahwa Fujii mulai membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya. Fujii juga mulai memberi label negatif pada diri sendiri. Perasaan dan pemikiran Fujii tersebut merupakan gejala yang menunjukkan Fujii sedang mengalami stress yang kemudian mengacu terjadinya depresi. Beck mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, masa depan akan lebih mudah terkena depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Cuplikan 11 (Hal. 245 – 246)

“Aku menatap lubang yang sudah cukup dalam itu, lalu kuletakkan sekop. Aku menaruh jasad Book di dasar lubang, lalu menambahkan piring makan dan bola mainan di sampingnya. Kemudian, aku menyatukan kedua tanganku untuk berdoa, ‘semoga kau tenang’. Aku memikirkan waktu satu tahun yang kuhabiskan bersama Book. Dia adalah sosok yang manis dengan kening yang bulat.”

Analisis :

Dari cuplikan “Kemudian, aku menyatukan kedua tanganku untuk berdoa, ‘semoga kau tenang’. Aku memikirkan waktu satu tahun yang kuhabiskan bersama Book. Dia adalah sosok yang manis dengan kening yang bulat” tampak


(24)

kesedihan yang dialami Fujii. Belum hilang rasa sedih atas kehilangan Yoshimi kekasihnya, Fujii harus menerima kenyataan bahwa anjing kesayangannya Book yang selama ini menderita banyak penyakit, pada akhirnya mengalami kematian juga. Fujii remaja yang memilih untuk mengisolasi diri dari masyarakat sosial dan hanya melakukan segala kegiatannya sendiri, mulai merasa hidupnya lebih berwarna saat ia menemukan sosok Book di parkiran perpustakaan desanya. Mulai saat itu, Book selalu menemani Fujii belajar mengerjakan soal-soal latihan masuk universitas. Kini Fujii harus menerima kematian Book. Fujii merasa sangat kehilangan sosok Book yang selalu menemaninya setiap hari selama setahun semasa ia masih di desa tersebut.

Beck mengatakan bahwa rasa sedih yang berlebihan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan seseorang mengalami depresi.Enos D. Martin juga menyebutkan bahwa rasa sedih merupakan reaksi normal dari suatu kehilangan (Normal Grief Reaction).Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam diri yang umumnya sebagai reaksi kehilangan sesuatu atau seseorang yang disayang. Dalam hal ini Fujii mengalami peristiwa kehilangan orang dan binatang yang disayang. Maka dapat disimpulkan bahwa Fujii sedang mengalami beban psikologis berupa depresi.


(25)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama Fujii dalam novel “100 KaiNaku Koto” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fujii adalah seorang pemuda desa yang hidup merantau ke Tokyo. Semasa tinggal didesa Fujii adalah pemuda yang kurang suka bersosialisi (Hikikomori). Namun saat tinggal di Tokyo,Fujii mulai membuka diri dan bergaul hingga akhirnya memiliki pacar yang bernama Yoshimi. Fujii sangat bahagia tinggal berdua bersama Yoshimi, akan tetapi Fujii harus menerima kenyataan pahit saat mengetahui bahwa Yoshimi ternyata menderita penyakit kanker sel indung telur stadium IIIC. Dari sinilah awal mula pemicu Fujii mengalami depresi.

2. Pekerjaan Fujii yang sangat rumit memaksanya untuk tetap berfikir keras setiap hari sehingga membuatnya cemas, takut gagal, dan terbebani oleh tanggungjawab tersebut. Kekhawatiran dan beban pekerjaan yang dihadapi Fujii tersebut juga merupakan faktor yang mengakibatkan Fujii mengalami depresi.

3. Kesedihan Fujii bertambah karena kematian anjing kesayangannya yang bernama Book. Book mati tidak lama setelah Yoshimi meninggal. Fujii seakan mendapatkan pukulan bertubi-tubi didalam hidupnya. Book mati karena menderita penyakit Edema (pengumpulan cairan


(26)

dibawah kulit) dan gagal ginjal akut yang sudah dideritanya selama 3 tahun.

4. Kehilangan orang dan binatang kesayangan membuat Fujii merasa stress dan pesimis menjalani hidup. Fujii juga merasa kecewa terhadap takdir hidupnya. Dalam hal ini tampak jelas bahwa tokoh utama Fujii mengalami beban psikologis berupa depresi yang disebabkan oleh rasa sedih sebagai reaksi dari suatu kehilangan. Sesuai dengan Teori Kognisi Depresi Aaron Beck yang menggambarkan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan, serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Enos D. Martin dalam Wilkinson juga yang menyebutkan ada tiga jenis depresi, salah satunya ialah depresiNormal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi,dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gangguan depresi yang dialami oleh tokoh utama Fujii ialah gangguan depresi Normal Grief Reaction.


(27)

4.2 Saran

Novel 100 Kai Naku Koto ini merupakan novel beraliran romance yang menceritakan kisah cinta sepasang kekasih yang dipisahkan oleh kematian. Perjuangan, pengorbanan, kebersamaan dan kesetiaan yang digambarkan pada novel ini dapat dijadikan pembelajaran hidup.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan refrensi bagi para pembaca dalam menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat menjadikan seseorang mengalami depresi serta gejala-gejala apa saja yang dialami seseorang yang mengalami depresi. Dan semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dikisahkan dalam novel ini dengan mencoba tegar dan ikhlas apabila sedang mendapat cobaan hidup, serta tidak larut terlalu lama dalam kesedihan.


(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA, DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Definisi Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yakniNovellayang berarti sebuah kisah atau sepotong cerita.Dalam bahasa Jerman istilah novel disebut dengan Novelle, sedangkan dalam bahasa Yunani novel disebut dengan Novellus. Istilah tersebut kemudianmasuk ke Indonesia dan dikenal denganistilah Novel. Secara harfiah Novel berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:9).

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:2) Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

Henry Guntur Tarigan(2003:164) mengatakan bahwa novel merupakan prosa fiksi dengan panjang tertentu, yang isinya antara lain: melukiskan para tokoh, gerak serta adegan peristiwa kehidupan nyata representatif dengan suatu alur atau suatu keadaan yang yang kompleks. Novel merupakan jenis karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat pembaca.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia saat ini. Hal ini dikarenakan bentuk karya sastra ini paling banyak beredar dan daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Menurut Sumardjo (1999:11) Novel


(29)

adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Setiap karya sastra fiksi (novel) memiliki unsur-unsur yang mendukung, baik unsur dari dalam sastra itu sendiri (unsur intrinsik) maupun unsur dari luar (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung mempengaruhi cerita pada karya sastra tersebut.

2.1.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang ikut membangun dan mempengaruhi terciptanya karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam unsur intrinsik adalah sebagai berikut.

a. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus menyimpulkan sendiri). Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum, lebih luas, dan abstrak. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2009:68).

Dick Hartoko dan B.Rahmanto (1986:67) mengatakan tema merupakan struktur karya sastra yang mempunyai peran penting dalam suatu cerita. Biasanya pengarang merumuskan tema sebelum menulis cerita karya sastra karena gagasan


(30)

yang sudah dibuat pengarang akan dikembalikan dan cerita yang dibuat tidak keluar dari tema. Tema dapat didefinisikan suatu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Burhan Nurgiyantoro, 1994:68)

Didalam sebuah novel dapat ditemukan lebih dari satu tema yaitu tema utama dan tema tambahan, akan tetapi tema tambahan tersebut haruslah bersifat menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan. Hal tersebut disebabkan adanya plot utama dan sub-sub yang menampilkan satu konflik utama dan konflik-konflik pendukung/tambahan (Burhan Nurgiyantoro, 1994:12).

Menurut Mohammad Najid (2003:28) tema terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Tema mayor : tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan dominan yang menjiwai cerita.

2. Tema minor : tema bawahan, yaitu persoalan-persoalan kecil yang mendukung keberadaan tema mayor.

Pada intinya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2003:125), tema adalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

Sesuai dengan kisah yang ada dalam novel “100 Kai Naku Koto”, novel ini berceritakan tentang kehidupan tokoh utama Fujii saat berada di Tokyo. Fujii


(31)

merupakan seorang pemuda pekerja keras dan penyayang, namun Fujii harus menghadapikisah percintaan yang menyedihkan didalam hidupnya.Kekasih Fujii ternyata menderita penyakit Kanker yang mematikan, hal inilah yang kemudian membuat kondisi psikologis Fujii mulai terganggu. Dan yang menjadi fokus cerita dalam novel 100 Kai Naku Koto ini adalah lika-liku kehidupan dan perjuangan Fujii dalam merawat dan memperjuangkan kekasihnya sampai kekasihnya tersebut meninggal dunia.

b. Plot / Alur Cerita

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1993:43). Abraham dalam Siswanto (2008:159) mengatakan bahwa plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku.

Mohammad Najid (2003 : 20) mengatakan bahwa susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian :

1. Bagian awal : berisi informasi penting yang berkaitan dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh, dan penciptaan suasana.

2. Bagian tengah : menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa terjadi secara internal (konflik batin) maupun eksternal (konflik sosial).


(32)

3. Bagian akhir : merupakan tahap peleraian. Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternatif penyelesaiannya.

Menurut Aminuddin (2000:90), pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.

2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.

3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat. 4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan. Menurut urutannya, alur terbagi dalam tiga jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya sampai kembali pada peristiwa terakhir tadi. Sementara alur campuran adalah dimana pengarang membuat suatu cerita dengan menggunakan alur maju dan alur mundur.

Berdasarkan penjelasan diatas,novel “100 Kai Naku Koto” adalah novel yang menggunakan alur campuran, karena pada bagian awal novel ini menceritakan kisah tokoh Fujii dewasa saat berada di Tokyo, kemudianpada bagian tengah novel ini menceritakan kembali kisah Fujii remaja saat berada


(33)

didesa, dan pada bagian akhir novel ini pengarang melanjutkan kembali dengan kisah percintaan Fujii saat berada di Tokyo.

c. Tokoh

Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang memiliki peran penting dalam bertugas menjalankan alur cerita pada suatu karya sastra.Mohammad Najid (2003 : 23) mengatakan bahwa suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan. Dengan adanya penokohan, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup. Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas manangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan pengarangnya.

Tokoh tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Herman. J. Waluyo (2002:165) menyatakan bahwa istilah penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu.

Burhan Nurgiyantoro (1994: 176-194) membedakan tokoh berdasarkan sudut pandang dan tinjauannya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis penamaan sekaligus.


(34)

a) Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak dipentingkan dalam cerita, dalam keseluruhan cerita pemunculannya lebih sedikit.

b) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang disebut hero. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik, tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak disukai oleh pembaca.

c) Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas sisi kepribadian yang diungkapkan pengarang, misalnya baik saja atau buruk saja. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi kehidupan dan jati diri yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya.

d) Tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami pengembangan perwatakan sebagai akibat terjadinya konflik, sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami pengembangan perwatakan.

Tokoh utama dalam novel “100 Kai Naku Koto” ini bernama Fujii. Fujii merupakan seorang pemuda pekerja keras dan sangat penyayang. Namun semasa Fujii tinggal didesa ia merupakan seorang pemuda yang tidak suka bersosialisasi, bahkan ia hanya menghabiskan waktunya untuk mengerjakan soal-soal latihan ujian masuk Universitas sendirian di dalam kamarnya. Fenomena anti sosial ini


(35)

disebut dengan Hikikomori. Namun setelah Fujii merantau ke Tokyo, ia mulai membuka diri untuk bergaul dan akhirnya memiliki seorang kekasih.

Tokoh-tokoh tambahan yang terdapat didalam novel 100 Kai Naku Koto ini ialah Yoshimi, Ishiyama-san, Orang tua Fujii, Orang tua Yoshimi, dan teman-teman sekantor Fujii.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita(Aminuddin, 2000:96). Herman. J. Waluyo (2002: 184) menyatakan bahwa point of view adalah sudut pandang dari mana pengarang bercerita, ataukah ia hanya sebagai orang yang terbatas. Point of view juga berarti dengan cara bagaimanakah pengarang berperan, apakah melibatkan langsung dalam cerita sebagai orang pertama, apakah sebagai pengobservasi yang terdiri di luar tokoh-tokoh sebagai orang ketiga. Pengarang yang bercerita selalu menceritakan sesuatu yang ada kaitannya dengan dirinya sendiri.Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:

1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.


(36)

Dalam hal ini, sudut pandang Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan kisah orang lain dalam segala hal. Nakamura Kou sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Burhan Nurgiyantoro 1995:23). Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Meski demikian, unsur ekstrinsik menentukan dan berpengaruh terhadap totalitas sebuah karya sastra yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain diluar unsur intrinsik.

2.2 Setting Novel “100 Kai Naku Koto”

Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Suroto, 1989:94). Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro (1995:216), latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar atau setting dapat membuat sebuah cerita lebih konkret dan jelas, memberikan kesan realistis kepada pembaca, serta menciptakan suasana seolah-olah benar-benar tejadi. Burhan Nurgiyantoro (2009:227) mengatakan setting dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga


(37)

unsur ini membahas permasalahan yang berbeda-beda tetapi pada kenyataannya tetap saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

2.2.1 Latar Tempat

Menurut Burhan Nugiyantoro (2009:251), latar tempat menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi di mana cerita yang dikisahkan itu terjadi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa suatu tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat penting untuk membuat pembacaseolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadidi tempat seperti yang diceritakan dalam cerita tersebut. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam novel 100 Kai Naku Koto iniadalah mengambil latar tempat negara Jepang khususnya daerah Tokyo, Akasaka, dan Chiba.

2.2.2 Latar Waktu

Burhan Nurgiyantoro (1995:230) mengatakan bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu yang digambarkan oleh Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto ini adalah Jepang pada masa sekarang. Hal ini terlihat oleh tata kota, aktifitas masyarakat, serta gambaran bangunan dan trasportasi yang digambarkan oleh pengarang pada novel ini.


(38)

2.2.3 Latar Sosial

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2009: 233-234), Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, ada istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang digambarkan pengarang Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto adalah ketika Jepang sudah menjadi negara maju, modern dan memiliki tingkat kesibukan yang tinggi. Ini terlihat dari keseharian tokoh Fujii yang sering bekerja lembur dan dituntut untuk bekerja cepat, serta dari keadaan Tokyo yang sudah modern dengan bangunan yang tinggi, rumah sakit yang memiliki alat-alat canggih, serta keadaan stasiun kereta api yang selalu padat dan super sibuk.

Novel ini secara keseluruhan menceritakan perjuangan kisah cinta Fujii dalam menjaga dan merawat kekasihnya Yoshimi yang menderita penyakit Kanker.

2.3 Kajian Psikologis Sastra

Karya sastra, baik novel, drama, dan puisi, di zaman modern ini sarat dengan unsur-unsur psikologi sebagai manifestasi kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam kisahan, dan pembacanya (Minderop, 2010: 53).


(39)

Menurut Abu Ahmadi (1979:1) psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etiologis (menurut arti kata) psikologis artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.

Menurut Bimo Walgito (1997:9), psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku dan aktivitas-aktivitas manusia. Tingkah laku aktivitas manusia tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya.Jiwa tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami melalui hasil yang ditimbulkan dari tingkah laku dan aktivitas yang dilakukan.

Menurut Atar Semi (1989:46), pendekatan psikologi adalah penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra. Segi-segi psikologis ini mendapat perhatian dalam penelaahan dan penelitian sastra karena timbulnya kesadaran pengarang yang dengan sendirinya juga menjadi kritikus sastra. Dapat dikatakan bahwa psikologi sastra merupakan salah satu pendekatan sastra yang menekankan pada segi-segi kejiwaan yang dideskripsikan melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, dimana tokoh-tokoh tersebut hanya ditampilkan secara fiksi. Dengan demikian dapat dilakukan kajian lintas disiplin ilmu antara sastra dan psikologi, karena psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.

Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi


(40)

turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastr dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan psikologi sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra tersebut.

Wellek dan Warren (1995:90) mengungkapkan bahwa istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, psikologi sastra merupakan studi proses kreatif. Ketiga, psikologi sastra merupakan studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, psikologi sastra merupakan studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca.

Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekacauan batin manusia, karena hakekat manusia itu adalah perjuangan dalam menghadapi kekalutan batinnya sendiri baik yang terlihat gejalanya dari luar maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, kajian tokoh harus ditekankan pada aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.


(41)

2.4 Kognisi Depresi Aaron Beck

Aaron Temkin Beck adalah seorang Psikiater yang lahir di Providence, Rode Island. Beck menyelesaikan BA di Brown University dan mendapatkan M.D. dalam bidang Psychiatry di Yale University pada tahun 1964. Pada awalnya Beck adalah seorang psychoanalyst dan banyak melakukan research on the psychoanalytic treatment of depression. Kemudian Beck mulai mempelajari pendekatan kognitif sebagai treatment bagi mereka penderita depresi. Beck memformulasikan teori kognitif untuk gangguan depresi dan melakukan observasi klinis dan studi empiris terhadap pikiran dan keyakinan para penderita depresi. Beck mencatat bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan cara pandang yang negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkugannya. Beck menyatakan bahwa pikiran-pikiran negatif tersebut adalah hasil dari bias dalam proses informasi yang pada akhirnya mengakibatkan kesimpulan yang bias pula.

Sebagai makhluk hidup yang berakal manusia pasti memiliki berbagai masalah dalam hidupnya. Dalam menghadapi berbagai masalah hidup tersebut, tak sedikit pula kita akan mengalami suatu kondisi yang disebut depresi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya (Jonatan Trisna dalam Hadi Pranowo, 2004:15).

Enos D. Martindalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan beberapa jenis depresi yaitu:

1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif).


(42)

Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi, dll.

2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf. Sering terjadi secara bertahap (cyclical).

3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi ini terjadi setelah mengalami peristiwa menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama. Penderitanya bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi.

Hadi Pranowo (2004:32) mengatakan bahwa untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab depresi tersebut dapatlah disimpulkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi depresi yaitu:

1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebutkan empat macam kehilangan yaitu: - Kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang,

harapan atau ambisi.

- Kehilangan sesuatu yang konkrit misalnya rumah,mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan.


(43)

- Kehilangan hal yang bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang lain.

- Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang seperti kekhawatiran saat menunggu hasil tes kesehatan atau menunggu hasil tes ujian.

2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. 3. Kondisi kesehatan. Terlalu lelah dan capek karena pengurasan tenaga baik

secara fisik maupun emosi. Selain itu seperti kanker, jantung, masalah tiroid, sakit kronis, dan lain sebagainya.

4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan dan makhluk halus.

5. Trauma dan kesedihan terhadap peristiwa buruk. Trauma, seperti kekerasan atau penganiayaan fisik atau emosional bisa memicu depresi. Duka setelah kematian seorang teman atau orang yang dicintai yang berlarut-larut dapat menyebabkan depresi.

6. Obat-obatan dan zat terlarang. Banyak resep obat yang dapat menyebabkan gejala depresi. Hal ini bukannya meperbaiki kondisi seseorang, tapi malah meperburuk. Alcohol atau penyalahgunaan zat terlarang pada umumnya juga dapat menyebabkan orang depresi.

Stuart Gail W dalam (http://muhashidayatasis.blogspot.com/2011/08/ gangguan-alam-perasaan.html) juga mengatakan ada empat sumber utama penyebab depresi/stress yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan:

a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.


(44)

b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempengaruhi masalah-masalah individu saat ini. c. Ketegangan peran memengaruhi perkembangan depresi, terutama pada

wanita.

d. Perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik (seperti infeksi, neoplasma, ketidakseimbangan metabolik) dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Bermacam-macam obat anthipertensi dan penyalahgunaan zat adiktif adalah faktor pencetus yang lazim. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi.

Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun atau bahkan meningkat, gairah seksual menurun bahkan bisa hilang sama sekali. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai penderita depresi.

2. Kehilangan perspektif dalam hidup. Pandangannya terhadap hidup,pekerjaan dan keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “segi tiga kognitif dari depresi”. Segi tiga kgnitif tersebut adalah:

a. Pandangan negatif terhadap dunia/lingkungan: cenderung melihat kekalahan, kerugian dan penghinaan.


(45)

b. Pandangan negatif terhadap diri sendiri: menganggap diri kurang baik, tidaklayak dan tidak berharga.

c. Pandangannegatif terhadap masa depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.

3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi.

5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa merugikan, misalnya “seseorang akan membunuh saya” atau “seseorang akan meracuni saya”.

Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(Psikologi)) dikatakan bahwa menurut Diagnostic and Statistical Manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika lima atau lebih gejala dibawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang, sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa


(46)

sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).

2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).

3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).

6. Perasaan lelah atau kehilangan kakuatan hampir setiap hari.

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.

8. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).

9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.


(47)

Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.

Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Kognisi depresi dapat dibagi menjadi tiga bagian: 1. Pikiran, misalnya “saya gagal sebagai orang tua”.

2. Harapan, misalnya “saya tidak bahagia kecuali semua orang menyukai saya”.

3. Distorsi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti. “Orang tidak suka bicara dengan saya karena saya membosankan”.

Dalam (http://scribd.com/com/doc/49313688/PENDEKATAN-TERAPI-KOGNITIF.html) dikatakan bahwa teori kognitif Aaron Beck juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah ‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah:


(48)

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri, seperti memandang diri sendiri tidak berharga, penuh kekurangan, tidak adequte, tidak dapat dicintai, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan.

b. Pandangan negatif terhadap lingkungan,seperti memandang lingkungan memaksakan tuntutan yang berlebihan atau memberikan hambatan yang tidak mungkin diatasi sehingga terus-menerus menyebabkan kegagalan dan kehilangan.

c. Pandangan negatif terhadap masa depan, seperti memandang masa depan tanpa harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi lebih baik. Memandang masa depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berkelanjutan serta kesulitan yang tidak pernah selesai.

Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:

a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara hitam putih. Yang ada hanya benar-salah atau baik-buruk.

b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa dimasa depan.

c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.


(49)

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.

f. Membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya.

g. Penalaran emosional, menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.

h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan menciptakan harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal mencapainya.

i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain.

j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori depresi dari pakar psikologis lain yang mendukung penelitian inilah penulis akan menganalisis penyebab gangguan psikologis dan gangguan psikologis apa yang dialami oleh tokoh utama Fujii dalam novel 100 Kai Naku Koto yang digambarkan oleh Nakamura Kou sebagai pengarang novel ini.

2.5 Riwayat Hidup Nakamura Kou

Nakamura Kou lahir di Prefektur Gifu, Jepang pada tahun 1969. Pada tahun 2002 ia mulai debut dengan novel yang berjudul Rirekisho dan berhasil memenangkan penghargaan Bunshun. Novelnya yang berjudul menjadi nominator dalam ajang Penghargaan Akutagawa yang bergengsi. Novel lainnya dengan judul


(50)

Guru-guru Mawaru Suberidai mendapatkan penghargaan Noma literary Newcomer. Karyanya yang lain adalah Zettai, Saikyou no Uta, Boku ga Suki na Hito ga Yoku Nemuremasu youni.

Novel 100 Kai Naku Koto adalah novel romance fiksi karya Nakamura Kou yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun 2005. Novel ini kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 2013 dengan judul Crying 100 Times.


(51)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang adalah negara kepulauan yang kaya akan karya sastra dan budaya. Selain itu Jepang juga merupakan negara yang kuat dalam perekonomian dan industri sehingga Jepang sangat berpengaruh besar terhadap negara-negara lain. Kebudayaan Jepang yang unik dan menarik juga mulai menarik perhatian masyarakat dunia untuk mengetahui dan mempelajarinya.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2009:144) adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Salah satu hasil dari kebudayaan manusia adalah seni. Suzanne K. Langer dalam Kartika (2004:2) mengatakan bahwa seni merupakan simbol dari perasaan. Dalam seni terdapat berbagai macam cabang, salah satunya adalah seni sastra. Sebuah karya sastra merefleksikan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan oleh pengarangnya, mengenai kehidupan sehari-hari, keresahan dalam masyarakat, dan ide-ide mengenai kehidupan.

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). Karya sastra yang banyak diminati saat ini adalah novel.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalamSiswanto (2008:141) Novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orangdisekelilingnya dengan


(52)

menonjolkan watak dan sifat pelaku. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut.

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentangkejiwaan. Psikologis dalam karya sastramerupakan salah satu unsur yang mempengaruhi jalan cerita pada karya tersebut. Psikologis tokoh merupakan kebebasan pengarang dalam mengekspresikan dan menciptakan karakter tokoh lewat ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya sehingga menjadi sejalur dan serasi.

Menurut Henry Tarigan (1995: 18) psikosastra atau psikologi sastra adalah suatu telaah mengenai sastra berdasarkan fungsi dan nilainya dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa, perkembangan bepikir/bernalar, perkembangan kepribadian, dan perkembangan sosial, berdasarkan ciri-ciri dan implikasinya dalam pengajaran sastra.

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu menemukan masalah dalam kehidupannya. Masalah-masalah yang dialami setiap manusia akan berbeda-beda, sehingga pemecahan dan penyelesaian yang dihadapi akan berbeda-beda pula. Namun, disetiap masalah pasti akan mendapatkan jalan keluar, dalam proses menemukan jalan keluar inilah tanpa disadari kita sering mengalami depresi. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap manusia pada masa hidupnya pernah menderita depresi atau stress sampai pada tingkat tertentu.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Jonatan Trisna


(53)

dalam Hadi Pranowo (2004:15) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya.

Teori kognisi depresi Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:35) menjelaskan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan, kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang memiliki pandangan lebih positif.

Hadi Pranowo (2004:32) mengatakan bahwa untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah disebutkan bahwa salah satu penyebab depresi ialah karena kehilangan.

Novel 100 Kai Naku Koto menceritakan tentang lika-liku kehidupan seorang pemuda yang bernama Fujii saat berada di Tokyo. Fujii yang pada mulanya memiliki kehidupan normal dan bahkan akan memulai kehidupan baru yang lebih bahagia dengan menikahi kekasihnya yang bernama Yoshimi, namun pada akhirnya harus menerima kenyataan pahit atas peristiwa meninggalnya Yoshimi.

Fujii juga mengalami kejadian menyedihkan lain didalam hidupnya. Peristiwa-peristiwa menyedihkan yang dialami Fujii dalam hidupnya tersebut


(54)

merupakan jalan hidup yang tidak mudah dilalui sehingga membuat Fujii mengalami beban psikologis berupa depresi.

Penulis memilih untuk menganalisis novel karangan Nakamura Kou karena pada novel 100 Kai Naku Koto ini menceritakan tentang kerasnya kehidupan yang dialami tokoh utama Fujii saat hidup merantau di Tokyo. Penulis sangat tertarik dengan sikap Fujii dalam menghadapi cobaan dalam hidupnya.

Tidak sedikit orang akan merasa putus asa apabila dihadapkan dengan cobaan ataupun musibah yang datang silih berganti dalam hidupnya. Bahkan ada yang sampai mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Jepang adalah negara yang dikenal dengan tingkat bunuh diri yang tinggi, namun tokoh Fujii mampu bertahan dan memilih untuk tetap menjalani hidupnyameskipun dalam proses untuk mendapatkan ketegaran hidup tersebut Fujii mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga membuatnya stress dan depresi.

Sebelum merantau ke Tokyo, Fujii adalah seorang pemuda desa yang cenderung tidak suka bersosialisasi. Setiap hari Fujii hanya menghabiskan waktu dengan mengerjakan soal-soal latihan ujian masuk Universitas di dalam kamarnya. Sesekali Fujii pergi ke perpustakaan untuk membaca buku sendirian.Masyarakat Jepang menyebut fenomena menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial ini dengan istilah Hikikomori.

Hikikomori adalah istilah jepang untuk sebutan terhadap orang yang menyendiri dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial disekitarnya. Ciri-ciri orang yang Hikikomori dintaranya ialah, jarang keluar rumah dan lebih suka berada didalam rumah, mereka keluar rumah hanya disaat yang penting saja, secara jelas menghindar dari situasi sosial, mempunyai teman yang sedikit sebab


(55)

mereka sulit mendapatkan teman karena sifatnya yang pendiam dan tidak banyak bicara.(luphanime.wordpress.com/tag/arti-hikikomori/).

Pada dasarnya setiap orang memiliki alasan tersendiri hingga akhirnya memutuskan untuk mengisolasi diri dari masyarakat luar. Fujii yang sangat ingin melanjutkan pendidikannya di Tokyo, memilih untuk menarik diri dari masyarakat sosial agar bisa fokus belajar dan bisa lulus masuk Universitas di Tokyo. Setelah Fujii tinggal di Tokyo, ia mulai membuka diri dan memiliki kekasih yang bernama Yoshimi.Fujii juga memiliki beban pekerjaan yang tetap harus ditanggungnya meski dalam keadaan duka. Fujii dituntut untuk tetap bersikap profesional dan berkonsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan kantornya. Seperti yang kita ketahui, Jepang adalah Negara yang tekun dan pekerja keras dalam bekerja. Hal ini juga merupakan faktor penyebab yang membuat Fujii merasa sangat tertekan sehingga membuatnya semakin stress dan depresi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis beban psikologis yang dialami tokoh utama pada novel tersebut. Untuk itu penulis mengambil judul: “Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam Novel 100 Kai Naku Koto Karya Nakamura Kou”.

1. 2 Rumusan Masalah

Setiap manusia akan mengalami kondisi yang berbeda-beda dalam menjalankan kehidupannya. Akan tetapi tidak semua manusia bisa mengambil pelajaran positif dari pengalaman hidup yang mereka alami, tak sedikit dari kita bahkan mengalami stress dan depresi sehingga menimbulkan anggapan bahwa


(56)

masalah kehidupan adalah sebuah tekanan hidup yang berat. Sama halnya seperti yang dihadapi Fujii yang menjadi tokoh utama pada novel ini.

Semasa remaja, Fujii adalah seorang pemuda desa yang suka menyendiri. Fujii cenderung tidak suka bersosialisasi terhadap dunia luar. Fenomena ini dikenal dengan istilah Hikikomori. Setiap hari Fujii menghabiskan waktunya dengan mengerjakan soal-soal latihan ujian masuk Universitas di dalam kamarnya seorang diri. Sesekali ia pergi sendirian keluar rumah menuju perpustakaan untuk membaca buku. Hari-harinya hanya dihabiskannya sendiri. Fujii hanya bersosialisasi dengan keluarganya saja.

Setelah Fujii dinyatakan lulus masuk Universitas, ia kemudian pergi merantau seorang diri ke Tokyo. Setelah menjalani hidup di Tokyo, Fujii mulai membuka diri dan mulai bergaul hingga pada akhirnya ia mendapatkan seorang kekasih yang bernama Yoshimi. Fujii merasa hidupnya mulai bahagia dan tidak merasa kesepian lagi. Fujii juga merupakan sosok pemuda pekerja keras dan tidak mudah putus asa. Setelah menjalani hubungan pacaran bertahun-tahun dengan Yoshimi, Fujii berniat akan melamar kekasih hatinya tersebut. Namun sebelum memulai kehidupan rumah tangga yang sebenar-benarnya, Fujii dan Yoshimi memutuskan untuk tinggal bersama selama 1 tahun sebagai proses latihan. Akan tetapi disaat kehidupan Fujii semakin bahagia, Yoshimi menderita penyakit dan pada akhirnya meninggal dunia. Fujii merasa sangat sedih atas kehilangan kekasihnya tersebut.

Setelah mengalami kejadian menyedihkan tersebut, Fujii kembali mendapatkan cobaan hidup yaitu kehilangan anjing kesayangannya. Cobaan-cobaan kehidupan yang dialami Fujii tersebut membuat Fujii depresi. Ditambah


(57)

lagi beban pekerjaan yang harus ditanggung Fujii selama ini. Meski dalam suasana berkabung, Fujii dituntut harus tetap berkonsentrasi dan tetap bersikap profesional dalam menjalani tanggung jawab pekerjaannya. Hal ini semakin membuatnya stress dan depresi. Akan tetapi, Fujii mencoba tetap tegar dan berusaha menata hidupnya kembali dengan susah payah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu :

1. Apakah yang menyebabkan tokoh utama dalam novel 100 Kai Naku Koto Karya Nakamura Kou mengalami gangguan psikologis?

2. Gangguan psikologis seperti apakah yang dialami oleh tokoh utama yang diungkapkan oleh Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan dan kejadian yang ada pada novel ini, perlu adanya ruang lingkup dalam pembatasan masalah tersebut. Hal ini bertujuan agar penelitian ini tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti penulis.

Dalam analisis ini, penulis hanya fokus terhadap psikologis tokoh utama dalam menjalani kehidupannya saat berada di Tokyo, yaitu saat Fujii menjalani kehidupan bersama kekasihnya yang bernama Yoshimi, yang kemudian Fujii harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya menderita penyakit Kanker sehingga Fujii harus merawat Yoshimi ditengah kesibukannya hingga pada akhirnya Yoshimi meninggal dunia. Penulis menggunakan pendekatan semiotik, psikologis, serta teori depresi menurut Aaron Beck dan para ahli psikologis yang


(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepadaAllah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Sastra Jepang. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun dukungan materil. Untuk itu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. selaku ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Walaupun dalam keadaanyang sangat sibuk, beliau tetap menyempatkan waktunya untuk membaca dan memeriksa skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(2)

4. Bapak Drs. Nandi S. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Beliau dengan sabar membimbing saya serta dengan sangat teliti memeriksa skripsi ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Dosen penguji yang telah menyediakan waktunya untuk membaca dan

menguji skripsi ini. Serta kepada semua dosen dan staf Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen-dosen Sastra Jepangyang telah membimbing dan mengajar saya selama masa perkuliahaan di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

6. AyahandaAlm. Rasman Pinem danIbundaNurainibrSembiringtercinta yang sudah memberikan segala kebutuhan,nasihat, cinta dan kasih sayang,do’a yang tidakpernahputus,serta kepercayaan dan dukungan materi yang terus beliau perjuangkan selama saya mengenyam pendidikan.

7. Abangku tersayang Erick Iswara Baranta Pinem yang selalu membantuku disetiap aku membutuhkannya. Walaupun kita sering bertengkar, tapi bagiku abang adalah laki-laki yang mampu menggantikan kehadiran sosok Bapak di rumah.Serta terima kasih kepada semua keluarga besar saya, atas dukungan dan do’a yang terus diberikan. Sebuah kebahagiaan dan kebanggan bisa menjadi bagian dari keluarga ini.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Mimi, Chitra, Agis, Nurul, Ayu atas do’a, canda tawa dan kebersamaan kita selama ini. Kalian semua selalu


(3)

untukku. Serta kepada teman-teman seperjuangan Sastra Jepang USU angkatan 2010, terima kasih atas kebersamaan selama ini sehingga tahun-tahun selama masa perkuliahan di Sastra Jepang terasa sangat menyenangkan. Aku adalah orang yang sangat beruntung karena bisa memiliki kalian semua sebagai sahabat terbaikku. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses di dunia dan akhirat.

9. Spesial untuk sahabat tersayangku yang selalu menemaniku setiap hari Kikie Apliona Sari, terima kasih telah menjadi orang terbaik yang paling mengerti aku. Terimakasih atas dukungan, motivasi, do’a, canda, tawa, air mata, serta kebersamaan kita selama ini akan menjadi kenangan dan pelajaran luar biasa yang tidak akan pernah aku lupakan. Semoga kita akan selalu menjadi sahabat terbaik. Serta kepada Ayyub Hsb yang telah membantuku mencari bahan refrensi untuk skripsi ini dan menjadikan hidupku lebih berwarna dan terkhusus kepada Ridho Ranggi terima kasih untuk hiburan berupa canda tawa yang selalu mampu membuatku tertawa dan terhibur.

10. Kepada Fidya Yolanda, Ferry-kun, Deddy-san, dan semua teman-teman ‘Kimochi’ yang telah menjadi orang dan guru pertama yang mengenalkanku dengan Bahasa dan Budaya Jepang. Setelah kenal kalian, aku jadi semakin suka dengan Negara Jepang. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selama ini telah berjasa serta turut membantu dan mendukung saya.


(4)

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan teman-teman yang tertarik dengan hal mengenai Jepang. Semoga kiranya Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan berkah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Medan, 19 Desember 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Metode Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, SETTING NOVEL 100 KAI NAKU KOTO, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA, TEORI DEPRESI AARON BECK, DAN RIWAYAT HIDUP PENGARANG 2.1 Defenisi Novel ... 16

2.1.1 Unsur Intrinsik ... 17

2.1.2 Unsur Ekstrinsik ... 24

2.2 Setting Novel 100 Kai Naku Koto ... 24


(6)

2.4 Kognisi Depresi Aaron Beck ... 28

2.5 Riwayat Hidup Nakamura Kou ... 37

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU

3.1 Ringkasan Cerita ... 38

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 59

4.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA