Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Belajar Siswi SMAN 4 Medan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki usia pubertas adalah
terjadinya menstruasi, menstruasi akan dialami perempuan kecuali jika terjadi
kehamilan. Menstruasi adalah masa dikeluarkannya darah akibat peluruhan
endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan. Menstruasi terjadi secara
teratur setiap 28 hari ditambah 7 hari dengan pengeluaran ovum melalui proses
ovulasi (Ayu dan Bagus, 2010). Gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah
dismenore (Shopia, 2013).
Dismenore adalah nyeri selama siklus haid yaitu satu dari gejala-gejala
ginekologi pada masa remaja yang paling sering terjadi yang dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan intensitasnya dismenore dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat. Dismenore ringan terjadi sejenak kemudian
dapat pulih kembali, tidak memerlukan obat, rasa nyeri dapat hilang sendiri, tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenore sedang memerlukan obat-obatan
untuk menghilangkan rasa sakit dan tidak perlu meningggalkan aktivitas, untuk
Dismenore berat memerlukan istirahat, memerlukan obat dengan intensitas tinggi,
rasa sakit yang hebat, sehingga tidak mampu untuk melakukan aktivitas seharihari, diperlukan tindakan operasi, karena mengganggu setiap kali menstruasi
(Ayu dan Bagus, 2010).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Dismenore dapat di klasifikasikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya
dibagi menjadi dismenore primer dan sekunder, dismenore primer terjadi tanpa
dijumpai kelainan pada alat reproduksi, semata-mata berkaitan proses hormonal
menstruasi, sedangkan dismenore sekunder terjadi karena terdapat kelainan pada
alat reproduksi. Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi
juga memberi dampak dari segi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi terhadap
remaja diseluruh dunia, dampak psikologis dari dismenore dapat berupa konflik
emosional, ketegangan, dan kegelisahan.
Dismenore primer biasanya dimulai dalam enam sampai dua belas bulan
pertama setelah menarche ketika siklus ovulasi teratur. Gejala sistemik dismenore
seperti mual, muntah, diare/ sembelit, sakit kepala, pusing ringan, kelelahan, dan
pingsan. Selain itu, frekuensi kencing, mudah marah, depresi saraf, perut
kembung mungkin terjadi selama periode menstruasi. Rasa sakit biasanya dimulai
pada atau sebelum menstruasi dan secara bertahap, kejadiannya dapat berulang 1
sampai 3 hari. Selanjutnya, rasa sakit mungkin berselang dan dapat berkisar dari
ringan sampai parah. Nyeri haid menjadi kurang sejalan dengan usia wanita yang
semakin bertambah (Maruf dkk, 2013). Keadaan patologis yang dijumpai pada
dismenore sekunder ialah seperti endometriosis, tumor pada ovarium, infeksi pada
tuba dan sekitarnya, mioma uteri, polip uterus dan mioma terlahir, stenosis atau
tertutupnya kanalis serviks, kelainan kongenital uterus, himen inperforata, septum
vagina transversal, dll (Ayu dan Bagus, 2010).
Universitas Sumatera Utara
3
Menurut Pradnya (2014) berdasarkan hasil penelitiannya pada mahasiswi
PSIK FK Universitas Udayana Denpasar, didapatkan berdasarkan derajat nyerinya
yang paling banyak dialami responden adalah dismenore sedang yaitu sebanyak
140 mahasiswi, sedangkan dismenore berat yaitu 18 mahasiswi. Mengenai
aktivitas belajarnya, sebagian besar responden mengalami aktivitas belajar
terganggu yaitu 108 mahasiswi, katergori sangat terganggu akibat dismenore yaitu
16 mahasiswi . Menurut Sophia (2013) berdasarkan hasil penelitiannya pada siswi
SMKN 10 Medan, didapatkan data proporsi siswi yang mengalami dismenore
yang tertinggi pada kelompok umur 15-17 tahun (85,90%), umur menarce kurang
dari 12 tahun (83,70%), siklus menstruasi normal (82,90%), lama menstruasi
kurang dari tujuh hari (87,20%).
Kejadian dismenore dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswi, tujuan
belajar akan berjalan lancar apabila siswa aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti
memilih penelitian di SMAN 4 Medan karena di daerah kota Medan khususnya di
SMA ini belum pernah dilakukan penelitian untuk hubungan dismenore dengan
aktivitas belajar pada siswi. Mengingat tingginya angka dismenore yang dialami
remaja, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan dismenore
dengan aktivitas belajar siswi SMAN 4 Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti mengangkat rumusan
masalah “Apakah ada hubungan dismenore dengan aktivitas belajar siswi SMAN
4 Medan?”
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dismenore
dengan aktivitas belajar siswi SMAN 4 Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi intensitas dismenore pada siswi SMAN 4
Medan
b. Untuk mengidentifikasi aktivitas belajar siswi yang sedang mengalami
dismenore.
c. Untuk mengetahui hubungan dismenore dengan aktivitas belajar siswi
SMAN 4 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada
berbagai pihak yaitu:
1.4.1
Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pendidikan keperawatan untuk
dijadikan pembahasan pada kurikulum di perkuliahan, dengan
mengangkat masalah yang terjadi mengenai dismenore dan upaya
untuk mengatasinya.
1.4.2
Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini bermanfaat bagi pelayanan keperawatan untuk bekerja
sama dengan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk melakuan
pendidikan kesehatan kepada siswi di sekolah mengenai dismenore.
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.3
Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau data tambahan
pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang
sama.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki usia pubertas adalah
terjadinya menstruasi, menstruasi akan dialami perempuan kecuali jika terjadi
kehamilan. Menstruasi adalah masa dikeluarkannya darah akibat peluruhan
endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan. Menstruasi terjadi secara
teratur setiap 28 hari ditambah 7 hari dengan pengeluaran ovum melalui proses
ovulasi (Ayu dan Bagus, 2010). Gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah
dismenore (Shopia, 2013).
Dismenore adalah nyeri selama siklus haid yaitu satu dari gejala-gejala
ginekologi pada masa remaja yang paling sering terjadi yang dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan intensitasnya dismenore dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat. Dismenore ringan terjadi sejenak kemudian
dapat pulih kembali, tidak memerlukan obat, rasa nyeri dapat hilang sendiri, tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenore sedang memerlukan obat-obatan
untuk menghilangkan rasa sakit dan tidak perlu meningggalkan aktivitas, untuk
Dismenore berat memerlukan istirahat, memerlukan obat dengan intensitas tinggi,
rasa sakit yang hebat, sehingga tidak mampu untuk melakukan aktivitas seharihari, diperlukan tindakan operasi, karena mengganggu setiap kali menstruasi
(Ayu dan Bagus, 2010).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Dismenore dapat di klasifikasikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya
dibagi menjadi dismenore primer dan sekunder, dismenore primer terjadi tanpa
dijumpai kelainan pada alat reproduksi, semata-mata berkaitan proses hormonal
menstruasi, sedangkan dismenore sekunder terjadi karena terdapat kelainan pada
alat reproduksi. Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi
juga memberi dampak dari segi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi terhadap
remaja diseluruh dunia, dampak psikologis dari dismenore dapat berupa konflik
emosional, ketegangan, dan kegelisahan.
Dismenore primer biasanya dimulai dalam enam sampai dua belas bulan
pertama setelah menarche ketika siklus ovulasi teratur. Gejala sistemik dismenore
seperti mual, muntah, diare/ sembelit, sakit kepala, pusing ringan, kelelahan, dan
pingsan. Selain itu, frekuensi kencing, mudah marah, depresi saraf, perut
kembung mungkin terjadi selama periode menstruasi. Rasa sakit biasanya dimulai
pada atau sebelum menstruasi dan secara bertahap, kejadiannya dapat berulang 1
sampai 3 hari. Selanjutnya, rasa sakit mungkin berselang dan dapat berkisar dari
ringan sampai parah. Nyeri haid menjadi kurang sejalan dengan usia wanita yang
semakin bertambah (Maruf dkk, 2013). Keadaan patologis yang dijumpai pada
dismenore sekunder ialah seperti endometriosis, tumor pada ovarium, infeksi pada
tuba dan sekitarnya, mioma uteri, polip uterus dan mioma terlahir, stenosis atau
tertutupnya kanalis serviks, kelainan kongenital uterus, himen inperforata, septum
vagina transversal, dll (Ayu dan Bagus, 2010).
Universitas Sumatera Utara
3
Menurut Pradnya (2014) berdasarkan hasil penelitiannya pada mahasiswi
PSIK FK Universitas Udayana Denpasar, didapatkan berdasarkan derajat nyerinya
yang paling banyak dialami responden adalah dismenore sedang yaitu sebanyak
140 mahasiswi, sedangkan dismenore berat yaitu 18 mahasiswi. Mengenai
aktivitas belajarnya, sebagian besar responden mengalami aktivitas belajar
terganggu yaitu 108 mahasiswi, katergori sangat terganggu akibat dismenore yaitu
16 mahasiswi . Menurut Sophia (2013) berdasarkan hasil penelitiannya pada siswi
SMKN 10 Medan, didapatkan data proporsi siswi yang mengalami dismenore
yang tertinggi pada kelompok umur 15-17 tahun (85,90%), umur menarce kurang
dari 12 tahun (83,70%), siklus menstruasi normal (82,90%), lama menstruasi
kurang dari tujuh hari (87,20%).
Kejadian dismenore dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswi, tujuan
belajar akan berjalan lancar apabila siswa aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti
memilih penelitian di SMAN 4 Medan karena di daerah kota Medan khususnya di
SMA ini belum pernah dilakukan penelitian untuk hubungan dismenore dengan
aktivitas belajar pada siswi. Mengingat tingginya angka dismenore yang dialami
remaja, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan dismenore
dengan aktivitas belajar siswi SMAN 4 Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti mengangkat rumusan
masalah “Apakah ada hubungan dismenore dengan aktivitas belajar siswi SMAN
4 Medan?”
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dismenore
dengan aktivitas belajar siswi SMAN 4 Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi intensitas dismenore pada siswi SMAN 4
Medan
b. Untuk mengidentifikasi aktivitas belajar siswi yang sedang mengalami
dismenore.
c. Untuk mengetahui hubungan dismenore dengan aktivitas belajar siswi
SMAN 4 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada
berbagai pihak yaitu:
1.4.1
Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pendidikan keperawatan untuk
dijadikan pembahasan pada kurikulum di perkuliahan, dengan
mengangkat masalah yang terjadi mengenai dismenore dan upaya
untuk mengatasinya.
1.4.2
Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini bermanfaat bagi pelayanan keperawatan untuk bekerja
sama dengan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk melakuan
pendidikan kesehatan kepada siswi di sekolah mengenai dismenore.
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.3
Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau data tambahan
pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang
sama.
Universitas Sumatera Utara