Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

DISMENORE PADA SISWI KELAS X MAN 2 MODEL

JL. WILLEM ISKANDAR MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

071000050 YUNITA MATANARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

DISMENORE PADA SISWI KELAS X MAN 2 MODEL

JL. WILLEM ISKANDAR MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

071000050 YUNITA MATANARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

ABSTRAK

Dismenore merupakan nyeri yang dialami remaja saat menstrusi, dismenore

ini mengganggu setidaknya 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang meengganggu aktivitas harian. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami dismenore,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada sisiwi kelas x man 2 Model Medan. Jenis penelitian ini adalah desskriptif. Populasi penelitian adalah siswi kelas X man 2 model yang berjumlah 150 orang. Sampel diambil sebanyak 60 orang dengan tehnik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir

food recall 24 dan formulir aktivitas fisik.

Dari hasil penelitian menggunakan analisis statistik dengan uji chi-square

diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi magnesium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,023) < 0,05} ; ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kalsium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,028) < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi Vitamin E dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,38) > 0,05} ; ada hubungan antara yang signifikan antara konsumsi niasin dengan nyeri dismenore pada siswi kelas x {p(0,002 < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat nyeri dismenore {p(0,34) > 0,05}.

Pada siswi MAN 2 Model Medan agar mengkonsumsi makanan yang kaya akan magnesium, kalsium dan niasin. Pada pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang gizi seimbang melalui pemanfaatan UKS ( Unit Kesehatan Sekolah).


(4)

ABSTRACT

Dysmenhorrea is a pain experienced by teenagers during menstruation phase. This dismenore is annoying at least 50% of women in their reproductive period and 60-85% in teenager period that would disturb daily activity. If their nutrition status is good, so in their menstruation phase they wouldn’t be dysmenhorrae.

The objective of this research is to know the relationship between food concuption pattern and physical activity and dysmenhorrea rate among the first grade female students in MAN 2 Model Medan. Type of the research is descriptive study. The population of this research are 150 persons of first grade female students of MAN 2 Model. there are 60 person sample that taken by using simple random technique. Data collection is conducted through interview by using food recall during 24 hours and the physical activity form.

The result of research using statistics analysis with chi-square is obtained that there is a significant relationship between magnesium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,023) < 0,05}; there is a significant relationship between Calsium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,028) < 0,05}; there is no significant relationship between vitamin E intake and the dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,38) > 0,05}; there is a significant relationship between niacin intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,002 < 0,05}; there is no significant relationship between physical activity and the dismenhorea rate among first grade female students {p(0,34) > 0,05}.

It suggested to famale student of MAN 2 Model Medan to cosume foods which rich of substance particulary magnesium, calcium and niacin for school to increase the knowledge about balance nutrition..


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YUNITA MATANARI

Tempat /Tanggal Lahir : Sidikalang/ 03 Mei 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 5 (lima) dari 7 (tujuh ) bersaudara Alamat Rumah : Jl. Batu Kapur No. 327 Sidikalang Riwayat Pendidikan : 1. 1995-2001 : SDN 033912 Sidikalang

2. 2001-2004 : SMPN 2 Sidikalang 3. 2004-2007 : MAN Sidikang

4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan kharunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, nasehat dan arahan kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan kepada penulis.

4. Bapak dr. Mhd Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan, saran selama penulis kuliah di FKM USU.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terima kasih untuk


(7)

pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan tidak lupa kepada bangMarihot yang selalu membantu penulis dalam hal administrasi. 7. Drs. H. Amarullah, SH, M.Pd selaku pimpinan MAN 2 Model Medan yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di MAN 2 Model Medan dan siswi-siswi kelas X MAN 2 Model Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penulisan skripsi ini.

8. Orangtuaku yang tercinta Bripka Muslim Matanari dan Anna Angkat. Yang telah memberikan segala-galanya kepada penulis dan Orangtua yang sangat penulis banggakan, karena semangat dan doa yang telah kalian tunjukkan telah membuat saya mampu bertahan dalam cobaan hidup.

9. Keluargaku yang tersayang Mhd Vizai Saham Matanari, A.Md, Lina Matanari, A.Ma. Pd. SD, Riris Matanari, A.Md, Asna Matanari, AMK, Maya Matanari, dedi Matanari dan Liza faizatul Azkiya Matanari yang telah banyak memberi dukungan moril maupun materil pada penulis.

10.Terkhusus buat Brigadir David Chandra yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya serta dukungan maupun semangat pada penulis.

11.Sahabat-sahabat terbaik saya yang telah banyak membantu: Cut Alia Novianda, Veranika Pakpahan, SKM, Veronica Sianturi, SKM, Meishi Sihombing, SKM, Arif Law, SKM.

12.Teman-teman Gizi (07) : Apri, Astri, Riska, Taupik, Titin, Tia,apri, ivo, fitri, Cem, Nenk, kak Sheri, kak Elsa, kak Elfrina dll.

13.Semua pihak yang telah membantu saya, baik bantuan dukungan, saran, doa, kerjasama dan masukan-masukan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


(8)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik itu dalam penulisan kata, penyusunan kalimat maupun dalam penyajian data. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, Desember 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... .i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja Putri ... 5

2.2. Menstruasi ... 6

2.2.1. Siklus Bulanan ... 7

2.2.2. Perubahan Siklus Menstruasi... 8

2.2.3. Rasa Sakit Sewaktu Mestruasi ... 9

2.3. Dismenore ... 9

2.3.1. Gejala Dan Tanda ... 10

2.3.2. Penyebab ... 10

2.3.3. Klasifikasi ... 11

2.3.4. Derajat Dismenore ... 13

2.3.5. Pengobatan... 14

2.4. Pola Makan ... 15

2.4.1. Pola Makan Remaja ... 16

2.4.2.Pola Makan dilihat dari Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Remaja 17 2.4.3. Kebutuhan Energi Remaja ... 19

2.4.4. Hubungan Status Gizi Dengan Dismenore ... 19

2.4.5. Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Nyeri Dismenore ... 20

2.4.5.1. Magnesium ... 21

2.4.5.1. Kalsium ... 21

2.4.5.1. Vitamin E ... 22

2.4.5.1. Niasin ... 22

2.4.5.1. Angka kecukupan Gizi Yang Dianjurkan ... 23


(10)

2.6. Kerangka Konsep ... 25

2.7. Hipotesa ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Sekunder ... 29

3.5 Instrumen Penelitian ... 30

3.6 Defenisi Operasional ... 30

3.7 Aspek Pengukuran ... 31

3.8. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.7.1 Pengolahan Data ... 32

3.7.2 Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Karateristik Responden ... 34

4.2.1 Umur ... 34

4.2.2 Kelas ... 34

4.3 Pola Makan ... 35

4.3.1 Jumlah Magnesium (mg) Yang di Konsumsi Siswi kelas X ... 35

4.3.2 Jumlah Kalsium (mg) Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X ... 35

4.3.3 jumlah Vitamin E (mg/d) yang Dikonsumsi Kelas X ... 36

4.3.4 Jumlah Niasin (mg/d) Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X ... 37

4.4 Aktivitas Fisik ... 37

4.5 Tingkat Nyeri Dismenore ... 38

4.6 Hubungan Pola Makan Dengan Dismenore ... 38

4.6.1 Hubungan Jumlah Magnesium (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 38

4.6.2 Hubungan Jumlah Kalsium (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 39

4.6.3 Hubungan Jumlah Vitamin E (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 40

4.6.4 Hubungan Jumlah Niasin (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 41


(11)

BAB V PEMBAHASAN

5.1.Pola Makan Siswi Kelas X Man 2 Model ... 43

5.1.1 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 43

5.1.2 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 44

5.1.3 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 45

5.1.4 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 46

5.2 Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 47

5.3 Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 47

5.4 Hubungan Pola Makan Dan Dismenore ... 48

5.4.1 Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 48

5.4.2 Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 49

5.4.3 Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 50

5.4.4 Hubungan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 51

5.5 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 51

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri ... 13


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Wanita... 23 Tabel 2.2 Tingkat Aktivitas Fisik ... 24 Tabel 3.1 Distribusi Kelas Dan Juga Sampel Yang Diambil ... 29 Tabel 4.1 Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin siswi di MAN 2

Model Medan Tahun 2011 ... 34 Tabel 4.2 Tabel distribusi frekuensi umur responden di MAN 2 model

medan tahun 2011 ... 34 Tabel 4.3 Tabel distribusi frekuensi kelas Responden di MAN 2 Model

Medan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.4 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah

Magnesium (mg) Yang Dikonsumsi ... 35 Tabel 4.5 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah Kalsium

(mg) Yang Dikonsumsi ... 36 Tabel 4.6 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah Vitamin

E Yang Dikonsumsi ... 36 Tabel 4.7 Distribusi Siswi Kelas X Berdasarkan Jumlah Niasin Yang

Dikonsumsi... 37 Tabel. 4.8 Distribusi Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model Dapat

Dilihat Dari Tabel Berikut ini ... 37 Tabel 4.9 Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Tingkat

Nyeri Dismenore ... 38 Tabel 4.10 Distribusi Hubungan Jumlah Magnesium (mg) Yang

Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi

Kelas X MAN 2 Model ... 39 Tabel 4.11 Distribusi Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi

Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X Man 2


(14)

Tabel 4.12 Distribusi Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2

Model ... 41 Tabel 4.13 Distribusi Hubungan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Dengan

Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi kelas X MAN 2 Model ... 41 Tabel 4.14 Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Nyeri


(15)

LAMPIRAN

Universal Pain Assessment Tool

Formulir Food Recall

Formulir Aktivitas Fisik

Master Data

Output Pengolahan Data


(16)

ABSTRAK

Dismenore merupakan nyeri yang dialami remaja saat menstrusi, dismenore

ini mengganggu setidaknya 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang meengganggu aktivitas harian. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami dismenore,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada sisiwi kelas x man 2 Model Medan. Jenis penelitian ini adalah desskriptif. Populasi penelitian adalah siswi kelas X man 2 model yang berjumlah 150 orang. Sampel diambil sebanyak 60 orang dengan tehnik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir

food recall 24 dan formulir aktivitas fisik.

Dari hasil penelitian menggunakan analisis statistik dengan uji chi-square

diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi magnesium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,023) < 0,05} ; ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kalsium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,028) < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi Vitamin E dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,38) > 0,05} ; ada hubungan antara yang signifikan antara konsumsi niasin dengan nyeri dismenore pada siswi kelas x {p(0,002 < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat nyeri dismenore {p(0,34) > 0,05}.

Pada siswi MAN 2 Model Medan agar mengkonsumsi makanan yang kaya akan magnesium, kalsium dan niasin. Pada pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang gizi seimbang melalui pemanfaatan UKS ( Unit Kesehatan Sekolah).


(17)

ABSTRACT

Dysmenhorrea is a pain experienced by teenagers during menstruation phase. This dismenore is annoying at least 50% of women in their reproductive period and 60-85% in teenager period that would disturb daily activity. If their nutrition status is good, so in their menstruation phase they wouldn’t be dysmenhorrae.

The objective of this research is to know the relationship between food concuption pattern and physical activity and dysmenhorrea rate among the first grade female students in MAN 2 Model Medan. Type of the research is descriptive study. The population of this research are 150 persons of first grade female students of MAN 2 Model. there are 60 person sample that taken by using simple random technique. Data collection is conducted through interview by using food recall during 24 hours and the physical activity form.

The result of research using statistics analysis with chi-square is obtained that there is a significant relationship between magnesium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,023) < 0,05}; there is a significant relationship between Calsium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,028) < 0,05}; there is no significant relationship between vitamin E intake and the dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,38) > 0,05}; there is a significant relationship between niacin intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,002 < 0,05}; there is no significant relationship between physical activity and the dismenhorea rate among first grade female students {p(0,34) > 0,05}.

It suggested to famale student of MAN 2 Model Medan to cosume foods which rich of substance particulary magnesium, calcium and niacin for school to increase the knowledge about balance nutrition..


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perjalanan hidup, normalnya wanita mengalami periode menstruasi atau haid, mulai dari usia remaja hingga monopause. Pada saat atau akan menstruasi, sering muncul keluhan, khususnya para wanita usia produktif. Bagi sebagian wanita, saat-saat menjelang menstruasi sering merasa tak nyaman bahkan sangat sering mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti sakit perut hingga bagian pinggang, mual atau pusing (Kasdu 2005).

Namun penyebabnya masih belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Gejala yang timbul dapat berhubungan dengan perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron pada siklus haid. Namun dapat juga disebabkan oleh masalah psikis wanita sendiri (Kasdu 2005).

Banyak hal yang mengatakan bahwa nyeri haid erat kaitannya dengan kebiasaan makan khususnya pada remaja. Banyak faktor yang berperan dalam hal kebiasaan makan remaja, baik yang termasuk faktor instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani, dan kejiwaan yang sakit, penilaian yang lebih terhadap mutu makanan dan pengetahuan gizi. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah pengaruh sosial budaya, agama, psikologi, maupun pengaruh ekonomi.

Ada kecenderungan kaum remaja enggan untuk makan di rumah, dan cenderung lebih suka untuk makan di luar. Sehingga sangatlah sulit untuk memantau apakah makanan yang dikonsumsinya tersebut sesuai dengan kecukupan gizinya.


(19)

Disamping itu banyak kita jumpai remaja putri yang ikut-ikutan melakukan diet untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap ramping. Namun kecenderungan itu seringkali menjadi masalah bagi kesehatannya dan remaja putri juga sering sekali tidak memperhatikan keseimbangan aktivitas tubuh dengan konsumsi zat gizi, dimana remaja sangat membutuhkan nutrisi yang banyak pada saat remaja karena gizi sangat mempengaruhi kesehatan dan fisiknya, padahal remaja putri setiap bulannya akan mengalami menstruasi dan akan kehilangan beberapa zat gizi yang terbawa oleh darah menstruasi tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan (Arisman, 2004). Walaupun menstruasi

datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama

menstruasi (Saryono, 2009). Dismenore dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami “kelumpuhan” aktivitas untuk sementara (Saryono, 2009). Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang, tetapi hal ini akan sangat menggangu syarafnya, kadang-kadang sampai mengalami penderitaan yang menahun dan kronis (Hartati, 1990).

Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami


(20)

dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989).

Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di dapatkan 1,07% - 1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008). Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 10 siswi MAN 2 Model Medan, ditemukan semua siswi mengalami dismenore dan 3 diantaranya mengalami dismenore yang sangat mengganggu aktivitas siswi tersebut.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang ”Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan

dismenore pada siswi kelas X MAN 2 MODEL Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada sisiwi kelas X MAN 2 MODEL Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore


(21)

1.3.2.Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kuantitas Magnesium, Kalsium, Vitamin E dan Niasin pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan 2011

2. Untuk mengetahui aktivitas fisik pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.

3. Untuk mengetahui tingkat nyeri dismenore yang dialami siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan 2011.

1.4.Manfaat Penelitian

Dapat dijadikan informasi bagi remaja/wanita mengenai cara mengatasi

dismenore ketika menstruasi, sehingga mereka mampu mengatasi keluhan-keluhan yang dirasakan saat menstruasi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja Putri

Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia. Pada masa ini remaja akan mengalami berbagai proses-proses perubahan secara biologis juga perubahan secara psikologis yang dipengaruhi beberapa faktor, termasuk oleh masyarakat, teman sebaya, dan juga media masa. Seseorang yang berada di masa remaja ini juga belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan pada saat yang bersamaan akan mempelajari perubahan pola perilaku dan sikap baru orang dewasa. Selain itu, remaja juga dihadapkan pada tuntutan yang terkadang bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun di masyarakat sekitar (Yahya, 2006).

Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batas usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan perlindungan Hak reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (Anonim, 2007).

Masa remaja adalah periode transisi dengan perubahan fisik yang menandai seorang anak mempunyai kemampuan bereproduksi. Anak perempuan mulai mengalami menstruasinya, anak laki-laki mulai ejakulasi. Serta tingkah laku mereka pada saat itu akan berubah cepat dan kadang-kadang menimbulkan suatu pertentangan.


(23)

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badan dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya.

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain. Secara umum di definisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering di kenal dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan (August, 2009).

2.2. Mentruasi

Sekitar satu kali setiap bulan, pada masa tahun-tahun suburnya, perempuan menjalani masa beberapa hari dimana ada cairan dari rahim yang mengalir lewat vaginanya. Peristiwa bulanan ini disebut menstruasi. Menstruasi adalah proses yang sehat, bagian dari kesiapan tubuh perempuan untuk menyonsong kemungkinan terjadinya kehamilan.

Kebanyakan perempuan menganggap menstruasi sebagai bagian yang normal dari kehidupan mereka. Tapi sering mereka tak tahu mengapa menstruasi datang, atau mengapa kadang terjadi perubahan dalam siklusnya.


(24)

2.2.1. Siklus bulanan

Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun yang terus berlanjut sampai umur 45-50 tahun tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Setiap perempuan memiliki siklus (lingkaran jadwal) yang berlainan dari perempuan lain. Siklus bulanan ini berawal dari pertama datangnya menstruasi. Kebanyakan perempuan mendapat menstruasi setiap 28 hari sekali, tapi ada juga yang selang 20 hari sudah mendapat menstruasi lagi, dan ada jaraknya sampai 25 hari.

Selama siklus bulanan, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dalam indung telur berubah. Pada pengaruh pertama siklus ini, yang dihasilkan oleh indung telur sebagian besar adalah estrogen. Estrogen ini menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal diseputar dinding rahim. Tubuh perempuan membuat lapisan itu demi kemungkinan tumbuhnya janin.

Pada pengaruh kedua dalam siklus menstruasi, yakni antara pertengahan sampai datangnya menstruasi berikutnya, tubuh perempuan jnuga menghasilkan hormon progesteron. Progesteron menyiapkan rahim untuk kehamilan.

Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal pada wanita. Untuk mengenal gejala-gejala saat menstruasi perlu dimengerti juga tentang bagaiman siklus

menstruasi itu bekerja. Hal ini sangat penting dilakukan untuk membantu memprediksi dan mengatasi gejala.

Hari ke-1 dalam siklus menstruasi merupakan awal dari sebuah periode, sekitar hari ke-5, estrogen membantu lapisan uterus untuk mempersiapkan proses kehamilan sehingga lapisan uterus akan tumbuh dan menebal. Sekitar hari ke-14,


(25)

salah satu ovarium akan melepaskan sebuah telur. Hal ini dinamakan sebagai ovulasi, setelah mencapai tahap ovulasi, progesteron akan meningkat. Pada tahap ini, gejala-gejala rasa sakit sebelum menstruasi mulai tanpak. Sekitar hari ke-28, hormon progesteron akan menurun dan menyebabkan dinding uterus meluruh sehingga terjadi perdarahan yang biasa disebut menstruasi. Pada tahap ini, gejala-gejala rasa sakit sebelum menstruasi sudah mulai menghilang. Hal ini menandai awal dari siklus yang baru. Siklus menstruasi akan terus berlanjut.

2.2.2. Perubahan Siklus Menstruasi

Ada kalanya indung telur tidak melepas satupun sel telur ke rahim. Jika ini terjadi, tubuh hanya sedikit memproduksi progesteron, dan perubahan jumlah produksi hormon ini menyebabkan seberapa sering dan seberapa banyak menstruasi ikut berubah. Remaja yang baru saja mendapat menstruasi pertama mungkin saja mendapat menstruasi satu kali dalam beberapa bulan, darah yang keluar hanya sedikit, atau justru sebaliknya mengeluarkan lebih banyak darah, dan sebagian remaja tertentu akan mengalami rasa sakit saat akan menjelang mentruasi. Keadaan seperti ini tergolong normal dan akan tertata sesudah beberapa lama.

Saat mulai menjelang akhir masa subur dan mendekati monopouse, barang kali menstruasi akan lebih banyak atau lebih sering ketimbang biasanya. Pada masa monopouse sudah sangat dekat, bisa juga menstruasi akan mendadak berhenti lalu setelah beberapa bulan akan mendapat menstruasi lagi. Keadaan seperti ini adalah keadaan yang normal.


(26)

2.2.3. Rasa Sakit Sewaktu Menstruasi

Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal yang terjadi pada wanita subur. Namun saat akan mengalami menstruasi kadang-kadang terdapat keluhan-keluhan atau rasa sakit yang mengganggu aktivitas wanita. Namun jika disertai dengan berbagai keluhan yang berat dan periodik setiap menjelang menstruasi maka kondisi metabolisme yang mungkin terjadi. Keluhan yang timbul dapat berupa depresi alam perasaan, perasaan putus asa, rasa cemas tegang, perubahan mood secara tiba-tiba, mudah marah, sensitif, penurunan ketertarikan pada aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan, kesulitan dalam konsentrasi, kelemahan, kurang energy, perubahan nafsu makan, banyak makan, pilih-pilih makanan, gangguan tidur maupun gejala fisik seperti : payudara menegang, bengkak, sakit kepala, sakit sendi atau otot, bengkak, penambahan berat badan. Sebagian besar wanita mengalami gangguan atau keluhan saat menstruasi, diantaranya nyeri saat haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga dismenore atau menstrual cramps. Dahulu, dismenore dianggap sebagai masalah psikologis wanita, tetapi sekarang merupakan kondisi medis yang nyata.

Keluhan dalam sindrom menstruasi akan hilang ketika menstruasi terjadi dan akan muncul kembali ketika menjelang menstruasi. Keluhan yang terjadi dirasakan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, oleh karena itu pemahaman yang mendasar untuk mengenali maupun mengatasi masalah yang timbul.

2.3. Dismenore

Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau terjadi bersamaan saat menstruasi. Nyeri haid/dismenore merupakan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor


(27)

psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore

ini (Annathayakheisha,2009).

2.3.1. Gejala dan tanda

Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.

Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.

2.3.2. Penyebab

Dismenore disebabkan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah, prostaglandin dan faktor stress/psikologi mengakibatkan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Dismenore juga disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu bisa karena penyakit (radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang berlebihan.

Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah: 1. Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)


(28)

2. Kurang berolah raga

3. stres psikis atau stres sosial.

2.3.3. Klasifikasi

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati.

Berdasarkan jenis nyeri :

1. Dismenore spasmodik

Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah menstruasi dimulai. Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik tidak dapat melakukan aktvitas.

Tanda dismenore spasmodik antara lain : a. Pingsan

b. Mual c. Muntah

2. Dismenore kongestif

Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain: a. Pegal pada paha


(29)

c. Lelah

d. Mudah tersinggung e. Kehilangan keseimbangan f. Ceroboh

g. Gangguan tidur

Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah: 1. Dismenore primer

Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya. Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi yang hebat. Biasanya

dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 1-2 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit.

2. Dismenore sekunder

Disebut dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.

Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.

Penyebab dari dismenore sekunder adalah a. Endometriosis


(30)

c. Adenomiosis

d. Peradangan tuba fallopi

e. Perlengketan abnormal antara organ didalam perut f. Pemakaian IUD

2.3.4. Derajat Dismenore

Menurut Potter (2005), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Ada 2 cara untuk menentukan tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut, yaitu Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) dan (Numerical Ratting Scale/NRS). Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat Verbal Descriptor Scale/VDS ini memungkinkan responden untuk mendeskripsikan nyeri yang dialaminya, sedangkan skala penilaian numerik (Numerical Ratting Scale/NRS) lebih digunakan sebagai pengganti pendskripsi kata. Salah satu alat untuk menetukan tingkat nyeri adalah universal pain assessment tool.

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Tak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri sedang nyeri berat nyeri yak tertahankan

Skala Intensitas Nyeri Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(31)

2.3.5. Pengobatan

Diketahui bahwa beberapa hormon seperti prostaglandin dapat membuat rahim berkontraksi. Wanita yang menderita kejang merasakan sakit yang ditimbulkan kontraksi tersebut. Salah satu cara mengurangi nyeri itu mungkin dengan mengurangi jumlah prostaglandin tertentu yang diproduksi tubuh sehingga kontraksi tersebut tidak begitu kuat (Beryl, 1995). Adapun pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi dismenore adalah sebagai berikut :

a. Obat nonsteroid antiinflamatory

Obat nonsteroidal antiinflammatory yang berguna untuk menghambat pembentukan prostaglandin yang dapat mengurangi dismenore (Lethaby, 2007). b. Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dengan dosis yang rendah dapat mengurangi dismenore (Zoler, 2004). Hormon-hormon pada kontrasepsi dapat mengontrol pertumbuhan dinding uterus sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya, kontraksi lebih sedikit, aliran darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.

c. Pijatan/massage

Pijatan/massage berguna untuk menstimulasi pembuluh darah kecil di bawah kulit sehingga memberikan rasa rileks. Pijatan/massage ini diberikan pada bagian kepala, leher, dan bagian tulang belakang (Kingston, 1995).

d. Kompres hangat

Kompres dengan air hangat dapat membantu pada masa haid karena panas dapat mengurangi nyeri. Kenyamanan yang dirasakan pada sebuah botol berisi air panas


(32)

yang ditaruh pada tempat yang nyeri seperti pada perut bagian bawah atau punggung ( Kingston, 1995).

e. Perubahan diet

Meningkatan konsumsi serat, kalsium, makanan yang mengandung kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta meningkatkan konsumsi magnesium, kalsium, vitamin B6 dan E, dan mengonsumsi suplemen minyak ikan yang mengandung omega 3 dapat mengurangi dismenore (Tran, 2001).

2.4. Pola Makan

Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi, begitu juga dengan sebaliknya konsumsi makanan yang kurang, baik yang mengandung karbohidrat, lemak dan zat-zat gizi lainnya akan meyebabkan jumlah energi yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan. Dan sebagian orang memiliki kebasaan makan yang tidak benar sehingga memacu beberapa penyakit. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan yang penuh kalori atau makanan siap saji terutama bagi anak sekolah, padahal anak sekolah memerlukan asupan gizi yang cukup.

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seprti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Khususnya pada remaja putri yang setiap bulannya akan mengalami siklus menstruasi, yang dalam hal ini remaja putri sangat banyak membutuhkan asupan besi, kalsium dan beberapa vitamin dikarenakan pada saat menstruasi banyak zat-zat gizi yang terbawa oleh darah menstruasi tersebut.


(33)

Penelitian terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukkan asupan besi sebagian besar remaja putri tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Dinegara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja lelaki dan 26% remaja putri menderita anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang ( 10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi (Arisman, 2004)

2.4.1.Pola Makan Remaja

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Menurut khumaidi (1994), kebiasaan makan adalah tingkah laku manuasia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sejak dahulu makanan juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan persahabatan.

Makanan merupakan kebutuhan bagi hidup manusia, makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada masyarakat dikenal pola makan dan kebiasaan makan dimana seseorang/sekelompok orang tinggal. Salah satu fungsi utama makanan adalah memberikan energi. Energi itu tidak hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya organ-organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan diukur dalam kalori dan


(34)

kebutuhan kalori harian seorang seorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seorang tinggal ( Sediaoetama, 1996).

Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang memungkin seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih. Dan pada masa remaja kegiatan maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh jumlah konsumsi makanan yang kurang maupun lebih.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan remaja agar selalu sehat bukan hanya untuk saat itu tetapi juga menunjang kesehatan seumur hidupnya adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat membutuhkan protein, vitamin dan mineral. Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut tidak akan sakit. Ada jenis-jenis makanan tertentu yang sangat penting bagi gadis remaja. Ketika ia mulai mendapat menstruasi, tipa bulan ada sejumlah darah yang keluar. Remaja putri tersebut akan menghadapi resiko anemia atau kurang darah. Darah haid harus diganti dengan memakan buah-buahan yang mengandung zat besi dan kalsium untuk tulangnya kuat.

2.4.2. Pola Makan dilihat dari Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Remaja

Dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, manusia diharapkan memakan makanan yang beraneka ragam. Makin beragam jenis makanan yang dikonsumsi akan semakin baik, karena tidak ada satu makanan yang menyediakan semua unsur yang dibutuhkan (Helven, 2008)

Di dalam setiap jenis bahan makanan, tergantung zat gizi dimana jenis dan jumlahnya sangat bervariasi antara jenis bahan makanan yang satu dengan yang


(35)

lainnya. Satu jenis bahan makanan paling sedikit mengandung satu jenis zat gizi dengan kadar yang relatif berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, atau tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari boleh dikatakan tidak ada orang yang mengkonsumsi hanya satu jenis bahan makanan, tetapi terdiri dari beberapa jenis. Orang yang mengkonsumsi hidangan makanan yang terdiri dari campuran berbagai jenis bahan makanan akan memperoleh zat gizi beraneka ragam yang terkandung dlam makanan yang bersangkutan. Ini berati kebutuhan individu akan berbagai jenis zat dapat lebih dijamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam.

Kebanyakan dari remaja konsumsi makanan yang beraneka ragam sangatlah jarang sekali dilakukan, dimana remaja kususnya anak sekolah mempunyai kebiasaan yang sampai saat ini tidak dapat dirubah, yaitu kebiasaan makan makanan jajanan. Dimana makanan jajanan ini banyak mengandung kalori tetapi tidak banyak mengandung zat gizi yang dapat memenuhi kubutuhan gizi remaja. Ditambah lagi dengan remaja putri yang memiliki program diet agar terlihat cantik karena saat remaja merupakan masa puber yaitu perubahan ragawi maupun mental. Dimana keadaan ini sangat membahayakan gizi remaja putri tersebut. Frekuensi dan waktu makannya pun kadang kurang atau melebihi dari frekuensi makan yang ideal yaitu sekali makan pagi, siang dan makan malam. Hal ini disebabkan juga karena adanya masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga ataupun aktivitasnya sehari-hari.


(36)

2.4.3. Kebutuhan Energi Remaja

Kebutuhan energi remaja putri berbeda dengan remaja putra, dimana untuk mengerjakan aktivitas, seorang wanita hanya menghabiskan lebih sedikit energi dari pria, hal ini disebabkan karena pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik, yang membutuhkan energi yang relatif banyak dan juga karena wanita memiliki berat tubuh yang lebih ringan dibanding pria.

Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi ketimbang remaja putri. pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal perhari. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), dan kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis bukan usia kronologis.

2.4.4. Hubungan Status Gizi dengan Dismenore

Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarke atau haid pertama baik dari faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhan-keluhan selama menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis, wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Akan tetapi, pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.

Menurut Heryati (2005), remaja wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang agar status gizinya baik. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami keluhan seperti nyeri


(37)

haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Paath, 2005).

2.4.5. Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Nyeri Dismenore

Dismenore merupakan keluhan nyeri saat datang bulan, biasanya nyeri dirasakan di bagian bawah perut. Salah satu alternatif untuk mengurangi dismenore

yakni, terapi nutrisi. Menurut Hill (2002), untuk dapat mengurangi kram saat

menstruasi, diperlukan zat gizi sebagai terapi, yaitu (1) mengonsumsi Magnesium sebanyak 300 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap empat jam sekali selama keluhan sakit dirasakan, (2) mengonsumsi Kalsium sebanyak 800-1000 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 250-500 mg setiap empat jam sekali selama keluhan sakit dirasakan, (3) mengonsumsi Vitamin E sebanyak 800 IU, dan (4) mengonsumsi Niasin sebanyak 200 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap 2-3 jam selama keluhan sakit dirasakan.

Beberapa penelitian juga menyebutkan hubungan beberapa zat gizi dengan penurunan tingkat nyeri saat menstruasi. Sebuah jurnal yang ditulis oleh Werbach (2004), menyatakan bahwa niasin, tiamin, vitamin E, dan magnesium dapat mengurangi dismenore.

Wanita yang mengalami dismenore perlu mengonsumsi kacang-kacangan atau makanan yang kaya akan omega 3 dan 6 sedikitnya dua atau tiga minggu sebelum datangnya haid. Ini dikemukakakn oleh Dr. Salinel Jr. yang mengatakan bahwa kacang-kacangan atau makanan yang kaya akan omega 6 merupakan suatu antiinflammatory yang dapat mengatasi kegelisahan nyeri pada waktu menstruasi.


(38)

2.4.5.1. Magnesium

Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung (Hill, 2002). Selain itu, magnesium juga berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu, magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi (Dean, 2010).

Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga merupakan sumber magnesium yang baik (Almatsier, 2004).

2.4.5.2. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi bagi Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi saraf. Jika otot tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur sehingga dapat mengakibatkan kram (Hill, 2002).

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mangandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2004).


(39)

2.4.5.3. Vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin E mempunyai fungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh (Hill, 2001). Vitamin E sangat penting untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas serta mencegah berbagai penyakit, mengurangi kelelahan, hingga memperlambat penuaan dini yang dikarenakan oleh proses oksidasi.

Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas (Almatsier, 2004).

2.4.5.4. Niasin

Niasin berfungsi di dalam tubuh sebagai bagian koenzim NAD dan NADP. Koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme protein, asam lemak, pernafasan sel dan detoksifikasi (Almatsier, 2004).

Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah. Susu dan telur mengandung sedikit niasin. Sayur dan buah tidak merupakan sumber niasin. Akibat kekurangan niasin adalah kelemahan otot, anoreksia, gangguan pencernaan dan kulit memerah (Almatsier, 2004).

2.4.5.5. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary Allowance (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat (Almatsier, 2004).


(40)

Tabel 2.1. Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Wanita

Umur (tahun)

Magnesium (mg)

Kalsium (mg)

Vitamin E (mg/d)

Niasin (mg/d)

11-14 240 1300 11 12

15-18 360 1300 15 14

19-24 310 1000 15 14

Sumber : Hill, Mc. Graw. Nutrition Almanac, 2002. 2.5.Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energy. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain berjalan, berlari, berolahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda, dan lain-lain (Agustiani, dkk 2008). Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya mengurangi gejala-gejala dismenore adalah berolah raga. Olah raga merupakan salah satu tehnik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid, hal ini disebabkan pada saat melakukan olah raga, tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman. (Harry, 2007).

Aktivitas fisik digolongkan menjadi berat, sedang dan ringan. Pada umumnya anak sekolah tergolong tergolong aktivitas sedang, karena aktivitas yang dilakukan hanyalah sekolah yaitu dengan kegiatan duduk, berdiri, berjalan, menulis dll (Helven, 2008).

Seluruh aktivitas tersebut memerlukan energi didalam tubuh yang terbuang, begitu juga dengan sebaliknya dengan berkurangnya aktivitas fisik maka banyak cadangan energi yang tersimpan.


(41)

Pengeluaran energi dikelompokkan menurut jenis kegiatan, yaitu tidur, pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga, sosial dan olahraga).

Tingkat aktivitas fisik (physical activity level) tidak dapat dihitung pada ibu hamil dan ibu menyusui, namun berlaku pada orang dewasa, adapun perhitungan tingkat aktivitas fisik yaitu :

PAL =

1440menit(24jam) Tingkat aktivitas fisik dalam sehari

Sedang untuk menentukan total aktivitas fisik dengan cara : Total aktivitas fisik = Aktivitas Fisik x PAL

Sebagai cotoh dari tingkat aktivitas fisik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas Jenis Aktivitas PAL

Tidak beraktivitas Tidur 0,5

Ringan Sekali Hanya duduk ( untuk usia > 65 tahun, sakit)

1,2 – 1,3 Ringan sedang Kerja kantor, pekerja toko 1,4 – 1,5

Sedang Mengemudi, belajar,

mengajar

1,6 – 1,7

Berat Kegiatan yang membutuhkan

waktu untuk berdiri, melakukan pekerjaan rumah, polisi.

1,8 – 1,9

Berat Sekali Atlet 2,0 – 2,4


(42)

2.6. Kerangka Konsep

Dalam hal ini variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari kerangka konsep di atas dapat dijelaskan apakah ada hubungan pola makan berupa ketersediaan zat gizi (Magnesium, Kalsium, Vitamin E serta Niasin ) dan aktivitas fisik (olahraga) terhadap dismenore yang terjadi pada siswi di MAN 2Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.

2.7. Hipotesa

1. Ho : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011

Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011

Pola makan berupa ketersediaan zat gizi dalam makanan, meliputi :

- Magnesium - Kalsium - Vitamin E - Niasin

Aktivitas fisik ( Olahraga )


(43)

2. Ho : Tidak ada hubungan antar aktivitas fisik dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011

Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian

crossectional untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan

dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.

3.2.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Model MEDAN yang terletak di Jl. Willem Iskandar No. 7A. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan yaitu :

1. Dari hasil survei pendahuluan banyak siswi kelas X MAN 2 Model Medan yang mengalami gangguan dismenore.

2. Peneliti lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian di sekolah ini, karena tidak ada penelitian tentang dismenore sebelumnya.

3. Disekolah tersebut terdapat kegiatan tambahan belajar siswi, sehingga aktivitas belajar lebih banyak.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli – Desember 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas X MAN 2 Medan Jl. Willem Iskandar dimana jumlah siswi sebanyak 150 orang.


(45)

3.3.2. Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo S, 2005):

N n =

1 + N (d²) Keterangan :

N = Jumlah seluruh siswi kelas X n = Besar sampel

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan sebesar0,1 (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan survei awal populasi siswi MAN 2 Model Medan adalah 150 orang. Maka, sampel dari siswi MAN 2 Model Medan adalah 60 orang.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan disajikan untuk analisis dilakukan dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap kelas agar setiap siswi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap kelas. Penentuan sampel dari setiap kelas dengan menggunakan metode alokasi atau proporsional, yaitu :

NH

nh = x n N

nh : Besar sampel setiap kelas NH : Besar populasi setipa kelas n :Total sampel


(46)

berikut uraian kelas dan jumlah sampel yang diambil dengan kriteria siswi yang telah menstruasi.

Tabel. 3.1 Distribusi Kelas Dan Juga Sampel Yang Diambil

No Kelas Populasi siswi Jumlah sampel

1 X – I 22 9

2 X – II 24 10

3 X – III 22 9

4 X – IV 24 10

5 X – V 21 8

6 X – VI 20 8

7 X – VII 17 6

Jumlah 150 60

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing kelompok populasi (berdasarkan kelas) dengan cara tehnik undian.

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data primer

Data primer meliputi pola makan (Jumlah Magnesium, Jumlah Kalsium, Jumlah Vitamin E dan Jumlah Niasin) yang dihitung/diukur melalui food recall 24 jam yang dilakukan secara beturut-turut selama 2 hari dan aktivitas fisik (Tidak beraktivitas, Ringan sekali, ringan sedang, sedang, Berat, Sangat berat) dihitung dari hasil formulir aktivitas fisik.

3.4.2.Data sekunder

Data sekunder yaitu data dari sekolah yang diperolah dari bagian tata usaha, survei dan penelitian serta literatul yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(47)

3.5.Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa : 1. Universal Pain Assessment Tool

2. Formulir food recall

3. Formulir aktivitas fisik

4. Daftar komposisi bahan makanan ( DKBM ) 5. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan ( DKGA ) 6. Nutrisurvey

3.6. Defenisi Operasional

1. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai ketersediaan zat gizi berupa jumlah Magnesium, jumlah Kalsium, jumlah Vitamin E serta jumlah Niasin yang dikonsumsi responden.

2. Jumlah Magnesium adalah banyaknya nilai Magnesium (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

3. Jumlah Kalsium adalah banyaknya nilai Kalsium (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

4. Jumlah Vitamin E adalah banyaknya nilai Vitamin E (mg/d) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

5. Jumlah Niasin adalah banyaknya nilai Niasin (mg/d) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

6. Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan responden dalam sehari.

7. Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau terjadi bersamaan saat menstruasi.


(48)

3.7.Aspek Pengukuran

1. Tingkat nyeri dismenore diketahui dengan menggunakan universal pain assessment tool, dapat dikategorikan atas : tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri tidak tertahankan.

2. Jumlah Magnesium dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :

a. Kurang, jika AKG ≤ 360 mg b. Cukup, jika AKG ≥ 360 mg

3. Jumlah Kalsium dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :

c. Kurang, jika AKG ≤ 1300 mg d. Cukup, jika AKG ≥ 1300 mg

4. Jumlah Vitamin E dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :

e. Kurang, jika AKG ≤ 15 mg/d f. Cukup, jika AKG ≥ 15 mg/d

5. Jumlah Niasin dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :

g. Kurang, jika AKG ≤ 14 mg/d h. Cukup, jika AKG ≥ 14 mg/d

6. Aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan tingkat aktifitas fisik (physical activity level), dikategorikan menjadi :


(49)

b. Ringan sekali, jika PAL 1,2 – 1,3 c. Ringan sedang, jika PAL 1,4 – 1,5

d. Sedang, jika PAL 1,6 – 1,7

e. Berat, jika PAL 1,8 – 1,9

f. Sangat berat, jika 2,0 – 2,4

3.8. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1.Pengolahan Data

1. Editing yaitu, memeriksa kembali data yang telah dikumpul, jika terdapat kesalahan, data diperbaiki kembali agar informasi yang didapat benar dan akurat. 2. Tabulating yaitu, data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk

mempermudah pengolahan data serta pengambilan keputusan.

3.8.2.Analisis Data

Data yang telah dikumpul, diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan dismenoe dan hubungan aktivitas fisik dengan dismenore digunakan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95%.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MAN 2 Model terletak di jalan Willem Iskandar No. 7a Medan Kecamatan Medan Perjuangan. MAN 2 Model memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu rungan Labolatorium, Perpustakaan, Ruang komputer, Ruang media, musolla, lapangan basket, auditorium dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun rungan untuk siswi terdiri dari :

- Kelas 1 : 10 kelas

- Kelas II : 12 kelas yang terdiri dari 6 jurusan IPA, 4 jurusan IPS, 1 jurusan IPB dan 1 jurusan agama.

- Kelas III : 11 kelas yang terdiri dari 5 jurusan IPA, 4 Jurusan IPS, 1 jurusan IPB dan 1 jurusan agama.

Jumlah seluruh siswanya adalah 1029 orang dengan perincian sebagai berikut : - Kelas 1 : 321 orang

- Kelas 2 : 376 orang - Kelas 3 : 334 orang

Berdasarkan jenis kelamin siswa di MAN 2 Model yang berjenis kelamin perempuan yaitu 619 0rang (60,2%) dan laki-laki sebanyak 410 orang (39,8%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(51)

Tabel 4.1. Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin siswi di MAN 2 Model Medan Tahun 2011

No Jenis kelamin n %

1. Laki-laki 410 39,8

2. Perempuan 619 60,2

Jumlah 1029 100,0 4.2. Karateristik Responden

4.2.1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa umumnya responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 47 orang (78,3%) dan yang paling sedikit berumur 16 tahun yaitu 13 orang (21,7%).

Tabel 4.2. Tabel distribusi frekuensi umur responden di MAN 2 model medan tahun 2011

No Umur n %

1. 15 47 78,3

2. 16 13 21,7

Jumlah 60 100,0

4.2.2. Kelas

Dari 60 siswi yang diteliti, sebanyak 9 orang (15%) berada dikelas X-1, 10 orang (16,7%) berada di kelas X-II, 9 orang (15%) berada dikelas X-III, 10 orang (16,7%) berada di kelas X-IV, 8 orang (13,3%) berada di kelas X-V, 8 orang (13,3%) berada di kelas X-VI, 6 orang (10%) berada di kelas X-VII. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(52)

Tabel 4.3. Tabel distribusi frekuensi kelas Responden di MAN 2 Model Medan Tahun 2011.

No Kelas n %

1. X- I 9 15,0

2. X – II 10 16,7

3. X –III 9 15,0

4. X – IV 10 16,7

5. X – V 8 13,3

6. X – VI 8 13,3

7. X- VII 6 10,0

Jumlah 60 100,0

4.3. Pola Makan

4.3.1. Jumlah Magnesium Yang di Konsumsi Siswi kelas X

Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Magnesium yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi.

No. Tingkat Konsumsi magnesium n %

1. Kurang 28 46,7

2. Cukup 32 53,3

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa konsumsi Magnesium responden yang tergolong kurang sebanyak 28 orang (46,7%) sedangkan konsumsi Magnesium responden yang tergolong cukup sebanyak 32 orang (53,3%), dimana rata-rata konsumsi magnesium responden yaitu 382,2 mg.

4.3.2. Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X

Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah kalsium yang dikosumsi siswi kelas X dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(53)

Tabel 4.5. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi.

No. Tingkat Konsumsi Kalsium n %

1. Kurang 25 41,7

2. Cukup 35 58,3

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa konsumsi Kalsium responden yang tergolong cukup sebanyak 25 orang (41,7%) sedangkan konsumsi Kalsium responden yang tergolong kurang sebanyak 35 orang (58,3%), dimana rata-rata konsumsi kalsium responden yaitu 1339,4 mg.

4.3.3. Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X

Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Vitamin E yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi.

No. Tingkat Konsumsi Vitamin E n %

1. Kurang 39 65,0

2. Cukup 21 35,0

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa konsumsi Vitamin E responden yang tergolong kurang sebanyak 39 orang (65,0%) sedangkan konsumsi Vitamin E responden yang tergolong cukup sebanyak 21 orang (35,0%), dimana rata-rata konsumsi vitamin E responden yaitu 8,9 mg/d.


(54)

4.3.4. Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X.

Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Niasin yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi.

No. Tingkat Konsumsi Niasin n %

1. Kurang 21 35,0

2. Cukup 39 65,0

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa konsumsi Niasin responden yang tergolong kurang sebanyak 21 orang (35,0%) sedangkan konsumsi Niasin responden yang tergolong cukup sebanyak 39 orang (65,0%), dimana rata-rata konsumsi niasin responden yaitu 19,4 mg/d.

4.4. Aktivitas Fisik

Distribusi aktivitas fisik siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 4.8. Distribusi Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model Dapat Dilihat Dari Tabel Berikut ini.

No. Aktivitas Fisik n %

1. Ringan sedang 50 83,3

2. Sedang 10 16,7

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden siswi MAN 2 Model kurang menggunakan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, baik pada saat kegiatan disekolah maupun pada saat dirumah.


(55)

4.5. Tingkat Nyeri Dismenore

Distribusi tingkat nyeri dismenore siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore

No. Tingkat Nyeri Dismenore n %

1. Ringan 28 46,7

2. Sedang 18 30,0

3. Berat 14 23,3

Jumlah 60 100,0

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden siswi MAN 2 Model mengalami dismenore dengan tingkat nyeri Ringan yaitu sebanyak 28 orang (46,7%).

4.6. Hubungan Pola Makan dengan Dismenore

Hubungan pola makan dengan dismenore dapat dilihat dari hasil tabulasi silang antara jumlah Magnesium, jumlah Kalsium, jumlah Vitamin E dan jumlah Niasin yang dikonsumsi dengan tingkat Nyeri Dismenore.

4.6.1. Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore

Hubungan jumlah Magnesium yang dikonsumsi dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(56)

Tabel 4.10. Distribusi Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model

No.

Jumlah Magnesium

yang Dikonsumsi

Tingkat nyeri dismenore Jumlah

p Ringan Sedang Berat

N % n % n % n %

1. Kurang 10 35,7 7 25,0 11 39,3 28 100,0

0,023

2. Cukup 18 56,2 11 34,4 3 9,4 32 100,0

Dari tabel 4.10 terlihat bahwa responden dengan konsumsi Magnesium dengan kateori kurang sebanyak 28 orang, mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri dismenore kategori berat yaitu 11 orang (39,3%), sedangkan responden dengan konsumsi Magnesium dengan kategori cukup yaitu sebanyak 32 orang, mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri dismenore dengan kategori ringan yaitu 18 orang (56,2%). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh p(0,023) < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jumlah Magnesium yang dikonsumsi dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model.

4.6.2. Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore

Hubungan jumlah kalsium yang dikonsumsi dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(57)

Tabel 4.11. Distribusi Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model

No. Jumlah Kalsium yang

dikonsumsi

Tingkat nyeri dismenore Jumlah

P Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

1. Kurang 8 32,0 7 28,0 10 40,0 25 100,0

0,028

2. Cukup 20 57,2 11 31,4 4 11,4 35 100,0

Dari tabel 4.11 terlihat bahwa responden dengan konsumsi Kalsium dengan kategri kurang sebanyak 35 orang, mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri

dismenore kategori berat yaitu 10 orang (40,0%), sedangkan responden dengan konsumsi Kalsium dengan kategori cukup yaitu sebanyak 35 orang, mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri dismenore dengan kategori ringan yaitu 20 orang (57,2%). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh p(0,028)

< α(0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jumlah kalsium yang dikonsumsi dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model.

4.6.3. Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore

Hubungan jumlah Vitamin E yang dikonsumsi dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(58)

Tabel 4.12. Distribusi Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model

No. Jumlah Vitamin E yang

dikonsumsi

Tingkat nyeri dismenore Jumlah

P Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

1. Kurang 18 46,2 10 25,6 11 28,2 39 100,0

0,39

2. Ccukup 10 47,6 8 38,1 3 14,3 21 100,0

Dari tabel 4.12. terlihat bahwa responden mempunyai tingkat konsumsi Vitamin E kategori kurang yaitu sebanyak 39 orang, baik itu responden dengan tingkat nyeri dismenore ringan, sedang maupun berat. Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p(0,397) > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah Vitamin E yang dikonsumsi dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model.

4.6.4. Hubungan Jumlah Niasin (mg/d) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore

Hubungan jumlah Niasin yang dikonsumsi dengan dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.13. Distribusi Hubungan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi kelas X MAN 2 Model

No. Jumlah niasin yang dikonsumsi

Tingkat nyeri dismenore Jumlah

P Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

1. Kurang 9 42,9 2 9,5 10 47,6 21 100,0

0,002


(59)

Dari tabel 4.13 terlihat bahwa responden dengan konsumsi Niasin dengan kategori kurang sebanyak 21 orang, dimana mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri dismenore kategori berat yaitu 10 orang (47,6%), sedangkan responden dengan konsumsi Niasin dengan kategori cukup yaitu sebanyak 39 orang, mereka lebih banyak mempunyai tingkat nyeri dismenore dengan kategori ringan yaitu 19 orang (48,7%). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh p(0,002) < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jumlah Niasin yang dikonsumsi dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model.

4.7. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore

Hubungan aktivitas fisik dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X Man 2 Model dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model

No. Aktivit as fisik

Tingkat nyeri dismenore Jumlah P Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

1 Ringan

sedang

25 50,0 15 30,0 10 20,0 50 100,0

0,34

2 Sedang 3 30,0 3 30,0 4 40,0 10 100,0

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dari siswi kelas x MAN 2 Model mempunyai aktivitas ringan sedang yaitu sebanyak 50 orang, baik pada responden dengan tingkat nyeri dismenore ringan, sedang maupun berat. Dari hasil statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p(0,34) > 0,05 yang bererti tidak ada hubungan yang signifikan antari aktivias fisik dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Medan.


(60)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model

5.1.1. Pola Makan Berdasarkan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi magnesium pada siswi kelas X MAN 2 Model Medan yang terbanyak berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 53,3 %. Rata-rata tingkat konsumsi magnesium siswi kelas X MAN 2 Model Medan dengan kategori cukup ialah sebesar 382,2 mg, dimana angka kecukupan Magnesium yang dianjurkan per orang/perhari yaiu sebesar 360 mg, dan hampir semua siswi kelas X MAN 2 Model mengkonsumsi magnesium yang cukup. Pada umumnya siswi kelas X MAN 2 model selalu mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung magnesium tinggi, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, sereal yang merupakan sumber utama magnesium. Selain itu siswi X MAN 2 model juga banyak yang mengkonsumsi daging yang merupakan bahan makanan yang mengandung magnesium yang baik. Pada malam hari dan pagi hari siswi X MAN 2 Model Medan sering mengkonsumsi susu, dimana susu juga merupakan sumber magnesium yang baik.

Pada saat istirahat disekolah siswi kelas X MAN 2 Model banyak menghabiskan waktu istirahat dengan bersantai sambil mengkonsumsi makanan jajanan seperti coklat beng-beng, roti coklat, kerupuk singkong, dimana makanan jajanan tersebut mengandung magnesium. Begitu juga saat berada dirumah maupun


(61)

diluar sekolah, siswi X MAN 2 Model sering mengkonsumsi makanan-makan berat selain nasi seperti mie bakso daging sapi, mie ayam dan sebagainya dimana itu semua terdapat daging yang megandung magnasium.

Magnesium sangat berguna bagi tubuh, dalam tubuh magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung ( hill, 2002). Selain itu Magnesium juga berfungsi untuk memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi (Dean, 2002).

5.1.2. Pola Makan Berdasarkan Jumlah Kalsium yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi Kalsium pada siswi kelas X MAN 2 model Medan yang terbanyak berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 58,3 %. Rata-rata tingkat konsumsi kalsium siswi kelas X MAN 2 Model dengan kategori cukup ialah sebesar 1339,4 mg, dimana angka kecukupan magnesium yan dianjurkan per orang/perhari yaiu sebesar 1300 mg, dan hampir semua siswi kelas X MAN 2 model mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti keju. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan food recall ternyata banyak siswi yang minum susu, baik susu cair, susu kental manis maupun susu coklat dimana semua minuman tersebut mengandung kalsium yang tinggi. Selain itu siswi kelas x


(62)

man 2 model juga selalu mengkonsumsi roti keju seperti rechesst, rechesst nabati, wafer keju yang merupakan sumber kalsium.

Dari hasil food recall 24 jam yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswi mengkonsumsi ikan seperti ikan teri kering goreng, ikan tongkol dimana ikan tersebut merupakan sumber kalsium yang baik. Siswi kelas X MAN 2 Model juga mengkonsumsi bahan makanan hasil olahan kacang-kacangan seperti tahu dan tempe dimana tahu dan tempe merupakan sumber kalsium yang baik. Saat berada dirumah selesai makan siang maupun makan malam atau saat santai, siswi kelas X MAN 2 model Medan mengkonsumsi buah-buahan seperti jeruk, dimana jeruk juga mengandung kalsium. Pada saat istirahat disekolah siswi kelas X MAN 2 Model senang mengkonsumsi makanan jajanan seperti coklat-coklatan dimana coklat juga mengandung kalsium.

Dari hasil penelitian, siswi kelas X MAN 2 model Medan sudah mencapai tingkat kecukupan kalsium dengan kategori yang cukup. Hal ini dikarenaka banyak siswi yang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kalsium.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh, dan banyak ditemukan ditulang juga di gigi. Kalsium bersama dengan Magnesium, berperan dalam trasisi syaraf. Jika otot tidak mempunyai cukup Kalsium, maka otot tidak dapat mngendur sehingga dapat menyebabkan kram (Hill, 2002).

5.1.3. Pola Makan Berdasarkan Jumlah vitamin E Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan

Dari hasil penelitin yang telah dilakukan dengan menggunakan food recall


(1)

Frequencies

Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X Man 2 Model

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 25 41.7 41.7 41.7

Cukup 35 58.3 58.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Jumlah Vitamin E Yang Di Konsumsi Siswi Kelas X Man 2 Model

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 39 65.0 65.0 65.0

Cukup 21 35.0 35.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X Man 2 Model

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 21 35.0 35.0 35.0

Cukup 39 65.0 65.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

TINGKAT AKTIVITAS FISIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid RINGAN SEDANG 50 83.3 83.3 83.3

SEDANG 10 16.7 16.7 100.0


(2)

Frequencies

TINGKAT NYERI DISMENORE SISWI KELAS X MAN 2

MODEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid RINGAN 28 46.7 46.7 46.7

SEDANG 18 30.0 30.0 76.7

BERAT 14 23.3 23.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Crosstabs

Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi * TINGKAT NYERI DISMENORE

Crosstabulation

TINGKAT NYERI DISMENORE

Total RINGAN SEDANG BERAT

Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi

Kurang Count 10 7 11 28

Expected Count 13.1 8.4 6.5 28.0

% within Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi

35.7% 25.0% 39.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

35.7% 38.9% 78.6% 46.7%

% of Total 16.7% 11.7% 18.3% 46.7%

Cukup Count 18 11 3 32

Expected Count 14.9 9.6 7.5 32.0

% within Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi

56.2% 34.4% 9.4% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

64.3% 61.1% 21.4% 53.3%

% of Total 30.0% 18.3% 5.0% 53.3%

Total Count 28 18 14 60

Expected Count 28.0 18.0 14.0 60.0

% within Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi

46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Crosstabs

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.513a 2 .023

Likelihood Ratio 7.807 2 .020

Linear-by-Linear Association 5.789 1 .016

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,53.

Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi * TINGKAT NYERI DISMENORE

Crosstabulation

TINGKAT NYERI DISMENORE Total RINGAN SEDANG BERAT

Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi

kurang Count 8 7 10 25

Expected Count 11.7 7.5 5.8 25.0

% within Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi

32.0% 28.0% 40.0% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

28.6% 38.9% 71.4% 41.7%

% of Total 13.3% 11.7% 16.7% 41.7%

cukup Count 20 11 4 35

Expected Count 16.3 10.5 8.2 35.0

% within Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi

57.2% 31.4% 11.4% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

71.4% 61.1% 28.6% 58.3%

% of Total 33.3% 18.3% 6.7% 58.3%

Total Count 28 18 14 60

Expected Count 28.0 18.0 14.0 60.0

% within Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi

46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Crosstabs

Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi * TINGKAT NYERI DISMENORE

Crosstabulation

TINGKAT NYERI DISMENORE Total

RINGAN SEDANG BERAT

Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi

kurang Count 18 10 11 39

Expected Count 18.2 11.7 9.1 39.0

% within Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi

46.2% 25.6% 28.2% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

64.3% 55.6% 78.6% 65.0%

% of Total 30.0% 16.7% 18.3% 65.0%

cukup Count 10 8 3 21

Expected Count 9.8 6.3 4.9 21.0

% within Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi

47.6% 38.1% 14.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

35.7% 44.4% 21.4% 35.0%

% of Total 16.7% 13.3% 5.0% 35.0%

Total Count 28 18 14 60

Expected Count 28.0 18.0 14.0 60.0

% within Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi

46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.135a 2 .028

Likelihood Ratio 7.192 2 .027

Linear-by-Linear Association 6.409 1 .011

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,83.


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.845a 2 .397

Likelihood Ratio 1.916 2 .384

Linear-by-Linear Association .492 1 .483

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,90.

Crosstabs

Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi * TINGKAT NYERI DISMENORE

Crosstabulation

TINGKAT NYERI DISMENORE Total

RINGAN SEDANG BERAT

Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi

kurang Count 9 2 10 21

Expected Count 9.8 6.3 4.9 21.0

% within Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi

42.9% 9.5% 47.6% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

32.1% 11.1% 71.4% 35.0%

% of Total 15.0% 3.3% 16.7% 35.0%

cukup Count 19 16 4 39

Expected Count 18.2 11.7 9.1 39.0

% within Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi

48.7% 41.0% 10.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

67.9% 88.9% 28.6% 65.0%

% of Total 31.7% 26.7% 6.7% 65.0%

Total Count 28 18 14 60

Expected Count 28.0 18.0 14.0 60.0

% within Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi

46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.782a 2 .002

Likelihood Ratio 13.219 2 .001

Linear-by-Linear Association 3.885 1 .049

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,90.

Crosstabs

TINGKAT AKTIVITAS FISIK * TINGKAT NYERI DISMENORE

Crosstabulation

TINGKAT NYERI DISMENORE Total

RINGAN SEDANG BERAT

TINGKAT AKTIVITAS FISIK

RINGAN SEDANG Count 25 15 10 50

Expected Count 23.3 15.0 11.7 50.0

% within TINGKAT AKTIVITAS FISIK

50.0% 30.0% 20.0% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

89.3% 83.3% 71.4% 83.3%

% of Total 41.7% 25.0% 16.7% 83.3%

SEDANG Count 3 3 4 10

Expected Count 4.7 3.0 2.3 10.0

% within TINGKAT AKTIVITAS FISIK

30.0% 30.0% 40.0% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

10.7% 16.7% 28.6% 16.7%

% of Total 5.0% 5.0% 6.7% 16.7%

Total Count 28 18 14 60

Expected Count 28.0 18.0 14.0 60.0

% within TINGKAT AKTIVITAS FISIK

46.7% 30.0% 23.3% 100.0%

% within TINGKAT NYERI DISMENORE

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%