Hak Menguasai Negara Dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Hak menguasai bersumber dari kekuasaan yang melekat pada negara,
sebagaimana yang tercermin di dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
NRI Tahun 1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD NRI Tahun 1945) yang
menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat,
sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa secara konstitusional
negara memiliki legitimasi yang kuat untuk dapat menguasai negara sebagai
bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka untuk dapat
meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia.
Indonesia terkenal sebagai sebuah negara yang sangat kaya dalam hal
kekayaan alamnya, dan kekayaan alam tersebut dapat digunakan untuk membangun
Indonesia menuju negara yang makmur dan sejahtera karena sumber daya
alam merupakan suatu bentuk modal alam. Salah satu sumber daya alam


yang

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah air. Menurut UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disebut UU
Sumber Daya Air) Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan air adalah semua air

Universitas Sumatera Utara

yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk di air
permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di daratan.
Air adalah sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup dan
kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur utama.
Kebutuhan manusia akan air selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu,
bukan saja karena meingkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,
melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan
air.1 Sehingga kebutuhan akan air juga merupakan bagian dari hak azasi manusia
serta merupakan unsur strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karenanya
negara harus hadir di dalam pengelolaan sumber daya air, karena sumber
kekayaan alam tersebut tidak boleh digunakan sembarangan. Sesuai dengan
ketentuan yang terdapat di dalam UUD NRI Tahun 1945 pada Pasal 33
menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
Hak menguasai negara merupakan penugasan pelaksanaan tugas
kewenangan bangsa yang mengandung unsur publik. Melalui hak menguasai
negara, negara akan dapat mengendalikan atau mengarahkan fungsi bumi, air, dan
ruang angkasa sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sehingga secara tegas UUD
NRI Tahun 1945 melarang adanya penguasaan sumber daya alam oleh
sekelompok orang saja. Tetapi pada kenyatannya saat ini air dijadikan sebagai
suatu komoditas, dimana hak menguasai oleh negara didelegasikan ke sektor-sektor
swasta yang besar atau Badan Usaha Milik Negara buatan pemerintah sendiri,
dan karena pendelegasian ini peran swasta di dalam pengelolaan sumber daya air
1

M. Daud Silalahi, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di
Indonesia (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

menjadi sedemikian besar dimana akumulasi modal dan kekayaan terjadi pada
perusahaan perusahaan swasta yang dapat mengelola sumber daya air.
Hal ini dapat dilihat pada fenomena perkembangan industri air dalam

kemasan, yang mulai didirikan pertama kalinya di Indonesia, tepatnya di daerah
Bekasi, sejak tahun 1973 dan mulai berproduksi pada tahun 1974. Berdasarkan
data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, sampai pada tahun 2003
jumlah industri mencapai 413 perusahaan dengan kapasitas produksi 10,13 miliar
liter per tahun.2 Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dalam rangka mempercepat
pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi
Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi
ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan
perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama
internasional dengan menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,
promotif, memberikan kepastian hukum,

keadilan, dan efisien dengan tetap

memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.3 Kegiatan penanaman modal
atau penanaman dana yang dilakukan pada saat sekarang dalam berbagai wujud

aktiva untuk memperoleh penghasilan di masa yang akan datang. Penanaman
modal asing di Indonesia mempunyai peranan yang besar terhadap pembangunan
2

http://oasezam.wordpress.com/2009/05/13/bisnis-amdk-air-minum-dalam-kemasansemakin-berkembang/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2016)
3
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Penjelasan Bagian Umum.

Universitas Sumatera Utara

di Indonesia. Dalam rangka pembangunan Indonesia memerlukan modal dan
investasi guna mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Di sisi lain penanam modal
asing menunjukan motif yang berbeda, suatu perusahaan dalam menanamkan
modalnya di suatu negara adalah untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut
dipertimbangkan dalam beberapa hal diantaranya, sistem perizinan, fasilitas
pelayanan, dan jaminan kepastian hukum.
Undang-Undang Sumber Daya Air

dianggap belum dapat menjamin


pembatasan pengelolaan air oleh pihak swasta, karena memuat adanya hak lain
selain hak pakai dalam pemanfaatan sumber daya air yaitu hak guna usaha air dan
menjadikan air sebagai komoditas ekonomi yang dikomersialkan dengan adanya
hak guna usaha air oleh pihak swasta. Sehingga UU Sumber Daya Air dianggap
bertentangan dengan asas hak menguasai negara yang terdapat di dalam UUD
NRI Tahun 1945 serta tidak menampakkan hak pengusahaan air oleh negara
seperti yang diamanatkan di dalam UUD NRI Tahun 1945. Selain itu terdapat
prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi berkenaan dengan
sumber daya air. Pertama, setiap pengusahaan air tidak boleh mengganggu,
mengesampingkan, dan menghilangkan hak rakyat Indonesia atas sumber daya
air. Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat Indonesia atas air. Ketiga,
kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia. Keempat,
pengawasan dan pengendalian atas air sifatnya mutlak. Kelima, pengusahaan
sumber daya air diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah sebagai lanjutan dari hak menguasai negara yang diamanatkan oleh

Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Dasar 1945 NRI Tahun 1945.4 Maka dari itu Mahkamah

Konstitusi melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013
menghapus keberadaan seluruh pasal yang terdapat di dalam UU Sumber Daya
Air serta enam peraturan pemerintah sebagai pelaksana undang-undang
tersebut,yaitu:
1.

PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum.

2.

PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

3.

PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

4.

PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.


5.

PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

6.

PP No. 73 Tahun 2013 tentang Rawa.

7.

PP No. 69 Tahun 2014 tentang Hak Guna Air.
Untuk mencengah kekosongan hukum maka Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1974 tentang Perairan (selanjutnya disebut sebagai UU Perairan)
diberlakukan kembali. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi penanam modal
bidang sumber daya air pasalnya pembatalan UU Sumber Daya Air berpotensi
mengancam semua perjanjian kerjasama dan perizinan pengembangan sistem
sumber daya air antara pemerintah dengan pelaku usaha yang dilakukan sebelum
adanya pembatalan UU Sumber Daya Air.

Hal inilah yang kemudian mendasari penulis untuk mengulas dan
membahas permasalahan ini lebih dalam. Dan menyimpulkan bahwa terdapat

4

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e4bd8e5dc0a/mk-batalkan-uu-sumber-daya-air.
(diakses pada tanggal 4 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

asas hak menguasai negara dalam kegiatan penanaman modal pada bidang
sumber daya air dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“Hak Menguasai Negara dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber
Daya Air”.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1.


Bagaimana konsep hak menguasai negara di dalam hukum Indonesia?

2.

Bagaimanakah pengaturan kegiatan penanaman modal di bidang sumber
daya air?

3.

Bagaimanakah penerapan asas hak menguasai negara dalam kegiatan
penanaman modal di bidang sumber daya air?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui konsep hak menguasai negara di dalam hukum
Indonesia
b. Untuk mengetahui pengaturan kegiatan penanaman modal di bidang

sumber daya air.
c. Untuk mengetahui penerapan asas hak menguasai negara dalam kegiatan
penanaman modal di bidang sumber daya air.

Universitas Sumatera Utara

2.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya, perkembangan hukum
ekonomi pada khususnya mengenai hak menguasai negara dalam kegiatan
penanaman modal bidang sumber daya air.
b. Secara Praktis
1) Bagi Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
penanaman modal di bidang sumber daya air.
2) Bagi Masyarakat sebagai bahan referensi dan menambah wawasan
masyarakat mengenai kegiatan penanaman modal di bidang sumber

daya air.
3) Bagi Akademisi sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu
pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis
dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan informasi
dalam melakukan penelitian masa yang akan datang.

D. Keaslian Penulisan
Judul yang diangkat adalah murni dari hasil pemikiran yang didassarkan
dari ide, gagasan, dibantu dengan buku-buku, refrensi, dan masukan dari berbagai
pihak dalam membantu penulisan skripsi ini. Untuk mengetahui keaslian
penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran yang
dilakukan, ditemukan salah satu penelitian thesis yang telah dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara

alumni mahasiswa pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
terkait dengan Hak Menguasi Negara yang berjudul Hak Menguasai Tanah Oleh
Negara Terhadap Hak Ulayat oleh Hakim Janter Parluhutan Sitorus. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut mengkaji mengenai aspek hak
menguasai negara terhadap hak ulayat. Sedangkan penulisan skripsi ini mengkaji
mengenai hak menguasai negara terhadap pengelolaan sumber daya air dan
bagaimana kedudukan dari penanam modal bidang sumber daya air setelah
dicabutnya UU Sumber Daya Air.
Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli dari ide, gagasan dan pemikiran
dan usaha sendiri dengan bantuan buku-buku penunjang, peraturan perundangundangan dan artikel yang berhubungan dengan topik dan permasalahan yang
akan dibahas. Sekalipun di suatu kesempatan terdapat judul yang sama maka
penulisan penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Hak menguasai negara
Kata menguasai atau penguasaan oleh negara terletak didalam Pasal 33

UUD NRI Tahun 1945 dan tidak dapat ditafsirkan secara khusus di dalam
penjelasanya. Oleh karena itu, kata penguasaan jika di tafsirkan secara etimologis
adalah: “proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan”.5 Jadi
penguasaan adalah suatu tindakan yang mencakup dari segi proses sampai cara
menguasainya. Dengan kata lain bahwa penguasaan oleh negara adalah suatu

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hlm. 533.

Universitas Sumatera Utara

proses yang dilakukan oleh negara untuk menguasai atau mengusahakan sesuatu
yang sesuai dengan kepentingan.6
Pada dasarnya hak merupakan suatu yang abstrak, jika melihat pendapat
dari Lawrance M. Friedman7 “sebuah hak adalah adalah sebuah klaim atas sebuah
barang yang, paling tidak dalam teorinya, atau secara etika, pasokannya tidak
terbatas jumlahnya”. Sedangkan, pengertian hak menurut Satjipto Rahardjo:
“hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentinganya tersebut.
Pengalokasikan kekuasaan ini dilakukan secara terstruktur, dalam arti, ditentukan
kekuasaan dan kedalamannya, kekuasaan yang demikian itulah yang disebut
hak.”8
Jika dilihat dari pengertian hak tersebut, maka dapat di katakan bahwa hak
menguasai negara adalah pengalokasian kekuasaan yang diberikan oleh hukum
kepada negara untuk bertindak dalam rangka menjalankan kepentingannya. Bagir
Manan merumuskan cakupan pengertian dikuasai oleh negara atau hak
penguasaan negara, sebagai berikut:
a. Penguasaan semacam pemilikan oleh negara, artinya negara melalui
Pemerintah adalah satu-satunya pemegang wewenang untuk menentukan
hak wewenang atasnya, termasuk di sini bumi, air, dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya.
b. Mengatur dan mengawasi penggunaan dan pemanfaatan.

6

Abrar Seleng, Hukum Pertambangan diterjamahkan oleh Aca Sugandhy (Yogyakarta:
UII Press, 2004), hlm. 21.
7
Lawrance M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial (Bandung: Nusa Media,
2003), hlm. 299.
8
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 53.

Universitas Sumatera Utara

c. Penyertaan modal dan dalam bentuk perusahaan negara untuk usaha-usaha
tertentu.9
Hak menguasi negara dipandang mempunyai beberapa persoalan, dimana
konsep hak menguasai negara yang konon diangkat dari hukum adat yaitu hak
ulayat yang menggambarkan kehendak yang kuat dan berakar dari hukum asli
indonesia10, dianggap mencerminkan dominasi dari negara atas hak individual
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi11. Selain itu, persoalan-persoalan
lain yang timbul ialah, “Pertama hak menguasai negara ini, tidak diperintahkan
oleh UUD NRI Tahun 1945 untuk diatur dalam undang-undang, oleh sebab itu
tidak diketahui secara jelas bagaimana kedudukan, sifat, isi serta tempatnya dalam
tata hukum (pertanahan) Indonesia”.12 Sehingga dalam hubungannya dengan
kepentingan individu, mutlak dibatasi guna mengantisipasi keganasan hak
menguasai negara guna terhadap kepentingan dari individu13. Persoalan yang
Kedua, adalah mengenai kedudukan hak masyarakat hukum dan hak tradisional
yang telah dijamin oleh Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945 dengan hak menguasai
negara yang telah diatur dalam Pasal 33 ayat (3) dalam undang-undang yang
sama.14

9

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstisi Suatu Negara (Bandung:
Mandar Maju, 1995), hlm. 12.
10
Achmad Sodiki dan Yanis Maladi, Politik Hukum Agraria (Bandung: Mahkota Kata,
2009), hlm. 66.
11
Ibid., hlm. 68.
12
Ibid., hlm. 4.
13
Ibid., hlm. 5.
14
Ibid., hlm.

Universitas Sumatera Utara

Mahkamah Konstitusi telah menafsirkan lebih tajam kembali makna dikuasai
negara untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat di dalam putusan Nomor
36/PUU-X/2012 bahwa penguasaan negara adalah peringkat pertama dan yang paling
penting adalah negara melakukan pengelolaan secara langsung atas suatu sumber daya
alam, sehingga negara akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada
pengelolaan sumber daya alam. Peringkat kedua adalah negara membuat kebijakan dan
pengurusan serta fungsi negara dalam peringkat ketiga adalah fungsi pengaturan dan
pengawasan. Sepanjang negara memiliki kemampuan baik modal, teknologi, dan
manajemen dalam mengelola sumber daya alam maka negara harus memilih untuk
melakukan pengelolaan secara langsung atas sumber daya alam. Karena dengan
pengelolaan secara langsung atas sumber daya alam dipastikan seluruh hasil dan
keuntungan yang diperoleh akan masuk menjadi keuntungan negara yang secara tidak
langsung akan membawa manfaat yang lebih besar bagi rakyat Indonesia dan
pengelolaan langsung yang dimaksud disini adalah baik dalam bentu pengelolaan
langsung oleh negara atau organ negara melalui Badan Usaha Milik Negara. Pada sisi
lain, jika negara menyerahkan pengelolaan swasta atau badan hukum lain diluar
negara,maka keuntungan bagi negara akan terbagi sehingga manfaat bai rakyatjuga
akan berkurang. Maka dari itu kedudukan hak menguasai negara juga tetap begitu
penting dan menduduki posisi sentral, kedudukannya sama sebagaimana
kedudukan hak milik dalam sistem hukum perdata, walaupun seperti yang telah
disebutkan bahwa tidak diatur lebih lanjut dengan undang-undang.15

15

Ibid., hlm. 177.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pengertian penanaman modal
Dalam usaha peningkatan perekonomian nasional, pemerintah melakukan

satu kegiatan usaha yang memerlukan modal dalam pengelolaan Sumber Daya
Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memperoleh hasil
yang maksimal. Modal tersebut di dapat dari para penanam modal yang
menanamkan modalnya. Pada perkembangan ekonomi dunia saat ini, penanaman
modal menjadi salah satu altenatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk
memecahkan kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional, sebab
salah satu fungsi penanaman modal, khususnya penanaman modal asing adalah
untuk memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh
penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi “(economic recourcess)”
yang sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang canggih, skill dan
kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu tertangani oleh
pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.16
Untuk lebih memahami arti dari penanaman modal, maka perlu
diberikan batasan yang jelas terhadap pengertian dari penanaman modal tersebut.
Penanaman modal pada suatu perusahaan dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan
investment, dimana dalam perkembangannya sering disebut dengan istilah
investasi. Pengertian dari penanaman modal sendiri adalah penyerahan sejumlah
uang yang akan digunakan sebagai modal dalam suatu perusahaan atau proyek
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba dalam bentuk investasi.17
Penanaman modal adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sarana16

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007),

hlm. 185.
17

Soetarno, Pengantar Penanaman Moda (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm. 197.

Universitas Sumatera Utara

sarana strategis tertentu di masa mendatang. 18 Abdulkadir Muhammad
memberikan pengertian penanaman modal dalam arti luas, beliau mengatakan
bahwa modal yang diserahkan tersebut sebenarnya tidak hanya berupa uang saja
tetapi dapat berupa barang yang dapat digunakan menjalankan perusahaan,
maupun tenaga kerja yang dianggap sebagai bagian dari modal yang
diperhitungkan sebagai faktor produksi untuk memperoleh keuntungan serta jasa
yang juga memungkinkan untuk dilaksanakan dalam penanaman modal tersebut.19
Penanaman modal dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (selanjutnya disebut sebagai UU

Pemanaman Modal) adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Untuk itu kegiatan penanaman
modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan
ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong ekonomi
kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem
perekonomian yang berdaya saing.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
menciptakan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman
18
19

Syahmin, AK, Hukum Dagang Internasional (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 17.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002),

hlm. 311.

Universitas Sumatera Utara

modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif
di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan adanya perbaikan
berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan
membaik secara signifikan. Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan UU
Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa: “Undang-undang ini mencakupi
semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-undang ini
juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal.
Selain itu, undang-undang ini juga memerintahkan agar pemerintah dapat
meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah, antara instansi pemerintah
dengan Bank Indonesia, dan antara instansi pemerintah dengan pemerintah
daerah. Koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah daerah harus sejalan
dengan semangat otonomi daerah”.
Pasal 1 ayat (1) UU Penanaman Modal menyatakan bahwa pengertian
penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Sehingga penanaman modal secara
langsung ini karena dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari
pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Menurut Pasal 1 angka 2
bahwa penanaman modal dalam negeri juga sudah diartikan di dalam UU
Penanaman Modal, yaitu kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri, dan modal dalam negeri itu
sendiri merupakan modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia,

Universitas Sumatera Utara

perseorangan warga Negara Republik Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Selain pembagian penanaman modal yang dikenal dalam UU Penanaman
Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing
dan penanaman modal dalam negri, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1.

Penanaman modal langsung
Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian

penanaman modal hanya mencangkup penanaman modal secara langsung.
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh
penanaman modal dalam negri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal langsung ini
dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaaan patungan dengan mitra lokal,
melakukan kerja sama operasi tanpa membentuk perusahaaan baru ;
mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal,
memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun dengan memberikan lisensi.20
2. Penanaman modal tidak langsung
Penanaman modal tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman
modal jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di
pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka
pendek karena pada umumnya, jual beli saham dan atau mata uang dalam jangka

20

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),

hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

waktu yang relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata
uang yang hendak mereka perjual-belikan.21
Perbedaan penanaman modal langsung dan tidak langsung adalah sebagai
berikut:
a. Pada penanaman modal tidak langsung, pemegang saham tidak memiliki
kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-hari.
b. Pada penanaman modal tidak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri
oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat
perusahaaan yang menjalankan kegiatannya
c. Kerugian pada penanaman modal tak langsung, pada umumnya tidak
dilindungi oleh hukum dan kebiasaan internasional.22
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau
investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman
modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun modal yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.
3.

Pengertian sumber daya air
Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai

sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya lainnya. Air adalah sumber daya
yang terbaharui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alamiah
berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat (Kodoatie, 2002).

21

Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar
Negeri (Jakarta: Pradnya Paramita, 1972), hlm. 13.
22
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi
manusia.23
Sumber Daya Air (SDA) Indonesia adalah yang terbesar di kawasan
ASEAN. Namun kini pengelolaan sumber daya air di Indonesia menunjukan
gejala yang semakin mengkhawatirkan, hal ini ditengarai dengan adanya
berbagai masalah antara lain masalah banjir dan kekeringan yang semakin parah
dari tahun ketahun, ditambah lagi konflik penggunaan air dan sumber daya air
baik antar sektor dan antar wilayah yang semakin serius; kerancuan dan
ketidakjelasan pembagian wewenang dan tangungjawab pengelolaan sumber
daya air, kinerja prasarana sumber daya air yang ada cepat mengalami penurunan,
kurangnya perhatian kita terhadap aspek pengaturan, pengendalian dan
pengawasan, semakin terbatasnya data dan informasi sumber daya air baik
menyangkut kualitas dan kuantitasnya, serta kurangnya peran serta masyarakat.
Hal tersebut harus diperbaiki melalui berbagai upaya baik aspek ketatalaksanaan,
kelembagaan, maupun sumberdaya manusianya.
Hal ini telah dituangkan ke dalam UU Sumber Daya Air, dengan cakupan
pengelolaan sumber daya air yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
operasi dan pemeliharan dalam rangka upaya konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air pada wilayah
sungai, serta pemberdayaan dan partisipasi masyarakat serta pemanfaatan sistem
informasi. Proses pengelolaan sumber daya air harus melibatkan semua
stakeholders, memperhatikan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah, serta

23

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

menjamin terjalinnya keseimbangan antara fungsi-fungsi sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi.24

F. Metode Penulisan
Skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya data
dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
1.

Spesifikasi penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah hukum normatif dengan

pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap hak menguasai negara
dalam penanaman modal asing bidang sumber daya air berdasarkan hukum di
Indonesia. Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidahkaidah atau norma-norma dalam hukum positif mengenai hak menguasai negara
dalam kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air. Hal ini ditempuh
dengan melakukan penelitian kepustakaan walaupun penelitian ini tidak lepas pula
dari sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap media
massa ataupun dari internet. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian hukum normatif maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal
bidang Sumber Daya Air.
24

http://www.tpsda.itb.ac.id/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

2.

Bahan penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data seperti dimaksud dibawah ini:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah berbagai bahan hukum yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Perairan,
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air, dan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang berkaitan erat dengan
bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan
memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat
menjadi sumber informasi mengenai perlakuan dan pemberian fasilitas
kepada penanam modal, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar
hukum,

koran,

majalah,

kasus-kasus

yang

berhubungan

dengan

pembahasan skripsi ini, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang
memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier adalah bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain

Universitas Sumatera Utara

yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini
3.

Teknik pengumpulan data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,
majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait
dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4.

Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara
menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu
metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang
diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan
teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban
atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Bab I, pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi tentang
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab II, mengenai konsep hak menguasai negara dalam hukum Indonesia.
Pada bab ini berisikan tentang pengertian hak menguasai negara, dasar hukum hak
menguasai negara, pembatasan hak menguasai negara dan hak menguasai negara
dalam putusan Mahkamah Konstitusi.
Bab III, tentang kegiatan penanaman modal bidang sumber daya air.
Pada bab ini berisikan tentang pengertian dan pengaturan penanaman modal di
Indonesia, bentuk bentuk penanaman modal bidang sumber daya air di Indonesia,
perlindungan hukum terhadap penanaman modal sumber daya air di Indonesia.
Bab IV, mengenai

hak menguasai negara dalam kegiatan penanaman

modal bidang sumber daya air. Pada bab ini berisikan tentang aspek hukum
pengelolaan sumber daya air terkait penanaman modal, perkembangan hak
menguasai negara terhadap penanaman modal bidang sumber daya air di
Indonesia, dan bagaimana penerapan hak menguasai negara terhadap penanaman
modal di bidang sumber daya air setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah
Konstitusi.
Bab V, kesimpulan dan saran merupakan bab penutup dari seluruh
rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berdasarkan kesimpulan yang dibuat
berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara