SKRIPSI PGSD FKIP

Rangga Sudarma

SKRIPSI
PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN KOSAKATA DENGAN
PERMAINAN TEKA-TEKI BERGAMBAR SISWA KELAS I
SDN 01 ULAK KARANG SELATAN PADANG

OLEH:
RANGGA SUDARMA
NPM. 0710013411020

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2011

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Rangga Sudarma

PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama

: RANGGA SUDARMA

NPM

: 0710013411020

Program Studi

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul

: Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan
Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN
01 Ulak Karang Selatan Padang

Padang, Agustus 2011

Disetujui untuk Diuji
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Syofiani, M.Pd


Dra. Niniwati, M.Pd

Mengetahui
Dekan

Dr. Marsis, M.Pd

Ketua Program Studi

Dra. Zulfa Amrina, M.Pd

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama

: RANGGA SUDARMA


NPM

: 0710013411020

Program Studi

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan

: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul

: Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan

Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN
01 Ulak Karang Selatan Padang

Padang,

Agustus 2011

Disetujui untuk Diuji
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Syofiani, M.Pd.

Dra. Niniwati, M.Pd.

Mengetahui
Dekan

Dr. Marsis, M.Pd


Ketua Program Studi

Dra. Zulfa Amrina, M.Pd

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

ABSTRAK
Rangga Sudarma. Skripsi. 2011, “Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata
dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I
SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang”. Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.
Kurangnya kesempatan siswa untuk mengalami proses pembelajaran bahasa
sesuai dengan perkembangan daya pikirnya membuat situasi pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah kaku. Kondisi seperti itu melatarbelakangi penelitian ini, di
samping keluhan yang disampaikan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan
Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang mengikuti pembelajaran bahasa

Indonesia dengan baik. Indikatornya terlihat dari beberapa siswa melakukan
aktivitas lain pada saat guru menjelaskan materi pelajaran yang berdampak pada
hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Nilai siswa pada semester I tahun
pelajaran 2010-2011 dengan rata-rata 6,8, dan masih terdapat 34% siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM sekolah 6,5.
Penelitian ini bertujuan untuk menawarkan alternatif strategi pembelajaran
yang dapat menciptakan kreativitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya bidang kosakata, dengan memanfaatkan permainan teka-teki
bergambar. Berdasarkan kajian teori perkembangan dan membelajaran bahasa
siswa yang dikemukakan beberapa pakar disajikan sebuah pembelajaran bahasa
Indonesia yang memprioritaskan pengembangan kosakata melalui penerapan
permainan teka-teki bergambar. Konsep teka-teki yang dipaparkan oleh
Danandjaja adalah sebuah permainan kata untuk menebak jawaban kata,
dipaparkan dalam bentuk aturan tertentu (kalimat lisan, tulisan dan gambar) yang
mendeskripsikan tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Berpadukan
materi ajar dengan pola kompetisi permainan edukasi yang dilakukan secara
bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan belajar siswa karena proses belajar
sambil bermain cocok diterapkan pada siswa kelas rendah, dan diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
sesuai dengan proses pemerolehan bahasa yang dialaminya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
secara kolaboratif dan partisipan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap
siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I
SDN 01 Ulak Karang Selatan, Padang yang berjumlah 38 orang. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas
siswa, lembar pengamatan guru dan tes hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa
pada siklus I adalah 70,62 dengan persentase ketuntasan belajar 60% dan rata-rata
nilai siswa siklus II adalah 83,91 dengan persentase ketuntasan belajar 86%. Dari
hasil analisis lembar observasi aktivitas siswa diperoleh rata-rata persentase dari
observer pada siklus I sebesar 64,5% sedangkan pada siklus II rata-rata persentase
yang diperoleh dari observer adalah 80%. Dengan demikian pelaksanaan
pembelajaran kosakata bahasa Indonesia melalui permainan teka-teki bergambar
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karuniaNya dan atas usaha penulis skripsi dengan judul “Peningkatan Proses
Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I
SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mendapati gelar Sarjana
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, dorongan dan petunjuk dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1.

Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. sebagai pembimbing I.

2.

Ibu Dra. Niniwati, M.Pd. sebagai Pembimbing II sekaligus Penasehat
Akademik.


3.

Ibu Dra. Zulfa Amrina, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta.

4.

Bapak Dr. Marsis, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bung Hatta.

5.

Ibu Dra. Henny Del Roza selaku Kepala Sekolah SDN 01 Ulak Karang
Selatan Padang.

6.

Ibu Listina, A. Md, Guru Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan
Padang.


Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

7.

Rekan-rekan seperjuangan serta adik-adik angkatan, atas segala bentuk
dukungan, doa, dan dorongan yang membuat semangat tak pernah
padam.

8.

Semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil yang
tak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amin. Skripsi ini adalah usaha maksimal penulis. Namun, jika masih ditemukan
kekurangan penulis berharap kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca demi
kesempurnaan isi skripsi ini.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Padang, Agustus 2011

Penulis

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR ISI
Pengesahan Pembimbing…………………………………………………………... Nomor
Pengesahan Ujian…………………………………………………………………..
Abstrak………………………………………………………………………….......
Kata Pengantar……………………………………………………………………...
Daftar Isi……………………………………………………………………………
Daftar Tabel………………………………………………………………………...
Daftar Lampiran……………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………
B. Batasan Masalah……………………………………………………………
C. Perumusan Masalah……………………………...…………………………
D. Tujuan Penelitian…………………………………………………………...
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………….
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN………………………………………………
A. Kajian Teori………………………………………………………………...
1. Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa....................
2. Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD................
3. Teka-Teki……………………………………………………………….
4. Gambar……….……………………………………………………...…
5. Permainan Teka-Teki Bergambar……….............................................
6. Tinjauan Aktivitas Guru………………………………………………..
7. Tinjauan Aktivitas Siswa………. ….…………………………………..
B. Kerangka Konseptual………………………………………………………

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Halaman

Rangga Sudarma

C. Hipotesis Tindakan…………………………………………………………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………….
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………..
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………………………………………………
C. Prosedur Penelitian…………………………………………………………
D. Indikator Keberhasilan……………………………………………………..
E. Instrumen Penelitian………………………………………………………..
F. Teknik Analisis Data……………………………………………………….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
A. Deskripsi Data……………………………………………………………..
1. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………………………
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………………...………….
B. Pembahasan………………………………………………………………...
1. Aktivitas Belajar Siswa………………………………………………...
2. Hasil Belajar Siswa……………………………………………………..
3. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Tekateki Bergambar…………………………………………………………
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tahap perkembangan Bahasa Anak …………………………

Nomor

Tabel 2 : Aktivitas Siswa Yang Akan Diamati ………………....………

Halaman

Tabel 3 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I………………………
Tabel 4 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I……………
Tabel 5 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus I……………………………
Tabel 6 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus II……………………
Tabel 7 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II……………
Tabel 8 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus II……………………………

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……...........................

Lampiran 2

: Lembar Teka-teki Bergambar…............…………………………...

Lampiran 3

: Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar..............................................

Lampiran 4

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…............................

Lampiran 5

: Lembar Teka-teki Bergambar...........................................................

Lampiran 6

: Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar...............................................

Lampiran 7

: Hasil Ujian bahasa Indonesia siswa Semester I Tahun 2010-2011..

Lampiran 8

: Pembagian Kelompok Siswa dalam Permainan Teka-teki Bergambar......................................................................................................

Lampiran 9

: Cerita keluarga Tiara.........................................................................

Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 1.................
Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 2.................
Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 1...............
Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 2...............
Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 1..................
Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 2..................
Lampiran 16 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 1.................
Lampiran 17 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 2.................
Lampiran 18 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar I…………………………………
Lampiran 19 : Insrumen Hasil belajar I……………………...…………………….
Lampiran 20

: Pedoman Jawaban Tes I…………………………………………

Lampiran 21 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar II…...……………………………
Lampiran 22 : Insrumen Hasil belajar II…….………………..…………………...

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Lampiran 23

: Pedoman Jawaban Tes II………..…………………………………

Lampiran 24 : Hasil Ujian Siswa…………………………………………………
Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian………………………………………………..
Lampiran 26

: Surat Keterangan Selesai Penelitian……………………………….

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi kehidupan manusia.

Dalam berbagai macam situasi, bahasa dimanfaatkan untuk menyampaikan
sebuah gagasan berbagai hal baik yang dirasakan, difikirkan, dialami, maupun
diangankan oleh seseorang yang dituangkan secara lisan ataupun tulis.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membuat kedudukan bahasa menjadi
hal yang sangat penting dalam interaksi antarsesama manusia. Dengan bahasa,
akan mempermudah kelangsungan hidupnya.
Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku yang menetap di beberapa
pulau sehingga menimbulkan keragaman dalam berkomunikasi, khususnya bahasa
lisan. Setidaknya terdapat tiga jenis bahasa yang sama-sama digunakan oleh
masyarakat meskipun situasi pemakaiaan dan jumlah penuturnya berbeda-beda.
Ketiga jenis bahasa itu adalah bahasa ibu biasanya bahasa daerah, bahasa nasional
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing. Penggunaan bahasa daerah biasanya
digunakan hanya sebagai sarana komunikasi antar warga dalam lingkup daerah
tertentu saja, sehingga timbullah kendala dalam berkomunikasi apabila di suatu
daerah terdapat kumpulan warga yang menguasai bahasa daerah yang berbeda.
Untuk

itulah

dibutuhkan

bahasa

yang

dapat

menjembatani

kesulitan

berkomunikasi antar daerah dan sekaligus mempersatukan masyarakat yaitu
bahasa Indonesia.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Pernyataan tekad kebahasaan dalam kesatuan nasional diikrarkan pada
tanggal 28 Oktober 1928 pada salah satu butir Sumpah Pemuda yang berbunyi,
“kami putra dan purti Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia” (Mustakim, 1994:9). Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, hambatan komunikasi yang disebabkan berbeda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa daerah dapat teratasi dengan bahasa pemersatu yaitu bahasa
Indonesia.
Pada pasal 36 dalam UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia” (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2008:10). Kalimat itu, juga menegaskan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki kedudukan
yang sangat kuat yang digunakan dalam urusan kenegaraan dan urusan tata
pemerintahan. Sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, usaha pelestarian,
pembinaan, dan mengembangan bahasa Indonesia menjadi tanggung jawab setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan bahasa Indonesia yang
baik dan benar seyogianya mendapat perhatian dan penanganan sungguhsungguh.
Dalam Ketetapan MPR 1978 dan 1983 dinyatakan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar. Disamping itu, pengajaran bahasa Indonesia
perlu ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakupi semua lembaga pendidikan
dan menjangkau masyarakat luas (Mustakim, 1994:13). Dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 juga ditegaskan bahwa sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, dipandang sebagai salah satu tempat yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

mempunyai peranan penting untuk melaksanakan tugas tersebut (Mustakim,
1994:13).
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah pada hakikatnya merupakan salah
satu sarana dalam rangka mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia yang terarah dan terprogram. Oleh karena itu, melalui proses
pengajaran

bahasa

Indonesia,

diharapkan

peserta

didik/siswa

memiliki

kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar sesuai dengan tujuan atau keperluan berkomunikasi dan konteks
pemakaiannya sehingga pada gilirannya siswa benar-benar dapat menguasai dan
mampu berbahasa secara aktif (berbicara dan menulis) maupun reseptif
(menyimak dan membaca).
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kualitas keterampilan berbahasa
siswa baik secara aktif maupun reseptif sangat tergantung dengan kualitas dan
kuantitas kosakata bahasa Indonesia yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata
yang dimiliki, maka semakin terampillah siswa dalam berbahasanya (Tarigan,
1986:3).
Penguasaan

kosakata pada usia

sekolah

sangatlah penting dan

merupakan dasar untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Hastuti
dalam Chasanah (2008:14) menyatakan

bahwa

pentingnya

penguasaan

kosakata adalah “Agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu
menggunakannya dalam tindak berbahasa baik itu menyimak, berbicara,
membaca maupun menulis”.
Untuk itulah, pengembangan kosakata siswa perlu diperhatikan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Guru seyogianya merancang pembelajaran yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

dapat mengembangan kosakata bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran.
Kurangnya perhatian guru akan hal itu akan berdampak buruk terhadap
kemampuan berbahasa siswa.
Pada saat penulis melakukan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) di
SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang pada tanggal 19 Juli 2010, penulis langsung
mengidentifikasi problematika pengembangan kosakata bahasa Indonesia di
sekolah tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan penulis untuk langsung
melakukan observasi saat PLK, karena SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
merupakan salah satu sekolah unggul yang berada di kota Padang. Posisi sekolah
yang berlokasi di tepi jalan utama kota Padang membuat sekolah ini menjadi
akses yang terjangkau bagi masyarakat, sehingga sekolah ini menjadi pilihan
utama untuk bersekolah. Karena sekolah ini hanya menerima satu kelas untuk
setiap angkatannya maka untuk bersekolah di SDN 01 Ulak Karang Padang
diadakan seleksi yang ketat.
Sekolah yang dipandang unggul tidak menjadi jaminan terjadinya proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang opitimal. Hal itu ditemukan penulis saat
melakukan PLK. Dari hasil wawancara dan keluhan yang disampaikan guru kelas
I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang
mengikuti pembelajaran dengan baik pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Hal itu
terlihat dari beberapa siswa yang melakukan aktivitas lain saat guru menjelaskan
materi pelajaran, seperti berbicara dengan teman sebangku dan mengganggu
konsentrasi temannya yang ingin belajar sehingga kelas cenderung gaduh dan
tidak kondusif. Hasil belajar siswa pun kurang baik. Rendahnya hasil belajar
siswa dilihat dari nilai rata-rata ulangan semester I siswa kelas I SDN 01 Ulak

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Karang Selatan Padang tahun pelajaran 2010-2011 yang memperoleh nilai ratarata 6,8 dan masih terdapat 34% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
sekolah 6,5.
Rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
dimungkinkan karena kurangnya perhatian guru terhadap pengembangan kosakata
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penguasaan kosakata yang tidak memadai,
membuat situasi siswa kurang terampil dalam berbahasa reseptif (menyimak dan
membaca) sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu,
keterbatasan kosakata juga membuat siswa kurang terampil dalam berbahasa aktif
(berbicara dan menulis) sehingga membuat aktivitas belajar siswa menjadi tidak
optimal.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran bahasa
saat ini diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya kongkrit
dalam aplikasi pembelajaran di kelas.
Anak di kelas permulaan (usia 6 - 8 tahun) berada pada fase bermain,
dengan bermain anak akan senang belajar, semakin anak senang maka semakin
banyak yang diperolehnya. Permainan belajar dapat menciptakan atmosfir
menggembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang
dalam memberikan banyak sumbangan. Permainan memiliki peranan penting
dalam perkembangan kognitif dan sosial anak, karena bermain dapat mendorong
imajinasi anak, menambah daya ingat, dan kesempatan menalar. Permainan
dapat diterapkan dalam semua bidang studi, seperti matematika, ilmu sosial,
IPA, bahasa dan lain sebagainya.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian tindakan kelas di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang. Penulis
mencoba mengembangkan suatu alternatif agar terciptanya proses pembelajaran
bahasa Indonesia yang sesuai dengan proses perkembangan kebahasaan anak.
Dengan memprioritaskan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia, penulis
mencoba mengembangkan pembelajaran melalui penerapan permainan teka-teki
bergambar.
Teka-teki adalah sebuah permainan kata untuk menebak sebuah kosakata
yang dipaparkan dalam bentuk aturan kalimat lisan atau tulisan tertentu, seperti
deskripsi tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Selain itu dengan
memadukan dengan media gambar dapat menimbulkan kreativitas siswa yang
beragam dalam menjawab dan mendeskripsikan sebuah kata. Bermain teka-teki
kata menggunakan media bantu gambar secara bersama-sama dapat meningkatkan
kegairahan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Penulis memilih judul “Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata Bahasa
Indonesia dengan Menggunakan Teka-Teki Bergambar Pada Siswa Kelas I SDN
01 Ulak Karang Padang”, karena di dalam proses belajar-mengajar di kelas
tersebut masih belum menggunakan permainan ini dalam pembelajarannya.

B.

Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup yang akan diteliti dan keterbatasan waktu,

tenaga serta kemampuan penulis, serta agar penelitian ini lebih terarah dan
mencapai tujuan, maka penelitian ini dibatasi:

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1.

Aktivitas siswa dilihat dari aspek oral activities, writing activities, visual
activities dan emosional activities.

2.

Aktivitas guru dilihat dari aspek keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya (dasar,
lanjut dan penguatan), dan keterampilan mengelola kelas.

3.

Hasil belajar yang dilihat dari aspek kognitif.

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:
1.

Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01
Ulak Karang Selatan Padang?

2.

Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang?

3.

Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang?

D.

Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

1.

Meningkatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah
Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.

2.

Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar
Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.

3.

Meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak
Karang Selatan Padang.

E.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.

Guru
a.

Sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran secara variatif
guna memaksimalkan kemampuan peserta didik.

b.

Meningkatkan suasana aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran di kelas.

2.

Siswa
a.

Dapat meningkatkan penguasaan kosakatanya.

b.

Dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar, sehingga lebih kreatif
dan lebih menguasai kosakata bahasa Indonesia dalam pembelajaran.

3.

Penulis
a.

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai acuan untuk
melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.

b.

Sebagai upaya dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan.

4.

Sekolah

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

a.

Memberikan masukan kepada sekolah tentang perlunya meningkatkan
kemampuan

guru

dalam

menggunakan

permaianan

teka-teki

bergambar dalam pembelajaran di kelas rendah.
b.

Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah khususnya
peningkatan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat
dikembangkan dengan permaianan teka-teki bergambar sebagai upaya
menunjang peningkatan hasil belajar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.

Kajian Teori

1.

Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Ken Goodman dalam Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa suatu teka-teki

yang sulit dijawab berkenaan dengan belajar anak. Suatu ketika, anak-anak
tampak sudah belajar bahasa, tetapi juga kadang-kadang kelihatan sukar.
Dalam kesehariannya, ketika siswa berada di luar sekolah, siswa mampu dan
dapat belajar bahasa dengan baik seperti memahami ujaran yang disampaikan
orang lain ataupun melontarkan ujaran bermakna kepada orang lain dalam waktu
relatif singkat tanpa ada tekanan dan paksaan. Berbeda dengan belajar bahasa di
sekolah, siswa selalu menemukan kesulitan yang kadang-kadang dapat
menghasilkan keadaan yang membosankan dalam belajar bahasa siswa.
a.

Perkembangan Bahasa Anak
Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan

terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Grasia
dalam

Krisanjaya (1998)

dalam Hartati (2006:47)

menyatakan

bahwa

pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri kesinambungan,
memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana
menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan
bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan
kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang aneh seperti: “mamam”

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

atau “maem” untuk makan, hal itu menandai tahap pertama perkembangan bahasa
formal.
Perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, perkembangan ini disebut
fase bunyi dan makna yang kisaran usianya antara 9-16 bulan. Bayi yang berumur
satu tahun sudah mulai menggunakan bahasa, walaupun satu kata. Kata-katanya
sederhana yang mudah dimengerti secara kongkrit. Anak sudah biasa
mengucapkan kata benda seperti mama, papa, meong, maam, dan lain-lain.
Tarigan (1986:12) juga menambahkan bahwa:
Pada umumnya, mitra komunikasi anak menafsirkan maksud
tuturannya dengan sesuatu yang menyertai aktivitas anak itu dan
unsur-unsur non-linguistik lainya seperti gerak isyarat, ekspresi, dan
benda yang ditunjuk anak.
Setelah fase bunyi dan makna, kisaran umur 16-24 bulan, anak sudah
memasuki fase tata bahasa dan dialog. Anak sudah mampu menggunakan bunyi
makna untuk menyampaikan maksud dan tujuannya, seperti: “itu binatang”; “itu
bonekaku”. Kalau kita perhatikan tuturan anak di fase ini, hanya kata-kata penting
yang sering muncul. Tidak ada dalam tuturan kata tugas (kata depan, kata
sambung, kata penghubung), dan imbuhan. Sementara itu, untuk mengacu kepada
diri dan orang lain biasanya anak menggunakan nama diri dan gelar seperti:
Bapak, Ibu, Aku, dan sebagainya (Tarigan, 1986:13).
Selanjutnya fase usia 24 bulan dan seterusnya yaitu teks, yaitu ketika anak
sudah mampu memilih-milih kata untuk dijadikan sebuah naskah utuh serta sudah
bisa membedakan informasi baru dengan informasi yang sudah usang. Seperti:
“Itu matahari-itu api”; “Masih main boneka, saya segera datang, Bu” (Tarigan,
1986:13).

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Hal yang sama disampaikan Piaget (dalam Gusnetti, 2009:6) menyatakan
bahwa perkembangan bahasa anak terdiri atas beberapa tahapan pokok, yaitu: (1)
sensorimotori, (2) Praoperasional, (3) operasional. Untuk lebih jelas, dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 1: Tahap perkembangan Bahasa Anak
Fase-fase
Perkembangan
Fase-fase
perkembangan
umur
perkembangan kognitif
kebahasaan
Periode sensorimotori.
Fase fonologi. Anak
Anak memanipulasi
bermain dengan bunyiobjek di lingkungannya
bunyi bahasa mulai
Lahir-umur 2 tahun
dan mulai membentuk
mengoceh, sampai
konsep.
menyebutkan kata-kata
sederhana.
Periode praoperasinal.
Fase sintaksis. Anak
Anak memahami pikiran menunjukkan
Usia 2 sampai 7
simbolik, tetapi belum
kesadaran gramatis,
tahun
dapat berfikir logis.
berbicara menggunakan
kalimat.
Fase semantik. Anak
Periode operasional.
Anak dapat berfikir logis dapat membedakan
Usia 7 sampai 11
mengenai benda-benda
kata sebagai simbol dan
tahun
kongrit.
kosep yang terkandung
dalam kata.

Dengan demikian, tahap perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas tiga
tahapan berbahasa yaitu: (1) tahap satu kata yang berupa bunyi dan makna suatu
bahasa, (2) tahap dua kata yang agak kompleks berupa dialog singkat bersifat
telegrafik, ujaran yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, dan
(3) tahap banyak kata ketika anak sudah biasa membuat tuturan panjang yang tata
bahasanya lebih teratur.
Pada tahap-tahap perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan
sistem bahasa yang dipelajarinya berupa: (1) Fonologi, yaitu pengetahuan tentang
pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

bermakna. (2) Gramatikal, yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsur
tuturan. (3) Semantik leksikal, yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu
pada suatu hal. (4) Pragmatik, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa
dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.
b.

Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Anak SD
Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa anak melibatkan

dua keterampilan, yaitu keterampilan untuk menghasilkan tuturan secara spontan
dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Artinya, dalam konteks ini, yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
berbahasa anak.
Setiap anak yang lahir normal secara fitrah sudah dilengkapi oleh perangkat
pemerolehan bahasa; oleh Chomsky dalam Resmini (2006:48) alat itu dinamakan
Language Acquisition Device (LAD). LAD berpotensi untuk mengolah data
secara alamiah (bekal kodrati) sehingga anak berpotensi untuk menguasai bahasa.
Dengan kata lain, pemerolehan bahasa seseorang tidak tergantung menurut
intelegensinya. Betapa pun rendahnya intelegensi manusia (kecuali bila ada cacat
tertentu), dia tetap saja akan dapat berbahasa (Soejono, 2000:14).
Krashen dan Terrell dalam Tola (1990) dalam Resmini (2006:47)
menyatakan bahwa pemerolehan bahasa yang dialami oleh anak terjadi melalui
dua cara yaitu melalui pemerolehan dan melalui pembelajaran.
Melalui pemerolehan bahasa, ditandai oleh beberapa hal yaitu:
1)

Berlangsung dalam situasi informal, tanpa beban dan di luar sekolah.

2)

Dilakukan tanpa sadar.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

3)

Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna.
Artinya, yang terpenting dalam proses ini adalah kesediaan lingkungan

bahasa. Dengan cara ini, pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari atau di
bawah sadar, yakni seseorang telah terlibat di dalam situasi proses pemerolehan
bahasa, yang biasanya disebut sebagai pemerolehan bahasa pertama (Gusnetti,
2009:2).
Sedangkan melalui pembelajaran, biasa disebut sebagai pemerolehan
bahasa kedua (B2) dan bahasa asing yaitu pemerolehan bahasa yang dilakukan
seseorang secara sadar dan direncanakan untuk suatu tujuan.
Resmini dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi menyatakan bahwa di sekolah, kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan
menyimak dan berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang tercakup dalam
kemampuan orasi (oracy). Sedangkan dua kemampuan lainnya merupakan
kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy). Kemampuan
orasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan bahasa lisan, sedangkan
kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis.
Kemampuan menyimak (orasi) dan kemampuan membaca (literasi)
merupakan dua kemampuan berbahasa yang termasuk ke dalam kemampuan
reseptif, yaitu kemampuan anak untuk memahami setiap maksud yang
disampaikan oleh menutur baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Sedangkan
kemampuan berbicara (orasi) dan kemampuan menulis (literasi) merupakan dua

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

kemampuan yang termasuk ke dalam kemampuan berbahasa ekspresif yang secara
produktif dapat menghasilkan tuturan bermakna dalam bentuk lisan dan tulisan.
Keempat kemampuan di atas harus merupakan kompetensi berbahasa yang harus
dikuasai siswa. Dengan demikian, perlu diupayakan pembelajarannya secara tepat
dengan strategi pembelajaran yang tepat pula.
Bagi kebanyakan anak di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa
kedua setelah bahasa ibu. Menurut beberapa ahli, pemerolehan bahasa anak di
sekolah tidak berbeda secara signifikan dengan yang diperoleh anak secara alami,
jika penerapan poses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah disajikan dengan
suasana non-formal. Sekolah sedapat mungkin menyediakan lingkungan bahasa
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Perlunya pengupayaan
pengalaman berbahasa dalam proses pemerolehan harus benar-benar sesuai
dengan konteks berbahasa yang sesungguhnya yang dekat dengan kehidupan
anak.
Robin dalam Stern (1983) dalam Hartati (2006:51) menyebutkan ciri-ciri
pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar bahasa yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka
bentuk yang gramatikal dan tidak gramatikal).
Suka berkomunikasi.
Kadang-kadang tidak malu terhadap kesalahan dan siap
memperbaikinya; belajar setelah berbuat kesalahan
Suka mengikuti perkembangan bahasa.
Praktis, tidak terlalu teorotis.
Mengikuti ujarannya dan membandingkannya dengan ujaran
yang baku, ini baik untuk hafalan.
Mengikuti perubahan makna sesuai konteks sosial.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Untuk mengoptimalkan keberhasilan pembelajaran pemerolehan bahasa
anak, Tarigan dalam Hartati (2006:28) menyebutkan bahwa setidaknya ada lima
kemampuan yang hendaknya siswa miliki:
1)
2)
3)
4)
5)

2.

Kemampuan memusatkan perhatian agar dapat memahami
bahan simakan secara utuh.
Kemampuan menangkap bunyi (kemampuan mendengar).
Kemampuan mengingat hal-hal yang dianggap penting dari
bahan simakan.
Kemampuan linguistik atau bahasa untuk menafsirkan dan
memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa.
Kemampuan non linguistik seperti pengetahuan atau pengalaman mengenai materi yang disampaikan.

Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD
Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan

kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang dipakai dalam
suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai
penjelasan secara singkat dan praktis (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
1995:527).
Soedjito (1988:1) juga mendefinisikan arti kosakata yaitu:
a.
b.
c.
d.

Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa.
Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau
penulis;
Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; dan
Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan
secara singkat dan praktis.

Sesuai dengan definisi di atas, jelaslah bahwa pengusaaan kosakata
merupakan hal yang utama dalam proses pemerolehan suatu bahasa, khususnya
bahasa Indonesia. Kebutuhan akan penguasaan kosakata yang cukup merupakan
hal yang utama bagi siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam
berbahasa.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Catatan Edgar Dale bersama rekan-rekannya dalam Tarigan (1986:5)
terhadap kosakata anak-anak kota ternyata bahwa tiga perempat dari mereka telah
memiliki sekitar seribu lima ratus kata pada bulan Januari dan Februari tahun
pertama mereka masuk sekolah. Mereka mencatat bahwa kebanyakan dari katakata tersebut:
a.
b.
c.
d.

Dapat dirasa.
Merupakan kosakata setiap hari kebanyakan orang.
Perlu pembicaraan hampir setiap kalimat.
Telah dialami dan dihayati tidakkan pernah dilupakan.

Dalam perkembangannya, kosakata yang berkembang sangat pesat adalah
kosakata dasar, yang sangat dekat di sekitar anak dan merupakan kata-kata yang
kongkrit (Soenjono, 2000:36).
Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah
berubah atau sedikit sekali memungkinkannya dipungut dari bahasa lain. Yang
termasuk ke dalam kosakata dasar ini telah termasuk:
a.

Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek,
paman, bibi, menantu, mertua.

b.

Nama-nama bagian tubuh; misalnya: kepala, mata, rambut, telinga, hidung,
mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut,
pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah nafas.

c.

Kata ganti; misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, itu, sini, situ,
sana.

d.

Kata bilangan pokok; misalnnya: satu, dua, tiga, empat, lima.

e.

Kata kerja pokok; misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara,
melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, menangkap, berlari.

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

f.

Kata keadaan pokok; misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang,
haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil,
banyak, sedikit,terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, mikin, tua,
muda, hidup, mati.

g.

Benda-benda universal; misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bumi,
bintang, bulan, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.
Dan selanjutnya menurut Gentner dalam Soenjono (2000:36) menyatakan

bahwa kosakata dasar yang paling utama dikuasai anak adalah nomina. Pada anak,
nomina secara tipikal merujuk pada benda kongkrit dalam kehidupannya.
Dalam pembelajaran di sekolah, telaah kosakata yang efektif haruslah
beranjak dengan arah yang sama yaitu membimbing siswa dari yang telah
diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui siswa (Tarigan, 1986:23).
Di dalam praktiknya, pengembangan kosakata mengandung pengertian lebih
daripada penambahan kata-kata baru ke dalam perbendaharaan siswa.
Pengembangan kosakata siswa berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam
tatanan yang lebih baik atau ke dalam urutan yang sebenarnya (Tarigan, 1986:22).
Guru menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sebagai
contoh, mereka dengan mudah dapat melihat dan mempelajari bahwa penatar dan
petatar berhubungan erat, keduanya nomina; tetapi berbeda dalam makna, karena
dalam pemakaianya, penatar berarti “orang yang menatar”, sedangkan petatar
berarti “orang yang ditatar”. Begitu juga walaupun ada hubungan erat antara

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

petinju dengan meninju, namun jenis katanya berbeda; petinju adalah nomina,
sedangkan meninju adalah verba (Tarigan, 1986:22).
Sesuai hakikatnya pembelajaran bahasa, pembelajaran kosakata tidak diajar
kata-kata lepas atau kalimat-kalimat lepas, tetapi terlibat dalam konteks wacana,
berkaitan dengan mata pelajaran dan berkaitan pula dengan bidang-bidang
tertentu. Sebagai contoh wacana dengan tema laut, maka siswa akan menemukan
beberapa kosakata terkait yaitu: air laut, ikan, nelayan, pohon kelapa dan
sebagainya.
Pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas I SD berdasar kurikulum 2004
sekarang ini, kosakata yang harus dikuasai menyangkut wacana tentang
kebersihan, budi pekerti, kegemaran, lingkungan, permainan, dan kesehatan.
Sudah jelas bahwa uraian di atas mencerminkan hakikat pembelajaran
bahasa, yaitu siswa mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk mencapai hal itu siswa perlu di bekali kemampuan penguasaan kosakata
yang memadai. Sebab kalau tidak demikian maka siswa tidak dapat
berkomunikasi secara optimal.
Dengan kata lain, penguasaan kosakata yang memadai akan dapat
meningkatkan kualitas orang seorang dalam menyikapi bahasa. Hal itu selaras
dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1986:3) yang memberikan pandangan
tentang pentingnya memahami kosakata sebagai berikut:
a.

b.
c.

Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang
merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan
mentalnya,
Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual,
Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan
kosakata,

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

d.

e.
f.

3.

Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan, dan status
sosial,
Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan
Penelaahan kosakata yang efektif hendaknya beranjak dari
kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum
atau tidak diketahui.

Teka-Teki
Pertanyaan tradisional, di Indonesia lebih dikenal dengan teka-teki, adalah

pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional
pula. Pertanyaan dibuat sedemikian rupa, sehingga jawabannya sukar, bahkan
seringkali juga baru dapat dijawab setelah mengetahui lebih dahulu jawabannya
(Danandjaja, 1984:33).
Sedangan menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes dalam Danandjaja
(1984:33) menyatakan bahwa teka-teki adalah “Ungkapan lisan tradisional yang
mengandung satu atau lebih unsur pelukisan (descriptive), sepasang dari padanya
dapat saling bertentangan dan jawabannya (refent) harus diterka”.
Selanjutnya menurut mereka teka-teki dapat digolongkan ke dalam dua
kategori umum, yakni: (1) teka-teki yang tidak bertentangan (non-opposition
riddle), dan (2) teka-teki yang bertentangan (opposition ridle). Pembagian itu
didasarkan ada atau tidaknya pertentangan di antara unsur-unsur pelukisan. Tekateki yang tidak pertentangan unsur pelukisnya bersifat harfiah, yakni seperti apa
yang tertulis (literal), atau kiasan (metephorical).
Pada teka-teki yang tidak pertentangan yang bersifat harfiah, jawaban dan
pertanyaannya adalah identik. Sebagai contoh adalah: “Apa yang hidup di
sungai?” yang merupakan topik atau pertanyaan suatu teka-teki; dan referen atau

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

jawabanya adalah “ikan”. Dalam jenis teka-teki ini, baik topik maupun refennya
secara harfiah adalah sama, yaitu ikan.
Keadaan akan menjadi lain pada teka-teki yang tidak bertentangan yang
bersifat kiasan; karena refen dan topik unsur pelukisnya berbeda. Contoh: “ Apa
itu dua baris kuda putih berbaris di atas bukit merah?”adalah topik teka-teki
semacam ini, dengan “sederet gigi di atas gusi” sebagai refennya. Dalam teka-teki
macam ini, topik (kuda) dan refen (gigi) secara harfiah adalah beda. Jika mau juga
dianggap sama, hanya boleh dalam arti metafora saja, karena kedua-duanya
berwarna putih, dan berada di atas benda yang berwarna merah (bukit merah dan
gusi).
Selain itu, masih ada teka-teki golongan lain yang dapat ditambah walaupun
sifatnya agak berlainan, sehingga sebenarnya tidak tidak dapat dimasukkan ke
dalam golongan folklor lisan. Teka-teki ini oleh Brunvand dalam Danandjaja
(1984:42) disebut non-oral riddle atau teka-teki bukan lisan. Jenis teka-teki
semacam ini berbentuk bukan dari kata-kata, melainkan dari gerak isyarat atau
lukisan, yang sedikitnya ada dua macam, yaitu yang disebut rebus dan droodle.
Rebus adalah teka-teki bukan lisan, melainkan berupa sederetan gambargambar. Contohnya dari A.S adalah: “My

4 U”. Jawabannya: My heart

pants for you (hatiku berdetak-detak karena kamu).
Rodoodle adalah teka-teki yang berupa gambar, yang harus diterka isinya.
Sebagai contoh adalah gambar di bawah ini, “Gambar apa ini?”

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

Jawabannya “Penjual krupuk dari Jawa.” Jawabanya demikian karena
tukang krupuk dari Jawa menempatkan krupuk-krupuknya di dalam dua buah
drum besar, terbuat dari seng, yang digotong dengan pikulan yang terbuat dari
bambu (Danandjaja, 1984:42-43).
4.

Gambar
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum

dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati
dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah
gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata (Sadiman, 2006:29).
Beberapa kelebihan media gambar/foto yang lain dijelaskan di bawah ini:
a.
b.

c.

d.

e.

Sifatnya konkrit; gambar/foto lebih realistis menunjukan pokok
masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak
semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan
tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut.
Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas
lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadangkadang tak dapat ita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto
amat bermanfaat dalam ini.
Media/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel
atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata
telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar
atau foto.
Foto dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja
dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalahfahaman.
Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan,
tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar dan foto mempunyai beberapa
kelemahan yaitu:
a.

Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata;

Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Rangga Sudarma

b.
c.

Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran;
Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

Ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga
dapat dijadikan sebagai media pendidikan, yaitu:
a.
b.
c.

d.

e.

f.

5.

Autentik yaitu secara jujur melukisakan situasi seperti kalau
orang melihat benda sebenarnya.
Sederhana yaitu komposisi gambar hendaknya cukup jelas
menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
Ukuran relatif yaitu dapat memperbesar atau memperkecil
objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang
benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka
sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut.
Untuk menghindari itu, hendaknya dalam foto tersebut terdapat
sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat
membantunya membayangkan gambar. Apabila anak belum
pernah melihat ikan paus tentulah sulit membayangkan b

Dokumen yang terkait

SKRIPSI MODEL KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PT. TELKOM BLITAR

6 80 33

Pengelolaan Identitas Dalam Pernikahan Antarbudaya Arab Dan Jawa (Studi Kasus Pada Pasangan dari Etnis Arab Dan Jawa Di daerah Pasuruan) SKRIPSI

6 59 21

i SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA (Studi pada Perum Bulog Divre NTB Bulan November 2014)

8 126 17

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN KECEMASAN MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA

7 32 8

ANALISIS MATERI YANG SULIT PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR (SBM) DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNSYIAH TAHUN AKADEMIK 2015/2016

0 17 1

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN KARTU KELUARGA AN DAN KEBUDAYAAN SKRIPSI DAN PERZINAHAN (Putusan Nomor: 978 K/PID/2011)

1 26 17

JUDUL SKRIPSI PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT.BANK JATIM CABANG JEMBER

5 53 15

PENGGUNAAN EJAAN PADA SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA PADA PENGAJARAN MATA KULIAH UMUM BAHASA INDONESIA

5 32 34

PENGARUH AKTIVITAS MAHASISWA DALAM BERORGANISASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP INDEKS PRESTASI MAHASISWA SEMESTER GANJIL PADA UNIT KEGIATAN MAHASISWA FORUM PEMBINAAN DAN PENGKAJIAN ISLAM FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN PERIODE 2013/2014

0 11 94

PENGARUH KEMAMPUAN, MEDIA BELAJAR, DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGANTAR MENEJEMEN MAHASISWA PROGRAM STUDY PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNILA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 87