Analisis Efektifitas Transmisi Moneter Ganda di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam
mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, kredit
dan nilai tukar). Pada negara yang didominasi dengan sistem ekonomi kapitalis,
perkembangan keuangan kapitalis melalui bank konvensional sangat berpengaruh
terhadap penerapan kebijakan moneter yang dikenal luas dengan kebijakan
moneter perspektif konvensional. Melalui lembaga perbankan kebijakan moneter
perspektif konvensional telah lama dipakai dan mencapai sasaran moneter, namun
dengan berakhirnya krisis moneter/ekonomi, semakin banyak bank yang
bermasalah, akibatnya bertambah banyak pula bank yang dilikuidasi.
Salah satu masalah yang muncul adalah bank menghadapi negative spread
(suku bunga tabungan lebih besar dari pada suku bunga pinjaman), sehingga bank
sulit memperoleh keuntungan. Jika sistem bunga menimbulkan negative spread,
maka bank dapat mencari solusi lain, seperti sistem bagi hasil yang ditawarkan
bank syariah, ekonomi dan keuangan dengan prinsip islam secara bertahap telah
digunakan selam 30 tahun terakhir di berbagai negara, baik itu secara tunggal
ataupun ganda yang berdampingan dengan konvensional. Perkembangan
keuangan dan ekonomi islam akan mendorong perkembangan kebijakan moneter
dalam perspektif islam.


11
Universitas Sumatera Utara

Indonesia bukanlah negara pertama yang menerapkan lembaga keuangaan
berdasarkan sistem ganda. Beberapa negara yang telah terlebih dahulu
menerapkannya antara

lain adalah Arab Saudi, Mesir, Sudan, Pakistan dan

Malaysia. Tetapi sekarang sudah cukup banyak negara yang menerapkan sistem
syariah, termasuk di beberapa negara Barat. Ada juga negara yang sepenuhnya
menerapkan sistem syariah sebagai landasan operasional sistem keuangannya,
misalnya Arab

Saudi dan Sudan. Kebanyakan negara, termasuk indonesia

memberikan pilihan lembaga-lembaga keuangannya untuk menerapkan sistem
konvensional atau syariah dalam pengelolaan lembaga keuangannya.
Menurut pemikiran aliran moneteris mengatakan bahwa pertumbuhan

jumlah uang beredar merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
perkembangan moneter. Milton friedman mengatakan bahwa inflasi merupakan
fenomena moneter yang perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
uang yang beredar terlalu tinggi , hanya dengan mengurangi jumlah uang yang
beredar maka inflasi akan dapat dihindari, selain itu jumlah uang yang beredar
juga akan mempengaruhi perilaku Gross National Product(GNP) rill.
Kebijakan moneter yang menerapkan suku bunga berhubungan dengan
tingkat inflasi dan sasaran pertumbuhan moneter seperti pertumbuhan ekonomi
dan

pengendalian

harga.

Terdapat

berbagai

kebijakan


moneter

yang

pelaksanaanya bertujuan untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan
tingkat inflasi, diantaranya rezim kebijakan moneter inflation targeting yang
dilaksanakan bank indonesia melalui kebijakan suku bunga.

12
Universitas Sumatera Utara

Model Inflation Targeting Framework merupakan kebijakan moneter
dengan sasaran tunggal inflasi. Namun dalam hal ini walaupun sasaran utamanya
adalah inflasi bukan berarti bank indonesia hanya fokus pada inflasi saja dan
tidak

memperhatikan

perkembangan


secara

pertumbuhan
menyeluruh.

ekonomi
Inflasi

maupun

berhubungan

kebijakan
positif

dan

dengan

fluktuasinya, saat inflasi tinggi maka fluktuasinya juga mengalami kenaikan

sehingga tidak ada kepastian di masa yang akan datang yang berdampak pada
peningkatan suku bunga dalam jangka panjang di karenakan tingginya premi
resiko akibat inflasi.
Inflation targeting perlu menjadi sasaran utama kebijakan moneter Bank
Indonesia manapun di dunia (Stanley Fischer, 1994). (Guitan, 1994) hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter
hanya dapat mempengaruhi laju inflasi sedangkan pertumbuhan ekonomi
cenderung meningkat mengikuti pertumbuhan naturalnya.
Menurut kelompok moneteris inflasi dapat terjadi akibat adanya
peningkatan konsumsi, investasi (PMA dan PMDN) dan pengeluaran pemerintah
walaupun jumlah sirkulasi uang yang beredar tidak meningkat. Peningkatan
konsumsi

mungkin di akibatkan pencairan tabungan masyarakat, sedangkan

pengeluaran pemerintah dan investasi diakibatkan oleh perubahan suatu
kebijaksanaan. Sedangkan inflation targeting sendiri merupakan gabungan antara
aliran klasik dengan aliran keynes. Aliran klasik mengatakan bahwa inflasi
merupakan fenomena moneter, sehingga diperlukan kebijakan moneter yang ketat
untuk mengatasinya sedangkan aliran keynes mengatakan inflasi disebabkan oleh


13
Universitas Sumatera Utara

banyaknya pekerja yang mencari kerja sehingga melebihi jumlah kapasitas yang
diperlukan bukan karena jumlah uang yang melebihi jumlah barang. Maka dari itu
diperlukan kebijakan moneter yang mampu menyeimbangkan antara permintaan
dan penawaran dalam perekonomian yang dilaksanakan secara bijaksana dan
sesuai dengan perkembangan yang ada. Kebijakan moneter yang dibuat
mempunyai sasaran dalam jangka menengah dan panjang sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan, sedangkan dalam jangka pendek kebijakan moneter yang
dibuat umumnya sesuai dengan target yang akan dicapai.
2.2. Teori Tingkat Bunga
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga di
mana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan
(saving) yang terjadi. Dalam hal ini keinginan masyarakt untuk menabung sangat
tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar
keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan penggeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat
bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menunda

konsumsinya (Nopirin, 1992 : 70).
Menurut keynes tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang
karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima
seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Makin
besar liquidity preference seseorang makin besar keinginan orang tersebut untuk
menahan uang tunai, makin besar tingkat bunga yang diterima orang tersebut

14
Universitas Sumatera Utara

bilamana dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat keynes ini
sangat berbeda dengan pendapat aliran klasik, dimana tingkat bunga menurut
klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang
akan datang ( Nopirin, 1992 : 92 ).
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat
bunga. Hubungan negatif antara permintaan dengan tingkat bunga ini diterangkan
Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapatan tentang
adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana tingkat bunga turun dari
tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan akan naik suku
bunga masa yang akan datang.

Tanggapan Keynes tentang bunga juga berhubungan dengan ongkos
(harga) memegang uang kas, karena semakin tinggi tingkat bunga semakin besar
ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh karena
kekayaan dinyatakan dalam

bentuk uang kas). Hal ini akan menyebabkan

keinginan memegang uang kas juga akan semakin menurun. Bila tingkat bunga
turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga
permintaan uang kas naik.
Penambahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat bunga yang
terjadi. Dimana penambahan uang beredar tersebut dilakukan melalui kebijakan
moneter. Teori bunga moneter dan teori bunga rill merupakan hal yang sangat
rumit belakangan ini, apakah tingkat bungakeseimbangan ditentukan oleh faktor-

15
Universitas Sumatera Utara

faktor rill seperti kebiasaan menabung atau produktivitas investasi, atau tingkat
bunga tersebut hanya merupakan fenomena (gejala) yang murni bersifat moneter.

Secara umum banyak yang beranggapan bahwa suku bunga yang terjadi
ditentukan oleh faktor-faktor rill, sedangkan pengaruh dari sudut moneter hanya
bersifat gangguan jangka pendek yang tidak mengubah tingkat bunga
keseimbangan. Tingkat suku bunga keseimbangan merupakan suatu tingkat
dimana permintaan barang dan jasa sama dengan penawarannya dalam keadaan
full employment. Karena yang menentukan suku bunga keseimbangan ini
tergantung pada permintaan investasi dan tabungan full employment.
Menurut kaum moneteris (klasik) berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan
rillah yang menentukan suku bunga rill, sehingga suku bunga nominal sama
dengan dengan tingkat suku bunga nominal ditambah inflasi. Bila ekspansi
moneter atau adanya pertambahan jumlah uang beredar akan menyebkan
terjadinya inflasi, dan selanjutnya akan menurunkan suku bunga nominal dan rill.
Jadi suku bunga nominal naik sebesar laju inflasi, dan suku bunga rill tidak akan
naik sehingga mengalami perubahan.
Sebagai alat untuk menekan inflasi kenaikan BI rate dimaksudkan untuk
menarik jumlah uang yang beredar di masyarakat, yang jumlahnya besar, melebihi
kebutuhan aktivitas perekonomian. Dengan naiknya suku bunga pemilik uang
diharapkan akan menabung uangnya di bank. Uang akan masuk ke dalam kas
bank umum. Itu berarti jumlah uang yang beredar tidak lagi banyak dan dapat
dikendalikan dalam penggunanya, baik itu dalam pemberian barang maupun


16
Universitas Sumatera Utara

kegiatan lainnya. Motif spekulasi penggunaan uang dapat dikurangi, sehingga
kecepatan uang yang beredar melemah. Dengan melemahnya jumlah uang yang
beredar dimaksudkan juga dapat menekan laju inflasi.
Bank Indonesia mengisyaratkan suku bunga SBI sebagai target operasional
dalam mengendalikan moneter. Dengan cara ini Bank Indonesia akan lebih mudah
di dalam mengendalikan inflasi dan mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian bank indonesia menjadi pengendali suku bunga di indonesia.
Ketidakseimbangan perbandingan mata uang yang beredar, antara uang
kartal dan uang giral, menyebabkan kebijakan moneter yang mempergunakan
jumlah uang primer yang beredar selalu menjadi kurang efektif. Perbandingan
tersebut kini, kira-kira 80% uang kartal dan kira-kira 20% uang giral.
Perbandingan yang memihak pada peenggunaan uang kartal yang lebih besar
sebagai pertanda bahwa perekonomian indonesia masih dalam kondisi tertinggal.
Perputaran uang dan pertukaran (perdagangan) masih berjalan lambat. Efisiensi
perekonomian juga masih relatif rendah.
Jumlah uang kartal dapat berubah secara substantif jika permintaannya

naik tidak terkendali, terutama pada masa liburan umum dan hari besar agama.
Hal yang sebaliknya juga bisa terjadi. Dengan demikan jumlah uang primer yang
beredar naik turun, sesuai dengan kebutuhan. Semuanya ini akan mempengaruhi
nilai tukar uang kartal itu sendiri. Dengan demikian jumlah uang primer yang
beredar, sebagai target operasional perbankan menjadi tidak menentu karena
kebijakan moneter lainnya tak kuasa menstabilkannya.

17
Universitas Sumatera Utara

Alasan lainnya adalah suku bunga dapat mempengaruhi alokasi aset yang
dimiliki oleh masyarakat. Pemilik aset dapat memilih penempatan dana, yang
lebih menguntungkan bagi dirinya. Dengan demikian terjadinya alokasi dana yang
efektif, yang lebih menguntungkan

secara ekonomis. Disamping itu, dana

dimaksud akan mengalir ke sektor-sektor ekonomi yang memerlukan, sektor
ekonomi yang produktif sehingga sangat mendukung perekonomian makro.
Aliran dana akan terjadi dan masuk ke kantong – kantong produksi yang
memerlukan. Perekonomian pun terdorong untuk berkembang. Penempatan aset
menjadi lebih pasti dan lebih menguntungkan, apakah akan masuk ke pasar uang
atau masuk ke pasar modal. Pemilik aset tinggal memilih. Suku bunga di pakai
sebagai alat komparasi mengenai penempatan aset yang lebih menguntungkan.
2.3. Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional
Setelah Bank Sentral mengubah instrumen-instrumen moneternya maka
secara teoritis konsep transmisi kebijakan moneter di mulai. Pengubahan
instrumen moneter tersebut akan mempengaruhi sasaran operasional, misalnya
saja Bank Sentral menaikan rSBI. Peningkatan ini akan berdampak pada kenaikan
suku bunga pasar uang antar bank (RPUAB), suku bunga deposito, kredit
perbankan, harga aset, nilai tukar dan secara akhir juga berdampak pada
penargetan inflasi di masyarakat.
Seiring perkembangan struktur dalam perekonomian maka transmisi
kebijakan moneter tidak hanya melalui jalur uang saja (Money Chanel) melainkan
berkembang

menjadi enam jalur. Salah satu diantaranya melalui jalur suku

18
Universitas Sumatera Utara

bunga. (Taylor, 1995) dan Bofinger (2001:80) mekanisme transmisi kebijakan
moneter melalui jalur suku bunga menekankan pada pengeruh perubahan struktur
suku bunga di sektor keuangan. Pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek
ditransmisikan kepada suku bunga menengah/ panjang yang berdampak pada
permintaan yang selanjutnya berpengaruh pada inflasi.
Model mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga
(interest rate pass through) sudah banyak diteliti di berbagai negara diantaranya
penelitian yang dilakukan Rousseas (1985) yang disebut model marginal cost
pricing yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga cost of fund bank akan
diteruskan dalam bentuk perubahan suku bunga bank kepada nasabahnya, karena
hal ini mencerminkan perubahan marginal cost dari bank. Model ini masih
dianggap sebagai model terbaik untuk menjelaskan interest rate pass through dari
suku bunga kebijakan ke suku bunga perbankan Egert el al., 2006 (dikutip dalam
Nikoloz Gigineishvili,2011) persamaan umumnya adalah sebagai berikut.
brn,t

= γ0 + γmrn,t

........................................................

(2.1)

dimana br adalah suku bunga yang ditetapkan oleh bank , γ0 adalah markup , dan
mr adalah marginal cost price yang di proxy dengan market interest rate. Dengan
ide dasar market interest rate merupakan marginal funding cost yang dihadapi
bank.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh De Bondt, 2002 (dikutip dalam
Kurnia Ningsih,2013) mengatakan bahwa model interest rate pass through dapat
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan biaya dana dengan menerapkan

19
Universitas Sumatera Utara

model biaya marjinal harga standar untuk pasar keuangan. Teori ini mendasari
bahwa suku bunga pasar uang mencerminkan biaya marginal atau opportunity
cost karena pada dasarnya bank bergantung pada kedua biaya ini untuk pinjaman
jangka pendek. hal ini dinyatakan dengan model :
= α + �, ίM

ἱR

......................................................

(2.2)

dimana ἱR adalah harga pasar masing-masing , � adalah koefisien pass through

jangka panjang , dan α adalah markup. Jika pasar persaingan sempurna (informasi

lengkap dan persaingan sempurna ) dan resiko bank netral, β akan sama dengan 1,
menunjukkan pass-through atau elastisitas suku bunga unit permintaan untuk
deposito dan pinjaman ( Coricelli , Egert, dan McDonald, 2006). Studi empiris
umumnya menunjukkan bahwa dalam prakteknya pass-through biasanya β < 1.
Persamaan (2.2) merupakan hubungan ekuilibrium jangka panjang. Secara
keseluruhan keseimbangan penyesuaian paling tepat digambarkan dengan error
model corecction berikut ,(dikutip dalam Nikoloz Gigineishvili,2011):
�ί tR

= μ + ρ (ί tR - 1 – α – �ί Mt – 1) + γ�ί

M
t+

ε

..................... (2.3)

di mana ρ mengukur kecepatan penyesuaian, dan γ adalah koefisien passthrough jangka pendek. Persamaan (2.3) dapat lebih diperluas dengan lebih
dinamika dalam jangka pendek untuk sampai pada bentuk lag. berikut persamaan
autoregressive:

k+ε

�ί tR

= μ + ρ (ί tR - 1 – α – �ί Mt – 1) + ∑�� = 0γk �ί t-kM + ∑�� = 1 δk �ί tR –

............................................................................................

(2.4)

atau dengan menggantikan �ίt = ίt – ίt -1 dan mengelompokkan istilah yang sama :
M
R
�+1
ί tR = ө + ∑�+1
�=0 � k ί t-k + ∑�=1 � k ί t-k + ε

.................................. (2.5)

20
Universitas Sumatera Utara

Dalam persamaan ini, βk adalah elastisitas interaksi jangka pendek,
sementara αk mencerminkan kekuatan suku bunga. Dengan mengestimasi
persamaan (2.5), suku bunga jangka panjang koefisien pass-through dapat
dihitung sebagai berikut :
�+1
� = (∑�+1
�=0 � k) / ( 1- ∑�=1 � k )

.........................................

(2.6)

Hubungan harga mark-up antara pasar dan tingkat bunga menggambarkan bahwa
β harus positif. (Weth, 2002).
∑�+1
�=0 � k > 0

..........................................

(2.7)

yaitu, dampak kumulatif dari harga pasar kontemporer pada tingkat bunga positif
∑�+1
�=1 � k < 1

..........................................

(2.8)

Yang merupakan kondisi stabilitas suku bunga.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Kobayashi (2008) yang
membahas tentang incomplete interest pass through di daerah Euro menghasilkan
bahwa tidak semua bank komersial langsung merespon perubahan suku bunga
kebijakan dan kebijakan moneter tidak memberikan dampak yang sama terhadap
keseluruhan ekonomi. Selain itu hanya sebagian dari suku bunga

pinjaman

perbankan yang disesuaikan dengan adanya perubahan suku bunga kebijakan ,
fluktuasi suku bunga pinjaman menimbulkan biaya welfare, sehingga bank sentral
perlu melakukan stabilisasi perubahan suku bunga pinjaman dengan cara policy
rate smoothing. Namun, perubahan drastis suku bunga kebijakan tetap diperlukan
ketika terdapat shock yang secara langsung mempengaruhi suku bunga pinjaman.

21
Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya

interest rate pass through menggunakan suku bunga

pasar sebagai variabel eksogen yang digunakan untuk mengukur pass through
suku bunga bank, hampir semua studi menyimpulkan bahwa kecepatan pass
through disetiap negara berbeda hal ini dikarenakan proses penyesuaian suku
bunga perbankan terhadap suku bunga pasar menjadi lebih homogen dan cepat,
selain itu pada negara negara maju umumnya interest pass through nya lebih
tinggi hal ini dikarenakan pasar keuangan yang sangat kompetitif dan berkembang
di bandingkan dengan negara- negara kecil mengingat bahwa kondisi pasar
keuangan di negara-negara kecil biasanya kurang berkembang .
2.4. Transmisi Kebijakan Moneter Islam (Syariah)
Pada moneter konvensional alur transmisi kebijakan melalui enam saluran
yaitu jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur uang, jalur harga aset,
dan jalur ekspektasi. Keenam jalur tersebut seluruhnya dapat digunakan dalam
moneter konvensional namun tidak begitu dengan moneter islam (ekonomi islam),
misalnya saja jalur suku bunga , jalur ini tidak dapat diaplikasikan dalam ekonomi
islam karena dalam ekonomi islam konsep bunga diharamkan dan tidak sesuai
dengan ajaran islam, maka untuk produk pembiayaan bank syariah secara
keseluruhan didasarkan atas prinsip bagi hasil, prinsip bagi hasil tersebut terdiri
dari al-musyarakah dan al-mudharabah (Dahlan Siamat, 2005 : 426).
a. Al- Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Musyarakah
adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko

22
Universitas Sumatera Utara

akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah terdiri atas dua
jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah
kepemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat
pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad
tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang
dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan
kerugian.
Teknik perbankan
1.

Bentuk umum dari usaha bagi hasil musyarakah (syirkah atau syarikah
atau serikat atau kongsi). Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset
yang mereka miliki secara bersama-sama.

2.

Termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih diman mereka secara bersama –sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun
tidak berwujud.

3.

Secara spesifikasi bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(enterpreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) atau intangible asset, seperti hak paten dan goodwill,
kepercayaan reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang.

23
Universitas Sumatera Utara

4.

Dengan merangkum seluruh kombinasi dan bentuk kontribusi masingmasing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini
sangat fleksible.

Ketentuan umum
Semua modal disatukan untuk dijadikan modala proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menetukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya
untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan berikut:
1.

Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

2.

Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.

3.

Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaanya atau digantikan
oleh pihak lain.

4.

Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasamaapabila menarik diri
dari perserikatan, meninggal dunia dan menjadi tidak cakap hukum

5.

Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuaia dengan porsi
kontribusi modal.

6.

Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam

akad. Setelah

proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.

24
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Skema Al- Musyarakah
Nasabah

Bank

Proyek
Usaha

Keuntungan

Bagi hasil keutungan
sesuai porsi kontribusi
modal (nisbah)

b. Al-Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi, yaitu berpergian untuk
urusan dagang. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatn yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
kelalaian si pengelola. Seadainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.

25
Universitas Sumatera Utara

Teknik perbankan
1.

Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal;
harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap,
harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

2.

Hasil pengelolaan modala pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara:

3.

-

Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)

-

Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)

Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpanan
piak nasabah, seperti penyelewengan,kecurangan, dan penyalahgunaan
dana.

4.

Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.

5.

Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi
administrasi.

26
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2
Skema Al- Mudharabah
Perjanjian bagi hasil
Nasabah

Bank
Proyek/Usaha

Pembagian Keuntungan

Modal

Ditengah perkembangan ekonomi hingga saat ini belum ditemukan teori
yang efektif untuk menggambarkan mekanisme transmisi kebijakan moneter
dalam konteks moneter islam, demikian pula dengan jalurnya. Namun belakangan
ini banyak studi yang mulai bermunculan tentang transmisi kebijakan moneter
islam, transmisi kebijakan moneter pada jalur pembiayaan melalui perbankan
Syariah Malaysia ke pertumbuhan ekonomi (Sukmana dan Kassim : 2010) ,yang
dirumuskan secara sederhana dengan konsep berikut:
IPI

= f ( IF, ID, ONIGHT )

.............................

(2.9)

Dimana :
IPI

: Industrial Production Indeks yang menggambarkan pertumbuhan
ekonomi atau output

IF

: Pembiyaan perbankan syariah

ID

: Pendanaan dan dana pihak ketiga/ DPK perbankan syariah

27
Universitas Sumatera Utara

ONIGHT : Suku bunga overnight dipasar uang antar bank sebagai indikator
kebijakan moneter
Sedangkan menurut (Ascarya : 2010) melakukan penelitian mengenai
transmisi moneter syariah menggunakan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia
Syariah). SBIS dibuat oleh Bank Indonesia sebagai upaya dalam meningkatkan
efektifitas mekanisme moneter dengan prinsip Syariah, instrumen ini digunakan
sebagai Operasi Pasar Terbuka dalam rangka pengendalian moneter untuk
mencapai nilai tukar dan tingkat inflasi yang stabil. Disini SBIS berperan sebagai
variabel kebijakan moneter.

2.5. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk
mengetahui

efektivitas

transmisi

kebijakan

moneter

ganda

yang

juga

mengaitkannya dengan pengaruhnya terhadap inflasi tidak semua peneliti
menggunakan metode analisis Granger causality untuk melihat hubungan antara
variabel-variabel yang terkait.
1.

Peran Perbankan Syariah Dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda
(Ascarya, 2010). Mengkaji tujuan adanya transmisi kebijakan moneter
pada jalur pembiyaan perbankan Syariah Indonesia ke tujuan akhir
kebijakan moneter, yaitu pertumbuhan ekonomi dan kestabilan nilai uang,
yang dirumuskan sebagai berikut :
IPI

=

f ( IFIN, IDEP, PUAS, SBIS )

CFI

=

f ( IFIN, IDEP, PUAS, SBIS )

28
Universitas Sumatera Utara

Dimana:
-

IPI: adalah Industrial Production Index sebagai proksi pertumbuhan
ekonomi atau output

-

CPI : adalah Consumer Price Index sebagai proksi inflasi

-

IFIN : adalah pembiayaan perbankan syariah

-

IDEP: adalah pendanaan atau dana pihak ketiga/ DPK perbankansyariah

-

PUAS: adalah suku bunga satu hari dipasar uang antar bank syariah

-

SBIS: adalah imbal bagi hasil sertifikat bank indonesia syariah yang
digunakan sebagai indikator moneter.
Menyimpulkan pentingnya peran perbankan syariah dalam Transmisi

kebijakan moneter ganda di indonesia melalui jalur pembiayaan perbankan karena
variabel-variabel syariah khususnya pendanaan dan pembiayaan syariah
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi namun tidak
memberikan pengaruh negatif terhadap inflasi.
2.

Penelitian yang dilakukan Espinosavega dan Rebucci, 2003 (Dikutip
dalam Ascarya:2012) tentang transmisi kebijakan moneter dalam
persfektif konvensional, khususnya tentang interest rate pass through.
yaitu

dengan

membandingkan

Chile

dan

negara

lain

(Euro,

Canada,US,Australia dan New Zealand), Egert et al (2006) menggunakan
sampel lima negara Eropa Tengah dan Timur atau CEE-5 (Crech
Republic, Hungary, Poland, Slovakia, dan Slovenia) sedangkan Sorensen
dan Werner (2006) menggunakan sampel negara-negar Euro area dengan
panel data dinamis dan metode ECM.egert et al (2006) menemukan bahwa

29
Universitas Sumatera Utara

interest rate pass through di CEE-5 rendah dan menurun dari tahun ke
tahun karena tidak adanya kointegrasi anatara suku bunga kebijakan
dengan suku bunga perbankan (jangka pendek dan jangka panjang), serta
diperkirakan akan terus menurun di masa yang akan datang. Hal ini
berdampak pada kondisi inflasi sehingga Bank Sentral perlu menentukan
kebijakan untuk menstabilkan inflasi.
3.

Bank Interest Rate Pass Through In Euro Area A Cross Country
Comparison (Christoffer Kok Sorenses dan Thomas Werner, 2014).
Mengkaji adanya heterogenitas yang besar di negara-negara Euro area
tentang keseimbangan pass through jangka panjang dan kecepatan
penyesuaiannya. Hasil ini juga mengkonfirmasi lambat dan tidak
komplitnya proses penyesuaian suku bunga perbankan terhadap suku
bunga kebijakan yang dapat memicu inflasi.

4.

Mekanisme Transmisi Syariah Pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia
(Aam Slamet Rusydiana, 2009). Mengkaji tentang mekanisme transmisi
kebijakan moneter melalui jalur kredit menyimpulkan bahwa semakin
tinggi SWBI yang ditetapkan bank indonesia maka akan semakin rendah
pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah. Terdapat hubungan
yang negatif antara pembiayaan syariah dan SBI. Semakin tinggi SBI akan
menyebabkan penurunan pembiayaan syariah dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral akan
memicu perbakan konvensional untuk menaikkan suku bunganya, baik
bunga pinjaman maupun bunga deposito yang berdampak pada penurunan

30
Universitas Sumatera Utara

daya saing perbankan syariah dan menjadi kurang kompetitif. Namun
pembiayaan syariah berkontribusi pada penurunan tingkat inflasi karena
pembiayaan perbankan syariah khususnya pembiayaan produktif dengan
prinsip bagi hasil memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang seimbang
antara sektor moneter dan rill.
2.6. Kerangka Pemikiran
Secara umum mekanisme kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan
yang menghubungkan secara langsung antara kebijakan moneter dengan kondisi
perekonomian dalam suatu negara. Melalui transmisi

kebijakan moneter

diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan aktivitas
perekonoomian, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 4/10/PBI/2002
tentang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan peraturan Bank Indonesia nomor
10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter baik itu melalui
perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Dengan begitu mekanisme transmisi kebijakan moneter tidak hanya
mempengaruhi perbankan konvensional saja melainkan

melalui perbankan

syariah dengan instrumen yang tidak terbatas hanya dengan sistem bunga yang
dipakai perbankan konvensional melainkan juga dapat melibatkan instrumen
syariah yaitu bagi hasil/ fee atau margin .

31
Universitas Sumatera Utara

Transmisi Kebijakan Moneter
Ganda

Instrumen Moneter
Konvensional

Instrumen Moneter
Syariah

Bunga Bank
Konvensional

Bagi Hasil/fee
atau Margin

Pasar uang antar
bank syariah

Pasar Uang antar Bank yang
digunakan untuk konvesional

Inflasi
Gambar 2.3
Skema Pemikiran

2.7. Hipotesis
Bank Indonesia sebagai pusat moneter bertujuuan menjaga penguatan
stabilitas moneter. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia dapat
menggunakan kebijakannya sebagai otoritas moneter. Kebijakan moneter
merupakan salah satu kebijakan yang dapat secara langsung di pengaruhi oleh
pemerintah serta memeliki pengaruh langsung terhadap aktivitas dan pertumbuhan
ekonomi dalam suatu negara. Kebijakan yang dikeluarkan dapat mempengaruhi
jumlah uang beredar yang merupakan salah satu indikator kebijakan moneter yang

32
Universitas Sumatera Utara

memiliki peranan yang sangat

besar karena berdampak terhadap inflasi dan

pertumbuhan perekonomian .
Berdasarkan uraian

dan telaah literatur

serta penelitian terdahulu

mengenai efektifitas transmisi kebijakan moneter, maka hipotesis pada penelitian
ini adalah:
1.

Pada perbankan konvensional dengan jalur suku bunga dan pada
perbankan syariah dengan sistem bagi hasil, dalam pelaksanaan efektivitas
transmisi kebijakan moneter ganda secara teori telah efektif.

2.

Pada perbankan konvensional ada kesinambungan jalur suku bunga
dengan inflasi sedangkan dari sisi perbankan syariah transmisi kebijakan
moneter tidak menunjukkan adannya kesinambungan jalur imbal hasil dari
margin dengan acuan SBIS sampai ke inflasi

33
Universitas Sumatera Utara