Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Ular

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan
kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit
atau yang dapat menampung seluruh curah hujan sepanjang tahun, menuju sungai
utama yang kemudian dialirkan terus sampai ke laut sehingga merupakan
kesatuan ekosistem wilayah tata air Sarief (1986).Serupa dengan apa yang
dikemukakan Manan (1978), DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang
dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh
diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut. Begitu
pula menurut Asdak (2002), bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang
secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air
hujan kemudian mengalirkan ke laut melalui sungai utama.
Daerah aliran sungai (DAS) biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir berdasarkan ekosistemnya. Daerah hulu merupakan daerah konservasi
yang mempunyai kerapatan drainase labih tinggi dan memiliki kemiringan lahan
yang besar. Sementara daerah hilir merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan
drainase lebih kecil dan memiliki kemiringan lahan yang kecil sampai dengan
sangat kecil. DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua bagian
DAS yang berbeda tersebut. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang

penting, karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS.

Universitas Sumatera Utara

Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air. Perencanaan DAS hulu sering
kali menjadi fokus perencanaan mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu
dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Asdak, 2002).
Komponen-komponen ekosistem DAS khususnya ekosistem DAS bagian
hulu umumnya dapat dipandang sebagai suatu ekosistem pedesaan. Ekosistem ini
terdiri atas empat komponen utama yaitu desa, sawah/ ladang, sungai dan hutan.
Komponen-komponen tersebut dapat berbeda dari satu DAS ke DAS lainnya,
tergantung kepada keadaan daerah hulu DAS tersebut. Keempat komponen
tersebut berinteraksi timbal-balik sangat erat, sehingga apabila terjadi perubahan
pada salah satu komponennya, ia akan mempengaruhi komponen lainnya dan
seterusnya. Sebagai contoh, masalah degradasi lingkungan yang sering terjadi
akhir-akhir ini berpangkal pada komponen desa. Pertambahan jumlah penduduk
yang cepat menyebabkan perbandingan antara jumlah penduduk dengan lahan
pertanian tidak berimbang. Hal ini telah menyebabkan pemilikan lahan pertanian
semakin sempit. Keterbatasan lapangan kerja dan kendala ketrampilan
menyebabkan kecilnya pendapatan petani. Keadaan ini mendorong kebanyakan

petani untuk merambah hutan dan lahan tidak produktif sebagai lahan pertanian.
Lahan yang kebanyakan marginal apabila diusahakan dengan cara-cara yang
mengabaikan kaidah-kaidah konservasi tanah rentan terhadap erosi dan tanah
longsor ( Departemen kehutanan, 2006).
Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah
yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan

Universitas Sumatera Utara

tanah untuk menyerap dan menahan air. Erosi dapat terjadi apabila curah hujan
yang besar diiringi dengan vegetasi yang terganggu. Pengangkutan erosi yang
terjadi di iklim basah pada umumnya adalah pengangkutan erosi oleh air. Proses
pengangkutan terjadi saat hujan mengikis tanah dan membawanya lewat aliran
permukaan ( Arsyad, 2010).
Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit dihilangkan
sama sekali atau tingkat erosinya nol, khususnya untuk lahan-lahan yang
diusahakan


untuk

pertanian.

Tindakan

yang

dapat

dilakukan

adalah

mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang
maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi tidak melebihi laju
pembentukan tanah (Suripin,2001).
Erosi tanah (soil erosion) terjadi melalui dua proses, yakni proses
penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) dan proses pengangkutan
(transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini

terjadi akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama , dan jumlah
hujan), karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan(land cover), kemiringan
lereng, panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith,1978). Faktorfaktor tersebut satu sama lain bekerja secara simultan dalam memengaruhi erosi.
Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya erosi yang terpenting adalah curah hujan,
tanah, lereng, vegetasi, dan manusia (Hardjowigeno, 1995).
a. Curah Hujan

Universitas Sumatera Utara

Sifat hujan yang terpenting yang mempengaruhi besarnya erosi adalah
curah hujan. Intensitas hujan menunujukan banyaknya curah hujan per satuan
waktu (mm/jam atau cm/jam). Kekuatan menghancurkan tanah dari curah hujan
jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan pengangkut dari aliran permukaan
(Hardjowigeno, 1995).
Hujan yang turun sampai ke permukaan tanah memiliki energi kinetik
yang dapat menghancurkan tanah (butir-butir tanah), sehingga bagian-bagian
tanah terhempas, hilang, dan hanyut oleh aliran permukaan. Hilang atau
terkikisnya lapisan tanah inilah yang disebut erosi.

b. Tanah
Sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi. Kepekaan
tanah terhadap erosi disebut erodibilitas. Semakin besar nilai erodibilitas suatu
tanah maka semakin peka tanah tersebut terhadap erosi
(Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja, 1992).
Hardjowigeno (1995) menyebutkan sifat-sifat tanah yang berpengaruh
terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya
infiltrasi atau permeabilitas tanah, dan kandungan bahan organik. Nilwan (1987)
menyebutkan sifat fisik tanah yang mudah mengalami erosi adalah tanah dengan
tekstur kasar (pasir kasar), bentuk struktur tanah yang membulat, kapasitas
infiltrasi yang rendah, dan kandungan bahan organik kurang dari 2%. Sedangkan
sifat fisik tanah yang dapat menahan erosi adalah tanah dengan tekstur halus (liat,
debu, pasir, pasir halus, kapasitas infiltrasinya besar, dan kandungan bahan
organik yang besar untuk menambah kemantapan struktur tanah).
c. Lereng

Universitas Sumatera Utara

Arsyad (2000) dan Hardjowigeno (1995) mengemukakan unsur topografi
yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah panjang dan kemiringan lereng.

Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang.
Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat
sehingga kekuatan mengangkut semakin meningkat pula. Lereng yang semakin
panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar.
d. Vegetasi
Menurut Hardjowigeno (1995) Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah :
1. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan tanah untuk menghancurkan dapat dikurangi ;
2. Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi ;
3. Penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh tranpirasi (penguapan air)
melalui vegetasi.
e. Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih
baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam
merupakan pengaruh baik dari manusia karena dapat mengurangi erosi.
Sebaliknya penggundulan hutan di daerahdaerah pegunungan merupakan
pengaruh

manusia


yang

buruk

karena

dapat

menyebabkan

erosi

(Hardjowigeno,1995).
Menurut Arsyad (2010) bentuk erosi dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu :
a. Erosi lembar

Universitas Sumatera Utara

Erosi lembar (sheeet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata

tebalnya dari suatu permukaan tanah. Erosi ini disebabkan akibat kekuatan butir
hujan sehingga mengakibatkan aliran permukaan yang merata di atas tanah.
Bentuk erosi lembar tidak nampak secara kasat mata. Erosi lembar baru akan
segera disadari bila tanaman mulai ditanam di lapisan bawah tanah. Erosi tersebut
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
b. Erosi alur
Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang terjadi sehingga mengakibatkan
alur-alur tertentu di permukaan tanah. Erosi ini terjadi karena air mengalir di
permukaan tanah tidak merata tapi terkonsentrasi di alur tertentu. Biasanya alur
ini terjadi di tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris
menurut lereng, atau akibat pengelolaan tanah menurut lereng.
c. Erosi parit
Erosi parit (gully erosion) mirip dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk
lebih besar dibandingkan erosi alur. Erosi ini tidak dapat dihilangkan dengan
pengolahan tanah biasa. Erosi ini dapat mencapai 30 meter dalamnya. Tanah yang
telah terjadi erosi parit akan sangat sulit dijadikan lahan pertanian.
d. Erosi tebing sungai
Erosi tebing (river bank erosion) sungai terjadi akibat pengikisan tebing
sungai oleh air yang mengalir drai bagian atas tebing. Selain akibat tebing sungai,
erosi ini dapat terjadi juga di terjangan aliran sungai yang kuat di belokan sungai.

Erosi ini akan terjadi lebih hebat apabila tidak ada vegetasi penutup tebing.
e. Longsor

Universitas Sumatera Utara

Longsor (landslide) juga termasuk ke dalam erosi, hanya saja di tanah longsor
pengangkutan yang terjadi tidak seperti erosi. Longsor dapat terjadi apabila tanah
yang terangkut berpindah dalam volume yang besar. Longsor terjadi akibat
meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh
air. Lapisan kedap air tersebut terdiri atas liat atau mengandung liat tinggi atau
batuan lain seperti napal liat (clay shale) yang setelah jenuh air berlaku sebagai
tempat meluncur.
f. Erosi internal
Erosi internal adalah terangkutnya butir-butir tanah ke bawah kedalam celahcelah atau pori-pori tanah, sehingga tanah menajdi ekdap air dan udara. Erosi
internal menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat. Erosi internal juga
dapat meningkatkan aliran permukaan sehingga menyebabkan terjadinya erosi
lembar atau erosi alur.
Erosi lembar, alur, parit, dan tebing sungai pada umumnya menyebabkan
kerusakan tanah dan mengakibatkan produktivitas tanah menurun. Selain itu tanah
hasil erosi lembar, alur, parit, dan tebing erossi tersebut dapat diangkut oleh air

permukaan yang akan diendapkan di tempat-tempat yang alirannya melambat atau
berhenti di dalam berbagai badan air seperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau,
atau muara sungai. Erosi berat seperti longsor dapat mengakibatkan bencana alam
apabila tanah yang berada di atasnya digunakan secara intensif untuk kehidupan
manusia seperti permukiman, jaringan jalan, dan sebagainya.
Prediksi erosi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
yaitu melalui model prediksi erosi. Prediksi erosi yang dilakukan secara langsung
menemui banyak kendala, salah satunya adalah waktu yang dibutuhkan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengerjakan cukup lama. Sehingga digunakan sebuah model prediksi erosi,
model prediksi erosi itu sendiri cukup beragam, seperti halnya USLE (Universal
Soil Loss Equation), RUSLE, MUSLE, ANSWER (areal nonpoint source
watershed environment respon simulation), GUEST (griffith university erosion
system template) dan AGNPS (Agricultural Non-point Source Pollution).
Salah satu metode prediksi erosi yang hingga kini masih digunakan yaitu
metode Universal Soil Lost Equation (USLE). Metode USLE adalah suatu model
erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi
lembar atau alur di bawah keadaan tertentu. Metode ini pertama kali dilaporkan

oleh Wishmeier dan Smith dan dikembangkan di National Runoff and Soil Loss
data Centre yang didirikan tahun 1954 oleh The Science and Education
Administration Amerika Serikat. Metode ini bermanfaat untuk tanah tempat
bangunan dan penggunaan non-pertanian, tetapi tidak dapat memprediksi
pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing
sungai, dan dasar sungai. Alasan utama penggunaan model USLE untuk
memprediksi erosi DAS karena model tersebut relatif sederhana dan input
parameter model yang diperlukan mudah diperoleh (biasanya tersedia dan dapat
dengan mudah diamati di lapangan) (Hidayat, 2003).
Metode prediksi USLE, hingga saat ini masih merupakan satu-satunya
metode yang lebih memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan dalam metode
prediksi. Namun demikian Wishmeier (1976) menyatakan, bahwa metode ini
memiliki kelemahan yang dapat diperinci sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Tidak

dapat

melakukan

prediksi

pengendapan

dan

tidak

memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai, dan
dasar sungai.
2. Akurasi terbatas pada: panjang lereng