T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembangunan Bandwidth Management dengan Metode Queue Tree HTB dan PCQ pada Mikrotik Routerboard: Studi Kasus SMA Kristen 1 Salatiga T1 Full text

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT
DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ
PADA MIKROTIK ROUTERBOARD
(Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga)

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Sakti Henggar Pradesa (672011194)
Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom.

Program Studi Teknik Infomatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Agustus 2017

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT
DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ
PADA MIKROTIK ROUTERBOARD

(Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti :
Sakti Henggar Pradesa (672011194)
Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom.

Program Studi Teknik Infomatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Agustus 2017
ii

iii


iv

v

vi

1. Pendahuluan
Jasa penyedia layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) dalam
menyediakan layanan akses internet pada setiap penggunanya akan memberikan
besaran sebuah bandwidth internet. Namun dalam penggunaan layanan internet
tersebut sering terjadi sebuah permasalahan jika tidak dikelola dengan baik.
Permasalahan yang terjadi ketika bandwidth yang diberikan dari ISP tidak diberi
sebuah kebijakan ataupun aturan dalam pengelolaan bandwidth, sehingga dapat
menyebabkan berbagai dampak permasalahan [1]. Dampak permasalahan yang
terjadi yaitu membuat saling berebutnya bandwidth yang tersedia antara pengguna
satu dengan pengguna lainnya pada saat pemakaian koneksi internet tersebut
dilakukan secara bersama-sama oleh pengguna yang begitu banyak.
Pengguna dalam melakukan aktivitas download ataupun video streaming
dapat menyita bandwidth dari para pengguna lain, dikarenakan aktivitas tersebut

menggunakan trafik data yang begitu tinggi dan dapat menyita keseluruhan
bandwidth yang tersedia. Hal ini jika dibiarkan dapat berdampak merugikan
pengguna lainnya sehingga menyebabkan konektivitas dari para pengguna
tersebut terganggu dan menjadi lambat. Masalah ini terjadi dikarenakan
bandwidth yang seharusnya didapat oleh setiap pengguna telah habis digunakan
oleh beberapa pengguna saja dan permasalahan ini disebut dengan dominasi
bandwidth antar pengguna [1]. Permasalahan yang terjadi tersebut diperlukan
sebuah kebijakan atau rule untuk membuat bandwidth yang tersedia dapat
didistribusikan secara merata dan adil (fair usage) kepada semua pengguna.
Dalam penerapan kebijakan ataupun aturan pada pengelolaan bandwidth disebut
dengan istilah manajemen bandwidth [1].
Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga memiliki permasalahan dominasi
bandwidth antar pengguna pada jaringan internet yang ada kini. Masalah tersebut
berdampak pada bandwidth yang diterima antar pengguna tidak adil dan
menyebabkan terganggunya aktivitas dari guru-guru pada tempat studi tersebut.
Sedangkan aktivitas yang lebih dibutuhkan oleh para guru lebih dominan pada
aktivitas akses pada website kemdikbud (kepegawaian, pembelajaran, data siswa
dan guru), e-mail, maupun e-learning. Namun permasalahan sering terjadi dimana
akses yang seharusnya diutamakan ini justru bermasalah dengan lambatnya waktu
untuk akses ketika banyak pengguna yang sedang aktif menggunakan layanan

internet tersebut. Mengingat bahwa setiap pengguna dapat melakukan berbagai
jenis aktivitas baik dari aktivitas browsing (sosial media dan berbagai macam
website), download ataupun video streaming dan tentu saja aktivitas yang
seharusnya diutamakan ini dapat terganggu akibat konsumsi bandwidth yang
tinggi dari aktivitas lain tersebut. Sebuah solusi diperlukan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut agar semua guru pada tempat studi
mendapatkan jaminan bandwidth dan membuat kebutuhan akses dari para guru
2

mendapatkan prioritas utama. Manajemen bandwidth dapat diterapkan dengan
beberapa macam metode dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dan
diantaranya merupakan metode yang terdapat pada tool Mikrotik, yaitu queue
tree Hierarchical Token Bucket (HTB) dan Per Connection Queue (PCQ).
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi pada tempat studi
maka pada penelitian ini dapat dirumuskan menjadi pembangunan dan penerapan
manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB dan PCQ yang
dibangun pada Mikrotik RouterBoard pada jaringan internet di SMA Kristen 1
Salatiga. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem manajemen bandwidth yang
dapat memberikan sejumlah jaminan bandwidth kepada setiap pengguna yang
aktif meskipun pada pemakaian koneksi internet yang begitu sibuk. Hal tersebut

bertujuan untuk menjaga akses internet dapat dilakukan sesuai kebutuhan pada
semua pengguna. Penelitian ini juga menawarkan pemberian prioritas pada jenis
trafik berdasarkan tingkat kebutuhan aktivitas yang digunakan dan dalam
penelitian ini memprioritaskan pada aktivitas akses yang selalu dibutuhkan oleh
para guru pada tempat studi.
2. Tinjauan Pustaka
Manajemen bandwidth adalah pengalokasian yang tepat dari suatu
bandwidth untuk mendukung keperluan aplikasi, serta dapat memberikan jaminan
kualitas, memberikan level layanan sesuai dengan kebutuhan ataupun prioritas
pada suatu layanan jaringan [2]. Metode atau teknik dalam memanajemen
bandwidth dapat diterapkan pada sebuah tool dan pada penelitian ini
menggunakan tool Mikrotik. Mikrotik RouterBoard merupakan sebuah hardware
yang diproduksi oleh Mikrotik yang dapat menjalankan fungsi dari sebuah router
tanpa bergantung pada sebuah komputer lagi. Hal ini dikarenakan semua fungsi
pada router sudah ada dalam RouterBoard jika dibandingkan dengan komputer
yang diinstal RouterOS [3]. Mikrotik disini berperan sebagai tool untuk
mendukung pengerjaan studi manajemen bandwidth ini, dengan menerapkan
metode HTB dan PCQ untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Berikut
penjelasan secara rinci mengenai metode yang digunakan pada penelitian ini.
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah sebuah metode kelas

antrian (classful queuing) yang sangat berguna untuk mengatasi bermacammacam jenis dari sebuah trafik. Structure atau susunan dari HTB dapat
membuat antrian menjadi lebih terstruktur, dengan melakukan pengelompokanpengelompokan bertingkat. Dalam penerapan metode HTB ada 3 langkah dasar
yang harus dijalankan yaitu: 1) Pencocokan dan penandaan trafik (mark traffic),
selanjutnya mengklasifikasikan trafik untuk penggunaan lebih lanjut. Penandaan
trafik terdiri dari satu atau lebih parameter pencocokan dalam pemilihan paket dan
digunakan untuk kelas-kelas yang spesifik. 2) Sebuah aturan (policy) dibuat untuk
3

melakukan mark traffic, selanjutnya kelas trafik yang telah diberi parameter
aturan tersebut digunakan dalam menentukan tindakan (action) yang diambil
untuk masing-masing kelas. 3) Kebijakan diberikan pada interface yang spesifik
dan termasuk dalam menambahkan kebijakan untuk semua interface (global-in,
global-out atau global-total), ataupun untuk antrian parent tertentu. HTB
memungkinkan untuk membuat struktur antrian hirarki dan menentukan hubungan
antar antrian, seperti "parent-child" atau "child-child”. Ketika antrian memiliki
setidaknya satu child maka antrian child tersebut menjadi antrian pusat (inner
queue), semua antrian tanpa children atau leaf queue tidak akan dapat berjalan
dengan baik dikarenakan tidak sesuai dengan kebijakan dari HTB. Hal tersebut
dikarenakan leaf queue yang membuat terjadinya kebijakan pengalokasian trafik
berjalan dengan baik, inner queue hanya bertanggung jawab pada pendistribusian

trafik dan untuk semua leaf queue diperlakukan secara sama. Dalam RouterOS
perlu menentukan opsi pada parent untuk menetapkan antrian-antrian lain sebagai
child [4].
Dual Limitation pada setiap antrian pada HTB memiliki 2 rate limits yaitu:
1) Committed Information Rate (CIR) - (limit-at pada RouterOS) sebagai skenario
terburuk, yaitu minimum kecepatan yang akan didapatkan ketika jaringan dalam
kondisi sibuk. Apabila dalam jaringan sedang terjadi peningkatan trafik internet
(full traffic) maka meski terjadi kasus seperti itu masing-masing user tetap akan
mendapat jaminan kecepatan sebesar yang sudah ditentukan dalam CIR atau limitat. 2) Maximal Information Rate (MIR) - (max-limit pada RouterOS) sebagai
skenario terbaik, yaitu sebagai batas maksimum kecepatan yang bisa didapatkan
oleh user ketika jaringan internet sedang tidak sibuk. Rata-rata aliran trafik yang
didapatkan oleh setiap user bisa mencapai pada rate maksimum, ketika ada
antrian parent yang mempunyai bandwidth cadangan. Pertama limit-at (CIR) dari
semua antrian akan terpenuhi terlebih dahulu, kemudian child baru bisa mencoba
meminjam data rate yang diperlukan dari parent mereka dalam rangka untuk
mencapai max-limit (MIR) mereka. CIR akan diutamakan terlebih dahulu tidak
memperdulikan apapun yang terjadi bahkan jika max-limit parent terlampaui.
Fitur dual limitation ini dapat berkerja secara optimal dengan diperlukan sebuah
aturan seperti berikut ini: 1) Seluruh jumlah rate dari semua limit-at antrian
children harus lebih kecil atau sama dengan jumlah dari besar trafik yang tersedia

pada parent. 2) CIR(parent)* ≥ CIR(child1) + ... + CIR(childN), pada keterangan
(parent)* jika parent adalah main parent maka CIR(parent) = MIR(parent). 3)
Rate maksimum dari setiap child harus kurang atau setara dengan rate maksimum
dari parent. 4) MIR(parent) ≥ MIR(child1) & MIR(parent) ≥ MIR(child2) & ... &
MIR(parent) ≥ MIR(childN) [4].
Priority bertanggung jawab untuk mendistribusikan trafik yang tersisa dari
antrian parent kepada antrian child sehingga mereka mampu mencapai pada max4

limit mereka masing-masing. Antrian dengan prioritas yang lebih tinggi akan
mencapai max-limit sebelum antrian dengan prioritas yang lebih rendah. Prioritas
8 adalah prioritas terendah dan 1 adalah yang tertinggi. Prioritas hanya bekerja
dengan ketentuan: 1) Prioritas pada antrian pusat (inner queue) tidak akan berlaku
jika memiliki antrian leaf dan prioritas hanya berlaku pada leaf queue. 2) Jika
max-limit yang ditentukan spesifik (tidak 0) [4]. Metode HTB ini berperan dalam
menerapkan kebijakan pembagian bandwidth pada jaringan lokal (LAN) di kantor
guru pada tempat studi SMA Kristen 1 Salatiga.
Metode Per Connection Queue (PCQ) merupakan pengaturan manajemen
bandwidth yang bersifat massive dan dinamis. PCQ Classifier digunakan untuk
membuat sub-stream dengan menggunakan parameter src-address, dst-address,
src-port maupun dst-port. Kinerja dari classifier yaitu dengan menggunakan jenis

classifier yang dipakai untuk mengklasifikasikan arah koneksi. Classifier srcaddress atau src-port digunakan pada arah koneksi yang berasal dari jaringan user
dan menuju pada sumber koneksi internet, sedangkan classifier dst-address atau
dst-port digunakan pada arah koneksi yang bersumber dari internet dan menuju
pada jaringan user. Setiap paket stream yang berasal dari user ataupun dari
internet tersebut dibagi dan dikelompokan menjadi PCQ sub-stream sesuai
dengan jenis classifier yang digunakan [5].

Gambar 1 PCQ dengan pcq-rate=128 Kbps dan pcq-rate=0 [5]

PCQ Rate merupakan parameter yang dapat digunakan untuk membatasi
bandwidth maksimum yang bisa didapatkan oleh tiap sub-stream. Gambar 1
merupakan skenario ketika pendistribusian bandwidth yang memiliki max-limit
sebesar 512 Kbps dengan menggunakan parameter pcq-rate=128 Kbps. Parameter
tersebut membatasi alokasi bandwidth yang dapat diterima oleh setiap user yang
aktif sebesar 128 Kbps, meskipun max-limit yang tersedia adalah 512 Kbps. Rate
128 Kbps ini tidak akan berlaku ketika max-limit yang tersedia 512 Kbps jika
dibagi oleh jumlah user yang aktif dan hasilnya tidak dapat mencapai pada rate
yang telah ditentukan yaitu 128 Kbps. Contoh max-limit 512 Kbps jika dibagi
oleh 7 users yang aktif maka masing-masing user akan mendapatkan rate sebesar
5


73 Kbps. Parameter dengan pcq-rate=0 membuat user yang aktif mendapatkan
keseluruhan bandwidth yang tersedia, jika terdapat 2 users maka max-limit yang
tersedia akan dibagi oleh 2 users tersebut hingga seterusnya [5]. Metode PCQ
memiliki peran dalam pengalokasian bandwidth pada jaringan WLAN kantor guru
dimana terdapat jumlah user yang tidak menentu pada tempat studi kasus.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini berjudul
“Implementasi Quality of Service Dengan Metode HTB (Hierarchical Token
Bucket) Pada PT.Komunika Lima Duabelas” melakukan pengimplementasian
Quality of Service dengan menggunakan metode HTB. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengoptimalkan bandwidth yang tidak terpakai dengan tetap
menjaga keseimbangan antara paket-paket bandwidth yang ditawarkan. Penelitian
tersebut menghasilkan pada setiap kelas paket yang dibuat dapat memperoleh
bandwidth minimal pada CIR dan terjadi pemerataan bandwidth sesuai
prioritasnya disaat kondisi seluruh traffic paket penuh [6].
Pada penelitian yang berjudul “Implementasi Queue Tree untuk
Optimalisasi Manajemen Bandwidth Pada Seven Net Semarang” melakukan
manajemen bandwidth dengan menggunakan metode PCQ yang bertujuan untuk
mengoptimalkan bandwidth yang tersedia. Penelitian tersebut menghasilkan agar
bandwidth yang tersedia dapat didistribusikan dengan merata kepada setiap user

yang aktif dan bertujuan agar koneksi yang tersedia menjadi lebih stabil [7].
Penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisis Manajemen Bandwidth di
Stasiun Kertapati Palembang” melakukan analisis manajemen bandwidth dengan
mengunakan konsep PCQ pada tempat studi. Hasil dari penerapan konsep antrian
PCQ tersebut selanjutnya dianalisa dengan menggunakan parameter kualitas
pelayanan yaitu Lost, Delay, Jitter dan Throughput. Penelitian tersebut
menghasilkan perbandingan keadaan sebelum diterapkan manajemen bandwidth
dan setelah diterapkan dengan menggunakan parameter kualitas pelayanan [2].
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dilakukan penelitian pembangunan dan penerapan sistem manajemen bandwidth
dengan metode HTB dan PCQ. Metode tersebut digunakan untuk menjaga
kualitas dari bandwidth yang tersedia kepada semua pengguna yang aktif.
Penelitian ini dilakukan pada jaringan LAN dan WLAN di kantor guru SMA
Kristen 1 Salatiga. Perbedaan dari penelitian sebelumnya, manajemen bandwidth
ini menerapkan kebijakan pengklasifikasian pada jenis trafik browsing,
download, video streaming dan main priority yang terdiri dari daftar jenis trafik
yang paling diutamakan. Klasifikasi jenis trafik tersebut dapat memberikan
prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan para guru pada tempat studi. Prioritas ini
bertujuan untuk mengatasi permasalahan dominasi bandwidth antar pengguna
dan bermacam-macam jenis trafik data ketika berjalan bersamaan. Sistem
manajemen bandwidth ini dibangun pada Mikrotik RouterBoard.
6

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam membangun sistem manajemen
bandwidth dengan metode queue tree HTB dan PCQ ini menggunakan metode
penelitian PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize).
Metode penelitian ini memiliki 6 tahapan pengerjaan yang saling berkaitan antara
aktivitas satu dengan lainnya dan menjadi siklus yang akan berjalan terusmenurus hingga mencapai tujuan yang diraih. Tahapan-tahapan tersebut terdiri
mulai dari tahap Persiapan, Rencana, Desain, Implementasi, Operasional dan
Optimalisasi [8].

Gambar 2 Tahap Siklus PPDIOO [8]

Tahapan siklus PPDIOO pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Prepare : Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi dalam
strategi pengembangan jaringan, ataupun dalam mengidentifikasi permasalahan
yang ada. 2) Plan : Proses mengamati kondisi jaringan yang ada dan memastikan
jaringan tersebut dapat mendukung dengan sistem yang diusulkan. Hasil
identifikasi dari pengamatan tersebut menjadi dasar perencanaan sistem.
3) Design : Informasi yang telah diperoleh dari tahap persiapan dan perencanaan
menjadi dasar dalam perancangan sistem yang dibangun. Sebuah desain harus
selaras dengan tujuan yang ingin dibangun, mendukung ketersediaan yang tinggi
dan kehandalan. Hasil desain termasuk diagram jaringan, topologi jaringan dan
daftar peralatan-peralatan. 4) Implement : Tahap dilakukan implementasian yang
meliputi pada proses instalasi, konfigurasi dan penerapan semua hal yang telah
direncanakan sesuai dengan spesifikasi desain dan analisis yang telah dilakukan
sebelumnya. 5) Operate : Pada tahap ini dilakukan tahap pengujian sistem yang
telah dibangun. Kemudian dilakukan pengamatan dari kinerja sistem, deteksi
kesalahan dan kekurangan dalam sistem. 6) Optimize : Ketika perancangan dan
pengujian sistem telah dilakukan pada tahap sebelumnya maka tahap optimalisasi
memungkinkan untuk memperbaiki masalah kinerja dari sistem, sehingga
mencapai pada hasil yang ingin dicapai [8]. Berikut merupakan tahapan dalam
7

membangun sistem manajemen bandwidth pada tempat studi kasus di SMA
Kristen 1 Salatiga dengan menggunakan tahapan pada siklus PPDIOO.
Pada tahap persiapan merupakan kegiatan pengumpulan informasi kondisi
jaringan pada tempat studi. Kegiatan observasi dilakukan dalam memperoleh
informasi dengan mengamati lalu lintas trafik jaringan dari tempat studi dan
melakukan wawancara kepada guru yang bertanggung jawab di bidang IT di SMA
Kristen 1 Salatiga. Dalam tahap ini telah didapatkan informasi mengenai apa saja
yang dibutuhkan dalam membangun sistem manajemen bandwidth. Informasi
tersebut meliputi dari jumlah pengguna yang ada, IP address yang digunakan,
besar bandwidth yang dimiliki, peralatan-peralatan yang diperlukan dan hasil dari
identifikasi permasalahan yang ada.
Kondisi jaringan yang terdapat pada tempat studi saat ini dapat
mendukung dengan sistem yang diusulkan, dikarenakan penerapan pengembangan
sitem terjadi pada pembuatan kebijakan, optimalisasi dan konfigurasi pada router
Mikrotik. Tahap perencanaan dalam membangun sistem ini menggunakan sebuah
metode pengaturan bandwidth yaitu metode antrian HTB yang diterapkan pada
jaringan LAN di tempat studi meliputi pada ruangan TU, BK, kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan kantor guru. Metode ini diterapkan pada jaringan LAN
dikarenakan dapat dipastikan mendapatkan jaminan bandwidth pada saat jaringan
padat dengan skenario terburuk yaitu semua pengguna aktif menggunakan
jaringan internet.
Metode antrian penggabungan PCQ dan HTB diterapkan pada jaringan
WLAN pada kantor guru dikarenakan jumlah pengguna yang tidak menentu. Pada
penggabungan ini PCQ bertindak sebagai antrian pembagian bandwidth secara
otomatis berdasarkan pengguna yang aktif. Metode HTB berperan sebagai
struktur prioritas pada kelas trafik paket yang dibangun. Penerapan perbedaan
metode pada jaringan tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi jaringan
yang terdapat pada tempat studi, dengan struktur antrian HTB pada setiap
pengguna maka jaminan bandwidth yang diperoleh pada jaringan LAN
menjadi pasti. Pengguna pada jaringan WLAN mendapatkan jaminan bandwidth
berdasarkan dengan jumlah pengguna yang aktif.
Namun persamaan pada kedua jaringan tersebut dengan menerapkan
klasifikasi trafik prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan aktivitas akses para guru
pada tempat studi. Keseluruhan aktivitas akses para guru tersebut dikelompokan
menjadi 4 klasifikasi trafik prioritas yang terdiri dari kelas browsing, download,
streaming dan main priority (terdiri dari daftar jenis trafik yang paling
diutamakan). Hal tersebut bertujuan ketika jaringan dalam keadaan sibuk ataupun
ketika suatu pengguna menjalankan aktivitas jenis trafik data yang berbeda secara
bersamaan, mencegah terjadinya dominasi antar trafik dan menjaga aktivitas akses
internet dari pengguna tersebut dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Hal ini
8

dilakukan agar jaringan LAN ataupun WLAN pada seluruh penggunanya dapat
menerima output bandwidth yang optimal. Perencanaan ini merupakan bagian
dalam pengimplementasian membangun sistem manajemen bandwidth.
Tahap perancangan dalam membangun sistem manajemen bandwidth ini
menggunakan informasi pada tahap sebelumnya dan terdiri dari informasi berikut.
Pada lokasi tempat studi telah didapatkan informasi mengenai ruangan-ruangan
mana saja yang telah terhubung dengan jaringan internet maupun yang tidak
terhubung, IP address yang digunakan dan berapa banyak pengguna yang
terhubung dengan jaringan. Informasi pada Tabel 1 merupakan gambaran kondisi
dari tempat studi saat ini dan menjadi dasar perancangan dari sistem yang
dibangun. Informasi pada tabel tersebut juga dapat digunakan untuk memperjelas
dalam pembacaan topologi jaringan yang terdapat pada tempat studi.
Tabel 1 Kondisi lokasi ruangan di SMA Kristen 1 Salatiga
Nama Ruang
Kantor TU

User
5
1

Kantor Guru

2
10+

Alamat IP
192.168.4.7 192.168.4.11
192.168.4.1

Fungsi
Tempat pengelolaan administrasi
sekolah, server keuangan dan
router gateway

Akses
Internet
Intranet/LAN/
Gateway

192.168.4.12
192.168.4.13
192.168.4.100 192.168.4.150

Tempat kerja guru

Internet
Intranet/LAN/
WLAN

Ruang Wakil
Kepala Sekolah

2

192.168.4.2
192.168.4.3

Tempat server nilai dan client
untuk input data

Internet
Intranet/LAN

Ruang Kepala
Sekolah

1

192.168.4.4

Ruang kerja kepala sekolah

Internet
Intranet/LAN

Ruang BK

2

192.168.4.5
192.168.4.6

Tempat input data siswa

Internet
Intranet/LAN

Ruang Lab TI

30

192.168.3.1 192.168.3.30

Tempat praktikum dan
pembelajaran

Intranet/LAN

Ruang Perpustakaan

4

192.168.2.1 192.168.2.4

Perpustakaan dan tempat akses
informasi

Internet/LAN

Ruang Multimedia

15

192.168.1.1 192.168.1.15

Tempat multimedia

Intranet/LAN

Gambar 3 merupakan topologi jaringan yang terdapat pada tempat studi
dan lingkup tempat dalam penelitian ini mencakup pada ruangan TU, BK, kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan ruangan kantor guru. Semua ruangan tersebut
terhubung dengan jaringan LAN melalui switch yang terdiri dari 10 users dan 2
servers, pada kantor guru terdapat jaringan WLAN yang terhubung melalui access
point dan semua jaringan tersebut terhubung dengan Mikrotik RouterBoard.
Jaringan WLAN pada kantor guru memiliki jumlah user yang tidak menentu dan
ketika pada jam sibuk terdapat lebih dari 10 users yang aktif. Total bandwidth
yang tersedia dari ISP Telkom Speedy sebesar 3 Mbps dan dialokasikan pada
jaringan LAN sebesar 1,5 Mbps serta pada jaringan WLAN sebesar 1,5 Mbps.
9

Gambar 3 Topologi SMA Kristen 1 Salatiga

Permasalahan yang terjadi pada tempat studi adalah dominasi bandwidth
antar pengguna dan bandwidth yang didapat oleh setiap pengguna tidak merata
sehingga berdampak pada kegagalan akses yang dilakukan oleh para guru
dikarenakan bandwidth yang diterima terlalu kecil. Permasalahan aktivitas akses
website yang menyangkut pada pekerjaan dan pembelajaran yang seharusnya
lebih dibutuhkan justru mengalami gangguan dikarenakan aktivitas trafik lain
serta peningkatan trafik jaringan pada jam padat. Permasalahan tersebutlah yang
menjadi dasar perancangan sistem manajemen ini dibangun untuk menjadi solusi
dalam mangatasi permasalahan.
Perancangan ini memiliki langkah-langkah dalam membangun sistem
manajemen bandwidth yaitu: 1) Langkah membuat pondasi dari sistem ini dengan
pembuatan mangle pada firewall yang ada pada router Mikrotik. Peran dari
mangle disini melakukan penandaan pada setiap trafik koneksi atau paket yang
melalui router. 2) Penandaan koneksi pada setiap sumber interface dan dibedakan
mana trafik upstream (aliran trafik dari jaringan pengguna menuju sumber
internet) dan downstream (aliran trafik dari sumber internet menuju jaringan
pengguna) dengan parameter chain. Chain berfungsi untuk menentukan jenis
trafik yang akan diatur pada firewall. 3) Penandaan paket dari aliran koneksi yang
telah ditandai sebelumnya. Hasil dari penandaan paket tersebut menjadi pusat
untuk trafik yang dapat diberlakukan berbagai macam rule secara spesifik.
4) Penandaan pada setiap pengguna yang terhubung pada jaringan LAN dan
diperlukan untuk mendefinisikan setiap pengguna yang terhubung. Jaringan
WLAN dengan jumlah pengguna yang dinamis tidak memerlukan pendefinisian
pengguna tersebut dan dapat menggunakan hasil dari parameter pusat penandaan
paket. 5) Pengklasifikasian jenis trafik pada sistem ini terdiri dari 4 kelas trafik
yaitu kelas trafik browsing diterapkan pada mangle dengan pencocokan parameter
protocol TCP dan bersumber dari port 80 dan 443 dengan connection-bytes dari
0b - 1Mb. Kelas trafik download menggunakan parameter list jenis ekstensi file
10

dan menggunakan parameter yang sama seperti browsing dan dibedakan pada
connection-bytes dari 1Mb - tak terbatas. Kelas trafik streaming berdasarkan dari
parameter list website video services dan dari media videoplayback. Kelas trafik
main priority terdiri dari daftar akses website yang menjadi kebutuhan utama oleh
para guru seperti pada Tabel 2 dan memiliki prioritas tertinggi dari kelas trafik
lain. Keterangan GTK adalah alamat dari list website Guru Tenaga Kependidikan.
Penentuan urutan prioritas pada kelas-kelas tersebut dilakukan berdasarkan
kebutuhan akses yang lebih diutamakan bagi para guru.
Tabel 2 Daftar dari kelas Main Priority
Nama
Main Priority

URL
ubk.kemdikbud.go.id, mutasi.sdm.kemdikbud.go.id, gtk.kemdikbud.go.id,
dikdasmen.kemdikbud.go.id, paspor.simpkb.id, smakristen1sltg.sch.id

E-Learning

belajar.kemdikbud.go.id, konten.elearning.id

GTK

223.27.144.195:8081, 223.27.144.195:8082 - 223.27.144.195:8086

6) Tahap antrian pada queue tree, tahap ini semua pengkelasan trafik sebelumnya
diberi kebijakan pengaturan bandwidth dengan parameter CIR dan MIR. Prioritas
juga diberlakukan pada tahap ini sesuai dengan perancangan yang telah dibuat.
Gambar 4 berikut merupakan gambaran dari alur proses berjalannya
metode HTB dan juga metode penggabungan PCQ dan HTB yang diterapkan
dalam router sesuai dengan rule yang telah dibuat. Alur dari flowchart ini seperti
penjelasan urutan langkah dari perancangan yang dibangun. Pertama aliran trafik
ketika memasuki interface router akan diklasifikasi apakah trafik tersebut
merupakan trafik upstream atau downstream. Jika trafik tersebut merupakan trafik
upstream akan diklasifikasi dari global-in dan aliran tersebut apakah berasal dari
interface LAN atau WLAN. Proses bagian A dari flowchart, semua sumber
interface yang akan menuju ke sumber koneksi internet dilakukan penandaan
(mark-connection), setelah itu hasil dari parameter penandaan koneksi dilanjutkan
dengan penandaan paket (mark-packet).
Sumber trafik dari LAN dilakukan proses penandaan kembali berdasarkan
masing-masing IP address pengguna, untuk mendefinisikan setiap pengguna yang
terhubung (src-address). Sumber trafik pada WLAN dalam tahap antrian dapat
langsung menggunakan hasil parameter penandaan paket dari aliran koneksi
sebelumnya. Antrian pada jaringan LAN menggunakan hasil parameter dari tiap
pengguna dan pada tahap ini merupakan tahap pendistribusian bandwidth yang
telah diberi kebijakan CIR dan MIR. Trafik yang merupakan trafik downstream
akan diklasifikasi dari global-out dan aliran trafik ini berasal dari sumber internet
dan menuju ke jaringan LAN dan WLAN. Aliran trafik tersebut juga diberi
penandaan yang bersumber dari interface ISP (mark-connection) dan hasil dari
parameter penandaan tersebut ditandai kembali dengan penandaan paket (markpacket). Penandaan paket inilah yang menjadi sumber dari pengklasifikasian pada
11

jaringan WLAN dan sedangkan untuk jaringan LAN penandaan paket ini
dilanjutkan terlebih dahulu pada penandaan pada setiap IP address pengguna
dengan menggunakan parameter dst-address.

Gambar 4 Desain Flowchart dari Sistem Manajemen Bandwidth

Proses bagian B pada flowchart, dimana pada tahap ini dilakukan
pengklasifikasian jenis trafik untuk jaringan LAN. Penandaan dari tiap pengguna
dilakukan dan hasil dari parameter tersebut diklasifikasi menjadi 4 kelas trafik
yaitu main priority, streaming, download, dan browsing seperti yang telah
dijelaskan pada tahap perancangan. Alur trafik yang masuk akan dicocokan
apakah telah sesuai dengan parameter rule main priority, jika cocok akan
dilanjutkan pada proses antrian main priority. Ketika trafik tersebut tidak sesuai
akan dilanjutkan pada pencocokan parameter selanjutnya yaitu pada kelas trafik
streaming dan download, jika cocok akan dilanjutkan pada tahap antrian kelas
tersebut. Kemudian jika trafik tidak sesuai dengan semua parameter sebelumnya
akan masuk pada proses pencocokan dengan parameter browsing dan dilanjutkan
12

pada tahap antrian. Proses bagian C dari flowchart memiliki penjelasan yang sama
pada alur proses pencocokan pada jaringan LAN, yang membedakan dari jaringan
LAN bahwa dalam proses antriannya menggunakan metode antrian PCQ dan
untuk struktur prioritas menggunakan metode queue tree HTB.
Tabel 3 Desain pembagian bandwidth Queue Tree HTB
Traffic
Downstream

Upstream

Class
Total Bandwidth
Per User (Total 10 Users)
Main Priority

Priority
1

Limit-At
153 Kbps
63 Kbps

Max-Limit
1536 Kbps
384 Kbps
352 Kbps

Browsing
Streaming

2
3

30 Kbps
30 Kbps

304 Kbps
288 Kbps

Download

4

30 Kbps

256 Kbps

Total Bandwidth
Per User (Total 10 Users)

-

100 Kbps

1024 Kbps
256 Kbps

Kebijakan CIR dan MIR pada tahap antrian dalam pembagian bandwidth
untuk jaringan LAN ditentukan pada Tabel 3. Total bandwidth yang dimiliki pada
jaringan LAN sebesar 1536 Kbps. Perhitungan yang diperoleh pada jaminan
bandwidth (limit-at) untuk tiap user dengan melakukan perhitungan pada skenario
terburuk, yaitu pada jaringan sibuk dan jumlah maksimal dari para guru aktif pada
saat bersamaan sehingga diperoleh perhitungan (1536 Kbps / 10 User = 153
Kbps), sebagai jaminan bandwidth yang dimiliki oleh setiap user. Perhitungan
bandwidth maksimal (max-limit) yang dapat diperoleh untuk setiap user dengan
menggunakan perhitungan pada skenario terbaik yaitu pada saat jaringan tidak
sibuk. Dalam situasi tersebut jumlah minimal para guru yang menggunakan
internet pada saat bersamaan sebanyak 4 guru sehingga diperoleh perhitungan
(1536 Kbps / 4 User = 384 Kbps), sebagai total keseluruhan suatu user dapat
menggunakan bandwidth yang tersedia. Penerapan max-limit pada tiap kelas
tersebut berdasarkan dari informasi hasil wawancara yang telah diperoleh bahwa
jumlah maksimal penggunaan secara simultan pada jaringan LAN terdapat 6
pengguna ketika jam padat, maka diperoleh dari (1536 Kbps / 6 User = 256 Kbps)
sehingga jumlah bandwidth tersebut menjadi nilai terkecil dari kelas max-limit.
Pemberian kebijakan CIR pada trafik main priority, browsing, streaming
dan download menggunakan perhitungan dari jaminan bandwidth yang tersedia
dikelompokan menjadi 4 kelas dengan menyesuaikan urutan prioritas berdasarkan
tingkat kebutuhan aktivitas akses internet para guru. Kelas main priority memiliki
alokasi bandwidth sebesar (153 Kbps x 40% = 61 Kbps), kelas browsing,
streaming dan download memiliki masing-masing alokasi bandwidth sebesar (153
Kbps x 20% = 30 Kbps) pada tiap kelas tersebut. Batas minimal ini hanya berlaku
pada saat jaringan benar-benar sibuk, yaitu pada saat jumlah maksimal user aktif
dan ketika suatu user hanya menggunaka 1 aktivitas kelas paket saja misal
13

browsing maka walaupun jaringan sesibuk apapun masih mendapatkan jaminan
bandwidth sebesar 153 Kbps. Hal tersebut berlaku untuk semua kelas trafik paket,
tetapi jika user tersebut menggunakan 2 aktivitas yang berbeda seperti browsing
dan streaming maka limit-at pada masing-masing kelas trafik akan terpenuhi
terlebih dahulu yaitu browsing 30 Kbps dan streaming 30 Kbps, kemudian sisa
dari bandwidth yang tersedia 93 Kbps akan diberikan pada prioritas tertinggi.
Skenario tersebut merupakan kinerja dari prioritas pada jaringan LAN dengan
memanfaatkan sisa bandwidth yang tersedia untuk diberikan kepada kelas trafik
yang memilki prioritas tertinggi hingga mencapai max-limit mereka.
Tabel 4 Desain pembagian bandwidth Queue Tree PCQ
Traffic
Downstream

Upstream

Class
Total Bandwidth
All Users Main Priority
All Users Browsing
All Users Streaming
All Users Download
Total Bandwidth

Priority
1
2
3
4
-

Limit-At
614 Kbps
307 Kbps
307 Kbps
307 Kbps
-

Max-Limit
1536 Kbps
1536 Kbps
1536 Kbps
1536 Kbps
1536 Kbps
1024 Kbps

PCQ-Rate
0
512 Kbps
256 Kbps
192 Kbps
256 Kbps

Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan WLAN di kantor guru ditentukan
pada Tabel 4, serta dirancang berdasarkan jumlah pengguna yang aktif
menggunakan akses internet. Pembagian dari jaminan bandwidth untuk kelas
trafik main priority dengan mengambil 40% dari total bandwidth (1536 Kbps x
40% = 614 Kbps), untuk kelas trafik browsing, streaming, dan download
memiliki masing-masing alokasi bandwidth sebesar (1536 Kbps x 20% = 307
Kbps) pada setiap kelasnya. Penerapan prioritas pada metode PCQ tidak dapat
berlaku seperti prioritas pada HTB, maka pada metode HTB dimanfaatkan dari
struktur antriannya dengan pemberian prioritas berdasarkan jaminan yang akan
diperoleh untuk semua user. Metode PCQ ini berperan dalam proses antrian
pembagian bandwidth berdasarkan sumber PCQ classifier yang dibuat.
Parameter pcq-classifier yang digunakan pada trafik downstream
menggunakan parameter dst-address dan untuk trafik upstream menggunakan
parameter src-address. Jaminan tersebut berlaku jika jaringan mengalami kondisi
sibuk dan sesuai kinerja dari PCQ, jika limit-at sebesar 614 Kbps maka akan
dibagi rata oleh jumlah user yang aktif menggunakan jenis trafik main priority
tersebut. Tetapi ketika jaringan tidak sibuk maka bandwidth yang tersedia dapat
dimanfaatkan berdasarkan batasan maksimal dari pcq-rate.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menghasilkan sistem manajemen bandwidth yang
dapat berfungsi menjaga kualitas bandwidth untuk didistribusikan kepada semua
pengguna yang aktif, baik pengguna pada jaringan LAN ataupun WLAN di
14

tempat studi sesuai dengan perancangan sistem yang telah dibangun. Tahap awal
dalam pengimplementasian sistem ini dengan membangun mangle pada firewall
router Mikrotik, dengan tujuan mendefinisikan setiap paket yang terdapat pada
aliran sumber koneksi yang terhubung pada router agar dapat diproses menjadi
lebih spesifik.

Gambar 5 Tampilan Mangle pada Winbox Mikrotik

Gambar 5 merupakan tampilan awal dalam membangun mangle pada
Winbox Mikrotik. Gambar tersebut adalah proses penandaan trafik koneksi dan
paket dari setiap sumber interface yang terhubung pada router di tempat studi
yang meliputi pada jaringan LAN, WLAN dan ISP. Penandaan in-interface=LAN
dan WLAN ini dilakukan untuk menangkap lalu lintas trafik dari semua pengguna
yang terhubung pada kedua jaringan tersebut dan menjadi sumber dari aliran trafik
upload. Trafik upload tersebut merupakan aliran trafik yang berasal dari jaringan
pengguna LAN atau WLAN dan menuju pada sumber koneksi internet. Parameter
yang digunakan dalam penandaan tersebut adalah action=mark-connection
berfungsi untuk melakukan tindakan penandaan koneksi dan action=mark-packet
berfungsi menandai setiap paket pada aliran koneksi yang telah ditandai tersebut.
Parameter chain=prerouting berfungsi untuk menentukan jenis trafik yang akan
diatur dan parameter ini menandai aliran trafik koneksi yang akan masuk kedalam
router dan melewati router.
Penandaan trafik koneksi dan paket pada out-interface=ISP merupakan
penandaan aliran trafik download yang berasal dari aliran trafik sumber koneksi
internet dan menuju pada jaringan interface pengguna baik pada jaringan LAN
ataupun WLAN. Parameter penandaan pada trafik download menggunakan
chain=forward, dimana parameter ini menandai aliran trafik koneksi yang akan
keluar masuk melalui router. Tahap selanjutnya dengan membangun mangle
untuk mendefinisikan setiap user yang terdapat pada jaringan LAN di tempat
studi. Penandaan dilakukan pada tiap user berdasarkan IP address dengan
parameter src-address sebagai penandaan trafik upload yang berasal dari user
traffic request, sedangkan untuk parameter dst-address sebagai penandaan trafik
download, yaitu trafik yang berasal dari sumber koneksi internet dan menuju ke
15

setiap IP address pengguna. Proses penandaan yang telah dibangun berdasarkan
out-interface=ISP dan tiap user pada jaringan LAN, selanjutnya paket tersebut
diklasifikasi menjadi 4 kelas trafik yaitu main priority, browsing, download dan
streaming sesuai dengan perancangan yang telah dibuat.

Gambar 6 Pendefinisian klasifikasi Download, Streaming dan Main Priority

Klasifikasi paket tersebut harus didefinisikan terlebih dahulu didalam fitur
Layer7 Protocol pada firewall agar dapat berjalan sebelum menuju pada proses
mangle. Gambar 6 merupakan penerapan klasifikasi paket pada router dan proses
pada Layer7 Protocol tersebut digunakan dalam mangle sehingga dapat
mengklasifikasi jenis paket download, streaming dan main priority.

Gambar 7 Tampilan Mangle pengklasifikasian jenis paket untuk jaringan LAN

Gambar 7 merupakan pengklasifikasian jenis paket dengan menggunakan
parameter yang telah dibuat sebelumnya pada fitur Layer7 Protocol. Hal ini
diterapkan agar tiap jenis paket yang sudah diklasifikasi dapat diberi kebijakan
pengaturan bandwidth dengan parameter CIR dan MIR, selain itu hasil dari
pengklasifikasian paket tersebut dapat digunakan untuk pemberian prioritas.
Metode PCQ membagi bandwidth yang tersedia secara merata dan adil
berdasarkan output interface ISP sehingga pada Gambar 8 mangle untuk antrian
16

PCQ cukup dengan mendefinisikan 1 rule pada tiap klasifikasi, dikarenakan diluar
IP address yang telah didefinisikan pada jaringan LAN maka semua aktivitas
akses internet akan masuk pada antrian PCQ.

Gambar 8 Tampilan Mangle pengklasifikasian jenis paket untuk jaringan WLAN

Ketika proses mangle pada kedua jaringan LAN dan WLAN telah
dibangun dan dapat berjalan sesuai dengan rule yang telah dibuat, maka tahap
selanjutnya masuk pada tahap pengimplementasian antrian pada queue tree.
Antrian berperan untuk mendistribusikan bandwidth yang tersedia, sesuai dengan
perancangan yang telah dibuat dengan memberikan kebijakan CIR dan MIR.

Gambar 9 Tampilan Queue Tree HTB pada jaringan LAN

Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan LAN tersebut mengacu pada Tabel
3 Desain pembagian bandwidth Queue Tree HTB. Gambar 9 merupakan struktur
antrian HTB dengan mengambil contoh dari 3 users antrian pada jaringan LAN.
Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan WLAN di kantor guru mengacu pada
Tabel 4 Desain pembagian bandwidth Queue Tree PCQ. Gambar 10 merupakan
struktur antrian HTB dan PCQ untuk jaringan WLAN pada tempat studi.
Penentuan kebijakan CIR dan MIR pada Gambar 9 dan Gambar 10 berdasarkan
17

pada tahap perancangan yang telah dijelaskan dan gambar tersebut merupakan
hasil dari pengimplementasian rule dari perancangan yang telah dibangun.

Gambar 10 Tampilan Queue Tree HTB+PCQ pada jaringan WLAN

Ketika pada tahap mangle dan queue tree telah selesai dibangun maka
masuk pada tahap pengujian untuk melihat apakah sistem yang telah dibangun
dapat mencapai pada hasil yang diharapkan. Identifikasi permasalahan yang telah
diperoleh pada tempat studi sebelumnya yaitu terjadi dominasi bandwidth antar
pengguna, aktivitas akses yang penting dan yang seharusnya diutamakan justru
terganggu oleh aktivitas trafik lain.

Gambar 11 Permasalahan dominasi bandwidth pada tempat studi

Permasalahan yang ada tersebut dilakukan pengujian dengan sistem yang
telah dibangun dan dalam memantau permasalahan yang terjadi pada tempat studi,
digunakan sebuah software live traffic Attix5, software ini mampu memantau
trafik pada jaringan secara real time dan akurat. Pada Gambar 11 merupakan
tampilan terjadinya permasalahan dimana trafik downstream pada setiap user
tidak mendapatkan bandwidth secara merata, terjadi dominasi bandwidth dan
terjadi saling berebutnya bandwidth yang tersedia. Pengujian ini dilakukan
dengan cara pemantauan kembali menggunakan software yang sama terhadap
permasalahan yang ada dengan menggunakan sistem yang telah dibangun.
Pengujian juga dilakukan pada semua jenis klasifikasi trafik yang telah
18

diterapkan, apakah dapat menangkap trafik dari masing-masing jenis kelas trafik
tersebut. Hasil dari pengujian ini untuk melihat apakah sistem yang telah
dibangun dapat mencapai hasil yang ingin dicapai.

Gambar 12 Hasil pengujian kembali dari sistem yang telah diterapkan

Gambar 12 merupakan tampilan penerapan rule manajemen bandwidth
yang telah dibangun dan diterapkan pada Mikrotik RouterBoard. Pengujian
dilakukan dengan mengambil dari 6 users yang aktif, pada saat user tersebut
melakukan berbagai macam aktivitas pada kelas main priority, browsing,
streaming ataupun download. Hasil dari pengujian tersebut diperoleh bahwa pada
masing-masing user yang aktif telah mendapatkan jumlah bandwidth yang merata
dan sudah tidak terjadi dominasi bandwidth ataupun saling berebut bandwidth
yang tersedia, sehingga membuat kestabilan akses internet dari user pun terjamin.
Gambar 13 menunjukkan klasifikasi jenis trafik yang telah dibangun dapat
menangkap aktivitas akses yang dilakukan oleh user. Aktivitas tersebut ditandai
pada penggunaan trafik yang berjalan pada setiap kelas, yang teridiri dari kelas
trafik main priority, browsing, streaming dan download. Hasil dari sistem yang
telah dibangun ini dapat memprioritaskan kebutuhan aktivitas akses yang lebih
diutamakan oleh para guru pada tempat studi dengan mengutamakan pada kelas
trafik main priority.

Gambar 13 Hasil dari jenis trafik dapat ditangkap oleh masing-masing kelas

19

5. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
dengan penerapan manajemen bandwidth menggunakan metode HTB pada
jaringan LAN dapat memberikan jaminan bandwidth secara pasti berdasarkan CIR
dan MIR yang telah ditentukan. Metode PCQ yang diterapkan pada jaringan
WLAN menyesuaikan dengan kondisi pengguna yang tidak menentu, sehingga
jaminan bandwidth berdasarkan jumlah pengguna yang aktif menggunakan
koneksi internet. Jaminan yang diterapkan pada kedua metode tersebut menjaga
dari terjadinya dominasi bandwidth antar pengguna walaupun pada kondisi jam
sibuk pada tempat studi, sehingga dapat menjaga penggunaan akses internet dapat
dilakukan sesuai kebutuhan oleh para guru. Pengklasifikasian yang dibangun
dapat memberikan trafik prioritas pada kondisi jaringan sibuk ataupun ketika
suatu pengguna melakukan berbagai macam aktivitas akses yang berbeda secara
bersamaan. Pada tahap pengujian dapat dilihat bahwa sistem yang telah dibangun
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan perancangan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan permasalahan yang ada, penerapan kebijakan sistem manajemen
bandwidth dengan menggunakan metode queue tree HTB dan PCQ ini dapat
membantu dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kondisi jaringan
yang terdapat pada sekolah SMA Kristen 1 Salatiga.
6. Daftar Pustaka
[1] Haimi Ardiansyah, 2011, “Pengaruh Pembatasan Bandwidth Terhadap
Peforma Jaringan”.
[2] Edy Noviansa, 2016, “Analisis Manajemen Bandwidth Di Stasiun Kertapati
Palembang”.
[3] Ardhitya, Arse Irawhan, 2013, “Ebook Pengertian dan Penjelasan Mikrotik”.
[4] https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:HTB. (Diakses pada tanggal 15
Februari 2017 pukul 08.44 WIB).
[5] https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:Queues_-_PCQ. (Diakses pada tanggal
15 Februari 2017 pukul 10.18 WIB).
[6] Yunus Arifin, 2012, “Implementasi Quality of Service Dengan Metode
HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada PT.Komunika Lima Duabelas”.
[7] Bagus Akhmad Gunawan, 2014, “Implementasi Queue Tree untuk
Optimalisasi Manajemen Bandwidth Pada Seven Net Semarang”.
[8] Occhiogrosso, Stephen, J, The Cisco PPDIOO Life Cycle, http://ccie-ornull.net/tag/ppdioo/. (Diakses pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 03.11
WIB).

20

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25