Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010

(1)

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN MARIANI

DAN KLINIK RAMINI MEDAN TAHUN 2010

NAMA : TANTI AFRIANI NIM: 095102016

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BIDAN MARIANI DAN

KLINIK RAMINI MEDAN TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepenjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2010 Yang menyatakan


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Tanti Afriani

Nim : 095102016

Judul : Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswi tersebut di atas disetujui untuk mengikuti sidang Karya Tulis Ilmiah.

Medan, Juni 2010 Pembimbing

(Farida L. Sari Siregar ,S.Kep.Ns,M.Kep) NIP. 197.80320.200501.2.0003


(4)

CURRICULUM VITAE

I. Data Pribadi

Nama : Tanti Afriani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 17 April 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 ( pertama ) dari 4 Bersaudara

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Jl. Karya jaya Gg Karya XIII No 8. II. Data Orang Tua

Nama Ayah : Zulkarnaen

Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil Nama Ibu : Sarmini Saragih. Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

Alamat : Jl. Karya Jaya Gg Karya XIII No 8. III. Data Pendidikan

1. Tahun 1992-1993 : TK Arafah 2 Medan 2. Tahun 1993-1999 : SD Negeri 060929 3. Tahun 1999-2002 : SMP Eria Medan 4. Tahun 2002-2005 : SMU Negri 13 Medan

5. Tahun 2005-2008 : Akademi Kebidanan Rumah Sakit Haji Medan. 6. Tahun 2009-2010 : DIV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara


(5)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Tanti Afriani

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan Hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan

Tahun 2010

viii + 35 hal + 5 tabel +2 skema + 5 lampiran Abstrak

Hipotermi merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas pada neonatal, sekitar 7 % bayi baru lahir banyak mengalami hipotermi. Inisiasi Menyusu Dini salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir akibat terjadinya hipotermi, Inisiasi menyusu dini adalah permulaan bayi menyusu sendiri segera setelah bayi lahir, salah satu manfaat inisiasi menyusu dini adalah mencegah terjadinya hipotermi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di klinik bersalin mariani medan. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental yang bersifat pre dan post, penarikan sampel dilakukan secara total sampling, yang mana seluruh sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden. 30 responden pada kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol. Penelitian dimulai dari tanggal 25 februari sampai 24 april 2010. Rata – rata suhu bayi baru lahir sebelum dan setelah dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi yaitu (36,77), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu (36,49). Hasil uji statitik pengaruh Inisiasi Menyusu Dini sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan kontrol diperoleh nilai 0,09, yang berarti tidak terdapat perbedaan suhu tubuh bayi baru lahir antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sedangkan hasil uji statistik pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi setelah dilakukan Intervensi diperoleh nilai p=0,03 Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Tetapi hanya terdapat perubahan suhu 0,2-0,4ºC, pada kelompok intervensi yang di berikan Inisiasi Menyusu Dini. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat bagi bayi baru lahir, sehingga diharapkan kepada bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir berupa Inisiasi Menyusu Dini untuk mencegah terjadinya kedinginan pada bayi baru lahir.

Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, suhu bayi, hipotermi. Daftar pustaka : 27 (36-37)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010”.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dar berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karaya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. dr. Murniati Manik, M.Sc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Farida Linda Sari Siregar, S. Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

5. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan berupa moril dan material serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6.Teman – teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu peneliti mengharapkan saran dari pembaca yang dapat membangun agar Karya Tulis Ilmiah ini lebih baik lagi. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2010 Peneliti,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi Inisiasi Menyusu Dini ... 6

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi Bayi ... 6

3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi Ibu ... 9

4. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat ... 9

5. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan ... 10

6. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini ... 10

7. Pengahambat Inisiasi Menyusu Dini ... 11

B. Hipotermia a. Defenisi Hipotermi ... 13

b. Macam-macam Hipotermi ... 13

c. Penyebab Hipotermi ... 14

d. Mekanisme Terjadinya Kehilangan Panas ... 14

e. Pencegahan Hipotermi ... 15

C. Bayi Baru Lahir 1. Defenisi Bayi Baru Lahir ... 16


(9)

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Norma ... 17

3. Penilaian Bayi Baru Lahir Normal ... 17

4. Fisiologi dn Kebutuhan Bayi Baru Lahir ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 18

B. Hipotesis ... 19

C. Definisi Operasional ... 19

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Tempat Penelitian ... 22

D. Waktu Penelitian ... 22

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 22

F. Alat Pengumpulan Penelitian ... 23

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 24

H. Rencana Analisis Data ... 25

BAB V HASIL PANELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

B. Analisis Univariat ... 27

a) Karakteristik Demografi ... 27

b) Suhu Bayi Baru Lahir... 29

C. Analisis Bivariat ... 29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Pada

Kelompok Intervensi di Klinik Bidan Mariani dan Kelompok Kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 ... 25 Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Suhu Tubuh Bayi pada Kelompok Intervensi di

Klinik Bidan Mariani Medan dan pada Kelompok Kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 ... 27 Tabel 5.3 Distribusi Perbandingan Suhu Tubuh Bayi pada Kelompok Intervensi di

Klinik Bidan Mariani Medan dan pada Kelompok Intervensi di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 ... 28 Tabel 5.4 Distribusi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan

Hipotermi sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada Kelompok Intervensi di Klinik Bidan Mariani Medan dan Kelompok Kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 ... 29 Tabel 5.5 Distribusi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan

Hipotermi setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada Kelompok Intervensi di Klinik Bidan Mariani Medan dan Kelompok Kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 ... 29


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir ... 19 Skema.1 Desain Penelitian ... 20


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuisioner Data Demografi

Lampiran 3 : Lembar Observasi Hasil Penelitian Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (pada kelompok intervensi)

Lampiran 4 : Lembar Observasi Hasil Penelitian Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (pada kelompok kontrol)

Lampiran 5 : Protap Penelitian tentang Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan Hipotermi

Lampiran 6 : Lembar Editor Bahasa Indonesia Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 9 : Lembar Konsul

Lampiran 10 :Tabel Hasil Dependen dan Independen Lampiran 11 : Master Data


(13)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Tanti Afriani

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan Hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan

Tahun 2010

viii + 35 hal + 5 tabel +2 skema + 5 lampiran Abstrak

Hipotermi merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas pada neonatal, sekitar 7 % bayi baru lahir banyak mengalami hipotermi. Inisiasi Menyusu Dini salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir akibat terjadinya hipotermi, Inisiasi menyusu dini adalah permulaan bayi menyusu sendiri segera setelah bayi lahir, salah satu manfaat inisiasi menyusu dini adalah mencegah terjadinya hipotermi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di klinik bersalin mariani medan. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental yang bersifat pre dan post, penarikan sampel dilakukan secara total sampling, yang mana seluruh sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden. 30 responden pada kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol. Penelitian dimulai dari tanggal 25 februari sampai 24 april 2010. Rata – rata suhu bayi baru lahir sebelum dan setelah dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi yaitu (36,77), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu (36,49). Hasil uji statitik pengaruh Inisiasi Menyusu Dini sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan kontrol diperoleh nilai 0,09, yang berarti tidak terdapat perbedaan suhu tubuh bayi baru lahir antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sedangkan hasil uji statistik pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi setelah dilakukan Intervensi diperoleh nilai p=0,03 Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Tetapi hanya terdapat perubahan suhu 0,2-0,4ºC, pada kelompok intervensi yang di berikan Inisiasi Menyusu Dini. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat bagi bayi baru lahir, sehingga diharapkan kepada bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir berupa Inisiasi Menyusu Dini untuk mencegah terjadinya kedinginan pada bayi baru lahir.

Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, suhu bayi, hipotermi. Daftar pustaka : 27 (36-37)


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

WHO-UNICEF (2008), mengeluarkan protokol baru tentang “ASI segera”, yang harus diketahui dan dijalankan oleh setiap tenaga kesehatan (Wiknojastro, 2008 hal: 196). Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang penyelenggaraan praktek bidan, sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berwenang dalam memantau tumbuh kembang bayi, salah satunya melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi (sofyan, 2006 hal:185)

Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ib hari rabu 8 september 2009 ).

Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang, memandikan, mengukur atau pemberian vitamin K dan obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung secara skin to skin antara bayi dan ibu. Biarkan


(15)

bayi di dada ibu salama satu jam bahkan sampai dapat menyusui sendiri. (Wiknjosastro, 2008, hal:198).

Manfaat inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir adalah dapat meningkatkan refleks menyusui bayi secara optimal, perkembangan indra (sensory inpuls), menurunkan kejadian hipotermi, menurunkan kejadian asfiksia, menurunkan kejadian hipoglikemi, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, menigkatkan pengeluaran hormon oksitosin, memfasilitasi bonding attachment, dan yang paling utamanya adalah dapat meningkatkan keberhasilan ASI Esklusif dan menurunkan angka kematian bayi (http://inanooryati.inisiasi menyusui dini, 5 september 2009).

Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO, memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. fenomena itu terdiri dari, 2/3 kematiam bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama.

Menurut data The World Health Report 2005, angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup, atau bisa dikatakan 10 bayi meninggal setiap 1 jam setelah dilahirkan (http:// yulianti, gambaran niat ibu hamil dalam penerapan inisiasi menyusu dini.com).

Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%) (http://pwskia.wordpress.com. kamis, 12 november 2009).


(16)

Bayi baru lahir sering mengalami hipotermi karena ketidakmampuannya mempertahankan suhu tubuh, lemak subkutans yang belum sempurna, permukaan tubuh yang luas dibandingkan masa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5°C-37°C (suhu axila). Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C). disebut hipotermia berat bila suhu <32°C (sarwono, 2001 hal:).

Hipotermi merupakan salah satu penyebab kematian morbiditas dan mortalitas pada neonatal. Menurut laporan LB3 Dinkes Subdinnindal Yogyakarta 2003, angka kematian bayi hipotermi sebesar 281 dari 23,53/1000 kelahiran hidup (http://skripsistikes,yusna,pengaruh mandi rendam neonatal.com).

Menurut data dari hasil studi pendahuluan (Rizki,2009), di Puskesmas Pandanaran Semarang diperoleh data 5 dari 8 orang ibu bersalin yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini, bayinya mengalami hipotermi dengan suhu 35°C sedangkan 3 ibu bersalin yang melakukan inisiasi menyusu dini bayinya tidak mengalami hipotermia

dengan rata-rata suhu 36,5ºC.

(http:perpusnwu.dikti./biblio.hubunganinisiasimenyusudiniterhadaphipotermi.com). Maka oleh itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik bersalin Mariani Medan dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010” karena di Klinik Mariani dan Klinik Ramini tersebut belum pernah diadakan penelitian


(17)

tentang pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi terhadap bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Inisisai Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan Tahun 2010.

b. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan Tahun 2010.

c. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi bayi baru lahir pada kelompok kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.


(18)

d. Mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sebelum dilakukan intervensi antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

e. Mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir setelah dilakukan intervensi antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.


(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi kebidanan yang efektif untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir.

2. Bagi Pendidikan D IV Kebidanan

Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada bayi baru lahir bahwa ada hasil evidence based tentang salah satu intervensi kebidanan yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermi bayi baru lahir berat melalui tehnik pemberian inisiasi menyusu dini.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Definisi Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segara setelah lahir (Ambarwati, 2009,hal: 36).

Inisiasi menyusu dini (early inisiation) atau permulaan menyusu dini adalah kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (http://breastcrawl. inisiasi menyusui dini diperoleh 7oktober2009).

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi

a. Menurunkan kejadian hipotermi, hipoglikemi dan asfiksia 1) Menurunkan kejadian hipotermi

Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20-250 C, suhu kulit bayi akan turun 0,30Celsius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,10 C menit. Selama periode dini setelah bayi lahir,


(21)

biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-30Celsius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi, evavorasi (Nelson, 2000).

Menurut penelitian Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai inkubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit 10celsius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hiportermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 20C. Sebaliknya apabila bayi mengalami hipertermi, suhu kulit ibu akan turun 10C (Roesli, 2008 hal:28).

Bayi baru lahir sebaiknya tidak dibersihkan, cukup hanya dengan dikeringkan saja, karena akan menghilangkan vernik caseosa. Yaitu lapisan lemak hasil produksi kelenjar serebrum berfungsi sebagai pelindung. Lapisan ini akan terlepas dengan sendirinya. Membersihkan tubuh bayi dengan menggunakan sabun yang mengandung heksaklorofen akan mengakibatkan adanya vaskuolisasi di susunan saraf pusat bayi yang ditandai dengan adanya kejang pada bayi (Markum, 1991).

2) Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.

3) Menurunkan kejadian hipogklemia

Inisiasi menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekuwensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi (WBW, 2007). Penelitian membukt ikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik dari pada bayi yang baru lahir yang dipisahkan dari ibunya (http://www. mediasehat.com,2008).


(22)

b. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi

Bayi akan mendapatkan kolostrum (liquid gold) untuk minuman pertama yang merupakan hadiah kehidupan yang mana kolostrum mengandung banyak zat kekebalan aktif, antibody, dan banyak protein protective, kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan usus bayi dan mengefektifkan fungsi selain itu kolostrum kaya dengan vitamin A yang akan membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah infeksi. Kolostrum akan merangsang pergerakan usus sehingga meconium akan segera dibersihkan dari usus. Melalui jilatan bayi pada saat mulai menyusu, bayi akan tercemar terlebih dahulu oleh bakteri ibu yang tidak berbahaya.

c. Meningkatkkan pengeluaran hormon oksitosin

Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Oksitosin akan menyebabkkan uterus berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadi pendarahan post partum. Disamping itu oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya selain itu oksitosin juga dapat merangsang pengaliran ASI dari payudara

d. Memfasilitasi bonding attachment

bonding atau ikatan batin menujukkan perjalinan hubungan orang tua dan bayi saat awal kelahiran, sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung


(23)

jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama dari pada hari-hari selanjutnya janin dalam kandungan akan merasakan suasana yang aman, nyaman, merasa dilindungi, merasa dicintai dan disayangi. Kemudian ibu dan bapak akan merasa bahagia bertemu dengan bayi untuk pertama kalinya dimana mereka akan bersatu dalam satu rasa yaitu cinta sehingga dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif (http://inanoorinayanti.bloogspot.inisiasi menyusu dini.com, 2009).

3. Manfaaat Inisiasi Menyusui Dini bagi Ibu

Adapun manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah:

mencegah perdarahan pascapersalian dan mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula, mencegah anemia defisiensi zat besi, mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil, menunda kesuburan, Menimbulkan perasaan dibutuhkan, mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium (saleha, 2009 hal:32).

4. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Adapun kegagalan dari insiasi menyusu dini , jika dilakukan seperti:

Begitu lahir, bayi di letakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain kering, kemudian bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat, Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi, kemudian dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu ) bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada


(24)

ibu dengan cara memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi, setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau ke kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan, disuntik vitamin K, kadang diberi tetes mata (roesli, 2009 hal:36). 5. Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan

Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering dikeringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya, tali pusat dipotong lalu diikat. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. Tanpa dibedung, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu ibu dan bayi diselimuti bersama sama jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian, jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu otomatis akan naik dua derajat untuk mendinginkan batinya. (Roesli, 2008 hal:37) 6. Tatalaksana IMD (inisiasi menyusu dini)

a.Tatalakasana inisiasi munyusu dini secara umum

Adapun tatalaksana inisiasi menyusui dini yang tepat adalah

1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat /diam dalam keadaan siaga (rest/quit alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyusuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

2. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium, menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu.


(25)

3. Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, ia menjilat jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (Saleha, 2009 hal:28).

7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Adapun penghambat inisiasi menyusu dini adalah: 1. Bayi kedinginan tidak benar

bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya tidak benar seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga kesehatan kurang tersedia tidak masalah

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.


(26)

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

5. Ibu harus dijahit -tidak masalah

kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir - tidak benar

Menurut American college of obstetrics and gynecology dan academy breastfeeding medicin (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidakya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan di ukur -tidak benar menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan verniks meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

8. Bayi kurang siaga – tidak benar

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama jika bayi mengantuk akibat obat yang di asup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding


(27)

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostun tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)- tidak benar

kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagi imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda (roesli, 2008 hal:28).

B. Hipotermi

1. Definisi Hipotermi

Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana tubuh bayi mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 36ºC Celsius yang pada akhirnya menyebabkan trauma dingin pada bayi baru lahir dan mengakibatkan kesakitan bahkan kematian. Hipotermi berkaitan erat dengan proses metabolisme dan pertambahan pemakaian energi. Suhu normal bayi baru lahir adalah 36ºC-36,4ºCelsius (suhu aksila), dan 36,5ºC-37ºCelsius (suhu rectal) (maryunani, 2008. halaman 160).


(28)

2. Macam-Macam Hipotermi

1. Tanda-tanda Hipotermi sedang (stress dingin)

Aktifitas berkurang, letargi, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata, kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba dingin

2. Tanda-tanda Hipotermi berat (cedera dingin)

Sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, Pernafasan lambat, bunyi jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul hipogklemia dan asidosis metabolic

3. Tanda-tanda stadium lanjut

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (cholil, 2003).

3. Penyebab Hipotermi

Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, terlalu cepat dipisahkan dari ibunya dan tidak segera disusui ibunya


(29)

4. Mekanisme Terjadinya Kehilangan Panas 1. Evaporasi

Adalah jalan utama bayi kehilangan panas, kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak dikeringkan.

2. Konduksi

Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi yang akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut,

3. Konveksi

Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terpapar udara sekitar yang lebih dingin, bayi yang dilahirkan ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendinginan udara. 4. Radiasi

Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (wiknjosastro, 2008 hal:96).

6. Pencegahan Hipotermi


(30)

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.

2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Segera setelah mengeringkan bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimuti atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain yang baru

3. Selimuti bagian kepala bayi

Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

5. Pelukan ibu pada tubuh bayinya dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran

6. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

karena bayi baru lahir capat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayinya dengan kain atau


(31)

selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaia /diselimuti dikurangi dengan berat pakaian / selimut. Bayi sebaiknya dimandikan enam jam setelah lahir. Memandikan bayi beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang membahayakan kesehatan bayi baru lahir (Wiknojosastro, 2008 hal:97)

C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram dan bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi optimal dengan umur kehamilan aterm.

Bayi baru lahir normal adalah dalam persentase belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500–4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (http://www.foxitsoftware, definisi bayi baru lahir normal,diperoleh 4 november 2009).

2.Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Berat badan bayi 2500-4000gram, panjang badan 44-53 cm, lingkar kepala 33-35 cm, dada cendrung bulat, abdomen menonjol, refleks moro (+), refleks isap bagus, nilai APGAR 7-10, gerakan aktif dan tangis kuat, kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung-ujung jari, genitalia perempuan, labia mayora menutupi labia minora, pada bayi laki-laki, testis sudah turun.


(32)

3.Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi dikain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu, kemudian segera pula melakukan penilaian awal pada bayi baru lahir yaitu: - apakah bayi menagis kuat dan bernafas tanpa kesulitan

- apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas. 4. Fisiologi dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Dalam situasi yang ideal, kecepatan produksi panas oleh adanya konsumsi 02 rendah dan hal ini memungkinkan energi diarahkan pada pertumbuhan. Pada keadaan ini, keseimbangan kehilangan panas ke produksi panas diatur oleh hipotalamus, yang menyebabkan pembuluh darah perifer berkonstriksi untuk menghemat panas atau berdilatasi untuk meningkatkan kehilangan panas. Jika bayi dapat mempertahankan temperature kulit 36,2-36,5oC.

Dalam berespon panas berlebihan (temperature kulit terekspos pada 37-37,5oC), panas tidak cukup hilang melalui vasodilatasi dan keringat yang terjadi pada bayi aterm, menyebabkan pendinginan karena evaporasi yang cepat, oleh karena itu, pada intinya bahwa bayi harus terjaga kehangatannya segera setelah lahir.(Maryunani, 2008 hal: 34)


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel independen dalam penelitian ini adalah inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir dan variabel dependen adalah pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Penelitian ini adalah penelitian quasy-eksperimen dengan desain pre test- post test pada kelompok intervensi yang dilakukan inisiasi menyusu dini, dan pada kelompok kontrol tanpa dilakukan inisiasi menyusu dini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1 : Kerangka konsep penelitian Suhu tubuh bayi

baru lahir

Kelompok Intervensi Dilakukan inisiasi

menyusu dini

Kelompok Kontrol Tidak dilakukan inisiasi

menyusu dini

Pencegahan hipotermi bayi


(34)

B. Hipotesis

Adanya Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan Klnik Ramini Medan Tahun 2010.

C. Definisi Operasional Variabel

penelitian

Deinisi operasional

Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Independen

Inisiasi menyusu dini

Suatu cara menyusu yang dilakukan bayi baru lahir segera setelah lahir. _ _ Dependen pencegahan Hipotermi

Suatu cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan suhu dari normalnya pada bayi baru lahir.

Diukur dengan temperatur


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen (Nursalam,2003,hlm.89). Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir normal.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Intervensi Kontrol

Test 1 Test 1

Diberikan Tidak diberikan

Test 2 Test 2 Skema 2: desain penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan inisiasi menyusu dini, dan kelompok kontrol yang tidak diberikan inisiasi menyusu dini. Pada kedua kelompok diawali dengan pre-test untuk mengetahui suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan inisiasi menyusui dini. Pre-test dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian kelompok intervensi diberikan inisiasi menyusui dini, dan setelah itu akan dilakukan


(36)

kembali post-test pada kedua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir normal yang melakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Bersalin Mariani Medan, dan semua bayi baru lahir normal yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Ramini, dimana rata-rata pasien partus dalam satu bulan di Klinik Mariani sebanyak 30 orang, sedangkan jumlah pasien partus dalam satu bulan di Klinik Ramini sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling, sehingga semua populasi dijadikan sampel dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Sesuai Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah semua bayi baru lahir yang dilakukan intervensi di Klinik Mariani sebanyak 30 responden, dan jumlah seluruh bayi baru lahir yang tidak diberikan intervensi di Klinik Ramini sebanyak 30 responden, adapun kriteria sampel dalam penelitian ini sama antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, yaitu:

a. Bayi baru lahir yang dilakukan inisiasi menyusu dini selama 30 menit. b. Ruang VK ( bersalin ) tidak memakai AC

c. Ibu yang bersalin normal


(37)

e. Semua bayi baru lahir normal C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik bersalin Ramini Medan. Peneliti memilih dikedua Klinik tersebut karena di klinik tersebut mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian, dan di kedua klinik tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang menyangkut tentang pengaruh inisiasi menyusui dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir, dan mempunyai populasi yang sesuai dengan keinginan peneliti.

D. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan padan bulan Februari – April 2010 di Klinik Bersalin Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan rekomendasi atau persetujuan dari Program DIV Bidan Pendidik di mana peneliti sebelumnnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian. Setelah mendapat izin melakukan penelitian di klinik tersebut, peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian, setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti memberikan penjelasan kepada ibu yang mau bersalin, tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Ibu yang mau bersalin yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent, sedangkan responden


(38)

yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial dan data-data yang diperoleh dari responden tersebut juga hanya digunakan sebagai kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner dan lembar observasi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama adalah data demografi, sedangkan bagian kedua adalah lembar observasi untuk mengobservasi suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Data demografi meliputi nomor responden, usia ibu, gravida, pendidikan, pekerjaan dan suku. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Untuk mengukur dan mengetahui terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir maka peneliti melakukan pengecekan suhu pada saat sebelum dilakukan intervensi dan melakukan pengecekan kembali setelah dilakukan intervensi. Tes ini dilakukan peneliti dengan membandingkan antara dua kelompok, yaitu kelompok intervensi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan dengan kelompok kontrol yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini.


(39)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Mariani dan Klinik Ramini Medan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan pada institusi pendidikan yaitu Progran DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin tersebut pada Klinik Bersalin Mariani Medan dan Klinik Ramini Medan. Setelah mendapat persetujuan dari pihak kllinik tersebut, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada calon responden. Pasien yang sesuai dengan kriteria dan bersedia menjadi responden diberikan informed consent. Namun, responden yang tidak mampu menandatangani informed consent karena kelemahannya dalam menahan rasa sakit saat mau inpartu, persetujuan dapat diperoleh dari suami dan anggota keluarganya. Kuisioner data demografi responden diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada responden, suami atau keluarganya. responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sebelum pemberian intervensi pada kedua kelompok dilakukan tes pengukuran suhu pada bayi baru lahir di klinik tersebut. Selanjutnya kelompok intervensi dilakukan inisiasi menyusu dini selama setengah jam untuk mengetahui bayi mengalami hipotermi atau tidak, yang dilakukan pada ruangan bersalin yang tidak memakai


(40)

AC, bayi ditelungkupkan dan diselimuti dengan kain, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan inisiasi menyusu dini tetapi ibu berada pada ruangan bersalin yang tidak memakai AC , dan juga dibedong dengan menggunakan kain, sama seperti kelompok intervensi. Setelah setengah jam dilakukan lagi pengukuran suhu bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, pengukuran suhu dilakukan melalui anus yang mana untuk membedakan kedua suhu bayi tersebut. yaitu kelompok intervensi dilihat suhu tubuh bayinya, apakah ada terjadi hipotermi atau tidak, diukur suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini, yang kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dilakukan intervensi, apakah ada perbedaan dari keduanya, yaitu antara bayi yang diberikan inisiasi menyusu dini dan yang tidak diberikan inisiasi menyusu dini.

H. Rencana Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah dilakukan perlakuan kepada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas responden, kemudian data diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya entry data dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

a. Univariat

Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya, sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, median dan standar deviasinya.


(41)

b. Bivariat

Bivariat digunakan untuk menguji pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji t -independen yakni membandingkan terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir kelompok kontrol dan kelompok intrvensi. Dan uji t-dependent yakni untuk membandingkan terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini dan diperoleh perbedaan mean pre test dan post test, Taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai probabilitas p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Data yang disajikan dalam bentuk tabel agar dengan mudah dilihat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Mariani dan Klinik Mariani Medan Tahun 2010.


(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Mariani dan Klinik Ramini Medan. dengan jumlah responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 30 orang pada kelompok intervensi, dan 30 orang pada kelompok kontrol. Semua kelompok intervensi mendapat perlakuan Inisiasi Menyusu Dini, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Inisiasi Menyusu Dini yang dilakukan selama 30 menit, segera setelah bayi lahir

B. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini akan menggambarkan karakteristik demografi ibu (usia, gravida, pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa) dan suhu bayi baru lahir sebelum dan setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

a. Karakteristik Demografi

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada kelompok intervensi, sebagian besar berusia 20-25 tahun sebanyak 14 orang (46,7%). Gravida pertama sebanyak 11 orang (36,7%). Berpendidikan SMA sebanyak 25 orang (83,3%). Ibu rumah tangga sebanyak 20 orang (66,7%), Dan bersuku jawa sebanyak 15 orang (50%). Sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian besar responden berusia 20-25 tahun senayak 24 orang (80%), Gravida kedua sebanyak 16 orang (53,3%), Berpendidikan


(43)

SMA sebanyak 26 orang (86,7%), Ibu rumah tangga sebanyak 25 orang (83,3%), Dan bersuku jawa sebanyak 17 orang ( 56,7%). Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi pada Kelompok Intervensi di Klinik Bersalin Mariani dan Kelompok Kontrol

di Klinik Bersalin Ramini Februari – April Medan Tahun 2010

Karekteristik Demografi Responden

Kelompok Intervensi Kelompok kontrol

N % N %

Umur responden • 20-25 • 26-30 • 31-35 • >36 14 11 4 1 46,7 36,7 13,3 3,3 24 4 1 1 80 13,3 3,3 3,3 Gravida • G1 • G2 • G3 • >G4 11 10 7 2 36,7 33,3 23,3 6,7 9 16 3 2 30 53,3 10 6,7 Pendidikan • SMA • D3 • S1 25 2 3 83,3 6,7 10,0 26 3 1 86,7 10 3,3 Pekerjaan

• Ibu Rumah tangga

• Wiraswata • PNS 20 8 2 66,7 26,7 6,7 25 4 1 83,3 13,3 3,3 Suku • Jawa • Batak • Mandailing • Padang • Aceh • Melayu 15 3 5 3 4 - 50 10 16,7 10 13,3 _ 17 3 3 3 2 2 56,7 10 10 10 6,7 6,7


(44)

b. Suhu Bayi

Hasil penelitian diperoleh bahwa suhu pada kelompok intervensi yaitu rata – rata suhu sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini 36.37, median 36.50, dengan standar deviasi 0.52. sedangkan rata-rata suhu sesudah dilakukan Inisisiasi Menyusu Dini adalah 36.77, median 36.80, dan standar deviasi 0.37, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu rata-rata suhu sebelum diamati 36.57, median 36.55, dan standar deviasi 0.35. sedangkan rata-rata suhu setelah diamati adalah 36.49, median 36.50, dan standar deviasi 0.29. Dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh Bayi pada kelompok Intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan dan Kelompok Kontrol

di Klinik Bersalin Ramini Medan Februari-April 2010

Suhu

Sebelum Setelah N

Mean SD Median Mean SD Median Kelompok

intervensi

36.37 0.52 36.50 36.77 0.37 36.80 30 Kelompok

kontrol


(45)

2. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-dependen dengan tujuan membandingkan suhu tubuh bayi baru lahir pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol terhadap sebelum dan setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, seperti tabel berikut ini.

Tabel 5.3

Perbandingan Suhu Tubuh Bayi pada Kelompok Intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan dan Kelompok Kontrol di Klinik Bersalin Ramini Medan

Sebelum dan Setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini Februari-April 2010

Kelompok Sebelum Setelah Perbedaan Nilai P

N

Mean SD Mean SD Mean SD

Intervensi: Suhu tubuh bayi

36.37 0.52 36.77 0.37 0.04 0.39 0.000 30

Kontrol: Suhu tubuh bayi

36.57 0.35 36.49 0.29 0.07 0.20 0.064 30

a. Perbandingan suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukannya Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir pada kelompok intervensi sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah 36.37, dengan standar deviasi 0.52. Setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini diperoleh rata-rata adalah 36.77, dengan standar deviasi 0.37. Nilai rata-rata perbedaan pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 0.04, dengan stándar deviasi 0.39. Hasil uji statisitik diproleh


(46)

nilai p = 0.00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini.

Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum diamati adalah 36.57, dengan standar deviasi 0.35, setelah diamati diperoleh rata-rata adalah 36.49, dengan standar deviasi 0.29. Nilai rata-rata perbedaan pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 0.0733 dengan stándar deviasi 0.20. Hasil uji statisitik diperoleh nilai p = 0.064 maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.

Tabel 5.4

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Kelompok Intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan dan Kelompok Kontrol di Klinik

Bersalin Ramini Medan Sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini Februari-April 2010

Suhu tubuh

Mean SD SE Perbedaan

SE

Nilai P N

Kelompok Intervensi

36.37 0.52 0.09 0.11 0.09 30

Kelopmpok Kontrol

36.57 0.35 0.06 30

a. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi sebelum dilakukannnya Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dilakukanya Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi adalah 36.37 dengan standar deviasi 0.52. Sedangkan pada kelompok kontrol didapat rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir adalah 36.57, dengan standar deviasi 0.35. Hasil uji


(47)

tubuh bayi atau tidak ada bayi yang mengalami hipotermi sebelum dilakukan Inisisasi Menyusu Dini antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 5.5

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Kelompok Intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan dan Kelompok Kontrol di Klinik

Bersalin Ramini Medan Setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini Februari-April 2010

Suhu tubuh

Mean SD SE Perbedaan

SE

Nilai P N

Kelompok Intervensi

36.77 0.37 0.06 0.87 0.03 30

Kelopmpok Kontrol

36.49 0.29 0.05 30

b. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi sesudah dilakukannnya Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir setelah dilakukanya Inisiasi Menyusu Dini pada kelompok intervensi oleh peneliti adalah 36.77 dengan standar deviasi 0.37. Sedangkan pada kelompok kontrol didapat rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir adalah 36.49, dengan standar deviasi 0.29. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.03, ini berarti terdapat perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol atau terdapat perubahan suhu tubuh bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini.


(48)

B. Pembahasan

1. Interprestasi dan Hasil Diskusi

b. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan Inisisasi menyusu Dini pada awal pre-test, suhu awal bayi baru lahir berkisar antara <36ºC atara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, tidak ada bayi yang mengalami hipotermi. Kemudian setelah dilakukan Intervensi baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, suhu bayi tetap normal, tetapi pada kelompok intervensi mengalami perubahan suhu berkisar 0,2-0,4ºC, berdasarkan hasil uji t-independen diperoleh tidak adanya pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi, dengan nilai p = 0.03. tetapi jika dilihat dari perbedaan nilai Mean, SD dan SE pada tabel independen-test setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, didapati hanya adanya perubahan suhu yang signifkan. Jadi hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Roesli (2008), bahwa salah satu manfaat Inisiasi menyusu dini yaitu dapat mencegah terjadinya kedinginan atau hipotermi pada bayi baru lahir. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan pendapat Indarso, (2001), bahwa salah satu pencegah hipotermi adalah memberikan ASI sedini mungkin pada bayi baru lahir, tetapi hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bergman (2008), menyatakan, dimana kulit ibu berfungsi sebagai inkubator, karena suhu ibu 1° Celsius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Dan apabila pada saat lahir bayi mengalami hipotermi maka dengan terjadinya kontak antara kulit ke kulit secara otomatis suhu kulit ibu akan naik


(49)

2ºcelcius, maka bayi terhindar dari hipotermi. Hal ini sesuai juga dengan Christenson, (1992), yang juga mengemukakan ternyata bayi yang diletakkan dikulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil, tetapi ini tidak sesuai dengan data pendahuluan penelitian Rizki, (2009), di puskesmas pandaran Semarang, bahwa diperoleh data 5 dari 8 orang ibu bersalin yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini, bayinya mengalami hipotermi, sedangkan 3 ibu bersalin yang melakukan inisiasi menyusu dini bayinya tidak mengalami hipotermi.


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik responden pada kelompok intervensi, sebagian besar responden berusia 20-25 tahun, gravida pertama, berpendidikan SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bersuku Jawa. Sedangkan karakteristik responden kelompok konrtol diperoleh sebagian besar responden berusia 20-25 tahun, memiliki gravida kedua, berpendidikan SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan bersuku jawa.

2. Pada kelompok intervensi sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini rata-rata suhunyan 36.37, dengan standar deviasi 0.52. setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini diperoleh rata-rata suhunya 36.77, dengan standar deviasi 0.37.

3. Pada kelompok kontrol yaitu rata-rata suhunya sebelum dikontrol 36.57, dengan standar deviasi 0.35. setelah dikontrol adalah 36.49 dengan standar deviasi 0.29. 4. Tidak adanya pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi

pada bayi baru lahir di Klinik Mariani Medan sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini dengan nilai P = 0,09.

5. Tidak adanya pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Mariani Medan setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, hanya saja terdapat perubahan suhu rata-rata 0,2 – 0,4 ºC pada kelompok intervensi yang dilakukan Inisisasi Menyusu Dini.


(51)

B. SARAN

1. Bagi Praktek Kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa inisiasi menyusu dini tidak berpengaruh terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. tetapi dalam penelitian ini didapati adanya perubahan suhu yang signifikan pada bayi baru lahir berkisar 0,2-0,4ºC .Jadi inisiasi menyusu dini dapat digunakan juga sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, Oleh karena itu, diharapkan kepada bidan dan tenaga kesehatan lainnya untuk menginformasikan dan menerapkan bahwa inisiasi menyusu dini adalah salah satu intervensi untuk bayi baru lahir

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memperbesar jumlah sampel, serta mengembangkan penelitian tentang inisiasi menyusu dini, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.


(52)

Daftar Pustaka

Agustina, rizki.(2009). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan kejadian Hipotermi di Puskesmas Pandanaran Semarang. Dikutip dari http:/perpusnwu.dikti.net. dibuka tgl 16 September 2009.

Azwar, Azrul. (2007). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR.

Ambarwati, enyretna. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Kosim, Soleha. (2003). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan

perawat di rumah sakit. Jakarta: JHPIEGO.

Kristiyansari, Weni. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Machfoedz, Ircham. (2008). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian. Yogjakarta:

Fitramaya.

Maryunani, enik. (2009). Asuhan Kebidanan pada Ibu dan Masa Nifas (Post Partum). Jakarta: Trans Info Media.

Maryunani, Anik. (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Esklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Saifudin, Abdul bari. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal: Jakarta: JNPKKR-POGI.


(53)

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Sofyan, (2006), lima puluh tahun Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta: JNPK-KR.

http:// Parentguide. Inisiasi menyusu dini sebuah solusi, diperoleh tanggal 15 september 2009).

http://Publichealthdiscussion. Inisiasi menyusu dini. Diperoleh tanggal 15 september 2009).

http:// Inannooryati. Inisiasi menyuysu dini. Diperoleh tanggal 12 september 2009.

http://Foxitsoftware. Bayi baru lahir normal.com. diperoleh tanggal 15 september 2009).

http:// Ibu Negara serukan inisiasi menyusu dini. Diperoleh tanggal 13 september 2009). http:// Dinkes. Inisiasi menyusu dini. Diperoleh tanggal 14 september 2009.

http:// eavhany. BabII tinjauan teori inisiasi menyusu dini diperoleh tanggal 16

september 2009).

september 2009.


(54)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Penceghan Hipotermi pada Bayi Baru

Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 Oleh:

Tanti Afriani

Saya adalah mahasiswi Program D IV Bidan Pendidik Fakulatas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program Studi DIV Bidan Pendidik Fakulatas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir .

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan Ilmu kebidanan dan tidak akan di pergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Tanda tangan : Tanggal : No responden:


(55)

Lampiran 2

Kuesioner Data Demografi

Nomor Responden :

Usia ibu :

Gravida :

Pendidikan :

Pekerjaan :


(56)

Lampiran 3

Lembar Observasi Suhu Bayi Baru Lahir yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (Kelompok Intervensi)

Sampel Penelitian

Tingkat Suhu Tubuh bayi baru lahir

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Respponden 15 Respponden 16


(57)

Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20


(58)

Lampiran 4

Lembar Observasi Suhu Bayi Baru Lahir yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (Kelompok Kontrol)

Sampel Penelitian

Tingkat Suhu Tubuh bayi baru lahir

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Reponden 15 Responden 16


(59)

Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20


(60)

Lampiran 5

PROTAP PENELITIAN TENTANG PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI

KLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN 2009/2010

1. Peneliti memberikan surat izin penelitian kepada bidan di klinik Mariani medan, dan di klinik ramini medan.

2. Setelah mendapatkan izin penelitian dari pemilik klinik, peneliti melakuka n observasi kepada pasien di klinik tersebut.

3. Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden.

4. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

5. Peneliti memberikan pengarahan tentang pelaksanaan prosedur inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir pada responden.

6. Peneliti memberikan intervensi tentang inisiasi menyusu dini pada responden dan dilakukan selama satu jam segera setelah bayi lahir.

7. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan diatas perut ibu yang sudah dialasi kain kering 8. melakukan pengukuran suhu pada tubuh bayi sebelum dilakukan inisiasi

menyusu dini.

9. Kemudian tali pusat dipotong lalu diikat

10. Verniks (zatblemak putih) yang melekat ditubuh bayi tidak dibersihkan karena zati ini membuat nyaman kulit bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini.


(61)

11. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau diperut ibu, dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi kemudian diselimuti secara bersana-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

12. Dalam 30 menit pertama: stadium stirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istemewa ini merupakan penyesuaian peralihan dalam keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih saying), ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal in meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu, langkah awal keluraga sakinah. 13. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,

mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi unyuk menemukan payudara dan putting susu ibu.

14. Mengeluarkan air liur

saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

15. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Aerola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia memjilat-jilat kulit ibu, kemudian menghentak-hentakan kepala kedada ibu, keudian bayi menoleh ke kanan dan


(62)

kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. Kemudian bayi menemukan payudara ibu, kemudian bayi me njilat dan mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik. Kemudian biarkan bayi melakukan inisiasi menyusu dini 30 menit sampai 1 jam.

16. Setelah satu jam peneliti melakukan pengukuran suhu kembali, untuk melihat apakah ada peningkatan suhu tubuh bayi setelah dilakukan inisiasi menyusu dini, kemudian bayi dipisahkan dari ibunya untuk diukur, ditimbang dan dicap, dan melakukan pemebrian suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi, setelah ibu selesai dibersikan ibu dan bayi dirawat gabung selama 24 jam.

17. Peneliti melakukan observasi selama satu jam pada responden dimulai pada saat sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini dan setelah dilakukan inisiasi menyusu dini.

15. Setelah selesai dilakukan observasi peneliti menganalisa data yang sudah terkumpul dan disajikan dalam bentuk table.


(63)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 suhu sebelum IMD kel intervensi

36.370 30 .5292 .0966

suhu setelah IMD kel intervensi

36.773 30 .3787 .0691

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 suhu sebelum IMD kel intervensi & suhu setelah IMD kel intervensi

30 .658 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 suhu sebelum IMD kel intervensi - suhu setelah IMD kel intervensi


(64)

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 suhu sebelum IMD kelompok kontrol

36.570 30 .3554 .0649

suhu setelah IMD kelompok kontrol

36.497 30 .2965 .0541

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 suhu sebelum IMD kelompok kontrol & suhu setelah IMD kelompok kontrol

30 .811 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviat

ion

Std. Error Mea

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 suhu sebelum IMD kelompok kontrol - suhu setelah IMD kelompok kontrol


(65)

Group Statistics

inisiasi menyusu dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

suhu setelah DILAKUKAN 30 36.773 .3787 .0691

TIDAK DILAKUKAN 30 36.497 .2965 .0541

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

suhu setela h

Equal variances assumed

2.782 .101 3.151 58 .003 .2767 .0878 .1009 .4524

Equal variances not assumed


(66)

Group Statistics

inisiasi menyusu dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

suhu sebelum DILAKUKAN 30 36.370 .5292 .0966

TIDAK DILAKUKAN 30 36.570 .3554 .0649

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

suhu sebelu m

Equal variances assumed

2.511 .119 -1.718 58 .091 -.2000 .1164 -.4330 .0330

Equal variances not assumed


(67)

Gambar 1: bayi dalam keadaan istirahat

Gambar 2: radar dari tangan bayi membimbingnya untuk menemukan payudara ibu


(68)

Gambar 3: saat menyadari ada air susu disekitarnay, bayi mengeluarkan air liur


(69)

(1)

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 suhu sebelum IMD kelompok

kontrol

36.570 30 .3554 .0649

suhu setelah IMD kelompok kontrol

36.497 30 .2965 .0541

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 suhu sebelum IMD kelompok

kontrol & suhu setelah IMD kelompok kontrol

30 .811 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviat

ion

Std. Error Mea

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 suhu sebelum

IMD kelompok kontrol - suhu setelah IMD kelompok kontrol


(2)

inisiasi menyusu dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

suhu setelah DILAKUKAN 30 36.773 .3787 .0691

TIDAK DILAKUKAN 30 36.497 .2965 .0541

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper suhu setela h Equal variances assumed

2.782 .101 3.151 58 .003 .2767 .0878 .1009 .4524

Equal variances not assumed


(3)

Group Statistics

inisiasi menyusu dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

suhu sebelum DILAKUKAN 30 36.370 .5292 .0966

TIDAK DILAKUKAN 30 36.570 .3554 .0649

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper suhu sebelu m Equal variances assumed

2.511 .119 -1.718 58 .091 -.2000 .1164 -.4330 .0330

Equal variances not assumed


(4)

(5)

Gambar 3: saat menyadari ada air susu disekitarnay, bayi mengeluarkan air liur


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Perdarahan Post Partum di Klinik Bersalin Tanjung dan Klinik Bersalin Kurnia Delitua Tahun 2012

5 94 78

Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

2 66 92

Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

0 24 61

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kemampuan Ibu Merawat Bayi Baru Lahir Selama Postpartum Dini di Klinik Bersalin Mariani Medan

29 127 83

Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI Di Klinik Bersalin Mariani

7 56 73

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Klinik Bersalin Khadijjah dan Klinik Bersalin Wina Medan

17 130 59

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) - Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Perdarahan Post Partum di Klinik Bersalin Tanjung dan Klinik Bersalin Kurnia Delitua Tahun 2012

0 1 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi Baru Lahir - Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

0 0 25

Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

0 0 14

1 PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR Naskah Publikasi - PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12