(5) Persona Grata & Persona Non Grata
“ Add your company slogan ”
Persona Grata &
Persona Non Grata
Masitoh Indriani, SH., LL.M
Faculty of Law Universitas Airlangga
LOGO
Contents
1
Latar belakang
2
Persona Grata
3
Persona Non Grata & Dekalarasi
4
Penolakan Calon Duta Besar
Latar Belakang
§ Hubungan diplomatik dalam konsep hubungan
internasional merupakan suatu tindakan politis
negara-negara dalam melaksanakan fungsinya
melalui kerjasama internasional
§ Asas2 dalam hubungan LN
ü
ü
ü
ü
Kesamaan derajat / kesetaraan
Saling menghormati
Saling memberikan manfaat
Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri
masing-masing
§ Landasan Teoritik à Pembukaan
Hubungan diplomatik
1) legacy of right atau legasi aktif yang
merupakan hak suatu negara untuk
menempatkan accreditation wakilnya ke
negara penerima.
2) rights of legation atau legasi pasif yang
artinya kewajiban negara menerima
perwakilan asing.
§ Namun, dalam perspektif hubungan
internasional kontemporer, tidak ada
kewajiban suatu negara untuk menerima
agen/ perwakilan diplomatik dari negara
pengirim. à penempatan perwakilan
diplomatik dipertimbangkan secara politis
sesuai dengan keuntungan yang akan
dicapai keduanya (mutual understanding).
§ Landasan Yuridis
Konvensi Wina 1961 à “the establishment
of diplomatic relations between states, and
of permanent diplomatic missions, take
place by mutual consent.”
à bahwa disebutkan adanya mutual
consent atau kesepakatan kedua belah
pihak.
à Mutual Consent à Article 4 - 21
§ Negara pengirim tidak serta merta dapat dengan
bebas menempatkan perwakilan diplomatiknya
di negara penerima sesuai dengan kehendak
negara pengirim.
§ Harus ada kesepakatan diantara kedua belah
pihak dalam rangka menentukan mulai dari
penempatan perwakilan diplomatik, persetujuan
siapa yang akan menjadi wakil di negara
penerima (persona grata), besarnya jumlah
agen diplomatic, hingga kapan berakhirnya
sebuah hubungan diplomatik.
Persona Grata
§ Jika suatu negara telah menyetujui pembukaan
hubungan diplomatik dengan dengan negara
lain melalui suatu instrumen atas dasar asas
timbal balik (principle reciprocity) dan asas
saling menyetujui (principle mutual consent)
§ Negara –negara tersebut sudah harus
memikirkan pembukaan suatu perwakilan
diplomatik dan penyusunan keanggotaan
perwakilan tersebut, baik dalam tingkatannya
maupun jumlah anggota staf perwakilan yang
telah disetujui bersama atas dasar asas yang
wajar dan pantas (principle reasonable and
normal)
§ Pengangkatan anggota staf perwakilan diplomatik oleh
negara pengirim (Sending State) pada umumnya
memerlukan persetujuan dari negara penerima
(Receiving State), karena negara pengirim dapat secara
bebas mengangkatnya dan cukup hanya
memberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri
negara peerima melalui nota diplomatik mengenai
nama, kedudukan, pangkat diplomatiknya, anggota
keluarganya, dan tanggal kedatangannya.
§ Pengecualian à pengangkatan Duta Besar dan Atase
Pertahanan yang memerlukan persetujuan terlebih
dahulu sebagai orang-orang yang dapat diterima untuk
memangku jabatan-jabatan tersebut (persona grata).
§ Oppenheim à pengangkatan perwakilan diplomatik tidak
menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seseorang supaya dapat diangkat menjadi seorang duta
atau konsul, à semua persyaratan ditentukan sendiri
oleh tiap-tiap negara.
§ Sir Harold Nicholson (Diplomacy) à seorang diplomat
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Kejujuran (truthfulness),
b) Ketelitian (precision),
c) Ketenangan (calm),
d) Temperamen yang baik (good temper),
e) Kesabaran dan kesederhanaan (patience and
modesty),
f) Kesetiaan (loyalty).
Prosedur Persona Grata
à Pengangkatan seorang Duta Besar di suatu
negara penerima oleh negara pengirim terlebih
dahulu harus dimintakan persetujuan
(agrément) dari negara penerima à CV à
Surat-surat Kepercayaan (Letters of Credence
atau Lettre de Creance atau Credentials ) à
mengirimkan Duta Besarnya ke negara
penerima à Duta Besar baru untuk memastikan
bahwa surat penarikan Duta Besar yang lama
(letter of recall) à diterima + bertemu Kepala
Negara à copie figure (copie d’usage)
àOFFICIALLY
“Kepala Perwakilan dianggap telah memulai
tugasnya di negara penerima pada saat ia
telah menyerahkan surat-surat
kepercayaannya atau setelah ia
memberitahukan kedatangannya dan telah
menyerahkan sabuah salinan dari suratsurat kepercayaan aslinya kepada Menteri
Luar Negeri negara penerima….”
Mutual Consent
Privileges and Immunities
Akan tetapi…..
à meskipun pejabat diplomatik
mendapatkan kekebalan dan
keistimewaan diplomatik yang diatur
dalam Konvensi wWina 1961 tentang
hubungan diplomatik tidak dapat dihukum
karena melakukan pelanggaran terhadap
hukum negara penerima.
PERSONA NON GRATA
Persona Non Grata
§ Article 9 (1) Konvensi Wina 1961
§ “the receiving state may at any time and without
having to explain it decision, notify the
sending state that the head of the mission or any
member of the diplomatic staff of the mission is
‘persona non grata’ or that ‘any other member of
the staff is not acceptable..”.
§ meskipun tanpa alasan sekalipun negara
penerima (receiving state) dapat dengan tegas
menolak agen diplomatic negara pengirim
(sending state)
Deklarasi Persona Non Grata
§ Setiap negara mempunyai hak menolak
untuk menerima seorang pejabat
diplomatik, apakah atas dasar sifat
pribadinya atau latar belakang
sebelumnya, misalnya jika ia dikenal
pernah menanamkan rasa sentiment yang
bernada kebencian atau permusuhan
terhadap negara tempat ia akan daingkat
sebagai Kepala Perwakilan dari
perwakilan diplomatik.
§ Karena itu, ia dapat dinyatakan ditolak karena
sifatnya terhadap negara tempat ia akan
diangkat, atau dalam bahasa Latin dinyatakan
dengan jelas sebagai ex eo ob quod mittitur à
diplomatik bagi negara penerima untuk tidak
menerimanya (deklarasi persona non grata)
§ Penolakan agrément bagi seorang calon Duta
Besar oleh negara penerima tidak perlu
diberikan alasan apapun, sebaliknya negara
pengirim juga tidak perlu untuk menanyakan
alasan penolakan untuk memberikan agrément
tersebut.
Perbuatan-perbuatan tersebut adalah:
1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para diplomat
asing yang dianggap bersifat politis maupun subversif
dan bukan bukan saja dapat merugikan kepentingan
nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu
negara penerima.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut jelas-jelas
melanggar peraturan hukum dan peraturan perundangundangan negara penerima.
3. Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
kegiatan spionase yang dapat dianggap mengganggu
baik stabilitas maupun keamanan internasional negara
penerima.
Penolakan Calon Duta Besar
§ Penolakan agrément bagi seorang calon Duta Besar
oleh negara penerima tidak perlu diberikan alasan
apapun, sebaliknya negara pengirim juga tidak perlu
untuk menanyakan alasan penolakan untuk memberikan
agrément tersebut.
§ Article 9 (1) + (2) à “The receiving State is not obliged to
give reasons to the sending State for a refusal of
agreement”
§ Alasan-alasan penolakanà
1. Jika calon tersebut dianggap dapat
mengganggu hak kedaulatan negara di mana ia
akan diakreditasikan, karena sikap pribadinya
juga yang disangsikan; seperti halnya dalam
kasus Duke of Buckingham, sebagai calon Duta
Besar Inggris di Perancis ditolak oleh
Pemerintah Perancis, ia terbukti “sangat
menjengkelkan” (proved obnoxious) terhadap
Pemerintah Perancis, karena dianggap telah
mencintai Ratu Perancis selama kunjungannya
di Paris sebelumnya.
2. Jika menunjukkan rasa permusuhan (hostile act)
baik terhadap rakyat maupun lembaga di negara
tempat ia akan diakreditasikan.
E.g Mr. Keiley, calon Duta Besar AS di Italia
pada tahun 1885 tempat ia telah ditolak oleh
Pemerintah Italia karena pada tahun 1881, ia
memprotes aneksasi Papal State oelh Italia. Dan
ketika Pemerintah AS mengangkatnya ke
Austria sebagai Duta Besar, juga kemudian
ditolak karena istrinya seorang Yahudi.
3. Jika ia menjadi pokok persoalan di negara
penerima dan negara akreditasi tersebut
tidak mau memberikan kepada calon
tersebut kekebalan-kekebalan sebagai
calon Duta Besar
“ Add your company slogan ”
LOGO
Persona Grata &
Persona Non Grata
Masitoh Indriani, SH., LL.M
Faculty of Law Universitas Airlangga
LOGO
Contents
1
Latar belakang
2
Persona Grata
3
Persona Non Grata & Dekalarasi
4
Penolakan Calon Duta Besar
Latar Belakang
§ Hubungan diplomatik dalam konsep hubungan
internasional merupakan suatu tindakan politis
negara-negara dalam melaksanakan fungsinya
melalui kerjasama internasional
§ Asas2 dalam hubungan LN
ü
ü
ü
ü
Kesamaan derajat / kesetaraan
Saling menghormati
Saling memberikan manfaat
Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri
masing-masing
§ Landasan Teoritik à Pembukaan
Hubungan diplomatik
1) legacy of right atau legasi aktif yang
merupakan hak suatu negara untuk
menempatkan accreditation wakilnya ke
negara penerima.
2) rights of legation atau legasi pasif yang
artinya kewajiban negara menerima
perwakilan asing.
§ Namun, dalam perspektif hubungan
internasional kontemporer, tidak ada
kewajiban suatu negara untuk menerima
agen/ perwakilan diplomatik dari negara
pengirim. à penempatan perwakilan
diplomatik dipertimbangkan secara politis
sesuai dengan keuntungan yang akan
dicapai keduanya (mutual understanding).
§ Landasan Yuridis
Konvensi Wina 1961 à “the establishment
of diplomatic relations between states, and
of permanent diplomatic missions, take
place by mutual consent.”
à bahwa disebutkan adanya mutual
consent atau kesepakatan kedua belah
pihak.
à Mutual Consent à Article 4 - 21
§ Negara pengirim tidak serta merta dapat dengan
bebas menempatkan perwakilan diplomatiknya
di negara penerima sesuai dengan kehendak
negara pengirim.
§ Harus ada kesepakatan diantara kedua belah
pihak dalam rangka menentukan mulai dari
penempatan perwakilan diplomatik, persetujuan
siapa yang akan menjadi wakil di negara
penerima (persona grata), besarnya jumlah
agen diplomatic, hingga kapan berakhirnya
sebuah hubungan diplomatik.
Persona Grata
§ Jika suatu negara telah menyetujui pembukaan
hubungan diplomatik dengan dengan negara
lain melalui suatu instrumen atas dasar asas
timbal balik (principle reciprocity) dan asas
saling menyetujui (principle mutual consent)
§ Negara –negara tersebut sudah harus
memikirkan pembukaan suatu perwakilan
diplomatik dan penyusunan keanggotaan
perwakilan tersebut, baik dalam tingkatannya
maupun jumlah anggota staf perwakilan yang
telah disetujui bersama atas dasar asas yang
wajar dan pantas (principle reasonable and
normal)
§ Pengangkatan anggota staf perwakilan diplomatik oleh
negara pengirim (Sending State) pada umumnya
memerlukan persetujuan dari negara penerima
(Receiving State), karena negara pengirim dapat secara
bebas mengangkatnya dan cukup hanya
memberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri
negara peerima melalui nota diplomatik mengenai
nama, kedudukan, pangkat diplomatiknya, anggota
keluarganya, dan tanggal kedatangannya.
§ Pengecualian à pengangkatan Duta Besar dan Atase
Pertahanan yang memerlukan persetujuan terlebih
dahulu sebagai orang-orang yang dapat diterima untuk
memangku jabatan-jabatan tersebut (persona grata).
§ Oppenheim à pengangkatan perwakilan diplomatik tidak
menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seseorang supaya dapat diangkat menjadi seorang duta
atau konsul, à semua persyaratan ditentukan sendiri
oleh tiap-tiap negara.
§ Sir Harold Nicholson (Diplomacy) à seorang diplomat
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Kejujuran (truthfulness),
b) Ketelitian (precision),
c) Ketenangan (calm),
d) Temperamen yang baik (good temper),
e) Kesabaran dan kesederhanaan (patience and
modesty),
f) Kesetiaan (loyalty).
Prosedur Persona Grata
à Pengangkatan seorang Duta Besar di suatu
negara penerima oleh negara pengirim terlebih
dahulu harus dimintakan persetujuan
(agrément) dari negara penerima à CV à
Surat-surat Kepercayaan (Letters of Credence
atau Lettre de Creance atau Credentials ) à
mengirimkan Duta Besarnya ke negara
penerima à Duta Besar baru untuk memastikan
bahwa surat penarikan Duta Besar yang lama
(letter of recall) à diterima + bertemu Kepala
Negara à copie figure (copie d’usage)
àOFFICIALLY
“Kepala Perwakilan dianggap telah memulai
tugasnya di negara penerima pada saat ia
telah menyerahkan surat-surat
kepercayaannya atau setelah ia
memberitahukan kedatangannya dan telah
menyerahkan sabuah salinan dari suratsurat kepercayaan aslinya kepada Menteri
Luar Negeri negara penerima….”
Mutual Consent
Privileges and Immunities
Akan tetapi…..
à meskipun pejabat diplomatik
mendapatkan kekebalan dan
keistimewaan diplomatik yang diatur
dalam Konvensi wWina 1961 tentang
hubungan diplomatik tidak dapat dihukum
karena melakukan pelanggaran terhadap
hukum negara penerima.
PERSONA NON GRATA
Persona Non Grata
§ Article 9 (1) Konvensi Wina 1961
§ “the receiving state may at any time and without
having to explain it decision, notify the
sending state that the head of the mission or any
member of the diplomatic staff of the mission is
‘persona non grata’ or that ‘any other member of
the staff is not acceptable..”.
§ meskipun tanpa alasan sekalipun negara
penerima (receiving state) dapat dengan tegas
menolak agen diplomatic negara pengirim
(sending state)
Deklarasi Persona Non Grata
§ Setiap negara mempunyai hak menolak
untuk menerima seorang pejabat
diplomatik, apakah atas dasar sifat
pribadinya atau latar belakang
sebelumnya, misalnya jika ia dikenal
pernah menanamkan rasa sentiment yang
bernada kebencian atau permusuhan
terhadap negara tempat ia akan daingkat
sebagai Kepala Perwakilan dari
perwakilan diplomatik.
§ Karena itu, ia dapat dinyatakan ditolak karena
sifatnya terhadap negara tempat ia akan
diangkat, atau dalam bahasa Latin dinyatakan
dengan jelas sebagai ex eo ob quod mittitur à
diplomatik bagi negara penerima untuk tidak
menerimanya (deklarasi persona non grata)
§ Penolakan agrément bagi seorang calon Duta
Besar oleh negara penerima tidak perlu
diberikan alasan apapun, sebaliknya negara
pengirim juga tidak perlu untuk menanyakan
alasan penolakan untuk memberikan agrément
tersebut.
Perbuatan-perbuatan tersebut adalah:
1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para diplomat
asing yang dianggap bersifat politis maupun subversif
dan bukan bukan saja dapat merugikan kepentingan
nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu
negara penerima.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut jelas-jelas
melanggar peraturan hukum dan peraturan perundangundangan negara penerima.
3. Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
kegiatan spionase yang dapat dianggap mengganggu
baik stabilitas maupun keamanan internasional negara
penerima.
Penolakan Calon Duta Besar
§ Penolakan agrément bagi seorang calon Duta Besar
oleh negara penerima tidak perlu diberikan alasan
apapun, sebaliknya negara pengirim juga tidak perlu
untuk menanyakan alasan penolakan untuk memberikan
agrément tersebut.
§ Article 9 (1) + (2) à “The receiving State is not obliged to
give reasons to the sending State for a refusal of
agreement”
§ Alasan-alasan penolakanà
1. Jika calon tersebut dianggap dapat
mengganggu hak kedaulatan negara di mana ia
akan diakreditasikan, karena sikap pribadinya
juga yang disangsikan; seperti halnya dalam
kasus Duke of Buckingham, sebagai calon Duta
Besar Inggris di Perancis ditolak oleh
Pemerintah Perancis, ia terbukti “sangat
menjengkelkan” (proved obnoxious) terhadap
Pemerintah Perancis, karena dianggap telah
mencintai Ratu Perancis selama kunjungannya
di Paris sebelumnya.
2. Jika menunjukkan rasa permusuhan (hostile act)
baik terhadap rakyat maupun lembaga di negara
tempat ia akan diakreditasikan.
E.g Mr. Keiley, calon Duta Besar AS di Italia
pada tahun 1885 tempat ia telah ditolak oleh
Pemerintah Italia karena pada tahun 1881, ia
memprotes aneksasi Papal State oelh Italia. Dan
ketika Pemerintah AS mengangkatnya ke
Austria sebagai Duta Besar, juga kemudian
ditolak karena istrinya seorang Yahudi.
3. Jika ia menjadi pokok persoalan di negara
penerima dan negara akreditasi tersebut
tidak mau memberikan kepada calon
tersebut kekebalan-kekebalan sebagai
calon Duta Besar
“ Add your company slogan ”
LOGO