Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

1. Defenisi Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Arti ‘Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Maryunani, 2008).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi menyusu sendiri (Depkes, 2008).

2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) secara umum yaitu : 1) Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi

dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. 2) Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stress, pernafasan

dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.


(2)

3) Inisiasi menyusui dini ; mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai menghisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang diperlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya.

4) Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthacment) karena 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setalah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu lama.

5) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui.

6) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

7) Bayi mendapatkan ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusui dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

8) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. (Roesli, 2008).


(3)

9) Meningkatkan angka keselamatan hidup bayi di usia 28 hari pertama kehidupannya (Ghana, 2004)

10) Perkembangan psikomotorik lebih cepat. 11) Menunjang perkembangan kognitif 12) Mencegah perdarahan pada ibu

13) Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium ( Dewi Cendika & Indarwati, 2010)

b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) secara khusus Manfaat IMD secara khusus terbagi 3 yaitu :

1) Manfaat Untuk Ibu :

a) Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi

b) Merangsang kontraksi miometrium sehingga mengurangi risiko perdarahan setelah melahirkan.

c) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi.

d) Mengurangi stress ibu setelah melahirkan. e) Mencegah kehamilan.

f) Menjaga kesehatan ibu. 2) Manfaat Untuk Bayi :

a) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat.

b) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung.

c) Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal (bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang


(4)

menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum (sebagai antibody bayi).

d) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai bayi.

e) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu.

f) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi.

g) Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban).

h) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu.

i) Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system). j) Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem

kekebalan bayi.

k) Mencegah terlewatnya ‘refleks menghisap’ pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian.


(5)

3) Manfaat secara Psikologis :

a) Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) :

 Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.  Ibu merasa lebih bahagia.

 Bayi lebih jarang menangis.

 Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).  Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).

b) Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.

3. Lima Tahapan Perilaku (Pree-feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil Menyusu Menurut Depkes (2008)

Bayi baru lahir yang mendapat kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu. Lima tahapan tersebut yakni, :

a. Dalam 30-45 Menit Pertama :

1) Bayi akan diam dalam keadaan siaga.

2) Sesekali matanya membuka lebar dan melihat ke ibunya.

3) Masa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan keluar kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan rasa aman bayi terhadap lingkungannya.

4) Hal ini juga akan meningkatkan rasa percaya diri ibu akan kemampuannya menyusui bayi.


(6)

b. Antara 45-60 Menit Pertama :

1) Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya.

2) Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya.

3) Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu dan bau serta rasa ini yang akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

4) Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan ke 2 telapak tangan bayi pada saat bayi baru lahir.

5) Mengeluarkan Liur : Saat bayi siap dan menyadari ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan liur.

6) Bayi Mulai Bergerak ke Arah Payudara :

 Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu.

 Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.

7) Menyusu : Akhirnya bayi menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu (Maryunani, 2012).


(7)

4. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusui Dini pada Persalinan Spontan

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah ‘Inisisasi Menyusui Dini’ pada bayi yang dilahirkan spontan yaitu :

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi.

b. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat.

c. Bila bayi tidak membutuhkan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi

mencari puting sendiri.

e. Ibu di dukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.

f. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi (Maryunani, 2012).


(8)

5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Persalinan Caesar

Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara spinal (pembiusan lokal) dan ibu tetap sadar selama proses operasi

berlangsung, bayi yang lahir segera dikerigkan tanpa menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya (jika ada). Kemudian, bayi akan ditengkurapkan di perut atau dada ibu. Bayi pun dibiarkan untuk berusaha mencari puting susu ibu, dengan tidak memaksakan meletakkan bayi ke puting susu ibu. Apabila dilakukan pembiusan (anastesi) umum, sang ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi saat menunggu ibu selesai operasi. Bila kontak ditunda, bayi dapat dimasukkan ke dalam inkubator.IMD ini dapat dilakukan setelah kondisi ibu dan bayi stabil (Riksani, 2012).

6. Faktor – Faktor Penghambat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Persalinan Normal

a. Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai keberhasilan, mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari 1 jam.

b. Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang mengeluhkan beberapa hal yang menghambat keberhasilan IMD, diantaranya :

1) Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu postpartum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan IMD. 2) Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus

kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan IMD (Maryunani, 2012).


(9)

7. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang Kurang Tepat Saat ini, umumnya praktek IMD seperti berikut :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu

diikat.

c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu ( tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (‘bonding’) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diadzankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata

(Roesli, 2012).

8. Fisiologis Oksitosin Pada Fase Laktasi

Oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawabuntuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan,terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin disintesisterutama oleh badan sel syaraf nucleus paraventrikularis.Oksitosinmenyebabkan otot polos uterus berkontraksi dalam stadium akhir kehamilan, selain itu juga memulai kontraksi sel mioepitel pada alveolidan saluran keluar kelenjar mammae.(Sinopsis Histologi dalam Christine, D.D, dkk, 2012).


(10)

Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namunterdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya,melalui proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atasperut ibu, agar bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapatmerangsang pelepasan

oksitosin.Sehingga, wanita disarankan untukmelakukannya secepat mungkin setelah melahirkan, untuk membantukeluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar, ibu akan diberikanhormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membanturahim berkontraksi.Oksitosin juga memainkan peranan penting di luar prosesmelahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormon oksitosin. Hal ini, akan membantu rahim menciut dan kembali ke ukurannormal.Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi sel-sel mioepitel di payudara sebagai respon terhadap penghisapanputing, berkat reflex neurogenik yang dihantarkan ke hipotalamusmelalui medulla spinalis. Kadar oksitosin meningkat dalam 2 menitpengisapan puting dan mencapai puncak dalam 10 menit.Oksitosin juga dilepaskan ketika sanggama (Ilmu Kandungan, dalam Christine, D.D, dkk, 2012).

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang keluar dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi

pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama


(11)

oksitosin karena hisapan bayi pada puting payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta.Selanjutnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah

perdarahan. Pada wanita yang memilih melakukan IMD dan menyusui bayinya maka isapan bayi akan merangsang keluarnya oksitosin (Ambarwati 2009, dalam Martini, 2012).

B.

Perdarahan Kala IV

1. Defenisi Kala IV

Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan masase untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat (Sumarah, dkk, 2009).

Kontraksi miometrium dan darah yang keluar harus diperiksa beberapa kali selama 1 jam pertama. Sepanjang periode yang sama, bidan harus memperhatikan juga kesejahteraan umum bayi (memeriksa klem tali pusat, mengobservasi warna kulit secara umum, pernafasan, suhu tubuh dan melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu ((Fraser, D.M & Cooper, M.A, 2009).

2. Defenisi Perdarahan Kala IV

Perdarahan pada kala IV dimulai setelah kelahiran plasenta sampai 2 jam kemudian yang melebihi 500 cc. Menurut Elizabeth Davis“Pengeluaran darah yang perlahan dan terus menetes setelah pelahiran plasenta dapat menjadi kondisi yang paling berbahaya dari seluruh perdarahan jika tidak dipantau secara ketat” (Boyle, 2007, hal. 193).


(12)

Defenisi perdarahan postpartum ialah perdarahan yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2008).

3. Volume Darah Kala IV

Rerata kehilangan darah pasca persalinan yang masih dianggap dalam batas normal adalah maksimal 300 ml (Greenhil.JP dalam JP Pranoto, 2001).

4. Penyebab, Gejala Dan Penanganan Perdarahan Kala IV Sebab-sebab perdarahan kala IV dan penanganannya ialah :

a) Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi (Sumarah, dkk, 2009).

Faktor-faktor predisposisi atonia uteri yaitu : 1) Bayi besar

2) Kehamilan kembar 3) Polihidramnion

Gejala-gejala atonia uteri, yaitu :

1) Perdarahan pervaginam 2) Konsistensi uterus lunak

3) Fundus uteri naik (kalau pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau selaput janin)

4) Tanda-tanda shock

Penanganan atonia uteri dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut, diantaranya :


(13)

2) Lakukan kateterisasi kandung kemih. Adanya urine yang tersimpan dapat mempengaruhi kontraksi dan dalam keadaan ini bidan perlu mengetahui bahwa kandung kemih kosong dan harus tetap kosong sampai perdarahan dapat dikontrol.

3) Pertimbangkan dosis (lanjutan) syntosinon dalam bolus intravena atau melalui infus

4) Jika ibu mampu meletakkan bayi di dadanya untuk melakukan IMD, hal ini akan menstimulasi pelepasan oksitosin alami yang meningkatkan kontraksi otot miometrium (Boyle, 2008).

b) Perlukaan jalan lahir

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan jalan lahir.Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan, vulva dan perineum.

c) Luka pada vulva

Pada primipara lebih sering timbul luka di vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan perdarahan yang banyak khususnya luka dekat klitoris. d) Robekan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar pangul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum dibagi menjadi robekan perineum derajat 1, robekan perineum derajat


(14)

2,3 dan 4.

Derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :

1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum. Pada derajat I dapat segera dijahit.

2) Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum. Pada derajat II, setelah diberi anastesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup beserta jaringan-jaringan dibawahnya.

3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksterna. Pada derajat III menjahit harus dilakukan dengan teliti ; mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingtern ani eksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan perineum derajat II (Sumarah, dkk, 2009).

e) Plasenta rest

Plasenta rest ialah suatu keadaan dimana adanya bagian dari selaput plasenta yang tertinggal di cavum uteri. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan


(15)

postpartum lambat.Jika perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun ibu demam.

f) Gangguan pembekuan darah

Penyebab perdarahan karena gangguan pembekuan darah dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apabila disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal.Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial thromboplastin time).Predisposisi untuk terjadinya hal ini ialah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuba, dan sepsis.Tetapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah (Prawirohardjo, 2008).

5. Pemantauan Kala IV

Dalam satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa miometrium berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar atau > 500 cc (Prawirohardjo, 2008, hal. 357).

Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua, nilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan, ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil, menilai kontraksi uterus, menilai estimasi perdarahan, rawat gabung ibu-bayi, berikan asuhan esensial bayi baru lahir yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (Rukiyah, dkk, 2009).


(16)

6. Perkiraan Darah Yang Hilang

Moore & Levy (1983) menemukan bahwa kehilangan darah sampai 300 ml sering kali dianggap remeh. Hal ini merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika mengkaji berbagai faktor lainnya. Dalam studinya tentang arti penting dan kesulitan perkiraan perdarahan pascapartum yang tepat, Brandt (1967) menghitung bahwa 20% wanita mengalami kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah kelahiran per vagina. Sebagian besar teknik pengukuran yang ada tidak cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan volume yang cepat dalam situasi yang membutuhkan pembuatan keputusan yang cepat. Studi tersebut dilakukan dengan mengumpulkan semua kain dan penyeka yang basah oleh darah, mengumpulkan percikan darah dan bekuannya dan kemudian di peras. Disimpulkan bahwa jika kehilangan darah kurang dari 500 ml, perkiraan dan pengukuran darah dilakukan cukup akurat. Kehilangan darah lebih dari 500 ml menunjukkan bahwa perhitungan yang dilakukan tidak akurat (Fraser, D.M & Cooper, M.A, 2009).

Perkiraan darah yang hilang sangat penting artinya untuk keselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung.Sulitnya menilai kehilangan darah secara kurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung yang bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah dengan


(17)

sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya (IMD). Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol yang telah digunakan untuk menampung darah, kalau setengah botol berarti 250 cc dan kalau 2 botol sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah (Rukiyah, dkk, 2009).

Perdarahan kala IV sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu.Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu.Perdarahan yang terjadi karena kontraksi miometrium tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tidak dapat berhenti.Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung yang bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah.Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya (Sumarah, dkk, 2009).


(1)

Defenisi perdarahan postpartum ialah perdarahan yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2008).

3. Volume Darah Kala IV

Rerata kehilangan darah pasca persalinan yang masih dianggap dalam batas normal adalah maksimal 300 ml (Greenhil.JP dalam JP Pranoto, 2001).

4. Penyebab, Gejala Dan Penanganan Perdarahan Kala IV Sebab-sebab perdarahan kala IV dan penanganannya ialah :

a) Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi (Sumarah, dkk, 2009).

Faktor-faktor predisposisi atonia uteri yaitu : 1) Bayi besar

2) Kehamilan kembar 3) Polihidramnion

Gejala-gejala atonia uteri, yaitu :

1) Perdarahan pervaginam 2) Konsistensi uterus lunak

3) Fundus uteri naik (kalau pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau selaput janin)

4) Tanda-tanda shock

Penanganan atonia uteri dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut, diantaranya :


(2)

2) Lakukan kateterisasi kandung kemih. Adanya urine yang tersimpan dapat mempengaruhi kontraksi dan dalam keadaan ini bidan perlu mengetahui bahwa kandung kemih kosong dan harus tetap kosong sampai perdarahan dapat dikontrol.

3) Pertimbangkan dosis (lanjutan) syntosinon dalam bolus intravena atau melalui infus

4) Jika ibu mampu meletakkan bayi di dadanya untuk melakukan IMD, hal ini akan menstimulasi pelepasan oksitosin alami yang meningkatkan kontraksi otot miometrium (Boyle, 2008).

b) Perlukaan jalan lahir

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan jalan lahir.Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan, vulva dan perineum.

c) Luka pada vulva

Pada primipara lebih sering timbul luka di vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan perdarahan yang banyak khususnya luka dekat klitoris. d) Robekan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar pangul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum dibagi menjadi robekan perineum derajat 1, robekan perineum derajat


(3)

2,3 dan 4.

Derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :

1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum. Pada derajat I dapat segera dijahit.

2) Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum. Pada derajat II, setelah diberi anastesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup beserta jaringan-jaringan dibawahnya.

3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksterna. Pada derajat III menjahit harus dilakukan dengan teliti ; mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingtern ani eksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan perineum derajat II (Sumarah, dkk, 2009).

e) Plasenta rest

Plasenta rest ialah suatu keadaan dimana adanya bagian dari selaput plasenta yang tertinggal di cavum uteri. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.Potongan-potongan plasenta yang tertinggal tanpa diketahui dapat penyebabkan perdarahan kala IV dan perdarahan


(4)

postpartum lambat.Jika perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun ibu demam.

f) Gangguan pembekuan darah

Penyebab perdarahan karena gangguan pembekuan darah dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apabila disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal.Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial thromboplastin time).Predisposisi untuk terjadinya hal ini ialah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuba, dan sepsis.Tetapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah (Prawirohardjo, 2008).

5. Pemantauan Kala IV

Dalam satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa miometrium berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar atau > 500 cc (Prawirohardjo, 2008, hal. 357).

Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua, nilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan, ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil, menilai kontraksi uterus, menilai estimasi perdarahan, rawat gabung ibu-bayi, berikan asuhan esensial bayi baru lahir yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (Rukiyah, dkk, 2009).


(5)

6. Perkiraan Darah Yang Hilang

Moore & Levy (1983) menemukan bahwa kehilangan darah sampai 300 ml sering kali dianggap remeh. Hal ini merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika mengkaji berbagai faktor lainnya. Dalam studinya tentang arti penting dan kesulitan perkiraan perdarahan pascapartum yang tepat, Brandt (1967) menghitung bahwa 20% wanita mengalami kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah kelahiran per vagina. Sebagian besar teknik pengukuran yang ada tidak cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan volume yang cepat dalam situasi yang membutuhkan pembuatan keputusan yang cepat. Studi tersebut dilakukan dengan mengumpulkan semua kain dan penyeka yang basah oleh darah, mengumpulkan percikan darah dan bekuannya dan kemudian di peras. Disimpulkan bahwa jika kehilangan darah kurang dari 500 ml, perkiraan dan pengukuran darah dilakukan cukup akurat. Kehilangan darah lebih dari 500 ml menunjukkan bahwa perhitungan yang dilakukan tidak akurat (Fraser, D.M & Cooper, M.A, 2009).

Perkiraan darah yang hilang sangat penting artinya untuk keselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung.Sulitnya menilai kehilangan darah secara kurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung yang bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan asuhan


(6)

sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya (IMD). Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol yang telah digunakan untuk menampung darah, kalau setengah botol berarti 250 cc dan kalau 2 botol sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah (Rukiyah, dkk, 2009).

Perdarahan kala IV sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu.Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu.Perdarahan yang terjadi karena kontraksi miometrium tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tidak dapat berhenti.Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung yang bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah.Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya (Sumarah, dkk, 2009).


Dokumen yang terkait

Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI Di Klinik Bersalin Mariani

7 56 73

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Klinik Bersalin Khadijjah dan Klinik Bersalin Wina Medan

17 130 59

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010

10 103 69

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 25 75

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 0 4

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 0 2

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 1 21

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 0 13

Pengaruh InisiasiMenyusui Dini (IMD) terhadap Perkiraan Volume Darah Kala IV di Klinik Bersalin Vauziah, Am.Keb dan Praktek Klinik Bidan Ira Batang Kuis

0 0 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) - Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Perdarahan Post Partum di Klinik Bersalin Tanjung dan Klinik Bersalin Kurnia Delitua Tahun 2012

0 1 34